SOLUSI TERHADAP KURANGNYA MINAT MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (STUDI KASUS DI POSYANDU CATLYA 111 KELURAHAN KEBONSARI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER) Marijono16 Abstract. Bina keluarga balita is an activity that aims to provide knowledge and skills to parents and other family about how to educate, nurture, and monitor the growth and development of young children. The fact bina keluarga balita in Posyandu Catlya 111 is no longer active. This is due to lack of public interest in bina keluarga balita activities. The lack of interest of the community is the lack of desire of a person to an activity with similar ideals, goals, and work together in achieving the objectives of the activity of bina keluarga balita. Therefore, the search for a solution is an attempt to find a solution to solve or resolve a problem. Deep interview and participant observation use for collecting data. The result of this research find the coused of lack of interest and participation of stake holder. The solution recommended is in courage intra –inter communication between board and community, adopted many patron of communication. Keywords: Activity of bina keluarga balita,, lack of public interest.
PENDAHULUAN Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia enam tahun. Usia 0 – 6 tahun, merupakan masa peka bagi anak karena perkembangan kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Lebih lanjut, untuk mengembangkan dan menyiapkan pribadi seseorang yang positif, dan bermanfaat di masa depan perlu ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, yang dapat mengembangkan pribadi anak yang positif sejak dini; baik lingkungan keluarga, pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Pengkondisian lingkungan ini sangat penting, terutama untuk menumbuhkan iklim kerja sama yang baik antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak. Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan kepada anakanak untuk memberikan pembinaan tumbuh kembang anak balita bagi keluarga yang berpenghasilan rendah adalah melalui program Bina Keluarga Balita (BKB). Program Bina Keluarga Balita (BKB) adalah suatu kegiatan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya mengenai
16
Profesor Prodi PLS FKIP Universitas Jember
122 ________________________©Pancaran, Vol. 5, No. 3, hal 121-126, Agustus 2016
bagaimana mendidik, mengasuh, dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Dari hasil observasi pendahuluan ditermukan bahwa kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang terintegrasi dengan kegiatan posyandu balita di beberapa tempat sudah tidak aktif lagi. Faktor penyebabnya adalah rendahnya minat masyarakat terhadap kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang ditandai dengan kurangnya tenaga kader kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan orang tua balita yang tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Hal demikian jiika tidak dicarikan solusinya akan berdampak pada rendahnya kualitas balita. Padahal balita berperan sebagai penerus pembangunan bangsa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus masalah dari penelitian ini, yaitu “bagaimanakah upaya mencari solusi kurangnya minat masyarakat terhadap kegiatan bina keluarga balita di Posyandu Catlya 111 Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember?” Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini untuk mengetahui solusi terhadap kurangnya minat masyarakat terhadap kegiatan Bina Keluarga Balita di Posyandu Catlya 111 Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN Terdapat sejumlah Posyandu di Kabupaten Jember, dengan kondisi variatif. Dari sekian Posyandu yang kurang aktif salahsatunya adalah Posyandu Catlya 111 Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Catlya 111 Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan pertimbangan bahwa lokasi nya berada di area perkotaaan dengan asumsi bahwa keluarga balita di Posyandu relatif masyarakat kota yang berlatar belakang pendidikan relatif cukup. Pertimbangan lain adalah telah lamanya Posyandu tidak aktif. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada informan kunci (ibu balita di Posyandu Catlya 111 dan informan pendukung (kader di Posyandu Catlya 111). Teknik snowball sampling digunakan untuk mendapatkan informan yang relevan dengan tujuan penelitian. Dari 45 orang ibu Balita diperoleh 10 orang. Kriteria yang
Marijono: Solusi Terhadap Kurangnya Minat Masyarakat Terhadap ... _________ 123
dipakai untuk dijadikan sampel adalah lamanya menjadi anggota, dan lamanya tidak aktif, serta faham; lancar berbahasa Indonesia.Data dalam penelitian ini, diolah menggunakan 3 teknik pengolahan data menurut Moleong, yaitu (1) perpanjangan keikutsertaan, (tiga bulan di lapangan) (2) ketekunan pengamatan,(deep interview dan observation participant) (3) triangulasi sumber (informan kunci ,informan pendukung dan data dokumentasi).
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kurangnya motivasi anggota terhadap kegiatan Posyandu 2) faktor penyebab adalah waktu pelaksanaan, dan kurangnya sosialisasi kegiatan kepada anggota. Penyebab lain karena metode dan media sosialisai kurang menarik. Waktu pelaksanaan dilaksanakan pada hari kerja efektif apalagi pada jam kerja, akibatnya ibu-ibu lebih memilih bekerja daripada aktif di Posyandu.. Metode sosialiasi kurang inovatif terbatas diberi certamah, sedikit praktek, tentu akan membosankan. Media yang digunakan juga sangat terbatas. Solusi yang ditawarkan sebagai treatment terhadap faktor-faktor negatif timbulnya masalah ditujukan kepada pengelol-pengurus Bina Keluarga Balita (BKB) yaitu: 1) membuat perencanaan yang jelas dan tuntas,meliputi kapan, dimana tempat dan
berapa lama sosialisasi dilakukan (planning) 2) menyebarluaskan rencana kepada semua anggota BKB (actuating-promotion)
3) lebih mengutamakan dialog daripada ceramah 4) lebih mengedepankan kesepakatan dibanding instruksi/permintaan 5) gunakan variasi inovasi metode dan media sesuai dengan kondisi dan kemampuan lingkungan 6) libatkan tokoh masyarakat atau warga yang potensial untuk memberikan support 7) pemberian reward bagi yang aktif dan berhasil berfungsi sebagai penguatan
(reinforcement) Adanya hambatan dalam pencapaian tujuan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kurangnya minat masyarakat, sehingga kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang terintegrasi dengan Posyandu Catlya 111 tidak berjalan lancar. Dari adanya
124 ________________________©Pancaran, Vol. 5, No. 3, hal 121-126, Agustus 2016
masalah tersebut di atas maka perlu dipecahkan dan membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang tersebut di atas. Kurangnya minat masyarakat ini berkaitan dengan motivasi intrinsik yaitu dorongan dari dalam diri informan untuk datang mengikuti kegiatan bina keluarga balita. Juga tidak kalah penting adalah motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang diperoleh oleh informan dari luar. Titik tekan agar muncul motivasi jika informan kunci mempraktekkan manajemen pembelajaran orang dewasa (andragogy). Dalam praktek memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat akan memunculkan motivasi karena merasa diperankan.
Selain motivasi, minat masyarakat terhadap kegiatan
tersebut ada lagi faktor lain yaitu karena faktor kebutuhan masyarakat terhadap kegiatan BKB. Kebutuhan memunculkan minat dan partisipasi. Partisipasi akan muncul jika waktu yang dirancang sesuai dengan kondisi masyrakat. Waktu luang ketika tidak mengerjakan tugas pokok setelah melalui kesepakatan akan meningkatkan partisipasi. Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan, serasa kurang. Lebih lagi jika hanya dilakukan dalam 2-3 jam (120-180 menit). Waktu tidak sebanding dengan jumlah anggota dan materi yang diberikan. Dengan demikian perlu dilakukan penjadwalan yang lebih tepat. Penanggung jawab umum gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan dikembangkan oleh kader. Penyelenggarannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan penyuluhan kepada sasaran gerakan BKB. Secara organisatoris cukup memadai akan tetapi perlu dikaji kembali keterlibatan sukarelawan terutama dalam latar be;lakang keahliannya. Demikian pula melibatkan tokoh (key people,opinion leader) sangat berdampak pada tinggi rendahnya minat dan partisipasi masyarakat terhadap BKP. Kegiatannya terdiri dari penyuluhan, bermain APE, dan pencatatan perkembangan anak dalam KKA, sayang terkendala oleh waktu yang terbatas. Secara konseptual upaya-upaya mencari solusi adalah usaha-usaha untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan di atas. Menurut JR Jackson, untuk meniadakan suatu problem, diperlukan analisis problem yang terdiri dari penetapan problem (problem definition) dan pemecahan masalah (problem solution), ada sejumlah langkah yang perlu ditambah dalam rangka usaha penetapan problem dan pemecahan problem yaitu: (1) identifikasi persoalan-persoalan
Marijono: Solusi Terhadap Kurangnya Minat Masyarakat Terhadap ... _________ 125
pokok, (2) kumpulkan dan susun faktor-faktor penting, (3) tetapkan alternatif-alternatif, (4) evaluasi alternatif-alternatif, dan (5) pilih alternatif-alternatif yang dianjurkan [5]. Hasil di lapangan, telah sejalan dengan konsep yang dirujuk, sehinga secara norma keilmuan hasil nya dapat dipertanggung jawabkan. Pada sisi laian setiap produk penelitian harus membawa manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Pijakan teori dalam penelitian ini adalah teori pemberdayaan masyarakat lewat konsep andragogy sehingga akan bermafaat bagi ilmu dan tugas sebidang. Revitalisasi BKB khususnya di lokasi yang diteliti dapat mengambil manfaat langsung sebagai acuan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil temuan penelitian yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa upaya-upaya mencari solusi kurangnya minat masyarakat terhadap kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) melalui beberapa tahapan yaitu (1) identifikasi masalah dengan mencari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah dan (2) menentukan solusi sebagai treatment terhadap faktor-faktor negatif timbulnya masalah. Solusi yang ditawarkan terhadap kurangnya minat masyarakat terhadap kegiatan bina keluarga balita, agar kader harus lebih aktif dan semangat untuk memotivasi orangtua balita. Kader lebih proaktif dengan cara anjangsana ke rumah masing-masing orangtua balita guna mensosialisasikan kegiatan serta mengajak mereka untuk berpartisipasi pada kegiatan bina keluarga balita. Waktunya disesuaikan dengan kedua belah pihak dan menambah tenaga sukarela dari masyarakat untuk menjadi kader dan memanfaatkan tenaga kader yang ada. Ada 15 kader yang aktif pada kegiatan posyandu balita dan BKB dalam waktu bersamaan, 5 orang kader inti posyandu balita dan 10 orang tenaga kader umum. Dengan demikian 10 kader umum ini dapat di manfaatkan untuk melaksanakan kegiatan bina keluarga balita. Saran yang dapat peneliti berikan adalah bagi orangtua balita hendaknya mau mendapatkan informasi dalam mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik dan mau memantau pertumbuhan dan perkembangannya, bagi kader di Posyandu Catlya 111 hendaknya berusaha untuk memajukan.
126 ________________________©Pancaran, Vol. 5, No. 3, hal 121-126, Agustus 2016
DAFTAR RUJUKAN Istiarti, 2009; Pemberdayaan Masyarakat, UNDIP Press, Semarang Maryono,2015, Pemberdayaan Masyarakat Surabaya
Berbasis Masjid, Pena Salsabila ,
Mulyasa, H. E. 2012. Manajemen PAUD.: PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Moleong, Lexy. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif: PT Remaja Rosdakarya. . Bandung Robinson, J,1994; Empowering Process, Amberst, CIE University of Masscusets Usman,Sunyata, 2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyrakat ‘ Pustaka Pelajar Yogyakarta