Maret 2017
Melanjutkan perubahan
Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA) program.
P E R K E M B A N G A N T R IW U L A N A N P E R E K O N O M IA N IN D O N E SIA Melanjutkan perubahan Maret 2017
Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly, IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic dan Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Ndiame Diop, Practice Manager, dan Hans Beck, Acting Lead Economist. Dipimpin oleh Derek H. C. Chen, Senior Economist dan lead author, tim inti terdiri dari Magda Adriani, Arsianti, Dwi Endah Abriningrum, Derek H.C. Chen, Indira Maulani Hapsari, Ahya Ihsan, Taufik Ramadhan Indrakesuma, Jonathan William Lain, Yus Medina, Alief Aulia Rezza, Jaffar Al Rikabi, Dhruv Sharma, dan Kelly Wyett. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto dan Sylvia Njotomihardjo. Diseminasi dilakukan oleh Jerry Kurniawan, GB Surya Ningnagara, Kurniasih Suditomo, Nugroho Sunjoyo, dan Suryo Utomo Tomi. Ucapan terima kasih untuk Leela Raina, Taufik Ramadhan Indrakesuma, Edgar Janz, dan Nathaniel Adams atas bantuannya dalam pengecekan laporan ini.
Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Irfan Mujahid, Massimiliano Cali, Titik Anas dan Robertus Herdiyanto (Bagian B.1, Kebijakan perdagangan jasa); Michael Steidl berdasarkan kebijakan yang ditulis oleh Wolfram Hiemann, dengan dukungan dari Cynthia Clarita Kusharto (Bagian B.2, KUR), Hamidah Alatas, Ratih Dwi Rahmadanti, Daim Syukriyah, Bagus Arya Wirapati untuk kontribusi data mereka (Lampiran: Indikator sosial). Laporan ini juga mendapat masukan dari diskusi mendalam dengan dan masukan dari Tatiana Nenova (Program Leader, EACIF), Nikola L. Spatafora (Lead Economist, EAPCE), Ekaterine T. Vashakmadze (Senior Country Economist, DECPG), Christopher Juan Costain (Lead Financial Sector Specialist), Amanda Robbins dan David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction dan Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs dan Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic dan Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pdanangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Photo di bagian sampul depan dan Ringkasan Eksekutif cover dan Executive merupakan Hak Cipta MDTF dan photo di bagian A dan B merupakan Hak Cipta Arsianti dan Kelly Wyett. Semua Hak Cipta dilindungi.
Untuk mendapatkan lebih banyak analisi Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi
[email protected]. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi
[email protected].
Singkatan Askrindo BI BOP BPS BRI CAR CEIC CGC CMEA CPI CPO DAU EMCI EMDE DGT FDI GDP GGDC GoI IEQ IHGS IO Jamkrindo JCI KBLI KUR LFPR LHS LNG MoF MSME NPL OECD OJK OPEC PINA PMI PMN PPP PT RHS RPJM-N SAKERNAS SBI SME SOE SPV STRI SUN Susenas Taspen TKI
Asuransi Kredit Indonesia Bank Indonesia Balance of Payments/ Neraca pembayaran Badan Pusat Statistik Bank Rakyat Indonesia Capital Adequacy Ratio/Rasio kecukupan kapital Census dan Economic Information Center Credit Guarantee Companies/Perusahaan penjamin kredit Coordinating Ministry for Economic Affairs/Kemenko perekonomian Consumer Price Index/IHK-Indeks Harga Konsumen Crude Palm Oil/Minyak Kelapa Sawit Dana Alokasi Umum Emerging Market Currency Index Emergency dan Developing Economies Directorate General of Tax/Direktur Jenderal Pajak Foreign Direct Investment/Investasi asing langsung Gross Domestic Per capita/PDB Groningen Growth Development Center Government of Indonesia/Pemerintah Indonesia Indonesia Economic Quarterly/Perkembangana Triwulanan Perekonomian Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan Input output Jaminan Kredit Indonesia Jakarta Composite Index Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Kredit Usaha Rakyat Labor Force Participation Rate/Angka partisipasi tenaga kerja Left hand side/sebelah kiri Liquefied natural gas Ministry of Finance/Kementerian Keuangan Micro, Small and Medium Sized Enterprises/UMKM-Usaha Mikro Kecil Menengah Non-Performing Loan/kredit bermasalah Organization for Economic Cooperation and Development Otoritas Jasa Keuangan Organization of the Petroleum Exporting Countries/Organisasi negara pengekspor minyak Pembiayaan Investasi Non Anggaran Purchasing Manager’s Index/Indeks Pembelian Manager Penyertaan Modal Negara Public Private Partnership/kemitraan pemerintah dan swasta Perusahaan Terbatas Right hand side/sebelah kanan) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Survey Angkatan Kerja Nasional Sertifikat Bank Indonesia Small Medium Enterprises/UKM-Usaha Kecil Menengah State Owned Enterprises/BUMN Special Purpose Vehicles/kenderaan untuk tujuan khusus Services Trade Restrictiveness Index Surat Utang Negara Survey Sosial Ekonomi Nasional Tabungan dan Asuransi Pensiun Tenaga Kerja Indonesia
TOT VAT VIX yoy
Term-of-Trade/Nila Tukar perdagangan Value Added Tax/Pajak nilai tambahan Volatility Indeks/Indeks volatilitas Year-on-year/tahun-ke-tahun
Daftar Isi KATA PENGANTAR .............................................................................................................. C SINGKATAN .......................................................................................................................... D DAFTAR ISI............................................................................................................................. F RINGKASAN EKSEKUTIF: MELANJUTKAN PERUBAHAN ........................................... I A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI............................................... 1 1. Perekonomian global memiliki pijakan yang kuat pada tahun 2017 .................................................. 1 2. Pertumbuhan PDB menguat di tahun 2016 ........................................................................................ 3 3. Peningkatan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) menjadi pendorong utama inflasi yang lebih tinggi pada tahun 2017 ............................................ 4 4. Harga komoditas dan sektor eksternal ............................................................................................... 6 5. Kondisi keuangan makro dalam negeri yang kuat ........................................................................... 16 6. Kebijakan fiskal nampaknya menjanjikan di tahun 2017, reformasi diperkirakan akan berlanjut .. 18 7. Tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan upah riil yang meningkat mendanakan periode pasar tenaga kerja yang ketat, namun kecepatan formalisasi telah melambat ............... 25 8. Kemiskinan dan ketimpangan terus menurun ................................................................................. 27 9. Prospek pertumbuhan ekonomi dan risiko ...................................................................................... 29
B. TOPIK FOKUS ................................................................................................................... 32 1. Mengupayakan kebijakan perdagangan jasa yang tepat untuk pembangunan Indonesia ............. 32 a. Pandangan umum perdagangan jasa Indonesia ...................................................................................................33 b. Pembatasan perdagangan dan produktivitas jasa Indonesia ................................................................................35 c. Mengurangi hambatan perdagangan jasa untuk kepentingan perekonomian .....................................................37 2. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Yang Baru ............................................................................ 41 a. Program KUR telah menjadi kebijakan utama Pemerintah untuk mendukung usaha kecil ............................... 41 b. Program KUR telah berubah dari program penjaminan kredit parsial menjadi program pinjaman dengan bunga bersubsidi ..........................................................................................................................................................42 c. Pengaturan biaya jaminan kredit yang baru mencerminkan suatu pendekatan berorientasi pasar .....................45 d. Subsidi suku bunga tidak dianggap sebagai praktek terbaik di dalam pembiayaan UMKM ..............................45 e. Kesimpulan dan saran ............................................................................................................................................46
REFERENSI........................................................................................................................... 48 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 50
DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Pasar keuangan global memasuki tahun 2017 dengan kondisi yang tidak bergejolak ......................................................................................................................... 1 Gambar 2: Pertumbuhan PDB global diproyeksikan meningkat di tahun 2017, meskipun dibayangi ketidakpastian kebijakan global ...................................................................... 2 Gambar 3: Indeks Manajer Pembelian: Negara-negara dengan perekonomian kuat memasuki tahun 2017 dengan pijakan yang mantap ....................................................... 2 Gambar 4: Pertumbuhan PDB riil: Belanja Pemerintah terus berkontraksi di Triwulan ke-4 . 3 Gambar 5: Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB meningkat di triwulan ke-4 ................ 4 Gambar 6: Pertumbuhan PDB melampaui pertumbuhan tahun sebelumnya untuk pertama kalinya dalam lima tahun ini ............................................................................................ 4 Gambar 7: Inflasi IHK meningkat di awal 2017, terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik ........................................................................................................................................... 5 Gambar 8: Kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah kemungkinan akan menyebabkan inflasi yang lebih tinggi di tahun 2017, namun secara perlahan menurun di tahun 2018 ..................................................................................................................... 5 Gambar 9: Indikator-indikator utama untuk konsumsi tetap stabil… ...................................... 6 Gambar 10: ... sementara indikator untuk investasi dan barang konsumsi tahan lama menunjukkan pemulihan.................................................................................................. 6 Gambar 11: Harga global untuk enam komoditas ekspor utama Indonesia sebagian besar naik di tahun 2016 ............................................................................................................. 7 Gambar 12: Selain minyak mentah dan LNG, harga global untuk komoditas ekspor utama Indonesia sudah melebihi perkiraan Bank Dunia ........................................................... 7 Gambar 13: Indeks harga perdagangan tertimbang bersih menunjukkan kejutan positif nilai tukar perdagangan komoditas untuk Indonesia sejak Juli 2016 ...................................... 8 Gambar 14: Neraca perdagangan mencatat surplus pada tahun 2016, didorong oleh arus masuk modal yang kuat dan defisit transaksi berjalan yang turun ke level terendah selama 5 tahun ini ........................................................................................................... 10 Gambar 15: Neraca perdagangan tetap surplus di Triwulan ke-4 didorong oleh penurunan tajam dalam defisit transaksi berjalan ............................................................................ 10 Gambar 16: Nilai ekspor barang meningkat untuk pertama kalinya sejak tahun 2011… ....... 10 Gambar 17: ...demikian pula halnya dengan nilai impor barang ............................................ 10 Gambar 18: Investor internasional menjual saham dan obligasi Indonesia di bulan November 2016 ................................................................................................................ 11 Gambar 19: Arus masuk dalam aset mata uang dan deposito sektor swasta yang sangat tinggi di Triwulan ke-4 .................................................................................................... 11 Gambar 20: Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Inggris menurun sebagai bagian dari total ekspor ..................................................................................................................... 13 Gambar 21: Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia ............ 13 Gambar 22: Inggris merupakan sumber FDI yang penting di Indonesia ............................... 14 Gambar 23: Indonesia kurang bergantung pada FDI dari Amerika Serikat dan Inggris dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan .................................................. 14 Gambar 24: Mayoritas hutang luar negeri Indonesia adalah dalam mata uang USD ............ 14 Gambar 25: Spread (selisih antar harga jual dan harga beli) obligasi meningkat di Indonesia segera setelah terjadinya referendum di Inggris dan pemilu di AS, namun pulih kembali dengan cepat ..................................................................................................... 15 Gambar 26: Harga ekuitas juga turun, sebelum sebagian besar kerugian yang diakibatkannya pulih ...................................................................................................... 15 Gambar 27: Rupiah mengawali tahun 2017 dengan langkah yang mantap ............................ 16 Gambar 28: IHSG memasuki tahun 2017 dengan awal yang mantap ..................................... 17
Gambar 29: Imbal hasil obligasi menurun di tahun 2017 mencerminkan kepercayaan investor di Indonesia .................................................................................................................... 17 Gambar 30: Pertumbuhan deposito terus meningkat .............................................................. 17 Gambar 31: Suku bunga kredit konsumsi tetap bertahan sedangkan biaya modal kerja telah menurun tajam ................................................................................................................ 18 Gambar 32: Sistem perbankan Indonesia tetap sehat meskipun terjadi peningkatan kredit bermasalah ...................................................................................................................... 18 Gambar 33: APBN 2017 yang sudah disetujui mencakup target penerimaan yang lebih realistis ............................................................................................................................ 19 Gambar 34: Pertumbuhan penerimaan sampai saat ini di tahun ini (yy e a r t o d a t e ) lebih tinggi di tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016, namun masih lebih rendah dari tahun 2015 dan 2014 ................................................................................................................... 19 Gambar 35: Realisasi belanja masih tetap lemah .................................................................... 21 Gambar 36: Belanja modal diproyeksikan meningkat di tahun 2017, sementara belanja untuk subsidi energi diperkirakan akan menurun ................................................................... 21 Gambar 37: Rasio pajak terhadap PDB Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang setara ....................................................................................... 23 Gambar 38: Tingkat pengangguran inti turun ke tingkat terendah sejak tahun 2012 ............ 25 Gambar 39: Pertumbuhan pendapatan riil nampaknya secara signifikan meningkat di tahun 2016 .................................................................................................................................. 26 Gambar 40: Jumlah tenaga kerja: Proporsi pekerja yang bekerja pada pekerjaan dengan menerima upah terus meningkat, tetapi dengan tingkat yang melambat ..................... 26 Gambar 41: Penurunan angka kemiskinan antara September 2015 dan September 2016 lebih besar dari tahun-tahun terakhir, namun tetap lebih kecil dari tingkat penurunan sebelum tahun 2011 ......................................................................................................... 27 Gambar 42: Setelah naik dalam kurun waktu lama, koefisien Gini telah menurun secara tahun-ke-tahun selama tiga periode survei berturut-turut............................................. 28 Gambar 43: Pangsa jasa Indonesia di dalam PDB berada di bawah rata-rata negara berpendapatan menengah .............................................................................................. 32 Gambar 44: Perdagangan jasa lebih tahan banting dibandingkan dengan perdagangan barang ............................................................................................................................. 32 Gambar 45: Jasa memiliki pangsa tertinggi dalam perekonomian dan sektor yang tercepat berkembang .................................................................................................................... 33 Gambar 46: Ekspor dan impor jasa telah berkembang pesat dalam dekade terakhir ............ 33 Gambar 47: Sepuluh dari dua belas sektor jasa memiliki kelebihan permintaan, dua lainnya memiliki kelebihan pasokan........................................................................................... 34 Gambar 48: Indeks pembatasan perdagangan jasa Indonesia ................................................ 35 Gambar 49: Indonesia memiliki produktifitas yang relatif rendah di sejumlah sektor jasa ... 36 Gambar 50: Pembatasan ekuitas asing di sektor jasa telah menurun namun masih lebih tinggi dari sektor-sektor lainnya ..................................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil ........................................................................... 50 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ................................................. 50 Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ...................................................... 50 Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor....................................................... 50 Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen .............................................................................. 50 Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan Manufaktur PMI ............................... 50 Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .............................................................................. 51 Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ................................................................... 51 Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ....................................................................................... 51
Lampiran Gambar 10: Impor barang ....................................................................................... 51 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal ............................................ 51 Lampiran Gambar 12: Inflasi ................................................................................................... 51 Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan .......................................................................... 52 Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara ................................................ 52 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional ............................................ 52 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ............................................. 52 Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional ......................................................................... 52 Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS ............................................................................ 52 Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal .. 53 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS kelompok negara-negara EMBI Global ..... 53 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito ..................... 53 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan ................................................................. 53 Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ................................................................................ 53 Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ................................................................................. 53
DAFTAR TABEL Tabel 1: Pertumbuhan PDB diproyeksikan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2017 ..ii Tabel 2: Defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap konstan pada tahun 2017 .................... 12 Tabel 3: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah daripada di APBN tahun 2017 ........................................................................................ 24 Tabel 4: Ketimpangan terus menurun karena meningkatnya konsumsi warga yang berada di dalam strata 40 Menengah, tetapi yang berada di dalam strata 40 Terbawah masih tertinggal ......................................................................................................................... 28 Tabel 5: Indikator perekonomian utama ................................................................................. 31 Tabel 6: Contoh Pembatasan di Sektor Jasa Konstruksi ......................................................... 39 Tabel 7: Aspek desain utama dari program KUR lama dan baru ........................................... 43 Tabel 8: Ringkasan biaya KUR dan perbandingan antara KUR lama dan baru .................... 44
DAFTAR LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi dan proyeksi anggaran belanja Pemeritah ................................ 54 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran .................................................................................. 54 Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia ............................... 55 Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia ............................................. 56
DAFTAR KOTAK Kotak 1: Paparan Indonesia terhadap perekonomian Amerika Serikat dan Inggris ............... 12 Kotak 2: Indeks Pembatasan Perdagangan Jasa ..................................................................... 35
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Ringkasan eksekutif: Melanjutkan perubahan
Fundamental perekonomian Indonesia terus menguat
Dengan tingkat pertumbuhan perekonomian yang tinggi, defisit transaksi berjalan yang rendah, defisit fiskal yang konservatif serta tingkat inflasi yang menyentuh rekor terendah, fundamental ekonomi Indonesia terus menguat. Ditengah ketidakpastian kebijakan global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 menguat didukung oleh pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi. Perkiraan kondisi perekonomian tetap positif, didukung oleh proyeksi peningkatan perekonomian global dan pemulihan harga komoditas, yang menyebabkan meningkatnya nilai investasi dan ekspor. Perubahan besar dalam kebijakan perdagangan di antara negara-negara maju, perubahan yang tidak terduga dalam kebijakan moneter AS, ketidakpastian politik di Eropa, meningkatnya inflasi domestik yang berkepanjangan, dan penerimaan fiskal yang lemah memberikan risiko penurunan yang signifikan.
Pertumbuhan PDB triwulanan melambat karena belanja pemerintah menurun…
Pertumbuhan PDB riil di Triwulan ke-4 tahun 2016 melambat menjadi 4,9 persen yoy dari 5,0 persen di Triwulan ke-3, karena belanja pemerintah terus mengalami kontraksi dan pertumbuhan impor kembali meningkat. Penurunan belanja pemerintah sebesar 4,0 persen ini merupakan yang penurunan terbesar sejak Triwulan ke-1 tahun 2010. Penurunan ini sebagian disebabkan oleh pengaruh dasar dari pertumbuhan belanja pemerintah yang tinggi di Triwulan ke-4 tahun 2015. Sementara itu pertumbuhan investasi meningkat dan pertumbuhan ekspor berubah positif setelah kontraksi yang terjadi selama delapan triwulan, sejalan dengan harga komoditas yang lebih tinggi.
…namun pertumbuhan PDB tahunan tetap meningkat ditengah ketidakpastian global
Setelah lima tahun bergerak sejalan dengan harga komoditas yang lebih rendah, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan naik menjadi 5,0 persen pada tahun 2016, dari 4,9 persen di tahun 2015, ditengah peningkatan ketidakpastian kebijakan global. Nilai Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, angka pengangguran yang menurun dan upah riil yang melonjak meningkatkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan konsumsi swasta. Sebaliknya, belanja pemerintah yang menurun dan
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA i
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
pertumbuhan investasi yang melemah menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan untuk tahun ini. Kredibilitas fiskal yang meningkat akan meningkatkan kepercayaan investor
Walaupun penerimaan dari program amnesti pajak meningkatkan penerimaan secara keseluruhan, penerimaan dari sektor non-amnesti pajak melemah pada 2016. Kredibilitas kebijakan fiskal meningkat melalui pemotongan belanja pemerintah, sejalan dengan target penerimaan yang lebih realistis pada APBN tahun 2017, yang akhirnya akan meningkatkan kepercayaan investor. APBN 2017 juga meliputi percepatan perbaikan dalam komposisi belanja, termasuk alokasi berkelanjutan yang lebih tinggi untuk sektor-sektor infrastruktur, kesehatan dan bantuan sosial, serta perbaikan dalam penetapan target untuk program-program subsidi energi dan bantuan sosial. Defisit fiskal pada tahun 2016 adalah sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari yang diperkirakan dan lebih kecil dari defisit fiskal sebesar 2,6 persen pada tahun 2015.
Defisit transaksi berjalan menurun ke level terendah selama lima tahun
Sektor eksternal juga diperkuat dengan defisit transaksi berjalan yang menurun ke level terendah selama lima tahun, sebesar 0,8 persen dari PDB pada Triwulan ke-4 2016, dari 1,9 persen pada Triwulan ke-3 2016. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ekspor manufaktur. Secara keseluruhan, pada tahun 2016 neraca transaksi berjalan menurun menjadi 1,8 persen per PDB dari 2,0 persen per PDB pada tahun 2015, juga merupakan yang level terendah dalam lima tahun.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inflasi yang terkendali membantu penurunan tingkat kemiskinan pada tahun 2016
Tingkat kemiskinan resmi turun sebesar 0,4 persen antara September 2015 dan September 2016 menjadi 10,7 persen. Hal ini menunjukkan berlanjutnya peningkatan laju penurunan tingkat kemiskinan di antara bulan Maret 2015 dan Maret 2016, yang didukung oleh pertumbuhan PDB yang tinggi, inflasi yang terkendali, dan tingkat pengangguran inti yang terendah sejak 2012. Namun demikian, penurunan ini masih lebih rendah dari tingkat penurunan kemiskinan yang dicapai antara tahun 2007 dan 2011, dengan rata-rata sebesar 1,1 persen per tahun.
Pertumbuhan diharapkan akan meningkat pada jangka menengah, namun akan secara signifikan lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan yang terjadi setelah krisis keuangan global tahun 2008
Tabel 1: Pertumbuhan PDB diproyeksikan meningkat Dengan memperkirakan bahwa seluruh komponen menjadi 5,2 persen pada tahun 2017 2016 2017p pengeluaran menjadi lebih stabil (firm up), (Perubahan PDB riil persentase 5,0 5,2 pertumbuhan PDB riil tahunan) diproyeksikan naik (Perubahan menjadi 5,2 persen pada Indeks Harga persentase 3,5 4,3 tahun 2017, dan mencapai Konsumen tahunan) 5,3 persen pada tahun Neraca transaksi 2018. Pertumbuhan (Persen PDB) -1,8 -1,8 berjalan konsumsi rumah tangga Saldo anggaran (Persen PDB) -2,5 -2,6 diproyeksikan akan meningkat karena nilai Sumber: BI; BPS; Kemenkeu; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Untuk tahun 2016 adalah nilai yang sebenarnya; p adalah Rupiah yang stabil meningkatkan kepercayaan singkatan dari perkiraan konsumen, sementara upah riil yang lebih tinggi dan angka pengangguran yang terus menurun memberi dukungan bagi peningkatan daya beli konsumen. Pertumbuhan investasi swasta juga diperkirakan meningkat oleh karena harga komoditas yang sudah pulih kembali, serta efek dari pelonggaran moneter pada tahun 2016 serta reformasi ekonomi baru-baru ini. Pada saat yang sama, harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi kendala fiskal dan meningkatkan belanja pemerintah,
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA ii
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
sedangkan pertumbuhan global yang menguat akan meningkatkan ekspor. Oleh karena itu, baik belanja pemerintah maupun ekspor kemungkinan akan pulih dari kontraksi yang dialami di tahun 2016. Walaupun tingkat pertumbuhan PDB dalam jangka menengah diproyeksikan dapat melampaui tingkat pertumbuhan beberapa tahun terakhir ini, namun proyeksi pertumbuhan ini masih lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan yang terjadi setelah terjadinya krisis keuangan tahun 2008, ketika perekonomian pulih kembali dari pelemahan ekonomi global. Dengan demikan perlu adanya semangat dalam melanjutkan perubahan perekonomian (staying the course) struktural yang terus menerus dilakukan, untuk dapat lebih meningkatkan potensi pertumbuhan perekonomian. Inflasi diperkirakan akan meningkat secara sementara pada 2017
Inflasi harga konsumen diperkirakan akan melonjak dari sebesar 3,5 persen pada 2016 menjadi 4,3 persen pada tahun 2017, karena adanya kenaikan tarif listrik dan pajak kendaraan bermotor. Namun demikian, inflasi diproyeksikan akan menurun pada tahun 2018 oleh karena hilangnya efek kenaikan harga.
Defisit fiskal diproyeksikan akan meningkat oleh karena meningkatnya investasi infrastruktur publik
Keseimbangan fiskal pemerintah pusat diproyeksikan sebesar 2,6 persen dari PDB pada tahun 2017, lebih besar dari defisit sebesar 2,4 persen di dalam APBN Pemerintah tahun 2017 yang sudah disetujui. Belanja publik yang lebih tinggi, sebagian karena adanya upaya baru untuk meningkatkan investasi infrastruktur publik, diharapkan sebagian akan diimbangi oleh pertumbuhan penerimaan, yang pada gilirannya akan dihasilkan oleh pertumbuhan PDB yang lebih kuat dan dampak positif dari reformasi kebijakan administrasi dan perpajakan.
Perubahan yang tak terduga dalam kebijakan moneter AS menimbulkan risiko penurunan…
Risiko untuk perkiraan kondisi perekonomian (outlook) condong menurun. Hasil yang mengejutkan dari rangkaian pemilu mendatang di Eropa, dapat semakin meningkatkan ketidakpastian kebijakan di negara-negara maju, di tengah meningkatnya sentimen proteksionisme. Selain itu, Bank Sentral (Federal Reserve) AS diperkirakan akan melakukan normalisasi moneter dan secara bertahap meningkatkan suku bunga Federal antar-bank (Fed Funds Rate) di tahun-tahun mendatang. Jika peningkatan suku bunga Federal ini lebih tinggi dari yang diperkirakan, maka efeknya adalah keluarnya arus modal dari pasar negara berkembang secara besar-besaran seperti efek Taper Tantrum yang pernah terjadi oleh karena para investor dengan segera mengevaluasi dan menyeimbangkan portofolio mereka untuk memaksimalkan keuntungan yang diharapkan. Ketidakpastian/volatilitas di pasar keuangan dan modal dapat membebani pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.
…demikian pula halnya dengan peningkatan laju inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan lemahnya penerimaan fiskal
Peningkatan laju inflasi yang berkepanjangan oleh karena kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices) baru-baru ini dapat menimbulkan risiko penurunan yang besar bagi pertumbuhan konsumsi. Terlepas dari gejolak nilai tukar, konsumen pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga, terutama harga makanan, dan konsumsi rumah tangga merupakan bagian dominan perekonomian Indonesia. Jika inflasi tetap tinggi dan lebih lama dari yang diperkirakan, pengeluaran konsumen dapat menurun, yang mengakibatkan pertumbuhan output yang lebih rendah. Selain itu, Bank Indonesia dapat terdorong untuk memperketat kebijakan moneter, yang juga akan meredam pertumbuhan investasi. Pada saat yang sama, penerimaan fiskal terus menyebabkan terjadinya risiko penurunan, karena penerimaan yang rendah membatasi pengeluaran fiskal dan investasi infrastruktur yang sangat dibutuhkan.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA iii
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Edisi ini juga memuat dua topik utama. Tulisan pertama menganalisa bagaimana perdagangan jasa di Indonesia dapat mengambil manfaat dari penghapusan hambatan perdagangan. Tulisan kedua menyajikan tinjauan program KUR yang didesain ulang di Indonesia, berikut dengan rekomendasi mengenai kebijakan Indonesia harus mengevaluasi ulang hambatan perdagangan jasa untuk mengurangi biaya, meningkatkan daya saing dan meningkatkan produktivitas
Sektor jasa tampaknya menjadi salah satu pendorong pertumbuhan yang paling menjanjikan. Sektor ini memiliki kontribusi yang meningkat terhadap perekonomian dan perdagangan Indonesia, meskipun proporsinya masih di bawah tingkat yang dicapai oleh banyak negara berpendapatan menengah lainnya. Pentingnya sektor jasa bagi pertumbuhan ekonomi diperjelas oleh keterkaitan ke depan yang kuat ke seluruh sektor perekonomian lainnya (yaitu setiap kebijakan yang diterapkan pada sektor jasa akan memiliki implikasi terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian). Indonesia adalah negara pengimpor jasa bersih karena permintaan jasa melebihi pasokannya di sebagian besar sektor. Namun demikian, Indonesia memiliki beberapa peraturan ketat yang paling menghambat perdagangan jasa. Hambatan ini berkontribusi pada produktivitas sector jasa yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara pembanding. Hambatan ini juga menjadi faktor rendahnya produktivitas sektor manufaktur, karena jasa merupakan masukan utama untuk memproduksi barang-barang manufaktur. Oleh karena itu, tinjauan kembali terhadap hambatan perdagangan jasa diperlukan, mengingat pentingnya peran jasa bagi perekonomian secara keseluruhan.
Mengingat adanya peningkatan sepuluh kali lipat biaya program KUR, diperlukan tinjauan kembali pemanfaatan pinjaman bersubsidi untuk mendukung UMKM
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang awalnya dibentuk oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2007, adalah salah satu program pinjaman bersubsidi terbesar untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di negara-negara pasar berkembang. Ketika program ini di desain ulang pada tahun 2015, fokus KUR berubah dari fasilitasi akses terhadap pinjaman bagi para peminjam UMKM melalui pemberian jaminan kredit secara parsial, menjadi penyediaan pinjaman pada tingkat bunga bersubsidi bagi UMKM, terlepas dari kondisi akses mereka sebelumnya terhadap pembiayaan. Desain ulang ini telah menyebabkan peningkatan sebesar sepuluh kali lipat bagi Pemerintah untuk membiayai program ini, baik dari segi subsidi langsung maupun tidak langsung. Mengingat biayanya yang tinggi, kecuali jika manfaat dari program KUR dapat didokumentasikan dengan baik, sangat diperlukan tinjauan kembali terhadap pemanfaatan pinjaman bersubsidi untuk mendukung UMKM. Secara khusus, pemerintah harus mempertimbangkan apakah manfaat tambahan dari program KUR yang baru tersebut sebanding dengan peningkatan yang besar dalam hal biayanya, atau apakah fokus pada instrumeninstrumen lainnya yang lebih murah dan sudah teruji — seperti jaminan kredit parsial dan penguatan infrastruktur keuangan — dapat mendukung sektor UMKM dengan biaya yang jauh lebih rendah. Pengeluaran pemerintah untuk subsidi suku bunga dilakukan dengan realokasi pengeluaran bagi intervensi-intervensi prioritas lainnya, mengingat terbatasnya sumber daya fiskal yang ada.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA iv
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini
1. Perekonomian global memiliki landasan yang kuat pada tahun 2017 Perekonomian global telah mereda saat memasuki tahun 2017
Gambar 1: Pasar keuangan global memasuki tahun Setelah setahun penuh 2017 dengan kondisi yang tidak bergejolak bergejolak di tahun 2016, (indeks Januari=100) tahun 2017 dibuka dengan 220 perekonomian global yang relatif tenang. Hasil dari VIX referendum di Inggris pada 180 bulan Juni dan pemilihan presiden AS di bulan November menyebabkan 140 (pasar) keuangan secara tiba-tiba bergejolak, dimana MOVE gejolak terjadi disekitar peristiwa-peristiwa tersebut 100 (Gambar 1).1 Semenjak itu, meskipun ketidakpastian 60 kebijakan berlanjut di Jan-16 Apr-16 Jul-16 Oct-16 Jan-17 Apr-17 tengah suasana Sumber: Bloomberg; Perhitungan staf Bank Dunia meningkatnya sentimen proteksionisme, pasar keuangan global secara mengejutkan mereda, dan mendukung aktivitas perekonomian global.
Pertumbuhan perekonomian global diperkirakan meningkat di tahun 2017, yang dipimpin
Pertumbuhan perekonomian global diperkirakan akan meningkat tahun ini, dengan PDB riil meningkat sebesar 2,7 persen secara global, naik dari posisi pasca krisis sebesar 2,3 persen di tahun 2016 (Gambar 2). Karena harga komoditas terus pulih dan tantangan domestik yang menurun di beberapa negara eksportir komoditas, negara pasar berkembang dan negara berkembang (EMDEs - commodity exporters, 1
M a re t 2 0 17
Indeks Volatilitas (VIX index), yang mengukur volatilitas di pasar ekuitas, melonjak 49 persen setelah
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1
Melanjutkan perubahan oleh negara-negara berkembang
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
emerging dan developing economies) akan memimpin pulihnya tingkat pertumbuhan global, dengan pertumbuhan meningkat 4,2 persen pada tahun 2017. Kegiatan ekonomi di negara-negara maju juga diharapkan akan tumbuh lebih cepat tahun ini, mencapai 1,8 persen, yang dipimpin oleh pertumbuhan ekonomi AS yang secara signifikan lebih kuat. Capaian ini nampak dari Indeks Pembelian Manajer (PMI - Purchasing Manager’s Index) di bulan Januari dan Februari yang mendukung perkiraan pertumbuhan global yang optimis, dengan capaian produksi multi-tahunan yang tinggi pada negara-negara di dunia dan di negara-negara dengan ekonomi kuat (Gambar 3).
Gambar 2: Pertumbuhan PDB global diproyeksikan meningkat di tahun 2017, meskipun dibayangi ketidakpastian kebijakan global (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) 5
2015
2016e
December 2016 56 55 54 53 52 51 50 49 48
2017f
4 3 2 1 0
World
Advanced Economies
M a re t 2 0 17
January 2017
February 2017
Emerging and Developing Economies
Sumber: World Bank (2017a) Catatan: 2016e adalah untuk estimasi dan 2017f adalah untuk perkiraan
Harga komoditas diproyeksikan akan terus pulih, yang mendukung para eksportir komoditas
Gambar 3: Indeks Manajer Pembelian: Negara-negara dengan perekonomian kuat memasuki tahun 2017 dengan landasan yang mantap (indeks)
Sumber: Markit Economics, Haver Analytics Catatan: Hasil di atas 50 merupakan ekspansi dan hasil yang ada di bawah merupakan kontraksi
Sejalan dengan pemulihan bertahap yang terlihat di tahun 2016, harga komoditas diproyeksikan akan terus meningkat di tahun 2017. Harga energi diperkirakan melonjak sebesar 26 persen tahun ini, sementara harga logam rata-rata diperkirakan naik sebesar 11 persen. Harga komoditas yang lebih tinggi memberi dorongan yang besar bagi para eksportir komoditas, termasuk Indonesia, mengangkat penerimaan fiskal mereka, meningkatkan nilai tukar perdagangan (terms-of-trade) dan memiliki efek yang positif pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan, serta merangsang pertumbuhan ekonomi.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
2. Pertumbuhan PDB menguat di tahun 2016 Pertumbuhan PDB menurun pada Triwulan ke-4 yang didorong oleh terjadinya kontraksi pada konsumsi pemerintah dan impor yang meningkat
Gambar 4: Pertumbuhan PDB riil: Belanja Pemerintah Pertumbuhan PDB riil terus berkontraksi di Triwulan ke-4 sedikit menurun menjadi 4,9 persen tahun-ke-tahun (kontribusi untuk pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) Stat. discrepancy* di Triwulan ke-4 dari 5,0 Net exports persen di Triwulan ke-3, Investment terutama disebabkan oleh Government consumption 10 Private consumption kontraksi pada konsumsi GDP 8 pemerintah dan impor 6 yang meningkat (Gambar 4). Kontraksi pengeluaran 4 fiskal, yang terbesar sejak 2 Triwulan ke-1 2010, secara luas mencerminkan posisi 0 fiskal Pemerintah yang -2 hati-hati, juga apabila -4 dibandingkan dengan rataDec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Dec-15 Jun-16 Dec-16 rata konsumsi pemerintah Sumber: CEIC dan BPS Indonesia yang lebih tinggi di Catatan: * Perbedaan statistik meliputi perubahan dalam Triwulan ke-4 2015, persediaan didorong oleh pilkada. Didukung oleh inflasi yang rendah dan nilai Rupiah yang relatif stabil, pertumbuhan konsumsi sektor swasta tetap stabil di Triwulan ke-4.
Pertumbuhan investasi meningkat di Triwulan ke-4…
Sementara itu, pertumbuhan investasi meningkat di Triwulan ke-4 setelah turun atau stabil selama tiga triwulan berturut-turut. Sampai titik tertentu peningkatan tersebut mencerminkan pola yang biasa terjadi di Indonesia di mana peningkatan investasi biasanya terjadi di akhir tahun. Namun demikian, ada tanda-tanda bahwa peningkatan ini bisa menjadi awal dari tren peningkatan yang berkelanjutan di tahun 2017. Tingkat suku bunga kredit untuk modal kerja dan kredit investasi menurun sekitar 100 basis poin yang didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter sebesar 150 basis poin di tahun 2016, pertumbuhan kredit pulih dari penurunan di akhir tahun dan harga komoditas meningkat di paruh kedua tahun 2016. Selain itu, kepercayaan investor cenderung menguat yang didukung oleh kredibilitas fiskal yang meningkat dan momentum reformasi yang positif untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia2.
…dan ekspor serta impor meningkat untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini
Pertumbuhan negatif ekspor dan impor nampak membaik di Triwulan ke-4 untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun ini. Peningkatan investasi di Triwulan ke-4, bersama dengan meningkatnya konsumsi swasta, mendorong permintaan impor. Setelah mengalami pelemahan pertumbuhan di Triwulan ke-3, ekspor bersih memberikan kontribusi positif di Triwulan ke-4 karena adanya ekspansi yang kuat di sisi ekspor, yang didorong oleh kenaikan harga komoditas. Sebagai indikator yang utama untuk ekspor barang-barang manufaktur, komponen pesanan ekspor baru dari PMI manufaktur Markit mencatat peningkatan di bulan Februari - memberikan tanda-tanda positif tentatif untuk pembalikan pertumbuhan ekspor berkelanjutan di di tahun 2017. Posisi Indonesia meningkat di peringkat Doing Business tahun 2017 dari peringkat ke 106 di tahun 2016 menjadi peringkat 91 di tahun 2017 - membuat Indonesia menjadi salah satu negara reformis terbaik secara regional maupun global (World Bank, 2017d) 2
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Dalam hal kinerja sektoral, sektor pertanian dan pertambangan meningkat kinerjanya di Triwulan ke-4, tetapi hanya di kedua sektor inilah yang berkinerja baik karena pertumbuhan di sebagian besar sektor-sektor lainnya pada umumnya stagnan atau menurun dibandingkan dengan Triwulan ke-3 (Gambar 5). Gambar 5: Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Gambar 6: Pertumbuhan PDB melampaui meningkat di triwulan ke-4 pertumbuhan tahun sebelumnya untuk pertama (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun, persen) kalinya dalam lima tahun ini (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun, persen)
7
Tax-subsidy Financial services Trade, hotel & rest Electricty, gas & water Mining & quarrying Total GDP
Services Transport & comm Construction Manufacturing Agriculture
Statistical discrepancy* Net exports Gross fixed capital formation Government consumption expenditure Private consumption expenditure Gross domestic product
10 8 6
6 5
4
4 3
2
2 1
0
0 -2
-1 Dec-14 Jun-15 Sumber: CEIC dan BPS
Pertumbuhan PDB tahunan melampaui tingkat pertumbuhan tahun sebelumnya untuk pertama kalinya dalam lima tahun ini
Dec-15
Jun-16
Dec-16
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: CEIC dan BPS Catatan: * Perbedaan statistik meliputi perubahan dalam persediaan
Meskipun terjadi peningkatan ketidakpastian kebijakan global, pertumbuhan PDB riil tahunan di tahun 2016 mencapai 5,0 persen, dibandingkan dengan hasil pertumbuhan tahun 2015 yang sedikit direvisi ke atas sebesar 4,9 persen (Gambar 6). Ini adalah pertama kalinya dalam lima tahun terakhir bahwa pertumbuhan PDB tahunan telah melampaui hasil tahun sebelumnya dan hal tersebut bisa menjadi tanda bahwa siklus pertumbuhan Indonesia akhirnya sampai pada titik baliknya dan mulai meningkat. Di tahun 2016, pertumbuhan PDB riil didorong oleh konsumsi swasta, yang meningkat berkat stabilnya nilai Rupiah, inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang lebih rendah3. Sebaliknya, belanja pemerintah menurun dan pertumbuhan investasi yang lebih lemah membebani pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan untuk tahun ini.
3. Peningkatan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah menjadi pendorong utama inflasi yang lebih tinggi pada tahun 2017
Inflasi umum meningkat di awal tahun 2017, terutama karena adanya kenaikan tarif listrik
Setelah turun ke angka terendah kedua sejak tahun 2009 pada bulan Desember, inflasi harga konsumen tahunan meningkat pada dua bulan pertama tahun 2017, meningkat menjadi 3,5 persen di bulan Januari dan 3,8 persen di bulan Februari. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan biaya pajak kendaraan bermotor, yang menyebabkan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah naik 3,4 persen tahun-ke-tahun pada bulan Januari dan 4,7 persen pada Februari, dari 0,2 persen pada bulan Desember 2016 (Gambar 7). Setelah adanya reformasi Pemerintah untuk mengurangi subsidi listrik, 18,7 juta pelanggan pada 3
M a re t 2 0 17
Lihat Badan Kebijakan Fiskal (2017).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
kategori listrik 900VA akan terkena kenaikan tarif listrik bertahap setiap dua bulan mulai bulan Januari sampai Mei tahun ini. Pada bulan Juli 2017, 18,7 juta pelanggan tersebut, yang mewakili 29 persen dari jumlah total pelanggan listrik, akan membayar skema tarif swa-penyesuaian (auto-adjusted) standar4. Inflasi inti yang tidak termasuk harga yang lebih tidak stabil seperti makanan dan bahan bakar minyak, juga meningkat, merayap hingga 3,4 persen pada bulan Januari dan Februari dari 3,1 persen pada bulan Desember. Sementara itu, inflasi pangan terus menurun, dari 5,7 persen pada bulan Desember menjadi 4,4 persen pada bulan Februari, terutama karena kontribusi yang lebih rendah dari makanan olahan, yang meliputi harga beras yang relatif stabil dikarenakan hasil panen yang baik karena cuaca yang menguntungkan di tahun 2016. Gambar 7: Inflasi IHK meningkat di awal 2017, terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
15
Gambar 8: Kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah kemungkinan akan menyebabkan inflasi yang lebih tinggi di tahun 2017, namun secara perlahan menurun di tahun 2018 (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) 8
Harga diatur pemerintah
7
IHK
11 6
Pangan
5
7 Umum 3
4
Inti
3
-1 Feb-15 Aug-15 Feb-16 BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Inflasi umum diproyeksikan secara sementara meningkat di tahun 2017, namun secara perlahan menurun di tahun 2018
3.5%
Aug-16
Feb-17
4.3%
3.8%
Perkiraan
2 Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Efek inflasi dari kenaikan tarif listrik di akhir bulan Mei dan masa Lebaran di bulan Juni diperkirakan akan mencapai puncaknya di Triwulan ke-4 2017. Naiknya harga minyak dunia juga diperkirakan akan berkontribusi untuk biaya produksi dan transportasi yang lebih tinggi. Namun demikian, efek inflasi tersebut akan sebagian diimbangi oleh penurunan lebih lanjut dalam inflasi di sektor makanan, yang dikontribusikan oleh panen raya padi yang diharapkan terjadi pada semester pertama tahun 2017. Bank Dunia memperkirakan tingkat inflasi IHK tahunan rata-rata meningkat 4,3 persen di tahun 2017, sebelum kemudian menurun ke 3,8 persen di 2018, dan tetap berada dalam kisaran target inflasi Bank Indonesia sebesar 3 sampai 5 persen (Gambar 8). Terdapat risiko yang menguntungkan (upside) dan merugikan (downside) terhadap perkiraan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang sebenarnya mungkin akan lebih tinggi 4
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam No. 28/2016, tarif listrik akan disesuaikan setiap bulan sesuai dengan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD, harga minyak, dan inflasi bulanan.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
apabila Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga eceran BBM mendekati tingkat harga global. Sebaliknya, apabila pemerintah menunda pelaksanaan kenaikan tarif listrik yang dijadwalkan di bulan Mei, tingkat inflasi yang sebenarnya akan cenderung lebih rendah. Banyak indikator yang mengindikasikan bahwa konsumsi tetap kuat meskipun ada tekanan inflasi...
Indikator utama bulanan untuk konsumsi dan investasi mengindikasikan stabilitas dalam sentimen ekonomi yang terus berlanjut. Meskipun diperkirakan tekanan inflasi tahun ini cukup rendah, kepercayaan konsumen di bulan Januari menguat, dengan indeks yang hanya sedikit lebih rendah dari Triwulan ke-4 tahun 2016, yaitu rata-rata 116, yang merupakan angka tertinggi dalam tujuh kuartal (Gambar 9). Demikian juga, indeks penjualan ritel naik 9,4 persen pada Januari, yang secara umum tidak berubah dari pertumbuhan rata-rata bulanan 9,5 persen untuk Triwulan ke-4 tahun 2016.
… sedangkan indikator-indikator untuk investasi dan barang konsumsi tahan lama menunjukkan tandatanda pemulihan
Sementara itu, indikator-indikator untuk investasi dan barang konsumsi tahan lama membaik dan mengindikasikan pemulihan. Penjualan kendaraan bermotor di semua kategori mengalami pembalikan tren, menguat di Triwulan ke-4 tahun 2016, dan diperkirakan akan bertahan hingga 2017 5 (Gambar 10). Pemanfaatan kapasitas meningkat ke level tertinggi selama enam triwulan menjadi 76,3 persen di Triwulan ke-4 tahun 2016, sedangkan angka di PMI manufaktur Nikkei/Markit meningkat ke level tertinggi selama empat bulan di bulan Januari, sebelum menurun menjadi 49,3 di bulan Februari.
Gambar 9: Indikator-indikator utama untuk konsumsi Gambar 10: ... sementara indikator untuk investasi dan tetap stabil… barang konsumsi tahan lama menunjukkan (indeks) pemulihan (pergerakan pertumbuhan rata-rata tahun-ke-tahun sepanjang 3 bulan, persen) 230 220 210 Indeks Penjualan Ritel 200 190 180 170 160 150 140 130 Indeks Kepercayaan Konsumen 120 110 100 90 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Sumber: BI
40 30 20
Penjualan mobil: penumpang
Penjualan semen
10 0 -10 -20
Penjualan sepeda motor
-30
Penjualan mobil: komersial -40 Jan-15 Jul-15 Jan-16
Jul-16
Jan-17
Sumber: ASI; GAI; Perhitungan staf Bank Dunia
4. Harga komoditas dan sektor eksternal Harga komoditas ekspor utama Indonesia terus meningkat di
Barang-barang komoditas mempunyai porsi cukup besar dari ekspor di Indonesia yang jumlahnya sekitar 30 persen dari total ekspor pada tahun 2016. Harga barangbarang komoditas ekspor utama Indonesia, yang mencakup minyak dan gas, Minyak Kelapa Sawit (CPO), karet dan logam dasar, terus meningkat di Triwulan ke-1 tahun 5 Penjualan mobil di Indonesia tahun 2017 terlihat naik sebesar 3-4 persen menurut distributor mobil terkemuka Astra (Reuters, 24 Feb, 2017)
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Triwulan ke-1 tahun 2017
2017 (Gambar 11). Di samping minyak mentah dan LNG, harga barang-barang komoditas utama sudah melebihi harga perkiraan Bank Dunia untuk tahun ini (Gambar 12).
Kebijakan OPEC dan Tiongkok akan menentukan perkembangan harga minyak, gas dan batubara
Keputusan OPEC dan negara-negara penghasil minyak lain untuk membatasi produksi memberikan dukungan bagi harga minyak dan gas. Bank Dunia memproyeksikan harga minyak rata-rata sebesar USD 55 untuk tahun 20176. Setelah melonjak di hampir sepanjang tahun 2016 dikarenakan kebijakan Tiongkok untuk membatasi operasi tambang batubara menjadi 276 hari per tahun, harga batubara global mulai mereda setelah Pemerintah Tiongkok mengendurkan peraturan, yang memungkinkan produksi batubara yang lebih tinggi, terutama di provinsi-provinsi yang kekurangan batubara.7
Gambar 11: Harga global untuk enam komoditas ekspor utama Indonesia sebagian besar naik di tahun 2016 (indeks Januari 2016 = 100) Karet
220
180
2016
150
Batubara (Australia) Minyak mentah (rata-rata)
Gambar 12: Selain minyak mentah dan LNG, harga global untuk komoditas ekspor utama Indonesia sudah melebihi perkiraan Bank Dunia (indeks 2015=100) Jan-17
Feb-17
2017f
100 Minyak kelapa sawit
140
50 Logam dasar (ex. Biji besi)
100
60 Jan-16
LNG (Jepang) Apr-16
Jul-16
Oct-16
Jan-17
Sumber: W o r l d B a n k P i n k S h e e t ; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
0
Rubber
Base Metals
Coal
Crude oil
LNG
Palm oil
Sumber: Bank Dunia (2017); Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: f berarti perkiraan
6 Analis pasar memperkirakan bahwa harga sebesar $ 50- $ 60/bbl akan cukup untuk meningkatkan produksi shale oil (shale oil adalah minyak yang terkdanung dalam sejenis bebatuan lunak, di mana minyak dalam bebatuan ini diekstraksi dengan proses pemanasan atau teknik-tenik lainnya – penerjemah), dikarenakan perbaikan produktivitas di industri shale oil AS. Hal ini membatasi risiko yang menguntungkan (upside risk) untuk harga minyak dalam waktu dekat ini (lihat World Bank 2017b). 7 Penelitian Macquarie (Januari 2017)
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7
Melanjutkan perubahan Harga karet dan minyak kelapa sawit meningkat didorong oleh pasokan yang ketat dan permintaan yang kuat
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 13: Indeks harga perdagangan tertimbang Harga karet yang tetap bersih menunjukkan kejutan positif nilai tukar memperlihatkan arah perdagangan komoditas untuk Indonesia sejak Juli peningkatannya, didorong 2016 oleh pemulihan yang terjadi (indeks 2011=100) di pasar minyak mentah8, kekhawatiran terhadap 100 kelangsungan pasokan yang dipicu oleh banjir di 90 Thailand Selatan dan Semenanjung Malaysia9, dan 80 harapan baru dari pemulihan ekonomi global yang 70 dipimpin AS yang lebih cepat memberikan perkiraan 60 akan membaiknya permintaan karet. Dengan 50 demikian, fundamentalnya Sep-16 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 selaras untuk mendukung Sumber: BPS; Bank Dunia; Perhitungan staf Bank Dunia harga karet, setidaknya dalam Catatan: Indeks harga perdagangan tertimbang bersih jangka pendek. Untuk ditetapkan atas dasar lebih dari enam komoditas ekspor utama Indonesia (karet, logam dasar, batubara, minyak, gas, dan minyak kelapa sawit, harga minyak kelapa sawit) menguat di Triwulan ke-4 tahun 2016, yang disebabkan oleh persediaan minyak sawit yang lebih rendah di Malaysia (terendah untuk bulan Desember sejak 2010) karena produksi turun dan permintaan ekspor yang tinggi10, serta komitmen Indonesia terhadap rencana pemanfaatan biodiesel11. Beranjak ke tahun 2017, keseimbangan penawaran dan permintaan CPO akan tetap ketat, karena persediaan awal yang lebih rendah dan pertumbuhan permintaan yang tinggi.
Nilai tukar Dengan mempertimbangkan jumlah impor dan ekspor relatif dari enam komoditas perdagangan utama ini, Indonesia telah mengalami kejutan positif nilai tukar perdagangan sejak Indonesia meningkat bulan Juli 2016, sebagai akibat dari harga global komoditas-komoditas tersebut yang lebih tinggi (Gambar 13).12 Defisit transaksi berjalan tahunan turun ke level terendah dalam lima tahun
Di sektor eksternal, defisit transaksi berjalan tahunan menyusut menjadi 1,8 persen dari PDB di tahun 2016 — defisit terkecil sejak tahun 2011 (Gambar 14). Hal ini didorong oleh peningkatan neraca perdagangan barang maupun jasa. Neraca perdagangan barang meningkat karena nilai impor turun lebih dari nilai ekspor, khususnya di sektor minyak bumi di mana Indonesia merupakan negara pengimpor
8 Karet sintetis, pengganti karet alam, merupakan elastomer buatan yang dibuat dari bahan baku petrokimia. Harga karet mengikuti harga minyak dan bahan bakunya. 9 Lihat Reuters (9 Januari, 2017). 10 Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia: http://www.mpoc.org.my 11 Sejak awal 2016, pemerintah Indonesia meluncurkan program B20 biodiesel. Program ini menetapkan kewajiban untuk mencampurkan 20 persen asam lemak metil ester (fatty acid methyl ester) (yang berasal dari minyak kelapa sawit) dengan 80 persen diesel. 12 Indeks Harga Perdagangan Tertimbang Bersih (NTI - Net Trade-Weighted Index) didefinisikan
sebagai: 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
, , ,
di mana 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊ℎ𝑡𝑡, =
, (, )
(, ) ,
da i= jenis komoditas; t= bulan;
p=siklus (mis. rata-rata 5 tahun); N = jumlah komoditas; T= tahun basis; E=nilai ekspor; I=nilai impor
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
dan harga menurun tajam pada tahun 2016 13. Sebaliknya, neraca perdagangan jasa meningkat karena nilai ekspor meningkat lebih dari nilai impor. Kontributor terbesar untuk peningkatan ini adalah peningkatan sejumlah USD 1 miliar dalam ekspor jasa pariwisata dan penurunan sebesar USD 550 juta di impor jasa transportasi barang (yang cenderung bergerak sejalan dengan ekspor barang).14 Surplus neraca keuangan meningkat di tahun 2016 karena warga Indonesia mengurangi kepemilikan mereka atas aset asing (yang mengakibatkan terjadinya arus masuk bersih). Misalnya, warga Indonesia mengurangi pembelian FDI dan menjual investasi portofolio asing mereka (FDI - Foreign Direct Investment – Investasi Asing Langsung). Warga Indonesia juga memindahkan dana mereka dari luar negeri ke dalam mata uang dan deposito Indonesia. Di sisi lain, FDI dan investasi portofolio oleh warga negara asing di Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan dengan di tahun 2015 (tetapi masih menghasilkan arus masuk bersih). Hal ini sejalan dengan investasi asing sederhana di pasar negara berkembang lainnya.15 Secara keseluruhan, neraca pembayaran (BOP - balance of payments) mencatat surplus sebesar 1,4 persen dari PDB di tahun 2016, dari defisit sebesar 0,1 persen di tahun 2015. Neraca perdagangan tetap surplus di Triwulan ke-4 tahun 2016, sedangkan defisit transaksi berjalan menurun menjadi 0,8 persen dari PDB pada Triwulan ke-4, terendah dalam lebih dari lima tahun ini
Secara triwulananan, Neraca Perdagangan tetap surplus, didorong oleh arus masuk yang besar dalam aset mata uang dan deposito pihak swasta (komponen dari investasi lainnya), dan penurunan tajam dalam defisit transaksi berjalan menjadi 0,8 persen dari PDB, tingkat yang terendah sejak tahun 2011 (Gambar 15). Penurunan defisit transaksi berjalan didorong oleh peningkatan yang cukup besar dalam neraca perdagangan, karena nilai ekspor meningkat lebih dari nilai impor. Dalam hal pertumbuhan nilai ekspor tahun-ke-tahun positif untuk pertama kalinya sejak tahun 2013 (Gambar 16). Sementara harga komoditas yang lebih tinggi membantu meningkatkan pertumbuhan ekspor, pertumbuhan ekspor manufaktur juga tinggi (13,2 persen tahun-ke-tahun), yang berpotensi menunjukkan pembalikan arah pertumbuhan (turn-around) nilai ekspor yang lebih lama. Nilai ekspor batubara dan minyak kelapa sawit menjadi komoditas kontributor yang kuat, didukung oleh peningkatan sebesar 86 persen dalam harga batubara dan peningkatan sebesar 20 persen dalam harga minyak kelapa sawit di sepanjang tahun. Pertumbuhan impor barang juga positif untuk pertama kalinya sejak 2013. Semua kategori utama impor memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ini, kecuali impor (barang) modal yang hanya sedikit lebih rendah di sepanjang tahun. Impor bahan baku memberi kontribusi yang terbesar (Gambar 17). Baik ekspor maupun impor jasa juga meningkat di sepanjang tahun, dengan pertumbuhan ekspor yang melampaui pertumbuhan impor.
13 Harga minyak mentah dan LNG masing-masing turun sebesar 15,6 dan 32,9 persen pada tahun 2016 dibdaningkan dengan tahun 2015. Sebaliknya, harga komoditas ekspor utama Indonesia lainnya (seperti batu bara dan minyak kelapa sawit) meningkat selama periode yang sama. 14 Untuk pembahasan terinci mengenai perdagangan jasa, lihat Bagian B.1. 15 Lihat IIF (2017).
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 14: Neraca perdagangan mencatat surplus pada tahun 2016, didorong oleh arus masuk modal yang kuat dan defisit transaksi berjalan yang turun ke level terendah selama 5 tahun ini (USD miliar) Current account Portfolio investment Overall balance
60
Direct investment Other investment
Gambar 15: Neraca perdagangan tetap surplus di Triwulan ke-4 didorong oleh penurunan tajam dalam defisit transaksi berjalan (USD miliar) Current account Portfolio investment Overall balance
20 15
40
Direct investment Other investment
10 5
20
0
0
-5 -20 -40
-10 2011
2012
2013
2014
2015
2016
-15
Dec-13
Dec-14
Dec-15
Dec-16
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Gambar 16: Nilai ekspor barang meningkat untuk pertama kalinya sejak tahun 2011… (sumbangan terhadap pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
Gambar 17: ...demikian pula halnya dengan nilai impor barang (sumbangan terhadap pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
20
10
Oil and gas Mining Rubber Other
Coal Palm oil Manufacturing Total exports
Fuel Capital Consumer goods ex fuel Raw materials ex fuel Imports
10
0 0 -10
-10
-20
-20
-30
-30
Dec-14 Dec-15 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
FDI yang lemah dan investasi portofolio yang negatif mendorong penurunan surplus
Dec-14
Dec-15
Dec-16
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Surplus neraca keuangan (financial account) dan neraca modal (capital account) menyusut di Triwulan ke-4 karena Investasi Asing Langsung melemah dan investasi portofolio yang negatif. Arus masuk dan keluar FDI didominasi oleh “keluar-masuknya” investasi asing langsung di sektor perbankan,16 kemungkinan dikarenakan oleh adanya perubahan insentif pajak menyusul diberlakukannya program amnesti
16
M a re t 2 0 17
Dec-16
Bank Indonesia (2017)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10
Melanjutkan perubahan neraca keuangan di Triwulan ke-4
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
pajak17. Secara keseluruhan, investasi asing langsung bersih melemah di Triwulan ke4. Investasi portofolio negatif di Triwulan ke-4, yang hanya terjadi dua kali dalam lima tahun terakhir.18 Hal ini didorong oleh aksi jual obligasi dan ekuitas Indonesia setelah berlangsungnya pemilu AS di bulan November (Gambar 18). Investasi lainnya bernilai besar dan positif di Triwulan ke-4, sesuai dengan pola musimannya. Pada pola musiman ini, ada arus masuk yang sangat besar dalam aset mata uang dan deposito pihak swasta (arus masuk terbesar setidaknya sejak 2004) (Gambar 19), yang mencerminkan repatriasi aset sebagai bagian dari amnesti pajak. 19
Gambar 18: Investor internasional menjual saham dan obligasi Indonesia di bulan November 2016 (USD miliar) 10
5
Gov. global bonds SUN SBI Equities Main net portfolio inflows
Gambar 19: Arus masuk dalam aset mata uang dan deposito sektor swasta yang sangat tinggi di Triwulan ke-4 (USD miliar) 10
Net trade credits Net private loans Net private currency & deposits Public sector liabilities (OI) Other investment
5
0 0 -5
-5 Feb-17 Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: SUN: Surat Utang Negara , SBI: Sertifikat Bank Indonesia
-10
Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Dec-16
17 Keluar masuknya FDI adalah penyaluran dana lokal ke badan yang dibentuk dengan tujuan khusus (SPVs - Special Purpose Vehicles) di luar negeri (biasanya didirikan di pusat-pusat keuangan di luar negeri atau di negara-negara yang dikenal sebagai surga pajak/tax haven) dan selanjutnya kembalinya dana tersebut ke perekonomian lokal dalam bentuk FDI. Ketika investasi tersebut dibatalkan, hal ini menghasilkan dua transaksi yang sama dan dan saling mengimbangi (offset) di neraca pembayaran. Yang pertama, transaksi tersebut terdata sebagai pengurangan FDI di Indonesia (arus keluar/outflow) karena dana dikembalikan ke SPV. Kedua, transaksi tersebut terdata sebagai pengurangan FDI di luar negeri (arus masuk/inflow) karena dana dikembalikan ke Indonesia dari SPV tersebut. Dengan demikian, dampak bersih terhadap FDI adalah nol. 18 Contoh sebelumnya terjadi selama periode gejolak keuangan global. Yang pertama di Triwulan ke-3 tahun 2011, terkait dengan krisis hutang zona euro, dan yang kedua, di Triwulan ke-3 tahun 2015, terkait dengan ketidakpastian seputar kebijakan moneter AS. 19 Bank Indonesia (2016)
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11
Melanjutkan perubahan Defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap konstan pada 1,8 persen dari PDB di tahun 2017
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tabel 2: Defisit transaksi berjalan diperkirakan Ke depan, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap tetap konstan pada tahun 2017 (USD miliar kecuali dinyatakan lain) stabil di tahun 2017 sebesar 1,8 2016 2017p persen dari PDB (Tabel 2). Baik Neraca Pembayaran secara 12,9 14,1 nilai ekspor maupun impor Keseluruhan diperkirakan akan meningkat di Sebagai persen dari PDB 1,4 1,3 Neraca Transaksi Berjalan -16,3 -18,4 tahun 2017, dengan nilai ekspor Sebagai persen dari PDB -1,8 -1,8 sedikit melampaui impor, yang Neraca perdagangan barang 15,4 17,7 mengakibatkan peningkatan Neraca perdagangan jasa -6,5 -7,4 neraca perdagangan. Harga Penerimaan -29,7 -33,3 komoditas terus meningkat di Transfer 4,4 4,6 sepanjang Triwulan ke-1 tahun Neraca Modal dan Finansial 29,2 32,4 2017, dan kejutan positif nilai Sebagai persen dari PDB 3,1 3,1 tukar perdagangan komoditas Investasi Langsung 15,1 18,4 Investasi Portofolio 18,9 16,4 ini diperkirakan berlangsung di Investasi Lainnya -4,8 -2,4 sepanjang sisa tahun, yang Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia mendukung neraca perdagangan. Indikator-indikator utama menunjukkan bahwa pertumbuhan mungkin sedikit meningkat di beberapa mitra dagang utama Indonesia dan selanjutnya menyebabkan peningkatan ekspor. Namun demikian, ada sejumlah risiko terhadap perkiraan (outlook) ini, salah satunya adalah perlambatan ekonomi yang sedang berlangsung di Tiongkok (mitra dagang terbesar Indonesia). Untuk impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal, diproyeksikan akan meningkat, sejalan dengan investasi yang diperkirakan meningkat. FDI diperkirakan akan meningkat di tahun 2017 seiring dengan pertumbuhan global dan pertumbuhan di Indonesia yang lebih tinggi. Risiko terhadap arus modal tetap ada, mengingat berlanjutnya ketidakpastian kebijakan global yang tinggi, khususnya mengenai laju normalisasi tingkat suku bunga di Amerika Serikat (lihat Kotak 1 untuk pembahasan lebih lanjut mengenai paparan Indonesia terhadap Amerika Serikat).
Kotak 1: Paparan Indonesia terhadap perekonomian Amerika Serikat dan Inggris Dalam era ketidakpastian kebijakan global saat ini dan di tengah latar belakang sentimen proteksionisme yang tinggi, box ini secara ringkas meneliti paparan Indonesia terhadap Amerika Serikat dan Inggris melalui berbagai saluran. Amerika Serikat adalah negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang menyumbang sekitar seperempat dari PDB dunia dan sekitar sepersepuluh dari perdagangan global.1 Negara ini juga merupakan pemain dominan di pasar keuangan global. Inggris, walaupun tidak sebesar Amerika Serikat, masih merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia dan menyumbang 3,5 persen dari total perdagangan.2 Selanjutnya, London adalah pusat keuangan terbesar dunia, yang menjadi perantara untuk sejumlah besar arus keuangan global.3 Mengingat ukuran perekonomian negaranegara ini dan hubungan mereka dengan perekonomian global, guncangan ekonomi yang menerpa atau yang berasal dari Amerika Serikat atau Inggris dapat memiliki implikasi tidak hanya bagi para mitra ekonomi terdekat mereka, tetapi juga bagi perekonomian global. Guncangan tersebut ditransmisikan melalui berbagai saluran, termasuk perdagangan, investasi, dan keuangan. Secara keseluruhan, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, arus masuk investasi dari Inggris, dan pengaruh kedua negara ini terhadap pasar keuangan global, menghadirkan saluran terkuat melalui mana kebijakan di Amerika Serikat dan Inggris dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Hubungan perdagangan Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia, yang menyumbang 10,4 persen dari total ekspor barang di sepanjang tahun 2013-2015, namun pangsa ini telah menurun dari waktu ke waktu, dari 15,5 persen di tahun 2000 (meskipun ekspor ke Amerika Serikat masih bertumbuh dalam hal tingkat ) (Gambar 20). Inggris adalah tujuan ekspor yang secara signifikan lebih kecil, yang menyumbang hanya 1,0 persen dari ekspor barang Indonesia di tahun 2013-2015, yang menjadikannya sebagai negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-18. Demikian pula, ekspor ke Inggris yang telah menurun adalah bagian dari total ekspor, dari 2,7 persen di tahun 2000. Negara tujuan ekspor terbesar
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Indonesia adalah Tiongkok (13,2 persen dari total ekspor) dan Jepang (13,0 persen) (Gambar 21)4. Sementara komoditas primer seperti bahan bakar minyak, mineral dan logam merupakan bagian terbesar dari ekspor Indonesia ke Tiongkok dan Jepang, dan produk-produk manufaktur adalah bagian dominan ekspor ke Amerika Serikat, serta Inggris. Dengan demikian, gangguan di dalam arus perdagangan dengan baik Amerika Serikat maupun Inggris lebih mempengaruhi sektor manufaktur di Indonesia.5 Gambar 20: Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Inggris menurun sebagai bagian dari total ekspor (ekspor menurut negara tujuan, USD miliar) US Singapore
250
UK Other EAP
China Other
Japan 15
200
Export shares in 2014
Others Fuels, minerals and metals Manufacture Agriculture
38%
150
10 17%
100 Export shares in 2000
50
Gambar 21: Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia (pangsa dari total ekspor, persen)
13%
31% 13%
12%
22%
0 16% 2000 2002
5
10%
2004
2006
2008
2010
2012
2014
-
UK
US
China
Japan
Singapore
Sumber: UN Comtrade Sumber: UN Comtrade Catatan: EAP singkatan dari East Asia dan the Pacific (Asia Timur Catatan: Nilai yang tercantum merupakan nilai rata-rata untuk dan Pasifik) 2013-2015
Meskipun bukan negara tujuan terbesar ekspor Indonesia, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor yang sangat signifikan bagi mitra dagang Indonesia terbesar, Tiongkok dan Jepang, serta negara-negara lain di kawasan seperti Vietnam, yang mencatatkan lebih dari 20 persen dari ekspor mereka di sepanjang tahun 2013 -2015. Oleh karena itu, gangguan perdagangan antara Amerika Serikat dan wilayah Asia Timur dan Pasifik (EAP) dapat memiliki efek tidak langsung yang negatif terhadap Indonesia melalui penurunan permintaan di Tiongkok dan Jepang. Bank Dunia (2016a) menemukan bahwa satu kali saja pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun sebesar satu titik persentase dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,4 persen setelah dua tahun. Dalam hal ekspor jasa, ekspor jasa Indonesia ke Amerika Serikat dan Inggris saat ini bernilai kecil, relatif terhadap ekspor barang6. Namun demikian, secara global, perdagangan jasa relatif lebih stabil dibandingkan dengan perdagangan barang, yang telah menampakkan penurunan yang signifikan.7 oleh karena itu, Bagian B1 dari laporan ini meneliti saluran-saluran melalui mana perdagangan jasa Indonesia dapat ditingkatkan. Amerika Serikat, dan pada tingkat lebih rendah Inggris, adalah pemain penting di komunitas pasar global. Amerika Serikat sendiri adalah konsumen terbesar gas alam dan minyak, di dunia yang mencatatkan lebih dari seperlima dari konsumsi global. Negara ini juga merupakan konsumen yang signifikan dari komoditas-komoditas lainnya yang diekspor oleh Indonesia, termasuk batubara dan tembaga. Pergeseran besar dalam permintaan AS untuk komoditas ini akan berdampak terhadap harga global, yang akan mempengaruhi nilai tukar perdagangan Indonesia, dan oleh karena itu berdampak pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan. Perbedaan harga komoditas global juga akan berdampak pada penerimaan fiskal, pengeluaran fiskal, belanja investasi, dan dengan demikian berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hubungan investasi FDI merupakan sumber utama investasi di Indonesia. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia menunjukkan bahwa investasi asing menyumbang 68 persen dari realisasi total investasi selama lima tahun terakhir. Sementara Amerika Serikat adalah sumber terbesar dan penerima FDI terbesar di dunia, Amerika Serikat bukanlah sumber utama FDI bagi Indonesia (Gambar 22). Selama tahun 2004-2016 (kurun waktu yang datanya tersedia), FDI bersih yang masuk dari Amerika Serikat menyumbang 3,3 persen dari total kumulatif investasi asing. Investasi di sektor manufaktur sebesar USD 3,0 miliar pada tahun 2005 menyumbang sebagian besar arus masuk tersebut. Inggris adalah
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
sumber FDI yang sedikit lebih besar untuk Indonesia, menyumbang 6,1 persen dari arus masuk FDI bersih selama periode yang sama, sehingga menjadikannya sebagai sumber terbesar ketiga setelah Singapura (15,0 persen) dan Jepang (10,5 persen). Gambar 22: Inggris merupakan sumber FDI yang penting di Indonesia (USD miliar) UK Singapore
25
US Other
Japan Total
20
Indonesia Philippines
China Singapore
Japan Thailand
Malaysia Vietnam
40%
15
30%
10
20%
5
10%
0 -5
Gambar 23: Indonesia kurang bergantung pada FDI dari Amerika Serikat dan Inggris dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan (pangsa dari total arus FDI dan total stok FDI, persen)
0% 2004
2007
2010
2013
2016
Sumber: BI
US
-10%
UK
US
FDI flows
UK FDI stock
Sumber: UNCTAD Catatan: Data adalah hasil rata-rata selama periode 5 tahun terakhir yang tersedia untuk semua negara (2008-2012), kecuali bagi FDI yang mengalir ke Vietnam adalah hanya untuk tahun 2011-2012.
Persediaan/stok FDI adalah sama dengan total akumulasi nilai bersih FDI yang mengalir masuk dari waktu ke waktu. Angka ini menunjukkan nilai total aset investasi langsung milik asing. Indonesia tidak secara khusus membuka diri bagi Amerika Serikat atau Inggris dalam hal stok FDI. Hanya sekitar 6 persen dari porsi FDI yang berasal dari Amerika Serikat dan hanya 5 persen yang dari Inggris. Ini relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan, terutama Jepang dan Filipina (Gambar 23), yang Gambar 24: Mayoritas hutang luar negeri Indonesia menerima porsi FDI yang jauh lebih besar dari Amerika adalah dalam mata uang USD Serikat. (USD miliar, Kiri; persen dari total hutang, Kanan) Hubungan finansial 180
Perkembangan di Amerika Serikat dapat mempengaruhi pasar keuangan global, dan pada gilirannya mempengaruhi kondisi pembiayaan Indonesia, melalui sejumlah saluran, termasuk nilai tukar, tingkat suku bunga, dan kepercayaan investor. Perkembangan di Inggris cenderung memiliki dampak yang sama tetapi lebih kecil.
USD
160
JPY
GBP
EUR
Others
40%
foreign currency percent total debt
140 120
50%
30%
100 80
20%
60 40
10%
M a re t 2 0 17
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2016
2015
2014
2013
2012
2011
20 Nilai tukar Dolar AS adalah mata uang yang paling banyak 0 0% digunakan dalam perdagangan dan pasar keuangan internasional dan sebagai mata uang cadangan de-facto di dunia. Dengan demikian, pergerakan nilai tukar dolar AS Government Private memiliki implikasi global. Misalnya, apresiasi dolar AS Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia terhadap Rupiah akan meningkatkan biaya untuk membayar pinjaman Indonesia dari pinjaman dalam mata uang dolar AS, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Gambar 24). Mayoritas pinjaman luar negeri baik pemerintah (70 persen) maupun swasta (94 persen) adalah dalam mata uang dolar AS; sektor swasta yang terutama terkena. Selanjutnya, proporsi pinjaman luar negeri swasta jangka pendek (29 persen) jauh lebih tinggi dari pinjaman luar negeri pemerintah (5 persen).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tingkat suku bunga Perubahan kebijakan moneter AS yang aktual atau yang diperkirakan akan terjadi akan berdampak terhadap tingkat suku bunga global. Sejak krisis keuangan global, kebijakan moneter yang sangat akomodatif di negara-negara maju - termasuk Amerika Serikat dan Inggris - membuat tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk pinjaman bagi negara-negara pasar berkembang dan negara-negara berkembang (EMDE - emerging market dan developing economy) relatif lebih menarik, yang mengakibatkan peningkatan arus masuk modal untuk negara-negara tersebut, termasuk Indonesia. Pada gilirannya, suku bunga AS yang lebih tinggi dapat mengurangi atau membalikkan arus tersebut dan mendorong kenaikan tingkat suku bunga global, dan meningkatkan biaya pinjaman Indonesia. Analisis terbaru menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 100 basis poin pada obligasi imbal hasil jangka panjang AS dapat mengurangi arus modal ke negara-negara EMDE sebesar 20-45 persen, dengan batas atas dari kisaran ini mencerminkan kenaikan tingkat suku bunga secara simultan oleh bank sentral lainnya dan batas bawah yang mencerminkan kebijakan moneter yang tidak berubah di tempat-tempat lain.8 Gambar 25: Spread (selisih antar harga jual dan harga beli) obligasi meningkat di Indonesia segera setelah terjadinya referendum di Inggris dan pemilu di AS, namun pulih kembali dengan cepat (Spread obligasi tanpa bunga (strip bonds), basis poin) 600
Global Composite USD bond strip spread
550
Indonesia EMBIG bond strip spread (RHS)
400
350
500
130
Indonesia MSCI emerging markets index
120 110
450
300 100
400 250 350 300 Jan-16
Gambar 26: Harga ekuitas juga turun, sebelum sebagian besar kerugian yang diakibatkannya pulih (harga saham, indeks, 4 Januari = 100)
Apr-16
Jun-16
Sep-16
Sumber: JP Morgan; Perhitungan staf Bank Dunia
200 Dec-16
90 80 Jan-16
Apr-16
Jun-16
Sep-16
Dec-16
Sumber: Bloomberg; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Kepercayaan investor Lepas dari perkembangan pasar ekonomi atau keuangan, peningkatan volatilitas pasar keuangan atau ketidakpastian mengenai perubahan kebijakan AS atau Inggris dapat mengurangi insentif untuk berinvestasi — baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pada gilirannya hal ini dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan global jangka panjang. Analisis terbaru memperkirakan dampak volatilitas keuangan dan ketidakpastian kebijakan terhadap keluaran dan pertumbuhan negara-negara EMDE. Volatilitas pasar keuangan diukur dengan indeks VIX — volatilitas yang tersirat dari pasar saham AS. Peningkatan 10 persen dalam indeks VIX terbukti menurunkan pertumbuhan rata-rata keluaran negara-negara EMDE sebesar sekitar 0,2 persen dan pertumbuhan investasi EMDE sekitar 0,6 persentase poin setelah satu tahun. Ketidakpastian kebijakan diukur oleh Index Ketidakpastian Kebijakan Ekonomi (EPU - Economic Policy Uncertainty), ukuran berbasis berita dari ketidakpastian kebijakan. Kenaikan 10 persen secara berkelanjutan dalam indeks EPU AS terbukti mengurangi pertumbuhan keluaran negara-negara EMDE sebesar 0,2 persen, dan pertumbuhan investasi negara-negara EMDE sebesar 0,6 persentase poin setelah satu tahun.9 Dampak tersebut terealisasi sampai batas-batas tertentu setelah berlangsungnya referendum Inggris dan pemilihan presiden AS baru-baru ini. Investor menghindari aset pasar negara berkembang, termasuk Indonesia (Gambar 25 dan Gambar 26). Namun demikian, di Indonesia, penurunan tersebut banyak yang berbalik naik lagi di minggu-minggu berikutnya dan kondisi pasar tetap kuat. 1 Data 2 ibid
adalah untuk tahun 2015
Lihat Long Finance (2016). Lihat World Bank (2015b) untuk analisis pentingnya perdagangan dan investasi Indonesia dengan Tiongkok. 5 Perubahan terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat atau Inggris dapat mempengaruhi pertumbuhan mitra dagangnya baik secara langsung, melalui perubahan permintaan impor, maupun tidak langsung, melalui limpasan (spillovers) produktivitas yang tertanam di dalam perdagangan, atau melalui dampak pada harga barang yang diperdagangkan. 3 4
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
6 Data
perdagangan jasa bilateral sulit untuk dikumpulkan karena sifat dari jasa yang tidak berwujud tetapi juga karena diperlukan kapasitas yang tinggi untuk merekam data tersebut. Data yang ada menunjukkan bahwa ekspor jasa Indonesia kecil nilainya dibandingkan dengan ekspor barang, dan bahwa Amerika Serikat dan Inggris bukanlah negara tujuan utama ekspor jasa ini. Lihat perdagangan Bank Dunia dalam database jasa: http://data.worldbank.org/data-catalog/trade-in-services 7 Lihat Constatntinescu, C., A. Mattoo, dan M. Ruta, (2016) 8 World Bank (2016a) 9 ibid
5. Kondisi keuangan makro dalam negeri yang kuat Setelah mengalami peningkatan demi peningkatan di tahun 2016, kondisi keuangan dalam negeri menjadi stabil di Triwulan ke-1
Kondisi keuangan makro dalam negeri tetap stabil selama Triwulan ke-1 tahun 2017. Berkaitan dengan keuntungan signifikan yang diraih di tahun 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali tahun ini dengan mantap, sementara imbal hasil obligasi cenderung terus menurun. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap merupakan tujuan investasi yang menarik. Kebijakan moneter tetap akomodatif setelah terjadinya pemberlakuan kebijakan penurunan suku bunga sebanyak enam kali di tahun 2016, meskipun Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa ruang untuk pelonggaran lebih lanjut mungkin telah menyempit. Kapitalisasi di sektor perbankan terus membaik, meskipun terjadi peningkatan kredit bermasalah tahun lalu.
Rupiah mengawali tahun ini dengan langkah yang mantap …
Gambar 27: Rupiah mengawali tahun 2017 dengan Rupiah menunjukkan ketahanannya di sepanjang langkah yang mantap (indeks, 3 Januari 2017 = 100) tahun 2016, sebagian 108 karena intervensi BI di IDR/USD pasar mata uang terutama 106 di sekitar saat berlangsungnya pemilihan 104 presiden AS ketika ada tanda-tanda peningkatan volatilitas. Sejak awal 2017, 102 Rupiah terapresiasi sebesar 0,8 persen, sementara mata 100 uang negara-negara JP Morgan EMCI 98 berkembang lainnya terapresiasi rata-rata 96 sebesar 2 persen (Gambar Jan-16 Jul-16 Jan-17 27). Meskipun mungkin Sumber: CEIC; Bloomberg Rupiah dapat mengalami Catatan: Perhitungan staf (Bank Dunia) tekanan tahun ini mengingat adanya kemungkinan normalisasi moneter AS yang terus berlanjut20, secara umum diharapkan tekanan tersebut akan menjadi minimal karena investor sudah memperhitungkan perubahan harga (priced in) yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga Bank Sentral AS.
… demikian juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG telah mengawali tahun 2017 dengan mantap, tetapi tertinggal dari negaranegara setara di kawasan. Kinerja yang baik di tahun 2016 ini terutama disebabkan adanya pembalikan kerugian yang terjadi di tahun 2015. Pemulihan tetap kuat di sepanjang tahun 2016, meskipun terjadi gangguan keuangan global yang signifikan. Sub-indeks pertambangan memimpin kinerja yang baik di tahun 2016, dan stabil di 20 Bank Sentral AS menaikkan suku bunga pada tanggal 15 Maret 2017 - yang pertama dari tiga kali kenaikan tingkat suku bunga yang secara umum diperkirakan akan terjadi di tahun 2017.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Triwulan ke-1 2017. Naiknya harga komoditas diperkirakan akan terus mendukung sektor pertambangan lagi tahun ini. Pertumbuhan di sub-indeks sektor perdagangan juga telah meningkat, dengan peningkatan year-to-date sebesar hampir 5 persen. Pergerakan imbal hasil (yy i e l d ) obligasi mengindikasikan kepercayaan investor di Indonesia yang membaik
Imbal hasil obligasi stabil menyusul kerugian yang terjadi pasca pemilihan presiden AS. Imbal hasil di semua tenor menurun menjadi rata-rata 40 basis poin lebih rendah dari posisi di awal 2017. Lelang obligasi di bulan Januari yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed)21, sekali lagi mencerminkan kepercayaan investor yang kuat pada perekonomian Indonesia.
Gambar 28: IHSG memasuki tahun 2017 dengan awal Gambar 29: Imbal hasil obligasi menurun di tahun yang mantap 2017 mencerminkan kepercayaan investor di (indeks Januari 2017 = 100) Indonesia (persen) 110
10
JCI Properti
100
9
Tambang
90
Barang konsumen
10thn
8
7
80 Perdagangan 70 Jan-16 May-16 Sep-16 Sumber: CEIC Catatan: Perhitungan staf Bank Dunia
Kebijakan moneter tetap akomodatif dan tampaknya telah berdampak pada suku bunga kredit investasi utama
Jan-17
Laporan terbaru oleh BI menunjukkan bahwa kebijakan pelonggaran moneter cenderung akan dipertahankan. Meskipun posisi kebijakan ini sudah jelas, kebijakan yang ada saat ini masih akomodatif. Penurunan tingkat suku bunga BI di semester pertama 2016 tampaknya mulai berdampak ke saluran yang terkait, dengan tingkat suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-masing turun 21
M a re t 2 0 17
30thn
3thn
6 Jan-16
Jul-16
Jan-17
Sumber: CEIC
Gambar 30: Pertumbuhan deposito terus meningkat (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) 18 16 14
Pertumbuhan deposito
12 10 8 6 4 2
Pertumbuhan kredit
7 Day reverse repo rate
0 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Sumber: CEIC; Bank Indonesia
Jul-16
Jan-17
Lihat DJPPR (2017a).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
sebesar 110 dan 76 basis poin , sejak awal tahun 2016. Tingkat suku bunga pada pinjaman konsumsi tetap tidak berubah dan hanya turun sebesar 33 basis poin selama periode yang sama. Namun demikian, tampaknya hal ini tidak mempengaruhi pertumbuhan konsumsi yang tetap sehat. Peningkatan pertumbuhan kredit yang nampak di awal Triwulan ke-4 sepertinya tidak dapat bertahan di tahap ini. Bertahannya pertumbuhan kredit tersebut sebagian dapat dikaitkan dengan kredit bermasalah (NPL - non-performing loan) yang terus meningkat di tahun 2016. Peningkatan NPL tersebut tampaknya telah berbalik dalam beberapa bulan terakhir ini yang dapat menimbulkan efek ikutan (flow-on effect) yang positif terhadap pertumbuhan kredit. Ukuran lain dari kondisi kesehatan keuangan makro dalam negeri adalah rasio kecukupan modal (CAR), yang memberikan satu indikasi (di antara beberapa) dari apakah sistem keuangan sudah memenuhi tolok ukur internasional (Gambar 32). CAR Indonesia naik ke tingkat yang sehat sebesar 23 persen di akhir 2016 - jauh di atas persyaratan yang ditetapkan oleh Basel III. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perbankan sehat meskipun terjadi peningkatan NPL. Pertumbuhan deposito meningkat tajam di akhir 2016. Hal ini sejalan dengan bukti non-ilmiah (anecdotal evidence) yang menunjukkan bahwa sebagian besar arus masuk dari program Amnesti Pajak Pemerintah mungkin hanya disimpan saja di bank (sisanya tampaknya telah masuk ke pasar saham dan obligasi). Gambar 31: Suku bunga kredit konsumsi tetap Gambar 32: Sistem perbankan Indonesia tetap sehat bertahan sedangkan biaya modal kerja telah menurun meskipun terjadi peningkatan kredit bermasalah tajam (persen) (persen) 24
14 Konsumsi
23
4.0
Rasio kecukupan modal
3.5
13 22
Modal Kerja
12
3.0 21
Investasi
2.5
20 11 Jan-15
Jul-15
Sumber: CEIC
Jan-16
Jul-16
Jan-17
Kredit bermasalah (Kanan)
19 Dec-14 Sumber: CEIC
Dec-15
2.0 Dec-16
6. Kebijakan fiskal nampaknya menjanjikan di tahun 2017, reformasi diperkirakan akan berlanjut Tekanan fiskal mereda, progres capaian sampai saat ini nampaknya menjanjikan
M a re t 2 0 17
Di paruh kedua tahun 2016, Pemerintah melakukan beberapa langkah yang mengakibatkan terjadinya konsolidasi fiskal dan peningkatan kredibilitas, termasuk: revisi penurunan target pendapatan; pemotongan belanja; dan mendorong partisipasi yang tinggi dalam tahap pertama dari program amnesti pajak. Akibatnya, defisit fiskal pemerintah pusat untuk tahun 2016 adalah sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan Pemerintah sebesar 2,6 persen dari PDB, dan tetap jauh di bawah batas aturan fiscal sebesar 3 persen dari PDB. Hasil di tahun 2017 sampai saat ini secara keseluruhan nampaknya menjanjikan. Di sisi penerimaan, Pemerintah THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
telah menetapkan target penerimaan yang lebih realistis di dalam APBN tahun 2017 (Gambar 33) dibandingkan dengan tahun 2016, dan realisasi penerimaan nominal tahun-ke-tahun di akhir Februari secara keseluruhan bertumbuh, pulih dari penurunan di Q4 2016. Di sisi pengeluaran, pelaksanaan APBN tahun 2017 sejauh ini mempertahankan momentum tersebut dibandingkan periode yang sama di tahun 2016. Pelaksanaan APBN di bulan Februari menunjukkan defisit fiskal yang relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena pencairan belanja menurun dan penerimaan meningkat. Pembiayaan pemerintah berjalan dengan baik sesuai dengan target. Sampai dengan tanggal 21 Februari Pemerintah telah mengumpulkan pembiayaan sebesar Rp 149 triliun atau 45 persen dari perkiraan defisit anggaran tahun 201722. Penerimaan nonamnesti pajak meningkat, terutama penerimaan terkait komoditas dan PPN
Realisasi penerimaan di dua bulan pertama tahun 2017 secara nominal tumbuh sebesar 8,9 persen tahun-ke-tahun, atau 7,6 persen jika penerimaan yang didapat dari program amnesti pajak dikecualikan (Gambar 34). Pertumbuhan didorong terutama oleh penerimaan yang terkait komoditas, tetapi juga diharapkan dari sumber-sumber pajak lainnya termasuk PPN, yang meningkat lagi setelah penurunan nominal yang mengecewakan di tahun 2016. Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, hal ini masuk akal. Pertumbuhan saat ini pada realisasi penerimaan pajak bulanan belum mampu mengangkat penerimaan secara nominal pada tingkat yang sama dengan tingkat yang dicapai di tahun 2015 atau 2014, pada titik ketika penerimaan pajak harus ditingkatkan terkait dengan tahun-tahun yang didukung oleh reformasi pajak untuk memenuhi target penerimaan tahun ini.
Gambar 33: APBN 2017 yang sudah disetujui mencakup target penerimaan yang lebih realistis (Rp triliun)
O&G related revenues VAT/LGST International trade taxes Other 2,000
1,822 1,786 1,508
Income taxes N-O&G Excises Non-tax revenues N-O&G Total revenues
1,583 1,552
1,750
1,599
1,729 1,676
Gambar 34: Pertumbuhan penerimaan sampai saat ini di tahun ini (yy e a r t o d a t e ) lebih tinggi di tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016, namun masih lebih rendah dari tahun 2015 dan 2014 (kontribusi untuk pertumbuhan penerimaan tahun-ke-tahun, poin persentase) O&G related revenues VAT/LGST International trade taxes 20
Income taxes N-O&G Excises Other Pertumbuhan Total Penerimaan, diluar Pengampunan Pajak
10
1,500 0
1,000
-10
500 0
2015
2016
Actual Budget
2016
2016
2016
2017
R- Outlook Actual Budget Budget (Prelim)
2016
2017 Jan
2017
WB
WB
WB
-20
Pertumbuhan Total Penerimaan
Jan-Feb 2013
Jan-Feb 2014
Jan-Feb 2015
Jan-Feb 2016
Jan-Feb Jan-Feb 2017 2017 excl Tax Amnesty*
Sumber: Kemenkeu; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Migas singkatan dari minyak dan gas, N-Migas singkatan dari non-minyak dan gas; PPnBM singkatan dari pajak penjualan barang mewah; “Lainnya” meliputi: PBB, penerimaan pajak lainnya; PNBP non-minyak dan gas; PNBP lainnya (keuntungan perusahaan publik, penerimaan dari Badan Layanan Umum (BLU), dan PNBP lainnya (PNBP). Pada Gambar 34, Jan-Feb 2015 terlihat pertumbuhan tahun-ke-tahun nol dibandingkan dengan Jan-Feb 2014, yang menyebabkan grafik tidak menunjukkan aliran penerimaan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan untuk tahun tersebut.
22
M a re t 2 0 17
lihat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (2017b)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tahap akhir dari program amnesti pajak akan berakhir di Triwulan ke-1 tahun 2017 dengan kemajuan capaian tahap ketiga yang lambat sampai saat ini
Program amnesti pajak Indonesia akan berakhir dengan berakhirnya tahap ketiga pada tanggal 31 Maret. Penerimaan year-to-date di tahap akhir ini kecil, meskipun sesuai dengan perkiraan Pemerintah yang tidak terlalu besar 23: tambahan Rp 2 triliun dari biaya penebusan telah terkumpul di atas Rp 103 triliun yang terkumpul pada tahun 2016 di tahap satu dan dua, sehingga total keseluruhan menjadi Rp 105 triliun, atau 63,6 persen dari Rp 165 triliun target pemerintah. Repatriasi/pemulangan aset yang berada di luar negeri tetap relatif sangat rendah terhadap target pemerintah, yang mencapai Rp 145 triliun, atau 14,5 persen dari Rp 1.000 triliun target pemerintah. Selain itu, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya sekitar Rp 89,6 triliun, 63,5 persen dari repatriasi aset yang dilakukan di tahap satu dan dua sebenarnya telah direpatriasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2016. 24
Pencairan belanja tetap rendah, namun diperkirakan akan meningkat di Triwulan ke-2
Pada bulan Februari, pencairan anggaran tetap rendah hanya mencapai 11 persen dari total belanja dibandingkan dengan 12 persen pada periode yang sama tahun 2016. Dengan pengecualian dari belanja sosial dan material, total belanja, belanja modal, dan transfer ke Pemerintah Daerah semuanya mencatatkan penurunan nominal dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 (Gambar 35). Hal ini sebagian disebabkan oleh efek dasar dari pencapaian (outturns) yang tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016. Namun demikian, pelaksanaan anggaran diharapkan dapat meningkat di Triwulan ke-2 didukung oleh kelanjutan dari inisiatif pengadaan awal yang dilaksanakan di sejumlah kementerian. Misalnya, pada bulan Januari 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kementerian lini utama dalam melaksanakan proyek-proyek infrastruktur, telah melakukan pengadaan proyek senilai Rp 33 triliun, atau sekitar sepertiga dari alokasi anggaran.25
Belanja fiskal di tahun 2017 akan berfokus pada sektor-sektor infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial melalui belanja pusat dan daerah
Seperti yang sudah dibahas di dalam IEQ (Laporan Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia) edisi bulan Januari 2017, APBN memuat alokasi yang lebih tinggi pada infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial (selain 20 persen dari total alokasi anggaran wajib untuk pendidikan) dan pengurangan lebih lanjut dalam belanja subsidi energi (Gambar 36). Secara khusus, pembangunan infrastruktur tetap menjadi prioritas utama bagi Pemerintah di tahun 201726. Awal tahun 2017, Pemerintah daerah diwajibkan untuk mengalokasikan minimal 25 persen dana transfer umum (dana hibah umum dan dana bagi hasil) untuk infrastruktur. Suntikan modal ke sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait infrastruktur yang diberikan pada tahun 2015 dan 2016 (Rp 29 triliun dan Rp 36 triliun) diharapkan dapat memberikan pengaruh tambahan untuk belanja modal BUMN di tahun 2017.27 Selain itu, dana transfer ke Pemerintah Daerah dan Dana Desa ditetapkan untuk ditingkatkan di tahun 2017 sebesar 8 persen tahun-ke-tahun, kurang lebih setara 23 Lihat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (2017) untuk jumlah terkini dari program amnesti pajak. Angka yang dikutip di sini sebagaimana yang dilaporkan oleh DJP pada tanggal 6 Maret 2017. 24 Data yang dilaporkan oleh DJP selama presentasi berjudul “Apa yang berikutnya setelah amnesti pajak?” UBS Indonesia Conference 2017, 6 Maret, 2017 25 Lihat Detik.com (12 Januari 2017) 26 target pembangunan infrastruktur pemerintah untuk tahun 2017 meliputi 815 km jalan nasional, 550 km jalur kereta api, 13 bandara, dan 55 pelabuhan (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2016) 27 Untuk APBN 2017, Pemerintah mengalokasikan suntikan modal untuk manajemen aset dari Badan Layanan Umum (BLU) dan untuk perusahaan pembiayaan infrastruktur milik negara (BUMN). Tidak ada alokasi yang disediakan langsung ke BUMN infrastruktur.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
dengan jumlah total yang dialokasikan untuk kementerian-kementerian lini. Hal ini mencerminkan komitmen Pemerintah terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal lebih lanjut dan mengembangkan daerah terluar Indonesia. Namun demikian, perbaikan terus menerus dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran di tingkat pusat dan daerah harus dilakukan untuk memastikan bahwa peningkatan alokasi anggaran untuk sektor-sektor kunci diterjemahkan ke dalam hasil yang lebih baik. Gambar 35: Realisasi belanja masih tetap lemah (pertumbuhan belanja aktual Jan-Feb tahun-ke-tahun, persen)
300
2016
250
Gambar 36: Belanja modal diproyeksikan meningkat di tahun 2017, sementara belanja untuk subsidi energi diperkirakan akan menurun (Rp triliun)
242
2017
Capital
200 150 100 50
37
(50)
Energy Subsidies
400
37
62 1
(7)
(100)
45
13
55
300 200
(7)
(8) (53)
100 -
2014
2015
2016
2017
Sumber: Kemenkeu; Perhitungan staf Bank Dunia Note: Angka realisasi bulan Februari 2016 termasuk tambahan hari pengeluaran karena bulan Februari berakhir di tanggal 29, sedangkan pada tahun 2017, bulan Februari berakhir di tanggal 28
Defisit fiskal diproyeksikan menjadi 2,6 persen dari PDB di tahun 2017
Sejalan dengan Perkiraan Makroekonomi di tahun 2017 dan reformasi kebijakan pajak dan administrasi yang sedang berlangsung, Bank Dunia memproyeksikan total penerimaaan akan mencapai Rp 1.676 triliun pada tahun 2017, meningkat delapan persen dalam nominal penerimaan tahun-ke-tahun. Pertumbuhan penerimaan ini diharapkan akan menjadi pertumbuhan dengan basis yang luas, dengan proyeksi peningkatan dalam penerimaan PPh, PPN, cukai dan PNBP. Total pengeluaran diproyeksikan mencapai Rp 2.034 triliun pada tahun 2017, peningkatan nominal sebesar 9,4 persen tahun-ke-tahun, yang sebagian besar didorong oleh proyeksi peningkatan belanja modal. Secara keseluruhan, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,6 persen dari PDB (tidak berubah dari Laporan Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia edisi bulan Januari 2017), lebih tinggi dari APBN tahun 2017 sebesar 2,4 persen dari PDB (Tabel 3). Deficit fiskal yang diproyeksikan lebih tinggi ini mengasumsikan proyeksi penerimaan yang sedikit lebih rendah dari target di dalam APBN (perbedaan sebesar Rp 75 triliun), sebagian besar karena proyeksi yang lebih kecil untuk penerimaan pajak penghasilan nonmigas dan PPN.28 Hal ini juga mengasumsikan bahwa prioritas pemerintah adalah untuk menjaga kenaikan nominal pengeluaran fiskal, khususnya pada belanja modal untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur.
Ada risiko penurunan maupun
Pelambatan dalam reformasi administrasi dan kebijakan pajak merupakan salah satu risiko penurunan (downside risk) terhadap penerimaan. Jika risiko ini terwujud, 28 Proyeksi Bank Dunia untuk penerimaan dari minyak dan gas mengasumsikan tingkat produksi yang lebih rendah, meskipun dengan harga yang lebih tinggi.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
peningkatan terhadap proyeksi penerimaan
perkiraan belanja untuk tahun 2017 akan terpengaruh, dengan risiko pemotongan anggaran yang mirip dengan apa yang terjadi di tahun 2016. Di sisi lain, APBN tahun 2017 mengadopsi asumsi harga minyak mentah yang konservatif, sebesar USD 45 (per barrel) dan asumsi yang juga konservatif untuk komoditas-komoditas lainnya. Dengan demikian, penerimaan terkait sumber daya alam dapat mendatangkan risiko peningkatan (upside risk) yang dapat mengimbangi dampak dari pelambatan reformasi jika memang pelambatan tersebut terwujud. Dalam skenario yang paling optimis, harga komoditas terus tumbuh dan Pemerintah mempercepat reformasi administrasi dan kebijakan pajak. Jika skenario ini terlaksana, maka penerimaan pemerintah mungkin akan melebihi peningkatan yang diperkirakan dan dengan asumsi pengeluaran tidak direvisi meningkat, defisit fiskal kemungkinan akan turun di bawah 2,6 persen. Pemantauan ketat terhadap perkembangan fiskal di triwulan mendatang akan memberikan kejelasan apakah skenario ini lebih memungkinkan untuk terlaksana di akhir tahun.
Pemerintah menerapkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mempercepat pembangunan infrastruktur
Untuk membantu memobilisasi investasi untuk pembangunan infrastruktur, Pemerintah baru-baru ini meluncurkan skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA).29 Ini adalah skema pendanaan alternatif untuk proyek-proyek infrastruktur yang melengkapi inisiatif yang sudah ada untuk mendorong kemitraan pemerintah dan swasta (PPP - public private partnership). Peluncuran skema ini juga ditandai dengan kesepakatan pendanaan (financial closing) dari proyek jalan tol yang dilaksanakan oleh PT Waskita Karya (BUMN konstruksi) sebagai proyek pertama yang mengadopsi skema PINA ini. PT SMI (perusahaan pembiayaan infrastruktur milik negara Indonesia) dan PT Taspen (perusahaan dana pensiun pegawai negeri) secara bersama-sama menyediakan pembiayaan investasi dalam bentuk ekuitas kepada PT Waskita Toll Road, yang saat ini memiliki konsesi 15 ruas jalan tol. Transaksi tersebut dapat memberikan kontribusi penting untuk mengatasi tantangan infrastruktur Indonesia. Namun demikian, perhatian yang terus menerus pada peningkatan peran sektor swasta untuk memastikan penetapan harga berbasis pasar tetaplah penting.
Tim Reformasi mengawasi agenda reformasi yang ambisius ini, yang jika diterapkan, secara signifikan akan meningkatkan rasio pajak terhadap PDB
Tim Reformasi yang baru dari Kementerian Keuangan bekerja cepat untuk menetapkan peta jalan terinci untuk agenda reformasi pajak empat tahun.30 Reformasi ini akan dipusatkan pada tiga pilar administrasi dan satu pilar kebijakan: struktur organisasi dan proses bisnis; sumber daya manusia; sistem TI; dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Strategi baru ini termasuk daftar reformasi yang dengan segera harus disusun (quick-wins) untuk mata/item reformasi yang dimaksudkan untuk segera dilaksanakan oleh Pemerintah di tahun 2017, tetapi yang lebih penting, tim tersebut menetapkan pekerjaan pada reformasi multi-tahun yang mendasar, termasuk investasi dalam sistem TI yang baru. Selain itu, pada administrasi pajak, berakhirnya program amnesti pajak menggeser perhatian pada pertanyaan mengenai apakah Pemerintah akan mampu melakukan sesuatu dengan menggunakan data yang baru dikumpulkan tersebut.
Untuk rincian lebih lanjut, lihat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (12 Februari 2017) Selain Tim Reformasi Perpajakan, Kementerian Keuangan juga menetapkan Tim Penguatan Reformasi Kepabeanan Dan Cukai. Pekerjaan tim ini difokuskan pada satu pilar administrasi dan satu pilar kebijakan: struktur organisasi dan sumber daya manusia; dan peraturan perundang-undangan bea dan cukai. Tim Penguatan Reformasi Bea dan Cukai bertujuan untuk meningkatkan penerimaan bea dan cukai dan mengatasi tantangan yang sudah lama ada di wilayah reformasi bea dan cukai. (BKF, 2017) 29 30
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 37: Rasio pajak terhadap PDB Indonesia Jika Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat berhasil masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang setara menggunakan data yang (persen dari PDB) dikumpulkan untuk meningkatkan kepatuhan 40 2011 2012 2013 2014 dan memperluas basis 35 pajak, maka mungkin ada 30 manfaat jangka panjang 25 dari program amnesti 20 pajak ini. Di sisi kebijakan, 15 reformasi peraturan 10 (regime) PPN dan pajak 5 yang mengatur usaha 0 menengah, kecil dan mikro (PP46) dapat diprioritaskan, sama seperti, mungkin, undangundang pajak penghasilan. Reformasi yang diusulkan Sumber: IMF; Perhitungan Bank Dunia ini pada umumnya berusaha untuk memperluas basis pajak, mengurangi pembebasan (pajak), dan menurunkan biaya kepatuhan. Jika Pemerintah mampu untuk berhasil melewati rintangan legislatif dan melaksanakan reformasi yang positif pada wilayah-wilayah tersebut, maka tahun 2017 akan terbukti menjadi tahun yang besar bagi reformasi struktural yang bermakna. Dengan hadirnya Indonesia di antara negara-negara di kawasan sebagai salah satu negara dengan rasio pajak terhadap PDB yang terendah, ini akan menjadi perkembangan yang positif (Gambar 37).
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tabel 3: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah daripada di APBN tahun 2017 (Rp triliun, kecuali dinyatakan lain) 2015
2016
2016
2017
2017
Aktual teraudit
APBN
Aktual (Prelim)
APBN
Bank Dunia
1.508
1.822
1.552
1.750
1.676
13,1
14,6
12,5
12,8
12,4
1.240
1.547
1.284
1.499
1.435
(% PDB)
10,7
12,4
10,3
10,9
10,6
Pajak penghasilan
602
757
667
788
744
50
41
36
36
36
Non-Migas
553
716
631
752
708
PPN/PPnBM
463
A. Penerimaan (% PDB) 1. Penerimaan pajak
Migas
424
572
411
494
PBB
29
19
19
17
21
Cukai
145
146
143
157
157
Pajak perdagangan internasional
35
40
35
34
41
Bea masuk
31
37
32
34
38
Bea ekspor
4
3
3
0
3
Pajak lainnya 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (% PDB)
6
12
8
9
9
256
274
262
250
237
2,2
2,2
2,1
1,8
1,8
Penerimaan sumber daya alam
101
125
66
87
76
Migas
78
79
45
64
49
Non-Migas
23
46
21
23
26
155
149
197
163
162
Penerimaan bukan pajak lainnya 3. Hibah B. Belanja
12
2
6
1
3
1.806
2.096
1.860
2.080
2.034
15,6
16,8
14,9
15,2
15,0
1.183
1.326
1.149
1.316
1.280
(% PDB)
10,3
10,6
9,2
9.6
9,4
Pegawai
281
348
305
345
329
Barang
233
325
258
270
261
Modal
215
202
165
221
210
Pembayaran bunga pinjaman
156
185
183
221
222
Subsidi
186
183
175
160
159
Energi
(% PDB) 1. Pemerintah Pusat
119
102
107
77
82
BBM
61
64
44
32
33
Listrik
58
38
63
45
49
Non-energi
77
67
81
68
83
Hibah
4
4
7
2
8
Sosial
97
55
50
56
54
Lainnya 2. Transfer ke daerah
10
25
7
41
39
623
770
711
760
753
5,4
6,2
5,7
5,5
5,6
Saldo Keseluruhan
-298
-274
-308
-330
-357
(% PDB)
-2,6
-2,2
-2,5
-2,4
-2,6
Tingkat pertumbuhan PDB rii (%)
4,8
5,3
5,0
5,1
5,2
IHK (%)
6,4
4,7
3,5
4,0
4.3
13.309
13.300
13.359
39
45
55
(% PDB)
Asumsi
Nilai Tukar (Rp/USD) 13.458 13.900 Harga Minyak Mentah 51 50 (USD/barrel) Sumber: Kemenkeu Catatan: Proyeksi Bank Dunia tidak termasuk potensi penerimaan dari amnesti pajak
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
7. Tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan upah riil yang meningkat mendanakan periode pasar tenaga kerja yang ketat, namun kecepatan formalisasi telah melambat Tingkat pengangguran telah menurun karena pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan kerja
Gambar 38: Tingkat pengangguran inti turun ke Tingkat pengangguran tingkat terendah sejak tahun 2012 yang terlihat sedikit (tingkat pengangguran, persen) meningkat di tahun 2015 berbalik di tahun 2016. 12 Data BPS menunjukkan 11 bahwa tingkat Tingkat pengangguran - luas 10 pengangguran inti turun dari 5,1 persen pada bulan 9 Agustus 2015 menjadi 4,6 8 persen pada bulan Agustus 7 2016 (Gambar 38).31 Ini 6 adalah angka 5 pengangguran inti 4 terendah sejak 2012. Hal Tingkat pengangguran - inti ini mencerminkan 3 pertumbuhan lapangan 2 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 kerja yang melampaui pertumbuhan tenaga kerja. Sumber: Sakernas Antara Agustus 2015 dan Agustus 2016, angkatan kerja tumbuh sebesar 2,3 persen menjadi 123,8 juta, sementara jumlah pekerja yang dipekerjakan tumbuh sebesar 3,1 persen menjadi 118,4 juta. Hal ini membuat proporsi penduduk usia kerja yang bekerja menjadi sebesar 62,6 persen, naik dari 61,7 persen pada Agustus 2015, dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 65,5 persen, naik sedikit dari 65,0 persen pada Agustus 2015.32 Namun demikian, perbedaan gender yang besar tetap ada: untuk wanita, TPAK adalah sebesar 49,9 persen dibandingkan dengan TPAK sebesar 81,0 persen untuk laki-laki.
Pertumbuhan upah riil tampaknya telah menguat karena ketatnya pasar tenaga kerja …
Pengetatan pasar tenaga kerja Indonesia juga tampaknya memiliki dampak mendalam pada pertumbuhan upah. Setelah penurunan sebesar 2,6 persen tahun-ketahun di tahun 2015, data BPS menunjukkan bahwa antara Agustus 2015 dan Agustus 2016, median penghasilan bulanan riil tumbuh secara mengejutkan sebesar 22,9 persen (Gambar 39).33 Peningkatan ini diimbangi dengan lompatan serupa untuk median penghasilan bulanan nominal, yang tumbuh sebesar 21,0 persen di waktu yang sama. Mungkin ini sebagian disebabkan karena penyesuaian pertumbuhan upah kembali ke tren yang ada sebelum tahun 2014: selama periode 2014-2015, angka median untuk upah riil menurun sebesar rata-rata 0,3 persen per tahun, sedangkan selama periode 2012-2013, median upah riil tumbuh rata-rata sebesar 4,7 persen per tahun.
‘Tingkat pengangguran inti didefinisikan sebagai proporsi orang-orang yang tidak bekerja tetapi secara aktif mencari pekerjaan. Ini harus dibedakan dari 'pengangguran secara luas', yang juga termasuk mereka yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), mereka yang mendirikan usaha baru, dan mereka yang memiliki pekerjaan di masa depan yang sedang diatur. 32 Populasi usia kerja mencakup semua individu yang berusia 15 tahun ke atas. 33 Meskipun ada perubahan pada kuesioner Sakernas ini antara bulan Agustus 2015 dan bulan Agustus 2016, dan ukuran sampel dikurangi, hal ini seharusnya tidak mempengaruhi keterwakilan data di tingkat nasional. 31
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 39: Pertumbuhan pendapatan riil nampaknya Meskipun semua sektor secara signifikan meningkat di tahun 2016 menikmati pertumbuhan (pendapatan, ribuan Rupiah, Kiri; median pertumbuhan tahun-kependapatan riil yang kuat tahun penghasilan bulanan secara riil, persen, Kanan) di tahun lalu hingga bulan Agustus 2016, beberapa 25 2500 Median pertumbuhan pendapatan riil industri tumbuh lebih 20 (Kanan) cepat daripada yang lain. 2000 Nominal pendapatan bulanan rata-rata 15 Sektor jasa mengungguli (Kanan) 10 pertanian dan industri Pendapatan riil bulanan rata-rata 1500 (Kiri) primer lainnya. Antara 5 bulan Agustus 2015 dan 0 1000 bulan Agustus 2016, -5 median pendapatan riil -10 tumbuh 37,2 persen pada 500 Median pendapatan riil (Kiri) jasa keuangan dan 24,3 -15 Nominal median pendapatan bulanan( Kiri) persen pada layanan jasa 0 -20 kemasyarakatan, sosial, dan pribadi. Sementara itu, peningkatan di sektor Sumber: Sakernas pertambangan dan galian – di mana median pendapatan riil telah menurun tajam dengan rata-rata 7,4 persen per tahun selama tahun 2014 dan 2015 – hanya sebesar 14,4 persen. Oleh karena itu, beberapa sektor belum sepenuhnya mendapatkan pengganti kerugian upah yang dialami selama dua tahun sebelum tahun 2016.
Indonesia terus meningkatkan formalisasi lapangan kerja, didorong oleh perluasan basis sektor lapangan kerja dengan menerima upah …
Gambar 40: Jumlah tenaga kerja: Proporsi pekerja Indonesia melanjutkan yang bekerja pada pekerjaan dengan menerima upah upaya meningkatkan terus meningkat, tetapi dengan tingkat yang jumlah pekerja formal melambat dalam beberapa tahun (jumlah pekerja, juta, Kiri; pertumbuhan tahun-ke-tahun jumlah terakhir, sehingga pekerjaan dengan menerima upah, persen, Kanan) mencapai titik balik di Unpaid family worker (LHS) tahun 2016. Menurut Casual worker (LHS) Wage employed (LHS) definisi resmi BPS, sektor Non-agricultural self-employed (LHS) formal – yang terdiri 58,3 Agricultural self-employed (LHS) juta pekerja pada bulan Growth in wage jobs (RHS) 130 20 Agustus 2016 – hampir 110 melampaui sektor informal 90 – dengan jumlah pekerja 10 34 70 sebesar 60,1 juta pekerja. Hal ini tampaknya 50 0 disebabkan oleh 30 pertumbuhan upah kerja, 10 yang terdiri dari 38,7 -10 -10 persen dari angkatan kerja di bulan Agustus 2016 Sumber: Sakernas (Gambar 40). Sebaliknya, proporsi pekerja mandiri non-pertanian – sekitar setengah dari mereka tergolong 2016
2014
2015
2013
2011
2012
2010
2009
2008
2007
2006
2004
2005
2003
2002
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
… namun pertumbuhan upah ini belum dinikmati secara merata di seluruh perekonomian Indonesia
34 Definisi resmi BPS dari pekerja tetap menggunakan informasi status pekerjaan - termasuk apakah seseorang adalah pekerja penerima upah atau pekerja mandiri - dan sektor atau industri dari pekerjaannya. Beberapa publikasi BPS menggunakan definisi yang disederhanakan, yang mengklasifikasikan hanya pekerja upah dan pengusaha wiraswasta yang dibantu oleh satu atau lebih pekerja tetap formal. Menurut definisi sederhana ini, ada 50,2 juta pekerja formal dan 68,2 juta pekerja informal di Indonesia pada bulan Agustus 2016.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
formal, dan yang membentuk hampir semua sisa sektor formal – relatif konstan. … namun laju formalisasi telah melambat dalam beberapa tahun terakhir ini
Namun, meskipun perluasan sektor formal berlanjut hingga 2016, pertumbuhan baru dalam jumlah pekerjaan dengan menerima upah relatif lambat. Jumlah pekerja penerima upah tumbuh rata-rata hanya 2,9 persen per tahun selama periode 20132016, dibandingkan dengan 9,8 persen dalam empat tahun sebelumnya. Pelambatan dalam penciptaan lapangan kerja dengan menerima upah ini menghadirkan potensi perangkap di masa depan bagi upaya untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kemakmuran bersama, karena penciptaan pekerjaan produktif tetap menjadi bagian penting dari berbagi keuntungan dari pertumbuhan ekonomi.
8. Kemiskinan dan ketimpangan terus menurun Gambar 41: Penurunan angka kemiskinan antara Angka kemiskinan resmi September 2015 dan September 2016 lebih besar dari adalah 10,7 persen pada bulan September 2016, 0,4 tahun-tahun terakhir, namun tetap lebih kecil dari persen lebih rendah dari di tingkat penurunan sebelum tahun 2011 (tingkat kemiskinan, persen, Kiri; perubahan angka kemisikinan, bulan September 2015. poin persentase, Kanan) Penurunan baru-baru ini 2.5 20 adalah lanjutan dari 18 penurunan pertama yang 2 16 nampak di bulan Maret 1.5 Tingkat Kemiskinan (Kiri) 2016, ketika tingkat 14 1 kemiskinan turun 0,4 poin 12 persentase tahun-ke-tahun. 10 0.5 Pada saat yang sama, angka 8 0 kemiskinan turun 0,7 poin 6 persentase selama setahun, -0.5 4 menjadi 27,8 juta orang Perubahan dalam tingkat -1 kemiskinan, tahun-ke-tahun 2 pada bulan September (Kanan) 2016. Meskipun laju -1.5 0 penurunan kemiskinan sudah lebih baik dari stagnasi antara tahun 2013 Sumber: Susenas dan 2015 (Gambar 41), ini Catatan: M adalah Maret dan S untuk September masih lebih lambat daripada laju penurunan kemiskinan antara tahun 2007 dan 2011, yang rata-rata sebesar 1,1 poin persentase per tahun35.
Garis kemiskinan hanya mengalami sedikit peningkatan pada bulan September 2016, karena harga makanan yang stabil
Tren penurunan tingkat inflasi dan harga makanan yang stabil telah bertahan sejak pengkinian (update) yang terakhir mengenai kemiskinan36, dan terus berkontribusi bagi pengentasan kemiskinan. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan yang relatif kecil di garis kemiskinan. Garis kemiskinan di bulan September 2016 hanya naik sebesar 5,0 persen tahun-ke-tahun menjadi Rp 361.990, kurang dari kenaikan di bulan September antara tahun 2014-2015 (10,4 persen) dan 2013-2014 (6,6 persen).
Koefisien Gini, ukuran ketimpangan, juga
Koefisien Gini untuk bulan September 2016 adalah 39,4, atau 0,8 poin lebih rendah dari pada bulan September 2015 (Gambar 42). Setelah bertahan stagnan antara tahun 2011 dan 2015, koefisien Gini sekarang telah turun selama tiga periode survei
2006 2007 2008 2009 2010 2011M 2011S 2012M 2012S 2013M 2013S 2014M 2014S 2015M 2015S 2016M 2016S
Tingkat kemiskinan terus menurun di tahun 2016
Penting untuk dicatat bahwa angka kemiskinan di bulan September tidak langsung sebdaning dengan angka kemiskinan di bulan Maret, karena kemiskinan musiman belum dipahami dengan baik. 36 Lihat World Bank (2016b). Bagian A, Sub-bagian 7. 35
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
menurun
secara berturut-turut.
Meskipun Koefisien Gini turun, strata 40 Terbawah masih tertinggal
Pendorong utama dari penurunan Koefisien Gini antara bulan September 20152016 adalah pertumbuhan konsumsi yang tinggi dari masyarakat yang tergolong strata 40 Menengah (Kuintil konsumsi 3 dan 4) (Tabel 4). Mengulang perubahan total konsumsi nasional yang terjadi di bulan Maret 2015-2016, data di bulan September 2016 menunjukkan bahwa pangsa strata 40 Menengah meningkat 1,63 poin persentase, terutama dengan mengorbankan strata 20 Teratas (Kuintil 5), yang pangsa konsumsinya menurun 1,29 poin persentase. Namun, rumah tangga strata 40 Terbawah juga mengalami penurunan sebesar 0,34 persen di dalam pangsa konsumsi mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun strata 40 Menengah mulai mengejar strata 20 Teratas, strata 40 Terbawah masih tertinggal.
Gambar 42: Setelah naik dalam kurun waktu lama, koefisien Gini telah menurun secara tahun-ke-tahun selama tiga periode survei berturut-turut (Koefisien Gini, poin; perubahan koefisien Gini, poin) 45 Gini (Kiri)
40
Sept 2015
40 Terbawah 17,45
40 Menengah 34,70
Sept 2016
17,11
36,33
46,56
Δ 2015-2016
-0,34
+1,63
-1,29
4
Periode
3 3 2 2
35
Tabel 4: Ketimpangan terus menurun karena meningkatnya konsumsi warga yang berada di dalam strata 40 Menengah, tetapi yang berada di dalam strata 40 Terbawah masih tertinggal (distribusi konsumsi nasional di Indonesia, September 2015 - 2016) 20 Teratas 47,85
1 1
30
0 25
2016S
2015S
2014S
2013S
-1 2012S
2011S
2010
2008
2006
2004
2002
2000
20
-1
perubahan yoy (Kanan)
-2
Catatan: S di sumbu x adalah untuk bulan September. Perubahan tahun-ke-tahun untuk data September, yang hanya tersedia sejak 2011 disoroti dengan warna ungu.
Namun demikian, masih diperlukan banyak pekerjaan untuk menurunkan ketimpangan dan memenuhi target Pemerintah
Sumber: Berita Resmi Statistik No.15/02/Th.xx (BPS 2017)
Meskipun terjadi penurunan baru-baru dalam koefisien Gini, ketimpangan tetap jauh lebih tinggi dari pada tahun 2000, setelah Indonesia pulih dari krisis keuangan Asia. Antara tahun 2000 dan 2011, koefisien Gini meningkat dari 30 menjadi 41, menjadikannya salah satu negara dengan ketimpangan yang meningkat paling cepat di wilayah. Pemerintah Indonesia telah membuat upaya penurunan ketimpangan sebagai prioritas, dan telah menetapkan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) untuk menurunkan koefisien Gini menjadi 36 pada tahun 2019. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan upaya bersama untuk mengatasi pendorong utama ketimpangan: memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan akses terhadap pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik untuk semua orang, membangun ketahanan terhadap guncangan, dan menerapkan kebijakan fiskal yang lebih inklusif.37
37 Lihat World Bank (2015) untuk analisis terinci pada pendorong meningkatnya ketimpangan di Indonesia.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
9. Prospek pertumbuhan ekonomi dan risiko Fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat
Secara keseluruhan, fundamental ekonomi Indonesia terus menguat, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, defisit transaksi berjalan yang rendah dan defisit fiskal yang konservatif. Prospek ekonomi terus positif, didukung oleh pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi, sementara proyeksi peningkatan dalam perekonomian global dan pemulihan harga komoditas, meningkatkan baik investasi maupun ekspor.
Pertumbuhan PDB diperkirakan mencapai 5,2 persen tahun ini
Tahun 2016 adalah pertama kalinya dalam lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi tahunan melampaui hasil tahun sebelumnya, dan dapat menjadi indikasi bahwa siklus pertumbuhan Indonesia akhirnya mencapai titik baliknya dan mulai meningkat. Selain itu, dengan semua komponen pengeluaran diperkirakan menjadi semakin stabil, pertumbuhan PDB riil diproyeksikan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 201738, dan terus meningkat ke 5,3 persen pada tahun 2018 (Tabel 5).
Konsumsi sektor swasta, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor diproyeksikan akan meningkat
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan meningkat karena nilai Rupiah yang stabil mengangkat kepercayaan konsumen, sementara lonjakan dua digit dalam upah riil serta tingkat pengangguran yang rendah meningkatkan daya beli konsumen. Pertumbuhan investasi swasta juga siap untuk meningkat sebagai efek dari pelonggaran kebijakan moneter pada tahun 2016 dan reformasi ekonomi barubaru ini yang mendapatkan pijakan. Pemulihan harga komoditas yang terus berlanjut, disertai dengan peningkatan pertumbuhan kredit dan peningkatan kredibilitas fiskal saat ini, juga cenderung mendukung belanja investasi. Sementara itu, investasi publik diperkirakan akan meningkat tahun ini, karena pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan investasi infrastruktur. Karena harga komoditas dan perekonomian global menjadi semakin mantap, serta penerimaan fiskal dan permintaan eksternal yang marak, belanja pemerintah dan ekspor kemungkinan akan pulih dari kontraksi yang dialami pada tahun 2016.
Reformasi struktural harus dilanjutkan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan
Sementara peningkatan harga komoditas memberikan daya tahan, dan tingkat pertumbuhan PDB dalam jangka menengah diproyeksikan untuk melampaui tingkat yang dicapai beberapa tahun terakhir ini, harga komoditas dan tingkat pertumbuhan PDB tersebut secara signifikan lebih rendah daripada yang terlihat sesaat setelah krisis keuangan, karena perekonomian pulih dari penurunan global. Dengan demikian, upaya kebijakan yang lebih banyak lagi dan melanjutkan semangat reformasi struktural harus dilakukan untuk lebih meningkatkan potensi pertumbuhan perekonomian, agar terhindar dari pemahaman bahwa tingkat pertumbuhan yang relatif lebih lambat saat ini sebagai suatu kondisi normal yang baru.
Perubahan tak terduga dalam kebijakan moneter AS dan volatilitas keuangan dapat menimbulkan risiko
Risiko terhadap perkiraan pertumbuhan condong ke sisi penurunannya. Bank Sentral AS diperkirakan akan meningkatkan suku bunga antar-bank (Fed Funds Rate) secara bertahap di tahun-tahun mendatang 39. Jika peningkatan suku bunga Federal ini lebih tinggi dari yang diperkirakan, maka efeknya adalah terjadinya arus modal yang keluar dari pasar negara berkembang secara besar-besaran seperti efek Taper Tantrum yang pernah terjadi oleh karena para investor dengan segera mengevaluasi
38 Ini merupakan revisi penurunan sebesar 0,1 persentase poin dari IEQ (Laporan Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia) edisi Januari 2017. 39 Kenaikan pertama terjadi pada tahun 2017 sebesar 25 basis poin terjadi pada tanggal 15 Maret, sesuai dengan perkiraan.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
yang merugikan
dan menyeimbangkan portofolio mereka untuk mengurangi risiko.40 Volatilitas seperti ini di pasar modal dan keuangan global dapat membebani pertumbuhan Indonesia dalam jangka menengah.
Kejutan politik lebih lanjut yang terjadi di Uni Eropa dapat meningkatkan ketidakpastian kebijakan global
Setelah referendum Inggris mengguncang Uni Eropa pada tahun 2016, hasil yang mengejutkan dari serangkaian pemilu berisiko tinggi di Perancis, Jerman, Belanda, dan mungkin Italia yang mendatang, dapat semakin meningkatkan ketidakpastian kebijakan global pada negara-negara maju. Ketidakpastian tersebut, di tengah meningkatnya sentimen proteksionisme, dapat memiliki efek peredam yang parah pada perdagangan dan arus keuangan global.
Risiko dalam negeri termasuk terjadinya inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan secara berkepanjangan…
Karena kenaikan harga dari barang-barang yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) tahun ini, suatu periode inflasi tinggi yang berkepanjangan menimbulkan risiko penurunan yang utama bagi pertumbuhan konsumsi. Konsumen pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga, terutama makanan, sementara konsumsi swasta merupakan bagian terbesar dari PDB. Apabila inflasi tetap tinggi dalam kurun waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan, pengeluaran konsumen dapat menurun, yang mengakibatkan menurunnya pertumbuhan keluaran. Selain itu, Bank Indonesia dapat dipaksa untuk bertindak dengan memperketat kebijakan moneter, yang juga akan menurunkan pertumbuhan investasi.
… serta lemahnya penerimaan
Pada saat yang sama, penerimaan fiskal yang lemah terus menimbulkan risiko yang merugikan yang menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi. Penerimaan yang lebih rendah dapat membatasi pengeluaran fiskal dan investasi infrastruktur yang masih banyak dibutuhkan41.
40 Taper tantrum adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah (Treasury (Bonds)) AS yang terjadi pada tahun 2013, karena pengumuman dari upaya Bank Sentral AS untuk mengurangi pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing - QE) program pembelian aset, atau lebih sederhananya, jumlah uang yang disalurkan oleh Bank Sentral AS ke dalam perekonomian. Taper tantrum terjadi ketika investor panik karena bereaksi terhadap berita mengenai perampingan ini dan menarik uang mereka dengan cepat keluar dari pasar obligasi, yang secara drastis meningkatkan imbal hasil obligasi. Arus keluar sejumlah besar modal dari beberapa negara pasar berkembang utama juga terjadi, yang menyebabkan nilai tukar masing-masing negara jatuh. 41 ADB (2017) memperkirakan bahwa kesenjangan infrastruktur Indonesia adalah antara 4,7-5,1 persen dari PDB.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tabel 5: Indikator perekonomian utama (persen, kecuali dinyatakan lain) Revisi dari IEQ sebelumnya
Tahunan 2016
2017p
2018p
2017
5,0
5,1
5,2
-0,2
Konsumsi pemerintah
-0,1
2,8
3,8
0,6
Pembentukan modal tetap bruto
4,5
5,7
6,0
-0,5
Ekspor barang dan jasa
-1,7
2,0
2,4
0,5
Impor barang dan jasa Produk Domestik Bruto
-2,3
1,0
2,0
-0,6
5,0
5,2
5,3
-0,1
Indeks harga konsumen
3,5
4,3
3,8
-0,1
Deflator PDB
2,5
3,5
3,2
-0,8
Nominal PDB
7,6
8,8
8,7
-1,0
13.300
13.359
13.450
59
1. Indikator perekonomian utama Pengeluaran konsumsi swasta
2. Indikator perekonomian lainnya
3. Asumsi Ekonomi Nilai Tukar (Rp/USD)
Harga minyak mentah Indonesia (USD/bl) 51 54 59 3 Sumber: BPS; BI; CEIC; Proyeksi staf Bank Dunia Catatan: Angka untuk tahun 2016 adalah untuk hasil yang sebenarnya. P singkatan dari perkiraan. Perbedaan statistik dan perubahan persediaan tidak disajikan dalam tabel ini. Semua komponen PDB didasarkan pada data PDB terbaru. Nilai tukar dan asumsi harga minyak mentah adalah data rata-rata tahunan. Revisi adalah sesuai dengan proyeksi di dalam I E Q (Laporan Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia) edisi Januari 2017.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
B. Topik Fokus
1. Mengupayakan kebijakan perdagangan jasa yang tepat untuk pembangunan Indonesia Jasa menjadi semakin penting bagi perekonomian dan perdagangan Indonesia. Namun demikian, pangsa jasa di dalam PDB masih di bawah dari banyak negara berpendapatan menengah lainnya. Hal ini sebagian karena tingginya hambatan perdagangan jasa di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Artikel ini membahas kemungkinan dampak pembatasan perdagangan pada pengembangan sektor jasa di Indonesia. Artikel ini menekankan pentingnya untuk mengevaluasi kembali pembatasan tersebut dan meningkatkan persaingan untuk membantu mengembangkan potensi sektor jasa untuk kepentingan perekonomian secara keseluruhan. Gambar 43: Pangsa jasa Indonesia di dalam PDB berada di bawah rata-rata negara berpendapatan menengah (USD miliar)
Gambar 44: Perdagangan jasa lebih tahan banting dibandingkan dengan perdagangan barang (USD miliar) 102 96
20 Perdagangan barang (Kiri)
18
90
16
84 78
M a re t 2 0 17
12
72
10
66
8
60 Mar-11 Sumber: Indikator Pembangunan Dunia (World Development Indicators
14 Perdagangan jasa (Kanan)
Jun-12
Sep-13
Dec-14
Mar-16
6
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32
Melanjutkan perubahan
Sektor jasa adalah pendorong pertumbuhan yang menjanjikan di Indonesia, meskipun pangsanya dalam PDB masih lebih rendah dari banyak negara berpendapatan menengah lainnya
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Di dalam pembangunan ekonomi, pendorong utama pertumbuhan ekonomi biasanya bergeser dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (industri), dan kemudian ke sektor tersier (jasa). Akibatnya pangsa jasa di dalam perekonomian cenderung untuk meningkat secara signifikan. Indonesia tidak terkecuali, meskipun pangsa jasa lebih rendah daripada di banyak negara-negara berpenghasilan menengah lainnya (Gambar 43). Kemajuan teknologi telah membuat jasa lebih dapat diperdagangkan di seluruh perbatasan, seperti melalui alih daya (outsourcing) operasional bagian administrasi (back office), pergerakan sementara penyedia layanan, dan penjualan daring (online). Memang, perdagangan jasa global telah berkembang lebih cepat daripada perdagangan barang. Hal ini juga terjadi di Indonesia, di mana perdagangan jasa lebih tahan banting dibandingkan dengan perdagangan barang, yang telah mengalami pelambatan dalam beberapa tahun terakhir ini (Gambar 44). Dengan kebijakan yang tepat, perdagangan jasa memiliki potensi untuk tampil sebagai salah satu pendorong pertumbuhan. Sama seperti dua kaki yang berjalan bersama-sama, manfaat dari baik perdagangan barang maupun jasa haruslah saling memperkuat.
a. Pandangan umum perdagangan jasa Indonesia Jasa menunjukkan peningkatan pangsa dalam ekonomi dan perdagangan Indonesia
Jasa menyumbang sekitar 45 persen dari PDB Indonesia. Sektor ini telah tumbuh sebesar rata-rata 6,8 persen per tahun sejak tahun 2001, lebih cepat dari sektor industri dan pertanian (Gambar 45). Di awal tahun 2016, 53,6 persen penduduk Indonesia yang bekerja - atau 64,7 juta pekerja - bekerja di sektor jasa. Lebih dari 2 juta pekerjaan baru ditambahkan oleh sektor jasa di tahun 2015 saja.42 Pertumbuhan di sektor jasa telah berbasis luas. Sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan tingkat pertumbuhan rata-rata yang paling tinggi, sebesar 12,1 persen per tahun sejak tahun 2001, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 6,9 persen per tahun. Perdagangan jasa telah berkembang dengan tingkat tahunan rata-rata sekitar 6 persen untuk ekspor dan 4 persen untuk impor sejak tahun 2005. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh jasa transportasi dan komunikasi, dan jasa perjalanan wisata, yang mendominasi perdagangan jasa dan telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi (Gambar 46).
Gambar 45: Jasa memiliki pangsa tertinggi dalam perekonomian dan sektor yang tercepat berkembang (PDB dalam Rp triliun, Kiri; pertumbuhan dalam persen; harga tetap 2000, Kanan) Agriculture
Industry
Services
Pertumbuhan jasa (kanan)
10,000 8,000 6,000 4,000
9% 6%
Pertumbuhan industri (kanan) Pertumbuhan pertanian (kanan)
2,000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
M a re t 2 0 17
3%
Tourism
Business
Transport
Other services
35 30 25 20 15
0% -3%
42
Gambar 46: Ekspor dan impor jasa telah berkembang pesat dalam dekade terakhir (USD miliar)
-6%
10 5 0
export
import
export
import
export
import
2005 2010 2015 Sumber: T r a d e m a p ; Perhitungan staf Bank Dunia
Data jumlah penduduk di atas usia 15 tahun menurut status pekerjaan utama dari SAKERNAS.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Pentingnya jasa bagi pertumbuhan Indonesia ditegaskan oleh keterkaitan ke depan-nya yang kuat ke seluruh perekonomian
Jasa merupakan masukan utama produksi di berbagai sektor perekonomian Indonesia.43 Jasa berkontribusi sebesar sekitar 44 persen dari nilai masukan antara (intermediate input) untuk sektor pertambangan, 32 persen untuk sektor pertanian, dan 21 persen untuk sektor manufaktur. Delapan dari dua belas sektor jasa yang utama memiliki skor keterkaitan ke depan lebih tinggi dari rata-rata semua sektor dalam perekonomian. Misalnya, 21 persen dari keluaran jasa lingkungan dimanfaatkan oleh industri minyak mentah dan 20 persen digunakan oleh industri farmasi. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang diterapkan pada sektor jasa juga akan memiliki implikasi yang besar bagi daya saing sektor-sektor lainnya.
Indonesia adalah pengimpor bersih jasa karena permintaan melebihi pasokan di sebagian besar sektor jasa
Gambar 47: Sepuluh dari dua belas sektor jasa Seperti di sektor-sektor memiliki kelebihan permintaan, dua lainnya ekonomi lainnya, memiliki kelebihan pasokan perdagangan dapat (kelebihan pasokan, persen, Kiri; 100 persen, Kanan) memainkan peran kunci untuk mengisi kesenjangan 20 20 permintaan atau pasokan 15 15 yang ada. Untuk 10 10 mengevaluasi kesenjangan seperti itu di sektor jasa, 5 5 kami menggunakan tabel 0 0 Input-Output yang -5 -5 membandingkan -10 -10 permintaan dalam negeri dan keluaran dalam negeri dari setiap sektor jasa, setelah permintaan internasional (ekspor) dikeluarkan dari komponen permintaan total. Estimasi Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan tabel I-O menunjukkan bahwa 10 dari Indonesia tahun 2010, BPS (2015) 12 sektor jasa memiliki kelebihan permintaan (Gambar 47). Ini berarti bahwa sebagian dari permintaan dalam negeri di sektor jasa tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri dan harus dipenuhi oleh impor sebagai gantinya. Jasa lingkungan memiliki kelebihan permintaan yang terbesar, dengan permintaan dalam negeri melebihi produksi dalam negeri sebesar 27 kali, meskipun sektor ini secara keseluruhan kecil. Salah satu alasan bagi kelebihan permintaan yang besar ini adalah teknologi khusus yang digunakan oleh sektor ini yang seringkali tidak dapat disediakan oleh penyedia dalam negeri, seperti pengelolaan sampah di sub-sektor minyak mentah.44 Layanan transportasi juga memiliki kesenjangan pasokan dalam negeri, dengan 6,5 persen dari total permintaan yang harus disediakan oleh penyedia transportasi internasional. Jasa tersebut merupakan kunci bagi para eksportir dan importir barang dan kemampuan untuk memanfaatkan penyedia transportasi asing adalah kunci dalam mempertahankan daya saing mereka. Dua sektor yang memiliki kelebihan pasokan jasa adalah sektor distribusi dan rekreasi, dan pasar internasional menyerap sekitar 15,5 persen dan 4,3 persen dari pasokan mereka, masing-masing.
43 Menurut tabel Input-Output Indonesia 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015. 44 Sub-sektor ini adalah pengguna terbesar, yang mengkonsumsi atau menggunakan 21 persen dari total jasa lingkungan.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
b. Pembatasan perdagangan dan produktivitas jasa Indonesia Indonesia memiliki beberapa hambatan yang paling ketat untuk perdagangan jasa di antara 42 negara pembanding
Gambar 48: Indeks pembatasan perdagangan jasa Terlepas dari Indonesia pentingnya penyediaan jasa yang (indeks*) efisien bagi Legal perekonomian dan Motion pictures Air transport defisit pasokan yang Logistics freight forwarding ada, Indonesia Telecom mempertahankan Commercial banking pembatasan yang Insurance cukup banyak untuk Logistics cargo-handling Accounting perdagangan jasa. Broadcasting Data dari OECD Courier menunjukkan bahwa Maritime transport Indonesia memiliki Distribution Construction tingkat pembatasan Rail freight transport yang lebih tinggi, Sound recording yang diukur dengan Indonesia Road freight transport Index Pembatasan Logistics storage and Perdagangan Jasa Computer Average across Logistics customs brokerage (STRI - Services Trade countries Architecture Restrictiveness Index) di Engineering seluruh 22 sektor 0.0 0.3 0.5 0.8 1.0 yang disurvei di 42 negara-negara Sumber: OECD berpenghasilan tinggi Catatan: * indeks mengambil nilai antara nol dan satu, dengan satu sebagai yang paling ketat dan menengah yang datanya tersedia (Gambar 48, Tabel 6). Untuk semua sektor, Indonesia berada di bagian atas desil negara dalam hal pembatasan, kecuali untuk jasa arsitektur, teknik dan jasa kurir. Indonesia juga memiliki skor STRI tertinggi di antara semua negara yang datanya tersedia dalam jasa pengiriman logistik, film, rekaman suara, telekomunikasi, distribusi dan perbankan umum. Dan sektor seperti jasa layanan hukum memiliki skor yang mendekati skor maksimum yang memungkinkan, yaitu 1, menunjukkan adanya tingkat pembatasan perdagangan yang menyeluruh (pervasive). Pembatasan di sektor ini di Indonesia termasuk larangan bagi pengacara asing untuk mendirikan praktek layanan hukum secara komersial di negeri ini, sesuatu yang diperkenankan di banyak negara sampel. Satu-satunya kemungkinan untuk memanfaatkan ahli hukum asing adalah pengacara Indonesia menyewa pengacara asing untuk memberikan nasihat mengenai hukum negara asing.
Kotak 2: Indeks Pembatasan Perdagangan Jasa Index Pembatasan Perdagangan Jasa (STRI) OECD adalah alat berbasis bukti yang membantu untuk mengidentifikasi langkah-langkah kebijakan untuk membatasi perdagangan. Hal ini dihitung berdasarkan database peraturan yang berisi informasi mengenai peraturan di 22 sektor jasa yang dikumpulkan dari 34 anggota OECD, sebagai tambahan dari Brazil, Tiongkok, Kolombia, India, Indonesia, Latvia, Rusia, dan Afrika Selatan. 22 sektor jasa tersebut adalah: jasa layanan komputer, jasa konstruksi, jasa layanan hukum, jasa akuntansi, jasa arsitektur, jasa teknik, jasa telekomunikasi, jasa distribusi, penyiaran, film, rekaman suara, perbankan umum, asuransi, transportasi udara, transportasi laut, transportasi angkutan jalan, transportasi angkutan kereta api, jasa kurir, jasa penanganan logistik kargo, jasa penyimpanan logistik dan gudang, jasa pengiriman logistik, dan jasa perantara logistik kepabeanan. Informasi peraturan dari sektor ini sebagian besar diambil dari perundang-undangan nasional yang tersedia di situs publik. Berdasarkan informasi kualitatif di dalam database, indeks komposit digunakan untuk mengukur pembatasan yang teridentifikasi di
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
lima kategori kebijakan standar, yang meliputi pembatasan masuknya pihak asing, pembatasan pergerakan orang, pembatasan untuk persaingan, transparansi peraturan, dan langkah-langkah diskriminatif lainnya. Sebagian besar langkah-langkah di dalam database regulasi STRI memiliki jawaban biner (binary) (ya/tidak) dan skor biner tersebut diterapkan secara langsung. Langkah-langkah yang memiliki jawaban numerik dipecah pada ambang batas di mana skor biner tersebut diterapkan. Skor mengambil nilai antara nol dan satu. Keterbukaan penuh untuk perdagangan dan investasi memberikan skor nol, sementara yang benar-benar tertutup bagi penyedia jasa asing menghasilkan skor satu. Indeks saat ini tersedia untuk tahun 2014 dan 2015, dan 2016 untuk beberapa negara.
Pembatasan yang tinggi ini mungkin telah berkontribusi pada produktivitas yang relatif rendah dari jasa Indonesia dibandingkan dengan negaranegara pembanding
Gambar 49: Indonesia memiliki produktifitas yang Bukti internasional relatif rendah di sejumlah sektor jasa menunjukkan bahwa (USD ribu) dengan menekan persaingan, hambatan Indonesia Korea Malaysia Philippines Thailand dalam perdagangan jasa 45 mengurangi efisiensi 40 45 jasa. Hal ini sesuai 35 dengan kasus di 30 Indonesia, di mana 25 pembatasan terhadap jasa 20 yang relatif tinggi 15 berkaitan dengan 10 produktivitas tenaga kerja 5 sektor jasa yang rendah 0 dibandingkan dengan negara-negara pembanding. Produktivitas jasa diukur Sumber: Database GGDC sebagai total nilai tambah Catatan: data adalah untuk tahun 2010, harga tetap tahun 2005 dari masing-masing sektor terhadap total tenaga kerja sektor tertentu, yang diambil dari database Groningen Growth Development Center (GGDC). Menurut data ini produktivitas sektor jasa Indonesia umumnya lebih rendah daripada kebanyakan negara-negara lain di kawasan (Gambar 49). Di antara sektor-sektor yang datanya tersedia,46 Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang sebanding dengan negara-negara utama lainnya di kawasan hanya dalam jasa konstruksi. Produktivitas di sektor ini meningkat dari USD 3.600 per pekerja pada tahun 2000 menjadi sekitar USD 5.000 per pekerja di tahun 2010-11. Sebaliknya, produktivitas Indonesia merupakan yang terendah dari negara-negara pembanding untuk jasa perdagangan, jasa perhotelan dan restoran; jasa transportasi dan komunikasi; jasa keuangan, jasa asuransi, jasa real estat dan jasa perusahaan; dan jasa perorangan, dan jasa sosial dan kemasyarakatan. Misalnya, produktivitas jasa perdagangan, jasa perhotelan dan restoran adalah USD 2.700 per pekerja pada tahun 2011, yang lebih rendah dari Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Pembatasan juga membebani produktivitas sektor manufaktur karena
Mengingat pentingnya jasa sebagai masukan untuk produksi, pembatasan perdagangan di antara sektor jasa juga meningkatkan biaya produksi dan membebani produktivitas perusahaan di sektor-sektor ekonomi lainnya. Duggan, Rahardja dan Varela (2013) menemukan bahwa melonggarkan kebijakan bagi FDI di sektor jasa Lihat misalnya Bank Sentral Eropa (2006) dan Komisi Produktivitas Seldania Baru (2014). Sektor yang dianalisis adalah: jasa konstruksi; perdagangan, jasa perhotelan dan restoran; jasa transportasi dan komunikasi; jasa keuangan, asuransi, real estat dan jasa perusahaan; jasa perorangan, dan jasa layanan sosial dan kemasyarakatan. 45 46
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36
Melanjutkan perubahan
jasa merupakan masukan utama untuk produksi dan ekspor manufaktur
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
selama tahun 2000-an berkaitan dengan perbaikan kinerja yang dirasakan dari sektor jasa,47 dan dengan peningkatan sebesar sekitar 8 persen pada faktor produktivitas total produsen. Peningkatan ini terutama didorong oleh pembatasan yang lebih rendah dalam jasa transportasi, distribusi dan tenaga listrik, sejalan dengan pentingnya jasa layanan tersebut dalam produksi barang manufaktur Indonesia. Hasil tersebut juga sesuai dengan banyak bukti empiris yang muncul dari negaranegara berkembang lainnya.48
c. Mengurangi hambatan perdagangan jasa untuk kepentingan perekonomian Penting untuk mengevaluasi kembali pembatasan perdagangan jasa mengingat dampaknya pada perekonomian secara keseluruhan …
Temuan ini menunjukkan Gambar 50: Pembatasan ekuitas asing di sektor jasa telah menurun namun masih lebih tinggi dari sektorpentingnya mengkaji sektor lainnya kebijakan yang ada pada pembatasan perdagangan (pangsa dari sektor dengan setidaknya pembatasan satu modal asing jasa untuk mengamankan di DNI - Daftar Negatif Investasi) ketersediaan jasa layanan 60% berkualitas dan mendukung daya saing 50% ekonomi. Sebagian besar dari pembatasan ini 40% Tertier muncul karena adanya peraturan umum yang 30% berlaku untuk semua 20% sektor dalam Primer perekonomian. Misalnya, 10% posisi manajemen tertentu Sekunder di perusahaan-perusahaan 0% Indonesia dikhususkan 2007 2010 2014 2016 bagi warga negara Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan keputusan Daftar Indonesia. Meskipun hal Negatif Investasi (DNI) ini mungkin melindungi Catatan: pangsa dihitung dari 1.456 sektor KBLI-5 digit pekerja terampil Indonesia tertentu, hal ini juga dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas dan meningkatnya harga penyediaan jasa layanan ini, sehingga merugikan industri hilir. Demikian pula, pembatasan bagi modal asing juga diterapkan di berbagai sektor jasa, yang mencegah kehadiran pihak asing untuk menyediakan jasa di Indonesia, yang mungkin merugikan bagi jasa layanan di mana terdapat kesenjangan permintaan dan pasokan. Pembatasan tersebut juga dapat membatasi pengenalan teknologi baru bagi produksi jasa layanan yang diperkenalkan oleh perusahaan-perusahaan asing. Menurut data yang baru dikumpulkan oleh Bank Dunia, sektor jasa memiliki pembatasan yang paling tinggi bagi modal asing di antara berbagai sektor (Gambar 50). Sedangkan pangsa (5-digit KBLI) dari sektor jasa dengan setidaknya satu 47 Kinerja berdasarkan persepsi diukur dengan menggunakan indikator persepsi berbasis kinerja dari jasa yang dibangun dari data gabungan dari persepsi yang didapat dari survei perusahaan Bank Dunia dan data input-output dari BPS. 48 Arnold, J., B. Javorcik, M. Lipscomb dan A. Mattoo (2016) menunjukkan bahwa reformasi di sektor perbankan, telekomunikasi, asuransi dan transportasi di India memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produktivitas sektor manufaktur; Arnold, J., B. Javorcik, dan A. Mattoo (2006) menemukan adanya hubungan positif antara reformasi sektor jasa dan kinerja perusahaan dalam negeri di sektor manufaktur hilir di Republik Ceko. Mereka menyarankan bahwa mengizinkan masuknya pihak asing ke industri jasa cenderung menjadi saluran utama melalui mana liberalisasi jasa berkontribusi untuk peningkatan kinerja sektor manufaktur.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
pembatasan modal asing di dalam satu sub-sektor mengalami penurunan sejak tahun 2007, dimana seperempat dari sektor-sektor tersebut masih terdapat setidaknya satu pembatasan di tahun 2016 dan pangsanya tetap stabil sejak tahun 2010. Pembatasan tersebut berlaku juga untuk sektor-sektor seperti keuangan dan transportasi, yang memiliki kesenjangan pasokan-permintaan dalam negeri yang besar. Ada juga peraturan yang berlaku untuk sektor-sektor tertentu yang dapat mengakibatkan potensi kerugian yang besar bagi perekonomian. Misalnya, seperti pelayanan medis dibatasi hanya oleh penyedia dalam negeri, sehingga banyak warga negara Indonesia pergi ke luar negeri untuk mengakses layanan medis yang berkualitas tinggi. Sekitar 50 persen pasien internasional di Singapura adalah warga negara Indonesia dan sekitar 12.000 warga negara Indonesia pergi ke Malaysia setiap tahun untuk mendapatkan layanan medis49. Dengan demikian, mengevaluasi ulang pembatasan tersebut, mengingat dampaknya secara keseluruhan, tidak hanya akan menguntungkan pengguna jasa di Indonesia, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan. … dan untuk mengurangi hambatan lain untuk bersaing di sektor jasa, sehingga dapat membantu mengeluarkan potensi sektor ini yang belum dimanfaatkan
Peningkatan keterbukaan terhadap sektor jasa tidak hanya menyiratkan peningkatan arus dari jasa yang keluar dari dan masuk ke negara, tetapi juga peningkatan kehadiran pihak asing dengan menurunkan hambatan masuk. Hal ini akan membantu meningkatkan persaingan antara penyedia jasa dalam negeri dan asing. Bukti internasional menunjukkan bahwa hal ini akan mengarah pada penyediaan jasa yang berkualitas tinggi, pengenalan jasa layanan baru dan/atau penurunan harga jasa layanan.50 Dengan kebijakan yang mendukung yang tepat, efek yang memihak persaingan dari liberalisasi perdagangan jasa akan memungkinkan penyedia jasa dalam negeri untuk meningkatkan produktivitas mereka untuk dapat lebih bersaing dengan penyedia jasa asing. Selain itu, keterbukaan terhadap perdagangan jasa juga dapat memperkenalkan pengetahuan dan teknologi baru kepada produsen dalam negeri yang menjadi pendorong penting bagi pertumbuhan produktivitas di sektor jasa, dan bagi perekonomian.
49 50
M a re t 2 0 17
Lihat Kementerian Kesehatan, diambil pada tanggal 9 Jan, 2017 Lihat Trapani dan Oslon (1982); Goolsbee dan Syverson (2008); Besker dan Noel (2009).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Tabel 6: Contoh Pembatasan di Sektor Jasa Konstruksi Hasil untuk Indonesia
Hambatan STRI Pembatasan penyertaan modal asing: maksimum penyertaan modal asing yang diperbolehkan (persen) Ada batasan untuk proporsi saham yang dapat dimiliki oleh investor asing di perusahaan-perusahaan yang dikendalikan pemerintah Pembatasan merger dan akuisisi (M&A) lintas batas
67 Ya Tidak
Persyaratan kinerja
Ya
Persyaratan kualifikasi yang diskriminatif untuk izin mendirikan bangunan untuk melakukan pekerjaan konstruksi Kehadiran secara komersial diperlukan untuk memberikan layanan lintas batas Bentuk badan hukum: hanya usaha patungan yang diperbolehkan
Tidak Ya Tidak
Bentuk badan hukum: cabang perusahaan asing dilarang
Ya
Bentuk badan hukum: pembatasan lainnya
Tidak
Memo: Aliran data lintas batas: bebas untuk pengiriman data pribadi atau penerapan prinsip akuntabilitas
Tidak
Memo: Aliran data lintas batas: Pengiriman data hanya diperbolehkan bila terdapat sistem pengamanan pribadi tertentu
Ya
Aliran data lintas batas: pengiriman data hanya diperbolehkan untuk negara-negara dengan undang-undang perlindungan privasi yang pada hakekatnya sama atau mendapat persetujuan dari otoritas Pemerintah
Tidak
Aliran data lintas batas: memenuhi kombinasi dari persyaratan yang diperlukan sebelum pengiriman data diperbolehkan
Tidak
Aliran data lintas batas: pengiriman data pribadi dilarang
Tidak
Direksi: mayoritas harus warga negara
Tidak
Direksi: mayoritas harus penduduk
Tidak
Direksi: setidaknya salah satu harus warga negara
Tidak
Direksi: setidaknya satu harus penduduk
Tidak
Manajer harus warga negara
Ya
Manajer harus penduduk
Tidak
Skrining secara eksplisit dianggap sebagai kepentingan ekonomi
Tidak
Skrining dilakukan tanpa pengecualian dari kepentingan ekonomi
Ya
Memo: ambang batas untuk proyek-proyek skrining
Ya
Pembatasan lainnya pada masuknya pihak asing
Ya
Pengadaan dan penggunaan tanah dan real estat oleh orang asing dibatasi
Ya
Pembatasan jenis saham atau obligasi yang dimiliki oleh investor asing
Tidak
Kondisi pada transfer modal dan investasi berikutnya
Tidak
Kuota: penerima transfer intra-perusahaan
Tidak
Kuota: layanan pemasok berdasarkan kontrak
Tidak
Kuota: layanan pemasok independen
Tidak
Uji pasar tenaga kerja: penerima transfer intra-perusahaan
Tidak
Uji pasar tenaga kerja: pemasok jasa layanan berdasarkan kontrak
Tidak
tes pasar kerja: pemasok jasa layanan independen
Tidak
Pembatasan lama tinggal untuk penerima transfer intra-perusahaan (bulan)
24
Pembatasan lama tinggal untuk pemasok jasa layanan berdasarkan kontrak (bulan)
24
Pembatasan durasi tinggal untuk pemasok jasa layanan independen (bulan)
24
Pembatasan lainnya untuk pergerakan orang
Tidak
Pemasok asing diperlakukan tidak adil mengenai pajak dan kelayakan untuk subsidi
Tidak
Pengadaan pemerintah: preferensi eksplisit untuk pemasok lokal
Tidak
Pengadaan pemerintah: Peraturan Pengadaan secara eksplisit melarang diskriminasi dari pemasok asing
Tidak
Memo: batas atas yang lembut diamanatkan
Tidak
Pengadaan pemerintah: Spesifikasi teknis mempengaruhi kondisi persaingan yang mendukung penyedia lokal
Tidak
Pengadaan pemerintah: proses kualifikasi dan prosedur yang diskriminatif
Tidak
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Pengadaan pemerintah: Pemberian kontrak atas dasar kriteria non-obyektif / diskriminatif
Tidak
Pengadaan pemerintah: undang-undang, peraturan dan prosedur mengenai pengadaan yang transparan
Tidak
Pengadaan pemerintah: pemasok asing diberi kesempatan untuk menggugat konsistensi pelaksanaan pengadaan dengan peraturan perundang-undangan.
Tidak
Undang-undang atau peraturan yang memberlakukan standar nasional yang menyimpang dari standar internasional: peraturan standar desain bangunan
Tidak
Undang-undang atau peraturan yang memberlakukan standar nasional yang menyimpang dari standar internasional: standar produk konstruksi
Tidak
Pembatasan lainnya dalam langkah-langkah diskriminatif lainnya
Tidak
Dapat mengajukan banding terhadap keputusan badan pengawas
Tidak
Perusahaan memiliki prosedur ganti rugi jika praktek bisnisnya membatasi persaingan di pasar tertentu
Tidak
Pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi mengendalikan setidaknya satu perusahaan besar di sektor ini
Tidak
Perusahaan publik yang dikendalikan dibebaskan dari penerapan undang-undang persaingan umum
Tidak
Harga atau biaya diatur
Tidak
pembatasan lainnya di dalam hambatan untuk persaingan
Tidak
Persyaratan modal minimum
Tidak Tidak
Pembatasan beriklan Terdapat kewajiban hukum untuk mengkomunikasikan peraturan kepada publik dalam waktu yang wajar sebelum diberlakukan
Tidak
Terdapat prosedur yang memadai untuk memberi komentar secara publik yang terbuka bagi mereka yang tertarik, termasuk pemasok asing
Tidak 4
Rentang waktu pemrosesan visa (hari) Visa masuk beberapa kali bagi pengunjung yang melakukan kunjungan usaha Jumlah dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan visa kunjungan usaha Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin bangunan (dalam hari kalender) Total biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin bangunan (% dari nilai gudang)
6 210,2 3,8 Tidak
Pembatasan lainnya dalam transparansi regulasi Jumlah prosedur yang diperlukan untuk memperoleh izin bangunan (nomor ijin) Sumber: Database STRI OECD
M a re t 2 0 17
Tidak 45
Biaya untuk mendapatkan visa kunjungan usaha (USD)
17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
2. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Yang Baru 51 Artikel ini meninjau program Kredit Usaha Rakyat (KUR) program, yang mendukung pemberian pinjaman untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan jaminan kredit parsial dan, oleh karena program ini didesain ulang pada tahun 2014, menawarkan subsidi bunga. Artikel ini berfokus pada perbandingan antara skema yang diterapkan antara tahun 2009 dan 2014, dan skema baru, yang saat ini sedang dilaksanakan, bersama dengan wawasan kebijakan dan rekomendasi. a. Program KUR telah menjadi kebijakan utama Pemerintah untuk mendukung usaha kecil UMKM merupakan landasan perekonomian Indonesia
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan peranan penting di dalam pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, ada sebanyak 57,9 juta UMKM di seluruh Indonesia pada tahun 2013. Mereka menyumbang lebih dari 99 persen dari semua perusahaan, mempekerjakan lebih dari 114 juta orang (lebih dari 97 persen dari total tenaga kerja di sektor swasta), dan memberikan kontribusi sekitar 60 persen dari PDB.52
Akses terhadap pembiayaan terus menjadi tantangan bagi mereka
UMKM Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar dalam mengakses pembiayaan, terutama karena ketatnya persyaratan operasional, pelaporan dan persyaratan jaminan dari bank umum. Ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka. Misalnya, survei terbaru dari 200 usaha kecil dan menengah (UKM) di enam wilayah di Jawa menyimpulkan bahwa akses terhadap pembiayaan, berikut dengan persaingan yang ketat dari perusahaan berskala besar dan UKM lainnya, serta harga energi yang tinggi, adalah hambatan utama untuk pengembangan UKM di Indonesia.53 Akses terhadap pembiayaan tersebut disebutkan sebagai kendala terpenting keempat oleh UKM Indonesia di dalam 2016-2017 World Competitiveness Report oleh World Economic Forum, di belakang korupsi, birokrasi pemerintah yang berlebihan, dan pasokan infrastruktur.
Pemerintah Indonesia telah mendukung kredit bagi UMKM sejak tahun 2007 melalui program penjaminan kredit parsial, KUR
Dalam rangka memfasilitasi akses pembiayaan untuk usaha kecil, Pemerintah Indonesia membentuk program KUR pada tahun 2007 untuk meningkatkan akses UMKM terhadap pinjaman bank melalui pemberian subsidi, dan jaminan kredit parsial. Jaminan KUR diberikan melalui Askrindo dan Jamkrindo - dua Perusahaan Penjaminan Kredit (CGCs - Credit Guarantee Companies) milik negara – ke bank peserta untuk pinjaman UMKM yang memenuhi syarat. Pemerintah membayar premi penjaminan dan modal yang diberikan kepada dua Perusahaan Penjaminan Kredit tersebut setiap tahunnya, dan menetapkan kebijakan dan persyaratan yang diterapkan dalam program KUR. Perusahaan Penjaminan Kredit menutup 70 sampai 80 persen dari risiko kerugian pinjaman untuk portofolio pinjaman UMKM bank.
51 Artikel ini didasarkan pada catatan kebijakan (policy note) yang akan datang yang disusun oleh Finance and Market Global Practice, Bank Dunia di Indonesia. Catatan ini terutama berdasarkan data yang diberikan oleh Komite Kebijakan KUR dan wawancara mendalam dengan berbagai pemangku kepentingan program ini dan para ahli di bidang keuangan mikro, UMKM, dan pembangunan ekonomi. 52 Pemerintah Indonesia menglasifikasikan UMKM sebagai berikut: (i) usaha mikro dengan aktiva bersih hingga Rp 50 juta atau pendapatan tahunan hingga Rp 300 juta; (ii) usaha kecil dengan aset bersih antara Rp 50-500 juta atau pendapatan tahunan antara Rp 300 juta sampai 2,5 miliar; dan (iii) perusahaan menengah dengan aset bersih antara Rp 500 juta sampai 10 miliar atau pendapatan tahunan antara Rp 2,5-50 miliar. 53 lihat Maya Irjayantia, Maya/Azib, Anton Mulyono (2012)
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41
Melanjutkan perubahan
Pada tahun 2014, KUR adalah program penjaminan kredit parsial terbesar di negaranegara pasar berkembang
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
KUR dengan cepat bertumbuh menjadi suatu program yang cukup besar. Pada akhir tahun 2014, nilai total kredit yang didukung oleh KUR adalah sebesar Rp 49,5 triliun, menyumbang sekitar 14 persen dari seluruh pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil. Rasio pinjaman bermasalah (NPL) dari pinjaman yang didukung ini adalah 3,3 persen. Antara tahun 2009 dan 2014, 34 bank peserta menutup sekitar 12,5 juta kontrak pinjaman dengan UMKM dan mengucurkan pinjaman KUR yang didukung sebesar Rp 179 triliun. Mayoritas program — 85 persen dari total penyaluran pinjaman KUR yang didukung — disalurkan melalui tiga bank umum milik negara: BRI, Mandiri, dan BNI. BRI sendiri mengucurkan sejumlah Rp 117 triliun antara tahun 2009 dan 2014, atau 65 persen dari seluruh program KUR.
b. Program KUR telah berubah dari program penjaminan kredit parsial menjadi program pinjaman dengan bunga bersubsidi Pada tahun 2015, Pemerintah mendesain ulang KUR dengan fokus yang kuat pada subsidi suku bunga
Sementara program KUR pada awalnya ditujukan untuk berjalan sampai akhir tahun 2014, Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang program, tetapi memberlakukan reformasi besar-besaran. Pada saat perlambatan ekonomi, Pemerinta yang baru terbentuk ini menetapkan bahwa program KUR yang baru ditujukan untuk: (i) meningkatkan penyaluran kredit untuk usaha produktif; (ii) meningkatkan daya saing UMKM; dan (iii) mendukung pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Program KUR yang baru ini merupakan salah satu sorotan utama dalam paket reformasi ekonomi pemerintah yang diumumkan pada akhir tahun 2015. Berdasarkan program KUR yang baru, Pemerintah memberikan subsidi bunga kepada bank peserta yang memungkinkan mereka untuk memberikan pinjaman kepada UMKM dengan bunga yang memiliki batas atas (capped interest rates). Subsidi bunga juga menutupi biaya penjaminan yang dibayarkan oleh bank kepada Perusahaan Penjaminan Kredit.
Program ini mendominasi pasar pinjaman UMKM dengan porsi yang cukup besar
Pada tahun 2016, jumlah total pinjaman yang disalurkan melalui program KUR adalah sebesar Rp 94,4 triliun. Target pemerintah untuk 2017 ditetapkan lebih tinggi, mendekati Rp 110 triliun, menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jika dibandingkan dengan total stok pinjaman kepada usaha mikro (Rp 182 triliun pada akhir tahun 2016) dan kecil (Rp 241 triliun), terlihat jelas pentingnya program KUR untuk seluruh segmen pasar.
Penyesuaian secara substansial telah mengubah karakter program ini
Program KUR yang baru ini membawa perubahan cara pandang (paradigma), dari peningkatan akses terhadap pembiayaan bagi UMKM menjadi memberikan pinjaman murah bagi UMKM. Program KUR telah bergeser dari program penjaminan kredit parsial yang dimaksudkan untuk menciptakan rekam jejak kredit (credit records) bagi mereka yang baru pertama kali menjadi nasabah peminjam dan dengan demikian membuat mereka lebih laik bank (bankable), menjadi program dengan fokus utama pada subsidi suku bunga yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi kredit yang lebih baik bagi peminjam, termasuk peminjam pertama kali dan peminjam berulang (Tabel 7 merangkum aspek desain utama dari program KUR lama dan baru). Program KUR yang lama memiliki persyaratan yang eksplisit untuk pinjaman tambahan atau pinjaman berikutnya – yaitu, pinjaman yang pertama kali atau setidaknya pinjaman tambahan – untuk dapat menargetkan UMKM yang tidak memiliki sejarah kredit dan karenanya menjadi kendala terbesar dalam mengakses modal. Namun demikian, persyaratan ini tidak lagi berlaku di KUR yang baru. Para peminjam yang bukan pertama kalinya meminjam, dan bahkan yang pernah meminjam KUR dan yang pernah mendapat pinjaman komersial, sekarang dapat juga mengajukan pinjaman. Jumlah sektor yang memenuhi syarat juga meningkat, sehingga program KUR yang baru ini tersedia untuk hampir semua sektor di mana
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
UMKM beroperasi. Sektor dengan jumlah UMKM tertinggi yang memenuhi syarat termasuk grosir dan perdagangan ritel, serta pertanian. Tabel 7: Aspek desain utama dari program KUR lama dan baru Aspek
KUR 2007-2014
KUR 2015 dan seterusnya
Pinjaman
Mikro: sampai dengan Rp 20 juta Ritel: di atas Rp 20-500 juta Linkage *: sampai Rp 2.000 juta Mikro: 22% Ritel: 14% Modal Investasi: 5 tahun Modal Kerja: 3 tahun Pari-passu 70% (secara umum) atau dan 80% 55 (untuk sektor-sektor prioritas ) (misalnya pertanian, perikanan, industri) dari jumlah saldo pinjaman dan bunga akrual (accrued interest) bagi bank dengan NPL di bawah 5 persen; tidak ada batas atas portofolio; pemicu klaim (claim trigger): pinjaman diklasifikasikan sebagai bermasalah (“meragukan”); Ditetapkan oleh Pemerintah RI dan dibayar ke CGCs 2007-2009: 1.50% 2010-2014: 3.25% dari bagian pinjaman yang 56 dijamin Tidak ada
Mikro: sampai dengan Rp 25 juta Ritel: Rp 25-500 juta
Suku Bunga Efektif Maksimum per tahun. Tenor maksimum Jaminan Risiko parsial (Jaminan Kredit Grosir)
Biaya CGCs
Subsidi Bunga Pinjaman
Mikro dan Ritel: 12% (2015); 9% (2016 dan seterusnya) 54
Modal Investasi: 5 tahun Modal Kerja: 4 tahun Dirundingkan dan disepakati antara bank dan CGCs (Permenko 8/2015, Ps. 9 (2))
Dirundingkan dan disepakati antara bank dan CGCs, menurut laporan difasilitasi oleh Komite KUR, dibayar di muka sebesar 1,5% dari jumlah pinjaman Mikro: 10% dari jumlah pinjaman, dibayarkan sebagai subsidi Ritel: 4,5% dari jumlah pinjaman, dibayarkan sebagai subsidi subsidi bunga dihitung berdasarkan jumlah saldo pinjaman bulanan dan dibayarkan langsung ke bank, termasuk biaya penjaminan kredit
Catatan: *) Pinjaman ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lainnya yang menyelenggarakan pinjaman KUR Mikro Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian (Kemenko Perekonomian)
Para pemangku kepentingan memiliki pandangan yang berbeda mengenai prioritas dan tujuan program
Wawancara terstruktur yang dilakukan oleh Bank Dunia dengan para pemangku kepentingan di Pemerintahan dan sektor keuangan menunjukkan bahwa pandangan mereka mengenai prioritas strategis dan tujuan dari program KUR yang baru ini berbeda-beda, dan kadang-kadang bertentangan. Hal ini menciptakan kebingungan mengenai tujuan kebijakan di antara para pemangku kepentingan yang berbeda dan tentang bagaimana mengukur efektivitas kebijakan tersebut.
Berdasarkan program KUR yang lama, subsidi langsung dan tidak langsung adalah sebesar 4,7 persen dari total portofolio pinjaman…
Sepanjang tahun 2008-2014, Pemerintah membayar subsidi imbalan jasa penjamin KUR sebesar Rp 5 triliun — merupakan subsidi langsung. Selain itu, Pemerintah memberikan penyertaan modal kepada Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) selama periode KUR sebelumnya. Perbedaan antara biaya kesempatan (opportunity cost) dari penyertaan modal ini dan penghasilan CGCs yang diperoleh dari modal tersebut berjumlah sekitar Rp 638 miliar selama periode tujuh tahun dan dapat dianggap sebagai subsidi tidak langsung untuk program KUR. Selanjutnya, bank peserta memberikan pinjaman KUR dengan tingkat suku bunga di bawah harga pasar, yang berpotensi menghasilkan pendapatan bank yang lebih rendah dan 54 Kredit investasi KUR bisa sampai tujuh tahun jika pinjaman molor, jumlah nominal meningkat atau direstrukturisasi. 55 Sektor prioritas termasuk pertanian, perikanan, industri kecil, TKI. 56 Rasio ini tidak sepenuhnya sebanding karena metode perhitungan berbeda, misalnya berdasarkan jumlah pinjaman atau hanya bagian yang dijamin dari jumlah pinjaman.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
dengan demikian penerimaan pajak yang lebih rendah bagi Pemerintah — subsidi tidak langsung lainnya. Efek ini diperkirakan sebesar sekitar Rp 3 triliun.57 Total subsidi langsung dan tidak langsung yang ditanggung oleh Pemerintah di dalam program KUR sebelumnya hingga 2014 dengan demikian dapat diperkirakan sebesar Rp 8,6 triliun, rata-rata Rp 1,2 triliun per tahun. Ini sama dengan subsidi bunga ratarata tahunan 4,4 persen dari saldo pinjaman KUR. …sementara berdasarkan program KUR yang baru, jumlah ini telah meningkat menjadi 8,6 persen
Berdasarkan program KUR yang baru, Kementerian Keuangan menetapkan tingkat suku bunga efektif maksimum serta subsidi bunga yang dapat dikenakan oleh bank peserta, sesuai dengan kapasitas fiskal Pemerintah. APBN 2016 yang disetujui mengalokasikan Rp 12,6 triliun subsidi bunga untuk program KUR yang baru, dan APBN 2017 yang disetujui mengalokasikan Rp 9,5 triliun. Namun demikian, beberapa bank peserta telah mencatat bahwa subsidi bunga tidak mencukupi untuk menutupi perbedaan antara apa yang mereka anggap sebagai tingkat suku bunga pasar dan tingkat suku bunga efektif maksimum yang ditetapkan di dalam program KUR.58 Meski begitu, dalam upaya untuk memenuhi target ambisius penyaluran KUR Pemerintah, beberapa bank telah menggeser pinjaman komersial dengan agunan menjadi pinjaman KUR. Sesuai dengan metodologi untuk memperkirakan biaya tidak langsung dari program KUR yang lama, pendapatan terdahulu ini diperkirakan mengurangi penerimaan pajak sebesar Rp 2,2 triliun pada tahun 20162017. Sejumlah Rp 0,2 triliun selanjutnya di tahun 2016-2017 dapat dilihat sebagai subsidi tidak langsung karena berkurangnya pengembalian modal dari Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs). Secara keseluruhan, proyeksi subsidi langsung dan tidak langsung untuk program KUR baru berjumlah Rp 12,3 triliun per tahun – sepuluh kali lipat subsidi tahunan dalam program KUR yang lama. Jika dihitung berdasarkan total pinjaman KUR, rata-rata subsidi tahunan meningkat secara substansial, dari 4,4 persen di bawah program KUR lama menjadi 14,8 persen di bawah program KUR baru. Tabel 8 merangkum biaya dari program KUR lama dan baru.)
Tabel 8: Ringkasan biaya KUR dan perbandingan antara KUR lama dan baru (Rp triliun) Mata Subsidi
Lama 2008-2014
KUR Baru 2016-2017
Subsidi langsung: Imbalan Jasa Penjamin KUR kepada Perusahaan Penjaminan 5,0 22.1 Pinjaman (CGCs) dan subsidi bunga pinjaman Subsidi tidak langsung: Bunga Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk CGCs dikurangi 0,6 0,2 Pendapatan Investasi dari KUR Subsidi tidak langsung: Penurunan Penerimaan Pajak Pemerintah dari Laba Bank yang 3,0 2,2 Lebih Subsidi (Langsung dan Tidak Langsung) 8,6 24,5 Subsidi (Langsung dan Tidak Langsung), rata-rata tahunan 1,2 12,3 Subsidi (Langsung dan Tidak Langsung), % saldo pinjaman, rata-rata tahunan 4,4 14,8 Subsidi (hanya yang Langsung), % belanja Pemerintah pusat, rata-rata tahunan 0,05 0,5 Catatan: Data tahun 2008-2014 menggunakan realisasi APBN; Data untuk 2016-2017 menggunakan APBN. Saldo pinjaman (KUR) tahun 2008-2014 adalah nilai realisasi, sementara tahun 2016-2017 adalah nilai estimasi. Sumber: Kemenkeu; Komite Kebijakan KUR, Perhitungan Bank Dunia 57 Angka ini harus dipahami sebagai suatu perkiraan saja mengingat bahwa ada beberapa faktor yang sulit untuk diukur. Pertama, nilai jaminannya dianggap hanya sebagai perkiraan kasar ketika membandingkan tingkat suku bunga pasar dengan tingkat suku bunga yang sebenarnya dibebankan oleh bank yang peserta. Kedua, potensi nilai nasabah KUR yang mendapatkan kredit dan kemudian menjadi nasabah bank umum belum diukur. 58 Tingkat suku bunga pasar rata-rata tertimbang sebesar 21,4 persen dapat dipecah menjadi 7,9 persen subsidi Pemerintah (ditambah 0,5 persen untuk biaya administrasi CGC), konsesi Bank sebesar 4,5 persen, dan suku bunga efektif sebesar 9 persen dibayar oleh peminjam.
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
c. Pengaturan yang baru mencerminkan suatu pendekatan berorientasi pasar Pengaturan biaya jaminan kredit yang baru mencerminkan suatu pendekatan berorientasi pasar
Salah satu reformasi utama yang diberlakukan dalam program KUR yang baru adalah negosiasi dan kesepakatan antara Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) dan bank peserta mengenai imbalan jasa penjamin. Pengaturan baru ini mencerminkan pendekatan yang lebih berorientasi pasar, di mana imbalan jasa penjamin tidak lagi diputuskan oleh Pemerintah, tetapi oleh Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) dan manajer bank, yang bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan hasilnya bagi masing-masing perusahaan. Selain itu, secara teori, Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) dan bank harus lebih mampu memperkirakan dan mengurangi risiko yang melekat (inherent risks) dalam penjaminan kredit.
Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) mengikuti beberapa praktek yang baik, tetapi bisa memperbaiki aspekaspek lainnya
Kedua Perusahaan Penjaminan Pinjaman nasional besar, Askrindo dan Jamkrindo, mengikuti beberapa prinsip praktek terbaik yang diidentifikasi oleh Bank Dunia untuk skema penjaminan kredit.59 Sebagai contoh, kedua Perusahaan Penjaminan Pinjaman tersebut mempertahankan sistem pencatatan terpisah untuk KUR yang memungkinkan adanya transparansi. Laporan tahunan dibuat dan diungkapkan kepada publik, termasuk: metode perhitungan untuk estimasi klaim reasuransi, kode etik, dan sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing system). Di sisi lain, laporan tahunan belum menganalisis dan menghadirkan fakta pada “fitur tambahan” dari program KUR - alasan utama bagi penjaminan kredit. Praktek terbaik (best practice) lainnya belum diadopsi, termasuk pengawasan independen dan efektif bagi Perusahaan Penjaminan Pinjaman (CGCs) atau CGS mengadopsi kebijakan penetapan harga berbasis risiko yang transparan dan konsisten.
d. Subsidi suku bunga tidak dianggap sebagai praktek terbaik dalam pembiayaan UMKM Program KUR yang baru menjadikan subsidi suku bunga sebagai instrumen kebijakan yang penting
Sementara program KUR baru telah memberlakukan perbaikan dalam pengaturan imbalan jasa penjaminan, program ini telah meningkatkan penggunaan subsidi bunga. Subsidi bunga bukan ukuran baru dalam bauran kebijakan Indonesia. Bahkan, selama periode 2007-2014, Pemerintah membelanjakan Rp 1,7 triliun untuk subsidi kredit pertanian (subsidi bunga di sektor pertanian umum diterapkan di banyak negara lain). Besarnya skala program KUR baru membawa instrumen kebijakan ini ke tingkat yang jauh lebih tinggi akan pentingnya program ini.
Akan tetapi, efektivitas subsidi tingkat suku bunga untuk mendukung pembiayaan UMKM diragukan
Ada empat alasan utama untuk meragukan efektivitas subsidi tingkat suku bunga dalam mendukung akses UMKM terhadap pembiayaan dan dengan demikian pada akhirnya peluang pertumbuhan mereka. Subsidi membuat pinjaman komersial kalah bersaing dan keluar dari pasar (crowd out), khususnya di segmen mikro. Mengingat bahwa tingkat suku bunga KUR yang jauh di bawah harga pasar yang berlaku, dan bahwa satu bank tunggal (BRI) yang mendominasi segmen mikro, lembaga keuangan yang tidak ikut serta dalam program KUR akan merasa sulit untuk bersaing. Menurut para pelaku pasar, KUR tidak hanya ditawarkan kepada mereka yang belum memiliki credit record, tetapi dalam proporsi yang besar ditawarkan juga kepada para nasabah yang sudah berulang kali meminjam dan para peminjam yang sebelumnya telah mengakses pinjaman bersubsidi – yang menimbulkan keraguan tentang fitur tambahan (additionality) yang dihasilkan oleh program KUR ini di pasar. Ada risiko bahwa bank akan 59
M a re t 2 0 17
Lihat Bank Dunia dan FIRST Initiative (2015)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
menyalurkan pinjaman bersubsidi KUR kepada para UMKM yang dapat memberikan informasi yang paling memenuhi syarat mengenai kelayakan kredit mereka (umumnya UMKM yang telah menerima pinjaman bank), sedangkan lembaga keuangan yang tidak memilik akses terhadap KUR melayani UMKM yang memiliki risiko yang lebih tinggi dengan lebih sedikit informasi. Dalam jangka panjang, akan sulit bagi penawaran pinjaman komersial untuk bersaing di pasar pinjaman mikro (tingkat suku bunga pasar pinjaman komersial biasanya antara 20 sampai 26 persen), dan mungkin akan keluar dari pasar. Bagi UMKM, akses berkelanjutan terhadap pinjaman biasanya lebih penting dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Hasil wawancara dengan perwakilan bank dan UMKM, dan dari penilaian kredit mikro, mengkonfirmasi bahwa pinjaman KUR bersubsidi memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan UMKM sebesar hanya 3 persen atau kurang; sedangkan peningkatan pendapatan hanya dari akses untuk pinjaman dan investasi yang tepat sering lebih dari 20 persen. Suku bunga KUR saat ini tidaklah mandiri secara finansial, dan tidak akan mandiri dalam waktu dekat. Di sektor keuangan mikro, langkah-langkah swasembada keuangan sejauh pendapatan usaha (pembayaran bunga) suatu lembaga menutup biayanya yang disesuaikan, dengan tiga penyesuaian utama yang dilakukan terhadap biaya subsidi dana, subsidi dalam bentuk natura (in kind), dan inflasi.60 Tingkat suku bunga bersubsidi KUR yang sebesar 9 persen hanya memungkinkan bank untuk memenuhi sebagian kecil dari biaya mereka di segmen keuangan mikro, baik saat ini maupun untuk tahun mendatang. Dengan demikian, penawaran pada tingkat suku bunga seperti itu tidak akan layak secara komersial dalam jangka menengah, dan Pemerintah harus membayar subsidi secara berulang, jika Pemerintah berusaha untuk mempertahankan tingkat suku bunga tersebut. Subsidi bunga adalah suatu bentuk bantuan yang bersifat regresif. Total subsidi yang dibayar oleh Pemerintah meningkat secara linear dengan besarnya jumlah pinjaman. Jika pinjaman yang lebih besar cenderung berhubungan dengan bisnis yang lebih besar dan lebih sukses, ini berarti bahwa bantuan Pemerintah adalah bersifat regresif (yaitu, persentase dari bantuan Pemerintah lebih besar yang disalurkan untuk usaha yang lebih besar dibandingkan dengan usaha kecil). Program KUR baru ini agak sedikit meringankan masalah ini dengan menyediakan subsidi yang lebih tinggi bagi perusahaan mikro dibandingkan dengan perusahaan kecil atau menengah, dan dengan membatasi jumlah pinjamannya. e. Kesimpulan dan saran KUR adalah program intervensi yang besar dengan biaya fiskal yang signifikan…
Program KUR telah berkembang menjadi mekanisme yang dominan dari Pemerintah untuk mendukung UMKM di Indonesia. Selama berlangsungnya desain ulang utama pada tahun 2015, fokus KUR berubah dari memfasilitasi akses ke pinjaman bagi UMKM peminjam yang baru pertama kali melakukan peminjaman melalui pemberian jaminan kredit parsial, menjadi penyediaan pinjaman dengan tingkat suku bunga bersubsidi kepada UMKM, terlepas dari akses terhadap pembiayaan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Desain ulang ini telah menyebabkan peningkatan sepuluh kali lipat dalam biaya program kepada Pemerintah, baik dari segi subsidi langsung maupun tidak langsung, yang jumlahnya hingga sebesar Rp 12,3 triliun per tahun selama 2016-2017. Sementara itu penting bagi Pemerintah untuk mengkhususkan sumber daya yang substansial untuk sektor 60
M a re t 2 0 17
lihat Rosenberg, Richard (2009)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
keuangan UMKM; ada banyak alasan untuk meragukan bahwa subsidi suku bunga adalah instrumen yang paling tepat dan berkelanjutan secara fiskal untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif bagi segmen pasar ini. …tetapi subsidi suku bunga bukanlah mekanisme yang efisien untuk mendukung UMKM…
Pertama, wawancara dengan para pemangku kepentingan di Indonesia dan pengalaman global menunjukkan bahwa akses berkelanjutan terhadap pinjaman biasanya lebih penting untuk UMKM dibandingkan dengan suku bunga yang lebih rendah. Kedua, ada banyak bukti internasional61 yang menunjukkan bahwa biaya dari pembiayaan bersubsidi biasanya lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Ketiga, ada risiko besar bahwa lingkungan yang kompetitif untuk pinjaman UMKM akan lumpuh, sementara kemampuan jangka panjang dari sektor keuangan untuk menawarkan pinjaman komersial bagi para peminjam tersebut sangat terhambat. Keempat, tingkat suku bunga KUR saat ini menyimpang secara signifikan dari tingkat suku bunga pasar, dan tidak berkelanjutan secara finansial. Mengingat serapan besar dari program ini, anggaran fiskal terkuras secara substansial dan ini akan terus terjadi.
…oleh karena itu, Pemerintah harus mempertimbangkan apakah manfaat tambahan dari program KUR baru memiliki pembenaran atas peningkatan substansial dalam biayanya…
Kecuali manfaat yang signifikan dari program KUR dapat didokumentasikan dengan baik, ada kebutuhan yang tinggi untuk mempertimbangkan kembali penggunaan pinjaman bersubsidi untuk mendukung UMKM, mengingat biayanya. Secara khusus, Pemerintah harus mempertimbangkan apakah manfaat tambahan dari program KUR baru ini memiliki pembenaran atas peningkatan yang besar dalam biaya, atau apakah fokus pada instrumen-instrumen lainnya yang sudah teruji dan secara fiskal layak — seperti jaminan kredit parsial berikut dengan penguatan infrastruktur keuangan (sistem kredit informasi, pendaftaran agunan, dll) — dapat mendukung sektor UMKM dengan biaya yang jauh lebih rendah. Penargetan yang lebih terfokus dari subsidi bunga dan jaminan kredit kepada UMKM dengan akses sangat terbatas ke pembiayaan (seperti peminjam pertama kali, UMKM di daerah terpencil, atau UMKM di sektor-sektor prioritas yang kurang mendapat perhatian (underserved) juga dapat meningkatkan efisiensi program.
… terutama mengingat batasan fiskal yang ada saat ini
Pengeluaran Pemerintah untuk subsidi suku bunga dilakukan dengan mengorbankan pengeluaran di bidang-bidang intervensi prioritas lainnya, terutama mengingat kendala untuk meningkatkan penerimaan pemerintah dan (menurunkan) defisit anggaran, setidaknya dalam jangka menengah. Bank Dunia (2017c) mencatat bahwa sektor-sektor prioritas yang kekurangan pendanaan di Indonesia (sektor-sektor di mana tambahan belanja publik dapat memiliki dampak terbesar pada kemiskinan dan pertumbuhan) meliputi infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial.
61
M a re t 2 0 17
Lihat misalnya: ADB (2009) dan World Bank (2008)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Referensi ADB (Asian Development Bank). 2009. Enterprises in Asia: Fostering Dynamism in SMEs’ Key Indicators for Asia dan the Pacific. Manilla: Asian Development Bank. ADB. 2017. Meeting Asia’s Infrastructure’s Needs. Manilla: Asian Development Bank. Arnold, J., B. Javorcik, M. Lipscomb dan A. Mattoo. 2016. “Services reform and manufacturing performance: Evidence from India.” Economic journal 126 (590). Arnold, J., B. Javorcik, dan A. Mattoo. 2006. “Does services liberalization benefit manufacturing firms? Evidence from the Czech Republic.” Policy research working paper 4109, The World Bank. Basker, E. dan M. Noel. 2009. “The evolving food chain: Competitive effect of Wal-Mart’s entry into the supermarket industry.” Journal of economics and management strategy, vol 18 issue 4, pages 9771009. Bank Indonesia. 2017. Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Triwulan IV 2016, February. Jakarta: Bank Indonesia. Bank Indonesia. 2017. Press Release: BI 7-Day Reverse Repo Rate Held at 4.75% Maintaining Stability, Supposting Economic Recovery Amid Global Uncertainty. http://www.bi.go.id/en/ruang-media/siaranpers/Pages/sp_190617.aspx Badan Kebijakan Fiskal. 2017. Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal 2016: Titik Balik Perekonomian Indonesia, Edisi I/Maret 2017. Jakarta: BKF Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2016. https://www.ekon.go.id/ekliping/view/bahan-paparan-dalam-kegiatan.2886.html Badan Pusat Statistik (BPS). February 2017. “Berita Resmi Statistik: Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia September 2016 Menurun” Jakarta: BPS C. Constatntinescu, A. Mattoo, dan Michele R. 2016. “Trade developments in 2015: Policy Uncertainty weighs on global trade.” Global trade watch, Mar 09, 2016. World Bank working paper Detik.com. January 12, 2017. https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3394206/kementerian-pupr-sudahlelang-proyek-rp-33-t-awal-2017 Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. 2017. http://www.pajak.go.id/statistik-amnesti DJJPPR (Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan ). 2017a. http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/1805/ Government-debt-securities-auction-resultDJJPPR. 2017b. Government Securities Management. http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/loadViewer?idViewer=6861&action=download Duggan, V., S. Rahardja dan G. Varela. 2013. “Service sector reform and manufacturing productivity: Evidence from Indonesia.” Policy Research Working Paper 6349, World Bank, Washington DC. European Central Bank. 2006. “Competition, productivity and prices in the Euro area services sector”, Occasional Paper Series no. 44. IIF. 2017. February 2017 Capital Flows to Emerging Markets. https://www.iif.com/publication/capital-flowsemerging-markets-report/february-2017-capital-flows-emerging-markets?destination=node/10629 Long Finance. September 2016. “ The Global Financial Centres Index 20”. Accessed on 9 March 2016 at: http://www.longfinance.net/programmes/global-financial-centres-index.html Macquarie Research. January 2017. Commodities Compendium– Politics, Profits and protectionism. New York: Mcquarie Group: M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Malaysia Crude Palm Oil Council. http://www.mpoc.org.my Maya Irjayantia, Maya dan Azib, Anton Mulyono. 2012. Barrier Factors dan Potential Solutions for Indonesian SMEs. International Conference on Small and Medium Enterprises Development with a Theme “Innovation and Sustainability in SME Development.” ICSMED. Ministry of Health. 2017. retrieved on Jan 9, 2017 from http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=1592&id=quovadispengembangan-teknologi-di-rumah-sakit-pendidikan-untuk-menuju-world-class-hospital.htmlb New Zealand Productivity Commission. 2014. “Boosting productivity in the services sector”, Auckland: New Zealand. Reuters. January 9, 2017. http://www.reuters.com/article/us-thailand-floods-idUSKBN14T0F8 Reuters. February 24, 2017. http://www.reuters.com/article/indonesia-economy-autos-idUSJ9N1FN00H Rosenberg, Richard. 2009. Measuring Results of Microfinance Institutions - Minimum Indicators That Donors and Investors Should Track. A C-Gap Technical Guide. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2017. http://setkab.go.id/en/president-jokowi-appreciates-newfunding-schemes-for-development-projects/ Trapani J.M. dan C. V. Olson. 1982. “An analysis of the impact of open entry on price and the quality of service in the airline industry.” The review of economics and statistics, vol 64, issue 1, pages 67-76. World Bank and FIRST Initiative. 2015. Principles for Public Credit Guarantee Schemes for SMEs. Washington, DC: World Bank. World Bank. 2008. Finance for all: policies and pitfalls in expanding access. World Bank Policy report. World Bank. 2015a. Indonesia’s Rising Divide. Washington, DC: World Bank. World Bank. 2015b. Indonesia Economic Quarterly: In Times of Global Volatility. Jakarta: World Bank World Bank. 2016a. Global Economic Prospects: Spillovers amid Weak Growth. Washington, DC: World Bank. World Bank. 2016b. Indonesia Economic Quarterly: Pressure Easing, October. Jakarta: World Bank World Bank. 2017a. Global Economic Prospects: Weak Investment in Uncertain Times. Washington, DC: World Bank. World Bank. 2017b. Commodity Markets Outlook: Investment Weakness in Commodity Exporters. January. Washington, DC: World Bank World Bank. 2017c. Indonesia Economic Quarterly: Sustaining Reform Momentum, January. Jakarta: World Bank World Bank. 2017d. Doing Business 2017: Equal Opportunity for All. http://www.doingbusiness.org/reports/global-reports/doing-business-2017 World Bank trade in services database. http://data.worldbank.org/data-catalog/trade-in-services
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil (pertumbuhan triwulanan yoy, persen)
Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase)
8 8 7
Gov cons. Net exports GDP
6 4
6 PDB
2
5
0
4 Dec-10 Dec-12 Dec-14 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Dec-16
Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase) Agriculture Manufacturing Trade, hotel & rest GDP
8
-2
Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: *sudah termasuk perubahan inventori
Dec-16
Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor (pertumbuhan yoy, persen)
Mining and constr. Comm & transport Other services
40
20
6
Penjualan mobil
0
4
2
-20
0
-40 Feb-14
Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Dec-16
250
Indeks survey konsumen BI (Kanan) Indeks penjulan ritel BI
Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan Manufaktur PMI (indeks difusi PMI; pertumbuhan produksi industri yoy, persen) 140
190
80
160
60 40
100 Feb-14 Sumber: BI
M a re t 2 0 17
54
Indeks produksi industri (kanan)
10
120 100
130
Feb-15
Penjualan sepeda motor Feb-16 Feb-17
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen (tahun dasar penjualan eceran 2010=100)
220
Private cons. Investment Stat.discrepancy*
52
50
48
5
Indeks manufatur PMI
0
-5
20 Feb-15
Feb-16
0 Feb-17
46 -10 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-17 Sumber: BPS; Nikkei/Markit; Perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran (USD miliar)
Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan (USD miliar)
Errors and omissions Capital and financial account Current account Overall BoP balance
16
12
8
Pendapatan sekunder
Perdagangan barang
6
0
0
-6
-8
-16
Dec-13 Sumber: BI
Dec-14
Dec-15
Dec-16
Lampiran Gambar 9: Ekspor barang (USD miliar)
Neraca perdagangan Perdagangan jasa
-12
Pendapatan primer Dec-13 Dec-14 Sumber: BI
Dec-15
Dec-16
Lampiran Gambar 10: Impor barang (USD miliar)
16
16 Total Ekspor (fob)
Total Impor (cif)
12
12 Manufaktur
8
4
Barang mentah
8
4
Minyak dan gas Pertanian
0 Jan-15 Sumber: BPS
Jul-15
Jan-16
Tambang
Jul-16
Jan-17
Minyak dan gas Brang modal
0 Jan-15 Sumber: BPS
Jul-15
Brang konsumsi
Jan-16
Jul-16
Jan-17
Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk Lampiran Gambar 12: Inflasi modal (pertumbuhan yoy, persen) (USD miliar) 125
Cadangan devisa
10
11 100
20
15 Ditentukan
15 Volatilitas
5
10 7
75
0
3
Headline
Inti
5 0
Aliran masuk portfolio, kanan: Equities SUN SBI Global bonds 50 -5 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-17 Sumber: BI; Ministry of Finance (MoF) Catatan: SUN adalah Surat Utang Negara, SBI adalah sertifikat BI
M a re t 2 0 17
-1 Feb-14
Feb-15
Feb-16
-5 Feb-17
Sumber: BPS; BI; Perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) 10 9 8
Processed Food Clothing Health Housing
Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara (pertumbuhan yoy, persen)
Food Transportation Education CPI
Indonesia * Malaysia India Philippines
7 6
USA
5
Korea
4
Thailand
3
China *
2
Singapore
1
Japan
0 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Feb-17
Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional (harga kulakan, IDR per kg)
-1 0 1 2 3 Sumber: BPS; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * February 2017; yang lain Januari.
4
5
Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran (persen) 20
11,000 Beras lokal, IR64-II 9,500
16
8,000
12
Tingkat kemiskinan
6,500
8
Beras Vietnam pecah 5%
5,000 3,500 Feb-14
Tingkat pengangguran
4
Feb-15
Feb-16
Feb-17
Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang; FAO Catatan: “5% pecah” merujuk ke kualitas penggilingan beras. 5 persen proporsi biji terpecah selama tahap penggilingan proses.
Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional (indeks harian, Maret 10, 2015=100)
0 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Sumber: BPS Catatan: Garis kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional
Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS (indeks bulanan, Februari 2015=100)
160
100
Indonesia
140
90
Shanghai-China
120 SET-Thaildan
BSE-India
India
80
100 80
70 SGX-Singapore
JCI-Indonesia 60 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
M a re t 2 0 17
Mar-17
South Africa Brazil
Turkey
60 Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Feb-17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS 5-tahunan dalam mata uang lokal kelompok negara-negara EMBI Global (persen) (basis poin) 10
420 Indonesia
8 6
Malaysia
4 2 0 Mar-15 Sumber: CEIC
Singapore
Thaildan
Sep-15
Mar-16
Sep-16
360
0
300
-60
240
-120
180
United States Mar-17
60
Indonesia, obligasi dolar AS stripped spreads (Kiri)
-180
Perbedaan Indonesia spreads dan EMBIG bonds stripped spreads (Kanan)
120 Mar-15 Sep-15 Sumber: JP Morgan
Mar-16
-240 Mar-17
Sep-16
Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (bulanan, persen) (pertumbuhan yoy, persen) 100
18
5
Rasio pinjaman terhadap deposito (Kiri)
4
80
14
Rasio kredit bermasalah (Kanan)
Kredit bank komersial dan kredit pedesaan
3
60
10 40 6
Deposit swasta
2 Dec-14 Jun-15 Dec-15 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
20
Jun-16
1 0 Dec-16
Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (persen terhadap PDB, Kiri; USD miliar, Kanan)
60
45
Rasio kecukupan modal (Kanan)
Rasio likuiditas terhadap aset (Kiri) 0 Dec-16 Dec-14 Jun-15 Dec-15 Jun-16 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah (persen terhadap PDB, Kiri; USD miliar, Kanan)
2
Rasio pengembalian aset-ROA (Kanan)
320 External debt, RHS Domestic debt, RHS Total debt to GDP
240
60
Private external debt, RHS Public external debt, RHS Total external debt to GDP
320
45
240
30
160
30
160
15
80
15
80
0
0
0
2008 2010 2012 2014 Sumber: BI; MoF; Perhitungan staf Bank Dunia
M a re t 2 0 17
2016
2008 2010 2012 2014 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
2016
0
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 1: Realisasi dan proyeksi anggaran belanja Pemeritah (triliun Rupiah) 2012
2013
2014
2015
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Realisasi
2016 Realisasi Sementara 1,552 1,284 262 1,860 1,149 711 -125 -308 -2.5
2017 APBN
A. Penerimaan dan hibah 1,338 1,439 1,550 1,508 1. Penerimaan pajak 981 1,077 1,147 1,240 2. Penerimaan non-pajak 352 355 399 256 B. Pengeluraran 1,491 1,651 1,777 1,807 1. Pemerintah pusat 1,011 1,137 1,204 1,183 2. Transfer ke pemerintah daerah 481 513 574 623 C. Neraca utama -53 -99 -93 -142 D. SURPLUS / DEFICIT -153 -212 -227 -298 (persen dari PDB) -1.8 -2.2 -2.1 -2.6 Sumber: MoF; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: B u d g e t b a l a n c e sebagai persentase dari PDB menggunakan PDB yang direvisi dengan tahun dasar yang disesuaikan.
Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (USD miliar) 2014
2015
2016
15.2 1.7 -27.5 -3.1 -3.0
-1.1 -0.1 -17.5 -2.0 5.4
-24.5
2015
1,750 1,499 250 2,080 1,316 765 -109 -330 -2.4
2016
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
12.1 1.3 -16.3 -1.8 8.9
-4.6 -2.1 -4.2 -2.0 2.0
5.1 2.4 -4.7 -2.2 0.5
-0.3 -0.1 -4.7 -2.1 1.6
2.2 0.9 -5.2 -2.3 1.5
5.7 2.3 -4.7 -1.9 2.3
4.5 1.9 -1.8 -0.8 3.5
-22.9
-25.3
-6.2
-5.2
-6.3
-6.7
-7.0
-5.3
44.9
16.9
29.2
0.1
9.2
4.4
7.5
10.6
6.8
5.0
2.0
3.1
0.0
4.3
2.0
3.3
4.3
2.8
Investasi langsung
14.7
10.7
15.1
1.6
2.8
3.1
3.3
6.5
2.2
Investasi porfolio
26.1
16.2
18.9
-2.2
4.3
4.4
8.3
6.5
-0.4
Neraca Pembayaran Persen dari PDB Neraca berjalan Persen dari PDB Neraca perdagangan Pendapatan bersih & transfer berjalan Neraca modal & keuangan Persen dari PDB
Investasi lain
4.3
-10.1
-4.8
0.4
2.3
-3.1
-4.0
-2.5
4.8
-2.2
-0.4
-0.8
-0.4
0.6
0.0
-0.1
-0.2
-0.4
Cadangan devisa* 111.9 Sumber: BI; BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode.
105.9
116.4
101.7
105.9
107.5
109.8
115.7
116.4
Kesalahan & pembulatan
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia Neraca Nasional (% perubahan) PDB riil
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
4.9
6.2
6.2
6.0
5.6
5.0
4.9
5.0
Investasi riil
11.4
8.5
8.9
9.1
5.0
4.4
5.0
4.5
Konsumsi riil
4.6
4.1
5.1
5.4
5.7
4.7
4.9
4.3
Swasta
3.7
4.8
5.1
5.5
5.5
5.3
4.8
5.0
14.2
0.3
5.5
4.5
6.7
1.2
5.3
-0.1
Ekspor rill, barang dan jasa
30.6
15.3
14.8
1.6
4.2
1.1
-2.1
-1.7
Impor riil, barang dan jasa
26.6
17.3
15.0
8.0
1.9
2.1
-6.4
-2.3
20
31
31
33
5.0
4.4
5.0
4.5
Pemerintah
Investasi (% PDB) Nominal PDB (USD miliar)
165
755
893
918
915
891
861
933
PDB per kapita (USD)
857
3,167
3,688
3,741
3,528
3,442
3,329
3,603
20.8
14.5
15.5
15.5
15.1
14.7
13.1
..
9.0
3.9
4.2
4.1
3.7
3.8
2.2
..
11.7
10.5
11.2
11.4
11.3
10.9
10.7
..
Pengeluaran
22.4
15.2
16.5
17.3
17.3
16.8
15.7
..
Konsumsi
4.0
3.6
3.8
3.9
4.1
4.0
4.5
..
Modal
2.6
1.2
1.5
1.7
1.9
1.4
1.9
..
Bunga pinjaman
5.1
1.3
1.2
1.2
1.2
1.3
1.4
..
Subsidi
6.3
2.8
3.8
4.0
3.7
3.7
1.6
..
Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP) Penerimaan dan hibah
2000 1
2
Penerimaan bukan pajak Penerimaan pajak
Surplus/defisit
-1.6
-0.7
-1.1
-1.8
-2.2
-2.1
-2.6
..
Utang Pemerintah
97.9
24.5
23.1
23.0
24.9
24.7
26.8
..
51.4
11.1
10.2
9.9
11.2
10.2
11.9
..
87.1
26.8
25.2
27.5
29.1
32.9
36.0
..
..
4.0
1.3
0.0
-0.8
1.7
-0.1
1.3
Utang luar negeri pemerintah Total utang luar negeri (juga utang swasta) 3
Neraca Pembayaran (% PDB) Neraca pembayaran keseluruhan
Neraca transaksi berjalan
4.8
0.7
0.2
-2.7
-3.2
-3.1
-2.0
-1.8
Ekspor, barang dan jasa
42.8
22.0
23.8
23.0
22.5
22.3
19.9
18.1
Impor, barang dan jasa
33.9
19.2
21.2
23.2
23.2
22.7
19.3
17.1
8.9
2.8
2.7
-0.2
-0.7
-0.3
0.6
1.0
..
3.5
1.5
2.7
2.4
5.0
2.0
3.1
Penanaman modal langsung, neto
-2.8
1.5
1.3
1.5
1.3
1.7
1.2
1.6
Cadangan devisa bruto (USD miliar)
29.4
96.2
110.1
112.8
99.4
111.9
105.9
116.4
20.4
8.3
7.5
3.8
5.0
5.4
4.0
2.5 7.2
Transaksi berjalan Neraca transaksi keuangan
Moneter (% perubahan) Deflator PDB1
3
Suku bunga Bank Indonesia (%)
..
6.9
6.5
4.7
6.0
7.9
7.6
Kredit domestik
..
22.8
24.6
23.1
21.6
11.6
10.4
..
8,392
9,087
8,776
9,384
10,460
11,869
13,389
13,300
Indeks harga konsumen (akhir periode)
9.4
7.0
3.8
3.7
8.1
8.4
3.4
3.0
Indeks harga konsumen (rata-rata)
3.7
5.1
5.3
4.0
6.4
6.4
6.4
3.5
Nilai tukar Rupiah/USD (rata-rata)
Harga-harga (% perubahan)
1
4
Harga minyak mentah Indonesia (USD per barel) 28 79 112 113 107 60 36 51 Sumber: 1 BPS dan Perhitungan staf Bank Dunia, menggunakan angka yang direvisi dan rebased, 2 MoF dan Perhitungan staf Bank Dunia, 3 BI, 4 CEIC
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55
Melanjutkan perubahan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia 2000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1
2016
Kependudukan Penduduk (juta) 213 242 245 248 251 254 258 .. Tingkat pertumbuhan penduduk (%) 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 .. Penduduk perkotaan (% terhadap total) 42 50 51 51 52 53 53.7 .. Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja) 55 51 51 50 50 49 49.0 .. 2 Angkatan Kerja Angkatan kerja, total (juta) 98 117 117 120 120 122 122 125 Laki-laki 60 72 73 75 75 76 77 77 Perempuan 38 45 44 46 45 46 46 48 Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%) 45 38 36 35 35 34 33 32 Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%) 17 19 21 22 20 21 22 21 Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%) 37 42 43 43 45 45 45 47 Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja) 8.1 7.1 7.4 6.1 6.2 5.9 6.2 5.6 3 Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan) 104 374 421 446 487 548 623 697 Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan) 73 212 234 249 272 303 331 354 Jumlah penduduk miskin (juta) 38 31 30 29 28 28 29 28 Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan) 19.1 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 11.2 10.9 Di perkotaan 14.6 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 8.3 7.8 Di perdesaan 22.4 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 14.2 14.1 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga 15.5 11.0 10.2 9.5 9.2 9.0 9.3 9.0 Perempuan sebagai kepala rumah tangga 12.6 9.5 9.7 8.8 8.6 8.6 11.1 9.8 GINI indeks 0.30 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) 9.6 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 7.2 7.1 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) 38.6 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 47.3 46.2 Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% .. 0.40 0.40 0.39 0.59 0.53 0.59 0.60 4 PDB) 1 Kesehatan dan Gizi Tenaga kesehatan (per 1,000 people) 0.16 0.29 .. 0.20 .. .. .. Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) 52 33 32 30 29 28 27 .. Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup) 22 16 16 15 15 14 14 .. Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 41 27 26 25 24 24 23 .. Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran 265 165 156 148 140 133 126 .. hidup) Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun) 74 78 80 85 84 77 69 .. Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP) 2.0 2.9 2.7 2.9 2.9 2.8 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP) 0.7 1.1 1.1 1.2 1.2 1.1 .. .. 3 Pendidikan Angka partisipasi murni (APM) SD, (%) .. 92 92 93 92 93 97 97 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 48 49 49 50 48 49 49 Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%) .. 61 60 60 61 65 66 66 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 50 50 49 50 50 51 51 Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%) .. 16 14 15 16 18 20 21 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 53 50 54 54 55 56 55 Angka melek huruf Dewasa (%) .. 91 91 92 93 93 95 95 5 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB) .. 3.5 3.6 3.8 3.8 3.6 3.5 3.0 5 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN) .. 20.0 20.2 20.1 20.0 19.9 20.6 20.0 1 Air Bersih dan Kesehatan lingkungan Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot 78 85 85 86 86 87 87 .. penduduk) Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 91 93 93 94 94 94 94 .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 68 76 77 77 78 79 80 .. Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot 44 57 58 59 60 61 61 .. penduduk) Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 64 70 71 71 72 72 72 .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 30 44 45 46 47 48 48 .. 1 Lainnya Pengurangan risiko bencana (skala 1-5; 5=terbaik) .. .. 3.3 .. .. .. .. .. 6 Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%) 8 18 18 19 19 17 17 20 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 MoF, Bappenas, dan Perhitungan staf Bank Dunia, hanya mencakup belanja pada Raskin, Askes, Beasiswa untuk keluarga miskin, dan PKH dan realisasi; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union
M a re t 2 0 17
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56
Melanjutkan perubahan
M a re t 2 0 17
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57
June 2016
Resilience through reforms
Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA) program.