III. MATERI DAN METODE
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di
Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau.
3.2.
Materi Penelitian Itik yang digunakan adalah itik betina afkir yang berumur 24 bulan.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso adalah campuran daging dada dan paha, gelatin sapi komersial, tepung tapioka, susu skim, gula pasir, sendawa, garam dapur, STPP, lada halus, bawang putih bubuk dan es batu. Alat yang digunakan dalam pembuatan bakso antara lain peralatan memasak, timbangan, termometer, food processor. Alat yang digunakan untuk uji organoleptik adalah piring kertas, gelas, kertas kuisioner, kertas tissue dan label.
3.3.
Metode Penelitian
3.3.1. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan penelitian adalah substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi pada berbagai level konsentrasi. Ikhlas et al. (2011) menyatakan penggunaan tepung tapioka dalam pembuatan bakso menghasilkan kualitas terbaik dibanding tepung yang lain. Formulasi bakso dirancang dengan penambahan tepung tapioka sebesar 15% berdasarkan Purnomo dan Rahardiyan (2008). Banyaknya gelatin sapi sebagai
10
substitusi tepung tapioka mengacu pada Kurniawan et al. (2012) yang menyarankan penggunaan 2,5% dari berat daging. Batas maksimum penggunaan gelatin sebanyak 5000 mg/kg (BPOM, 2013). Substitusi tepung tapioka dengan gelatin sapi pada adonan bakso itik afkir dimulai pada level 0% hingga 20%. Sehingga perlakuan dalam penelitian meliputi (A) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 0%, (B) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 5%, (C) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 10% dan, (D) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 15% dan (E) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 20%. Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 4 ulangan. Tabel 3.3 berikut memperlihatkan komposisi formula bakso itik afkir.
Tabel 3.3. Komposisi bahan bakso itik afkir dengan perlakuan substitusi bahan tambahan tepung dengan gelatin sapi (g) Bahan daging itik afkir gelatin sapi tepung tapioka tepung terigu susu skim garam dapur gula pasir bawang putih bubuk lada halus
0% 150 0 18 18 12 4,8 2,25 4,5 1,5
Level Penambahan Gelatin 5% 10% 15% 150 150 150 1,8 3,6 5,4 17,1 16,2 15,3 17,1 16,2 15,3 12 12 12 4,8 4,8 4,8 2,25 2,25 2,25 4,5 4,5 4,5 1,5 1,5 1,5
20% 150 7,2 14,4 14,4 12 4,8 2,25 4,5 1,5
(A) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 0% setara dengan 0% gelatin sapi terhadap berat daging. (B) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 5% setara dengan 1,2% gelatin sapi terhadap berat daging. (C) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 10% setara dengan 2,4%
11
gelatin sapi terhadap berat daging. (D) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 15% setara dengan 3,6% gelatin sapi terhadap berat daging. (E) Substitusi bahan tepung dengan gelatin sapi sebanyak 20% setara dengan 4,8% gelatin sapi terhadap berat daging.
3.3.2.
Prosedur Penelitian Pemotongan Itik
Sebelum dilakukan pemotongan, itik dipuasakan selama 12 jam. Proses pemotongan berdasarkan SNI 01-3924-1995 tentang karkas ayam pedaging. Penyembelihan dilakukan pada bagian arteri karotis, vena jugularis, trakhea dan esofagus.
Pencabutan bulu dilakukan sebelum proses pengeluaran jeroan.
Selanjutnya, dilakukan proses pemisahan daging dari tulang.
Daging yang
didapat dikemas dalam plastik dan disimpan dalam ice cool box yang berisi batu es. Penyimpanan sementara ini dilakukan selama dalam perjalanan menuju laboratorium untuk mendapat tahapan penelitian selanjutnya.
12
Pembuatan Bakso Skema pembuatan bakso dapat dilihat pada Gambar berikut.
Daging Itik Afkir, garam dapur, gula pasir, sendawa dan 1/3 bagian es batu digiling bersamaan selama 3 menit
Pengilingan kedua (bersamaan dengan) selama 3 menit • bumbu • 1/3 bagian es batu
Penirisan bakso
perebusan bakso selama 15 menit pada suhu >75°C
Pendinginan bakso
Analisis Variabel
Pengilingan ketiga (bersamaan dengan) selama 3 menit • Tepung tapioka • gelatin sapi • susu skim • 1/3 bagian es batu
Pencetakan bakso
Gambar 1. Prosedur Penelitian
3.3.3.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati meliputi sifat organoleptik (warna, aroma, kekenyalan, tekstur, dan rasa). Macam variabel yang diamati mengacu pada SNI 01-3818-1995 (Lampiran 1). Kekenyalan akan diamati dengan menggunakan Texture Analysis XT-Plus.
13
3.3.4.
Pengukuran Variabel Penelitian Sifat organoleptik bakso daging itik dengan penambahan gelatin dianalisis
dengan menggunakan uji kesukaan/hedonik (Amerine et al., 1985). Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan dalam uji hedonik ini. Panelis menilai sifat spesifik sampel bakso yang disajikan dalam piring kertas sebanyak 15 gram. Bobot sampel mengacu Soekarto (1985). Penilaian terhadap bakso dimulai dari penampakan umum, warna kemudian dilanjutkan aroma, tekstur, kekenyalan, rasa. Penilaian terhadap sampel bakso ini dalam bentuk tingkat kesukaan dari selang 1 sampai 7, dengan 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka) dan 7 (sangat suka). Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih sebanyak 20 orang yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat umum Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan (difference test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan (preference test). Demikian juga dalam hal pemilihan anggota, panel terlatih diambil dari pegawai, sedangkan panel tak terlatih diambil dari luar. Pemilihan yang dilakukan bukan terhadap kepekaan calon anggota, tetapi pemilihan itu lebih mengutamakan segi sosial seperti latar belakang pendidikan, asal daerah, kelas ekonomi dalam masyarakat, dan sebagainya (Soekarto, 1985). Panelis diminta memberi penilaian terhadap sampel bakso yang diujikan. Format uji yang akan digunakan dalam organoleptik dalam Lampiran I.
14
3.4.
Analisis Data Data penelitian yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ASIRA) menurut
Steel and Torrie (1991), selanjutnya untuk analisis organoleptik menurut Soekarto (1985). Tahap pertama penelitian menggunakan model linier aditif matematis sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1995) : Yij = µ + τi + εij i = 1, 2, 3, 4, 5 dan j = 1, 2, 3, 4 Yij
= Hasil pengamatan dari faktor perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
τi
= Pengaruh faktor perlakuan ke-i
εij
= Galat percobaan akibat faktor perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
Hipotesis statistik sebagai berikut : H0 : τ1 = τ2 = τ3 = τ4 = τ5 = 0 Penambahan gelatin dalam bakso itik afkir tidak berpengaruh terhadap peningkatan sifat organoleptik. H1 : Paling sedikit ada satu τi ≠ 0. Penambahan gelatin dalam bakso itik afkir berpengaruh terhadap peningkatan sifat organoleptik.
15