MARI MENOLEH SEJENAK (LAGI) KE CHIP SEAL H. R. Anwar Yamin H. Agus Bari Sailendra
Chip seal : Pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan chipping Pemberian aspal dan chipping ini dapat dilakukan berkali-kali dengan teknik dan ukuran chip yang sesuai dengan tipe chip seal yang diinginkan. Nama lain chip seal : surface treatment, surface dressing ataupun spray seal.
Tipe-tipe Chip Seal (Surface Dressing)
Tujuan dari chip seal Untuk memberikan suatu lapisan penutup (seal) pada lapisan pondasi (base) dan untuk memberikan lapisan yang durabel dengan tahanan gelincir yang memadai. Di Amerika, chip seal hanya digunakan untuk merawat (treatment) lapisan beraspal lama agar lebih tahan terhadap kondisi lingkungan dan untuk memperbaiki tahanan gelincir jalan di daerah tanjakan atau turunan.
Bahan untuk Chip Seal : • Chip, tipikal ukuran umumnya 7, 10, 14, 16 & bahkan 20 mm. • Untuk double chip seal, rasio ukuran chip adalah 1 : 2. • Jenis aspal : aspal keras, PMB, PME
Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
Negara-negara yg Menggunakan Chip Seal : • • • • • • • •
Australia New Zealand South Africa. Amerika Inggris Perancis Irlandia Jerman.
Sangat Dominan
Pengalaman Chip Seal di Negara Lain Di Texas : • Untuk lalu lintas 5000 – 15000 kend (ADT) per hari. • 1300000 km jalannya sudah menggunakan chip seal • Umur pelayanan rata-rata 6 – 8 tahun. • Umur terlama mencapai 20 tahun • Setiap tahun ± 109 juta m2 jalan ditutup dengan chip seal
Di Perancis. • • • •
350 juta km jalannya sudah menggunakan chip seal Setiap tahun ± 80000 m2 jalan ditutup dengan chip seal Ukuran chip antara 6 mm - 14 mm Binder aspal emulsi, aspal cair dan aspal modifikasi.
Pengalaman Chip Seal di Negara Lain Di New Zealand • 60000 km jalan (dari 92000 km) ditutup dengan chip seal • Digunakan untuk rural road, Main road dan Expressway • Untuk lalu lintas kurang dari 100 vpd - >20000 vpd. • Umur pelayann rata-rata 1 – 19 tahun • Umur pelayanan terlama 19 tahun
Di Afrika Selatan • • • • • •
Jalan chip seal 150000 km (80%i panjang jaringan jalan) Ukuran chip mulai dari 6,7 mm sampai 19 mm, Untuk lalu lintas sampai dengan 40000 ELV - 60000 ELV Lalu lintas > 60000 ELV menggunakan aspal modifikasi Umur pelayanan rata-rata 8 – 10 tahun Umur terlama lebih dari 20 tahun
Pengalaman Chip Seal di Negara Lain Di Australia, • • • • • •
Dari 307000 km road paved-nya, ± 80% - 90% chip seal Untuk lalu lintas 100 AADT - 40000 AADT. Setiap tahun untuk chip seal 750000 – 800000 ton aspal Binder aspal pen 85/100, PME, PMB (SBS, PBD, scrum rubber) Umur rata-rata 7 tahun (menggunakan small chip) dan 12 – 15 tahun (large chip)
• Digunakan juga pd landas pacu (runway) lebih dari 200 airport jenis Fokker F-28 sampai dengan Boing 767-200
Suitability of Chip Seal for Airport (Stephen-2008)
Kinerja Chip Seal Di Perbukitan Australia
Chip Seal – in Australia
Chip Seal – in New Zealand
Fresh Chip Seal
Chip Seal – in South Africa
Seven Years in Service
Pengalaman Chip Seal di Negara Lain
Tabel 1. Tipikal Umur Chip Seal pada Lalu lintas yang Berbeda (Barry,2008l)
Pengalaman Chip Seal di Negara Lain
Gambar 3. Distribusi Umur Pelayan Single Chip Seal (John et al. 2008-a)
Aplikasi Chip Seal Chip seal dapat digunakan langsung di atas lapisan pondasi, di atas chip seal lama atau di atas lapisan beraspal baik untuk rural road ataupun untuk jalan-jalan utama dan jalan bebas hambatan Tabel 2. Jenis Lapis Bawah, Katagori Lalu Lintas dan Tingkat Keberhasilan Chip Seal (Cliff et al., 2008) Existing Surface Characteristics Very Hard & homogeneous Hard & homogeneous Normal & homogeneous Soft & homogeneous Very Soft & homogeneous Fatting up in wheel tracks High macrotexture or fretted Porous Very variable Extensive patching Severe bleeding & extensive blackening
Traffic Category 0 - 50
51 -125
121 - 250
250 - 500
501 - 1250
Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Defects Expert No
Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Defects Expert No
Yes Yes Yes Yes Yes Texture Yes Yes Defects Expert No
Yes Yes Yes Yes Texture Texture Yes Defects Defects Expert No
Yes Yes Yes Texture Expert Expert Defects Defects Defects Expert No
1251 - 2000 2001 - 3250
Yes Yes Yes Texture Expert Expert Defects Expert Expert No No
Yes Yes Yes Expert No No Expert No Expert No No
> 3250
Yes Yes Yes No No No No No No No No
Keunggulan Chip Seal Menurut Trevor (2008-a) : • Harganya lebih murah dibandingan dengan hot mix • Terbukti memberikan kinerja yg baik pd variasi kondisi lalu lintas, klas jalan, variasi terrain dan lingkungan. • Dapat dibuka setelah temperatur aspalnya di bawah 45o C. atau setelah 2 jam. • Untuk meningkatkan adhesi ataupun untuk memperpanjang umur hanya dengan Precoating
Suatu studi yang dilakukan di New Zealand (Joana, 2008), menunjukkan bahwa chip seal tidak/belum dapat mengakomodasi perkembangan lalu lintas berbeban berat (tri axle and quad-axle trucks). Hal ini ditunjukkan dengan munculnya kerusakankerusakan pada chip seal khususnya pada bagian tepinya.
Pertanyaan (Joana, 2008) : Apa batasan sesungguhnya untuk pemakaian chip seal ini ?.
Model Kegagalan Chip Seal : a. Fattiness (Bleeding atau Flushing) b. Ravelling (Pelepasan Butir) c. Fatigue Cracking (Retak Lelah)
a. Fattiness
b. Ravelling
c. Fatigue Cracking
Gambar 5. Model kegagalan Chip Seal
Faktor yg Mempengaruhi Kegagalan Tersebut: a. Kondisi Lapisan Base b. Lalu Lintas c. Lingkungan
Oleh sebab itu, banyaknya dan durabilitas binder yang digunakan, ukuran chip serta kekerasan lapisan base harus menjadi perhatian dalam perencanaan chip seal.
KONDISI INDONESIA 1. SUPPLAY ASPHALT • Kebutuhan aspal di Indonesia terus meningkat • Beberapa tahun ± 1,25 juta ton aspal/thn • ± 750 ribu ton saja produksi negeri Lack of Asphalkt in Peak season Chip Seal Hemat aspal 67% – 85% permeter perseginya.
KONDISI INDONESIA 2. AGREGAT
• Agregat yg digunakan umumnya berasal dari sungai atau dari batu gunung. • Tidak semua tempat di Ind memiliki quarry agregat dengan mutu yang baik • Agregat hrs didatangkan dr tempat lain. Chip Seal Hemat aspal 43% – 54% permeter perseginya.
KONDISI INDONESIA 3. LABOUR INTENSIVE • Untuk jalan-jalan dengan lalu lintas yang tidak begitu padat dan berat terutama untuk jalan kabupaten, desa ataupun jalan-jalan penghubung yang bertujuan untuk membuka isolasi suatu daerah, pengerjaan CHIP SEAL dapat dilakukan secara manual melalui padat karya. 4. KETERBATASAN ALIYEMEN VERTIKAL • Tebal chip seal ± 2 cm. • Setengah dari ketebalan lapisan hot mix pada umumnya. Chip seal dapat mengurangi potensi masalah yang berkaitan dengan keterbatasan alenyemen vertikal
Labour Intensive Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal
KONDISI INDONESIA 5. KETERBATASAN DANA • • • •
Chip seal tidak memerlukan pemanasan agregat Chip seal hemat aspal dan agregat Chip seal lebih tipis Mesin produksi relatif lebih seherhana
Chip seal lebih ekonomis
HAL YG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
1.Kondisi Base dan Lapis Beraspal • Kepadatan lapis pondasi harus mencapai 102% • Base hrs kuat dan stabil, nilai ball penetrometer > 4 mm) • Prime coat harus masuk ke dalam base 5 – 10 mm • Prime coat harus ditutup untuk LL selama 3 hari • Jika tidak bisa, lakukan primeseal • Bila ada perbaikan lapis beraspal, harus dilaksanakan miminum 6 dan 3 bulan sebelumnya
Kondisi Base yg Siap di Chip Seal – in NZ
Kondisi Base yg Siap di Chip Seal – in SA
Kondisi Penetrasi Prime Coat ke Base (5 – 10 mm)
Ball Penetrometer
Prime Coat – Persiapan untuk Pekerjaan Chip Seal
Lapis Base dan Chip Seal
Primeseal di Atas Lapisan Pondasi
Kondis Permukaan Jalan dg Chip Seal
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
1.Kondisi Base dan Lapis Beraspal 2. Spesifikasi • Sudah ada spek BERTU/BURDA (Single/Double chip seal) • Isi spek ada yg tidak sejalan dg SNI • Tidak mengakomodasi penggunaan tipe chip seal lainnya • Dalam spesifikasi ini tidak disebutkan kuantitas agregat dan aspal digunakan. • Tidak ada pengujian untuk mengetahui kinerja chip seal (seperti Sweep Test, ASTM D-7000-04; Vialit Cure Test).
PERLU PENYEMPURNAAN SPEK, SEKSI 6.2
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
3. Manual Perencanaan • Sudah ada “BUMETI” untuk BURTU/BURDA • Isi “BUMETI” ada yg tidak sejalan dg SNI • “BUMETI” Tidak mengakomodasi penggunaan tipe chip seal lainnya • Petunjuk dalam “BUMETI”, BURTU/BURDA hanya dihampar diatas Laston, Lasbutag dan Latasbum saja (Di atas Base tidak dibahas • “BUMETI”, Cara penentuan kadar aspal OUT of DATE
PERLU REVISI “BUMETI”
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
4.a. Alat Lapangan yg Dibutuhkan
4.b. Alat Laboratorium yg Dibutuhkan
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
5. Keterampilan Keberhasilan pekerjaan ini sangat ditentukan keterampilan para teknisi yang melaksanakan pekerjaan tersebut dan pengetahuan dari para engineer untuk melakukan adjusment yang memerlukan critical decision di lapangan
Dibutuhkan Teknisi yang terampil dan Engineer yang berpengetahuan
HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENERAPAN DI INDONESIA
6. PMB dan PME • Pada pekerjaan chip seal, binder yang digunakan dapat berupa aspal cair, aspal emulsi ataupun aspal keras. • Namun demikian, untuk menjamin adesi yang baik, pada pekerjaan ini umumnya digunakan PMB atau PME.
Penggunaan PMB atau PME pada chip seal : • Makro terstur chip seal dapat dipertahankan • Mengurangi kepekaan chip seal terhadap temperatur • Memperkecil resiko terjadinya bleeding • Memperpanjang umur pelayanan chip seal
PENUTUP Chip seal adalah suatu lapis penutup yang cukup menjanjikan untuk mengatasi masalah keterbatasan dana dan kelangkaan aspal di Indonesia, serta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah untuk membuka jalan sepanjang panjangnya dengan durabilitas yang memadai dan dengan biaya yang seefisien mungkin. Namun demikian, untuk penerapan chip seal di Indonesia, perlu disusun suatu spesifikasi, petunjuk perencanaan dan pelaksanaan dari chip seal tersebut. Mengingat bahwa keberhasilan pekerjaan chip seal sangat ditentukan oleh keterampilan teknisi dan pengetahuan para engineer-nya, maka suatu pelatihan perencanaan dan pelaksanaan chip seal perlu dilakukan.