1
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …......
Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Sentra Kerajinan Batik Gajah Oling Kabupaten Banyuwangi (Analysis Of The Development Of Micro, Small And Medium Enterprises In The Centre Of Batik Gajah Oling Banyuwangi District ) Marda H. H., P. Edi S., A. Hanim. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail:
[email protected]
Abstrak Untuk mengukur besar pengaruh tenaga kerja(X1), kain(X2), lilin batik(X3), obat pewarna(X4) dan tempat usaha(X5) terhadap produksi pengrajin batik digunakan analisis regresi linier berganda dan analisis SWOT. Hasil analisis regresi linier berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel X 1, X2, X3, X4 dan X5 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi batik di Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil estimasi yang menunjukkan nilai probabilitas F-hitung sebesar 0,000000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil (<) dari tingkat signifikansi (α = 5%), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil analisis regresi linier berganda secara parsial menunjukkan nilai probabilitas t-hitung variabel X1 sebesar 0,6075; variabel X2 sebesar 0,0000; variabel X3 sebesar 0,0949; X4 sebesar 0,4630; variabel X5 sebesar 0,0555. Karena tingkat probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% maka H0 ditolak, berarti secara parsial variabel X1, X2, X3, X4 dan X5 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi Batik. Dari hasil analisis koefisien determinasi berganda (R²) diperoleh hasil sebesar 0,990002, hal ini berarti 99 % perubahan produksi Batik Gajah Oling dipengaruhi oleh variabel X1, X2, X3, X4 dan X5. Sedangkan sisanya sebesar 1 % disebabkan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan regresi yang dibuat.
Kata kunci: produksi batik, tenaga kerja, kain, lilin batik, obat pewarna dan tempat. Abstract To measure the influence of labor(X1), fabric(X2), batik wax(X3), dye cloth drug( X4) and place( X5) of businesses toward the production of batik artisan used multiple linear regression analysis and SWOT analysis. The results of multiple linear regression analysis together shows the variable X 1, X2, X3, X4 and X5 have significant influence on the production of banyuwangi batik in banyuwangi district. It can be proved of the estimation result of that reflects the probability f-statistic 0,000000 means the values smaller (<) from the level of significance (α = 5%), so that H 0 will be rejected and Ha is accepted. The result of the analysis linear regression in partial show the probability t-statistic variable X 1 is 0,6075; variable fabric X2 is 0,0000; variable X 3 is 0,0949; variable X 4 is 0,4637; variable X 5 is 0,0555. Because the level of significance probability smaller than 5% and H 0 is rejected, means a partial variable X 1, X2, X3, X4 and X5 have significant influence on the production of batik. The result of the multiple determined coefficient (R 2) is 0,990002, the result is obtained means 99 % production of batik gajah oling influenced by variable X 1, X2, X3, X4 and X5. While 1 % caused by other factors. Keywords: batik production, labor, fabric, batik wax, a dye cloth drug and place .
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …......
Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Ekses dari peningkatan taraf hidup dan pemerataan pendapatan antar golongan masyarakat menimbulkan dua permasalah yang saling berkaitan. Menurut Djojohadikusumo (1995:4) menyatakan bahwa arti sesungguhnya peningkatan taraf hidup berarti memenuhi kebutuhan konsumsi secara nyata baik kualitatif dan kuantitatif. Menurut Schumacher (1978) bahwa usaha-usaha kecil akan semakin berkontribuasi kuat di masa depan bagi kemakmuran suatu bangsa. Keberadaan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) diharapkan dapat mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja sebagai akibat adanya tekanan penduduk dan munculnya pengangguran baru yang diakibatkan oleh pemutusan hubungan kerja. Usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja terutama dari golongan masyarakat rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2002). Pentingnya pengembangan UMKM didasarkan pada dua pertimbangan yaitu struktur yang lebih kokoh sehingga memilki potensi untuk bertahan dan memiliki sifat padat karya yang memberikan kontribusi ganda melalui peningkatan pendapatan perkapita juga mendukung penyerapan tenaga kerja. Menurut Yusi dan Zakaria (2001) menyatakan bahwa industri kecil perkotaan memperlihatkan kebanyakan industri kecil menggunakan fasilitas produksi yang masih bersifat tradisional dan sederhana, yang mengakibatkan hasil produksi tidak terstandarisasi dan kadang tidak memenuhi kualitas yang diinginkan pasar. Mutu yang rendah dan tidak seragam mempengaruhi peresesi pasar yang berbeda-beda dan pola pikir para pengusaha memiliki pola pikir tradisonal dan menutup diri dengan adanya perubahan. Hal ini merupakan kelemahan dan permasalahan sulitnya UMKM untuk berkembang salah satunya yaitu skala ekonominya kecil sehingga sulit untuk menekan biaya serta kemampuan pemasaran dan diversifikasi pasarnya cenderung terbatas. Usaha Mikro kecil dan Menengah khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi untuk berkembang. Khususnya UMKM pada sentra Batik Gajah Oling karena batik tersebut merupakan batik khas dari Kabupaten Banyuwangi. Batik adalah karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia dan patut dilestarikan keberadaannya serta dibudidayakan secara maksimal, dan batik merupakan industri kerajinan yang merupakan usaha turun-temurun dari generasi ke generasi, namun belum sepenuhnya ditangani secara profesional sehingga perkembangannya relatif sangat lamban. Untuk itu adanya penelitian mengenai Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sentra Kerajinan Batik Gajah Oling Kabupaten Banyuwangi yang diharapkan dapat membantu bagaimana para pengusaha Batik Gajah Oling mampu mengembangkan usahanya agar mampu Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
2
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada disekitarnya.
Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian descriptive yaitu jenis penelitian yang mampu menjelaskan pengembangan UMKM di sentra kerajinan Batik Gajah Oling di Kabupaten Banyuwangi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara langsung pada responden atas dasar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan data sekunder diperoleh secara tidak langsung atau melakukan pencatatan yang berasal studi pustaka yang terkait dengan penelitian ini. Penentuan Pengambilan Data Populasi Populasi adalah wilayah yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya (Sugiyono, 2003 : 45). Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pengrajin Batik yang berada di Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan data perindustrian Tahun 2013 Usaha Kerajinan Batik Gajah Oling di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 32 unit yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan masalah maka metode analisis pada penelitian ini akan menggunakan dua jenis analisis, yaitu regresi linier berganda dan analisis SWOT. Dengan menggunakan kedua alat analisis tersebut diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya menjadi lebih signifikan. Dari uraian diatas maka alat analisis yang dipakai adalah mengacu pada model penelitian Wanty, EE (2006) yakni pendekatan model fungsi Cobb Douglas dengan 5 (lima) variabel yaitu penggunaan tenaga kerja, kain, lilin batik, obat pewarna dan tempat sehingga spesifikasi modelnya sebagai berikut : Prod = α0 + β0TK + β1BK + β2LB + β3OP + β4T + e Dimana : Prod : Produksi TK : Tenaga Kerja BK : Kain LB : Lilin Batik OP : Obat Pewarna T : Tempat β0β1β2β3β4 : koefisien regresi e : Gangguan Uji Statistik Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel – variabel bebas secara serempak (simultan) terhadap variabel terikat (Supranto, 2004:2003), Uji F dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: a. menentukan Fhitung dengan rumus : 2
F=
R /k −1 .................................................. (1) 2 21− R n−k
Keterangan: R2 = koefisien determinasi
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... n = jumlah observasi k = banyaknya variabel b. perumusan hipotesis adalah sebagai berikut: 1) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, artinya secara bersama – sama variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat; 2) Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, artinya secara bersama – sama variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. c. kriteria pengujian: dengan menggunakan tingkat signifikasi (α = 1%, 5%, 10%) maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) jika probabilita Fhitung > tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%) maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh antar variabel bebas secara bersama – sama terhadap variabel terikat; 2) jika probabilita Fhitung ≤ tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%) maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat pengaruh variabel bebas secara bersama – sama terhadap variabel terikat. Koefisien Determinasi Berganda (R2) Uji Determinasi Berganda (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa besar proporsi variasi variabel dependen mampu dijelaskan seluruh variabel independen. Widarjono, (2009) menyatakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi digunakan analisis koefisien regresi dengan rumus sebagai berikut: RSS ESS R2 - 1 ................................................. (2) TSS TSS 2 et R2 = ................................................................... (3) 2 yt Keterangan : R2 = koefisien regresi ESS = jumlah kuadrat regresi/Explained Sum of Square RSS = jumlah kuadrat kesalahan regresi/Residual Sum of Square TSS = total jumlah kuadrat/Total Sum of Square Batas nila R2 adalah : 0 < R2 < 1 Kriteria pengujian: 1. jika nilai R2 menghasilkan nilai yang mendekati 1, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah positif, artinya apabila ada kenaikan dalam variabel bebas akan menyebabkan kenaikan pada variabel terikat; 2. jika nilai R2 menghasilkan nilai yang mendekati 0, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah kurang atau tidak ada hubungan, artinya apabila ada kenaikan atau penurunan pada variabel bebas tidak akan menyebabkan kenaikan pada variabel terikat; 3. jika nilai R2 menghasilkan nilai yang mendekati -1, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sempurna dan negatif, artinya apabila ada kenaikan dalam variabel bebas akan menyebabkan penurunan pada variabel terikat. Uji Parsial (Uji t) Adalah salah satu uji statstik yang digunakan dalam melihat tingkat signifikansi pada masing-masing variabel
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
3
independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen yang lain adalah konstan. a. menentukan t hitung dengan rumus: i thitung = …............................................................ (4) S i Keterangan: βi = koefisien regresi Sβi = standart error dari koefisien regresi b. menentukan perumusan hipotesis sebagai berikut: 1) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat; 2) Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. c. menentukan tingkat signifikansi sehingga diperoleh nilai ttabel d. membandingkan nilai thitung dengan ttabel (α = 1%, 5%, 10%) e. kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) jika probabilitas thitung > tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat; 2) jika probabilitas thitung ≤ tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji asumsi bahwa diantara variabel-variabel bebas dalam suatu model tidak saling berkorelasi satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir variabel independen. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikasi, yaitu: a. Jika statistik F signifikan tetapi statistik t tidak ada yang signifikan b. jika R2 relatif besar tetapi statistik t tidak ada yang signifikan. Menurut Gujarati (1995:166), untuk mengetahui adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat koefisien korelasi. Koefisien korelasi yang melebihi 0,50 menunjukkan adanya multikollinearitas, gejala multikolinieritas juga dapat dideteksi dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Dalam VIF melihat R2 secara parsial jika nila R mendekati 1 maka nilai VIF tak terhingga. Uji Autokerelasi Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah tidak ada autokorelasi. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variansnya tidak minimum. Dengan lambang : E (ui,uj) ≠ 0 i≠j
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model digunakan uji Breusch – Godfrey (Breusch – Godfrey Test) (Insukindro et al, 2001:91; Widarjono, 2009:147). Untuk menerapkan uji B-G, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu (Gujarati, 1995): a. melakukan regresi atau estimasi dengan menggunakan model empiris yang sedang diestimasi, kemudian didapatkan nilai residual. b. Melakukan uji hipotesis nol (H0) : ρ1 = ρ2 =.....= ρp = 0 Jika (n-p)*R2 = X2-hitung melebihi nilai X2-hitung, maka hipotesis nol ditolak, dan sebaliknya bila X2-hitung lebih kecil dibandingkan nilai X2-hitung maka hipotesis nol tidak dapat ditolak. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi penting model regresi model linier klasik adalah tiap unsur ketidaksamaan varian dari faktor pengganggu (disturbance error), tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang sama dengan σ2. Ini merupakan asumsi homoskedastisitas atau varians yang sama (Gujarati, 2003). Heteroskedastisitas muncul apabila residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi yang lainnya. Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatar belakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Hal tersebut dilambangkan sebagai berikut : E(Ui2) = σ2 ..................................................................... (5) Dimana : σ2 = varians I = 1, 2, 3....N Jika terjadi heteroskedastisitas maka walaupun penaksir tersebut tetap tidak bias dan konsisten baik dalam sampel besar maupun kecil. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan heteroskedastik pada model, peneliti menggunakan uji Park (Park test) menurut Gujarati (1995) langkah-langkah yang harus dilakukan : a. Park menggunaan metode bahwa σ2 merupakan fungsi dari variable – variable bebas yang dinyatakan sebagai berikut : σi2 = αXiβ
4
Kriteria penilaian dalam analsis SWOT adalah sebagai berikut: 1. Posisi perusahaan pada kuadran satu menunjukkan bahwa suatu perusahaan memiliki pengembangan potensi. Perusahaan didukung dengan adanya kekuatan internal sehingga dapat memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. 2. Posisi perusahaan pada kuadran dua menunjukkan bahwa suatu perusahaan memiliki pengembangan potensi. perusahaan ini memiliki kekuatan internal namun dilain pihak menghadapi beberapa ancaman eksternal. Strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversivikasi produk/pasar. 3. Posisi perusahaan pada kuadran tiga menunjukkan bahwa suatu perusahaan memiliki pengembangan potensi. perusahaan ini memiliki peluang pasar yang sangat besar namun dilain pihak mengalami beberapa kelemahan internal. 4. Posisi perusahaan pada kuadran empat menunjukkan bahwa suatu perusahaan tidak memiliki pengembangan potensi. perusahaan ini mengalami berbagai ancaman eksternal dan memiliki kelemahan internal.
Hasil Penelitian Hasil Analisis Data Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 32 responden pemilik UKM batik di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan software eviews yang diharapkan akan mampu menunjukkan pengaruh atau kekuatan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pada regresi ini yang menjadi variabel dependen adalah jumlah produksi batik (Y) dan variabel independen adalah faktor tenaga kerja (X1), kain (X2), lilin batik (X3), obat pewarna (X4) dan tempat (X5). Alat analisis yang digunakan
c. karena σi2 umumnya tidak diketahui, maka ini dapat
adalah regresi linier berganda dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = -10,32875 + 0,283438 X1 + 2,592869 X2 + 2,884626
ditaksir dengan menggunakan ut sebagai proksi sehingga :
X3 + 0,846688 X4 + 5,154484 X5
b. persamaan ini dijadikan linear dalam bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi : Ln σi2 = α + βXi + Vi
2
Ln ut = α + βXi + Vi Hasil : jika variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat, berarti ada heteroskedastisitas. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sentra Kerajinan Batik Gajah Oling Kabupaten Banyuwangi. Analisis SWOT dapat digambarkan pada diagram berikut ini (Rangkuti, 2003:19):
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
1. Apabila variabel independent (tenaga kerja, kain, lilin batik, obat perwarna dan tempat dianggap konstan maka produksi batik akan berkurang -10,32875. 2. Besarnya koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar 0,283438. Artinya apabila jumlah tenaga kerja naik 1% maka jumlah produksi batik akan naik sebesar 0,28 % dengan asumsi variabel-variabel lain bersifat konstan. 3. Besarnya koefisien regresi kain sebesar 2,592869. Artinya apabila jumlah kain naik 1 % maka jumlah produksi batik akan naik sebesar 2,6 % dengan asumsi variabelvariabel lain bersifat konstan.
5
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... 4. Besarnya koefisien regresi variabel lilin batik sebesar 2,884626. Artinya apabila jumlah lilin naik sebesar 1 % maka jumlah produksi batik akan naik sebesar 2,9 % dengan asumsi variabel-variabel lain bersifat konstan. 5. Besarnya koefisien regresi variabel obat pewarna sebesar 0,846688. Artinya apabila jumlah obat pewarna naik sebesar 1 % maka jumlah produksi batik akan naik sebesar 0,85 % dengan asumsi variabel-variabel lain bersifat konstan 6. Besarnya koefisien regresi variabel tempat sebesar 5,154484. Artinya apabila lahan/tempat bertambah 1 % maka jumlah produksi batik akan naik sebesar 5,15 % dengan asumsi variabel-variabel lain bersifat konstan. Uji Statistik Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai F sebesar 514,9029. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tenaga kerja, kain, lilin batik, obat pewarna, dan tempat secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap produksi batik secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 514,902 %. Koefisien Determinasi Berganda (R2) Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,990002 berarti besarnya pengaruh yang dijelaskan oleh variabel tenaga kerja, kain, lilin batik, obat pewarna dan tempat terhadap produksi sebesar 99 %, sedangkan 1 % dipengaruhi oleh variabel lain. Uji t a. Uji t pengaruh tenaga kerja terhadap produksi batik Dari hasil pengolahan data uji t pengaruh variabel bebas tenaga kerja terhadap variabel terikat produksi batik diperoleh nilai koefisien regresi (β1) 0,283438 nilai tstatistik 0,519998 dan nilai probabilitas 0,6075. b. Uji t pengaruh kain terhadap produksi batik Dari hasil pengolahan data uji t pengaruh variabel bebas kain terhadap variabel terikat produksi batik diperoleh nilai koefisien regresi (β2) 2,592869 nilai t-statistik 7,998021 dan nilai probabilitas 0,0000. c. Uji t pengaruh lilin batik terhadap produksi Dari hasil pengolahan data uji t pengaruh variabel bebas lilin batik terhadap variabel terikat produksi batik diperoleh nilai koefisien regresi (β3) 2,884626 nilai t-statistik 1,733205 dan nilai probabilitas 0,0949. d. Uji t pengaruh obat pewarna terhadap produksi batik Dari hasil pengolahan data uji t pengaruh variabel bebas obat pewarna terhadap variabel terikat produksi batik diperoleh nilai koefisien regresi (β4) 0,846688 nilai tstatistik 0,744987 dan nilai probabilitas 0,4630. e. Uji t pengaruh tempat terhadap produksi batik Dari hasil pengolahan data uji t pengaruh variabel bebas tempat terhadap variabel terikat produksi batik diperoleh nilai koefisien regresi (β5) 5,154484 nilai t-statistik 2,005135 dan nilai probabilitas 0,0555. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah uji ekonometrik yang digunakan untuk menguji apakah terjadi hubungan linier antara
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model. Sehingga sulit untuk memisahkan variabel-variabel tersebut secara individu terhadap variabel terikat. Nilai R2 untuk persamaan 1 (X1 sebagai variabel independen) adalah sebesar 0,936216, persamaan 2 (X 2 sebagai variabel independen) adalah sebesar 0,908549 dan persamaan 3 (X3 sebagai variabel independen) sebesar 0,895033. Karena nilai R21 > R22 > R23 > R24, maka tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independen. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji autokorelasi menggunakan uji LM dengan leg 1. Hasil uji LM ditampilkan dalam tabel 4.3 Nilai Chi square hitung sebesar 3,121415. Berdasarkan nilai probabilitas Chi squares sebesar 0,077270 kita menerima H 0 karena tingkat signifikansi α lebih besar dari 10% yaitu 15%. Berdasarkan uji LM ini berarti model tidak mengandung masalah autokorelasi karena probabilitas 0,07 > α 5% > α 10%, serta R2 = 5 % Tabel 1 autokorelasi menggunakan uji LMdengan leg 1 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test F-statistic
2.702188 Prob. F(1,25)
0.112730
Obs*R3.121415 Prob. Chi-Square (1) 0.077270 Squared Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila distribusi probabilitas tidak sama dalam semua observasi dan variasi setiap residual adalah tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji white no cross terms yang dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Heteroskedastisitas menggunakan uji white White Heteroskedasticity Test F-statistic
5.614060 Prob. F(10,21)
Obs*R-Squared
23.28863 Prob. Chi-Square (10)
0.00043 8
0.00973 0 Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,727770. Nilai chi square hitung sebesar 23,28863 diperoleh dari informasi Obs*R-squared yaitu jumlah observasi dikalikan dengan koefisien determinasi. Sedangkan nilai kritis chi squares (χ2) pada α = 5%. Dengan df sebesar 14 adalah 23,6848. Karena nilai Chi squares hitung (χ2) lebih kecil dari nilai kritis chi squares (χ2) maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tidak ada heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi squares sebesar 0,009730 atau pada α = 0,09 %. Analisis SWOT Untuk mengetahui potensi pengembangan usaha UKM batik di Kabupaten Banyuwangi digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah suatu analisis yang digunakan untuk mencari rencana strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman pada usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi.
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal a. Identifikasi faktor-faktor internal Usaha kerajinan batik secara internal memiliki faktor kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) yang dapat mempengaruhi bahkan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Tabel 3 IFAS (Internal Faktor Analysis Summary) No.
S (Strenghts/kekuatan)
No .
W (Weakness/Kelemahan
1 2
Terdapat sentra industri Tenaga kerja cukup melimpah Harga input relatif stabil Adanya kemitraan Keterampilan kerja sederhana Proses produksi sederhana Potensi pengembangan pasar tinggi Ketersediaan input cukup Dapat dijadikan usaha sampingan
1
Kurangnya aksesbilitas modal usaha Penguasaan teknologi masih rendah Produksi tidak berdasarkan permintaan pasar Rendahnya tingkat pendidikan dan kapasitas manajerial Kurangnya akses informasi pasar Produksi belum intensif Etos kerja dan profesionalitas rendah Tidak ada dukungan finansial dari Bank Rendahnya inovasi
3 4 5 6 7 8 9
2 3 4 5 6 7 8 9
b. Identifikasi faktor-faktor eksternal Usaha kerajinan batik secara eksternal memiliki peluang dan ancaman. Tabel 4 EFAS ( Eksternal FactorAnalysis Summary) No .
O (oportunity/peluang)
No .
1
Kondisi ekonomi nasional semakin membaik Dukungan sistem Infrastruktur, sistem informasi dan komunikasi yang memadai Populasi penduduk semakin meningkat Dukungan pemerintah terhadap eksistensi usaha tinggi Usaha dapat bersaing dipasar nasional
1
2
3 4 5
2 3 4 5 6 7 8
T (Threat/ancaman) Masuknya pengusaha luar daerah Jumlah pesaing meningkat Ada hambatan masuk pasar Harga output fluktuatif Produk pesaing Akses pasar terbatas Inflasi Globalisasi
Kuadran Analisis SWOT Setelah mengetahui faktor internal dan eksternal usaha kerajinan batik, komponen diinteraksikan dengan metode SWOT. Hasil dari interaksi tersebut dapat ditunjukkan pada kuadran SWOT dalam gambar 2:
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
6
Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat 19 orang reponden yang berada pada kuadaran satu, 12 orang responden pada kuadran dua, dan satu orang responden pada kuadran empat. Sebagian besar responden berada pada kuadran satu yang artinya bahwa usaha kerajinan batik memiliki potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan karena memiliki kekuatan intenal dan peluang eksternal. Kekuatan internal yang dianggap penting adalah adanya kemitraan, ketersediaan input cukup, dan potensi pengembangan pasar tinggi. Peluang ekternal yang dapat dicapai adalah usaha dapat bersaing di pasar nasional. Di lain sisi terdapat beberapa orang responden yang berada pada kuadran dua dan empat. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam pengembangan usaha kerajinan batik terdapat beberapa kendala yaitu adanya kelemahan internal dan ancaman eksternal. Kelemahan internal yang dianggap penting oleh sebagian besar responden adalah kurangnya aksesbilitas modal usaha, tidak ada dukungan finansial dari bank, dan produksi yang dilakukan belum intensif. Kelemahan internal ini dapat menjadi kendala dalam pengembangan usaha kerajinan batik. Selain itu ancaman ekternal yang dianggap sangat penting adalah harga output berfluktuatif. Terkait dengan hal itu, strategi yang direkomendasikan dalam rangka pengembangan usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: a. Strategi S-O (kuadran I) Stratergi S-O digunakan untuk menggunakan seluruh kekuatan agar dapat memanfaatkan peluang yang sebesarbesarnya. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi antara lain tenaga kerja yang melimpah, keterampilan kerja yang sederhana, potensi pengembangan pasar yang tinggi, dan ketersediaan input. Kekuatan tersebut dimaksimalkan untuk mendapatkan peluang yaitu kondisi ekonomi yang semakin membaik dan dukungan pemerintah. Strategi ekonomi yang dapat dilakukan adalah UKM Batik Gajah Oling harus meningkatkan kemitraan dengan perusahaan besar atau lembaga keuangan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Strategi ekonomi yang telah dipaparkan tersebut bertujuan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi. Hubungan kemitraan antara perusahaan dan pengrajin batik sangat dibutuhkan dalam usaha kerajinan batik agar pengrajin batik dapat lebih berorientasi pada bisnis. Banyak pengrajin batik masih berada pada skala usaha kecil karena modal yang sangat terbatas. b. Strategi S-T (kuadran II) Strategi S-T digunakan untuk menghindari, paling tidak memperkecil dampak negatif dari ancaman atau tantangan eksternal seperti adanya produk pesaing, masuknya pengusaha dari luar daerah, namun usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Jumlah responden yang berada di kuadran dua ini adalah 12 orang pengrajin. Strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang, strategi yang dapat diterapkan adalah: 1. menetapkan peraturan perdagangan batik dalam hal penentuan harga batik dan penetapan sistem transaksi perdagangan.
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... 2. mengawasi dan mengontrol kualitas batik yang akan dipasarkan. Strategi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam pengembangan usaha kerajinan Batik Gajah Oling, ketimpangan peranan antara pelaku usaha yang terlibat dalam usaha kerajinan batik menyebabkan harga dapat dikendalikan oleh beberapa pihak atau pelaku tertentu. Hal itu berdampak pada harga batik di tingkat pengrajin berfluktuatif. Oleh karena itu sangat diperlukan campur tangan dari pemerintah daerah untuk mengawasi perdagangan batik. a. Strategi W-T (kuadran IV) Usaha kerajinan batik ini mengalami berbagai ancaman eksternal dan memiliki kelemahan internal. Jumlah responden yang berada dalam kuadran empat ini adalah satu orang pengrajin. Strategi W-T bertujuan untuk mengatasi hambatan serta meminimalkan dampak dari ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah: 1) melakukan pembinaan terhadap pengrajin dalam pengolahan yang intensif dan membenahi kapasitas manajerial para pengrajin melalui peningkatan peran penyuluh dari intansi terkait sehingga dapat meningkatkan kualitas batik. 2) memberikan bantuan modal lunak terhadap pengrajin (terutama bagi pengrajin yang berskala kecil). Strategi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam pengembangan usaha kerajinan batik antara lain: 1. proses produksi yang kurang intensif menyebabkan kualitas batik menjadi rendah. Semakin tingginya populasi penduduk berdampak pada peningkatan permintaan batik. Strategi W-T diharapkan dapat memperbaiki kualitas batik sehingga dapat menghasilkan batik berkualitas tinggi dan meningkatkan permintaan batik. 2. pengrajin memiliki kapasitas manajerial yang rendah sehingga keuntungan dan kerugian tidak dapat dikalkulasi dengan tepat dan akurat. Peran penyuluh dari instansi terkait khususnya dari Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi selama ini masih kurang optimal.
Pembahasan Hasil estimasi regresi secara keseluruhan menunjukkan angka R2 sebesar 99 %, F-statistik = 514,9029, dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 untuk variabel tenaga kerja, lilin batik, obat pewarna dan tempat. Sedangkan pada taraf signifikan 10% untuk variabel kain. Berarti variasi perubahan jumlah produksi batik dijelaskan oleh variabel tenaga kerja, kain, lilin batik, obat pewarna dan tempat sebesar 99 %. Sehubungan dengan estimasi tersebut maka pembahasan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut : a) Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi batik pengaruh tenaga kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan (0,6075) terhadap produksi batik, dengan nilai elastisitas 0,283438. b) Pengaruh kain teradap produksi batik kain tidak berpengaruh secara signifikan (0,0000) pada taraf 10% terhadap jumlah produksi batik dengan nilai elastisitas 2,592869. c) Pengaruh lilin batik terhadap produksi batik
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
7
lilin batik berpengaruh positif dan signifikan (0,0949) terhadap jumlah produksi batik dengan nilai elastisitas 2,884626. d) Pengaruh obat pewarna terhadap produksi batik obat pewarna berpengaruh positif dan signifikan (0,4630) terhadap jumlah produksi batik dengan nilai elastisitas 0,846688. e) Pengaruh tempat terhadap produksi batik tempat berpengaruh positif dan signifikan (0,0555) terhadap jumlah produksi batik dengan nilai elastisitas 5,154484. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai koefisien yang paling besar adalah tempat, diikuti lilin batik, kain, obat pewarna dan tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang paling berpengaruh terhadap produksi batik adalah tempat. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil produksi Batik Gajah Oling Kabupaten Banyuwangi mengalami increasing return to scale. Hal ini ditunjukkan dari : b1 + b2 + b3 + ….. + bn >1 (-10,32875) + 0,283438 + 2,592869 + 2,884626 + 0,846688 + 5,154484 > 1 1,433355 > 1 Menurut Gujarati (2003:224) jika b 1 + b2 + … + bn > 1 maka kondisi elastisitas produksi adalah increasing return to scale, hal ini ditunjukkan dari nilai 1,433355 > 1. Pada analisis SWOT, usaha kerajinan batik memiliki potensi ekonomi yang sangat besar karena posisi atau letak sebagian besar responden berada di kuadran I. Kuadran I mencerminkan usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi memiliki kekuatan internal dan peluang eksternal sehingga strategi yang harus diterapkan adalah strategi ekonomi agresif. Strategi ekonomi yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan kemitraan antara pengusaha baik dengan perusahaan yang berskala besar atau lembaga keuangan. Oleh karena itu kemitraan sangat dibutuhkan dalam mendukung pengembangan usaha kerajinan batik. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mempunyai beberapa kebijakan khusus untuk Batik Gajah Oling agar tetap terjaga kelestariannya, diantaranya sebagai berikut : 1. menyelenggarakan festival batik yang diselenggarakan setiap tahun dengan tujuan ingin memperkenalkan dan mempromosikan Batik Gajah Oling kepada masyarakat luas; 2. setiap HUT Kabupaten Banyuwangi, setiap PNS, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pegawai perusahaan swasta, termasuk kalangan perbankan wajib memakai pakaian Batik Gajah Oling, selain itu juga menggunakan udeng (ikat kepala) yang juga berbahan batik serupa. 3. memajang motif Batik Gajah Oling di Museum Budaya Banyuwangi, bertujuan untuk mengenalkan kearifan lokal kepada setiap pengunjung;
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1) disimpulkan bahwa hasil produksi batik di Kabupaten Banyuwangi mengalami increasing return to scale. Hal ini ditunjukkan dari nilai 1,433355 > 1;
Marda Heri Hartoto et al., Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah …...... 2) Usaha kerajinan batik di Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi ekonomi karena berada pada kuadran satu dan dua. Saran Bagi pengusaha batik diharapkan dapat mempertahankan corak dan motif khas lokal dan mampu menjaga mutu batik khususnya, mulai dari proses pemilihan kain, desain, menggoreskan lilin batik, proses pewarnaan, dan pencelupan sehingga kualitas pembatikan akan selalu meningkat tanpa kehilangan ciri khas daerahnya.
Ucapan Terima Kasih Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Sentra Kerajinan Batik Gajah Oling Kabupaten Banyuwangi”. Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Ucapan terima kasih setulus-tulusnya peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu proses penyelesaian penelitian ini. Atas segala bantuan yang diberikan peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Kadardo dan Ibunda Sri Hartini. Bapak Drs. P. Edi Suswandi, M.P., Ibu Dra. Anifatul Hanim, M.Si., Bapak Prof. Dr. Mohammad Saleh, M.Sc., Bapak Dr. Teguh Hadi P., SE, M.Si., Ibu Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes. dan rekan serta kerabat yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, peneliti berharap semoga penelitian ini akan dapat memberikan manfaat yang baik. Terima kasih.
Daftar Pustaka Djojohadikusumo, S. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta. LP3ES Gujarati, D.N., 2003, Basic Econometrics, Fourth Edition, Mc Graw-Hill International Editions Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Rangkuti. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Schumacher, EF. 1978. Kecil itu Indah. LP3ES. Jakarta. Wanti, E.E. 2006. Analisis Produksi Batik Cap dari Ukm Batik Kota Pekalongan: Studi pada Sentra Batik Kota Kekalongan-Jawa Tengah. Yusi, M.S. dan Rini Zakaria. 2001. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Pemberdayaan Industri Kecil Perkotaan di Kota Palembang. Laporan atas
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015
Biaya P5D Sriwijaya.
Depdiknas.
Politeknik
8 Negeri