60
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Menurut Umar (2003:40-41) rancangan atau desain penelitian dibedakan menjadi tiga, yakni desain eksploratif, deskriptif, dan kausal. Desain penelitian ini bersifat deskriptif korelasional, artinya penelitian ini beru-saha menggambarkan secara deskriptif dari temuan data di lapangan, dan berusaha mencari hubungan antara data yang bersifat bebas (independent variable) dengan data yang bersifat tak bebas (dependent variable). Penelitian ini juga bersifat confirmatory, artinya data yang dikumpulkan dengan cara mengkonfirmasi data yang sudah ada kepada sampel atau responden dengan cara wawancara langsung (interview) dan berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di wilayah Provinsi Lampung.
Secara
administratif, lokasi penelitian termasuk wilayah Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Lampung Tengah merupakan lokasi perusahaan
agroindustri
yang
melaksanakan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat melalui usaha peternakan (penggemukan sapi potong), budidaya tanaman singkong, dan pembinaan usaha menjahit. Kabupaten Pesawaran merupakan
lokasi
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
melalui
usaha
perkebunan (kakao), perikanan (budidaya lele dumbo), dan budidaya jamur tiram.
Semua kegiatan pemberdayaan berbasis pada pendekatan kelompok
dalam masyarakat. Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan mulai bulan November 2007 sampai dengan bulan April 2008. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah anggota masyarakat yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan, pendampingan, dan pelatihan usaha ekonomi produktif terutama di bidang agribisnis dari perusahaan. Kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan menjangkau masyarakat di wilayah empat kabupaten (Lampung Tengah, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Pesawaran), yang mencakup 14 kecamatan dan 44 kampung (desa). Secara administratif, populasi kampung (desa) tersebut didasarkan pada kriteria perusahaan pelaksana CSR
61 yang memiliki kriteria: (a) jangkauan wilayah CSR yang cukup luas;
(b)
perusahaan “tidak nakal,” tidak menyuap pejabat, dan memilki komitmen yang kuat untuk tidak merusak lingkungan; dan (c) perusahaan mempunyai fungsi sosial yang kuat, yang didukung oleh staf dan jajaran direksinya. Kriteria penentuan desa (kampung) yang terkena program CSR sebagai sampel penelitian ini adalah: (a) aspek program yang meliputi jenis atau jumlah kegiatan, bantuan yang terserap, jumlah penerima manfaat (beneficieries), jumlah anggota masyarakat (SDM) yang dilatih, disuluh, didampingi, dan atau dibimbing, lama kegiatan dilaksanakan, dan keberlanjutan program; (b) aspek output yang dilihat dari nilai ekonomi atau jumlah satuan fisik yang dapa diukur; dan (c) aspek outcome yang dilihat dari efek di masyarakat yang ditimbulkan oleh kegiatan CSR.
Dengan kriteria tersebut djadikan dasar penilaian (skoring)
terhadap populasi desa, yang secara lengkap disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 ditentukan empat desa yang memiliki
kegiatan ekonomi
produktif yang terkena program CSR perusahaan yang jangkauannya cukup luas, yaitu kampung Terbanggi Besar, Karang Endah, Gunung Batin Udik (Kabupaten Lampung Tengah)
dan Desa Hurun (Kabupaten Pesawaran)
sebagai desa sasaran CSR dari suatu perusahaan. Dari desa terpilih, anggota masyarakat yang telah mengikuti kegiatan program CSR dipilih secara acak. Menurut Yamane (Rakhmat, 2002:82), untuk menghitung ukuran sampel didasarkan pada pendugaan proporsi populasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
n=
N Nα 2 + 1
Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi α = 1 - presisi (tingkat kepercayaan) Penarikan sampel dari populasi penelitian ini juga mempertim-bangkan penggunaan program Structural Equation Modeling (SEM) yang pada dasarnya mensyaratkan jumlah sampel yang dapat memenuhi kriteria SEM
dalam
estimasi dan interpretasi hasil penelitian yaitu antara 100-200 sampel. Hair Jr., et. al (1998) menyatakan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100 sampai 200, bila ukuran sampel lebih dari 400, metode menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran goodness of fit yang baik.
62 Tabel 3. Pemeringkatan terhadap Populasi Desa Sasaran Program CSR Jenis Kegiatan / bantuan CSR Total Pinjaman Sarana Fasilitasi Keberlanjutan modal prasarana usaha program bergulir produktif 1. 1 0 0 0 1 Mataram Udik 2. 1 0 0 0 1 Terbanggi Ilir 3. 1 0 0 0 1 Fajar Mataram * 4. 1 0 0 0 1 Kurnia Mataram * 5. 1 0 0 0 1 Trimulya Mataram * 6. 1 0 0 0 1 Utama Jaya * 7. 1 0 0 0 1 Wirata Agung * 8. 1 0 0 0 1 Bandar Jaya 9. Poncowati 1 0 0 0 1 10. Terbanggi Besar * 1 1 1 0 3 11. Yukum Jaya 1 0 0 0 1 12. Nambah Dadi 1 0 1 1 3 13. Karang Endah * 1 0 1 1 3 14. Asto Muyo 1 0 1 1 3 15. Bandar Agung * 1 0 0 0 1 16. Bandar Sakti * 1 0 1 1 3 1 0 1 1 3 17. Tanjung Anom * 18. Gunung Batin Udik* 1 1 1 1 4 19. Gunung Batin Ilir * 1 0 1 1 3 20. Gunung Batin Baru * 1 0 1 1 3 21. Gunung Agung * 1 0 0 0 1 22. Lempuyang Bandar * 1 0 1 1 3 23. Banjarratu * 1 0 0 0 1 24. Tanjung Ratu Ilir * 1 1 0 0 2 25. Sido Rahayu 1 0 0 0 1 26. Gunung Keramat 1 0 0 1 27. Surakarta 1 0 0 0 1 28. Papan Asri 1 0 0 0 1 29. Bumi Raharja 1 0 0 0 1 30. Bumi Restu 1 0 0 0 1 31. Bumi Jaya 1 0 0 0 1 32. Blambangan 1 0 0 0 1 33. Astra Ksetra 1 0 0 0 1 34. Mulya Asri 1 0 0 0 1 35. Tunas Asri 1 0 0 0 1 36. Gedong Ratu 1 0 0 0 1 37. Gunung Katun Malai 1 0 0 0 1 38. Gn Katun Tanjungan 1 0 0 0 1 39. Karta 1 0 0 0 1 40. Margo Mulyo 1 0 0 0 1 41. Gunung Menanti 1 0 0 0 1 42 Margodadi 1 0 0 0 1 44 Hurun 1 0 1 1 3 Keterangan: 1 = ada kegiatan atau bantuan dari CSR 0 = tidak ada kegiatan dari CSR No. Kampung/desa
63 Dari empat desa (kampung) terpilih tercatat sebanyak 362 keluarga (rumah tangga) sebagai populasi sasaran.
kepala
Berdasarkan rumus
Yamane dengan presisi 95% maka jumlah sampel adalah sebesar 192 orang. Untuk keperluan analisis data penelitian ini, jumlah sampel dibulatkan menjadi 200 orang. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan secara acak tertimbang (proporsional random sampling). Data Data penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari kepala keluarga sebagai sampel. Jenis data yang dikumpulkan beragam dari data ordinal untuk: pengalaman berusaha, kualitas program pemberdayaan, dinamika kelompok, kompetensi fasilitator, ketersediaan saprodi, keterjangkauan harga saprodi, iklim usaha, dan perilaku masyarakat berusaha agribisnis; dan data rasio untuk pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, jumlah bantuan modal usaha, penyuluhan dari dinas terkait, dan jumlah pendapatan usaha rumah tangga. Data primer juga dilengkapi dari pengamatan langsung yang didapatkan peneliti selama melaksanakan pengumpulan data primer, namun tidak tercantum dalam kuisioner, serta informasi dari pihak manajemen perusahaan pelaksana CSR untuk mendapatkan data pelengkap sekaligus sebagai data pembanding. Data ini diharapkan dapat melengkapi data dan gambaran umum tentang sampel dan wilayah penelitian. Data sekunder dikumpulkan dari perusahaan, lembaga atau dinas instansi yang terkait dengan penelitian ini. Agar data yang dikumpulkan dapat diukur secara akurat, maka diperlukan definisi operasional yang dapat menggambarkan indikator yang dapat diamati serta parameter yang sesuai untuk mengukur besaran setiap peubah. Karakteristik individu dalam penelitian ini diartikan sebagai sejumlah indikator internal yang melekat pada diri seseorang yang dapat digunakan untuk menggambarkan ciri, sifat, atau karakter
yang dapat menunjukkan kualitas
seseorang. Peubah karakteristik inidividu dilihat (diukur) dari tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha, persepsi terhadap CSR, dan luas pemilikan lahan. disajikan pada Tabel 4.
Pengukuran peubah karakteristik individu
64 Tabel 4. Pengukuran terhadap Peubah Keragaan Individu (X1) No.
1.
2.
3.
4.
5.
Sub Peubah
Konsepsi
Pendidikan formal
Pengukuran
Skor
Jumlah tahun sukses yang pernah dijalani oleh seseorang dalam jenjang pendidikan formal yang ditunjukkan dengan pemilikan ijazah (STTB).
SD = 1—6 tahun,
SD-SLTP = 1
SLTP= 7—9 tahun
SLTA-D2 = 2
SLTA= 10—12 tahun
D3-Sarjana = 3
Jumlah jiwa yang menjadi tanggungan secara ekonomi dalam rumah tangga
Rendah = < 3 jiwa,
1
Sedang = 3—4 jiwa, Tinggi = > 4 jiwa
2
Pengalaman Jumlah tahun kumulatif berusaha menjalankan usaha ekonomi produktif
Rendah = 1-2 tahun; Cukup = 3-5 tahun; Tinggi ≥ 6 tahun
1
Persepsi terhadap CSR
Pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap program CSR
Rendah = 1 Cukup = 2 Tinggi = 3
1
Pemilikan lahan pertanian
Luas lahan (ha) yang dikuasai atau dimiliki oleh seseorang
≤ 0,5 ha = sempit 0,5 – 2 ha = sedang ≥ 2 ha = luas
1
Jumlah tanggungan keluarga
D1-D2= 13—14 tahun Sarjana= >15 tahun
3
2 3 2 3 2 3
Kualitas program CSR dalam penelitian ini diartikan sebagai sejumlah indikator yang dapat menggambarkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Peubah kualitas program CSR dilihat (diukur) dari kualitas
perencanaan, proses/pelaksanaan, tingkat kompatibilitas, dan keberlanjutan program. Pengukuran peubah kualitas program CSR disajikan pada Tabel 5. Kompetensi fasilitator dalam penelitian ini diartikan sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan kemampuan seorang fasilitator dalam mengelola proses pembelajaran menurut persepsi responden. fasilitator
dilihat
(diukur)
dari
kemampuan
Peubah kompetensi
berkomunikasi,
kemampuan
melaksanakan proses belajar-mengajar, dan kemampuan memotivasi seseorang. Pengukuran peubah kompetensi fasilitator disajikan pada Tabel 6.
65 Tabel 5. Pengukuran terhadap Peubah Kualitas Program CSR (X2) No.
Sub Peubah
1.
Perencanaan program
2.
3.
4.
Konsepsi
Pengukuran
Skor
Kualitas keterlibatan seseorang dalam proses penyusunan rencana program CSR
Rendah Sedang
1
Tinggi
3
Proses pelaksanaan program
Tingkat keterlibatan seseorang dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
Rendah Sedang
1
Tinggi
3
Kompatbilitas program
Tingkat keterhubungan atau kesesuaian jenis program yang dijalankan dengan kebutuhan seseorang
Rendah Sedang
1
Tinggi
3
Tidak berlanjut
1
Kadang-kadang
2
Berlanjut
3
Keberlanjutan Keberlanjutan program dari awal program kegiatan sampai saat pengumpulan data dilakukan
2
2
2
Tabel 6. Pengukuran terhadap Peubah Kompetensi Fasilitator (X3) No.
Sub Peubah
Konsepsi
Pengukuran
Skor
1.
Kemampuan Kemampuan melakukan komunikasi berkomunikasi dengan orang lain secara efektif
Rendah Sedang Tinggi
1 2 3
2.
Kemampuan mengajar
Penguasaan keterampilan dalam melaksanakan metode dan teknik belajar mengajar.
Rendah Sedang Tinggi
1 2 3
3.
Kemampuan memotivasi
Kemampuan fasilitator menyemangati orang lain untuk berubah perilakunya seperti yang diharapkan.
Rendah Sedang Tinggi
1 2 3
Faktor pendukung dalam penelitian ini diartikan sebagai persepsi sampel terhadap kondisi yang menunjang kelancaran usaha serta mampu meningkatkan produktivitas petani. Peubah faktor pendukung dilihat (diukur) dari tingkat ketersediaan sarana produksi, tingkat keterjangkauan harga, jumlah bantuan modal usaha, tingkat kepastian pasar, penyuluhan dari dinas instansi terkait, dan
66 iklim usaha. Pengukuran peubah faktor pendukung kegiatan usaha disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengukuran terhadap Peubah Faktor Pendukung Kegiatan Usaha (X4)
No.
Sub Peubah
Konsepsi
1.
Ketersediaa n saprodi
Ketersediaan sarana produksi di pasaran pada saat seseorang membutuhkan
Pengukuran Langka = sarana produksi sulit
Keterjangka uan harga sarana produksi
Kemampuan seseorang membeli (membayar) saprodi sesuai harga pasar
Cukup = sarana produksi mudah didapat dalam jumlah terbatas
Tersedia = sarana produksi mudah
Tidak terjangkau = petani tidak mampu Cukup terjangkau = petani mampu membeli saprodi tetapi menurunkan pendapatan petani saprodi dan tidak menurunkan pendapatan petani
4.
Kepemilikan modal usaha
Pasar hasil produksi
Jumlah nilai nominal aset yang dimiliki seseorang sebagai modal menjalankan usaha ekonomi produktif
Potensi atau ketersediaan pasar hasil produksi usaha
2 3 1
membeli sa-prodi karena harganya memberatkan petani
Terjangkau = petani mampu membeli
3.
1
didapatkan
didapat dalam jumlah sesuai kebutuhan
2.
Skor
2
3
Rendah = lebih kecil dari sepertiga selang rata-rata pemilikan modal semua sampel Sedang = lebih besar dari sepertiga dan lebih kecil dari dua pertiga selang rata-rata pemilikan modal usaha semua sampel Tinggi = dua per tiga atau lebih dari ratarata pemilikan modal usaha semua sampel
1
Tidak tersedia = tidak ada pembeli
1
hasil produksi Cukup tersedia = ada pembeli tanpa kesepakatan harga sebelumnya
2
Tersedia = ada pemeli dengan
3
kesepakatan harga sebelumnya
2
3
67 Tabel 7 (Lanjutan)
No.
Sub Peubah
Konsepsi
Pengukuran
Skor
5.
Penyuluhan dari dinas instansi terkait
Frekuensi kegiatan penyuluhan per tahun tentang materi yang terkait dengan usaha ekonomi produktif
Rendah = lebih kecil dari sepertiga selang rata-rata frekuensi penyuluhan yang diikuti semua sampel Sedang = lebih besar dari sepertiga dan lebih kecil dari dua pertiga selang rata-rata frekuensi penyuluhan yang diikuti semua sampel Tinggi = dua per tiga atau lebih dari ratarata frekuensi penyuluhan yang diikuti semua sampel
1
6.
Iklim usaha
Kondisi sosial Tidak kondusif = kondisi sosial politik politik tidak mendukung perkembangan lingkungan usaha eksternal seperti Cukup kondusif = kondisi sosial politik peraturan cukup mendukung perkembangan perundangan usaha yang Kondusif = kondisi sosial politik sangat mendukung mendukung perkembangan usaha perkembangan usaha ekonomi produktif
2
3
1
2
3
Faktor dinamika kelompok dalam penelitian ini diartikan sebagai persepsi sampel terhadap kondisi internal kelompok yang mampu meningkatkan aktivitas dan produktivitas anggota dalam berusaha. Peubah faktor pendukung dilihat (diukur) dari tingkat pemahaman anggota terhadap tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, ketegangan kelompok, keefektivan kelompok, kepemimpinan kelompok, dan kepuasan anggota. Pengukuran peubah dinamika kelompok disajikan pada Tabel 8. Faktor perilaku berusaha masyarakat dalam penelitian ini diartikan sebagai persepsi sampel terhadap kondisi seseorang dilihat dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental terhadap teknologi usaha ekonomi rumah tangga. Peubah faktor perilaku berusaha dilihat (diukur) dari tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap teknologi ekonomi rumah tangga. Pengukuran perilaku berusaha masyarakat disajikan pada Tabel 9.
68 Tabel 8. Pengukuran terhadap Peubah Dinamika Kelompok (X5)
No. 1.
2.
3.
4.
Sub Peubah Tujuan kelompok
Struktur kelompok
Fungsi tugas kelompok
Pembinaan dan pengembang an kelompok
Konsepsi
Pengukuran
Skor
Kejelasan rumusan Tidak jelas = sebagian besar tujuan, tingkat anggota kelompok tidak pencapaian tujuan, memahami tujuan kelompok sosialisasi tujuan, da Kurang jelas = kurang lebih setengah kesesuaian tujuan dari jumlah anggota kelompok dengan tujuan tidak memahami tujuan kelompok Jelas = sebagain besar anggota memahami tujuan kelompok Pembagian tugas Gemuk = jumlah anggota kelompok diantara anggota, >20 orang pemanfaatan Sedang = jumlah anggota kelompok struktur dalam 10 – 20 orang menjalankan tugas, Ramping = jumlah anggota <10 hubungan struktural orang yang ada, dan pemahaman anggota terhadap struktur kelompok
1
fungsi memberikan infrmasi, fungís menyelenggarakan koordinasi, fungís menjelaskan sesuatu, danfungsi pemecahan masalah
Tidak jelas = sebagian besar anggota kelompok tidak memahami fungsi tugas masingmasing anggota kelompok Kurang jelas = kurang lebih setengah dari jumlah anggota kelompok tidak memahami fungsi tugas masing-masing anggota Jelas = sebagian besar anggota memahami fungsi tugas masingmasing anggota kelompok
1
Tidak berjalan = bimbingan dari pengurus kepada anggota baru tidak berjalan Kadang-kadang = hanya sebagian anggota baru mendapatkan bimbingan dari pengurus kelompok Berjalan baik = sebagain besar anggota baru menda-patkan bimbingan dari pengurus kelompok
1
Penumbuhan partisipasi anggota, penyediaan fasilitas, penyelenggaraan berbagai aktivitas, sosialisasi aturan, sosialisasi program dan kegiatan, penciptaan hubungan di antara kelompok, dan penentuan estándar kerja
2
3 1 2 3
2
3
2
3
69 Tabel 8 (lanjutan)
No.
Sub Peubah
Konsepsi
Pengukuran
Skor
5.
Kekompakan kelompok
perwujudan kesatuan dan persatuan anggota, identifikasi keanggotaan, homogenitas, kerjasama anggota, dan keharmonisan hubungan antar angota
Tidak kompak = sebagian besar anggota kelompok tidak menjaga kebersamaan kelompok Kurang kompak = kurang lebih setengah dari jumlah anggota kelompok tidak menjaga kebersamaan kelompok Kompak = sebagain besar anggota menjaga kebersamaan kelompok
1
Persaingan internal, persaingan eksternal, konflik internal, tantangan dan peluang, dan penerapan sanksi
Rendah = suasana kelompok dirasakan sebagian besar anggota kelompok tidak memacu pada upaya pencapaian tujuan kelompok Cukup = suasana kelompok dirasakan lebih setengah dari jumlah anggota kelompok tidak memacu pada upaya pencapaian tujuan kelompok Tegang = suasana kelompok dirasakan oleh sebagain besar anggota menjadi pemacu pada upaya pencapaian tujuan kelompok
1
Hasil atau produktivitas yang sudah dicapai, semangat verja dan kesungguhan anggota, dan keberhasilan anggota dalam memenuhi kebutuha pribadinya
Rendah = pencapaian tujuan kelompok belum dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggota kelompok Cukup = pencapaian tujuan kelompok dirasakan oleh setengah dari jumlah anggota kelompok Tinggi = pencapaian tujuan kelompok sudah dirasakan oleh sebagain besar anggota kelompok
1
Gaya kepemimpinan, pelaksanaan peranan, tangungjawab yang dibangun, pelmpahan wewenang, dan kekuasaan yang dijalankan
Tidak baik = pengurus belum melaksanakan sebagaian besar fungsi kepemimpinan Cukup = pengurus melaksanakan sebagian fungsi kepemimpinan Baik = pengurus sudah melaksanakan sebagain besar fungsi kepemimpinan
1
6.
7.
8.
Ketegangan kelompok
Keefektivan kelompok
Kepemimpinan kelompok
2
3
2
3
2
3
2 3
70 Tabel 8 (lanjutan)
No. 9.
Sub Peubah Kepuasan anggota
Konsepsi
Pengukuran
Skor
Perasaan atas hasil Rendah = sebagian besar anggota yang dicapai, kelompok tidak merasa puas keinginan untuk terhadap apa yang sudah dicapai meneruskan usaha, oleh kelompok dan keinginan berbagi Cukup = setengah dari jumlah pengalaman sesama anggota kelompok belum merasa anggota. dan tingkat puas terhadap apa yang sudah kepuasan terhadap dicapai oleh kelompok hasil yang dicapai Tinggi = sebagian besar anggota anggota kelompok kelompok sudah merasa puas terhadap apa yang sudah dicapai oleh kelompok
1
2
3
Tabel 9. Pengukuran terhadap Peubah Perilaku Masyarakat dalam Usaha Ekonomi Rumah tangga (Y1) No.
Sub Peubah
1.
Pengetahuan
2.
3.
Sikap mental
Keterampilan
Konsepsi
Pengukuran
Skor
Tingkat penguasaan atau pemahaman terhadap pengetahuan yang terkait dengan bidang usaha ekonomi produktif yang dijalankan
Rendah = indeks <5 Sedang = indeks 5--7 Tinggi = indeks >7
1
Tingkat kesetujuan terhadap ide atau inovasi pengembangan usaha ekonomi produktif
Rendah = indeks <5 Sedang = indeks 5--7 Tinggi = indeks >7
1
Tingkat penguasaan keterampilan yang terkait dengan bidang usaha ekonomi produktif
Rendah = indeks <5 Sedang = indeks 5--7 Tinggi = indeks >7
1
2 3
2 3 2 3
Faktor tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan kepala rumah tangga mengambil keputusan dan mengatasi masalah ekonomi rumah tangga. Peubah faktor tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga dilihat (diukur) dari tingkat kemandirian pengambilan keputusan, kemapanan usaha ekonomi produktif, dan tingkat pendapatan rumah tangga dari usaha ekonomi produktif. Pengukuran tingkat keberdayaan eonomi rumah tangga disajikan pada Tabel 10.
71 Tabel 10. Pengukuran terhadap Peubah Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga (Y2) No.
1.
2.
3.
Sub Peubah
Kemandirian pengambilan keputusan
Kemapanan usaha
Pendapatan usaha ekonomi produktif
Konsepsi
Pengukuran
Skor
Tingkat kemandirian seseorang dalam pengambilan keputusan untuk memulai melakukan usaha ekonomi produktif
Tidak mandiri = Keputusan ditentukan oleh pihak lain Kurang mandiri: Keputusan ditentukan atas pertimbangan dan masukan pihak lain Mandiri: Keputusan ditentukan sendiri
1
Perasaan yang dimiliki seseorang terhadap kondisi dan prospek kelangsungan usaha ekonomi produktif yang dijalankan
Belum mapan = seseorang merasa tidak yakin terhadap kelangsungan usahanya Cukup mapan = seseorang merasa cukup yakin terhadap kelangsungan usahanya Mapan = seseorang merasa yakin terhadap kelangsungan usahanya
1
Tingkat pendapatan Rendah = lebih kecil dari seseorang dari usaha sepertiga selang rata-rata ekonomi produktif pendapatan usaha ekonomi yang dijalankan produktif semua sampel Sedang = lebih besar dari sepertiga dan lebih kecil dari dua pertiga selang rata-rata pendapatan usaha ekonomi produktif semua sampel Tinggi = dua per tiga atau lebih dari rata-rata pendapatan usaha ekonomi produktif semua sampel
1
2 3
2 3
2
3
Pengukuran terhadap peubah, indikator, dan parameter dilakukan dengan cara yang sama, yakni berdasarkan suatu kontinum yang dinyatakan dalam bentuk nilai skor. Karena setiap peubah memiliki jumlah indikator dan parameter yang tidak sama, maka untuk mengklasifikasikan suatu peubah indikator atau parameter tersebut perlu dilakukan transformasi terlebih dahulu ke dalam bentuk indeks.
Berdasarkan jumlah nilai skor indeks tersebut kemudian dilakukan
pengklasifikasian selanjutnya. Dengan demikian, bias yang ditimbulkan akibat
72 jumlah parameter dan indikator yang tidak sama dalam mengukur suatu peubah dapat dihindari sekecil mungkin. Penyajian data ordinal untuk keperluan uji statistik parametrik, terlebih dahulu dilakukan trasformasi data dengan menggunakan rumus trasformasi sebagai berikut: Indeks transformasi
=
Jumlah skor yang diperoleh per indikator dikurangi jumlah skor terkecil Jumlah skor maksimum dikurangi jumlah skor terkecil
Jenis data yang dikumpulkan dari pihak manajemen perusahaan meliputi: (1)
Profil perusahaan yang melaksanakan CSR,
(2)
Persepsi manajemen (direksi) terhadap CSR,
(3)
Kebijakan manajemen dalam melaksanakan CSR,
(4)
Waktu pelaksanaan CSR dmulai,
(5)
Porsi pendanaan CSR dari keuntungan perusahaan,
(6)
Jenis-jenis kegiatan CSR,
(7)
Jumlah sasaran (anggota masyarakat) yang terkena program CSR,
(8)
Jenis dan jumlah bantuan bagi masyarakat sekitar,
(9)
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan CSR,
(10) Dukungan dari pemerintah daerah dalam pelaksanaan CSR, (11) Efek atau manfaat yang dirasakan perusahaan setelah melaksanakan CSR, (12) Harapan perusahaan terhadap peraturan (regulasi) yang menyangkut pelaksanaan CSR. Kuisioner untuk pihak manjemen perusahaan dibuat dalam bentuk pertanyaan terbuka.
Hal ini dimaksudkan untuk memberi keleluasaan pihak manajemen
menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga dapat membantu deskripsi kualitatif dan kuantitatif kegiatan CSR oleh perusahaannya. Instrumentasi Instrumentasi merupakan upaya menyusun alat ukur atau menentukan parameter terhadap peubah yang diteliti. Instrumentasi yang berupa kuisioner dikembangkan melalui penentuan definisi operasional dari peubah, menetapkan indikator-indikator peubah, dan menentukan parameter dari setiap indikator
73 peubah. Kuisioner yang telah disusun, sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner, maka kuisioner yang digunakan harus mengukur apa yang ingin diukur.
Menurut Ancok
(Singarimbun dan Effendi, 1989:122--132) validitas alat pengumpul data digolongkan ke dalam beberapa jenis: (1) Validitas konstrak (construct validity). konsep.
Konstruk adalah kerangka suatu
Peneliti harus mencari apa saja yang merupakan kerangka dari
konsep tersebut. Kerangka konsep dapat kita cara dengan: (a) mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang ditulis dalam literatur;
(b) bila dalam literatur tidak dapat diperoleh, kita harus
mendefinisikan sendiri konsep tersebut; dan (c) menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik sama dengan responden. (2) Validitas isi (content validity). Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. (3) Validitas eksternal (external validity).
Validitas eksternal menunjuk pada
sejauhmana suatu alat pengukur yang dibuat atau yang sudah ada memiliki validitas.
Validitas ini dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan alat
pengukur baru dengan tolok ukur eksternal yang berupa alat ukur yang sudah valid. (4) Validitas prediktif (predictive validity). Validitas prediktif suatu alat peng-ukur dapat diketahui bila alat pengukur tersebut dapat memprediksi (memperkirakan) apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. (5) Validitas budaya
(cross cultural validity).
Validitas alat pengukur dapat
diketahui bila alat tersebut valid untuk responden dari beberapa suku yang diteliti. (6) Validitas rupa (face validity).
Validitas ini hanya menunjukkan bahwa dari
segi ”rupa” suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur. Bentuk dan penampilan alat pengukur sangat menentukan apakah alat ukur tersebut memiliki validitas atau tidak. Dalam penelitian survei, validitas rupa
74 suatu alat pengukur tidak menjadi masalah, sebab alat ukur yang digunakan biasanya berupa kuisioner yang tujuannya untuk mencari fakta. Dalam penelitian ini, instrumen pengukuran akan diuji dengan validitas konstrak (construct validity) sehingga diharapkan semua aspek kerangka konsep dapat terwakili oleh pengukuran yang dilakukan. Pengukuran validitas alat ukur dilakukan dengan menghitung nilai korelasi product
moment
antara
masing-masing
pertanyaan
dengan
skor
total
(Singarimbun dan Effendi, 1989: 137), dengan rumus sebagai berikut: r=
N (∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
[N ∑ X
2
[
− ( ∑ X 2 ) ] N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
]
Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor masing-masing item peranyaan dengan skor total pada setiap peubah. Kisaran hasil uji korelasi pada masing-masing peubah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kisaran nilai Koefisien Korelasi Item-item Pertanyaan dalam Satu Peubah No.
Peubah
Kisaran koefisien korelasi
1.
Karakter individu (X1)
0,43** s/d 0,71**
2.
Kualitas program CSR (X2)
0,87** s/d 0,92**
3.
Kompetensi fasilitator (X3)
0,85** s/d 0,89**
4.
Faktor pendukung (X4)
0,31* s/d 0,94**
5.
Dinamika kelompok (X5)
0,77** s/d 0,98**
6.
Perilaku berusaha (Y1)
0,23* s/d 0,75**
Keterangan: * nyata pada ά = 0,05 ** nyata pada ά = 0,01 Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error).
Setiap hasil pengukuran
sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil pengukuran yang sesungguhnya (true score) ditambah dengan kesalahan pengukuran.
Makin kecil kesalahan
75 pengukuran, makin reliabel alat pengukur tersebut, sebaliknya semakin besar kesalahan pengukuran, alat pengukur tersebut makin tidak reliabel. Untuk
keperluan
pengujian
reliabilitas
kuisioner,
dilakukan
pada
masyarakat di satu desa sekitar perusahaan agroindustri yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian yang angota masyarakatnya memiliki karakter yang mirip (dalam hal tingkat pendidikan, tingkat ekonomi) dengan desa sampel. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 13.0 dengan analisis Guttman Split-Half.
Teknik ini merupakan
teknik belah dua, pertanyaan yang sudah diuji validitasnya, nilai korelasi r setiap pertanyaan nomor ganjil dkorelasikan dengan nilai korelasi r setiap pertanyaan nomor genap. Secara manual dapat dihitung dengan rumus: r.tot = 2 (r.tt) / 1 + r.tt. Keterangan: r.tot = angka reliabilitas seluruh item; r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.857. Dengan demikian instrumen dianggap reliabel. Pengumpulan Data Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan responden dan data sekunder dilakukan pada bulan
November 2007 – April 2008.
Lokasi
dalam kajian ini mewakili desa-desa sasaran CSR sekitar perusahaan agroindustri di Provinsi Lampung.
Sumber data primer penelitian ini adalah
anggota masya-rakat yang telah mendapatkan penyuluhan, pendampingan, dan pelatihan di lokasi terpilih, yang diharapkan mewakili semua anggota masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh enumerator.
Untuk menyamakan pemahaman terhadap materi
kuisioner, enumerator akan diberikan pembekalan (coaching) dari peneliti, yang dilanjutkan dengan uji coba kuisioner (try out).
Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan teknis analisis deskriptif, eksplanasi kausalitas, historis, korelasional, dan dilanjutkan dengan analisis Structural Equation Modelling (SEM) yang juga dikenal dengan istilah Model Persamaan Struktural (MPS) (Supranto, 2004:220; Solimun, 2002: 65-84).
76 Analisis deskriptif berupaya menjelaskan suatu fenomena hasil penelitian melalui penafsiran terhadap data atau hasil pengamatan yang disajikan secara naratif untuk menjawab pertanyaan atau pemasalahan penelitian.
Analisis
eksplanasi kausalitas berusaha menjelaskan suatu fenomena dengan satu atau lebih faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut. Analisis historis berupaya menjelaskan kronologis atau urutan waktu kejadian-kejadian penting yang terkait dengan suatu fenomena tersebut. Analisis korelasional digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara data peubah yang termasuk data ordinal atau interval. Dalam penelitian ini yang data ordinal untuk adalah pengalaman berusaha, kualitas program pemberdayaan, dinamika kelompok, ketersediaan saprodi, keterjangkauan harga saprodi, iklim usaha, perilaku masyarakat berusaha agribisnis, dan tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga; dan data rasio untuk pendidikan formal, pendidikan non formal,
jumlah tanggungan keluarga, jumlah bantuan modal
usaha, dan penyuluhan dari dinas terkait. Untuk mengetahui besarnya korelasi antar peubah yang diteliti digunakan rumus Korelasi Rank Spearman (rs) (Siegel, 1985: 253) adalah sebesar: N
6∑ d i2 rs = 1 -
i =1 3
N −N
Keterangan: N = jumlah sampel di = perbedaan antar kedua ranking Model persamaan struktural digunakan untuk mengkaji suatu seri atau deret hubungan dependensi secara simultan (depedence relationship simultaneously) menjadi suatu peubah bebas (an independent peubah) di dalam hubungan dependensi selanjutnya (in subsequent
dependence relationship).
Set hubungan ini, masing-masing dengan peubah tak bebas dan peubah bebas merupakan dasar (basis) dari model tersebut. Secara matematis, formulasi SEM dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut: Y1 = X11 + X12 + X13 + ….+ X1n Y2 = X21 + X22 + X23 + ….+ X2n Y3 = X31 + X32 + X33 + ….+ X3n . . .
77 Ym = Xm1 + Xm2 + Xm3 + ….+ Xmn ↓ (metrik)
(metrik, non metrik)
Analisis SEM memberikan kemudahan untuk memahami hubungan berganda secara simultan dari peubah penelitian.. Analisis SEM mampu untuk mengakses hubungan secara komprehensif da memberikan suatu transisi dari exploratory to confirmatory analysis. Dengan perkataan lain, dengan SEM dapat menjawab tiga tujuan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara dengan faktor analisis konfirmatori), pengujian model hubungan antar peubah laten (setara dengan analisis jalur atau path analysis), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk memperkirakan suatu kejadian (setara dengan model struktural atau analisis regresi) (Solimun, 2002: 65). Selanjutnya, Ghozali dan Fuad (2005) menyatakan bahwa secara umum, tahap-tahap dalam Structural Equation Modeling meliputi konseptualisasi model, penyusunan diagram alur (path diagram), spesifikasi model, identifikasi model, estimasi parameter, penilaian model fit, modifikasi model, dan validasi silang model. Ghozali dan Fuad (2005) menyatakan bahwa beberapa indikator untuk menilai fit tidaknya suatu model persamaan struktural antara lain: (4) Chi-square dan probabilitas.
Nilai chi-square menunjukkan adanya
penyimpangan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians model (fit), namun nilai chi-square ini hanya akan valid bila asumsi normalitas data terpenuhi dan ukuran sampel adalah besar. mengenai baik buruknya fit suatu model.
Chi-square merupakan ukuran Nilai chi-square sebesar 0
menunjukkan bahwa model memiliki fit yang sempurna (prefect fit). (5) Goodness of Fit Indices. Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan matriks kovarians hasil penelitian (observed covarians matrix). Nilai GFI harus berkisar antara 0 dan 1, meskipun secara teoritis GFI mungkin memiliki nilai negatif, tetapi hal tersebut seharusnya tidak terjadi karena model yang memiliki nilai GFI negatif adalah model yang paling buruk dari seluruh model yang ada. Nilai GFI yang lebih besar dari 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik. (6) Adjusted Goodness of Fit Index.
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
adalah sama seperti GFI, tetapi telah menyesuaikan pengaruh derajad bebas (degrees of freedom) pada suatu model. Nilai AGFI harus berkisar antara 0
78 dan 1. Nilai AGFI yang lebih besar dari 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik, sedangkan GFI sebesar 1 berarti bahwa model memiliki fit yang sempurna. (7) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). RMSEA merupakan indikator model fit yang paling informatif.
RMSEA ini mengukur penyim-
pangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks kovarians populasinya. Nilai RMSEA yang kurang dari 0,05 mengindikasikan adanya model fit, dan nilai RMSEA yang berkisar antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan bahwa model memilki diterima akal.
perkiraan kesalahan yang dapat
Nilai RMSEA antara 0,08 dan 0,1 mengindikasikan bahwa
model memiliki fit yang cukup (mediocre), sedangkan nilai RMSEA yang lebih besar dari 0,1 mengindikasikan mode fit yang sangat jelek. Tahap pengolahan data dimulai dari editing, tabulasi, kompilasi, dan pemasukan data (data entry) yang memanfaatkan perangkat lunak Excel dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
Selanjutnya, data dianalisis
dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.54 yang dilengkapi program Prelis dan Simplis.