1.
Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali dengan adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dalam bentuk gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju. Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk berpikiran maju (progresif) dari kondisi atau masa sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan pada kepentingan kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di kota-kota pelabuhan Italia, seperti Florence, Genoa, dan Venesia. Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan banyak penemuan-penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-ekonomi, dan kebudayaan. 1. Di Bidang Ilmu Pengetahuan Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya teori Heliosentris (tata surya) olehNicolaus Copernicus, seorang ahli ilmu pasti dan astronomi dari Polandia. Ajaran Copernicus yang muncul pada tahun 1543 menjelaskan bahwa matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa dan ia menyatakan pula bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti bola. Pernyataan Copernicus ini sesungguhnya pernah muncul jauh sebelumnya, yakni bersumber dari pengalaman Marco Polo yang melakukan perjalanan dari Venesia (Italia) melalui jalur darat ke negeri Cina antara tahun 1271 - 1292 hingga kembali ke tempat asalnya. 2. Di Bidang Teknologi Selain di bidang ilmu pengetahuan, Nicolaus Copernicus juga mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat kompas yang dapat digunakan untuk menunjukkan arah dalam pelayaran. Pada tahun 1610, muncul ilmuwan baru dari Italia bernama Galileo yang mendukung dan memperjelas pokok-pokok ajaran Heliosentris dari Copernicus. Pada saat itu, Galileo telah mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat teropong jauh (teleskop). 3. Di Bidang Sosial Ekonomi Pada tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut wilayah Konstantinopel (terutama Bandar Bizantium yang biasa digunakan sebagai bandar penghubung perdagangan antara Asia dan Eropa). Peristiwa itu mengakibatkan terputusnya jalur perdagangan antara Asia dan Eropa sehingga para pedagang sulit untuk mendapatkan rempahrempah. Kondisi sosial ekonomi para pedagang Eropa menurun akibat krisis lalu lintas perdagangan ini, dan memaksa mereka untuk mencari jalan lain dalam menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan membelinya secara langsung dengan cara berlayar menjelajahi samudera. Perjalanan Marco Polo dari Venesia (Italia) ke negeri Cina dan ajaran Copernicus yang menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola, telah mampu mempengaruhi dan mendorong pelaut-pelaut Eropa lain seperti bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Perancis untuk berlayar mengarungi samudera ke segala penjuru dunia hingga dapat menemukan daerah-daerah baru yang kemudian dikuasai sebagai daerah jajahannya. Latar belakang masuknya bangsa Eropa ke Indonesia Pada permulaan abad pertengahan, bangsa Eropa sudah mengenal hasil / komoditas dagang dari Indonesia, yaitu rempah-rempah.Rempah-rempah dari Indonesia masuk ke wilayah Eropa melalui perdegangan secara berantai. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmani menutup perdagangan di Laut Tengah bagi orangorang Eropa, keadaan ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa menadi mundur,sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa,terutama rempahrempah. Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16 pelaut-pelaut Eropa berhasil menjelajahi samudera dan sampai ke negeri-negeri baru seperti Amerika, Afrika, AsiaTimur, termasuk Indonesia. Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan samudera pada akhir abad ke-16 diantaranya: 1. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmani tahun 1453. 2. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur. 3. Penemuan Copernicus yang di dukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. 4. Penemuan kompas. 5. Semangat Reconquesta,yaitu semangat pembalasan dendam terhadap kekuasaan Islam di mana pun. Tujuan penjelajahan samudera ini adalah G, Gold, Glory, Gospel, yaitu mencari kekayaan, kejayaan dan menyebarkan agama Nasrani. Penjelajahan samudera di pelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelautpelaut Spanyol dan Portugis melakukan penjelajahan samudera untuk mencari dunia baru. Pelaut-pelaut tersebut di antaranya: 1. Penjelajah dari Spanyol 1. Christopher Columbus, tahun 1492 sampai ke Bahama di Laut Karibia (Amerika) yang diyakini sebagai India,sehingga penduduk aslinya disebut Indian 1
2. Cortez, tahun 1519 berhasil menduduki Mexico setelah menaklukan kerajann Aztec dan suku Maya 3. Pizzaro, tahun 1530 berhasil menguasai Peru setelah menaklukan kerajaan Inca 4. Ferdinand Magelhaens, tahun 1520 sampai di wilayah Filipina 5. Sebastian d’Elcano, tahun 1521 sampai di wilayah Maluku, namun di Maluku telah berkuasa bangsa Portugis. 2. Penjelajah dari Portugis 1. Bartholomeus Diaz, tahun 1496 sampai ke ujung Afrika yang di beri namaTanjung Haeapan ( cape of good hope ) 2. Vasco da Gama, tahun 1498 sampai ke Kalkuta,India 3. Alfonso d’Albuquerque, tahun 1511 berhasil sampai ke Malaka, tahun 1512 sampai ke Maluku. Daerah-daerah yang berhasil di datangi oleh para pelaut Spanyol dan Portugis dijadikan daeah kekuasaan negaranya masin-masing, mereka memperkenalkan budaya latin sehingga berkembang budaya latin di daerah-daerah yang berhasil di dudukinya. Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di Indonesia 1. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia ( 1511-1641) Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque,dengan demikian bangsa Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung dengan daerahdaerah di Indonesia seperti Ternate, Ambon, Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha menanamkan kekuasaannya di daerah Maluku dengan tujuan agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Tindakan Portugis yang sewenang-wenang dan bertindak kejam menimbulkan pertentangan antara rakyat Maluku dengan bangsa Portugis.Kekuasaan Portugia yang berlangsung dari tahun 1511-1641 meninggalkan peninggalan-peninggalan kebudayaan seperti bahasa, kesenian ( seni musik keroncong), penggunaan namanama yang meniru nama-nama orang Portugis, dan juga benda-benda peninggalan berupa meriam-meriam yang diberi nama Nyai Setomi (Solo), si Jagur ( Jakarta ), dan Ki Amuk (Banten). Selain itu bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik oleh seorang Missionaria bernama Fransiscus Xaverius. 2. Kekuasaan VOC ( Kompeni Belanda ) di Indonesia Bangsa Belanda memulai pelayarannya pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan sampai di wilayah Banten dengan tujuan untuk berdagang. Dari Bandar Banten, pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya kea rah timur dan berhasil membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup banyak.Sejak keberhaslannya itu, para pedagang Belanda semakin ramai dating ke Indonesia yang menyebabkan timbulnya persaingan diantara para pedagang Belanda. Untuk mengatasinya, pemerintah Belanda membentuk kongsi dagang yang diberi nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1602. 3. Tujuan dibentuknya VOC adalah : 1. menghindari persaingan antarpedagang Belanda 2. memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi Portugis dan Spanyol 3. mencari keuntungan sebesar-besarnya. 4. Hak istimewa VOC : 1. hak monopoli perdagangan 2. hak octrooi, yaitu hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri 3. hak ekstirpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil produksi rempah-rempah 4. hak mengadakan perjanjian, memungut pajak, memiliki angkatan perang, mendirikan benteng, dan hak untuk menjajah. Pada awalnya VOC berpusat di Banten, tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen mendirikan benteng di Jayakarta, tahun 1619 Jan Pieterzoon Coen mendirikan kota baru yaitu Bataviasetelah Jayakarta di baker, dan Batavia dijadikan sebagai pusat kekuasaan Belanda di Indonesia. Pada awal abad ke-18, VOC mengalami kemunduran yang disebabkan oleh: 1. Banyak pegawai VOC yang korupsi. 2. Persaingan dagang dangan prancis dan inggris. 3. Perdagangan gelap yang meraja lela. 4. Hutang VOC yang semakin besar. 5. Penduduk Indonesia banyak yang miskin. 6. Anggaran belanja yang besar untuk gaji pegawai. Tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda membubarkan VOC. Indonesia di bawah pemerintahan kerajaan Belanda Setelah di bubarkan,segala hak dan kewajiban diambil alih oleh pemerintah Republik Bataafshe sampai th 1807,tahun 1807 diganti menjadi kerajaan Holland oleh KaisarNapoleon Bonaparte ( Perancis) dan menunjuk adiknya Raja Louis Napoleon untuk memerintah Kerajaan Holland. Raja Louis Napoleon mengangkat Hernan Willen Daendels sebagai Gubernur Jendral di wilayah Indonesia, tugasnya adalaj mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tindakan yang dilakukan Daendels adalah: 1. Membangun ketentaraan dan mendirikan pabrik senjata. 2. Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan. 3. Membangun pelabuhan laut di Merak dan Ujung Kulon. 4. Bupati seluruh Jawa dijadkan pegawai negeri. 2
5. Perbaikan gaji dan pemberantasan korupsi. Dibidang ekonomi, untuk mengisi kas Negara yang kosong, di lakukan beberapa cara, yaitu: 1. Kewajiban menanam kopi 2. Pelaksanaan kerja rodi 3. Penjualan tanah kepada pengusaha swasta ( tanah partikelir ) 4. Menetapkan contingenten: pajak penyerahan hasil bumi
Masuknya Kekuatan Asing dan Berkembangnya kolonialisme dan Imperialisme barat di Indonesia a. Pengertian kolonialisme dan imperialisme *. Kolonialisme Kolonialisme berasal dari kata “colonus” yang artinya petani. Istilah ini diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan pindah ke daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan dengan negara asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari negara induk dan harus tunduk pada negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal penjajahan (imperialisme). Jadi kolonialisme adalah suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar wilayah induknya atau negara asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang lautan dan kemudian dijadikan bagian wilayah mereka. *. Imperialisme Berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang menguasai disebut imperator yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah yang dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain. Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah. Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda namun dalam prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa lain. Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah, sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya. Macam-macam imperialisme Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan menjadi 2 macam dengan perbedaan sebagai berikut : pembeda Imperialisme kuno Imperialisme modern Waktu Terjadi sebelum revolusi industri (abad 18) Terjadi setelah revolusi industri Tujuan Glory (mencari kejayaan) Gold (mencari kekayaan) Gospel (menyebarkan agama kristen) Mencari daerah baru untuk : -tempat mencari bahan mentah/baku industri -pemasaran hasil indutri -tempat penanaman modal b. Masuknya kekuatan barat dan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia Latar belakang pelayaran orang-orang eropa ke dunia timur dimulai dengan peristiwa dikuasainya kota Konstantinopel(ibukota Romawi Timur) oleh bangsa Turki dalam perang salib (1453) membawa perubahan besar bagi bangsa eropa. Kesultanan Turki melarang orang kristen membeli rempah-rempah dari Konstantinopel yang waktu itu menjadi satu-satunya pusat perdagangan rempah-rempah di eropa. Hal inilah yang akhirnya memaksa orang orang eropa untuk berlayar ke dunia timur dengan tujuan mencari sendiri pusat rempah-rempah dunia. Selain latar belakang di atas ada juga beberapa faktor yang mempercepat keinginan dari bangsa eropa untuk mengadakan pelayaran samodera, yaitu : keinginan untuk membuktikan teori Copernicus (heliosentris) - keinginan untuk membuktikan teori Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat - keinginan untuk membuktikan kisah perjalanan Marcopolo dalam bukunya “Imago Mundi” yang menceritakan keajaiban dan kemakmuran di dunia timur (Cina) ditemukannya kompas sebagai alat penunjuk arah dalam perjalanan - adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-orang islam di seluruh dunia Negara-negara pelopor perjalanan ke dunia timur Masa ketika negara-negara eropa melakukan perjalanan ke dunia timur dikenal dengan sebutan abad penjelajahan samodera. Negara-negara yang mempeloporinya adalah Portugis dan Spanyol. Berikut tokoh-tokohnya : Portugis : Bartholomeus Diaz (sampai ujung selatan Afrika 1486) Vasco da Gama ( sampai India 1498) Alfonso d’ Albuquerque ( sampai Malaka 1511, Maluku 1512) Spanyol : - Colombus ( penemu jalan ke Amerika, mendarat di kepulauan Bahama dan Haiti 1492) Hernando Cortez ( ekspedisi Meksiko 1485 – 1547) Magelhaenz (pengeliling dunia pertama 1519 – 1522) Negara-negara eropa yang lain seperti Inggris, Perancis, Belanda dll akhirnya mengikuti jejak Portugis dan Spanyol 3
mengadakan penjelajahan samodera. Akibat penjelajahan samodera adalah: ditemukannya benua baru oleh bangsa eropa, seperti Amerika, Australia. Munculnya penjajahan yang dirasakan oleh bangsa pribumi Pengenalan budaya barat kepada penduduk asli c. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Secara umum kedatangan bangsa barat di Indonesia dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan mendesak mencari rempah-rempah, yang kemudian diikuti oleh mencari kejayaan dan menyebarkan agama (Glory, Gold, Gospel). Bangsa-bangsa barat yang pernah menjajah Indonesia antara lain : Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis (tidak langsung), Belanda. Spanyol masuk dari Filipina ke Maluku (Tidore) tahun 1521, Portugis masuk Indonesia dari Malaka ke Maluku (Ternate) 1512. Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Di Indonesia mereka mendirikan VOC (1602). Beberapa gubernur jenderal Belanda yang memerintah : 1. Jan Pieterzoon Coen (1618), mendirikan benteng di Jayakarta 2. Daendels (1808-1811) Gubernur jenderal Belanda di Indonesia dalam pengaruh Perancis,terkenal karena membuat jalan dari AnyerPanarukan Masa penjajahan Inggris, gubernur jenderalnya dijabat oleh Raffles (1811-1814). Kebijakan yang dilakukannya adalah : 1. membagi Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah pengawasan 2. mengangkat para bupati menjadi pegawai negeri 3. melarang kerja rodi 4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente) 5. membentuk susunan pengadilan model Inggris Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814) maka Inggris menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Diangkatlan Van Den Bosch menjadi penguasa di Indonesia dengan tugas mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Ia kemudian menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu “Tanam Paksa (Cultuurstelsel)”. Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia, hal inilah yang kemudian menimbulkan usaha perlawanan rakyat menentang kekuasaan penjajah. Perlawanan Rakyat Menentang Penjajahan Asing Sebab-sebab terjadinya perlawanan : 1. penerapan berbagai politik pemerasan yang menyengsarakan rakyat, misal: politik devide et impera politik monopoli politik pax neerlandica 2. campur tangan penjajah terhadap urusan keraton 3. kekecewaan rakyat akibat kurang dihargainya budaya penduduk pribumi 4. dll Bentuk-bentuk perlawanan : a. Perang Maluku (1817) Sebab umum : ketidakpuasan rakyat akibat penerapan politik pemerasan yang diterapkan misalnya; monopoli cengkeh, pelayaran hongi Cara perlawanan : dengan menyerbu benteng Belanda Duurstede di Saparua Tokoh : Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Anthoni Reebok, dll b. Perang Paderi (1821-1838) Sebab : pertentangan aliran Wahabi (ingin pemurnian islam) dgn Tasawuf (islam tradisional) adanya kebiasaan buruk yang ingin diberantas misal; mabuk, judi dll pertentangan antara hukum adat (matrilinial) dgn hukum islam (patrilinial) perebutan pengaruh antara kaum adat dengan kaum ulama adanya campur tangan Belanda sehingga situasi memanas Cara perlawanan : melalui perang Tokoh : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Nan Cerdik, dll c. Perang Diponegoro (1825-1830) Sebab umum : kekuasaan raja Mataram yang semakin kecil dan terbatas, dibaginya wilayah kerajaan menjadi 4 daerah lewat perjanjian Giyanti dikuranginya hak-hak kaum bangsawan keraton beban rakyat semakin berat akibat pemerasan oleh penjajah Sebab khusus : pembuatan jalan kereta api melewati makam leluhur P. Diponegora tanpa izin Cara perlawanan : melalui pemberontakan di seluruh tanah Jawa Tokoh : P. Diponegoro, Sentot Alibasyah, P. Mangkubumi, Kyai Mojo, dll 4
d. Perang Aceh (1873-1904) Sebab perang : perbedaan penafsiran atas kedudukan daerah Sumatera Timur, baik Belanda maupun kerajaan Aceh menganggap itu wilayahnya - dibukanya terusan Suez menjadikan Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional adanya pelaksanaan politik Pax Neerlandica oleh Belanda - penolakan rakyat Aceh terhadap tuntutan Belanda agar Aceh tidak berhubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan Cara perlawanan : melalui pemberontakan bersenjata Tokoh : Teuku Umar, Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Din, dll e. Perang Bali (1846-1909) Sebab perang : - tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum “Tawan Karang” yang ditolak raja-raja Bali raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan Belanda Cara perlawanan : melalui perang puputan Tokoh : I Gustu Ketut Jelantik, I Gusti Ngurah Made Kerangasem, dll f. Perang Banjarmasin (1859-1863) Sebab perang : - terjadinya perselisihan mengenai tahta kerajaan antara P. Tamjidillah dan P. Hidayat, di mana Belanda kemudian campur tangan keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica disana Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat Tokoh : P. Hidayat, P. Antasari, dll g. Perang Tapanuli (1878-1907) Sebab perang : penentangan raja Tapanuli yang masih menganut animisme atas penyebaran agama Kristen oleh Belanda adanya keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat Tokoh : Sisingamangaraja XII Berbagai pemberontakan di atas semuanya dapat dipadamkan oleh Belanda karena kurangnya persatuan dan hanya mempertahankan daerahnya sendiri. Awal abad 20 Belanda telah dapat menguasai seluruh wilayah Indonesia sehingga penerapan politik Pax Neerlandica dapat dikatakan berhasil. Dalam perkembangannya awal abad 20 ini pula perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia mengalami perubahan yaitu melalui berbagai organisasi modern. Ini terjadi akibat positif dari politik ethis. 2. 3.
Turki Utsmani, Safawiyah di Persia, Mughol di India (bahan resume cukup) Proses masuknya islam ke Indonesia a. 5 teori masuknya islam ke Indonesia 1. Teori Makkah Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk tidak mengatakan sebagai koreksi–teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Disini Hamka menolak pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Selanjutnya Hamka dalam seminar Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia (1963) lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam di Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah. Guna dapat mengikuti lebih lanjut mengenai pendapat tentang masuknya Islam ke Nusantara abad ke-7, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan teori Gujarat menghapuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaannya di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada bangsa-bangsa lainnya. T.W. Arnold dalam The Preaching Of Islam: A History Of The Propagation of The Muslim Faith menulis bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 SM telah menguasai perdagangan di Ceylon. Pendapat ini sama dengan pandangan Cooke seperti yang dikutip oleh Abdullah bin Nuh dan D. Shahab ketika menjadi pembanding dalam “Seminar Masuknya Agama Islam Ke Indonesia”. Memang dalam informasi sejarah tersebut tidak disebutkan lebih lanjut tentang sampainya di Indonesia, tetapi menurut Suryanegara bila dihubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab kuno di dalamnya disebutkan al-Hind sebagai India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun di sebut sebagai pulau-pulau Cina-maka besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia. Bahkan sebagai bangsa asing yang pertama yang datang ke Nusantara. Karena bangsa India dan Cina baru mengadakan hubungan dengan Indonesia pada abad 1 M. Sedangkan hubungan Arab dengan Cina terjadi 5
jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan “kapal sahara”, jalan darat ini sering disebut sebagai “jalur sutra”, berlangsung sejak 500 SM. Kalau demikian halnya hubungan antar Arab dengan negara-negara Asia lainnya, maka tidaklah mengherankan bila pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina. Kemudian berita Cina itu ditulis kembali oleh T.W.Arnold (1896), J.C. Van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab. Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab di pantai barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara. Selain itu, Hamka juga mempunyai argumentasi lain yang menjadikan dirinya begitu yakin bahwa Islam yang masuk ke nusantara berasal dari daerah asalnya, Timur tengah, yaitu pengamatannya pada masalah madzab Syafi’i, sebagai madzab yang istimewa di Makkah dan mempunyai pengaruh terbesar di Indonesia. Analisis pada madzab Syafi’i inilah yang menjadikan Hamka berbeda dengan sejarawan Baratatau orientalis. Pengamatan ini di lupakan oleh para sejarawan Barat sebelumnya, sekalipun mereka menggunakan sumber yang sama, yakni laporan kunjungan Ibbu Battutah ke Sumatera dan Cambay. Tetapi karena titik analisisnya adalah permasalahan perdagangan, sehingga yang terbaca adalah barang yang di perdagangkan dan jalur perdagangannya. Sebaliknya, Hamka lebih tajam lagi merasuk pada permasalahan madzab yang menjadi bagian isi laporan kunjungan tersebut. Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti kerajaan Johor Malaysia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7 masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650 masehi. Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di teluk Persia yang pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena pedagang rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang berdekatan dengan kepulauan itu. 2. Teori Gujarat Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim. Ada dugaan bahwa peletak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabie et les Indes Neerlandaises atau Revue de I’Histoire des Religius. Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan pada: Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Nusantara. Kedua, adanya kenyataan hubungan dagang India-Indonesia yang telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat. Sarjana lain yang mendukung teori ini adalah W.F. Stutterheim. Dalam bukunya De Islam en Zijn Komst In de Archipel, ia meyakini bahwa Islam masuk ke nusantara pada abad ke-13 dengan daerah asal Gujarat di dasarkan pada; 1). Bukti batu nisan Sultan pertama kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. Sutterheim menjelaskan bahwa relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. 2) Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa. Ada beberapa sarjana lain (sejarawan, antropolog, ahli politik, dan lain-lain, yang memperkuat untuk tidak mengatakan terpengaruh oleh argumen teori Gujarat ini. Di antaranya adalah Bernard H.M. Vlekke, Clifford Geertz dan Harry J. Benda. Bernard H.M. Vlekke dalam bukunya Nusantara: a History of Indonesia, mendasarkan argumennya pada keterangan Marco Polo yang pernah singgah di Sumatera untuk menunggu angin pada tahun 1292. Disana disebutkan tentang situasi ujung utara Sumatera bahwa, di Perlak penduduknya telah memeluk Islam. Selanjutnya Bernard H.M. Vlekke menandaskan bahwa perlak merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara saat itu. Dengan demikian sarjana Barat ini merasa mengetahui dengan pasti kapan dan dimana Islam masuk ke nusantara. Apalagi kemudian menurutnya, keterangan ini diperkuat dengan inskripsi tertua di sumatera yang berupa nisan (Sultan Malik al-Shaleh) berangka tahun 1297, dimana lokasinya terletak di desa Samudera, 100 Mil dari Perlak. Seperti sejarawan sebelumnya, Bernard H.M. Vlekke juga berpandangan bahwa nisan tersebut selain mempunyai kesamaan dengan yang ada di Cambai, juga di import dari sana pula, Karena Cambai merupakan pusat perdagangan Islam sejak abad 13. Dengan adanya persamaan nisan dan ajaran mistik Islam Indonesia dengan India, maka ia berkesimpulan bahwa Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat. Tentang peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan internasional, dan terutama sejak 1294 sebagai pusat penyebaran Islam, jauh sebelum Bernard, telah mendapat perhatian dari Schrieke dalam Indonesian Sociological Studies.Cuma bedanya sarjana yang terakhir ini tidak mendasarkan argumennya pada laporan Marco Polo-karena menurutnya Marco Polo tidak singgah di Gujarat-tetapi pada laporan Sanudo, Pangeran Hayton dan Ibnu Battutah (1350). Dari Ibnu Battutah di dapat keterangan bahwa selain keindahan masjid dan gedung-gedungnya, juga tentang perdagangan di Aden dan adanya berbagai pedagang asing yang datang ke Cambay. Selanjutnya schrieke memberikan gambaran tentang adanya ketergantungan antara Malaka dengan Cambay dan sebaliknya. Juga menjelaskan tentang peranan Cambay sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, terutama pada saat hubungan dagang Cina-India dihentikan. Sedangkan Clifford Geertz, untuk memperkuat teori ini, dalam bukunyaThe Religion Of Java lebih menitik beratkan pada perkembangan ajaran Islam di Indonesia, yang lebih diwarnai oleh ajaran Hindu, Budha, bahkan animisme sebagai ajaran yang telah lama berkembang sebelum Islam. Hal ini akibat dari putusnya hubungan Indonesia 6
3.
Ø Ø Ø
dengan negara sumber Islam, yakni Mekkah dan Kairo. Sehingga terlihat praktek mistik Budha yang diberi nama Arab, Raja Hindu berubah namanya menjadi Sultan, sedangkan rakyat kebanyakan masih mempraktekkan ajaran animisme. Senada dengan Geertz, Harry J. Benda juga mempunyai pendapat yang sama tentang besarnya peranan India ketimbang Arab dalam proses Islamisasi di Indonesia. Terutama ajaran mistik Islam yang dikembangkan di Indonesia bukan oleh bangsa Arab, melainkan oleh bangsa India yang telah beragama Islam. Bahkan Benda menegaskan bila agama Islam berasal langsung dari Timur Tengah dan menerapkan ajaran asli di Nusantara, mungkin tidak akan menemukan tempat di kepulauan itu, lebih-lebih pulau Jawa. Hanya dengan melalui pemantulan dua kalilah, rupanya agama Islam mendapatkan titik pertemuan dengan indonesia, khususnya dengan pulau Jawa. Untuk memperkuat pendapatnya ini Benda mendasarkan pada kenyataan adanya orang-orang Arab yang telah lama tinggal di pantaipantai, tetapi mengapa baru pada abad ke-15 dan ke-16 Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama di Nusantara. Selain itu Benda dan kawannya John Bastin juga berusaha memperlihatkan pengaruh India atas Indonesia di budang yang lain, seperti: pengenalan adanya sawah dengan irigasi, penjinakan sapi dan kerbau, dan pelayaran. Dari berbagai argumen yang dikemukakan oleh para pendukung teori Gujarat di atas, nampak sekali mereka sangat Hindu sentris, seakan-akan perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari pengaruh India. Di samping itu juga kebanyakan mereka lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam di Nusantara. Seakan-akan Islam masuk di Nusantara dan langsung menguasai struktur politik disana. Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa Islam masuk di Indonesia melalui infiltrasi kultural oleh para pedagang Muslim dan para Sufi. Teori Persia Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Nampaknya fokus ajaran teori ini berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya, serta madzab Syafi’I-nya. Teori yang terakhir ini lebih menitik beratkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia di antaranya adalah: Pertama, Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husein. Di Sumatera tengah sebelah barat disebut bulan Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk di lemparkan ke sungai. Keranda tersebut disebut tabutdiambil dari bahasa Arab. Kedua, adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H / 922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur’an tingkat awal: Bahasa Iran Bahasa Arab Jabar-zabar fathah Jer-ze-er kasrah P’es-py’es dhammah Huruf Sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan Sinbergigi berasal dari Arab. Keempat, nisan pada makam Malik Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik di pesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan muthlak dengan teori Gujarat. Kelima, pengakuan umat Islam Indonesia terhadap madzab Syafi’i sebagai madzab utama di daerah Malabar, di sini ada sedikit kesamaan dengan teori Makkah, Cuma yang membedakannya adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat di satu pihak melihat salah sati budaya Islam Indonesia kemudian dikaitkan dengan kebudayaan Persia, tetapi dalam memandang madzab Syafi’i terhenti di Malabar, tidak berlanjut sampai ke pusat madzab itu, yakni di Makkah. Kritikan untuk teori Persia ini di lontarkan oleh Saifuddin Zuhri. Seorang kyai ini menyatakan sukar untuk menerima pendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasannya bila kita berpedoman pada masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam. TEORI PELETAK ABAD PEMBAWA ASAL ARGUMEN Gujarat Snouck 13 M Pedagang Gujarat India 1. Kenyataan historis hubungan Muslim India dagang India-Indonesia 2. Nisan Malik al-Shaleh tahun 1297 bersifat Hinduistis Makkah Hamka 7M/1H Pedagang Makkah 1. Peranan dagang bangsa Arab di muslim Arab Asia sejak 2M 2. Perkampungan Arab muslim di pantai Barat Sumatera tahun 674M 3. Persamaan madzab Syafi’i dll. Persia Hoesein Dj 13 M Pedagang Persia Persamaan kebudayaan Muslim Persia 1. Peringatan 10 Muharram sebagai bulan Syi’ah (Minangkabau Bulan Hasan Husein / Sumatera Tengah 7
Bulan Tabut) 2. Kesamaan ajaran Siti Jenar dan al-Hallaj dll. 4.
Teori Benggali Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula madzhab yang dominan di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di semenanjung dan nusantara secara keseluruhan. 5. Teori Cina Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi. Beliau mendasarkan torinya ini kepada perpindahan orang-orang Islam dari Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876 . Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed Naguib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang. Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa, Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur. Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah ditemukannya : batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah bertarikh 903 M, batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 M, batu isan di pecan Pahang bertahun 1028 M, batu nisan puteri Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik 1082 M b. 6 Saluran Islamisasi 1. PERDAGANGAN. Jalinan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah terjalin sejak abad ke-7 Masehi. Di samping berdagang, pada pedagang Islam tersebut juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain, termasuk kepada orang-orang Indonesia. Kemudian banyak pedagang dari Indonesia yang memeluk Islam dan mereka turut menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. 2. PERKAWINAN. Para pedagang yang melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama memungkinkan mereka berinteraksi dengan penduduk setempat. Perkawinan antara putri pribumi dengan ulama atau pedagang Islam, antara lain pernikahan Sunan Ampel dengan NyaiManila, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawunganten, dan sebagainya. Selanjutnya, putra hasil pernikahan tersebut ikut mendukung proses syiar agama Islam di Kepulauan Nusantara. 3. KESENIAN. Penyebaran agama Islam melalui kesenian dilakukan, antara lain melalui seni wayang kulit, seni tari, seni ukir, dan seni musik. Para penyebar Islam menciptakan seni kaligrafi, seni sastra, dan lagu-lagu dolanan untuk menarik minat penduduk agar memeluk agama Islam. Seni gamelan dan wayang kulit digunakan oleh Sunan Bonang untuk mengumpulkan massa kemudian mereka diberi nasehat-nasehat agama Islam. Cara ini tidak membuat masyarakat dipaksa dan mereka secara sadar mempelajari agama Islam. 4. POLITIK. Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam proses Islamisasi Nusantara. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka rakyatnya akan mengikuti tindakan raja tersebut. Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik mulai dilaksanakan dengan perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Contohnya Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam di sana. 5. PENDIDIKAN. Peran ulama, guru-guru, ataupun para kyai juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam. Mereka mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai sarana penyebaran agama Islam melalui pendidikan. Contoh pondok pesantren yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam pada masa perkembangan Islam adalah Pondok Pesantren Ampel Denta di Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pondok Pesantren di Giri Kedaton yang didirikan oleh Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur. 6. TASAWUF. Salah satu saluran Islamisasi yang tak kalah pentingnya adalah tasawuf. Tasawuf adalah pengajaran agama Islam yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat. Para ahli taswuf hidup dalam kesederhanaan. Mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Para ahli tasawuf yang mengajarkan agama Islam antara lain Hamzah Fansuri dari Aceh dan Sunan Panggung dari Jawa. Mudah-mudahan artikel sejarah budaya ini bisa menambah wawasan Anda mengenai cara penyebaran agama Islam. Mari kita kenali dan lestarikan kekayaan budaya Nusantara 8
C. Peran walisongo Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Indonesia. Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam benar-benar menjadi agama yang mengakar.[25] Para wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa awal perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.[26] Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah atau dewan mubaligh. Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera diganti oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. [27] Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam penyebaran agama Islam antara lain: 1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing. 2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya. 3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam. 4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih. 5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam. 6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para muridnya. 7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas. 8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya. Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.[28] 4.
-Gerakan pembaharuan Islam di Mesir (makalah beres)
-
G
-Gerakan pembaharuan Islam di India GERAKAN PEMBAHARUAN di INDIA (oleh Ismail dan Muchsin) Pendahuluan Penguasaan Inggris di India pada mulanya seiring dengan kultur masyarakat India. Namun, pada tahun 1830-an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabatan Inggris mulai menindas peraktik keagamaan baik agama islam maupun agama Hindu, dan mereka sering menjatuhkan hukuman secara kejam. Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar belakang oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain – lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris. Terjadi kesenjangan antara islam dan hindu di India memunculkan gerakan pembaharuan dari umat islam diantaranya gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh pembaharuan di India seperti: Abdul Azis (1746-1823), Sayid Ahmad Syahid (1786-1831), Sayid Ahmad Khan (1817-1898), secara umum mereka meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim India dan umat hindu di dalam pemerintahan colonial inggris. Dalam makalah ini penulis akan memuat sekilas tentang gerakan pembaharuan umat muslim di India tokoh dan pemikiran mereka.Sebagai penyempurna makalah ini penulis mengharapkan kontribusi pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini Salam Penulis Pembahasan 1. Sejarah Lahirnya Gerakan Mujahidin di India Seperti yang penulis kemukakan dipendahuluan terjadinya gerakan pembaharuan di India dilatarbelakangi oleh factor kesenjagan perlakuan inggris terhadap umat hindu dan umat Islam dalam sistem pemerintahan, serta kesemenahmenahan inggris terhadap rakyat India. Sejak awal abad XVIII kekuasaan Islam Mongol yang berpusat di Delhi semakin merosot. Lemahnya kemampuan serta kewibawaan sultan tidak dapat mengahalangi kehendak para amir akan melepaskan diri dan berkuasa penuh di wilayah mereka. Selain itu kaum Brahmana mulai bergerak ingin membangun kembali kerajaan Hindu. Rakyat 9
Maratha yang sebelumnya telah berulangkali memberontak dan bergerilya, akhirnya berhasil membebaskan diri dan mendirikan kerajaan Hindu yang merdeka di India Barat. Demikian pula golongan Sikh memenangkan pemberontakannya. Bangsa Inggris semenjak permulaan abad XVII telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama “The East India Company.” Mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan. Dengan politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818[1]. Sayyid Ahmad dengan golongan Mujahidinnya mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara. Peperangan ini berbuah kemenangan pada kelompok Mujahidin, mereka dapat menguasai Akora yang merupakan pusat kekuatan golongan Sikh. Ide yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam. Sistem pemerintahan imamah dibentuk pada tahun 1827, dalam menjalankan tugasnya, imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting. Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad[2]. Namun, sistem imamah yang didirikan oleh Sayyid Ahmad tidak bertahan lama, golongan Sikh menganggap gerakan Mujahidin mengancam kekuasaan mereka. Golongan Sikh di bantu oleh golongan-golongan non muslim seperti golongan Barakzai melangsungkan pertempuran di Balekot dan pada pertempuran inilah Sayyid Ahmad mati terbunuh. Menurut Harun Nasution setelah meninggal Sayyid Ahmad, para pengikutnya terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama mereka bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan madrasah deoband, golongan ini berpendapat tidak cukup kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Namun demikian, madrasah deoband banyak memberikan pengaruh terhadap pembaharuan islam India dengan lahirnya tokoh-tokoh terkenal. B. Madrasah Deoband Sepeninggalan Sayyid Ahmad Syahid, gerakan intelektual melawan kolonial Inggris terus dilakukan oleh para pengikut Sayyid Ahmad Syahid. Pada tahun 1857 madrasah Deoband melalui Mawlana Muhammad Qasim Nanantawi dan Mawlana Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz ditingkatkan menjadi perguruan tinggi. Ide-ide Syah Waliullah yang kemudian ditonjolkan oleh sayyid Ahmad Syahid dan gerakan Mujahidin, itulah menjadi pegangan bagi Deoband[3]. Ide-ide itu meliputi: Bidang agama, pemurnian ajaran Islam India dari paham-paham salah yag dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama dan pemurnian dari perkatek keagamaan seperti bid’ah. Bidang politik dan pendidikan, Deoband mengambil sikap anti Inggris. Sikap anti inggris ini dilator belakangi oleh para pendiri deoband mayoritas pemuka gerakan mujahidin. Mereka mendirikan deoband untuk menentang pendidikan sekuler inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha kristenisasi di India. C. Gerakan Aligarh 1. Sayid Ahmad Khan (1817-1898) Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817 Masehi keturunan dari Rasulullah Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya adalah seorang pembesar istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pendidikan yang ia tempuh melalui pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Inggris. Menurut pemikiran Sayid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris. Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil penafsiran yang lama atau sebelumnya. Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain : Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa. Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur’an. Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara. Jihad itu dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri. 10
Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898, ide ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh pengikut dan pada akhirnya lahirlah sebuah gerakan yang disebut Gerakan Aligarh Ada beberapa tokoh Aligarh yang berpengaruh dan melanjutkan ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan, di antaranya: 2. Nawab Muhsin Al-Mulk Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tua, pimpinan Muhammedan Angol Oriental Conference (M.A.O.C.) pindah ketangan Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya ia adalah pegawai Serikat India Timur, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel Tahzib Al Akhlaq dan kemudian juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. la pindah ke Aligarh dan menetap di sana mulai dari tahun 1893. Pada tahun 1897 ia menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Ia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yangdilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference[4]. Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia adalah orang yang paling cinta damai, namun ia dihadapkan juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad Khan. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan dari Perguruan Tinggi tersebut. Ia wafat 16 Oktober 1907, dan dikuburkan di samping kuburan Sayyid Ahmad Khan di Aligarh[5]. Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama’ klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Karena “Dalam menghadapi golongan ulama Nawab Muhsin al-Mulk bersikap lebih lembut dari Sayyid Ahmad Khan.”[6] Dari bidang politik Nawab Muhsin Al-Mulk jelas terlihat. Nawab Muhsin Al-Mulk tidak ragu-ragu memasuki bidang politik. Ini terlihat dari usahanya dalam membentuk Delegasi Umat Islam India karena pada waktu itu pemimpin – pemimpin Islam India yang duduk di dalam Dewan-Dewan Perwakilan Daerah melihat bahwa. sebagai minoritas umat Islam tidak dapat menandingi golongan mayoritas Hindu, dalam pemilihan yang akan diadakan. Oleh karena itu, kepada umat Islam harus diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah. Delegasi umat Islam India diterima oleh Lord Minto dan tuntutan diterima. Peristiwa itulah yang membawa kepada terbentuknya Liga Muslimin India di tahun itu juga 1906[7]. Dalam bidang politik terlihat antara Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk mempunyai perbedaan prinsip, Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan Nawab Muhsin Al-Mulk ia tidak ragu-ragu dalam memasuki bidang politik. Dan sebaliknya, Sayyid Ahmad Khan berprinsip turut campur dalam bidang politik akan merugikan umat Islam India. Ia berpendapat bahwa kemajuan bukannya melalui jalan politik. Adapun prestasi yang tidak dicapai pada masa Sayyid Ahmad Khan dan dicapai oleh Nawab Muhsin Al-Mulk di antaranya : - Dalam bidang sosial keagamaan. Berubahnya sikap Deoband yang tadinya bersikap keras dalam mempertahankan taklid kepada para ulama’ klasik menjadi lebih melembut akan adanya perbedaan sikap yang berbeda dari k mereka, - Dalam bidang pendidikan berhasil mempopulerkan gerakan Aligarh, ini terlihat dalam meningkatnya jumlah siswa di zamannya, yang dahulunya 343 sampai 800 siswa, - Dalam bidang politik berhasilnya membentuk Delegasi Umat Islam India untuk berjuang dalam mendapatkan daerah –daerah pemilihan terpisah dari golongan mayoritas Hindu. 3. Viqar Al-Mulk Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar al Mulk (1841 1917). Ia semenjak muda telah menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin AI Mulk dalam pimpinan M.A.O.C.(harun, 176) Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan politik umat muslim India. Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di Distrik Moradabad, United Pravinces. Ia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk ia selalu bekerja sama dalam masalah administrasi Aligarh. Dan setelah Muhsin al-Mulk meninggal pada tahun 1907, ia dipilih menjadi Sekretaris Badan Pendiri. Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan antara Viqar al -Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C. di waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Iriggris di M.A.O.C. dari semenjak itu mulai berkurang. Pada masa Viqar inilah berakhirnya kontraversi tentang administrasi Perguruan Tinggi, dan di mulainya era baru bagi perjalanan Aligarh.[8]. Ini berarti bahwa di masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang pada saat itu ialah orang Inggris, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang dipegang oleh orang Inggris berkurang. Karena tersingkirnya orang Inggris (Archbold) yang menjadi direktur dalam M.A.O.C. yang mengundurkan diri akibat terjadinya pertentangan antara dia dengan Viqar AlMulk yang banyak mendapat dukungan atau sokongan dari masyarakat Islam di luar. 11
Ada salah seorang sahabat dari sayyid Ahmad Khan yang sangat tidak setuju dengan kekuasaan direktur yang begitu besar dari orang Inggris dalam M.A.O.C. Dari hal itu ia memutuskan hubungan dengan M.A.O.C. yaitu Maulvi Sami Allah Viqar Al-Mulk populer di kalangan ulama’ India, ia mendapat simpati dari kalangan ulama’ India dengan menerapkan dengan kuat hidup keagamaan di M.A.O.C. pelaksanaan ibadat misalnya : shalat dan puasa dan memperketat pengawasannya. Lulus dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat.(harun, 176) Hal ini wajar jika Viqar Al-Mulk lebih populer dan disenangi ulama’ India dari pada Sayyid Ahmad Khan pada waktu itu. Sedangkan Sayyid Ahmad Khan lebih populer di kalangan pelajar. Dalam pandangan politik ia tidak sama dengan Sayyid Ahmad Khan meskipun dahulunya ia sependapat bahwa Inggris lah yang dapat menciptakan kelanjutan wujud umat Islam India akan dapat terjamin hanya dengan berlanjutnya kekuasaan Inggris. Tetapi ia pada akhirnya merubah pandangan bahwa Inggris bukan tempat orang Islam menggantungkan nasib dalam kelanjutan wujud umat Islam India. Karena ia berpendapat Inggris tidak akan pernah peduli terhadap penderitaan dari umat Islam di India, bisa kami gambarkan melalui pepatah habis manis sepah dibuang. Tetapi terhadap partai Kongres Nasional India, pendiriannya tetap tidak berubah. Orang Islam harus mempunyai partai sendiri dan harus mempertahankan Liga Muslimin India. Yang dahulu pada masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Muk ketergantungan gerakan Aligarh kepada Inggris kuat, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk telah mulai berkurang dan tidak lagi sekeras dizaman Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk dahulu. Hal ini menggambarkan bahwa Viqar Al-Mulk tidak mau bergantung kepada Inggris seperti yang dilakukan oleh Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk pada masa sebelumnya. 4. Altaf Husain Ali Tokoh India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837- 1914). Ia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair, tetapi ia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib Al Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga dikatakan bahwa di samping MAOC dan Muhammedan Educational Conference. Musadddas lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan gerakan Aligarh[9]. Ia menyebarkan ide – ide pembaharuan gerakan Aligarh dengan cara yang berbeda dari tokoh yang lain. Ia menyebarkan ide –ide pembaharuan melalui syair yang terkenal dengan nama musaddas. Dalam bidang politik ia berpandangan bahwa umat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu. Tetapi bukan anti Hindu. Semangat patriotisme Hali ini terlihat dalam Syairnya: Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu. Maka janganlah menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu, Apakah ia Muslim atau Hindu, Apakah Budhis atau Brahma, Pandanglah mereka dengan mata persahabatan yang syahdu, Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu[10]. Dalam dunia pendidikan ia berbeda pendapat menurutnya pendidikan wanita ia lebih bersifat progresif. Sedangkan, Sayyid Ahmad Khan yang memandang kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum lakilaki. 5. Chiragh Ali Chiragh Ali adalah murid Sayyid Ahmad Khan. Ia melakukan studi banding tentang Bibble dengan Al-Qur’an, sebagai upaya untuk berargumentasi dengan penganut kitab Bible. Ia juga melakukan penelitian kembali sumber-sember hukum Islam. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Islam tidak terikat pada sistem sosial tertentu. Akhirnya ia pun memunculkan suatu penafsiran yang menyeluruh dan pembaruan dalam lapangan hukum dan politik yang didasarkan atas Al-Qur’an. Menurutnya Al-Quran bukan merupakan penghalang kemajuan spiritual dan tidak melarang kebebasan berfikir di antara kaum muslimin serta bukan penghalang inovasi dalam segala aspek kehidupan baik dalam politik sosial, pemikiran maupun segi moral[11]. Ini berarti bahwa ia berpendapat Islam harus beradaptasi dengan kondisi zaman yang berubah-ubah, agar senantiasa mampu hadir ke tengah-tengah umat dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi. Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad di dalamnya terdapat elastisitas atau fleksibel yang memungkinkan bagi Islam untuk beradaptasi terhadap perkara politik dan sosial yang terjadi di sekitarnya. Tetapi Islam tidak menentukan sistem sosial atau politik tertentu. Inti pemikirannya tidak berbeda nyata dengan gurunya Sayyid Ahmad Khan 6. Maulvi Nazir Ahmad Beliau termasuk orang menyebarkan ide –ide pembaharuan dengan cara yang berbeda yaitu melalui gerakan keilmiahan. Karangan – karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problem –problem sosial. Maulvi berpendapat kemunduran umat Islam, terletak pada umat Islam itu sendiri dan bukan dating dari luar. Umat Islam tidak hidup lagi sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ia juga menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Urdu yang pada saat itu banyak dibaca dan berpengaruh pada masyarakat Islam India, dari hal itu gerakan Aligarh semakin dekat dengan golongan ulama’ India. 7. Muhammad Shibli Nu’mani Muhammad Syibli Nu’mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Ia mempunyai pendidikan madrasah tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat meninggal¬kan M.A.O.C. 12
Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulamaulama zaman klasik juga mempelajari dan mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimany[12]a. Pada tahun 1894 ia mendirikan “Nadwah Ulama” yang diawali dengan semangat yang tinggi. Sehingga, Suleman Nadwi, pengganti Syibli menyatakan bahwa “banyak orang percaya bahwa hal ini akan membawa kepada berdirinya pemerintahan ulama”. Inilah nampaknya gerakan tandingan yang pada akhirnya membawa Aligarh kepada kemunduran. Banyak kritik-kritik yang dilontarkan Syibli kepada Aligarh, dia tidak terkesan dengan hasil-hasil intelektual pendidikan modern, karena perlakuan yang ia terima sebagai Asisten Profesor bahasa. Pada akhirnya ia meninggalkan MAOC dan pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama. Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini. Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan Aligarh adalah bahwa sejak masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik. Walaupun pada kenyataannya Sayyid Ahmad Khan sangat memperhatikan agama, Shibli percaya bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali obsesi masa lalu ketika para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi. Pada masa inilah, gaung Aligarh mulai memudar, namun ide-ide pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini terus dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang lahir kemudian[13]. D. Gerakan Sayyid Amir Ali Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang di zaman Nadir Syah (1736 – 1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikannya ia peroleh dari perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada didekat Kalkuta. Disinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris. Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai ditahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil Raja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam Majlis itu[14]. Beliau tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik. Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad melainkan membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan hadits-hadits untuk menunjang argumen –argumen untuk menyatakan bahwa ajaran – ajaran itu tidak bertentangan dengan pemikiran akal. Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Gerakan Muhammad Iqbal dan Jinnah Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Ditahun 1905 ia pergi ke Inggris dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sanalah ia memperoleh gelar Ph.D, dalam tasawuf. Pada tahun 1908 ia berada kembali ke Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen filsafat. Kemudian ia memasuki dunia politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ia wafat dalam usia enam puluh dua tahun ia meninggal di tahun 1938(harun,h. 190-191) Muhammad Iqbal berpendapat kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada statis. Penyebab lain ialah terletak pengaruh zuhd yang terdapat pada ajaran tasawuf. Zuhd, perhatian harus dipusatkan kepada tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam. Kemudian menjadi penyebab juga katanya ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemujaun pemikiran umat Idlam dipertengahan amat ketiga belas. Pada saat itu pintu ijtihad mereka tertutup. Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Islam, menurut Iqbal pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya adalah gerak, sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Di India terdapat dua umat besar, demikian menurut Iqbal. India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri terpisah dari Negara Hindu di India. 13
Tetapi yang patut diingat bahwa bibit ide untuk membentuk Negara tersendiri sebelumnya sudah dalam ide politik yang ditimbulkan oleh Sayyid Ahmad Khan, tetapi ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India ialah oleh Muhammad Iqbal Dan Jinnah-lah memperjuangkannya sehingga Pakistan mempunyai wujud. Kesimpulan Kesemenahan inggris terhadap masyarakat India dan terjadinya kesenjangan perlakuan antara islam dan hindu India dalam hak sebagai warga Negara, menuai kritik dari para tokoh India, sehingga gerakan anti inggris bermunculan. Gerakan Mujahidin di pelopori oleh Sayyid Ahmad mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara. Ide yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam., imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting. Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad Dari para Murid Syah Waliullah berdirilah dua perguruan tinggi di India Deoband dan Aligarh. Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama’ klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Hingga berdirinya Negara Pakistan yang dipelopori oleh Iqbal dan Jinnah, Deoband dan Aligarh telah banyak melahirkan tokoh-tokoh India seperti Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, Nawab Muhsin Al-Mulk, Viqar Al-Mulk , Altaf Husain Ali , Chiragh Ali, Maulvi Nazir Ahmad, Muhammad Shibli Nu’mani. Gerakan pembaharuan islam di Indonesia (di makalah-beres) 5. Peranan umat islam Indonesia menjelang dan setelah kemerdekaan PERANAN ISLAM DALAM PERJUANGAN INDONESIA OLEH : AHMAD ADABY DARBAN “Wahai orang-orang yg berIman ingatlah pada nikmat Allah yg diberikan kepadamu, ketika suatu kaum mencengkramkan tangannya berbuat jahat kepadamu, lalu Allah mencegah / menyingkirkan tangan mereka (menyelamatkanmu ), dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah lah hendaknya orang-orang ber Iman itu bertawakal” (Q.S. Al Ma’idah: 11) MUQADIMAH Perjuangan untuk memperolah “Kemerdekaan Indonesia” tidaklah muncul begitu saja, namun melalui proses perjuangan panjang yang telah mendahuluinya. Kedatangan bangsa Eropa yang tidak bersahabat, mereka datang membawa bedil dan meriam, dengan pendekatan perang ( baca : Pidato pengukuhan Guru besar Umar kayam, Transformasi Budaya Kita, 1989 ). Dengan semboyan Gospel-Gold-Glory ( penyebaran Bible/ Kristenisasi, mencari kekayaan/ eksploitasi, dan mencari daerah jajahan/ kejayaan ), mereka dengan politik Devide et Impera memecah belah masyarakat di Indonesia, sedikit demi sedikit menguasai tlatah Indonesia ini. Perjuangan umat Islam melawan penjajahan kolonial Portugis, Belanda, dan Inggris dimulai dari kerajaan-kerajaan, dan kemudian diteruskan oleh perjuangan rakyat semesta yang dipimpin sebagian besar oleh para ulama. Jadi perjuangan ini dirintis sejak dari perlawanan kerajaan-kerajaan Islam, kemudian diteruskan dengan munculnya pergerakan sosial di daerahdaerah, yaitu perlawanan rakyat terhadap kolonial/penjajahan dan para agen-agennya, sampai dengan munculnya kesadaran bernegara yang merdeka.
1.
2. 3. 4.
Dalam perjuangan di kawasan Nusantara, khususnya Indonesia yang mayoritas penduduknya muslimin, maka peranan Ajaran Islam dan sekaligus Umat Islamnya punya arti yang sangat penting dan tidak dapat dihapus dalam panggung sejarah Indonesia. PERANAN ISLAM SEBAGAI AJARAN MELAWAN PENJAJAHAN Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikapmental dalam perjuangan kemerdekaan. Tertanamnya “RUHUL ISLAM” yang di dalamnya memuat antara lain : Jihad fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan penjajah ( Sartono Kartodirdjo, 1982). Dengan semangat Jihad, umat akan melawan penjajah yang dlolim, termasuk perang suci, bila wafat syahid, sorga imbalannya. Ijin Berperang Dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu dijajah/ditindas, maka Allah akan membela mereka ( yg diperangi dan ditindas )”. Symbolbegrijpen (Simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat), yaitu “TAKBIR” Allahu Akbar, selalu berkumandang dalam era perjuangan umat Islam di Indonesia. “Khubul Wathon minal Iman”, cinta tanah air sebagian dari Iman, menjadikan semangat Partiotik bagi umat Islam dalam melawan penjajahan. Pada kesimpulannya Dr. Douwwes Dekker ( Setyabudi Danudirdja) menyatakan bahwa : “Apabila Tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh: 1957, hlm.729). 14
Dengan demikian ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini, punya peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam perjuangan di Indonesia. PERANAN UMAT ISLAM Umat Islam Indonesia punya peranan yang menentukan dalam dinamika perjuangan untuk memdapatkan kemerdekaan. Dalam perjuangan ini dapat dibagi menjadi : 1.
Perjuangan Kerajaan-Kerajaan Islam melawan Kolonial Dimulai sejak awal masuknya bangsa barat dengan pendekatan kekuatan yang represif (bersenjata), maka dilawan oleh karajaan-kerajaan Islam di kawasan Nusantra ini. Perjuangan ini antara lain : Malaka melawan serangan Portugis (1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku (Portugis berhasil dihalau sampai Timor Timur), kemudian Makasar melawan serangan Belanda(VOC), Banten melawan serangan Belanda (VOC), danMataram Islam juga melawan pusat kekuasaan Belanda(VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih banyak lagi. Mereka gigih, dan Belanda pun kalangkabut, namun setelah ada politik “Devide Et Impera” (pecah belah), satu persatu kerajaan ini dapat dikuasai. Meskipun demikian semangat rakyat tidak pudar melawan penjajahan kolonial, maka selanjutnya perjuangan melawan penjajahan diteruskan oleh rakyat dipimpin Ulama.
2.
Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama Setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, namun umat Islam bersama para ulamanya tidak berhenti melawan penjajahan. Munculah era Gerakan Sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai Elite Agama Islam memimpin umat melawan penindasan kedloliman penjajah. Sejak dari Aceh muncul perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di Sumatera Barat muncul Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol; Perlawanan KH.Hasan dari Luwu; Gerakan R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi; Gerakan 3 Haji di Dena Lombok; Gerakan H. Aling Kuning di Sambiliung Kal-Tim; Gerakan Muning di Banjarmasin; Gerakan Rifa’iyah di Pekalongan; Gerakan KH. Wasit dari Cilegon; Perlawanan KH. Jenal Ngarib dari Kudus; Perlawanan KH. Ahmad Darwis dari Kedu; Perlawanan Kyai Dermojoyo dari Nganjuk; dan juga perlawanan P. Dipanegara, masih banyak lagi. Dari perlawanan itu, sesungguhnya pihak Belanda sudah goyah kekuasaaanya, sebagai bukti tiga perlawanan : Rakyat Aceh, Sumatera Barat, dan Java Oorlog (Dipanegara) telah mengorbankan : 8000 tentara Belanda mati dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Oleh karena itu, mereka kemudian mencari jalan lain, yaitu mengubah politik kolonialnya dengan pendekatan “ Welfere Politiek” (Politik Kemakmuran) untuk menarik simpati rakyat jajahan. Namun, pada kenyataannya politik itu dijalankan dengan perang kebudayaan dan idiologi, terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat Islam Indonesia yang dianggapnya musuh utama pemerintah kolonial.
3.
Pergerakan Nasional di Indonesia Sebelum memesuki era Pergerakan Nasional, pihak kolonial mencoba politik kemakmuran dan balasbudi. Munculah Politik Etische oleh Van Deventer; Politik Assosiasi oleh Ch.Snouck Hurgronje; dan Politik De Islamisasi (Dutch Islamic Polecy) oleh Christiaan Snouck Hurgronje. Kelihatannya politik itu humanis untuk kesejahteraan rakyat, namun karena landasannya tetap kolonialisme, maka jadinya tetap eksploitatif dan menindas rakyat. Khusus politik De Islamisasai sangat merugikan umat Islam, karena : a. Memecah umat Islam jadi dua dikotomi Abangan dan Putihan b. Membenturkan Ulama dengan Pemuka Adat c. Memperbanyak sekolah untuk memdidik anak-anak umat Islam agar terpisah dari kepercayaan pada agama Islamnya. d. Menindas segenap gerakan politik yang berdasar Islam e. Membikin masjid dan memberangkatkan haji gratis untuk meredam gerakan Islam.( Snouck Hurgronje, Islam in de Nederlansch Indie ) Akibat dari politik kolonial di atas, maka perjuangan melawan kolonial menjadi terpecah. Menurut Thesis Endang Syaifuddin Anshari,MA. perjuangan di Indonesia terpecah jadi dua kelompok besar yaitu: Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler. Kondisi inilah sampai sekarang masih tampak dalam dinamika perpolitikan kita. Sebagai salah satu yang penting pelopor awal Pergerakan Nasional di Indonesia ialah umat Islam, yaitu pada tanggal 16 Oktober 1905, lahir Sarekat Dagang Islam (SDI) (baca wawancara Tamardjaja dengan H. Samanhudi, 1955, di majalah Syiyasyah 1974), yang kemudian th. 1912 jadi Sarekat Islam (SI), sebagai gerakan Ekonomi dan politik. Pada Tanggl 18 November 1912 lahir Muhammadiyah sebagai gerakan Sosial Keagamaan, dari lembaga pendidikannya menghasilkan pimpinan bangsa Indonesia yang menentang Belanda,kemudian selanjutnya Jami’atul Khoir, Al Irsyad, Jong Islamieten Bond (1922), Persatuan Islam (Persis) th. 1920, Nahdlotul Ulama ( 1926 ), dan lainnya adalah dalam kategori nasionalis Islami, yang kesemuanya punya andil dalam melawan Belanda. Di samping itu lahirlah Boedi Oetomo, 20 Mei 1908, dan Indische Partij (1912), Jong Java, PKI, Perhimpunan Indonesia (PI), PNI (1927) dan sebagainya, adalah dalam kategori nasionalis sekuler. ( Endang Syaifuddin Anshari, Piagam Jakarta: 22 Juni 1945. Thesis di Mac Gill University, Canada ). Dalam menghadapi gerakan umat Islam, Belanda menggunakan “Christening Politiek” (dalam Pidato Ratu Belanda yang dibacakan oleh:Gub.Jend. Idenburg) namun tidak berhasil. Ketika gencarnya SI menuntut “Boemi Poetera Zelfbestuur” (Bangsa Indonesia berpemerintahan sendiri), dengan gerakan Rapat Akbar dan pemogokan yang 15
dilakukan hampir merata di pelosok kepulauan Indonesia, maka Belanda grogi dan segera bertindak. Untuk menghadapi gelombang gerakan umat Islam itu, maka upaya Politik Belanda dengan mendatangkan VIRUS KOMUNIS, yaitu menggunakan tokoh-tokoh komunis Belanda Snevliet, Barandesteder, Ir. Baars, Brigsma dan Van Burink, didatangkan ke Indonesia untuk menghadapi Islam di Indonesia. Tokoh-tokoh komunis itu kemudian mengkader Semaun, Alimin Dharsono & Tan Malaka, disusupkan ke SI, terjadilah pembusukan dari dalam, pecahlah SI jadi dua: SI Putih yang asli, dan SI Merah yang komunis bergabung dengan ISDV ( Indische Socialis Democratische Vereeniging ) jadi PKI (23 Mei 1920). Mulai dari sinilah maka umat Islam berhadapan terus dengan komunis. ( A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. dan A. Adaby Darban, Peranserta Islam dalam Perjuangan Indonesia. ). Pada tahun 1937 organisasi-organisasi Islam bersatu membentuk MIAI ( Majlisul Islam A’la Indonesia ), diprakarsai oleh Muhammadiyah, NU, Persis, Alwasliyah dan lainnya. Pada zaman Jepang MIAI diubah namanya jadi MASJUMI ( Majlis Syurau Muslimin Indonesia ), dan memiliki pasukan Hizbullah Sabilillah, sebagai modal perjuangan bersenjata di kemuidian hari. Pada saat mempersiapkan kemerdekaan dalam BPUPKI disidangkan konsep dasar negara, muncul konsep Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno yang telah diajukan, namun sidang belum menerima, kemudian dibentuklah panitia Ad Hock (9 anggota), yang memutuskan Rumusan Piagam Djakarta 22 Juni 1945 ( Djakarta Charter ). Rumusan itu melalui debat yang panjang akhirnya disetujui pada tanggal 16 Juli 1945.(Komentar Soekarno, bahwa Djakarta Charter merupakan konsesnsus nasional persatuan antara Kaum Kebangsaan dan Islam). Namun, pada tanggal 18 Agustus 1845, keputusan itu dianulir atas usul Opsir Jepang mengatasnamakan utusan dari Indonesia Timur, yang menyatakan bahwa bila kalimat “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluknya” tidak diubah, maka Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia . Dengan demikian Hatta lobi dengan para ulama agar dapat mengubah Piagam Djakarta demi persatuan Nasional RI. Pada awalnya para ulama tidak setuju, sebab itu sudah keputusan BPUPKI sebagai konsensus nasional, namun demi toleransi dan menjaga negara RI dari perpecahan, akhirnya disepakati dengan kalimat : “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ (peranan Ki Bagus menempatkan Yang Maha Esa sebagai Taukhid Rakyat Indonesia ). ( Endang Syaifuddin Anshari, Piagam Jakarta.) 4.
Peran Umat Islam dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, umat Islam punya peranan penting, yaitu : Pertama, secara pisik Umat Islam dengan Lasykar Hisbullah-Sabilillah, kemudian diteruskan Asykar Perang Sabil (APS) dan lasykar Islam lainnya di daerah, gigih berjuang membantu TKR (TNI) untuk mempertahankan NKRI dengan perang gerilnyanya melawan Sekutu-NICA (Netherland Indie Civil Administration, Belanda) yang akan kembali berkuasa di Indonesia. Secara pisik pula Lasykar Hisbullah-Sabilillah yang kemudian diteruskan oleh Markas Ulama Asykar Perang Sabil (APS) bersama pasukan TNI dari Siliwangi melawan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 18 September 1948 ( dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin ), yang akan menghancurkan NKRI dan akan membentuk Pemerintahan Komunis Indonesia, menjadi bagian atau satelit dari Commitern Komunis Internasional yang berpusat di Moskow,Rusia. Pemberontakan PKI 1948 ini berjalan secara biadab, membantai para ulama dan santri, membantai kaum nasionalis, membantai pamongpraja, dapat digambarkan ada suatu gedung untuk pembantaian yang darahnya menggenang sampai satu kilan. Dengan adanya kerjasama antara kelasykaran umat Islam, kelasykaran kaum nasionalis, dengan TNI berhasil menghancurkan kekejaman dan kebiadaban Pemberontakan PKI 1948. Setelah kemerdekaan dan adanya maklumat Wakil Presiden X/1946, bangsa Indonesia dipersilahkan mendirikan partai politik. Dalam hal ini pada awalnya aspirasi politik umat Islam ditampung dalam satu wadah, meneruskan namanya yaitu Majelis Syurau Muslimin Indonesia ( Masyumi ), dalam ikrar persatuan umat Islam ”Panca Cita”. Kedua, dalam proses perjuangan diplomasi ada beberapa perundingan antara lain Linggajati, Renfille, Roem-Royen, dan KMB. Pada perundingan Renfille wilayah NKRI menjadi sempit, dan berdirilah negara-negara bagian lain sebagai negara boneka Belanda, dan lebih parah lagi Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI diduduki Belanda. Secara spontan dan bertanggung jawab Mr.Syafruddin Prawiranegara (Masyumi) mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 19 Desember 1948 di Sumatera Barat ( Mulai tahun 2006 dijadikan hari peringatan Bela Negara ). Adanya perlawanan gerilya bangsa Indonesia yang tiada hentinya ( termasuk perebutan Jogjakarta dari tangan Belanda tanggal 1 Maret 1948), maka PBB meminta genjatan senjata dan diadakan perundingan lagi, yaitu Roem – Royen. Dalam perundingan itu deplomasi Mr.Moh.Roem berhasil menggiring pihak Belanda untuk antara lain : 1.Mengembalikan Ibukota RI Yogyakarta;2.Pembebasan Soekarno-Hatta dan para mentri yang ditawan Belanda; 3. Menyelenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), dan 4. Belanda mengakui keberadaan RI. Pada KMB Belanda mengakui eksistensi Republik Indonesia Serikat, yang masih memiliki negara-negara bagian (boneka) dibawah pengaruh Belanda. Presiden Soekarno jadi Presiden RIS, sedangkan Mr. Assa’at jadi Presiden Republik Indonesia( RI ) kedua, bagian dari RIS. Dalam rangka menyatukan Indonesia kembali, tokoh umat Islam Muhammad Natsir (Masyumi) mempelopori “MOSI INTEGRAL NATSIR yang isinya untuk KEMBALI KE BENTUK NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)”. Mosi integral Natsir ini mendapat dukungan sebagain besar anggota kabinet dan Presiden Soekarno, meskipun Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II tidak 16
mau ikut tanda tangan mendukung, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden Soekarno berdasarkan mosi itu memberanikan diri menyatakan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Umat Islam di Era Mencari Bentuk Demokrasi Indonesia Undang-undang Dasar 1945 menggambarkan bahwa NKRI adalah negara demokrasi, namun formulasi demokrasi yang bagaimana bentuknya masih dalam pencarian. Apakah Demokrasi Liberal, apakah Demokrasi Sosialis, ataukah Demokrasi Theokrasi ?. Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap ( dari Masyumi ) Indonesia mengadakan pemilihan umum pertama di tahun 1955, diikuti hampir + 100 partai, disaksikann oleh PBB. Dalam pemilu itu muncul 4 kekuatan partai besar yaitu rangking pertama PNI dan Masyumi suaranya berimbang, disusul NU, kemudian PKI. Hasil dari Pemilu itu adanya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan kemudian pemilu kedua menghasilkan Konstituante (pembuat Konstitusi/ UUD). Dalam Konstituante memang ditawarkan dan untuk menjaring aspirasi rakyat dalam menentukan UUD baru yang aspiratitf rakyat Indonesia. Berbagai golongan masyarakat yang diwakili oleh partainya menyampaikan usulannya, sehingga mengerucut pada UUD pertama 1945 namun pada Preambulenya ada yang mengacu keputusan Sidang BPUPKI 16 Juli 1945 yaitu Piagam Djakarta , dan mengacu dari keputusan PPKI 18 Agustus 1945, dengan suara berimbang, namun tidak dapat memenuhi 75% suara untuk dapat memutuskannya, sehingga selalu tidak dapat diputuskan. Aklhirnya pihak Militer (A.H. Nasution ) membuat konsep Dekrit Presiden, kemudian diterima oleh Bung Karno, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Dekrit Presiden itu dideklarasikan, isinya antara lain : 1. Pembubaran Konstituante; 2. Kembali pada UUD 1945, dan Piagam Djakarta sebagai yang menjiwai UUD 1945 ; 3. Bentuk Negara Demokrasi Terpimpin. 6. Umat Islam di Era Demokrasi Terpimpin Munculnya Dekrit Presiden ini untuk sementara dapat meredam perbedaan pendapat dalam konstituante, namun juga berdampak menjadi awalnya bentuk pelaksanaan pemerintahan yang otoriter, kekuasaan tunggal di tangan presiden. Hal ini terbukti, ketika Presiden Soekarno mengajukan RAPBN ke DPR hasil Pemili 1955, oleh karena kondisi negara belum mampu, maka ditolak DPR dan diminta untuk diperbaiki, namun dengan pendekatan kekuasaan Bung Karno membubarkan DPR hasil pemilu, dan kemudian dengan kekuasaanya pula presiden Soekarno menyusun DPR baru atas tunjukannya dengan diberi nama DPRGR. Tokoh-tokoh umat Islam menentang sikap otoriter ini, namun kemudian ditangkapi dan dipenjara. Dari beberapa kasus yang menentang otoriter kekuasaan pada waktu itu, ditangkapilah tokoh-tokoh Islam antara lain Mr.Prawoto Mangkusasmito ; Mr. Mohammad Roem; KH Muhammad Natsir; KH E.Z. Muttakin; Mr. Kasman Singodimejo; dan Hamka dan lainnya , mereka disiksa , dan tidak diproses hukum melalui pengadilan. Dari tahun 1960 sampai 1965 situasi negara dalam keadaan tegang , akibat adanya iklim antagonis dalam masyarakat. Polarisasi NASionalis + Agama + KOMunis (NASAKOM) yang dicetuskan pemerintah menjadi kekuatan yang saling benturan. Pendekatan kaum Komunis (PKI) pada pemerintah banyak digunakan umtuk menghantam umat Islam dan gerakan Islam. Muncul istilah Ganyang Kontra Revolusi, Ganyang 7 Setan desa ( salah satunya haji ). PKI mengadakan Aksi Sepihak, yaitu menyerobot dan menduduki tanah milik umat Islam, milik pesantren dsb. untuk dibagikan pada para pendukungnya, sedangkan bila terjadi perlawanan diadakan teror dan sampai pembunuhan. Setelah PKI merasa kuat dan siap untuk mengambil alih kekuasaan, menyiapkan angkatan ke 5 Buruh Tani dipersenjatai, import senjata jenis Tschung dari RRChina, banyak mengadakan pelatihan militer di beberapa daerah, dan mengadakan aksi sepihak menduduki tanah-tanah perusahaan dan tanah masyarakat, serta mengadakan teror dan pembantaian terhadap lawan politiknya. Menyerang tempat-tempat Ibadah menginjak-ijai kitab suci Al Qur’an, seperti peristiwa Kanigoro, Bandar Betsy, menteror dan menangkapi seniman Manikebu lawannya Lekra (PKI), Puncaknya meletuslah Pemberontakan G.30.S. / PKI. Digerakkan oleh Dewan Revolusi yang berisi tokoh-tokoh PKI ( DN Aidit, Sam Qomaruzaman, Nyoto, Nyono, Istiajid, dan sebagainya ) sebagai pengendali gerakannya ( Surat Perintah Comite Central/ CC PKI No. 13/ P1 / 65, tanggal 28 Septembar 1965, isinya Perintah mendirikan Dewan Revolusi Daerah ). Pemberontakan G.30.S. /PKI telah membantai kalangan ABRI, para Santri dan Kyai di pedesaan, pemuka agama lainnya termasuk di Bali, mereka telah disediakan sumur-sumur untuk penguburannya. Ummat Islam membentuk Kogalam ( Komando Kesiapsiagaan Umat Islam ) dan GEMUIS ( Genarasi Muda Islam ), Organisasi-organisasi Islam mendirikan pasukan Banser, Kokam, Brigade PII, Korba HMI, dan sebagainya, sebagai kekuatan untuk menghadapi pemberontakan PKI 1965 itu. Gerakan pemberontakan G.30.S./PKI di pusat maupun daerah-daerah berhasil ditumpas, sehingga selamatlah negara Republik Indonesia dari usaha dijadikan negara komunis. Situasi negara mulai ada perubahan, masyarakat menyadari akan bahaya laten komunis, dan membuka lembaran baru dalam kehidupan negara yang memiliki nuansa keagamaan atau religiositas yang memang sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Dengan adanya Ketetapan MPRS No. XXV/ 1966, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan orderbow-nya dibubarkan, ajaran Komunisme –Marxistme dilarang untuk seluruh Indonesia. 7. Umat Islam di Era Orde Baru Pada awal kebangkitan Orde Baru adalah dalam rangka kembali kepada UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekwen, memperbaiki stuktur birokrasi dan demokrasi bersih dan sehat. Pada awalnya umat Islam memberikan dukungan , memang umat Islam untuk sementara merupakan eksponen dan dijadikan tumpuan. 17
Namun pada proses perjalanan sejarah selanjutnya eksponen umat Islam mulai ditinggal, dan bahkan gerakan umat Islam mulai dimandulkan, bahkan berusaha untuk dibersihkan. Gerakan politik Islam dilikwidasi sedikit demi sedikit posisinya bahkan dimandulkan, mulai Pemilu 1971 yang penuh rekayasa dan ”Bolduser”, menekan umat Islam dan politisi lain untuk memenangkan Golkar. Maka berhasilah menguatkan posisi kekuasaan Suaharto, yang selanjutnya akan kembali mmenjadi penguasa tunggal yang otoriter sampai tahun 1998. Pemerintahan Orde Baru kemudian banyak meninggalkan potensi umatIslam, justeru merangkul kekuatan minoritas di Indonesia yang ”diridloi oleh Amerika” serta sekutunya. Sebagai puncaknya kebijakan terhadap umat Islam adalah dilarangnya partai dan organisasi massa memakai asas Islam.Kebijakan ini sama dengan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda atas nasehat Snouck Hurgronje untuk membatasi gerakan umat Islam di Indonesia. Kebijakan pemerintah Orde baru terhadap politik Islam itu berdampak antara lain : Pertama, peranan politik umat Islam yang mengusung cita-cita Islam tidak mendapat tempat yang layak, bahkan dikerdilkan dengan cara rekayasa politik. Dengan menggunakan berbagai macam skenario politik untuk menyudutkan dan memberi gambaran citra negatif bagi perjuangan umat Islam Indonesia. Sebagai contoh, dimunculkanlah skenario Komando Jihad, Teror Warman, dan sebagainya, yang kesemuanya itu memancing umat Islam untuk bertindak kekerasan, kemudian didlolimi. Dimunculkannya peristiwa-peristiwa penuhy rekayasa seperti, Tanjung Priuk ( 600 umat Islam dibantai ); Talangsari (pembantaian kyai dan sastri serta penduduk desa di Lampung ); pembajakan Pesawat Wayola, dan masih banyak lagi poeristiwa di daerah-daerah yang menjadi korbannya umat Islam. Dalam bidang politik formal kekuatan realitas umat Islam terus ditekan, dan dengan penuh rekayasa dikerdilkan, sehingga partai politik di DPR dan MPR tidak dapat berkutik ( dibikin kecil ). Kedua, di kalangan umat Islam mencari jalan lain ( tidak melalui politik praktis ), yaitu lebih menggiatkan gerakan Dakwah – Sosial – Pendidikan dan Kebudayaan. Munculah gerakan Dakwah di berbagai lapisan masyarakat dan pelatihan-pelatihan secara intens dalam memahami Islam Penanaman Nilai dasar Islam (PNDI), lahirnya Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) seperti Jama’ah Salman (ITB), Jamaah Shalahuddin (UGM), dan sebagainya. Gerakan Sosial meningkatkan kepedulian pada kaum fakir-miskin-yatim piatu dan kaum mutadzafin, munculnya lembagalembaga sosial dan pendidikan baru di kalangan umat Islam. Dalam bidang pendidikan berkembang dengan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan baru termasuk maraknya pertumbuhan perguruan tinggi Islam di Indonesia, dan adanya peningkatan penerbitan buku-buku dan media Islam lainnya. Lahirnya lembaga-lembaga Seni-Budaya Islam dengan karya-karyanya, lebih maraknya pemakian busana muslim dan muslimah ( pemakian Jilbab diterima olah masyarakat dan banyak diikuti ). Pemerintah Orde Baru yang selalu phobi pada gerakan Islam, kemudian membuat kebijakan antara lain pembatasan gerakan dakwah, dengan mewajibkan izin dan mubaligh/da’i nya diseleksi oleh pemerintah dengan wajib menggunakan SIM ( kartu Surat Ijin sebagi Mubaligh ), dan pengawasan ketat, serta kemudian juga melarang kegiatan dakwah di kampus-kampus. Pemerintah Orde baru juga melarang pemekaian Jilbab di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di lembaga pemerintahan, dan mencitrakan bahwa pemakaian Jilbab itu adalah kaum Islam Radikal. Meskipun peraturan ini dilakukan dengan pengawasan ketat dan represif, namun arus deras dari masyarakat Islam yang mendukung lebih kuat, sehingga pemerintah Orde Baru tidak mampu mengatasinya. Dalam rangka membendung arus kesadaran ber-Islam yang lebih intens ini, pemerintah Orde Baru menggunakan berbagai macam skenario politik untuk menjebak aktivis-aktivis umat Islam agar berbuat radikal, sehingga citra Islam terus negatif di Indonesia. Meski demikian hanya sebagian kecil yang dapat terjebak, bagi yang sadar akan adanya skenario ini lebih baik diam dan menekuni gerakan dakwah, sosial,pendidikan dan kebudayaan.. Adanya pembukaan hubungan dengan luar-negeri ( khususnya Amerika-Eropa-dan Jepang ), Orde Baru banyak menerima ”Bantuan” alias Hutang. Selain itu pula pemerintah juga mengontrakkan sumber minyak dan tambang lainnya termasuk Freeport, sehingga pemerintah Orde Baru banyak mengantongi hasilnya. Kelihatannya dapat meningkatkan kemakmuran dan penghasilan negara, namun ternyata hanya semu. Pemerintah Orde Baru yang merasa tertolong dengan modal asing itu, kemudian banyak meninggalkan umat Islam ( sebagai Ekonomi golongan menengah kebawah yang realistis penyangga perekonomian Indonesia ). Umat Islam dalam bidang ekonomi menduduki golongan pengusaha menengah ke bawah. Sentra-sentra perekonomian umat Islam memiliki jaringan sampai pada ekonomi kerakyatan di lapisan bawah ( seperti Ekonomi Pertanian; Tekstil; Batik; Garmen; sampai ke Industri Kerajinan Rakyat/rumah tangga ). Pada zaman pemerintahan Orde Baru yang banyak bergantung pada Modal Asing, lebih berpihak pada golongan ekonomi Konglomerat, sehingga sebagian pinjaman modal asing itu dialirkan pada Konglomerat. Akibatnya ialah, pertama Golongan Konglomerat ini tangan-tangan guritanya sampai pada lapisan ekonomi menengah kebawah, sehingga sistem kapitalistik-monopoli berakibat mematikan golongan ekonomi menengah ke bawah yang sebagian besar adalah umat Islam. ( Menurut Richard Rabison, The Rise Capitalism in Indonesia. ( disertasi ), bahwa Golongan Ekonomi Menengah ke Bawah bagi Indonesia adalah pilar ekonomi yang nyata dan perlu diperkuat, sedangkan Golongan Ekonomi Konglomerat yang mengandalkan Modal Asing pinjaman itu merupakan tiang penyangga yang semu, suatu saat gampang melarikan modalnya ke luar negri, sehingga akan menggoyahkan perekonomian Indonesia . Pada akhir hayat pemerintahan Orde Baru, ditengarai setelah pihak asing kepercayaannya mulai pudar,kemudian pembatasan kucuran dana pinjaman asing, dan masyarakat mulai tidak respek dan mengecam terhadap permainan politik pemerintah Orde Baru, maka kekdudukannya menjadi lemah. Pada kondisi lemah ini, pemerintah Orde Baru kelihatannya mulai mendekati umat Islam melalui tokoh-tokohnya. Namun, cara-cara pendekatan itu sudah tidak 18
populer lagi, akhirnya terjadi arus deras untuk diadakan Reformasi. Arus deras Reformasi sebagai lokomotif (salah satunya Amien Rais) dan pendukung terbesaenya adalah umat Islam, berhasil memberhentikan Pemerintahan Orde baru, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto berhenti jadi presiden, dan masa transisi untuk sementara digantikan oleh BJ Habibie sampai dengan pemilihan umum Era Reformasi. PERAN UMAT ISLAM DI AWAL REFORMASI Masyarakat Indonesia mengalami titik kulminasi jenuh pada pemerintahan Orde Baru (yang sudah menjadi sama sengan Orde Lama). Cara-cara untuk mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan kendaraan GOLKAR yang dengan rekayasa skenariotip selalu memenangka pemilu, sehingga kekuasaan Suharto dan Kroninya diusahakan terus untuk dipertahankan. Harmoko selaku ketua Golkar yang terakhir mendorong Suharto untuk maju lagi jadi presiden di tahun 1997, mengklaim dengan mengatakan rakyat Indonesia masih menginginkan kekuasaan Suharto. Pada kenyataanya lain, masyarakat luas sudah mengiginkan perubahan kepemimpinan nasional, bahkan sebagian di kalangan ABRI pun dan dunia internasional yang dulu sebagai pendukung dana dan politik Orde Baru, mulai kendor dan meninggalkan dukungannya. Dalam kondisi seperti ini, Suharto mendekati umat Islam melalui tokoh-tokohnya, namun tidak berhasil, sehingga Suharto terpaksa ”Berhenti” dari jabatannya sebagai presiden, dan digantikan oleh wakilnya yaitu BJ Habibie. Pada era pemerintahan BJ Habibie yang hanya lebih kurang 1 tahun, berhasil menekan inflasi yang sebelumnya nilai rupiah terpuruk hingga Rp.15.000,- setiap satu dolarnya, dapat ditekan menjadi Rp. 6.000,- setiap dolar AS. Namun, adanya epouria politik yang terus bergelora, akhirnya pada sidang MPR peratanggunganjawabnya tidak diterima, maka BJ. Habibie tidak mencalonkan jadi presiden. Pada awal Reformasi umat Islam pun terimbas adanya epouria politik, sehingga pada rame-rame mendirikan partai, antara lain lahirlah Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ); Partai Amanat Nasional ( PAN ) ( meskipun tidak berdasarkan Islam, namun basis pendukungnya Islam ), Partai Bulan Bintang (PBB); Partai Keadilan (PK); Partai MASYUMI BARU; Partai ABULYATAMA; Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII) ( (semuanya berdasarkan Islam dan basis pendukungnyapun Islam), dan sebagainya ditambah Partai Persatuan Pembagunan (PPP) yang juga masih eksis dan punya masa. Pada Pemilu 1999 PDI P berhasil unggul disusul Golkar, dan baru partai-partai Islam dan partai yang basis pendukungnya Islam ( bila partai-partai Islam dan yang berbasis pendukungnya Islam bersatu, insya Allah akan menang dalam pemilu. Namun, kanyataannya partai-partai Islam itu belum dapat bersatu sampai kini ). Meskipun PDI P unggul dalam pemilu, namun dalam pemilihan presiden tidak berhasil, MPR memilih suara terbanyak Abdurrahman Wahid, sedangkan wakilnya baru Megawati. Abdurrahman wahid tidak mulus jadi presiden RI, dengan adanya berbagai persoalan akhirnya diberhentikan oleh MPR, kemudian digantikan oleh Megawati dengan mengambil wakil Hamzah Haz dari PPP. Pada Pemilu 2004, partai-partai Islam dan yang berbasiskan Islam pun belum dapat meraih kemenangan. Pada pemilu ini Golkar pewaris Orde Baru berhasil menang, sedangkan dalam pemilihan presiden pun dimenangkan oleh SBY dan Jusuf Kalla ( dari Partai Demokrat dan Golkar ), sedangkan calon-calon lain yang jelas dari tokoh-tokoh umat Islam belum berhasil menang ( Amien Rais; Hasyim Muzadi; dan Sholahuddin Wahid ). Dengan keadaan seperti inilah sudah semestinya umat Islam perlu mukhasabah dan menyusun langkah-langlah yang lebih baik untuk masa depannya. Selain politik, juga terjadi euporia liberalisme yang semakin menjadi, pornografi dan pornoaksi, serta banci merajalela dengan bebas melalui mass media, sehingga menjadi petaka rusaknya moral bangsa. Mereka menggunakan senjata HAM untuk kebebasannya. RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi tak kunjung diputuskan, karena terkendala para pendukung gerakan perusak moral itu. Perjuangan melawan KKN ( Korupsi- Kolusi – Nepotisme ) berjalan lamban, stagnan, karena tidak ada ketegasan dari pemerintah, sehingga kasus BLBI yang memakan uang rakyat + 90 Trilyun pun belum dituntaskan. Komunisme berusaha hidup kembali, melalui berbagai nama seperti PRD, PAPERNAS, dan mungkin alan lahir Partai Kemerdekaan Indonesia (PKI), mereka juga menggunakan senjata HAM untuk berlindung. Menghadapi komunisme pun tidak ada tindakan tegas dari pemerintah. Tingkatan keadaan ekonomi masyarakat masih ”njomplang”, yang kaya semakin kaya, yang miskin bertambah miskin. Masyarakat lapisan menengah ke bawah hidupnya semakin sulit, dan perlu diupayakan kesejahteraannya secara serius. Namun,ada hal yang dapat jadi hiburan, yaitu berkembangnya Perekonomian Syari’ah yang diharapkan dapat menjadi alternatif untuk dapat mengobati ketimpangan kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Sudah waktunya Ekonomi Syari’ah berpihak pada masyarakat dhuafa’, untuk ikut berusaha mengentaskan kemiskinan di Indonesia. KHOTIMAH Tulisan di makalah pendek ini barulah pengamatan selintas dengan berusaha menggunakan fakta sejarah. Oleh karena itu, untuk mendalaminya perlu diadakan diskusi, sehingga akan lebih memperjelas tentang Umat Islam dalam perjuangan Indonesia. Adanya kekuarang mohon ma’af, ada pun kritik dan saran sangat diharapkan.
19