Menjalankan Perintah Al-Quran Suci Ikhtisar Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Khalifatul Masih al-khaamis Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (ayyadahullahu ta’ala bi nashrihil ‘aziz, aba) 26 Juli 2013
'Katakanlah,' Ayo, aku akan bacakan padamu apa yang Tuhanmu telah haramkan untukmu: yakni jangan menjadikan sesuatupun sebagai sekutu bagi-Nya, dan kamu harus memperlakukan kedua orangtua dengan penuh ihsan, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan - Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu dan juga kepada mereka - dan jangan mendekati perbuatan tak bermalu, baik terbuka maupun tersembunyi; dan jangan membunuh suatu jiwa yang Allah telah haramkan, kecuali dengan hak. Inilah yang Dia telah perintahkan kepadamu, supaya kamu menggunakan akal. Dan janganlah mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang terbaik, sampai ia mencapai kedewasaannya. Dan berikanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebankan suatu jiwa melebihi kemampuannya. Dan ketika kamu berbicara, maka berbicaralah dengan adil, meskipun jika orang yang bersangkutan adalah kerabat, dan penuhilah perjanjian dengan Allah. Itulah yang Dia perintahkan kepadamu, supaya kamu mengambil nasehat. Dan (Dia) juga memerintahkan, 'Ini adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah itu, dan jangan mengikuti jalan-jalan lain, karena itu menjauhkanmu dari jalan-Nya. Itulah yang Dia perintahkan kepadamu, supaya kamu mungkin bertakwa '(QS Al-An'am, ayat 152-154).
Sebagaimana dijelaskan dalam khotbah Jumat lalu, bulan Ramadhan dan Al Qur'an memiliki pertalian khusus karena pewahyuan Al-Qur'an dimulai pada bulan ini. Namun, hubungan ini hanya dapat memberi manfaat jika kita membaca Al-Qur'an selama bulan Ramadhan dengan merenungkan perintah-perintahnya kemudian menjadikan perintah-perintah ini bagian dari kehidupan kita. jika tidak, kita tidak akan memenuhi tujuan diturunkannya Alquran di bulan Ramadhan. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Bersabda, "Tujuan Al-Qur'an adalah untuk mengubah kondisi liar menjadi manusia dan kemudian melalui sopan santun menjadikan orang beradab sehingga hal bisa diselesaikan dalam batas-batas dan perintah yang telah ditentukan kemudian menjadikan mereka manusia bertuhan.” Beliau juga bersabda, "Hal ini juga hendaknya diingat bahwa Al-Qur'an membawa petunjuk untuk kesempurnaan ilmu dan amal. demikianlah, ‘tunjukilah kami ke jalan yang benar' mengisyaratkan mencari pengetahuan, sementara ‘jalan orang-orang yang Engkau Engkau telah beri nikmat atas mereka ...' mengacu pada kesempurnaan amal, sehingga hasil yang terbaik dan sempurna dapat dicapai. Kecuali tunas tumbuh dan berkembang dengan baik, ia tidak akan dapat berbunga atau berbuah. Demikian pula, suatu petunjuk yang tidak memiliki hasil yang paling baik, adalah petunjuk yang mati. ' Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda, "Al-Qur'an adalah petunjuk yang melaluinya pengikutnya mencapai keunggulan dan ia menjalin hubungan dengan Allah Taala. Perbuatan baiknya, yang sesuai dengan perintah Al-Qur'an, tumbuh seperti pohon yang beberkat (sajarah thayyibah), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka menghasilkan buah yang memberikan rasa manis dan rasa yang khas. " Sebuah perubahan yang khas terjadi pada orang yang membaca Al Qur'an sebagaimana seharusnya dibaca dan menjalankan perintah-perintahnya. Nilai-nilai akhlak tinggi tercipta dan seseorang menjadi orang yang beradab dan bertuhan, dan Allah telah memisalkan kondisi ini dengan pohon yang beberkat '... ini seperti pohon yang baik, yang akarnya kuat dan yang cabang-cabangnya sampai ke langit. (Ibrahim, 14:25) Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Bersabda, "dengan menguraikan hal ini Allah Taala di sini mengibaratkan keimanan dengan benih dan pohon, dan amalan dengan pengairan. AlQur'an memberikan perumpamaan seorang petani yang menabur benih dan menyebut menabur benih ini sebagai iman. Pengairannya berjalan dan disini (maksudnya) amal. Karena itu, hendaknya diingat bahwa iman tanpa amal adalah seperti sebuah taman tanpa air /sungai. Sebuah pohon akan kering jika setelah menanamnya pemiliknya tidak memperhatikan pengairannya. Demikian pula dengan iman.
[
]
"Dan adapun orang-orang yang berjihad di jalan kami ... '(29:70), yaitu, tidak cukup dengan upaya kecil, jalan ini membutuhkan perjuangan keras." 1 Memang, Ramadhan menarik perhatian kita [rohani] perjuangan. Sementara merenungkan Al Qur'an dan berusaha memahaminya, kita juga harus mengamalkan ajaran-ajarannya sehingga kita menjadi cabang-cabang segar dan hijau yang sampai ke langit dan yang terhubung dengan Tuhan. Dalam ayat-ayat yang dibacakan di awal khutbah, Allah telah menarik perhatian pada beberapa perintah. perintah ini membimbing kita menuju ketakwaan dan membayar hak-hak Allah dan hak-hak umat manusia. Meskipun terjemahan ayat-ayat menjadikan perintah ini sangat jelas, tapi Hudhur menyebutkanya sekali lagi sebagai pengingat: • • • • • • • • • • •
Jangan menyekutukan seseorang atau sesuatu dengan Allah Memperlakukan orang tua dengan baik, haram memperlakukan mereka dengan buruk. Jangan membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan Hindari setiap ketidaksenonohan yang tersembunyi dan nyata, bahkan jangan mendekatinya Jangan mengambil nyawa yang Allah telah haramkan Jangan mendekati harta anak yatim Ketika anak yatim dewasa, serahkan harta mereka kepada mereka Berikan takaran secara penuh dan timbanglah dengan adil Berlaku jujur dan adil dalam segala situasi, kerabat atau orang dekat hendaknya tidak menjadi penghalang dalam hal ini Penuhi janjimu Dalam segala kondisi berusahalah untuk tetap berada di jalan yang lurus (shiratal mustaqim).
Perintah pertama melarang menyekutukan sesuatu dengan Allah. orang berakal mana yang akan menyekutukan Tuhan yang telah menciptakan kita dan yang memelihara kemampuan mental, fisik dan kerohanian kita dan memberi kita semua nikmat? Namun, orang tidak mengerti dan menyekutukan Allah. Mereka tidak berusaha memahami makna syirik secara mendalam. Setiap era dan zaman terdapat orang yang memiliki kecenderungan ini dan inilah mengapa pesan pertama dari nabi Allah mengajarkan melawan syirik; memang syirik adalah dosa tak terampunkan. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda: Setiap dosa bisa dimaafkan tetapi menyekutukan Allah merupakan dosa yang tidak terampuni. "... Sesungguhnya, menyekutukan Allah adalah kedzaliman besar." (31:14) 1
Tafsir Alquran, vol. 2 hal. 757-758
Dan '... tidak akan mengampuni bahwa sesuatu disekutukan dengan-Nya ... "(4:48) Di sini, syirik tidak hanya berarti menyembah berhala yang terbuat dari batu. Bahkan memuja sarana duniawi dan mementingkan berhala duniawi juga syirik. Sungguh Ini adalah syirik. Contoh berbuat dosa adalah seperti merokok Huqqah, meninggalkannya tidaklah terlalu sulit dan berat sedangkan contoh syirik adalah seperti menggunakan candu, yang merupakan kebiasaan tidak mungkin dihentikan. 2 1F
Hahdrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Bersabda, "Syirik ada tiga macam. Jenis yang pertama adalah penyembahan berhala yang umum dan menyembah pohon. Ini adalah syirik yang jelas dan umum. syirik Jenis kedua adalah ketika terlalu bergantung pada sarana, yaitu, mengatakan 'kalau ini dan itu tidak terjadi, aku pasti sudah mati', ini adalah syirik. Jenis ketiga adalah syirik dimana seseorang menganggap dirinya sesuatu yang sebanding dengan Tuhan. Tidak ada yang terlibat dalam jenis syirik jelas di era pencerahan; namun, di masa kemajuan material ini, syirik sarana telah sangat meningkat' 3 2F
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam menjelaskan ibadah sebagai: 'Wahai manusia, sembahlah Tuhan yang telah menciptakan kamu, yaitu, pahamilah bahwa semua pekerjaanmu terjadi melalui-Nya, dan bertawakallah pada-Nya. " "Hai manusia, sembahlah Tuhan yang telah menciptakan kamu ... hanya Dialah yang layak disembah dan Dia Maha Hidup dan kamu hendaknya hanya mencintai-Nya. kesetiaan adalah dalam menjaga hubungan khusus dengan Allah dan segala sesuatu yang lain dianggap tidak bernilai dibandingkan dengan-Nya. Seseorang yang begitu menyayangi anak-anaknya atau orangtuanya sehingga ia terus khawatir tentang mereka sepanjang waktu juga melakukan semacam penyembahan berhala. Penyembahan berhala tidak hanya berarti menyembah berhala seperti Hindu, terlalu mencintai (sesuatu) juga merupakan satu jenis penyembahan. " 'Wahai manusia, sembahlah Tuhan, yang Esa dan tanpa sekutu, yang menciptakan kamu dan nenek moyangmu. kamu hendaknya takut pada Tuhan yang Qadir yang menjadikan bumi tempat beristirahat bagimu dan langit (sebagai) atap. Yang menurunkan air dari langit untuk membuat berbagai macam rezeki bagimu dari buah-buahan. Jangan secara sengaja menyekutukan hal-hal tersebut dengan-Nya yang telah diciptakan-Nya untuk kamu' 4 3F
menjelaskan Lebih lanjut hakekat ibadah, Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam bersabda: "Alasan sebenarnya penciptaan manusia adalah ibadah. Sama seperti yang dinyatakan di tempat lain: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (51:57).
2
Malfuzhat, vol. 6, hal. 18-19 Tafsir Alquran, vol. 3, hal. 657 4 Tafsir Alquran, vol. .. hal. 454-455 3
Ibadah sejati adalah ketika manusia menghapus semua kekerasan dan kebengkokan dan menjadikan medan hatinya sebersih petani membersihkan ladangnya ... seperti celak yang gerus dengan sangat halus sehingga dapat dipakai di mata. Demikian pula, keadaan ibadah adalah ketika medan hati bebas dari batu, kerikil dan ketidakrataan dan begitu bersih sehingga mewujudkan jiwa yang murni. Jika cermin dibersihkan dengan cara ini kita dapat melihat wajah seseorang di dalamnya dan jika tanah diperlakukan demikian, semua jenis buah-buahan tumbuh di dalamnya. Oleh karena itu, jika seseorang, yang telah diciptakan untuk menyembah Tuhan, membersihkan hati dan tidak membiarkan batu, kerikil atau ketidakrataan apapun tetap tinggal di situ, Allah akan terlihat di dalamnya. Aku katakan sekali lagi bahwa kecintaan Tuhan akan tumbuh dan berkembang di dalamnya, memberikan buah yang manis dan sehat yang akan abadi.' Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam juga bersabda bahwa hanya mungkin berdiri di hadapan Allah dalam keadaan kerendahan hati yang khas ketika ada hubungan yang luar biasa dengan-Nya. Dan cinta ini harus dua arah, antara Pencipta dan manusia. Kecintaan Tuhan harus begitu kuat dan begitu benar sehingga itu membakar kelemahan diri manusia, seperti petir membakar habis apapun yang disambarnya, dan kerohanian mengambil alih. Ini adalah alasan penciptaan kita dan ini adalah alasan merasakan Ramadhan dan ini adalah standar ibadah yang Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam telah ajarkan kepada kita. ketika standar ini dicapai, manusia bebas dari segala macam syirik. semoga Tuhan memberi taufik kepada kita untuk beribadah dengan cara ini di Ramadan ini. Perintah kedua adalah tentang berbuat baik kepada orangtua. Urutan perintah ini wajar karena setelah Tuhan, orangtualah yang menjaga kami dan memelihara kita. tuhan telah menyatakan:
'Tuhanmu telah memerintahkan,' Jangan menyembah selain Dia, dan berbuat baiklah kepada orang tua. Jika salah satu dari mereka atau keduanya mencapai usia tua dengan engkau, jangan pernah mengatakan kepada mereka kata yang mengisyaratkan jijik atau mencela mereka, tapi beribacaralah kepada mereka dengan kata-kata yang sangat baik. "(17:24) Kadang-kadang diterima keluhan dari orangtua orang yang berpendidikan dan maju, bahwa tidak hanya mereka tidak membayar hak-hak orangtua mereka tetapi bahkan berbuat dzalim kepada mereka. Saudara perempuan menulis bahwa saudara laki-laki bahkan mengangkat tangan mereka kepada orang tua terutama dalam hal pengaturan harta (warisan). Jika orang tua mengelola pengaturan harta (warisan) di masa hidup mereka, keturunan mereka berbuat jahat. Contoh-contoh ini juga ditemukan di antara kita dan orang tua ditinggalkan tanpa apapun. Di negara ini remaja melakukan kekasaran atas nama kebebasan. Secara umum di sini setelah usia tertentu anak-anak dianggap mandiri, tapi kebebasan di sini tidak memperhatikan tingkat senioritas yang sebenarnya merupakan kebodohan. Ajaran indah Islam adalah jangan mengungkapkan perasaan jijik apapun kepada orangtua, bahkan hendaknya membalas kebaikan mereka dengan kebaikan meskipun mungkin mustahil membalas kebaikan orang tua. Ajaran indah Islam mengajarkan doa:
"Ya Tuhanku, kasihanilah mereka seperti saat mereka memeliharaku ketika aku kecil." (17:25) Ini memang harus menjadi standar kita. Doa ini dapat dipanjatkan untuk orangtua bahkan setelah mereka telah meninggalkan dunia ini untuk meniggikan kedudukan mereka di akhirat. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam Bersabda, "Allah telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah siapa pun kecuali Dia dan berbuat baiklah kepada orangtuamu. Rububiyyat (sifat Allah merawat dan memelihara) adalah sebuah keajaiban! Seorang bayi tidak memiliki kekuatan apapun dan ibunya merawatnya dalam kondisi itu, dan ayah memberikan dukungan kepada ibu dalam usahanya. semata-mata dari rahmat-Nya, Allah Ta'ala telah menjadikan dua sumber untuk merawat makhluk yang rapuh dan telah menanamkan nur kecintaan di dalam diri mereka dari Nur kecintaan-Nya. Namun, hendaknya diingat bahwa kecintaan orangtua itu terbatas dan kecintaan Allah itu hakiki. Kecuali hati diilhami oleh Allah Ta'ala, tidak ada seorangpun, entah dia seorang teman, peer atau penguasa, bisa mencintai orang lain. Ini adalah rahasia dari Rububiyyat Allah yang sempurna sehingga orangtua begitu mencintai anakanak mereka sehingga mereka menanggung segala macam rasa sakit dengan tulus ketika merawat mereka, sedemikian rupa sehingga mereka bahkan tidak ragu untuk mati demi kehidupan anak mereka." “Jangan berbicara yang menyakitkan hati orangtuamu dan jangan mengatakan sesuatu kepada mereka yang tidak menhormati kedudukan mereka. Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw. tetapi dalam kenyataannya pesan ini ditujukan kepada umat karena orangtua dari Rasulullah saw. telah meninggal pada masa kecil beliau. perintah ini mengandung pesan tersembunyi dan yakni bahwa orang bijak dapat menguraikan bahwa di sini Rasulullah saw. diberitahu dan diminta untuk menghormati orang tua beliau dan memperhatikan kemuliaan mereka dalam segala tutur kata beliau kepada mereka, jadi berapa banyak lagi orang lain harus menghormati dan memuliakan orang tua mereka! Dan ini juga yang diisyaratkan oleh ayat kedua, Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu menyembah-Nya saja dan berbuat baik kepada orangtuamu. Ayat ini memerintahkan orang-orang yang menyembah berhala bahwa berhala itu bukan apa-apa dan berhala tidak melakukan ihsan apapun kepada mereka, berhala tidak menciptakan mereka dan tidak merawat mereka ketika bayi. Jika Allah berkehendak mengizinkan untuk menyembah yang lain kecuali Dia, tentu Dia akan memerintahkan orang tua untuk disembah karena mereka merawat dan memelihara secara dzahir (rabb secara majasi), dan setiap orang, bahkan burung dan binatang melindungi anak-anak mereka ketika bayi. Oleh karena itu, setelah Rububiyyat Allah, mereka [orang tua] juga memiliki Rububiyyat dan kekuatan Rububiyyat ini juga dari Allah Taala.' 5 4F
5
Tafsir Alquran, vol. 3, hal. 59-60
Demikianlah kedudukan orang tua yang harus diperhatikan. Hadis menceritakan bahwa Nabi saw. mengatakan bahwa celakalah orang yang mendapati orangtuanya dimasa tua dan tidak masuk surga karena merawat mereka. Perintah berikutnya adalah: walaa taqtuluu aulaadakum min imlaak '... janganlah membunuh anak-anakmu karena takut miskin ...'. Ini memiliki banyak pengertian. Keindahan dari ajaran Islam adalah bahwa anak diperintahkan untuk memperlakukan orangtua dengan baik dan tidak mengatakan sesuatu yang kasar kepada mereka, meskipun jika dia tidak menyukai apa yang mereka (orangtua) katakan, dia hendaknya bersikap baik dan patuh. Selanjutnya, orang tua diperintahkan untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka dan tidak membiarkan kemiskinan menghalangi. Perhatikan pendidikan dan pelatihan anak-anak sehingga mereka tidak berakhir mati secara rohani. Ketika Tuhan memberikan orang tua kedudukan Rububiyyat, Dia mewajibkan mereka untuk merawat anak-anak mereka dan tidak membunuh mereka. Tentu saja, tidak ada orang berakal akan membunuh anak-anaknya, kecuali orang yang kurang akal atau orang yang telah melupakan Tuhan. Di sini, orang terus mendengar mengenai ibu yang membunuh anak-anak mereka dengan bantuan pacar mereka dan di negara-negara terbelakang orang mendengar orang tua membakar diri sampai mati bersama dengan anak-anak mereka karena putus asa dan pikiran yang tidak stabil. Salah satu arti '... jangan membunuh anak-anakmu...' adalah tidak memberi mereka pendidikan yang baik. Sebagian orang tidak memberikan cukup waktu dan perhatian kepada anak-anak mereka karena urusan bisnis dan ibu mengeluh bahwa karena ayah tidak di rumah anak-anak telah keluar jalur. Ketika anak-anak mencapai remaja, mereka sangat membutuhkan kehadiran dan persahabatan ayah ketika mereka mempelajari hal-hal yang salah dari pengaruh luar. Ini adalah pembunuhan akhlak anak-anak sendiri. Ayah mungkin mengatakan bahwa waktu mereka habis dengan bekerja keras untuk mencari nafkah bagi anak-anak mereka, tetapi apa gunanya kekayaan yang menyebabkan anak-anak tersesat dari jalan mereka? Contoh lain dari ini yang lazim di dunia barat dan juga dapat ditemukan dalam Jama'at kita adalah bahwa ibu pergi bekerja atau tidak memperhatikan keluarga di rumah dan menghabiskan waktu mereka di tempat lain. Ketika anak-anak pulang ke rumah tidak ada orang untuk merawat mereka. Para wanita mengatakan bahwa mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ketika mereka kembali ke rumah dalam kondisi lelah, mereka tidak memperhatikan keluarga dan mengabaikannya, yang sangat berpengaruh buruk pada anak-anak. ada beberapa perempuan bekerja hanya untuk mendapatkan uang untuk diri mereka sendiri. Beberapa perempuan yang bekerja mengatakan bahwa mereka harus pergi keluar untuk bekerja karena suami mereka menganggur. Suami tersebut hendaknya takut kepada Tuhan karena menjadi sumber 'membunuh anak-anak mereka." Hadhrat Muslih Mau’ud ra. pernah bersabda bahwa jika seorang wanita hamil tidak diberikan makanan yang cukup dan ini melemahkan janin, ini juga 'membunuh'. Istilah ini juga berarti KB karena takut kemiskinan. Penghentian kehamilan hanya diperbolehkan bila
kesehatan ibu berada dalam bahaya, dan tidak untuk alasan lain. Allah menyatakan: '... Kamilah memberikan rezeki kepadamu dan kepada mereka ...' dan '... sungguh, pembunuhan mereka adalah dosa besar.' (17:32) Muslim sejati tidak mungkin dapat mengambil langkah-langkah seperti itu. jangankan dosa besar, mereka bahkan menghindari dosa terkecil. Anak harus diberi waktu dan perhatian. Pendidikan mereka, pertalian dengan Jama'at, pendidikan yang baik dan saleh harus diutamakan. Lingkungan rumah harus dibuat kondusif untuk pendidikan yang saleh sehingga anak bisa tumbuh menjadi anggota masyarakat yang berguna. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab orang tua untuk membesarkan mereka dengan cara yang baik dan mendidik mereka dengan baik. Daripada mengutamakan diri mereka sendiri, orang tua hendaknya memberikan waktu dan perhatian kepada anak-anak mereka. Ayah tidak bisa mengatakan itu adalah tugas seorang ibu untuk merawat anak-anak dan ibu-ibu tidak bisa mengatakan itu adalah tugas seorang ayah. Hal ini tentu saja tugas mereka berdua untuk merawat anak-anak mereka bersama-sama. Anak-anak menerima asuhan terbaik jika itu dilakukan berdua, dimana ibu dan ayah memainkan peran masing-masing. Di sini [di barat] ada banyak keluarga orang tua tunggal dan anak-anak menjadi rusak. Sekolah lelah dengan keluarga seperti ini demikian juga polisi. Anak-anak yang menempuh jalan yang salah di awal kehidupan sering pergi bergabung dengan kelompok kriminal. Ini menjadi penyebab keprihatinan di sini bahwa tingkat perceraian juga meningkat di antara kita, dan ketika perceraian terjadi dalam sebuah keluarga dengan anak-anak itu merusak anakanak. Orang tua harus mengorbankan ego dan kepentingan mereka demi anak-anak mereka. Semoga Tuhan memberi taufik kepada kita semua untuk mengamalkan perintah-perintah AlQur'an selama bulan Ramadhan. Tiga perintah [dari ayat-ayat yang dibacakan di awal] dijelaskan dalam khotbah hari ini, sisanya akan dijelaskan lain waktu.
