MEDIA MESIN
ISSN: 1411-4348
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Volume 17, Nomor 1, Januari 2016
DAFTAR ISI Daftar Isi................................................................................................................................. i Prakata ................................................................................................................................... ii KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy .......................................................................... 1-7 STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan ..................................................................................... 8-22 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI PROSES PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENGGERAK MESIN DIESEL DAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI TAHU Sartono Putro ................................................................................................................. 23-33 PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR ............................................................................. 34-43 ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman ....................................................................... 44-51 PREDIKSI SPRINGBACK PADA PROSES DEEP DRAWING DENGAN PELAT JENIS TAILORED BLANK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko ...................... 52-62
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016...(Daftar Isi)
i
PRAKATA
Surakarta, Januari 2016 Redaksi
ii
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016...(Kata Pengantar)
ISSN: 1411-4348
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartosura Email :
[email protected] ABSTRAK Biomassa (ampas aren dan sekam padi) merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Biomassa yang berasal dari limbah pertanian ini menjadi masalah umum didaerah pedesaan karena mengganggu lingkungan. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang mampu untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi, dengan menjadikan biomassa (ampas aren dan sekam padi) sebagai bahan dasar biobriket Penelitian ini diawali dengan pengumpulan bahan dasar berupa ampas aren, sekam padi, dan batubara, serta aspal sebagai bahan perekat, setelah itu dilakukan uji proximate bahan dasar. Pembuatan biobriket dengan komposisi 100% ampas aren; 100% sekam padi;40%ampas aren,40% sekam padi,dan 20% batubara;30% ampas aren, 30% sekam padi, dan 40% batubara; 20% ampas aren, 20% sekam padi, dan 60% batubara;dan 100% batubara serta bahan perekat aspal 10% dari berat total biobriket. Biobriket dibuat dengan berat 5 gram. Setelah itu dilakukan pengujian karakteristik pembakaran, yang meliputi penurunan massa, laju pembakaran, dan temperatur pembakaran biobriket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur tertinggi pembakaran dihasilkan oleh biobriket dengan komposisi 100% batubara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar komposisi batubara, maka temperatur biobriket yang dihasilkan semakin tinggi. Tingginya kadar karbon pada batubara akan membuat temperatur puncak yang akan dicapai semakin lama. Sedangkan penurunan massa paling cepat terjadi pada komposisi 100% ampas aren dan 100% sekam padi, hal ini dikarenakan ampas aren dan sekam padi mempunyai volatile matter tinggi sehingga menyebabkan mudah terbakar. Kata kunci : Batubara, Ampas aren, Sekam padi, Biobriket PENDAHULUAN Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Biomassa yang berasal dari limbah pertanian selama ini menjadi masalah umum didaerah pedesaan karena mengganggu lingkungan. Sebagai contohnya adalah ampas aren dan sekam padi. Ampas aren merupakan hasil samping pemerahan batang pohon aren muda yang diambil tepungnya. Setelah batang pohon aren diambil tepungnya maka yang sisa hanya ampasnya yang tidak dapat digunakan. Sekam padi merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi. Diperkirakan saat Karakteristik Pembakaran Biobriket...(Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy)
1
ISSN: 1411-4348
ini penggunaan sekam padi belum maksimal masih sebatas pada beberapa hal seperti untuk campuran makanan ternak dan bahan bakar pembuatan batubata, sedangkan produksi padi di Indonesia semakin banyak. Disisi lain, Indonesia memiliki cadangan batubara yang cukup besar untuk memasok energi selama ratusan tahun. Namun selama ini batubara hanya menyumbang sekitar 14% dari total konsumsi energi nasional, jauh dibawah permintaan BBM. Situasi tersebut mengakibatkan produksi batubara dalam negeri kurang optimal [1]. BATASAN MASALAH Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah kandungan bahan dasar dan karakteristik pembakaran biomassa 100% ampas aren dan 100% sekam padi,biobriket campuran 40% ampas aren,40% sekam padi,20% batubara; 30% ampas aren,30% sekam padi,40% batubara;dan 20% ampas aren,20% sekam padi,60% batubara; serta 100% briket batubara, dengan bahan perekat aspal. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah: a. Membuat biobriket campuran ampas aren, sekam padi, dan batubara. b. Menguji karakteristik pembakaran biobriket. c. Meneliti sifat dasar bahan biobriket. TINJAUAN PUSTAKA Tekmira [1] telah menghasilkan produk unggulan berupa biobriket yang terbuat dari 76% batubara, 19% biomass dan 5% kapur. Biobriket ini memiliki keunggulan lebih mudah dinyalakan dan digunakan, asap dan emisi gasnya lebih sedikit, serta menghasilkan panas dengan suhu relatif tinggi. Rahman, 2005 [2] meneliti briket sekam padi dan arang dengan komposisi arang 70%, 60% dan 50% , mengatakan briket dengan komposisi 50% sekam padi dan 50% arang kayu mempunyai penurunan massa paling cepat saat pembakaran. Hal ini disebabkan kadar volatile matter pada sekam padi lebih tinggi dibandingkan arang kayu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar volatile matter berpengaruh dalam pembakaran. DASAR TEORI 1. Batubara [3,4] Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap, yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan zaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignit) atau disebut juga batubara coklat (brown coal). Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terusmenerus selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub bituminus (sub bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam, sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. 2
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 1-7
ISSN: 1411-4348
2. Pembakaran Batubara [3,4] Beberapa tahapan dalam pembakaran batubara adalah sebagai berikut: a. Pengeringan Pengeringan merupakan tahap awal proses pembakaran batubara. Dalam proses ini batubara mengalami proses kenaikan temperatur yang akan mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan batubara itu, sedangkan kadar air yang berada di dalam akan menguap melalui pori-pori batubara tersebut. b. Devolatilisasi Devolatilisasi adalah proses batubara mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi pengeringan. Proses dekomposisi merupakan peristiwa pecahnya ikatan kimia secara thermal dan volatile matter (yang merupakan hasil proses devolatilisasi) keluar dari partikel. c. Pembakaran Arang Sisa dari pirolisis adalah arang (fix carbon) dan sedikit abu. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembakaran Batubara [3,4] Dalam proses pembakaran batubara terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran batubara, antara lain: a. Ukuran Partikel b. Kecepatan Aliran Udara c. Jumlah Udara Pembakaran d. Temperatur Udara Pembakaran e. Karakteristik Batubara, yang terdiri dari: Kadar Air, Kadar Abu, Zat-zat yang mudah menguap (Volatile Matter), Kadar Kalori dan Temperatur penyalaan 4. Ampas Aren Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Pohon Aren banyak terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil proses pengolahan aren, maka dihasilkan hasil sisa/ limbah yang berupa: a. Ampas Serbuk Limbah serbuk yang diperoleh dari serbuk yang sudah diambil tepungnya. Serbuk tersebut dapat dipisah-pisahkan menjadi 3 macam, yaitu serbuk-serbuk kecil, serbukserbuk besar dan serat-serat panjang. Dari ketiga jenis serat dan serbuk tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar. b. Kulit Batang Seperti diketahui bahwa yang mengandung tepung adalah empulur batang pohon aren, sehingga batang pohon aren yang sudah diambil empulurnya tinggal kulit dalam dan kulit luar batang. 5. Sekam Padi Sekam atau kulit terluar dari gabah masih dianggap sampah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Di tiap penggilingan padi (huler) masih sering terlihat bertumpuk hingga membukit sekam padi. Sampai saat ini pemanfaatan terbesar sekam adalah sebagai pengisi dan pembakar bata merah yang merupakan industri rakyat di pedesaan pada saat musim paceklik atau kemarau panjang. Industri penggilingan padi yangada di Indonesia mampu mengolah lebih dari 40 juta ton gabah menjadi beras giling dengan rendemen 66-80%. Bila kondisi ini berjalan sesuai dengan kapasitasnya, terdapat sekam yang dapat mengganggu lingkungan sebesar 8 juta ton. Angka ramalan (Aram II) tahu 2004 BPS memperkirakan jumlah produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 53,7 juta ton atau setara dengan 33,92 Karakteristik Pembakaran Biobriket...(Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy)
3
ISSN: 1411-4348
juta ton beras dan sekitar 10,7 juta ton sekam. METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Bahan Baku Penelitian Uji Proximate Pengayaan/penghalusan bahan baku Pembuatan biobriket dengan variasi komposisi Uji karakteristik pembakaran
Analisis Data
Kesimpulan Gambar 1. Diagram alir penelitian
Bahan Penelitian Dalam penelitian karakteristik pembakaran biobriket, bahan yang dipergunakan meliputi: 1. Batubara 2. Ampas aren 3. Sekam Padi 4. Aspal, sebagai bahan perekat. Alat- alat Penelitian 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. Alat penghalus batubara 3. Alat penghalus sekam padi (blender) 4. Alat pengepres biobriket 5. Timbangan digital 6. Tungku pembakaran 7. Anemometer digital 8. Thermocouple dan thermocouple digital
4
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 1-7
ISSN: 1411-4348
(1) (2)
(3) (4) Gambar 2. (1) Alat pengepres biobriket, (2) Timbangan digital, (3) Tungku pembakaran, dan (4) Termocouple digital
Jalannya Penelitian 1. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan uji laboratorium dengan tahap penelitian sebagai berikut : 2. Tahap pertama adalah pengumpulan bahan baku. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas aren, sekam padi, dan batubara. 3. Tahap kedua adalah pengujian kandungan bahan dasar dengan uji proximate. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. 4. Tahap ketiga adalah pembuatan biobriket untuk penelitian.Biobriket dibuat bentuk silinder dengan diameter 28 mm dan berat 5 gram untuk uji pembakaran 5. Tahap keempat adalah Pengujian pembakaran. Pengujian pembakaran adalah membakar biobriket didalam tungku pembakaran. Data penelitian yang dicatat adalah temperatur benda uji didalam tungku dan penurunan massanya. Pengambilan data ini dilakukan setiap 2 menit sekali sampai tidak mengalami pengurangan massa lagi selama beberapa menit (konstan). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengujian Kandungan Bahan Dasar Tabel 1. Hasil Pengujian sifat bahan dasar Sifat Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar karbon (%) Volatile matter(%) Nilai kalori (kal/kg)
Batubara 2,89 3.6 74,43 19,08 6449,69
Ampas aren 13,41 1,78 2,68 82,13 3296,8
Sekam padi 10,25 15,93 4,43 69,39 3386,3
Karakteristik Pembakaran Biobriket...(Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy)
5
ISSN: 1411-4348
Dari tabel 1. dapat dilihat perbandingan antara sifat dasar ampas aren, sekam padi, dan batubara yang dapat dijadikan bahan bakar. Tabel1. menunjukkan bahwa nilai volatile matter ampas aren dan sekam padi lebih tinggi dibandingkan dengan batubara, sehingga ampas aren dan sekam padi lebih mudah terbakar. Karena kadar volatile matter yang tinggi akan memudahkan proses pembakaran atau titik nyala lebih rendah. Nilai kalor tertinggi dimiliki oleh batubara, sedangkan untuk ampas aren dan sekam padi memiliki nilai kalor yang lebih rendah, nilai kalor ini akan berpengaruh besar terhadap temperatur pembakaran. Semakin tinggi nilai kalor, maka semakin tinggi pula temperatur yang dihasilkan. 2. Hasil Pengujian Pembakaran 6
Ampas aren 100% Sekam padi 100%
Massa Tertinggal (gr)
5
Ampas aren 40%, sekam padi 40%, batubara 20% Ampas aren 30%, sekam padi 30%, batubara 40% Ampas aren 20%, sekam padi 20%, batubara 60% Batubara 100%
4
3
2
1
0 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
Wa ktu (s)
Gambar 3. Grafik hubungan penurunan massa dengan waktu
Dari gambar 3. terlihat bahwa terdapat perbedaan untuk campuran biomassa (ampas aren dan sekam padi) dengan batubara. Semakin banyak kandungan biomassa (ampas aren dan sekam padi) didalam biobriket, maka semakin cepat penurunan massanya. Hal ini jelas terlihat pada biobriket berbahan 100% ampas aren dan 100% sekam padi, karena nilai volatile matter yang terkandung di dalam komposisi 100% ampas aren dan 100% sekam padi cukup besar sehingga menyebabkan biobriket mudah menyala dan cepat terbakar habis. Untuk komposisi 100% batubara penurunan massanya paling lama, hal ini dikarenakan tingginya nilai fixed karbon yang dimiliki oleh batubara, sehingga proses pembakrannya memerlukan waktu yang lama. 0.012
Ampas aren 100%
Laju pembakaran (gr/s)
0.01
Sekam padi 100% Ampas aren 40%, sekam padi 40%, batubara 20% Ampas aren 30%, sekam padi 30%, batubara 40% Ampas aren 20%, sekam padi 20%, batubara 60% Batubara 100%
0.008
0.006
0.004
0.002
0 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Waktu (s)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
Gambar 4. Grafik hubungan laju pembakaran dengan waktu
Dari gambar 4. terlihat bahwa biobriket dengan campuran 100% ampas aren dan 100% sekam padi mempunyai laju pembakaran yang tinggi. Ini disebabkan massa yang tercampur pada komposisi tersebut mudah sekali terbakar, karena mengandung nilai volatile matter yang tinggi, sedangkan pada komposisi 100% batubara laju pembakarannya rendah. Ini 6
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 1-7
ISSN: 1411-4348
disebabkan kadar fixed carbon dalam batubara besar dan nilai volatile matter yang rendah, sehingga biobriket akan semakin sulit terbakar dan memakan waktu yang cukup lama. 450 420 390 360 330
Temperatur( C)
300
Ampas aren 100%
270
Sekam padi 100%
240 210
Ampas aren 40%, sekam padi 40%, batubara 20% Ampas aren 30%, sekam padi 30%, batubara 40% Ampas aren 20%, sekam padi 20%, batubara 60% Batubara 100%
180 150 120 90 60 30 0 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
Waktu (s)
Gambar 5. Grafik hubungan temperatur pembakaran dengan waktu
Dari gambar 5. terlihat bahwa temperatur pembakaran tertinggi terjadi pada komposisi 100% batubara. Hal ini disebabkan batubara mempunyai nilai kalori yang tinggi dibandingkan ampas aren dan sekam padi. Semakin naiknya kadar batubara dalam biobriket akan menyebabkan semakin tingginya temperatur pembakaran yang dihasilkan. Ini dikarenakan dengan semakin besarnya kadar batubara didalam biobriket, maka kandungan kalori biobriket juga akan semakin besar. Sedangkan semakin besar kandungan fixed karbon dalam biobriket, maka temperatur puncak akan dicapai dalam waktu yang lama. KESIMPULAN 1. Ampas aren dan sekam padi memiliki sifat mudah terbakar, karena mengandung zat volatile matter yang tinggi. Sedangkan batubara memiliki sifat sulit terbakar, karena kandungan volatile matter-nya rendah dan fixed karbonnya tinggi, tetapi memiliki nilai kalor tinggi yang menghasilkan temperatur yang tinggi pula. 2. Biobriket campuran biomassa dan batubara akan menentukan karakteristik pembakaran. Biomassa yang mempunyai volatile matter yang tinggi dan batubara yang mempunyai nilai kalor yang tinggi akan saling mendukung dan menghasilkan pembakaran yang baik. 3. Biobriket dengan campuran 20% ampas aren, 20% sekam padi, dan 60% batubara bisa menjadi pilihan, karena mempunyai sifat mudah menyala dan temperaturnya tinggi. DAFTAR PUSTAKA [1] www.tekMIRA.esdm.go.id 8/8/2007 [2] R achman, 2005, Pengaruh Variasi Jenis Biomass Ampas Tebu Dan Sekam Padi Terhadap Karakteristik Pembakaran Biobriket. Tugas Akhir, UMS, Surakarta. [3] R aharjo, 2006, Mengenal Batubara. Artikel Iptek-Bidang Energi Dan Sumber Daya Alam. [4] Sukandarrumidi,1995, Batubara dan Gambut, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Karakteristik Pembakaran Biobriket...(Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy)
7
ISSN: 1411-4348
STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tekknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani, Pabelan, Kartosuro, Tromol Pos I, Surakarta. Telp. (0271) 715448. E-mail :
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari distribusi tekanan dan penurunan tekanan pada aliran satu fase, melalui penampang pipa persegi dengan belokan (elbow) dan mengalami pengecilan saluran (sudden contraction) ditinjau dari berbagai sudut pandang. Rasio pengecilan saluran yang dipakai adalah S= 0.6, S = 0.667 dan S = 0.8 Penelitian dilakukan dengan mengalirkan fluida melalui rotameter sebelum masuk seksi uji. Kemudian, Debit aliran yang dipakai sebagai parameter yang divariasi dalam penelitian ini, yaitu 2 gpm, 4 gpm dan 8 gpm. Dengan mnggunakan fluida satu fase yang berupa air. Titik pengukuran tinggi tekanan diambil pada bagian dinding depan dan dinding samping seksi uji. Pada bagian depan seksi uji, diambil 15 titik pengukuran sebelum dinding kontraksi dan 15 titik pengukuran sesudah dinding kontraksi. Pada bagian dinding samping seksi uji, diambil 9 titik pengukuran sebelum dinding kontraksi dan 9 titik pengukuran sesudah dinding kontraksi. Penelitian menghasilkan bahwa setiap kenaikan kecepatan selalu diikuti dengan penurunan tekanan, begitu juga sebaliknya. Pada pipa (S) = 0,6 dengan debit 8gpm, sebelum kontraksi mempunyai kecepatan (v1)= 0.0683 m/s dan tekanan 109 Kg/m2 pada sumbu saluran (titik 3c), kemudian setelah melewati dinding kontraksi tekanan turun menjadi -30 Kg/m2 pada kecepatan aliran (v2)= 0.1896 m/s. Ketika aliran mendekati sudut belokan (90o ) terjadi peningkatan tekanan karena adanya perlambatan aliran. Debit aliran berpengaruh pada besarnya tekanan, semakin besar debit aliran semakin besar juga tekanan yang dapat di ukur. Pada debit aliran (Q) 4 GPM dalam saluran rasio 0,667, aliran masuk bertekanan 85 Kg/m2 ketika debit dinaikkan menjadi 8 GPM tekanan naik menjadi 133 Kg/m2. Namun semakin jauh posisi aliran dari dasar pipa maka akan semakin kecil tekanannya. Semakin besar luas penampang pipa maka akan semakin kecil Bilangan Reynoldsnya, untuk rasio pengecilan 0,6 pipa outlet (A= 0.0025m2) pada Q = 0.000171m3/det diperoleh harga Re = 3379.53795, pada rasio pengecilan 0,667 (A= 0.0016 m2) pada Q = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 4224.42244 dan untuk rasio pengecilan 0,8 pipa outlet (A= 0.0016 m2) pada debit (Q) = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 4224.42244. Bilangan Reynolds juga akan naik seiring dengan besarnya debit aliran. Kata kunci : penampang persegi, air, belokan (elbow), pengecilan saluran (sudden contraction). PENDAHULUAN Peran fluida sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai alat penunjang untuk mempermudah aktifitas maupun dalam sirkulasi cairan tubuh manusia itu sendiri. Sebagai 8
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
alat penunjang, fuida sering dipakai dalam berbagai bidang industri untuk Transportasi hidrolik, demikian juga dalam industri kimia, perminyakan, PDAM dan lain-lain. Hal ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain : ramah terhadap lingkungan, peralatan relatif sederhana, biaya operasi dan perawatan yang murah. Dan proses pemindahan fluida umumnya dilakukan melalui suatu media berupa jaringan pipa atau sistem pipa. Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas, tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir [1]. Dalam sistem pipa, banyak sekali persoalan yang dialami oleh aliran didalamnya. Salah satunya adalah masalah pengecilan penampang secara mendadak. Selain itu, juga ada masalah pembelokan dari system jaringan pipa itu sendiri. Dan ini sangat berpengaruh terhadap lancar tidaknya aliran didalam pipa. Tentunya juga mempengaruhi efisiensi dan produktifitas dalam industri. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengkaji perubahan pola aliran terhadap perubahan bentuk penampang dan dimensi saluran, hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai karakteristik pola aliran yang terjadi pada saluran pipa. Disini peneliti mencoba mencari variasi baru dari system perpipaan, yaitu dengan menggunakan pipa berpenampang persegi dengan melalui pengecilan saluran secara mendadak dan belokan. Sepengetahuan peneliti riset tentang hal ini be um banyak dilakukan. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi karakteristik aliran fluida air (satu fase) ketika dialirkan dengan mengalami pengecilan panampang secara mendadak (sudden contraction) dan dilewatkan pada sebuah belokan (elbow) dengan sudut 90o? BATASAN MASALAH Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan, yaitu : 1. Eksperimen dibatasi hanya untuk aliran satu fase dengan menggunakan fluida cair berupa air bersih. 2. Pipa yang digunakan adalah saluran pipa persegi dengan belokan vertikal ke atas yang berupa pengecilan mendadak (sudden contraction). 3. Analisis pola aliran dan perilaku dinamika fluida pada saluran atau instalasi dilakukan dengan cara eksperimental. 4. Variasi parameter dan benda uji dilakukan pada posisi saluran pengeluaran setelah rotameter. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi tekanan dan penurunan tekanan yang terjadi pada fluida air (satu fase) ketika dilewatkan pada saluran penampang persegi dengan belokan dan mengalami kontraksi saluran. TINJAUAN PUSTAKA Sumarli (2000) [2], melakukan penelitian aliran fluida air dalam pipa persegi yang mengalami kontraksi mendadak. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada daerah transisi sebelum dinding kontraksi, tekanan statik pada batas saluran lebih besar dibanding tekanan pada sumbu saluran. Sedangkan setelah melewati dinding kontraksi, tekanan static pada batas saluran lebih rendah dibanding tekanan pada sumbu saluran, hal tersebut ditunjukkan pada gambar 1. Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
9
ISSN: 1411-4348
Gambar 1. Distribusi tekanan arah tegak lurus sumbu saluran. [2]
Harjanto (2003) [3] melakukan eksperimen untuk menguji kekasaran pipa pada beberapa produk yang berlainan dan diameter yang berbeda, kesimpulan yang didapat dari hasil perhitungan dan analisisnya adalah : 1. Koefisien gesekan pada saluran pipa PVC berbanding terbalik dengan kerugian tenaga aliran. 2. Koefisien gesekan pada saluran dipengaruhi oleh kecepatan, tekanan serta laju aliran volumetrik. 3. Apabila debit naik, angka Reynolds pun naik, begitu juga beda tekanan dan rugi head. 4. Semakin kecil luas penempang yang dilewati aliran fluida semakin besar kerugian gesekan yang terjadi Aliran Fluida Melalui Pengecilan Saluran dan Mengalami Belokan. Pada gambar 2 bagian atas ditunjukkan garis arus atau streamline pada batas dinding saluran. Garis arus adalah garis yang setiap saat menjadi tempat singgungan vektor-vektor kecepatan. Pada saat memasuki daerah transisi (penampang 1), aliran mulai memisahkan diri dari dinding saluran dan mengalami kontraksi sampai pada luas aliran terkecil yang disebut vena Contracta (penampang 3). Setelah itu, aliran mengalami ekspansi sampai pada penampang 4 dimana aliran yang sebelumnya terpisah lalu bertemu kembali dengan dinding saluran sehingga aliran memenuhi luasan saluran.
10
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
Gambar 2. Garis Alir pada Batas [4]
Saluran dan Tekanan pada Sumbu Saluran Menurut hukum kekekalan energi perubahan pada salah satu bentuk energi akan diikuti oleh perubahan pada bentuk energi yang lain. Hubungan antara perubahan tekanan dan kecepatan dinyatakan dalam persamaan Bernoulli sebagai berikut : (1) Dengan demikian secara teoritis aliran yang mengalami percepatan, tekanannya akan turun. Sedangkan pada aliran yang mengalami kecepatan rendah (ekspansi) tekanannya akan naik. Oleh karena itu secara teoritis gambar profil tekanan pada sumbu saluran seperti ditunjukkan pada gambar 2. bagian bawah. Dalam penyempitan mendadak kerugian kecil timbul antara penampang I dan II (Gambar 3), dimana aliran memencar. Pada penampang II sebuah vena contracta terbentuk, dalam hal lain kalau pemasukan ke pipa yang lebih kecil dilengkungkan dengan baik, maka kerugian dikurngi benar sampai nol sehingga tidak terbentuk vena contracta.
Gambar 3. Pengecilan Mendadak [4]
Penurunan Tekanan Penurunan tekanan (Pressure drop) dapat disebabkan oleh adanya gesekan, gravitasi, belokan dan perubahan kecepatan. Pengukuran Tekanan Fluida yang mengalir dalam saluran memiliki empat macam tekanan, yaitu sebagai berikut: 1. Tekanan statik (P) adalah tekanan yang diukur pada arahnya tegak lurus aliran. Untuk Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
11
ISSN: 1411-4348
menentukan tekanan ini, dapat digunakan Persamaan Hidrostatik berikut : P = Po + h γ 2 Terlihat, tekanan statik terdiri dari tekanan-luar (Po) yang bekerja pada bidang batas zat cair dan tekanan akibat beratnya zat cair yang berada diatas luasan yang kita tinjau. 2. Tekanan dinamik (Pv) ada ah tekanan yang besarnya ekuivalen dengan energi kinetik. 3. Tekanan stagnasi (Po) adalah tekanan yang merupakan jumlah dari tekanan statik dengan energi kinetik. Dalam penelitian ini tekanan yang diukur adalah tekanan statik. Cara mengukur tekanan statik adalah dengan membuat lubang berdiameter 3 mm, kemudian menghubungkan lubang tersebut dengan pipa manometer. Tinggi air dalam pipa manometer menunjukkan tekanan statik pada lubang yang diukur. Jika dalam membuat lubang tidak benar, misalnya posisinya tidak tegak lurus aliran, maka hasil pengukurannya tidak akan akurat. Beberapa contoh pembuatan lubang yang salah ditunjukkan pada gambar 4. Pada gambar 4 disebutkan bahwa penempatan lubang pada dinding yang tidak rata dapat menghasilkan tekanan yang lebih rendah atau lebih tinggi dari tekanan statik yang sebenarnya.
Gambar 4. Lubang Pengukuran Tekanan yang Salah. [5]
Misalnya pada permukaan yang bergelombang, lubang yang ditempatkan sebelum permukaan menonjol menghasilkan tekanan yang tinggi. Sedangkan lubang yang ditempatkan sesudah permukaan menonjol menghasilkan tekanan yang rendah. Hal ini dikarenakan permukaan saluran yang menonjol menyebabkan terjadinya perubahan arah garis arus sehingga posisi lubang tidak lagi tegak lurus pada arah aliran. Gambar 5 menunjukkan pembuatan lubang pengukuran yang benar.
Gambar 5. Lubang Pengukuran Tekanan yang Benar. [5]
12
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
METODE PENELITIAN
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian
Seksi Uji a. Bahan pembuatan seksi uji : 1. Plexiglass lembaran dengan ukuran 1700 mm X 980 mm, tebal 5 mm. 2. Resin 108 (bening super). 3. Katalis. 4. Lem silicon. 5. Lem acrylic b. Proses Pembuatan Seksi Uji Dalam penelitian ini, seksi uji dibuat dengan panjang total kurang lebih 1600 mm. Mula-mula plexiglass lembaran dengan ukuran 1700 mm x 980 mm dipotong dengan ukuran 60 mm sebanyak 4 lembar, 50 mm sebanyak 8 lembar, 40 mm sebanyak 8 lembar, dan 30 mm sebanyak 4 lembar. Dengan arah melebar dari ukuran aslinya. Untuk membuat pipa persegi, digunakan lem khusus (lem acrylic) yang dapat menyatukan sisi tebal dari plexiglass tersebut, mula-mula lembaran plexiglass yang telah dipotong pada masing-masing sisi tebalnya dijadikan satu sehingga membentuk sudut 900, kemudian disuntik dengan lem acrylic pada bagian yang berhubungan. Begitu seterusnya sampai terbentuk pipa persegi. Pada penyambungan seksi uji digunakan sistem connecting pipe. Proses penyambungannya yaitu pipa plexiglass yang mempunyai lebar 60 mm dan 50 mm dibuatkan suatu penahan karet dengan ukuran suaian paksa terhadap pipa, yang dimasukkan kedalam pipa plexiglass dengan kedalaman kurang lebih 3 - 4 mm. Sela-sela antara karet penahan dan dinding pipa plexiglass diolesi dengan lem silicon dengan tebal kurang lebih 1 mm, hal ini dilakukan agar Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
13
ISSN: 1411-4348
saat dilakukan pengecoran tidak terjadi kebocoran. Untuk mendapatkan permukaan dalam cetakkan yang rata dan halus pada pipa plexiglass, maka digunakan mika plastik dengan tebal 1 mm yang dimasukkan kedalam pipa plexiglass dengan ukuran diameter sama dengan diameter masing-masing pipa plexiglass. Kemudian pipa plexiglass yang berukuran 40 mm dan 30 mm dimasukkan kedalam pipa plexiglass yang berukuran 60 mm dan 50 mm, sebelumnya dibuat garis titik pusat pada mika plastik yang fungsinya untuk membuat sambungan tepat pada pusatnya. Kemudian disiapkan formula resin dan katalis, untuk dilakukan pengecoran pada pipa plexiglass yang telah dikondisikan. Untuk mengukur perubahan tekanan pada pengecilan pipa dibuat lubang dengan diameter 3 mm untuk dihubungkan dengan pipa manometer. Jumlah total dari titik pengukuran yang dibuat adalah 48 titik/lubang.
Gambar 7. Posisi lubang pandangan depan
Gambar 8. Posisi lubang pandangan samping
Bahan-bahan Penelitian Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Fluida cair = air bersih 2. Cairan berwarna = pewarna makanan 14
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
Alat-alat Penelitian 1. Pompa, Digunakan untuk mengalirkan fluida dari bak penampungan I menuju rotameter, kemudian diteruskan ke seksi uji. 2. Flowmeter air Flowmeter atau Rotameter merupakan alat ukur debit aliran. Alat ini digunakan untuk mengetahui besar debit aliran yang mengalir didalam pipa, serta digunakan untuk membuat variasi debit dalam penlitian.
Gambar 9. Alat ukur Rotameter/Flow meter
3. Seksi uji, Seksi uji berupa Pipa persegi dengan belokan pada sudut 90o, dengan posisi Horizontal pada pipa besar (inlet) dan Vertikal pada pipa kecil (outlet). Ada 3 variasi pengecilan untuk digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 10. Seksi uji
4. Manometer kolom air untuk mengukur beda tekanan pada seksi uji., Manometer kolom merupakan alat ukur untuk mengetahui nilai tekanan. Dalam penelitian ini akan digunakan manometer kolom air dengan jenis Piezometer. Alat ini dipilih karena faktor efisiensi dan kemudahan.
Gambar 11. Manometer kolom air (Piezometer) Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
15
ISSN: 1411-4348
5. 6. 7. 8. 9.
Bak penampung air sebagai tempat air yang akan dipompa ke seksi uji Tempat menampung air setelah keluar dari seksi uji Katup untuk mengatur debit air, ada 2 katup ; katup utama dan katup bypass. Pipa PVC untuk saluran air Gelas ukur kapasitas 2 liter.
Instalasi Penelitian Susunan alat atau instalasi saluran untuk dilihat pada gambar 12
Keterangan : 1. Pompa 2. Rotameter 3. Seksi Uji 4. Manometer 5. Bak pembuangan air A 6. Bak penampungan air B Gambar 12. Instalasi Peralatan Penelitian
Pada instalasi penelitian ini terdiri dari dua buah bak penampungan air, yakni bak penampungan air A dan bak penampungan air B. pemisahan ini dimaksudkan supaya air yang dipompa seminimal mungkin tidak terjadi gelembung atau pergolakan. Air yang dipergunakan diusahakan sebersih mungkin. Semua itu untuk menjaga dari kualitas air agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu pergerakan aliran air. Di bagian instalasi terdapat katubkatub (valve)yang terdapat di tiga tempat. Katub pertama terpasang sebagai katub by pass, dan katub kedua yaitu katub pengatur debit aliran yang menuju ke flowmeter yang akan mengalir menuju ke seksi uji. Fungsi katub by pass dalam penelitian ini adalah untuk mengatur debit aliran yang menuju flowmeter, agar air yang masuk ke seksi uji dapat memenuhi semua ruangan yang terdapat pada seksi uji. Aliran fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah aliran fluida satu fase cair. Aliran fluida disuplai dari tangki penampungan air yang berkapasitas 60 liter yang dialirkan dengan pompa. Aliran air dikontrol dengan menggunakan kombinasi katub pengatur debit 16
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
aliran dengan katub by pass dengan memperhatikan skala debit yang diinginkan pada flowmeter. Perakitan seksi uji merupakan yang terpenting dan perlu perhatian guna mendapatkan ukuran yang presisi. Perakitan seksi uji ini dilaksanakan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa PAU Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yokyakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi penurunan tekanan pada dinding depan sudden contraction
Gambar 13. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,6 bagian dinding depan
Gambar 14. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,667 bagian dinding depan
Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
17
ISSN: 1411-4348
Gambar 15. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,0,8 bagian dinding depan
Grafik penurunan tekanan pada sumbu saluran rasio 0.6, 0.667, dan 0.8 terlihat pada gambar 13, 14 dan 15. Sebagaimana terlihat, pada pipa inlet setelah mendekati belokan terjadi kenaikan tekanan yang disebabkan oleh perlambatan aliran. Kenaikan tekanan ini, mempunyai besar kenaikan yang kecil sehingga terlihat berimpit ketika digambarkan dalam grafik. Sementara itu, fenomena perlambatan tersebut terjadi karena adanya arus balik setelah aliran menumbuk ujung pipa inlet. Pada aliran setelah melewati dinding kontraksi, terjadi penurunan tekanan hingga ujung pipa outlet. Besarnya penurunan tekanan antar line dalam pipa ini sangat kecil, sehingga terlihat berimpit dalam grafik. Penurunan tekanan pada kolom setelah dinding kontraksi disebabkan oleh adanya perubahan kecepatan dari V1 (pipa inlet) ke V2(pipa outlet). Dan, penurunan tekanan pada kolom berikutnya dipengaruhi oleh posisi ketinggian titik pengukuran, semakin tinggi posisinya semakin rendah tekanannya. 2. Distribusi penurunan tekanan pada dinding samping sudden contraction
18
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
Gambar 16. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,6 bagian dinding samping
Gambar 17. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,667 bagian dinding samping
Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
19
ISSN: 1411-4348
Gambar 18. Grafik penurunan tekanan terhadap jarak titik pengukuran dari dasar pipa, pada sumbu pipa (S) 0,8 bagian dinding samping
Gambar 16, 17, dan 18 memperlihatkan grafik perubahan tekanan pada pipa rasio 0.8 dengan debit aliran 2 GPM. Sebagaimana terlihat, pada pipa inlet terjadi penurunan tekanan akibat pengaruh rugi energi dan posisi ketinggian. Besarnya penurunan tekanan antar line dalam pipa ini sangat kecil, sehingga terlihat berimpit dalam grafik Setelah melewati dinding kontraksi, penurunan tekanan terus terjadi hingga ujung saluran. Dan mempunyai perbedaan yang kecil antar linenya, sehingga terlihat grafik yang berimpit. Hal ini disebabkan oleh perubahan kecepatan dari V1 (pipa inlet) ke V2 (pipa outlet) dan dipengaruhi oleh posisi titik pengukuran, semakin tinggi posisinya semakin rendah tekanannya. 3. Distribusi tinggi tekanan terhadap jarak dari sumbu saluran, pada dinding depan
20
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
Gambar 19. Grafik distribusi tinggi tekanan terhadap jarak dari sumbu, pada pipa (S) 0,667 dan Q=2gpm.
Sebagaimana terlihat dalam gambar 19, tinggi tekanan terbesar pada pipa inlet berada pada bagian bawah dinding dan yang terendah berada pada bagian atas. Profil ini terjadi pada ketiga kolom, dengan perbedaan yang kecil sehingga terlihat berimpit dalam grafik. Hal ini dipengaruhi oleh posisi ketinggian dan bentuk dinding saluran. Setelah melewati dinding kontraksi, aliran yang terdekat dengan dinding mempunyai tinggi tekanan yang besar sedang pada sumbu saluran cenderung rendah. Hal ini terjadi karena adanya rugi energi akibat perlambatan pada dinding sedangkan pada sumbu saluran mempunyai kecepatan besar sehingga tekanannya rendah. Kecuali pada kolom 4, tinggi tekanan terbesar berada di antara dinding dan sumbu saluran, sementara pada tepi dinding dan sumbu saluran mempunyai tinggi tekanan yang hampr sama. Hal ini karena adanya pengaruh perubahan kecepatan setelah dinding kontraksi. 4. Mendiskripsikan hubungan bilangan Reynolds (Re) terhadap debit aliran
Gambar 20. Grafik hubungan bilangan Reynolds terhadap debit aliran
Pada grafik hubungan antara bilangan Reynolds (Re) dengan debit aliran (Q) yang ditunjukkan pada gambar 20. Sebagaimana terlihat, pada rasio perbesaran (S) : 0,6, 0,7 dan 0,8 terjadi peningkatan bilangan Reynolds sejalan dengan semakin besarnya debit aliran (Q) yang masuk pada saluran. Pada rasio perbesaran (S) 0,6, 0,7 dan 0,8, ketika di aliri dengan Studi Distribusi Tekanan Aliran...(Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan)
21
ISSN: 1411-4348
debit yang sama akan memiliki harga bilangan Reynolds yang berbeda. Untuk rasio pengecilan (S) 0,6 pipa inlet pada Q = 0.000171m3/det diperoleh harga Re = 3379.54. Pada rasio perbesaran (S) 0,667 pada Q = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 4224.42 dan untuk rasio pengecilan (S) 0,8 pada debit (Q) = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 4224.42. KESIMPULAN Setiap kenaikan kecepatan selalu diikuti dengan penurunan tekanan, begitu juga sebaliknya. Pada pipa (S) = 0,6 dengan debit 8 gpm, sebelum kontraksi mempunyai kecepatan (v1)= 0.0683 m/s dan tekanan 109 Kg/m2 pada sumbu saluran (titik 3c), kemudian setelah melewati dinding kontraksi tekanan turun menjadi -30 Kg/m2 pada kecepatan aliran (v2)= 0.1896 m/s.. Terjadi peningkatan tekanan ketika mendekati belokkan (elbow) dengan sudut 90o karena adanya perlambatan aliran. Kenaikan tekanan dipengaruhi oleh kenaikan debit aliran (Q), pada debit aliran (Q) 4 GPM dalam saluran rasio 0,667, aliran masuk bertekanan 85 Kg/m2 ketika debit dinaikkan menjadi 8 GPM tekanan naik menjadi 133 Kg/m2. Tekanan juga akan meningkat dengan semakin tingginya posisi titik pengukuran terhadap dasar saluran. Semakin besar luas penampang pipa maka akan semakin kecil Bilangan Reynoldsnya, untuk rasio pengecilan 0,6 pipa outlet (A= 0.0025m2) pada Q = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 3379.53795, pada rasio pengecilan 0,667 (A= 0.0016 m2) pada Q = 0.000171 m3/ det diperoleh harga Re = 4224.42244 dan untuk rasio pengecilan 0,8 pipa outlet (A= 0.0016 m2) pada debit (Q) = 0.000171 m3/det diperoleh harga Re = 4224.42244. Bilangan Reynolds juga akan naik seiring dengan besarnya debit aliran. DAFTAR PUSTAKA [1] Triatmodjo, Bambang, 1993, Hidraulika I, cetakan ke empat, Beta Offset, Yogyakarta. [2] Sumarli, 2000, Studi aliran dua fase gas-cair melewati pengecilan saluran secara mendadak penampang segi empat, Tesis S-2, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. [3] Harjanta Yudi, 2003, Eksperimen Kehilangan Tenaga Aliran Akibat Koefisien Gesek Pipa, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. [4] Dugdale, RH. 1986, Mekanika Fluida, edisi ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta. [5] Sarjito, 2002, Studi Aliran Dua Fase Gas-Cair Melewati Pembesaran Saluran Secara Mendadak Pada Penampang Lingkaran, Tesis S-2, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
22
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 8-22
ISSN: 1411-4348
ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI PROSES PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENGGERAK MESIN DIESEL DAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI TAHU Sartono Putro Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol PosI Pabelan Surakarta
[email protected] ABSTRAK Penggunaan teknologi di industri tahu masih mempunyai tingkat keborosan energi yang cukup tinggi Selama ini pada industri tahu dalam proses penggilingan kedelai menggunakan mesin diesel dan motor listrik. Tetapi manajemen energi yang digunakan belum efektif, sehingga perlu diadakan pengkajian ulang tentang konsumsi energinya. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa kebutuhan bahan bakar, beban oli, daya dan energi untuk proses produksi penggilingan kedelai hingga menjadi sari dari tahu dengan variabel motor listrik dan motor diesel. Sampel didapatkan dari UKM industri tahu dengan 5 UKM menggunakan motor listrik dan 5 UKM menggunakan motor diesel. Dari penelitian didapatkan bahwa penggunaan motor listrik sebagai penggerak penggiling kedelai lebih murah biaya penggilingannya dibandingkan dengan penggerak mesin diesel. Selain itu, penggunaan mesin penggiling kedelai yang berdaya besar lebih boros konsumsi bahan bakarnya daripada penggerak penggiling kedelai yang yang berdaya kecil. Kata kunci : industri tahu, motor listrik, motor diesel, bahan bakar, daya, beban oli PENDAHULUAN Di Indonesia kebanyakan pelaku bisnis adalah UKM (Usaha Kecil Menengah). Untuk kelangsungan usaha, UKM selayaknya bisa mengantisipasi dan turut peduli dengan resikoresiko dari fenomena krisis energi yang akan terjadi di masa depan. Para pelaku UKM harus mengoptimalkan penggunaan energi yang masih ada. Masih banyak sekali teknologi yang masih mempunyai tingkat keborosan energi yang cukup tinggi diantaranya adalah industri tahu. Selama ini pada industri tahu dalam proses penggilingan kedelai menggunakan mesin diesel dan motor listrik. Tetapi manajemen energi yang digunakan belum efektif, sehingga perlu diadakan pengkajian ulang tentang konsumsi energinya TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui kebutuhan bahan bakar proses penggilingan kedelai menggunakan mesin diesel. 2. Mengetahui kebutuhan energi pada proses penggilingan kedelai menggunakan motor listrik. 3. Mengetahui perbandingan bahan bakar ( solar dan listrik PLN) yang digunakan pada mesin diesel dan motor listrik. Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
23
ISSN: 1411-4348
BATASAN MASALAH 1. Penggilingan kedelai menggunakan mesin diesel dan motor listrik 2. Bahan bakar untuk penggilingan kedelai menggunakan mesin diesel dan motor listrik TINJAUAN PUSTAKA Bahan bakar didefinisikan sebagai sumber energi bagi benda kerja. Secara umum untuk mendeteksi adanya besarnya energi yang dimiliki oleh suatu benda kerja yaitu dengan mengukur energi yang dihasilkan benda kerja tersebut. Jika konsumsi bahan bakarnya tinggi maka energi yang dihasilkan oleh benda kerja sangat besar, begitu juga sebaliknya. Jika konsumsi bahan bakarnya rendah maka energi yang dihasilkannya kecil Penggiling kedelai dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Mesin diesel [1] Mesin diesel adalah motor bakar torak yang terjadi karena proses penyalaan campuran bahan bakar sendiri. Bahan bakar disemprotkan kedalam silinder yang berisi udara dengan temperatur dan tekanan yang tinggi.
Gambar 1. Mesin diesel
Dengan menggunakan pendekatan konsumsi bahan bakar didapatkan rumus untuk menghitung biaya total penggilingan setiap kg kedelai : a. Rumus perhitungan penggunaan bahan bakar tiap kg kedelai BBtiap kg=
(1)
Keterangan : BBtiap kg = Bahan bakar (liter/kg) BBtotal = Bahan bakar total (liter) KP = Kapasitas produksi (kg) Jadi untuk biaya bahan bakar setiap kg penggilingan adalah : bBBtiap kg = BBtiap kg×harga tiap liter solar (Rupiah) (2) b. Rumus perhitungan beban oli setiap kg kedelai boli =
(3)
Keterangan : boli = Beban oli (liter/kg) Bo = Kebutuhan oli setiap pergantian berkala (liter) KP = kapasitas produksi (kg) t = waktu penggilingan (jam) Jadi untuk biaya beban oli setiap kg penggilingan adalah: bboli = boli× harga tiap liter oli (Rupiah) (4) 24
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 23-33
ISSN: 1411-4348
c. Rumus biaya total penggilingan setiap kg kedelai Btotal tiap kg = bBBtiap kg + bboli (5) Keterangan Btotal tiap kg = Biaya total penggilingan (Rupiah/kg) bBBtiap kg = Bahan bakar setiap kg (Rupiah/kg) bboli = Beban oli setiap kg (Rupiah/kg) 2. Motor listrik [2,3] Motor listrik bekerja mengubah energi listrik dari sumber listrik PLN menjadi gerakan mekanik.
Gambar 2. Motor listrik
Daya listrik adalah ukuran untuk menyatakan banyaknya energi listrik yang telah dipakai setiap detiknya. Dalam menghitung daya yang dihasilkan oleh motor listrik dapat dihitung dengan rumus : P = V x I (6) Keterangan : P = Daya listrik (Watt) V = Tegangan listrik (Volt) I = Kuat arus (Ampere) Energi listrik adalah suatu energi yang dihasilkan sebanding dengan besar tegangan listrik,kuat arus dan waktu. Untuk mencari besarnya energi listrik yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. W= V x I x t
(7)
Keterangan : W = Energi listrik (KWh) V = Tegangan listrik (Volt) I = Arus listrik (Ampere) t = Waktu yang digunakan (hour) Dari rumus diatas dapat dihitung kebutuhan energi setiap kg penggilingan Wtiap kg
=
(8)
Keterangan : Wtiap kg = Energi listrik (KWh/kg) W = Energi listrik (KWh) KP = kapasitas produksi (kg) Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
25
ISSN: 1411-4348
Penelitian Terdahulu Murnianto (2008) [4], dalam penelitiannya tentang Pengaruh Putaran Mesin Penggerak Dan Mesin Pengupas Kulit Gabah Yanmar HW 60 AN Terhadap Kualitas Penggilingan Dan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar, yang menyatakan bahwa mesin diesel Ratna R 130 H penggerak mesin penggiling Yanmar HW 60 AN dengan pembebanan putaran penggiling sebesar 1200rpm, didapatkan efisiensi pemakaian bahan bakar pada putaran mesin 1100 rpm sebesar 0,0491 kg/jam hp. Menurut Wawan Riyanto (2006) [5], dalam penelitiannya tentang Analisa Kekuatan Mesin Pencetak Bakso yang menyatakan bahwa mesin pencetak bakso yang dibuat menggunakan motor listrik sebagai penggerak dengan daya 0,5 HP dan putarannya 1420 rpm dapat menghasilkan 60 biji bakso. METODE PENELITIAN Untuk mempermudah penelitian ini, maka dibuat rangkaian diagram alir penelitian seperti terlihat pada gambar 1. Pemilihan Industri Tahu
Pengukuran Kebutuhan Energi
Variabel Kapasitas Produksi
Penggerak Motor Listrik
Penggerak Mesin Diesel
Analisis Perhitungan
Kesimpulan
Laporan Penelitian
Gambar 3. Bagan alir rancangan penelitian
Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. kedelai digunakan untuk membuat bubur kedelai dan seterusnya diproses sehingga menjadi tahu. b. Air digunakan untuk proses perendaman, penggilingan kedelai 2. Alat yang digunakan a. Hand Tachometer digunakan untuk mengukur putaran mesin
26
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 23-33
ISSN: 1411-4348
Gambar 4. Hand Tachometer
b. Stopwatch STOP TIMER untuk mengukur waktu penggilingan yang dilakukan oleh mesin penggiling
Gambar 5. Stopwatch
c. Timbangan CAMRY dengan kapasitas berat maksimal 120 Kg digunakan untuk mengukur berat kedelai.
Gambar 6. Timbangan
d. Clampmeter LEM LH 1060 MADE IN CHINA digunakan untuk mengukur tegangan listrik (Volt) dan arus listrik (Amphere) pada motor listrik.
Gambar 7. Clampmeter
Sampel Penelitian 1. Pabrik yang menggunakan penggerak penggiling dengan mesin diesel Tabel 1. Jumlah sampel pabrik yang berpenggerak mesin diesel No 1
Pemilik Siswanto
Jenis mesin diesel Baikuta R180, 8,4HP,2600 rpm
Kapasitas produksi 80 kg
Waktu giling (jam) 1,28
Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
27
ISSN: 1411-4348 2
Supangat
3
Lestari
4
Tukimin
5
Heru S.
Yanmar TS 60,8 HP, 2500 rpm Daifung, 13,2 HP, 2000 rpm Amec S 195,12 HP, 2200 rpm Yanmar, 8 HP, 2500 rpm
80 kg
1,31
56 kg
0,95
96 kg
1,53
147 kg
1,65
2. Pabrik yang menggunakan penggerak penggiling dengan motor listrik Tabel 2. Jumlah sampel pabrik yang berpenggerak motor listrik No 1
Pemilik Wiyono
2
Hadi S.
3
Sunarjo
4
Yuliatun
5
Paryanto
Jenis motor listrik YL 90 L-4, 2 HP, 1440 rpm 100 L2-4, 1 HP, 1400rpm
Kapasitas produksi 89 kg
Waktu giling (jam) 2,38
140 kg
3,43
YC 112-4, 3 HP, 1430 rpm JY 2A-4, 1HP, 1420 rpm JY 2A-4, 1 HP, 1420 rpm
240 kg
5,16
80 kg
1,83
64 kg
1,37
Instalasi Penelitian knalpot
roda gila
driver driven
penggiling
mesin diesel
belt
Gambar 8. Penggiling kedelai dengan penggerak mesin diesel
driver penggiling
driven
motor listrik
belt
Gambar 9. Penggiling kedelai dengan penggerak mesin diesel
Jalannya Penelitian Pertama kali yang harus dilaksanakan adalah mempersiapkan alat-alat, kemudian mengukur jumlah konsumsi bahan bakar mesin diesel dan motor listrik.
28
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 23-33
ISSN: 1411-4348
Analisis Data Data dianalisis dengan cara menghitung jumlah kebutuhan bahan bakar mesin diesel dan menghitung energi listrik yang dihasilkan motor listrik. HASIL DAN ANALISIS 1. Hasil analisis data
Tabel 3. Perhitungan total biaya penggilingan tiap kg kedelai
Sampel ke1 2 3 4 5
Bahan bakar (Rp) 84,14 78,75 96,30 93,60 76.50
Beban biaya oli (Rp) 6,25 7,29 10,41 7,09 5,95
Total biaya penggilingan (Rp) 90,39 86,04 106,71 100,09 82,45
Tabel 4. Harga giling tiap 1 kg kedelai dalam Rupiah Daya (watt) 1379 696,5 2068,5 686 686
Sampel ke1 2 3 4 5
Energi (KWh) 3,28 2,39 10.67 1,25 0,93
Harga energi tiap kg (Rp) 33,76 17,18 44,88 15,47 14,76
2. Pembahasan a. Mesin diesel 1. Pembahasan konsumsi bahan bakar untuk proses penggilingan setiap kg kedelai
1. 2. 3. 4. 5.
MD. Baikuta R 180, 8,4 Hp, 2600 rpm MD. Yanmar TS 60, 8 Hp, 2500 rpm MD. Daifung, 13,2 Hp, 2000 rpm MD. Amec S 195, 12 Hp, 2200 rpm MD. Yanmar, 8 Hp, 2500 rpm
Gambar 10. Konsumsi bahan bakar pada penggilingan
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar penggilingan kedelai yang paling rendah adalah sampel 5 dengan biaya Rp 76,5 untuk tiap kg kedelai. Dan konsumsi bahan bakar penggilingan kedelai yang paling tinggi ditunjukkan pada Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
29
ISSN: 1411-4348
sampel 3 dengan harga Rp 93,3 untuk tiap kg kedelai. 2. Pembahasan beban oli mesin untuk proses penggilingan setiap kg kedelai
1. 2. 3. 4. 5.
MD. Baikuta R 180, 3 liter oli. MD. Yanmar TS 60, 3 liter oli. MD. Daifung, 3,5 liter oli. MD. Amec S 195, 3,5 liter oli MD. Yanmar, 3 liter oli
Gambar 11. Biaya pergantian oli untuk setiap kg penggilingan
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa biaya pergantian oli mesin diesel yang paling rendah adalah sampel 5 dengan biaya Rp 5,95 untuk tiap kg kedelai. Dan biaya pergantian oli yang paling tinggi pada sampel 3 dengan biaya penggilingan Rp 10,41 untuk tiap kg kedelai. 3. Pembahasan biaya penggilingan yang digunakan untuk menggiling setiap kg kedelai
1. 2. 3. 4. 5.
MD. Baikuta R 180, 8,4 Hp, 2600 rpm MD. Yanmar TS 60, 8 Hp, 2500 rpm MD. Daifung, 13,2 Hp, 2000 rpm MD. Amec S 195, 12 Hp, 2200 rpm MD. Yanmar, 8 Hp, 2500 rpm
Gambar 12. Biaya total penggilingan untuk setiap kg kedelai
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa biaya penggilingan kedelai yang mencakup biaya bahan bakar dan biaya oli tiap kg yang paling hemat adalah sampel 3 dengan biaya 30
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 23-33
ISSN: 1411-4348
total Rp 82,45, dan yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk penggilingan kedelai ditunjukkan pada sampel 3 dengan biaya total Rp 106,71. b. Motor listrik 1. Pembahasan daya yang dihasilkan motor listrik.
1. 2. 3. 4. 5.
ML. YL 90L-4, 7 Ampere ML. 100 L2-4, 3,5 Ampere ML. YC 112-4, 10,5 Ampere ML. JY 2A-4, 3,5 Ampere ML. JY 2A-4, 3,5 Ampere
Gambar 13. Besar daya yang dihasilkan motor listrik penggiling kedelai.
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa pemakaian motor listrik yang berdaya kecil adalah sampel 4 dan sampel 5 dengan daya 686 watt. Dan pemakaian daya yang paling besar ditunjukkan pada sampel 3 dengan daya 2068,5 watt. 2. Pembahasan energi yang dihasilkan motor listrik.
1. 2. 3. 4. 5.
ML. ML. ML. ML. ML.
YL 90L - 4, 2 HP, 7 A, 1440 rpm 100 L2 -`4, 1 HP, 3,5 A, 1400 rpm YC 112 - 4 , 3 HP, 10,5 A, 1430 rpm JY 2A – 4 , 1HP, 3,5 A, 1420 rpm JY 2A - 4, 1HP, 3,5 A, 1420 rpm
Gambar 14. Besar energi untuk setiap kg kedelai yang dihasilkan motor listrik penggiling kedelai. Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
31
ISSN: 1411-4348
Dari gambar sebelumnya tentang daya motor listrik, didapatkan data energi untuk penggilingan tiap kg kedelai dengan menggunakan motor listrik. Maka pada gambar diatas didapat energi yang paling kecil untuk penggilingan kedelai adalah sampel 5 dengan besar energi 0.0146 KWh. Dan untuk enrgi yang paling besar adalah sampel 3 dengan besar energi 0,0444 KWh. 3. Pembahasan biaya penggilingan yang digunakan untuk menggiling setiap kg kedelai.
1. 2. 3. 4. 5.
ML. ML. ML. ML. ML.
YL 90L - 4, 2 HP, 7 A, 1440 rpm 100 L2 -`4, 1 HP, 3,5 A, 1400 rpm YC 112 - 4 , 3 HP, 10,5 A, 1430 rpm JY 2A – 4 , 1HP, 3,5 A, 1420 rpm JY 2A - 4, 1HP, 3,5 A, 1420 rpm
Gambar 15. Tingkat biaya penggilingan tiap kg kedelai dengan motor listrik.
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa biaya penggilingan untuk tiap kg kedelai dengan motor listrik yang paling hemat adalah sampel 5 dengan biaya Rp14,76 per kg kedelai. Dan biaya penggilingan yang paling boros adalah sampel 3 dengan biaya Rp 44,88 tiap kg kedelai. c. Perbandingan biaya penggilingan mesin diesel dan motor listrik
1. Mesin diesel 2. Motor listrik
Gambar 10. Perbandingan biaya penggilingan setiap kg kedelai antara mesin diesel dengan motor listrik
32
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 23-33
ISSN: 1411-4348
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa konsumsi energi proses penggilingan kedelai yang paling hemat adalah menggunakan motor listrik dibandingkan dengan mesin diesel. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Penggunaan motor listrik sebagai penggerak penggiling kedelai lebih murah biaya penggilingannya dibandingkan dengan penggerak mesin diesel. b. Penggunaan mesin penggiling kedelai yang berdaya besar lebih boros konsumsi bahan bakarnya daripada penggerak penggiling kedelai yang yang berdaya kecil. 2. Saran a. Untuk perencanaan sebuah penggiling kedelai terlebih dahulu memahami tentang prinsip dari konversi energi mekanik. b. Dalam merencanakan sebuah penggiling kedelai lebih baik memakai motor listrik yang berdaya kecil agar biaya penggilingannya lebih murah. DAFTAR PUSTAKA [1] Arismunandar W, 2004, Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradnya Paramita: Jakarta. [2] Sidik, 2008, “Energi Dan Daya Listrik” 11 november 2008. Diakses 04 Februari 2010, dari http://wahab.blog.dada.net. [3] Zuhal, 1995, Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. [4] Murnianto, 2008, Pengaruh Putaran Mesin Penggerak Dan Mesin Pengupas Kulit Gabah Yanmar HW 60 AN Terhadap Kualitas Penggilingan Dan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar, Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. [5] Riyanto W, 2006, Analisa Kekuatan Mesin Pencetak Bakso, Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Analisis Kebutuhan Energi...(Sartono Putro)
33
ISSN: 1411-4348
PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
[email protected] ABSTRAK Disaat harga bahan bakar minyak membumbung semakin tinggi, sebagai alternatif untuk mencari bahan bakar selain minyak maka dilakukan penelitian tentang potensi biomass sekam padi dan arang kayu sebagai sumber energi alternatif, guna diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa biobriket dengan komposisi terbaik dan ramah lingkungan. Dalam penelitian ini komposisi yang di uji adalah biobriket dengan perbandingan prosentase sekam padi : arang kayu = 30% : 70%, 40% : 60%, 50% : 50 %. Penelitian awal dilakukan dengan pengumpulan, penghalusan, pengujian bahan baku dan pencampuran bahan baku, selanjutnya dilakukan pengepresan dengan tekanan 100 kg/cm2 kemudian dilakukan pembakaran dengan menggunakan alat yang terdapat di Laboratorium Teknik Mesin UGM untuk mengetahui besarnya laju pengurangan massa dengan kecepatan udara konstan, kemudian dilanjutkan dengan pengujian emisi polutan dan pengujian kadar abu yang juga di lakukan di laboratorium Tehnik Mesin UGM Berdasarkan percobaan dan parameter yang telah di uji, penambahan biomass menyebabkan naiknya volatile matter sehingga lebih cepat terbakar dan laju pembakaran lebih cepat. Penambahan biomass juga dapat menurunkan emisi polutan yang dihasilkan pada saat pembakaran. Komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi arang kayu : sekam padi = 50% : 50% karena lebih cepat terbakar dan lebih ramah lingkungan, sedangkan untuk kebutuhan industri, komposisi terbaik dengan pencapaian temperatur tertinggi adalah komposisi arang kayu : sekam padi = 30% : 70%. Kata kunci : Arang kayu, Sekam padi, biobriket. PENDAHULUAN Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Tetapi minyak bumi merupakan bahan yang menjadi pilihan utama dalam penggunaannya sebagai kebutuhan sehari-hari sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena hal itu cadangan minyak bumi akan semakin menipis. Sementara itu masih banyak sumber energi alternatif lain yang masih belum maksimal penggunaannya, untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Sesungguhnya di negara Indonesia ini mempunyai banyak potensi dalam pengembangan dan penggunaan energi alternatif. Beberapa energi alternatif yang biasa digunakan menjadi pengganti minyak bumi 34
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 34-43
ISSN: 1411-4348
adalah gas bumi, batubara, arang kayu, serta pengembangan biomass untuk diolah menjadi briket [1,2]. Batu bara dan gas bumi merupakan energi fosil dan untuk mendapatkannya, masyarakat menengah ke bawah masih merasa kesulitan. Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk memanfaatkan sumber energi alternatif baru yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Biomass merupakan merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Biomass tersebut dapat diolah menjadi bio arang yang merupakan bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. BATASAN MASALAH Mengingat kompleksnya permasalahan yang timbul pada pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif, maka ruang lingkup yang dibatasi adalah karakterisasi pembakaran biobriket berbahan dasar arang kayu dengan campuran sekam padi yang meliputi laju pembakaran, sebagai akibat perubahan kecepatan udara pembakaran TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Mengolah limbah dari hasil pertanian padi yaitu sekam padi yang selama ini kurang maksimal pemanfaatannya menjadi bahan bakar alternatif. 2. Memanfaatkan penggunaan arang kayu yang mempunyai tingkat ekonomis rendah dan banyak sekali terdapat di Indonesia. 3. Menentukan karakter pembakaran briket , termasuk polusi yang ditimbulkan. KAJIAN PUSTAKA Tahapan dalam pembakaran bahan bakar padat [3] 1. Pengeringan Dalam proses ini bahan bakar pengalami proses kenaikan temperatur yang akan mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan bakar tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di dalam akan menguap melalui pori-pori bahan bakar padat tersebut. 2. Devolatilisasi Yaitu proses bahan bakar mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi pengeringan. 3. Pembakaran Arang Sisa dari pirolisis adalah arang (fix carbon) dan sedikit abu, kemudian partikel bahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan 70%-80% dari total waktu pembakaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat 1. Ukuran partikel Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar. 2. Kecepatan aliran udara Laju pembakaran biobriket akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran udara dan kenaikan temperatur 3. Jenis bahan bakar Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik tersebut antara lain kandungan volatile matter dan kandungan moisture. 4. Temperatur udara pembakaran Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendeknya waktu Pengaruh Variasi Komposisi Biobriket...(Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR)
35
ISSN: 1411-4348
pembakaran. Beberapa masalah yang berhubungan dengan pembakaran sekam padi dengan arang kayu -- Kadar air Kandungan air yang tinggi menyulitkan penyalaan dan mengurangi temperatur pembakaran. -- Kadar kalori Semakin besar nilai kalor maka kecepatan pembakaran semakin lambat. -- Kadar abu Kadar abu yang tinggi didalam sekam padi tidak mempengaruhi proses pembakaran. Kadar abu yang tinggi dalam sekam padi akan mempersulit penyalaan -- Volatile matter atau zat-zat yang mudah menguap Semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala. -- Bulk density Sekam padi mempunyai bulk density yang jauh lebih rendah dibandingkan arang kayu Jenis polutan yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar [4] Secara teoritis pembakaran bahan bakar menghasilkan CO2 dan H2O saja, padahal kenyataannya pembakaran pada bahan bakar banyak yang tidak sempurna dimana akan menimbulkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Adapun beberapa polutan dari bahan bakar antara lain : Sulfur Dioksida (SO2), Carbon Monoksida (CO), Oksida nitrogen (NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), Khlorin ( Cl2), Partikel Debu, Timah Hitam (Pb), Besi (Fe). METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir penelitian Pengumpulan Bahan Baku : Arang Kayu, Sekam padi, dan Bahan Perekat Pencacahan Sekam padi dan Arang kayu Analisys Proximate dan Ultimate Bahan Baku Pembuatan Alat Pengepress Pembuatan Biobriket Pembakaran Biobriket Analisa Hasil
Gambar 1. Flowchart Penelitian
Pengumpulan Dan Pengolahan Bahan Baku 1. Bahan Penelitian 36
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 34-43
ISSN: 1411-4348
- - - -
Arang Kayu Sekam padi Bahan perekat tepung pati Gas LPG, bahan bakar untuk memanaskan tungku pada pembakaran biobriket.
2. Pengolahan Bahan Baku - Penghalusan arang kayu menjadi serbuk - Pencacahan sekam padi menjadi serbuk - Pembuatan bahan perekat Pembuatan Biobriket -- Pencampuran bahan baku Arang kayu, sekam padi dan bahan perekat dicampur hingga rata dengan komposisi Sekam padi : Arang kayu = 30% : 70%, 40% : 60%, 30% : 70%. (dalam penelitian ini prosentase bahan perekat diabaikan dan dianggap homogen ). -- Pencetakan biobriket Bahan baku yang telah tercampur rata dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder dengan diameter 1,5 cm dan tinggi 1,75 cm. -- Pengepresan Bahan baku dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dilakukan pengepresan dengan tekanan 100 kg/cm2 dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu biobriket dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung selama 3 hari. Adapun biobriket yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Biobriket
Peralatan Yang Digunakan Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta : a. Alat Pembakaran Biobriket
Gambar 3. Sketsa alat uji Pengaruh Variasi Komposisi Biobriket...(Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR)
37
ISSN: 1411-4348
Keterangan : Aliran pemanas LPG Aliran udara 1. Blower 2. Saluran by pass 3. Katup pengatur aliran udara 4. Saluran masuk pemanas LPG 5. Tungku 1 6. Tungku 2 7. Saluran buang pemanas LPG 8. Termakopel temperatur dinding 9. Kawat penggantung sampel bahan bakar 10. Digital thermocouple reader 11. Electronic professional scale 12. Stop wacth 13. Termokopel temperatur gas pembakaran 14. Termokopel temperatur udara pre-heater 15. Digital thermocouple reader 16. Termokopel temperatur udara supply
Gambar 4. Tempat pembakaran Biobriket
b. Alat Pengepress biobriket Alat pengepress biobriket dibuat deangan cara memodifikasi dongkrak hidraulik yang bertekanan maximal 2 ton dengan diameter 22 mm dan dipasang manometer pada saluran pembuangan udara dongkrak yang berfungsi untuk mengukur tekanan pada saat pengepresan.
38
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 34-43
ISSN: 1411-4348
Gambar 5. Alat pengepress Biobriket
Gambar 6. Alat Pencetak Batubara
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat bahan dasar Untuk mengetahui sifat sifat bahan dasar dilakukan penelitian di laboratorium Fakultas Kehutanan, UGM Tabel 4.1 Sifat-Sifat Bahan Dasar
Sifat Kadar air (%) Kadar Abu (%) Kadar Karbon (%) Volatile Matter (%) Nilai Kalor (Kal/Kg) Kadar Oksigen ( % )
Sekam Padi 9,01 20,71 3,64 66,64 3285,880 2.1
Arang Kayu 6,86 4,09 52,35 36,69 6987,723 2.6
Pengaruh Komposisi Campuran terhadap Massa yang Tertinggal dan Laju Pembakaran
Massa Tertinggal ( gram )
Pengaruh Variasi Komposisi Campuran Biomassa dalam Briket 6 5 4 3 2 1 0
0
120
240
360
480
600
720
840
960
1080
1200
1320
Waktu ( detik ) 30% Sekam 70% Arang
40% Sekam 60% Arang
50% Sekam 50% Arang
Gambar 7. Grafik hubungan massa yang tertinggal dengan waktu sebagai pengaruh variasi komposisi campuran dari biomassa dengan kecepatan udara 0,3 m/s
Pengaruh Variasi Komposisi Biobriket...(Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR)
39
ISSN: 1411-4348
Laju Pe m bak aran ( gram /de tik )
Pengaruh Variasi Komposisi Campuran Biomassa dalam briket 0.014 0.012 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Waktu ( detik )
30% Sekam 70% Arang
40% Sekam 60% Arang
50% Sekam 50% Arang
Gambar 8. Grafik pengaruh komposisi campuran terhadap laju pembakaran
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa laju pembakaran paling cepat adalah pada komposisi 50% sekam padi : 50% arang kayu, hal ini dipengaruhi oleh kandungan volatile matter biobriket. Semakin banyak kandungan volatile matter maka semakin mudah untuk terbakar dan menyala. Pengaruh Komposisi Campuran Terhadap Temperatur Pembakaran Pengaruh Variasi Komposisi Campuran biomassa dalam briket
Temperatur Pembakaran ( o C )
120 100 80 60 40 20 0
0
120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 Waktu ( detik )
30% Sekam 70% Arang
40% Sekam 60% Arang
50% Sekam 50% Arang
Gambar 9. Grafik Pengaruh Variasi Komposisi Terhadap Temperatur Pembakaran Pada Pembakaran Biobriket (Sekam padi : Arang kayu = 30% : 70%, 40% : 60%, 50% : 50% )
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa temperatur pembakaran tertinggi terjadi pada proses pembakaran biobriket dengan komposisi 30% Sekam padi: 70% Arang kayu, hal ini dipengaruhi oleh kandungan nilai kalor biobriket. Namun pencapaian suhu optimumnya lama. Semakin banyak kandungan nilai kalor maka laju pembakaran akan semakin lama. Nilai pembakaran tinggi ( HHV) Untuk menentukan atau menaksir besarnya nilai pembakaran tinggi (HHV) pada pembakaran bio briket digunakan Analisis Ultimasi dengan menggunakan rumus Dulong [4]: O HHV = 3 .950C + 144.200 H 2 − 2 + 9400Skj/kg (1)
8
Rumus Dulong digunakan apabila nilai eksperimental dari pembakaran tidak tersedia. 40
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 34-43
ISSN: 1411-4348
Analisis ultimasi dari Arang kayu C = 52,53% , H2 = 6,86% , O2 = 2,6% , S = 0,14% , M = 28 % , A = 4,09% Untuk mengkonversi kesuatu basis batubara begitu diterima, faktor koreksi atau pelipatan adalah (1-M-A) = ( 1 – 28% - 4,09% ) = ( 1 – 0,28 – 0,04 ) = 0,68 Analisis Ultimasi begitu diterima menjadi : C =0, 68 × 52,53 =35,59% =0,3559 H 2 = 0, 68 × 6,86 = 4, 66% = 0, 0466
S = 0, 68 × 0,14 = 0, 09% = 0, 0009
O2 = 0, 68 × 2, 6 = 1, 76% = 0, 0176
O HHV = 33.950C + 144.200 H 2 − 2 + 9400 S 8 0, 0176 = 33.950 ( 0,3559 ) + 144.200 0, 0466 − + 9500 ( 0, 0009 ) 8 = 12082,805 + 144.200 ( 0, 0444 ) + 8, 46
= 12082,805 + 6402, 48 + 8, 46 = 18493, 75kJ/kg
Analisis ultimasi dari sekam padi C = 3,64% , H2 = 9,01% , O2 = 2,1% , S = 0,13% , M = 42% , A = 20,7% Untuk mengkonversi kesuatu basis batubara begitu diterima, faktor koreksi atau pelipatan adalah (1-M-A) = ( 1 – 42% - 20,7% ) = ( 1 – 0,24 – 0,207 ) = 0,55 Analisis Ultimasi begitu diterima menjadi : C = 0,55 × 3, 64 = 2, 002% = 0, 02 H 2 = 0,55 × 9, 01 = 4,955% = 0, 049 O2 = 0,55 × 2,1 = 1,155% = 0, 011
S = 0,55 × 0,13 = 0, 0715% = 0, 0007
O HHV = 33.950C + 144.200 H 2 − 2 + 9400 S 8 0, 011 = 33.950 ( 0, 02 ) + 144.200 0, 049 − + 9500 ( 0, 0007 ) 8
= 679 + 144.200 ( 0, 048 ) + 6,58
= 679 + 7047, 054 + 6,58 = 7732, 634kJ/kg
HHV 50% sekam padi+ 50% arang kayu HHV sekam padi = 7732,634 HHV arang kayu = 18493,75 Arang50% = 0,5 × 18493,75 = 9246,317 Sekam50% = 0,5 × 7732,634 = 3866,317 Total 50%sekam + 50%arang = 13113,31 jadi nilai HHV sekam padi 50% + arang kayu 50% adalah 13113,31 kJ/kg. HHV 40% sekam padi+ 60% arang kayu Pengaruh Variasi Komposisi Biobriket...(Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR)
41
ISSN: 1411-4348
HHV sekam padi = 7732,634 HHV arang kayu = 18493,75 Arang50% = 0,5 ×18493,75 = 9246,317 Sekam50% = 0,5 × 7732,634 = 3866,317 Total 50%sekam + 50%arang = 13113,31 jadi nilai HHV sekam padi 40% + 60% arang kayu adalah 14189,3 kJ/kg HHV 30% sekam padi+70% arang kayu HHV sekam padi = 7732,634 HHV arang kayu = 18493,75 Sekam40% = 0, 4 × 7732, 643 = 3093, 05 Arang60% = 0, 6 ×18493, 75 = 11096, 25 Total40%sekam + 60%arang = 14189,3 Jadi nilai HHV sekam padi 30%+ arang kayu 70% adalah 15265,416 kJ/kg Dari perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bio briket dengan campuran 30% sekam padi dan 70% arang kayu mempunyai nilai pembakaran tinggi yang besar sedangkan nilai pembakaran tinggi yang terkecil terdapat pada biobiket dengan campuran 50% sekam padi dan 50% arang kayu, hal tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan nilai kalor pada arang kayu hal tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, Tabel 4.2 kandungan nilai HHV Campuran biobriket Sekam 50%- Arang 50^% Sekam 40%- Arang 60% Sekamk 30%- Arang 70%
Nilai HHV ( kJ/kg) 13113,31 14189,3 15265,41
Polutan Pada Pembakaran Bahan Bakar Untuk mengetahui kandungan polutan yang terdapat pada pembakaran biobriket dilakukan penelitian di laboratorium Tehnik Mesin UGM. Tabel 4.3 Polutan Pada Pembakaran Biobriket Komposisi Sekam padi : Arang kayu 30% : 70% 40% : 60% 50% : 50%
Jenis Polutan HC (%) CO (%) NO2 (%) 3000 15 290 3100 70 280 3800 45 320
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin besar prosentase biomass pada biobriket maka kandungan emisi polutan HC, CO dan NO2 semakin berkurang. Dari ketiga variasi komposisi tersebut dapat disimpulakan bahwa biobriket yang paling rendah polutannya adalah biobriket dengan komposisi Sekam padi 30%: 70% arang kayu. KESIMPULAN 1. Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah pada komposisi 50% sekam padi : 50% arang kayu. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan volatile matter. Semakin banyak kandungan volatile matter suatu biobriket maka semakin mudah biobriket tersebut 42
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 34-43
ISSN: 1411-4348
terbakar, sehingga pembakaran semakin cepat. 2. Bio briket dengan tingkat polusi terendah adalah pada komposisi 30% sekam padi : 70% arang kayu. Semakin banyak kandungan karbon suatu biobriket maka semakin banyak kandungan arang kayu pada biobriket akan menurunkan emisi polutan HC 3. Penggunaan biobriket untuk kebutuhan sehari-hari sebaiknya digunakan biobriket dengan perbandingan komposisi 30% sekam padi : 70% arang kayu 4. Bio briket dengan campuran 30% sekam padi dan 70% arang kayu mempunyai nilai pembakaran tinggi yang besar sedangkan nilai pembakaran tinggi yang terkecil terdapat pada biobiket dengan campuran 50% sekam padi dan 50% arang kayu DAFTAR PUSTAKA [1] G outara, Semaugat ketaran, Depdikbud 1980, ”Petunjuk Praktek Pengolahan Hasil Pertanian 3”.UGM [2] J oko, S, 2005, “Pengolahan Sampah Kota menjadi biobriket sebagai salah satu bahan bakar alternative”, UMS. [3] E di Soenarjo, Djoko S Damarjati, Mahyuddin Syam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor,1991, ” PADI (buku 3)” , UGM [4] Babcock & Wilcox, S.C. Stultz and J.B.Kitto, 1992, “STEAM its generation and use”
Pengaruh Variasi Komposisi Biobriket...(Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR)
43
ISSN: 1411-4348
ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol PosI Pabelan Surakarta
[email protected] ABSTRAK Dewasa ini, harga bahan bakar semakin mahal dan tingkat pemakaian bahan bakar minyak bumi semakin meningkat, hal ini sudah terlihat pada fenomena yang terjadi dimana pengambilan minyak bumi yang dilakukan terus menerus yang mengakibatkan tipisnya cadangan minyak bumi yang ada, Oleh kerena itu timbul pemikiran untuk membuat bahan bakar alternatif yang berasal dari campuran batubara dan sampah pertanian (ampas tebu dan sekam padi). Pada penelitian ini akan meneliti laju pembakaran pada bahan bakar padat, yaitu : pembakaran briket campuran batubara, ampas tebu dan sekam padi dengan membandingkan pembakaran briket masing- masing biomass dengan perbandingan campuran 50% batubara : 50 % Biomass, dengan kecepatan udara 0,3 m/s. Dari penelitian didapatkan bahwa laju pembakaran briket tertinggi adalah pada pembakaran ampas tebu. Sedang penambahan ampas tebu kedalam sekam padi akan memperbaiki peforma pembakaran dari sekam, dimana sekam padi mempunyai pembakaran yang rendah, juga pencampuran kedua biomass tersebut akan memperbaiki polusi yang ditimbulkan. Kata kunci : Batubara, Ampas tebu, Sekam padi, laju pembakaran. PENDAHULUAN Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menganalisa karakteristik pembakaran pada biobriket, yang mana dilakukan sebagai tolak ukur untuk pembuatan bahan bakar dari bahan yang mudah didapat dan efisien dalam penggunaanya. Dalam penelitian ini digunakan sampel sekam padi dan ampas tebu dikarenakan murahnya dana untuk menyiapkan bahan mentahnya serta dapat memanfaatkan batu bara yang berkualitas rendah menjadi bahan bakar yang berkualitas tinggi.Dalam penelitian ini akan dibuat briket dengan tiga jenis yang berbeda yaitu briket campuran 50% batubara dengan 50% sekam padi, 50% batubara dengan 50% ampas tebu dan 50% batubara dengan 25% sekam padi dan 25% ampas tebu, yang digunakan untuk meneliti karakteristik pembakaran Biobriket tersebut dan mengetahui seberapa besar kandungan polutannya. BATASAN MASALAH Untuk menghindari melebarnya masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah Laju pengurangan massa, laju pembakaran dan temperature Biobriket dalam prose pembakaran serta kandungan polutan yang ditimbulkannya. 44
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 44-51
ISSN: 1411-4348
TUJUAN PENELITIAN 1. Mengolah sampah pertanian, yang selama ini kurang termanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif. 2. Memanfaatkan batubara yang banyak terdapat di Indonesia sebagai bahan bakar yang lebih baik. 3. Menentukan karakter pembakaran biobriket, termasuk dalam hal polusi yang mungkin ditimbulkan. DASAR TEORI Pembakaran Bahan Bakar Padat. Pembakaran bahan bakar padat melalui tahapan-tahapan tertentu, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengeringan Tahap awal yang terjadi dari proses pembakaran bahan bakar padat adalah pengeringan, yaitu suatu proses dimana ketika suatu partikel dipanaskan dengan dikenai temperatur tinggi atau radiasi api, air dalam bentuk moisture di permukaan bahan bakar tersebut akan menguap, sedangkan yang berada didalam bahan bakar akan mengalir keluar melalui pori-pori partikel dan menguap. 2. Devolatilisasi Yaitu proses bahan bakar mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi pengeringan. Proses dekomposisi merupakan peristiwa pecahnya ikatan kimia secara termal dan volatile matter (yang merupakan hasil proses devolatilisasi) keluar dari partikel Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat: 1. Ukuran partikel Waktu reaksi partikel tergantung pada diameter awalnya. Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar. [1] 2. Kecepatan aliran udara Penelitian dari Tri Istanto (2003) [2] menunjukkan bahwa laju pembakaran batubara dan sampah akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran udara dan kenaikan temperatur. 3. Temperatur udara pembakaran Waktu pembakaran akan berkurang dengan adanya kenaikan temperatur udara pembakaran [1,3] METODE PENELITIAN Untuk memudahkan jalannya penelitian, maka dibuat suatu alur penelitian yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Analisis Pengaruh Pembakaran Briket...(Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman)
45
ISSN: 1411-4348 Pengumpulan bahan baku berupa batubara, sekam padi dan ampas tebu serta bahan perekat dan dan bahan pengikat polutan Proximate ultimate Analysis dari bahan baku Pencacahan batubara, sekam padi dan ampas tebu Pembuatan briket Uji laju pembakaran Uji polusi pembakaran Pembuatan
Gambar 1. Flowchart penelitian
Pengumpulan Bahan Baku a. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : b. Batubara yang ada di sekitar Surakarta. c. Ampas tebu yang di dapat dari PG Gondang Klaten. d. Sekam padi yang yang banyak terdapat di sekitar kita yang kurang termanfaatkan. e. Tepung kanji dan air sebagai bahan pengikat bahan biobriket, serta gamping untuk pengikat polutannya. f. Gas LPG, sebagai pemanas tungku. Peralatan Yang Digunakan Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian adalah alat pengepres briket. Alat ini dibuat dengan cara memodifikasi dongkrak hidrolik yang dipasang manometer yang berfungsi untuk mengetahui besarnya tekanan yang terjadi dalam dongkrak tersebut. Disamping itu juga peneliti menggunakan alat pembakaran yang terdapat di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Gajah Mada.
Gambar.2 Alat pengepres briket
46
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 44-51
ISSN: 1411-4348
Gambar 3. Sketsa alat uji
Keterangan : → Aliran pemanas LPG --- Aliran udara 1. Blower 2. Saluran by pass 3. Katup pengatur aliran udara 4. Saluran masuk pemanas LPG 5. Tungku 1 6. Tungku 2 7. Saluran buang pemanas LPG 8. Termakopel temperatur dinding 9. 9. Kawat penggantung sampel bahan bakar 10. 10. Digital thermocouple reader 11. 11. Electronic professional scale 12. 12. Stop wacth 13. 13. Termokopel temperatur gas pembakaran 14. 14. Termokopel temperatur udara pre-heater 15. 15. Digital thermocouple reader 16. 16. Termokopel temperatur udara supply
Gambar 4. Tempat pembakaran Biobriket Analisis Pengaruh Pembakaran Briket...(Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman)
47
ISSN: 1411-4348
Ultimate Dan Proximate Analysis Bahan Baku Setelah bahan baku terkumpul maka bahan baku yang berupa batubara dan sabut kelapa tersebut diuji secara Ultimate dan Proximate. 1. Analisis Proximate Merupakan analisis yang biasa digunakan karena prosedurnya sederhana. Analisis proximate meliputi penentuan kadar air (M), zat terbang (volatile matter, Vm), abu (A), karbon padat (fixed carbon, FC), dan kadar kalori (E). 2. Analisis Ultimate Memberikan informasi analitik yang lebih lengkap dari pada analisi proximate. Analisis ini dijalankan dengan analisis kimia untuk menentukan kadar karbon (C), hydrogen (H2), oksigen (O2), nitrogen (N2), belerang, dan abu (A). Adapun pengujian Ultimate dan Proximate dilakukan di Laboratorium Energi Kayu Fakultas Kehutanan UGM dan Laboratorium Pusat studi Pangan Dan Gizi di gedung PAUUGM. Pencacahan Bahan Baku Bahan baku ampas tebu, sekam padi dan batu bara dicacah dengan ukuran yang homogen, hal ini dilakukan guna menjaga homogenitas briket yang akan berpengaruh pada karakterisasi pembakaran. Proses penyiapan pengolahan menjadi briket yaitu bahan-bahan tersebut di tumbuk secara manual sehingga berbentuk butiran-butiran yang relatif halus. Pembuatan briket Setelah bahan baku terkumpul dan disiapkan maka selanjutnya dilakukan pembuatan briket menjadi beberapa macam dengan perlakuan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini bentuk briket berbentuk silinder dengan diameter 15 mm. setelah bahan baku di masukkan kedalam cetakan maka akan dilakukan pengepresan dengan menggunakan alat pengepres yang memodifikasi dari dongkrak yang diberi manometer untuk mengetahui besarnya tekanan yang terjadi saat pengepresan. Adapun Komposisi dan Variasi jenisnya sebagai berikut : a. 50% Batubara dan 50% Sekam padi b. 50% Batubara dan 50% Ampas tebu. c. 50% Batubara, 25% Sekam padi dan 25% Ampas tebu. HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN Sifat-sifat Bahan Dasar Tabel 1. Sifat-sifat bahan dasar Sifat Kadar air (%)
Batu Bara 14,31
Sekam padi 21.18
Ampas tebu 9.01
Kadar Abu (%)
2,02
2,67
20,71
Kadar Karbon (%)
69,53
3,5
3,64
Volatile Matter (%)
14,14
72,65
66,64
Nilai Kalor (Kal/ Kg)
5289,395
3596,983
3283,797
Hasil diatas mengungkap bahwa nilai kalor biomass ampas tebu dan sekam padi yang diteliti relatif masih cukup besar sehingga masih dapat dilakukan proses pembakaran. Nilai 48
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 44-51
ISSN: 1411-4348
kadar karbon tertinggi dimiliki oleh batubara dan terlihat untuk biomass ampas tebu dan sekam padi memiliki kadar karbon yang lebih rendah, nilai kadar karbon ini akan memegang peranan penting dalam hal polusi udara yang ditimbulkan selama proses pembakaran. Pengaruh Variasi Jenis Pembriketan Terhadap Laju Pengurangan Massa, Laju Pembakaran dan Temperatur Biobriket Efek variasi jenis pembriketan dalam pembakaran biobriket mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laju pembakaran dan temperatur Biobriket itu sendiri. Dalam gambar 5, 6 dan 7 berikut dibawah, akan disajikan pengaruh variasi jenis pembriketan terhadap Laju pengurangan massa, laju pembakaran dan temperature Biobriket dalam pembakaran. Pengaruh Jenis Biomass dalam Briket
Laju pembakaran ( gr/s)
0.008 0.007 0.006
50% Sekam padi
0.005
25% Ampas tebu + 25% sekam padi 50% Ampas tebu
0.004 0.003 0.002 0.001 0 0
120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560 Waktu ( s )
Gambar 5. Grafik pengaruh jenis pembriketan terhadap laju pengurangan massa.
Dari grafik diatas terlihat bahwa sekam padi mempunyai laju pembakaran yang rendah, sedangkan laju pembakaran yang tinggi adalah pembakaran ampas tebu, hal ini menunjukkan bahwa kandungan volatile berpengaruh terhadap laju pembakaran, namun pada biobriket campuran (sekam padi dan ampas tebu) menunjukkan laju pembakaran yang relatif tinggi.
Temperatur pembakaran(
o
C)
Pengaruh Jenis Biomass dalam Briket 108 98 88 50% Sekam
78 68
25% Ampas tebu + 25% Sekam Padi 50% Ampas tebu
58 48 38 28 0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560 Waktu ( s )
Gambar 6. Pengaruh variasi tekanan pembriketan terhadap temperature Biobriket.
Dari grafik diatas terlihat bahwa pembakaran tertinggi adalah pembakaran ampas tebu sedang sekam padi mempunyai pembakaran yang rendah, hal ini menunjukkan bahwa kandungan volatile juga sangat berpengaruh terhadap pembakaran, namun hal yang menarik terlihat pada biobriket campuran (sekam padi dan ampas tebu) yang menunjukkan Analisis Pengaruh Pembakaran Briket...(Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman)
49
ISSN: 1411-4348
pembakaran yang relatif tinggi. Pengaruh Jenis Biomass Dalam Briket
Temperatur pembakaran (
o
C )
6 5 4
50% Sekam Padi
3
25% Sekam padi + 25% Ampas tebu 50% Ampas Tebu
2 1 0 0
120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560 Waktu ( s )
Gambar 7. Grafik pengaruh variasi jenis pembriketan terhadap laju pengurangan massa.
Dari grafik diatas terlihat bahwa penurunan massa pembakaran yang paling cepat adalah pada pembakaran ampas tebu dan yang paling lama pada sekam, sedang pencampuran antara kedua biomass menunjukkan pengurangan massa yang relatif lama. Polutan Pada Pembakaran Bahan Bakar Tabel 2. Polutan Pada Pembakaran Biobriket Jenis Briket 50% sekam padi 50% Ampas tebu 25% sekam + 25% ampas
HC (ppm) 30 110 90
Jenis Polutan CO (%) 0.004 0.0034 0.0038
NOx (%) 0.0048 0.0038 0.0042
Dari grafik didapat bahwa penambahan ampas tebu kedalam sekam padi akan mengurangi polusi yang dihasilkan. KESIMPULAN 1. Nilai kalor biomass ampas tebu dan sekam padi relatif tinggi sehingga masih dapat dilakukan pembakaran. 2. Penambahan ampas tebu kedalam sekam padi akan mempengaruhi karakter penurunan massa. 3. Penambahan ampas tebu kedalam sekam padi juga mempengaruhi karakter pembakaran biobriket. 4. Temperatur pembakaran tertinggi terjadi pada pembakaran biobriket campuran ampas tebu dan batubara. 5. Komposisi jenis dari biobriket sangat berpengaruh pada laju pembakaran. 6. Semakin lama laju pembakaran, temperature tertinggi yang dihasilkan semakin rendah. 7. Volatile matter sangat berpengaruh pada pembakaran briket. 8. Penambahan ampas tebu ke dalam sekam padi akan menurunkan kadar emisi NOx dan CO. 9. Sebaliknya kadar HC yang tinggi dalam briket ampas tebu akan berkurang bila ditambah sekam padi. 50
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 44-51
ISSN: 1411-4348
SARAN 1. Sebelum melakukan suatu penelitian kita harus mengontrol terlebih dahulu alat-alat yang dibutuhkan maupun yang digunakan apakah dalam kondisi layak difungsikan atau tidak. Jika ada suatu alat yang tidak berfungsi, maka segeralah untuk mencari penggantinya. 2. Pada saat melakukan suatu penelitian hendaklah kita harus hati-hati (sabar), teliti dan mempunyai etos kerja yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA [1] H imawanto, D.A, 2003, “Pengolahan Limbah Pertanian menjadiBiobriket sebagai salah satu Bahan Bakar Alternatif “ [2] I stanto,T 2003, ‘Penelitian Pengaruh Komposisi Bahan Bakar Terhadap Laju Pembakaran Campuran Briket Batubara Dengan Sampah Ban’. [3] I stanto,T 2003, ‘Penelitian Pengaruh Kecepatan Aliran Udara Dan Temperature Udara Preheat Terhadap Laju Pembakaran Campuran Briket Batubara Dengan Sampah Ban’
Analisis Pengaruh Pembakaran Briket...(Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman)
51
ISSN: 1411-4348
PREDIKSI SPRINGBACK PADA PROSES DEEP DRAWING DENGAN PELAT JENIS TAILORED BLANK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Email :
[email protected] ABSTRAK Tujuan yang ingin didapat dari simulasi ini yaitu mengetahui terjadinya fenomena springback dan ”weld movement” pada proses deep drawing khususnya pada pelat jenis tailored blank sehingga dapat dilakukan permodelan desain deep drawing untuk optimasi hasil draw piece agar springback bukan menjadi masalah dalam proses deep drawing. Pada simulasi ini, model yang digunakan adalah square cup deep drawing dengan dimensi model dies, diameter atas d1 : 180 mm, diameter tengah d2 : 80 mm, diameter bawah d3 : 60 mm, kedalaman atas h1 : 10 mm, kedalaman tengah h2 : 10 mm dengan radius 135o, dan kedalaman bawah h3 : 10 mm. Bahan tailored welded blanks (TWB) yang digunakan yaitu pelat baja (mild steel) dengan ketebalan 1 mm dan 0,8 mm kemudian di las. Diameter benda uji (blank) yang digunakan yaitu : 160 mm. Hasil simulasi pada kedua pelat tebal dan pelat tipis, menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu bahwa springback terbesar terjadi pada bagian penampang samping, sedangkan springback terkecil terjadi pada bagian bawah. Sedangkan Pergerakan lajur las (weld movement) mengalir dari pelat dengan ketebalan 1 mm menuju ketebalan 0,8 mm, hal ini terjadi karena tegangan mengalir menuju pada pelat yang lebih tipis Kata kunci: Tailored Blank, Springback, Weld Movement. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi perangkat keras komputer telah memungkinkan dilakukannya simulasi proses pembentukan material (material forming) dengan murah dan dalam skala waktu yang memadai. Berbagai proses pembentukan material dari material lembaran (sheet forming) telah berhasil dilakukan dengan cukup memuaskan. Keberhasilan untuk pembentukan material lembaran ini juga telah mendorong penerapan metode yang berbasis komputasi numerik untuk diterapkan pada kasus pembentukan material, seperti proses deep drawing, forging, casting, dan extrusion. Salah satu bagian pada proses metal forming adalah deep drawing. Proses deep drawing adalah proses pembentukan material steel sheet / blank mengikuti dies, dimana material steel sheet / blank dijepit dan dipasang pada blank holder dan dies yang selanjutnya dengan bantuan mesin press dilakukan penekanan, bentuk akhir ditentukan oleh punch sebagai penekan dan dies sebagai penahan benda kerja saat ditekan oleh punch, sehingga terbentuk komponen yang kita inginkan [1]. Pada prakteknya di industri, desain cetakan dan pemilihan suatu rute proses pembentukan deep drawing masih banyak bergantung kepada cara trial – error yang tidak efisien baik dari 52
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62
ISSN: 1411-4348
segi waktu dan biaya. Pengembangan metoda komputasi numerik berbasis metode elemen hingga merupakan salah satu alternatif untuk mempercepat proses optimisasi proses deep drawing. Penggunaan teknik pemodelan elemen hingga untuk proses deep drawing dapat melakukan prediksi berbagai parameter proses yang terlibat, seperti pola aliran material pada cetakan, distribusi tegangan dan temperatur pada benda kerja, kemungkinan terjadinya cacat dan juga prediksi sifat mekanis dari produk deep drawing yang diperoleh. Di samping itu, dapat juga dihitung tekanan yang terjadi pada peralatan pembentuk (tooling), sehingga dapat diprediksi kemungkinan terjadinya fraktur pada cetakan [1]. Keberhasilan penggunaan teknik pemodelan proses deep drawing di industri terutama ditentukan oleh ketentuan-ketentuan : perangkat lunak yang akurat, cepat dan handal dalam memodelkan berbagai parameter kunci dalam deep drawing seperti friksi antara material yang dibentuk dengan cetakan, interface yang mudah antara pemakai dengan perangkat lunak, hasil simulasi yang berupa pola alir dari material yang memadai untuk evaluasi proses deep drawing dan sifat mekanis produk, ketersediaan tenaga ahli dalam melakukan pelatihan dan adaptasi untuk penggunaan di industri [1].
Gambar 1. Hasil Proses Deep Drawing [2]
Dalam menganalisa cacat pada produk hasil deep drawing saat ini masih menggunakan cara konvensional, dimana cara ini masih mengandalkan pengalaman dan keahlian dalam menganalisa kecacatan produk dengan menggunakan metode trial and error. Analisis statis menunjukan bahwa kekuatan dan ketebalan benda adalah parameter yang paling dominan, diikuti oleh draw ratio, punch-die clearance [3]. Sifat semua material yang mempunyai suatu modulus elastisitas terbatas menyebabkan deformasi plastis akan diikuti oleh sifat elastis material. Pada saat bending dihilangkan akan terjadi perubahan bentuk atau penyimpangan terhadap permukaan die yang digunakan untuk penekanan, hal ini disebabkan karena plat memiliki sifat elastis sehingga sebagian deformasi akan sedikit kembali ke titik tertentu. Penyimpangan bentuk dan ukuran karena sifat elastisitas bahan ini dikenal dengan istilah springback. Springback tidak hanya terjadi pada plat tipis atau plat datar, tetapi juga terjadi pada bentuk poros pejal, kawat, batang dengan luas area tertentu, serta pada pipa. Pada prakteknya springback dapat dikurangi dengan cara overbending, yaitu sudut pembengkokan lebih kecil daripada yang diperlukan. Blank yang digunakan dalam proses deep drawing juga ada yang menggunakan blank dengan ketebalan berbeda, blank ini biasa disebut Tailored Welded Blanks (TWB), yaitu menggambungkan dari dua macam atau lebih lembaran metal dengan ketebalan (thickness) berbeda yang disambung menggunakan las. Setelah tailored welded blanks (TWB) mengalami deformasi atau ketika punch menekan blank, maka garis sambungan(weld line) juga akan Prediksi Springback pada...(Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko)
53
ISSN: 1411-4348
mengalami pergeseran, istilah ini disebut juga dengan weld movement. Dalam proses deep drawing sangat identik dengan terjadinya springback, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengidentifikasi springback yang terjadi pada proses deep drawing, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan rencana. METODE PENELITIAN Analis pada penelitian ini menggunakan software ABAQUS. Program ABAQUS bekerja berdasarkan teori dasar yang dikembangkan pada Metode Elemen Hingga (MEH) yang kemudian ditransfer kedalam bahasa program menggunakan bahasa FORTRAN dan C++ agar bisa dibaca oleh perangkat lunak. Software ABAQUS menyediakan program yang digunakan untuk memodelkan benda yang akan dianalisis yang diberi nama ABAQUS CAE. Program ini berfungsi sebagai desain model yang akan kita analisa kekuatannya. Seperti kebanyakan program komputer yang banyak tersedia dipasaran, ABAQUS mempunyai fasilitas CAD/CAM/CAE yang bisa difungsikan sebagai program analisa elastis dan plastis [4] ABAQUS Theory Manual, 2003. Preprocessing ( ABAQUS CAE ) Pemodelan dilakukan di dalam ABAQUS CAE dengan memasukkan geometri yang telah kita lakukan pengukuran sebelumnya atau dari data yang telah kita import dari input file.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 2. (a) Sket Punch, (b) Sket Die, (c) Sket Blank Holder, (d) Sket Blank Tebal dan (e) Sket Blank Tipis
54
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62
ISSN: 1411-4348
Simulasi ( ABAQUS Standard dan ABAQUS Explicit ) ABAQUS Standard dan ABAQUS Explicit digunakan untuk melakukan simulasi dari hasil prosesing didalam software ABAQUS. Pada tingkat ini ABAQUS memecahkan permasalahan yang diberikan kedalam program dengan melakukan penyelesaian secara numerik. Sebagai contohnya keluaran dari analisa tegangan yang meliputi perpindahan dan tegangan yang disimpan dalam file binary siap untuk post processing. Tergantung dari kerumitan masalah yang di analisa dan kemampuan komputer yang digunakan, ini bisa dilihat dari running yang dilakukan bisa dalam beberapa detik atau berhari-hari. Post Processing ( ABAQUS CAE ) Kita bisa mengevaluasi hasil dari simulasi yang telah lengkap dan perpindahan, tegangan atau variabel fundamental lain yang telah selesai dihitung. Evaluasi biasanya dilakukan secara interaktif menggunakan visualisasi modul dari ABAQUS/CAE atau postprocessor yang lain. Modul visualisasi, yang membaca binary file output database, mempunyai bermacam – macam pilihan untuk ditampilkan meliputi plot kontur warna, animasi, plot perubahan bentuk dan plot grafik X-Y. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Visualisasi Proses Tailored Blanks Deep Drawing Simulasi penelitian yang dilakukan adalah proses deep drawing dengan pelat jenis tailored blank yang terdiri dari dua pelat dengan ketebalan berbeda yaitu 0,8 mm dan 1,0 mm, tapi dari material yang sama yaitu mild steel yang merupakan material elastis plastis. Pelat berbentuk lingkaran yang terbagi menjadi dua bagian yang sama dan disambung dengan las pada bagian tengahnya, yang biasanya dilakukan dengan laser. Visualisasi proses deep drawing menggunakan plat jenis tailored blank dengan ABAQUS terlihat seperti pada gambar 3.
Gambar 3. (a) Kondisi awal proses deep drawing, (b) Proses deep drawing saat punch telah bergerak ke bawah (forming) Prediksi Springback pada...(Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko)
55
ISSN: 1411-4348
Gambar 4. Hasil proses deep drawing.
Dari hasil simulasi deep drawing di atas dapat dijelaskan bahwa bagian yang paling besar meregangnya adalah pada bagian dinding yang tidak bersentuhan dengan dies. Dari hasil pengujian diketahui bahwa weld movement (gerakan las) pada bagian sisa cup bergerak ke arah pelat dengan ketebalan 0,8 mm. Hal ini terjadi karena tegangan tekan mengalir pada plat yang lebih tipis. Secara umum, deep drawing adalah proses dimana pelat (blank) dipaksa mengalir melalui sebuah dies dengan beban punch sehingga membentuk komponen silindris. Selama proses deep drawing, pelat ditekan dengan gaya penekan yang berasal dari mesin penekan sampai mencapai nilai maksimumnya pada TMA. Material akan mengalami regangan yang cukup besar sepanjang diameternya. Bagian yang paling besar meregangnya adalah pada bagian dinding yang tidak bersentuhan dengan dies. Pada bagian ini pelat akan mengalami penipisan atau ironing. Penipisan dapat menjadikan pelat mengalami retak dan kemudian pecah setelah mencapai kekuatan tarik maksimum pelat. Bagian yang paling kritis dimana sering terjadi pecah adalah pada bagian bawah yang bersentuhan dengan radius punch. Pada bagian ini sering terjadi pecah karena tekanan bending yang sangat besar tergantung dari radius punch. Grafik Gaya Punch terhadap waktu penekanan
Gambar 5. Gaya Penekanan vs Waktu Penekan Tailored Blank
Gambar 5 menunjukkan grafik hasil gaya penekanan yang diberikan oleh punch terhadap waktu penekanan ketika terjadi proses deep drawing. Hasil simulasi tailored blanks deep drawing memberikan keterangan bahwa gaya punch mengalami dua kali nilai maksimal yaitu ketika mencapai jarak 2,2 mm, gaya punch mencapai 12 KN, kemudian gaya akan turun sampai sekitar 8 KN dan kemudian naik lagi sampai nilai maksimum yang kedua yaitu 94 KN. Fenomena dua kali mencapai puncak dalam proses deep drawing disini kemungkinan dapat diakibatkan oleh proses penekanan pelat yang mengalami dua tahap, yang menghasilkan dua proses tekuk (bending). Untuk mengetahui perbandingan antara pelat gabungan terhadap pelat homogen, 56
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62
ISSN: 1411-4348
gambar 6 berikut menyajikan perbandingan gaya penekanan versus waktu penekanan uniformed blank (blank tebal saja dan blank tipis saja). Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa besar gaya penekanan material tailored blank terletak diantara gaya penekanan pelat homogen yang tipis saja dan yang tebal saja. Hasil ini menunjukan bahwa pengaruh las telah diabaikan sehingga tidak mempengaruhi besar gaya penekanan. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kekuatan las terhadap gaya penekanan.
(a)
(b)
(c) Gambar 6. (a) Gaya Penekan vs Waktu Penekanan Pelat tebal, (b) Gaya penekanan vs waktu penekanan pelat tipis, (c) Grafik Gabungan Tiga Pelat
Analisis springback pada pelat tebal dan pelat tipis Pengukuran springback dilakukan terhadap pergerakan node yang ada di tengahtengah pelat tebal dan pelat tipis, melintang terhadap arah sambungan. Untuk mengetahui springback maka pengukuran node-node tersebut dilakukan pada langkah sebelum punch diangkat dan setelah punch diangkat. Hal ini untuk mengetahui pengaruh sifat elastis material ketika mendapat beban (load) dan ketika beban tersebut dilepaskan (unload). Pengukuran springback disini dilakukan hanya pada sebagian pelat saja mengingat bentuk produk yang simetris. Untuk mempermudah memahami bentuk produk di sini maka sketsa dies ditampilkan lagi di gambar 7.
Prediksi Springback pada...(Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko)
57
ISSN: 1411-4348
Gambar 7. Dimensi pelat dan dies
Hasil simulasi springback dapat dilihat pada gambar 8 – 11 berikut ini. Garis pertama menunjukan pergerakan (penampang) pelat sebelum beban punch diangkat, dan garis kedua menunjukan pergerakan (penampang) pelat setelah beban punch diangkat. Karena pada tailored blank terdapat dua bagian pelat, maka disini ditampilkan dua hasil springback yang terjadi masing-masing pada pelat tebal dan pelat tipis. Untuk mengetahui besaran springback lebih detail, maka dibuatkan grafik tersendiri terhadap selisih antara node-node pada pelat sebelum beban diangkat dan setelah beban diangkat.
Gambar 8. Pergerakan pelat tebal sebelum dan setelah beban dilepaskan.
Gambar 9. Besaran springback pada pelat tebal
58
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62
ISSN: 1411-4348
Gambar 10. Pergerkan pelat tipis sebelum dan setelah beban dilepaskan.
Gambar 11. Besaran springback pada pelat tipis
Untuk mengetahui lebih detail fenomena springback pada pelat tailored blank, maka dilakukan perbandingan springback yang terjadi pada pelat tipis dan pelat tebal secara terpisah. Hasil perbandingannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 12. Perbandingan pelat tipis dan pelat tebal setelah beban dilepaskan Prediksi Springback pada...(Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko)
59
ISSN: 1411-4348
Gambar 13. Perbandingan besaran springback pada pelat tebal dan pelat tipis
Pada kedua pelat tebal dan pelat tipis tersebut, hasil simulasi menunjukan kecenderungan yang sama, yaitu bahwa springback terbesar terjadi pada bagian penampang samping, sedangkan springback terkecil terjadi pada bagian bawah. Agar hasil deep drawing sesuai hasil yang diinginkan maka desain dan ukuran dies harus disesuaikan dengan springback yang terjadi. Distribusi regangan pada Tailored Blanks sebelum dan setelah proses penekanan
Gambar 14. Visualisasi pada blank sebelum gaya dihilangkan.
Gambar 14 menunjukkan visualisasi tegangan rata-rata yang terjadi pada tailored blanks dengan steel, frame ke 20, step time 3.00 x 10-3 second. Pada frame ini menunjukkan visualisasi distribusi tegangan pada seluruh pelat setelah mengalami proses deep drawing. Tegangan tertinggi terjadi pada daerah dinding, yang mengalami gaya penarikan yang terbesar. Pada gambar di atas ditunjukan tegangan maksimum 4,884 x 108 Pa yang terjadi pada blank tebal dengan nomor elemen 1450 nodal 1663, sedangkan tegangan minimum 1,601 x 108 Pa juga terjadi pada blank tebal dengan nomor elemen 1772, nodal 1975.
60
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62
ISSN: 1411-4348
Gambar 15. Visualisasi pada tegangan pada blank setelah gaya dihilangkan.
Gambar 15 menunjukkan visualisasi distribusi tegangan yang terjadi setelah gaya punch pada proses deep drawing dihilangkan pada step springback, frame ke 20, step time 3.00E03 second.. Disini tegangan elastis pada draw piece memungkinkan terjadinya springback. Pada frame ini tegangan maksimum yang terjadi sebesar 4,859 x 108 Pa yang terjadi pada blank tipis dengan elemen nomor 2052 nodal 2246, sedangkan tegangan minimum 8,970 x 106 Pa terjadi pada blank tebal dengan elemen nomor 2755 nodal 4. Setelah punch ditarik keatas atau gaya punch dihilangkan maka akan terjadi gaya balik (springback) pada blank deformable. Pergerakan las (welding displacement) Selain terjadinya springback, proses deep drawing tailored blank juga menyebabkan terjadinya pergerakan dari lajur las yang sangat mempengaruhi tingkat ketepatan ukuran dari hasil deep drawing. Maka dari itu penandaan arah lajur las perlu dilakukan. Berdasarkan dari hasil simulasi dapat diketahui pergerakan las (Welding displacement) dari tailored welded blanks.
Gambar 16. Sketsa Pengukuran welding displacement pada Tailored welded blanks (TWB)
Prediksi Springback pada...(Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko)
61
ISSN: 1411-4348
Metode Pengukuran yang digunakan yaitu dengan cara mengukur jarak lajur las dari garis normal. Harga minus (-) menunjukkan bahwa welding displacement menuju pada ketebalan 0,8 mm. Dari hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa arah pergerakan lajur las menuju pada ketebalan 0,8 mm. Hal ini terjadi karena tegangan mengalir menuju pada plat yang lebih tipis.
Gambar 17. Penyimpangan lajur las (Weld movement) pada pelat tebal dan pelat tipis
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa pergerakan lajur las (weld displacement) mengalir dari pelat dengan ketebalan 1 mm menuju ketebalan 0,8 mm. Welding displacement terbesar terjadi pada titik 3 yang mencapai 3,24 mm dan titik 107 yang mencapai 3,27 mm. KESIMPULAN 1. Pada kedua pelat tebal dan pelat tipis, hasil simulasi menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu bahwa springback terbesar terjadi pada bagian penampang samping, sedangkan springback terkecil terjadi pada bagian bawah. 2. Pergerakan lajur las (weld movement) mengalir dari pelat dengan ketebalan 1 mm menuju ketebalan 0,8 mm, hal ini terjadi karena tegangan mengalir menuju pada pelat yang lebih tipis. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmad Hasnan. S., 2006. Mengenal Proses Deep Drawing. Jakarta [2] Andy. P., 2001. Tailor Welded Blank Applications And Manufacturing. Nort America [3] Marciniak, Z., et.al.,2002., Mechanics of Sheet Metal Formimg, Butterworth Heinemann, London. [4] ABAQUS Theory Manual, 2003.
62
Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 17 No. 1 Januari 2016: 52-62