Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode Bermain Peran Mikro Pada Kelompok B
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN MELALUI METODE BERMAIN PERAN MIKRO PADA KELOMPOK B Umami Faizah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Email:
[email protected]
Nurhenti D. Simatupang PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Email: nurhentisimatupang@ yahoo.co.id Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui bermain peran mikro. Subjek penelitian adalah anak kelompok B di TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto dengan jumlah 15 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi yang dilakukan oleh teman sejawat dan dokumentasi yang berupa foto kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan berkomunikasi lisan melalui bermain peran mikro sebesar 16 % berdasarkan evaluasi hasil dari siklus I dan siklus II. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain peran mikro dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan pada anak kelompok B di TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto. Kata Kunci : Berkomunikasi lisan, Bermain peran mikro.
Abstract This classroom action research aims to improve oral communication skills through role play micro. The subjects were children in group B in kindergarten. Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto with the number of 15 children consisting of 9 boys and 6 girls. Data collection techniques used in this study was the observation made by peers and documentation activities in the form of photos of children in the learning process. Data analysis techniques in this study using descriptive statistical analysis. The results showed an increase in oral communication through role play micro of 16% based on the evaluation of the results of the first cycle and the second cycle. From the above description, it can be concluded that playing the role of a micro can improve verbal communication skills in children in group B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto. Keywords:Communicate orally, the role micro of playing
tercantum pada kompetensi inti keterampilan (KI-4) dimana anak diharapkan dapat menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku anak berakhlak mulia. Hal ini juga dijabarkan pada kompetensi dasar KD 4.11 dimana di situ diungkapkan bahwa anak mampu menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan non verbal). Namun sesuai dengan hasil pengamatan peneliti ditemukan masalah yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan berkomunikasi lisan pada anak. Kemampuan berkomunikasi lisan pada anak kelompok B di TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto dari 15 anak, yang dapat memahami cara berkomunikasi lisan hanya 3 anak, atau sekitar 20%, sedangkan 80% yang lain belum menunjukkan kemampuan berkomunikasi lisannya. Salah satu penyebab dari kondisi tersebut khususnya berkomunikasi lisan kepada anak, guru guru kurang dalam memfasilitasi alat peraga untuk merangsang anak untuk berkomunikasi lisan,
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar dari pembentukan kepribadian secara utuh dalam pengembangan anak usia dini yaitu untuk membentuk karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mengingat anak adalah individu yang berbeda, dan memiliki karakter sendiri sesuai dengan tahapan usianya, karenanya upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar, melalui bermain. Hal ini dikarenakan bermain memperoleh ketrampilan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaannnya, dan berkreasi (Asmawati dkk, 2008:1.3). Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan penulisan, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur Kemampuan berkomunikasi lisan dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Kurikulum 2013
1
Jurnal PAUD Teratai. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 118-121
kurang inovatif dalam mencari bahan cerita dan tokoh yang menarik bagi anak. Mengingat pentingnya berkomunikasi lisan maka solusi yang akan dilakukan yaitu melalui kegiatan bermain peran mikro. Dengan demikian anak akan lebih tertarik dan mudah berkomunikasi lisan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran mikro pada anak kelompok B Di TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mendeskripsikan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran mikro pada anak kelompok B Di TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto. Diharapkan dengan adanya penelitian ini manfaat yang dapat diperoleh secara praktis yaitu: 1. hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai salah satu sumber informasi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran mikro pada anak kelompok B, 2. kemampuan mengenal berkomunikasi lisan anak meningkat, 3. membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dikelas dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran mikro pada anak kelompok B. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005:707), kemampuan dijelaskan dari kata mampu yakni kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha diri sendiri. Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Sementara itu Gibson (1996:126) menjelaskan bahwa kemampuan merupakan sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya. Sejalan dengan pendapat tersebut Robbins (2006:46) menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah sifat seseorang yang sudah dibawa sejak lahir yang hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik dimana memungkinkan dapat mempengaruhi kapasitas seseorang dalam melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu.
Menurut Tarigan (1983:15) bicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Kemampuan berkomunikasi lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata. Senada dengan pendapat tersebut, Sugono, (1997:14) menyatakan bahwa bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasarnya, bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan susunan kalimat), dan kosa kata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dan tulisan. Dari beberapa pendapat di atas, maka kesimpulan dari kemampuan berkomunikasi lisan yaitu anak dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran dan gagasan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Menurut Dhieni (2009:3) menyatakan bahwa perkembangan berbahasa meliputi : 1. perkembangan berbicara, pada anak berawal dari anak menggumam maupun membeo, 2. perkembangan menulis, merupakan salah satu media untuk berkomunikasi dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna, 3. perkembangan membaca, merupakan suatu proses mengkontruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperolehnya, 4. perkembangan menyimak, merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pedengaran. Menurut Kusniaty (2010:7) bermain peran (role playing) peran ini dikategorikan sebagai metode mengajar yang berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam mengajar yang berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam pengajaran. Pengertian bermain peran menurut (Depdikbud 1998:37) adalah memerankan tokoh-tokoh atau bendabenda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian bermain peran adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
2
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode Bermain Peran Mikro Pada Kelompok B
Keterangan : X = Mean ⅀x = Jumlah anak yang berhasil N = Jumlah seluruh anak
METODE Penelitian tentang meningkatkan kemampuan berbahasa lisan kelompok B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto melalui kegiatan bermain peran menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan mengembangkan desain model kemmis dan Taggart. Desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Untuk menghitung presentase kerberhasilan anak digunakan rumus sebagai berikut: ∑anak yang tuntas belajar P=
x 100% ∑ anak
Perencanaan
(Arikunto, dkk., 2010:54) Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan tiap siklus ada 2 pertemuan, tiap siklus penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian sebagai pedoman pelaksanaan. Berikutnya mempersiapkan lembar observasi pedoman pelaksanaan pengamatan serta mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan selama proses belajar mengajar.
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 1 Sumber : ( Arikunto, dkk., 2010:16 )
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II
Subjek penelitian adalah anak kelompok B tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 15 anak, terdiri dari 6 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 20152016. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Adapun yang diobservasi dalam pengumpulan data ini adalah kemampuan anak kelompok B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto yang berjumlah 15 anak dalam mengenal lambang bilangan dengan menggunakan kegiatan bermain peran mikro. Selanjutnya setelah diperoleh nilai rata-rata aktivitas guru dan anak selanjutnya dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut:
N Siklus o 1 Siklus I 2 Siklus II Rera ta
Aspek Yang Diamati Aktivitas Kemampuan Anak Berkomunikasi Lisan 76% 80%
93,75%
84%
98,25%
90,6%
80%
89%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan kemampuan bahasa dalam berkomunikasi lisan. Hasil observasi kemampuan guru pada siklus I dengan skor sebesar 87,5% dan pada siklus II menjadi 93,75%, sehingga mengalami peningkatan dan termasuk dalam kategori sangat baik. Kemudian hasil observasi aktivitas anak pada siklus I dengan skor sebesar 76% meningkat menjadi 84% pada siklus II. Sedangkan pada penilaian kemampuan bahasa dalam berkomunikasi lisan pada siklus I dengan skor sebesar 80% meningkat menjadi 98,25% ini termasuk katagori sangat baik
⅀x X=
Aktivitas Guru 87,5%
x 100% N
(Winarsunu, 2010)
3
Jurnal PAUD Teratai. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 118-121
Sehingga dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui bermain peran makro dapat meningkatkan kemampuan berkomukasi lisan pada anak anak kelompok B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1995:2), bermain peran merujuk kepada dimensi pribadi dan dimensi sosial kependidikan. Ditinjau dari dimensi pribadi, diupayakan untuk membantu anak didik menemukan makna dari lingkungannya yang bermanfaat, dan dapat memecahkan problem yang tengah dihadapi dengan bantuan kelompok sebayanya (peer group). Dapat juga dikatakan membantu individu dalam proses sosialisasi. Ditinjau dari dimensi sosial, memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial terutama hubungan antara pribadi mereka.
indikator akan diberi perhatian khusus, supaya dapat tuntas semua, 3. Kegiatan yang akan dilakukan hendaknya dikenalkan secara bertahap dan berulang agar anak paham dan mengerti ketika diminta untuk mempraktekkannnya melalui bermain yang menyenangkan, 4. Dalam membuat kegiatan disarankan dapat memotivasi serta membuat anak berkembang sesuai tahap perkembangannya. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asmawati, Luluk. 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Debdikbud. 1998. Visi, Media Informasi Pendidikan Luar Sekolah. Edisi.No.05/TH.IV/1998. Jakarta : Ditjen Diklo Sepora.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan pada kelompok B TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto telah tercapai. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia 5-6 tahun mampu mengungkapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan perasaan secara verbal, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, memiliki lebih banyak katakata untuk mengeskpresikan ide pada orang lain Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas dalam upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan pada kelompok B TK TK Al-Izzah Setoyo Balongmojo Puri Mojokerto ditemukan beberapa saran sebagai berikut : 1 Dalam menjelaskan materi hendaknya intonasi guru harus jelas dan berekspresi sehingga anak paham tentang apa yang disampaikan guru, 2. Anak yang belum mencapai
Dhieni, dkk. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka. Donelly, Gibson. 1996. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga Kusniaty, dkk. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Santoso. R.A. 1995. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni . Sugono, Bambang. 1997. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Robbins. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Tarigan.
4
Henry Guntur. 1983. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode Bermain Peran Mikro Pada Kelompok B
5