MATRIKS DIAGONAL DALAM KAJIAN PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL Try Azisah Nurman Dosen Jurusan Matematika Fak. Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Email:
[email protected]
Abstract: This paper discusses the methods of algebraic functions on the settlement limit of indeterminate forms. Limit is a mathematical method used to describe the effect of variable functions move closer to a point on a particular function. The goal is to determine the specific characteristics of the methods of algebraic functions on the settlement limit of indeterminate forms. The methods used is a special method that consists of factoring methods, methods of multiplication herd, and the division with the highest rank method, and the method of L' Hopital. By using the methods mentioned above, then we obtain the specific characteristics of the methods of algebraic functions settlement limit on the indeterminate form are 1. Factoring methods: (a) The numerator is the result of squaring the binomial equation of the denominator. Where, (i) If the binomial equation using the difference operation, then its points is positive. (ii) If the binomial equations using addition operation, then its points is negative. (b) the constant factor of each of the numerator and denominator equally. One of which is a three tribal equation in the form ax2 + bx + c , the value of b it is the sum of the value of the constant multiplication. (c) If the numerator and denominator are both binomial equations with difference operation, where the variables and constants in the numerator is the square of the variable and constant denominator. Or conversely, variables and constants in the denominator is the square of the variable and constant numerator. (d) If the equation is a difference of two fractions where the denominator is a binomial variables and constants in the denominator is the result of one of the squaring of the variables and constants in the denominator of the other. (e) If the equation in the form of fragments which all contain the same variables. (f) If the equation is in the form of two parts, where the coefficients and constants in the numerator or the same multiplication factor, so that when the coefficients and constants removed it will form one of the factors that equation equal to that of the denominator. 2. A herd Multiplication method: (a) If the equation is the difference of two roots. (b) If the equation in the form of the difference or fractions containing amount root form. Both the numerator and the denominator. 3. Distribution by Top Rank methods: (a) If the equation in the form ∞/∞. (b) If a polynomial equation of degree 3, 4, 5,... etc. Which is hard to be factored. 4. L' Hopital method: if the limit point is substituted then produces the indeterminate form 0/0, ∞/∞, ∞-∞ , except if the derivative of the function at the root of the denominator in the form similar to the form factor function in the numerator. Vice versa, the derivative of the function at 374
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 375
the root of the numerator shaped form factor similar to the function in the denominator. Key words: Limit, indeterminate forms, L' Hopital method.
I.
PENDAHULUAN
erkembangan peradaban manusia tidak terlepas dari ilmu-ilmu dasar (Basic Sciences) sebagai logika berpikir. Matematika telah banyak mengajarkan manusia mengenal dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Dengan matematika manusia dapat mempelajari dan sekaligus mendapatkan pemodelan atas fenomena yang terjadi atau diamatinya. (Harahap, 2005, h.3) Dalam Al-Qur’an memuat banyak ayat tentang isyaratisyarat matematika, antara lain terdapat pada Q.S. Al-A’raf/7:142.
P
Terjemahnya: Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan” (Depag RI, 2005). Melalui ayat di atas Allah SWT. memberitahukan Nabi Musa AS. tentang lamanya waktu diturunkannya kitab Taurat yaitu selama 40 hari lewat operasi penjumlahan matematika yaitu 30 + 10 = 40. Ayat di atas memberikan gambaran bahwa tidak semua orang tahu tentang perhitungan, dimana perhitungan sering kali diperdebatkan. Oleh karena itu, matematika sebagai bahasa simbol yang bersifat universal memegang peranan penting dalam perkembangan suatu teknologi. Matematika sangat erat hubungannya dengan kehidupan nyata. Banyak penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata membutuhkan metode-metode matematika. Di dalam kehidupan nyata kadangkadang terdapat masalah yang sukar diselesaikan dalam sistemnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu disusun suatu pemodelan matematika yang mirip dengan keadaan sistemnya. Berbicara tentang bagaimana merumuskan suatu
376 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
model matematika dari masalah yang terjadi di dunia nyata, baik melalui penalaran intuitif tentang fenomena tersebut, atau dari suatu hukum fisika yang berdasarkan pada bukti yang didapat dari percobaan-percobaan. Persoalan yang muncul dari dalam bidang fisika matematika sering dapat diturunkan ke dalam suatu persamaan diferensial. Persamaan diferensial merupakan salah satu cabang matematika yang termasuk kelompok analisis. Secara umum, persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung sebuah fungsi yang tak diketahui dari satu atau lebih turunan fungsi. Persamaan diferensial pertama kali diperkenalkan oleh Leibniz pada Tahun 1676. Persamaan diferensial sering sekali muncul dalam model matematika yang mencoba menggambarkan keadaan kehidupan nyata. Persamaan diferensial dibedakan menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa (ordinary differential equation) dan persamaan diferensial parsial (partial differential equation). Salah satu klasifikasi yang jelas adalah dengan melihat apakah fungsi yang tak diketahui tergantung pada satu atau lebih turunan fungsi. Jika hanya satu disebut persamaan diferensial biasa dan jika fungsi yang tak diketahui lebih dari satu disebut persamaan diferensial parsial (Stewart, 2003). Dimana banyaknya turunan fungsi disimbolkan dengan . Penyelesaian sistem Persamaan Diferensial (PD) sederhana dapat diatasi melalui pendekatan elementer terhadap sistem persamaan diferensial. Persamaan diferensial difokuskan pada penentuan penyelesaian dari persamaan diferensial. Ada banyak persamaan diferensial yang rumit diperoleh bentuk penyelesaiannya. Namun, untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan diferensial yang lebih rumit, matriks sangat dianjurkan digunakan untuk sistem PD dengan . Matriks dan khususnya pendiagonalan dalam aljabar linear merupakan salah satu metode yang secara umum jauh lebih efisien untuk memecahkan suatu sistem persamaan diferensial sederhana maupun rumit.(Rahman, dkk., 2007) II. KAJIAN TEORITIS A. Matriks Matriks adalah suatu kumpulan bilangan yang disusun dalam baris dan kolom, sehingga berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, dan ditulis diantara dua tanda kurung dan dicetak tebal yaitu atau . H. (Cambage,1980) Bentuk umum suatu matriks adalah:
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 377
1. Jenis-jenis matriks a. Matriks Bujur Sangkar, jika baris dan kolom sama. b. Matriks Segitiga, ada dua jenis matriks segitiga yaitu matriks segitiga atas (upper triangular) dan matriks segitiga bawah (lower triangular). Jika suatu matriks bujur sangkar yang semua elemennya terletak di bawah diagonal sama dengan nol, maka disebut matriks segitiga atas. Sedangkan jika dalam sebuah matriks bujur sangkar, semua elemen terletak diatas diagonal sama dengan nol, maka disebut matriks segitiga bawah. c. Matriks Diagonal, jika semua elemen di atas dan di bawah diagonal suatu matriks bujur sangkar sama dengan nol maka disebut matriks diagonal. d. Matriks Identitas, jika diagonal suatu matriks bujur sangkar sama dengan satu, dan semua elemen lainnya sama dengan nol, maka disebut matriks identitas. e. Matriks Skalar, jika suatu matriks f. Matriks Transpos, diperoleh dengan menukar elemen-elemen baris menjadi elemen-elemen kolom atau sebaliknya. 2. Operasi Matriks a. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks, jika kedua matriks itu memiliki ordo yang sama. Jumlah ialah suatu matriks C yang diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen yang bersesuaian letaknya. Selisih dua matriks adalah suatu matriks baru , yang diperoleh dengan mengurangkan elemen yang bersesuaian letaknya. b. Perkalian Matriks 1) Perkalian Matriks dengan Skalar, jika suatu skalar, maka matriks diperoleh dengan mengalikan semua elemen matriks dengan . 2) Perkalian Matriks dengan Matriks, jika adalah matriks dan adalah matriks , maka hasil kali adalah matriks yang entrientrinya ditentukan sebagai berikut. Untuk mencari entri dalam baris dan kolom dari pilihlah baris dari matriks dan kolom dari matriks . Kalikan entri-entri yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut bersamasama dan kemudian tambahkanlah hasil kali yang dihasilkan.(Anton, 1987, 25)
378 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
B. Matriks Elementer Definisi 1: Suatu matriks dinamakan matriks elementer jika matriks tersebut dapat diperoleh dari matriks satuan (identitas) yakni dengan melakukan sebuah operasi baris elementer tunggal. .(Anton, 1987, 25) Contoh Di bawah ini didaftarkan tiga matriks elementer dan penggunaan operasi baris yang akan mengembalikan matriks elementer yang diberikan pada matriks satuan. 1 0 Matriks di samping diperoleh dari matriks satuan dengan (i ) 0 3 mengalikan baris kedua dari dengan -3.
(ii )
(iii )
1 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 3 0 1 0 0 0 1
Matriks di samping diperoleh dari matriks satuan dengan mempertukarkan baris kedua dan baris keempat dari .
Matriks di samping diperoleh dari matriks satuan dengan menambahkan tiga kali baris ketiga dari pada baris pertama.
C. Determinan dan Invers matriks 1. Determinan Determinan adalah nilai real yang dihitung berdasarkan nilai elemenelemennya, ditulis dengan simbol det ( ) atau . Jika nilai determinan itu nol, matriks bujur sangkar tersebut singular, artinya tidak memiliki invers. Jika nilai determinan suatu matriks tidak nol, berarti matriks tersebut nonsingular, yaitu matriks tersebut mempunyai invers.(Sutojo dkk, 2010, 125) a. Determinan matriks ordo dapat ditentukan dengan cara nilai elemen diagonal utamanya dikurangkan dari kedua elemennya.(Mckim dkk. 1984, 305) b. Determinan matriks ordo ditentukan dengan aturan Sarrus: c. Determinan matriks ordo dihitung dengan menggunakan Ekspansi Laplace. 2. Sifat-sifat Determinan: a. Nilai suatu determinan transpose sama dengan nilai determinan . b. Jika salah satu baris/kolom semua unsurnya nol maka nilai determinan =0. c. Jika dua baris/kolom ditukar tempatnya maka nilai determinan tandanya berubah.
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 379
d. Jika ada dua baris/kolom unsur-unsurnya bernilai sama maka nilai determinan tersebut sama dengan nol. e. Jika salah satu baris/kolom semua unsurnya berfaktor maka bisa dikeluarkan dari determinan sebagai faktor. f. Jika ada dua baris/kolom unsur-unsurnya sebanding maka nilai determinan tersebut sama dengan nol. g. Jika salah satu baris/kolom ditambah dengan kali baris/kolom yang lain maka nilai determinan tidak berubah. h. Jika ada salah satu baris/kolom semua unsurnya terdiri dari suku, maka determinan bisa didekomposisi atas suku pula dengan setiap suku dari masing-masing unsur baris/kolom determinan semula menempati unsur baris/kolom dari masing-masing suku dari determinan hasil dekomposisi secara bersesuaian.(Latra, 2004, 6) 3. Invers Matriks Bila suatu matriks bujur sangkar dikalikan dengan matriks bujur sangkar menghasilkan matriks identitas, yaitu maka dikatakan merupakan invers atau merupakan invers . Misal B merupakan invers dari . Maka notasi yang digunakan . Suatu matriks yang mempunyai invers dikatakan matriks invertibel (dapat dibalik).(Mursita, 2011) Invers dari sebuah matriks adalah tunggal atau hanya ada satu dan berlaku sifat: . Matriks yang mempunyai invers adalah matriks yang nonsingular.(Sutojo dkk, 2010, 153) Dengan mudah untuk menetapkan bahwa jika ada, maka .(Rao dan Helge, 1999, 494) Untuk menentukan nilai invers suatu matriks, berdasarkan rumus berikut: Cambage, 1980, 32) Cn1 C11 C21 A A A C12 C22 Cn 2 adj ( A) A A A1 A A C1n C2 n C3n A A A dengan catatan . 4. Sifat-sifat invers: a. b.
380 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
c. d.
simetris jika dan hanya jika A simetris.
D. Kebebasan Linear Definisi 2 persamaan vektor
Jika
adalah himpunan vektor, maka
Mempunyai paling sedikit satu pemecahan, yakni Jika ini adalah satu-satunya pemecahan, maka S dinamakan himpunan bebas linear (linearly independent). Jika ada pemecahan lain, maka S dinamakan himpunan tak bebas linear (linearly dependent).(Anton, 1987, 151) E. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diketahui A matriks berukuran , vektor tak–nol berukuran , ∈ R . Karena A berukuran , maka akan berupa vektor yang berukuran juga. Bila terdapat skalar λ, λ ∈ R sedemikian hingga (Ax menghasilkan vektor yang besarnya λ kali x). Semua nilai λ yang memenuhi persamaan tersebut sehingga ada nilai yang nyata (bukan vektor 0 saja) disebut nilai eigen (karakteristik).(Firdausy2011) dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ.(Jhonson, 2002, 60) Untuk menentukan nilai eigen yang berukuran maka dituliskan kembali sebagai atau ekuivalen dengan n
... (2.1) Supaya λ menjadi nilai eigen maka harus ada penyelesaian tak nol dari persamaan (2.1). Persamaan (2.1) akan mempunyai penyelesaian tak nol jika dan hanya jika: det( I A) 0 ini dinamakan persamaan karakteristik . Skalar yang memenuhi persamaan ini adalah nilai eigen dari A. Bila diperluas, maka determinan adalah polinom yang dinamakan polinom karakteristik dari . F. Diagonalisasi Matriks Definisi 3: Matriks kuadrat dinamakan dapat diagonalisasi (diagonalizable) jika terdapat matriks yang dapat dibalik sehingga diagonal; matriks dikatakan mendiagonalisasi
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 381
G. Persamaan Diferensial Definisi 4: Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial Biasa (PDB). Sedangkan jika peubah bebasnya lebih dari satu dinamakan Persamaan Diferensial Parsial (PDP).(Yulianty, 2011) Dikenalkan suatu istilah dalam Persamaan Diferensial (PD) yaitu orde. Orde dari PD adalah besar turunan tertinggi yang terjadi pada PD.(Mursita, 2006, 191) Khususnya, suatu persamaan yang berbentuk Dimana menyatakan turunan terhadap yang ke , disebut persamaan diferensial berorde . Adapun bentuk umum persamaan diferensial biasa linear (PDBL) orde- yaitu: Dengan dan adalah koefisien persamaan diferensial. Bila disebut PDBL homogen, sebaliknya jika tidak disebut PDBL tak homogen. Bila tidak dapat dinyatakan seperti bentuk di atas dikatakan PD tidak linear. 1. Jenis-jenis Persamaan Diferensial Jenis-jenis persamaan diferensial khususnya persamaan diferensial orde satu dan orde dua yaitu: a. Persamaan Diferensial Linear Orde Satu atau
,
fungsi dari .
Suatu persamaan jenis ini selalu dapat diselesaikan. Pertama-tama dikalikan kedua ruas dengan faktor integral yang menghasilkan
Kemudian ruas kiri sebagai turunan dari mengambil bentuk
Pengintegralan kedua ruas menghasilkan
Sehingga
, sehingga persamaan
382 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
Karena bentuk di atas merupakan integral tak tentu maka solusi masih mengandung dan disebut solusi umum PD. Solusi khusus PD dapat ditentukan dengan mensubtitusikan nilai awal yang diberikan ke dalam solusi umum, untuk menghitung besar nilai .(Mursita, 2006, 193) b. Variabel yang dapat dipisahkan Suatu PD orde satu, peubah dan dapat dipisahkan. Sehingga peubah dapat dikelompokkan dengan dan peubah dapat dikelompokkan dengan pada ruas yang berbeda. Sehingga solusi umum PD terpisah, dengan memisahkan kedua peubah dan kemudian mengintegralkan kedua ruas. Bentuk umum:
=
atau
Dapat dijadikan bentuk dan suatu fungsi hanya dari , suatu fungsi hanya dari .(Riogilang, 1983, 3) c. Persamaan Diferensial Homogen Bentuk umum: . Dinamakan Persamaan diferensial homogen jika dan homogen dan berderajat sama. Persamaan ini dapat diselesaikan dengan subtitusi atau , sehingga didapatkan .(Riogilang, 1983, 7)
(S(v)) menjadi:
atau
d. Persamaan Diferensial Linear Orde Dua Homogen Pada bagian ini dibuat dua anggapan penyederhanaan:
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 383
1) 2)
adalah konstanta, dan secara identik adalah nol (kasus homogen). Jadi tugas awal yang harus diselesaikan adalah
Untuk menyelesaikan suatu persamaan orde pertama diperlukan suatu pengintegralan dan menuju kesuatu penyelesaian umum dengan suatu konstanta sebarang. Dari persamaan orde pertama, diharapkan penyelesaian suatu persamaan orde kedua mencakup dua pengintegralan dan karena ini penyelesaian umum akan mempunyai dua konstanta sebarang. Hal ini benar, ternyata suatu persamaan diferensial linear homogen orde kedua selalu mempunyai dua penyelesaian fundamental dan , yang saling bebas satu sama lain (yakni, fungsi yang satu bukan kelipatan fungsi yang lainnya). Dari kelinearan operator , adalah suatu penyelesaian juga. Persamaan bantu: Karena kelihatannya sangat mungkin bahwa akan merupakan suatu penyelesaian terhadap persamaan diferensial untuk suatu pilihan yang sesuai. Untuk menguji kemungkinan ini, pertama dituliskan persamaan itu dalam bentuk operator ... (2.5) Sekarang
Ungkapan yang belakangan adalah nol, asal saja ... (2.6) Terdapat tiga kasus yang ditinjau, berpadanan terhadap persamaan bantu yang mempunyai dua akar real berlainan, akar tunggal berulang, atau akar-akar kompleks saling konjugat.(Purcell dan Dale, 1987, 441) 1) Akar-akar Real Berlainan, maka penyelesaian umum adalah 2) Akar Berulang maka penyelesaian umum terhadap adalah 3) Akar-akar Kompleks Saling Konjugat maka penyelesaian umum terhadap adalah
384 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
H. Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL) Permasalahan dari suatu model matematis yang berbentuk persamaan diferensial yang lebih dari satu fungsi tak diketahui membutuhkan suatu bentuk khusus dari persamaan diferensial yang disebut sistem PD.Bentuk umum dari sistem PD orde satu didefinisikan sebagai berikut:
Dimana
dan
adalah fungsi yang spesifik dalam interval .
Persamaan (2.7) disebut SPDL orde satu. Jika , maka sistem disebut homogen dan selain itu disebut nonhomogen.(Rahman, dkk, 2007, 112)
Definisi 5: Penyelesaian sistem PD (2.7) dalam interval I adalah n buah fungsi yang masing-masing dapat diturunkan pada interval I, dan jika disubtitusikan ke dalam persamaan (2.7) membuat identitas dalam t untuk semua I.( Abdul Rahman, 2007, 123) Pengembangan teori dari sistem penyelesaian umum dari sistem PD linear orde satu adalah merumuskan masalah dari pemecahan sistem PD linear dengan pendekatan ruang vektor, dengan mengubah persamaan (2.7) menjadi bentuk matriks sebagai berikut:
Secara umum masalah nilai awal (MNA) dari SPDL rumusnya dapat diberikan sebagai permasalahan matriks : dengan kondisi awal . a. Mengubah PD Tingkat ke Bentuk Sistem PD Orde Satu b. Penyelesaian Umum dari Sistem Persamaan Linear Orde Satu. c. Penyelesaian Sistem PD Homogen
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 385
III. PEMBAHASAN 1. Penerapan Matriks Diagonal Pada bagian ini, akan ditelaah bagaimana memecahkan sistem persamaan diferensial yang berbentuk:
y '1 a11 y1 a12 y2 a1n yn y '2 a21 y1 a22 y2 a2 n yn
y 'n an1 y1 an 2 y2 ann yn Dimana y1 f1 ( x), y2 f 2 ( x),, yn f n ( x) adalah fungsi-fungsi yang akan ditentukan dan adalah konstanta-konstanta. Sistem persamaan diferensial tersebut dapat ditulis dalam bentuk notasi matriks seperti berikut: y '1 a11 a12 a1n y1 y ' a 2 21 a22 a2 n y2 y 'n an1 an 2 ann yn atau secara lebih singkat Y ' AY dengan: y '1 a11 a12 y' a a22 2 Y ' , A 21 y 'n an1 an 2
a1n y1 y a2 n ,Y 2 ann yn
Untuk menangani sistem Y ' AY yang matriks tidak diagonal, dibuat substitusi untuk yang akan menghasilkan sebuah sistem baru dengan sebuah matriks koefisien diagonal. Tipe substitusinya adalah: y1 p11u1 p12u2 p1nun
y2 p21u1 p22u2 p2 nun
yn pn1u1 pn 2u2 pnnun atau pada notasi matriks,
386 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
y1 p11 y p 2 21 yn pn1
atau lebih singkat ditulis
p12
p22 pn 2
p1n u1 p2 n u2 pnn un
Y PU
Pada substitusi ini fungsi Pij adalah konstanta-konstanta yang akan ditentukan sedemikian rupa sehingga sistem baru yang melibatkan fungsi-fungsi u1 , u2 , , un yang tidak diketahui mempunyai matriks koefisien diagonal. Jika tipe substitusi didiferensialkan akan menjadi: Y ' PU ' Jika dibuat substitusi kita dapatkan:
dan
pada sistem asalnya maka
atau dimana . Jika diinginkan bahwa matriks koefisien yang baru tersebut diagonal, maka harus memilih sebagai sebuah matriks yang mendiagonalisasi .(Anton, 1987, 304) Dengan menggunakan matriks diagonal, carilah penyelesaian Masalah Nilai Awal (MNA) persamaam diferensial berikut: y '1 3 y1
y '2 2 y2 y '3 5 y3 dimana
,
, dan
.
Pemecahan: Bentuk matriksnya yaitu:
y '1 3 0 0 y1 y ' 0 2 0 y 2 2 y '3 0 0 5 y3 atau
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 387
3 0 0 Y ' 0 2 0 Y 0 0 5 karena masing-masing persamaan hanya melibatkan satu fungsi tak diketahui, didapat pemecahan persamaan tersebut dengan sendiri-sendiri yaitu: y1 c1e3 x y2 c2 e 2 x y3 c3e5 x
atau dalam notasi matriks 3x y1 c1e Y y2 c2e 2 x y3 c3e5 x
Dari kondisi awal yang diberikan, didapatkan 1 y1 (0) c1e0 c1
4 y2 (0) c2e0 c2 2 y3 (0) c3e0 c3 sehingga pemecahan yang memenuhi MNA adalah y1 e3 x Y y2 4e 2 x y3 2e5 x atau
y1 e3 x , y2 4e2 x , y3 2e5 x Dengan menggunakan matriks diagonal, carilah penyelesaian umum persamaan differensial berikut: Pemecahan: Misalkan dan . Sehingga dan Adapun bentuk matriks yang diperoleh yaitu: 0 1 A 2 1
.
A dapat terdiagonalisasi oleh sebarang matriks P yang kolom-kolomnya adalah vektor-vektor eigen dari A yang bebas linear. Karena
388 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
1 0 0 1 det( I A) 0 2 1 2 1 ( 1) 2 2 2 Sehingga diperoleh nilai eigen yaitu
dan x1 x x2
. Menurut definisi
adalah sebuah vektor eigen bersesuaian dengan λ jika dan hanya jika sebuah pemecahan tak trivial dari ( I A) x 0 , yakni dari 1 x1 0 2 1 x 0 2 Untuk 1 1 x1 0 2 2 x 0 2 dengan memecahkan sistem ini maka akan menghasilkan dan jadi t 1 p1 t t 1
adalah sebuah basis untuk ruang eigen yang bersesuaian dengan 1 1 Untuk 2 1 x1 0 2 1 x 0 2 dengan memecahkan sistem ini maka akan menghasilkan dan jadi 1 t 1 p2 2 t 2 t 1 adalah sebuah basis untuk ruang eigen yang bersesuaian dengan 2 2 Jadi 1 12 P 1 1
mendiagonalisasi
dan
adalah
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 389
23 D P AP 2 3 1
1 3 2 3
0 1 1 12 1 0 2 1 1 1 0 2
maka substitusi
Y PU dan Y ' PU ' Menghasilkan sistem persamaan diagonal yang baru, yaitu 1 0 U ' DU U 0 2 atau
u1 ' u1 , u2 ' 2u2 Pemecahan sistem ini adalah
u1 c1e x , u2 c2e2 x atau
c1e x U 2 x c2 e Sehingga persamaan Y=PU menghasilkan Y sebagai pemecahan baru x 2 x x y1 1 12 c1e c1e 12 c2e Y 2 x x 2 x y2 1 1 c2e c1e c2e atau y1 c1e x 12 c2e 2 x
y2 c1e x c2e2 x IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Untuk menyelesaikan sistem persamaan differensial dengan menggunakan matriks diagonal, diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh persamaan differensial untuk dapat dijadikan ke dalam matriks diagonal. Syarat yang harus terpenuhi yaitu jika terdapat matriks (berukuran ) yang dapat didiagonalkan, jika dan hanya jika mempunyai vektor eigen yang bebas linier, dan vektor-vektor eigen matriks itu adalah kolomkolom matriks yang mendiagonalkan . Maka terdapat matriks tak singular sehingga pendiagonalan matriks sama dengan .
390 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)
B. Saran Dalam artikel ini, penulis membatasi ruang lingkup persamaan differensial yang dapat diselesaikan menggunakan matriks diagonal. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca untuk dapat melanjutkan penelitian sampai pada persamaan differensial pada orde yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Anton, Howard. Aljabar Linear Elementer edisi kelima. Bandung: Erlangga, 1987. dan Chris Rorres. Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2005. Anonim. Matriks Diagonal. http://www.google.co.id/#q=matriks+diagonal&hl= id& biw=1280 &bih=663&prmd=ivns&ei=cqPYTbWjGczjrAeA87jyBQ& start=40&sa=N&fp=e1b137162826fbb2. (12 mei 2011). Cambage, H Rawi M. Matriks/ Determinan. Ujung Pandang: FPMIPA IKIP, 1980. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Karya Utama, 2005. Firdausy, Kartika. Nilai Eigen dan Vektor Eigen. http://blog.uad.ac.id /kartikaf/ files/2009/06/nilai-eigen.pdf (15 mei 2011). Johnson, Richard A. Applied Multivariate Statistical Analysis. United States of Amerika: Prentice Hall, 2002. Kangedi. Matriks dan Opersinya. http://lecturer.eepisits.edu/~kangedi/materi%20 kuliah/materi%20aljabar%20linier/Bab%20I%20Matriks%20dan%20Oper asinya.pdf (12 mei 2011). Latra, I Nyoman. Model Linear. Surabaya: FMIPA-ITS, 2004. Leon, Steven J. Aljabar Linear dan Aplikasinya Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001. Lipschutz, Seymour dan Marc Lars Lipson. Aljabar Linear Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Try Azisah Nurman, Matriks Diagonal dalam Kajian Penyelesaian Diferensial _ 391
Mckim, James, Benedict Pollina dan Raymond Mcgivney. College Algebra. California: Wadsworth Publishing Company, 1984. Mursita, Danang. Invers Matriks. http://www.geocities.ws/dmursita /matek/13.pdf (22 mei 2011). . Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Rekayasa Sains, 2006. Negoro, ST dan Harahap. B. Ensiklopedia Matematika. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Purcell, Edwin J. dan Dale Varberg. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1987. Rahman, Abdul. H.M Ghalib dan Nursalam, Persamaan Differensial Biasa. Alauddin: Press, 2007. Rao, C. Radhakrishna dan Helge Toutenburg, Linear Models and Generalizations Least Squares and Alternatives. Germany: Springer, 1999. Riogilang, Rh. Persamaan Differensial. Bandung: Binacipta, 1983. Santoso, Widiarti. Persamaan Differensial Biasa Dengan Penerapan Modern Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 1988. Steward, James. Kalkulus I Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2003. Sutojo, T. dkk. Teori dan Aplikasi Aljabar Linier & Matriks. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010.s Yuliants, Persamaan Differensial Orde I. http://yuliants.blog.ittelko.ac.id/blog/ files/ 2010/02/02-Persamaan-Differensial-Orde-I.pdf (25 Mei 2011).
392 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains)