TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN DI PT. INCASI RAYA PANGIAN, KABUPATEN DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH :
AGUS EKA SAPUTRA NIM. 1201313020
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
1
TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN DI PT. INCASI RAYA PANGIAN, KABUPATEN DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : AGUS EKA SAPUTRA NIM. 1201313020
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Agustinus Mangumsong, MP NIP. 196008091988031002
Mengetahui, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ir. Gusmalini, M.Si NIP. 195711101987032001
Ir. Noveri, MP NIP. 196011171988031002
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
2
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat beserta salam yang tidak bosan-bosannya dan tidak akan pernah bosan kita mengucapkannya kepada Rasulullah yakni Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang menegakkan kalimat “Laillahailallah”di permukaan bumi ini. Setelah 3 tahun saya kuliah di kampus tercinta Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh atau yang sering juga disebut politani, akhirnya tibalah saatnya saya berada di akhir perjuangan yaitu penyusunan Laporan Tugas Akhir untuk mendapatkan gelar Ahli Madya ( A.Md ). Ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini baik moril ataupun materil. Pertama kali saya sangat berterimakasih atas dukungannya, doa dan pengorbanan, kepada kedua orang tua saya Ayahanda (Slamet Riyadi) dan Ibunda (Wagini) serta adik kesayangan ku (Ferry Irawan) semoga menjadi orang yang sukses dan mampu membanggakan kedua orang tua. Perjuangan beliau sangat luar biasa, saya sering menyusahkan mereka karena sering minta uang jajan, saya pernah membuat ibu menangis pada saat mau pergi Fieldtrip dan PKPM, saya juga pernah membuat mereka tersenyum karena sifat saya yang rendah hati dan tidak pernah menyakitinya, saya sering membuat mereka cemas karena sering pergi dari rumah untuk membuat tugas ataupun main-main, saya juga telah membuat mereka kecewa karena nilai saya yang naik turun, tetapi saya selalu diberi motivasi dengan kata-kata“mudah-mudahan semester depan bisa lebih baik ya nak”, saya telah membuat mereka harus berkerja keras untuk mencari nafkah dan itu tidak lain tidak bukan demi anaknya yang akan menjadi sarjana muda. Kepada dosen Pembimbing Akademik, Bapak Ir. Agustinus Mangunsong, M.Si, terima kasih banyak atas bimbingannya selama ini pak, jasa bapak tidak akan pernah bisa dilupakan, bapak selalu sabar menghadapi saya yang sering malas dan sering membuat bapak kesal. Semoga bapak selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Terimaksih kepada semua saudara PA atas dukungan dan doanya. Terimakasih juga saya ucapkan kepada semua sanak keluarga yang telah memberikan dukungan kepada saya, Saudara Dwi Fahlevi (Dwi) yang sangat banyak membantu dan mendukung saya demi kelancaran perkuliahan yang saya jalani, Yoga Prami Andika (Yoga) teman seperjuangan yang juga ikut mendukung saya dalam perkuliahan. Saudari putri saya Tri Yerika Sudrajat (Rika) dan Wahyu Permata Sari (Ayei), Keponakan saya (Sepri) dan (Aji) yang juga mendukung saya. Serta kepada enam teman terbaik saya (Hassanudin), (Syurya Dinata), (Desta Susanto), (Munir), (Findy) dan (Hari) lanjutkan perjuangan kalian dan gapailah cita-citamu setinggi-tingginya. Kak Tauchid yang selalu memberikan nasehat kepada saya. Semua sahabat, senasib, seperjuangan terutama Mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan angkatan 2012, terimakasih atas dukungannya, Selanjutnya kepada adek-adek yang masih berjuang di kampus tercinta, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, para penghuni kos (Juplek FC Putra, Poder, Nurkhalis, Deni, Arif, Ariful, Marshal, Yudhie, Elvin, Ivan, Alfin, Puja Hengki) dll. Kepada adek-adek
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
3
di Himpunan Mahasiswa Sumatera Selatan (HMSS), (Sumarwan, Al-Furqon, Budi Setiawan, Erlan, Edi, Dhara Zafira, Puja, Indri, medi, dan Viter) kakak pesan selalu lanjutkan perjuangan (HMSS) jangan sampai vakum dan semoga berjaya. Terima kasih juga kepada rekan di HMSS seperjuangan Fevy, Riko, Eko, Budi, Zein dan rekan-rekan HMSS lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Sahabat PKPM semuanya, Joean Bahtra Tarigan (Joe) Ninda Wiraksi (Ninda) dan Iin Parlina (Iin) dan tidak lupa juga sahabat PKL dari Universitas Andalas, Sikabau. PT. Incasi Raya Pangian atas nama Bapak Sutrisno selaku Manajer kebun Timur dan Bapak Fchriadi Agus selaku Manajer kebun Barat, Bapak M. Hasim selaku pembimbing lapang dan Ibu Puji Astuti selaku KTU kebun beserta jajarannya yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di PT. Incasi Raya Pangian Dalam ucapan terima kasih ini saya persembahkan pantun berbahasa minang berbunyi :
Di Kulkas ado Tujuah es Buliah di ambiak hanyo Tigo Kalau kalian nio sukses Berbaktilah ka urang tuo
Jalan-jalan ka Padang Panjang Indak lupo pai baranang Walau gala alah Tapasang Jaso Dosen slalu dikenang Pergi mendaki Gunung Daik Hendak menjerat kancil dan rusa Bergotong-royong amalan yang baik Elok diamalkan setiap masa Air melurut ke tepian mandi Kembang berseri bunga senduduk
Laporan Tugas Akhir
ElokProgram diturut resmi Studipadi Budidaya Tanaman Perkebunan Semakin berisi semakin tunduk
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Tujuan ................................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
3
2.1. Sistematika Kelapa sawit ...................................................................
3
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit.............................................
4
2.3. Pengertian dan Tujuan Pemupukan ...................................................
5
2.4. Jenis Pupuk ........................................................................................
7
2.4.1. Pupuk tunggal .............................................................................
7
2.4.2. Pupuk majemuk ..........................................................................
8
2.5. Aspek Yang Berkaitan Dengan Pemupukan ......................................
9
2.6. Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit ......................
11
2.7. Penentuan Rekomendasi Pemupukan ................................................
13
2.7.1. Analisa tanah ..............................................................................
13
2.7.2. Pengambilan contoh daun (KCD)/Analisa daun ........................
13
2.8. Standar Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit .....................................
15
2.9. Pelaksanaan Pemupukan ....................................................................
18
2.10. Organisasi Pemupukan.....................................................................
20
2.10.1. Pengaturan tenaga kerja............................................................
20
2.10.2. Pengaturan suplai terminal besar/kecil (suplai point) ..............
20
2.10.3. Pengawasan pemupukan ..........................................................
21
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
5
III. METODE PELAKSANAAN .................................................................
22
3.1. Waktu Pelaksanaan ..........................................................................
22
3.2. Metode Kegiatan..............................................................................
22
3.2.1. Praktek langsung ......................................................................
22
3.2.2. Demonstrasi ..............................................................................
22
3.2.3. Pengamatan kegiatan ................................................................
23
3.2.4. Diskusi ......................................................................................
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
24
4.1. Gambaran Umum ............................................................................
24
4.1.1. Lokasi .......................................................................................
24
4.1.2. Visi perusahaan ........................................................................
24
4.1.3. Misi perusahaan ........................................................................
25
4.1.4. Nilai-nilai perusahaan ...............................................................
25
4.2. Hasil ...................................................................................................
26
4.2.1. Aplikasi pupuk dengan prinsip 6 tepat (6 T) ............................
26
4.2.2. Penentuan rekomendasi pemupukan ........................................
27
4.2.3. Standar, penetapan dan dosis pupuk .........................................
31
4.2.4. Efisiensi dan efektifitas pemupukan .........................................
32
4.2.5. Alat dan bahan pemupukan ......................................................
34
4.2.6. Prosedur kerja pemupukan .......................................................
34
4.2.7. Aspek ekonomi .........................................................................
36
4.2.8. Sistem pengupahan ...................................................................
39
4.2.9. Manajemen pemupukan............................................................
39
4.3. Pembahasan........................................................................................
43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
47
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................
47
5.2. Saran ....................................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................
49 50
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
6
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit ...................
12
2. Dosis pupuk tunggal untuk tanaman kelapa sawit .............................
16
3. Dosis pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit ..........................
16
4. Alat dan bahan untuk pemupukan .....................................................
34
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
7
DAFTAR GAMBAR Nomer
Halaman
1. Penyediaan kecambah kelapa sawit ...................................................
50
2. Pembibitan Pren-nursery ...................................................................
50
3. Pembibitan Main-nursery ..................................................................
50
4. Penanaman kelapa sawit ....................................................................
51
5. Pemupukan kelapa sawit....................................................................
51
6. Panen kelapa sawit .............................................................................
51
7. Pengolahan kelapa sawit (PKS) .........................................................
52
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
8
DAFTAR LAMPIRAN Nomer
Halaman
1. Foto kegiatan PKPM .........................................................................
51
2. Struktur Organisasi Perusahaan .........................................................
52
3. Struktur organisasi pemupukan tingkat Divisi/Afdeling ...................
53
4. Peta lokasi ..........................................................................................
54
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
9
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul " Teknologi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di PT. Incasi Raya Pangian, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat “. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan (D-III), Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Secara umum tujuan dari pelaksanaan PKPM untuk memperoleh pengalaman kerja di lapangan pada kondisi lingkungan kerja yang sesungguhnya (perkebunan), dan untuk menambah wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan budidaya dan pengolahan hasil tanaman perkebunan. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu pada kesempatan ini maka izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda yang telah mendukung dan memberikan motivasi, nasihat kepada penulis baik secara moril maupun material. 2. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Bapak Ir. Noveri, MP selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. 4. Bapak Ir. Agustinus Mangunsong, MP selaku Dosen Pembimbing.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
10
5. Bapak, Ibu dosen dan staf pengajar pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 6. Bapak M.Hasim selaku pembimbing lapang di PT. Incasi Raya Pangian. 7. Seluruh Mandor dan karyawan/karyawati yang telah mendampingi dalam pelaksanaan PKPM di PT. Incasi Raya Pangian. 8. Teman–teman PKPM di PT. Incasi Raya Pangian, yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan laporan PKPM ini. 9. Dan semua pihak yang turut membantu penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta petunjuk demi kesempurnaan penulisan laporan ini dan demi penulisan laporan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengharapkan, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan kita semua terutama bagi penulis sendiri.
Tanjung Pati, Agustus 2015
Penulis
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
11
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaies gueneensis Jacq) adalah tanaman industri yang berperan penting sebagai penghasil minyak masak, minyak industri maupun bahan bakar (biodisel). Kelapa sawit merupakan tanaman komodititas perkebunan yang cukup penting di Indonesia karena memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit selain digunakan sebagai bahan mentah industri pangan dan bahan mentah industri non pangan (Sudirman Yahya, 2011). Menurut Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), minyak sawit Indonesia juga telah menjadi penghasil minyak nabati terbesar dunia menggeser minyak kedele yang telah menduduki daftar tertinggi sejak tahun 1990. (Agus Setiawan, 2014). Pada tahun 1990, produksi sawit Indonesia hanya 22 persen dari produksi dunia, Malaysia 55 persen dan negara-negara lain 23 persen, sedangkan pada 2010 produksi sawit Indonesia sudah mencapai 48%, Malaysia 39% dan negara lainnya hanya 13% seperti Kamboja, Vietnam, Thailand, Colombia dan Afrika Barat (Agus Setiawan, 2014). Dalam pembangunan di sektor pertanian subsektor perkebunan, Indonesia mengalami berbagai kendala diantaranya di bidang manajemen dan kurang tersedianya tenaga kerja yang profesional dan terampil di bidangnya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah Indonesia mendirikan berbagai lembaga
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
12
pendidikan yang mampu memenuhi harapan tersebut. Untuk memenuhi harapan tersebut maka didirikan institusi pendidikan tinggi di bidang pertanian yaitu salah satunya ialah Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Dalam kurikulumnya, pada semester enam (VI), mahasiswa diberikan kesempatan untuk melaksanakan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) pada perusahaan-perusahaan perkebunan. Diharapkan dari kegiatan ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman kerja dan dapat melengkapi kekurangan-kekurangan dalam perkuliahan di kampus. 1.2. Tujuan PKPM Adapun tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan PKPM ini terbagi 2 yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). a. Tujuan Instruksional Umum (TIU) dari PKPM ini adalah : Memberikan gambaran yang nyata kepada mahasiswa tentang pelaksanaan kegiatan di lapangan dalam suatu usaha perkebunan. b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari PKPM di PT. Incasi Raya Pangian yang berkaitan dengan Tugas Akhir (TA) adalah : 1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada PT. Incasi raya Pangian, Dharmasraya, Sumatera Barat. 2) Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas pada teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada PT. Incasi raya Pangian, Dharmasraya, Sumatera Barat.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Kelapa Sawit Menurut Sudirman Yahya (2011), tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika, yaitu dari kawasan New Guinea di Afrika Barat. Elaeis guineensis Jacq berasal dari kata Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak, dan Guineensis berasal dari kata Guinea (daerah pantai Barat Afrika) dan Jacq berasal dari kata Jacquim (nama ahli Botani Amerika). Menurut Sudirman Yahya (2011), klasifikasi dari kelapa sawit yaitu : Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq Pada saat ini varietas yang sering dipakai di perkebunan adalah varietas Dura,
Pisifera, Tenera. Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya berkisar 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebalnya berkisar 2-5 mm. Pisifera memiliki daging buah yang tebal 5-10 mm, tetapi tidak meiliki cangkang. Dura dipersilangkan dengan Pisifera maka menghasilkan Tenera yang memiliki daging buah tebal 3-10 mm dan cangkang tipis berkisar 1-2,5 mm (Sudirman Yahya, 2011).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
14
Kelapa sawit memiliki sisitem perakaran serabut yang terdiri dari akar primer, skunder, tersier, kuarter Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar skunder yang berdiameter 2-4 mm. Akar skunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartier yang tidak memiliki 4 lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0,1-0,3 mm. Sistem perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Sedangkan besar perakaran kelapa sawit berada ddekat permukaan tanah. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalam 8 meter didalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 m. Keadaan ini tergantung umur tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasi tanah. Sistem perakaran seperti menyebabakan tanaman tidak mudah tumbang/roboh (Suwarto, 2012). 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27º C dengan suhu maksimum 33º C dan suhu minimum 22º C sepanjang tahun (Suwarto, 2012). Curah hujan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar 1750-2500 mm/th. Kelembaban kelapa sawit berkisar antara 50 % 90%. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam/hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian ≤ 400 m/dpl. Bentuk dan kondisi tanah yang sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit datar sampai bergelombang dengan kemiringan 0-8%. Secara umum, kelapa sawit dapat btumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah Ultisol,
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
15
Entisol, Inseptisol, Andisol, dan Hostisol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik apabila tanah tersebut memiliki drainase dan aerase baik. pH berkisar antara 5-6 (Suwarto, 2012). 2.3. Pengertian dan Tujuan Pemupukan Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan berpengaruh terhadap meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan produksi tanaman relatif stabil serta meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang merugikan (Fauzi Y, Yustina EW, Imam S, Rudi H, 2012). Dalam pengertian sehari-hari istilah pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tertentu kedalam tanah agar tanah tersebut menjadi subur. Oleh karena itu pemupukan diartikan secar umum yaitu sebagai penambah zat hara suatu media tertentu untuk digunakan pada organisme tertentu dalam pertumbuhannya. Dalam arti luas pemupukan adalah penambahan bahan yang lain yang dapat memperbaiki sifat tanah (Ziddu, 2012). Dalam arti luas yang dimasud pupuk yaitu suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian kapur juga digunakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta memberikan pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian Urea dalam tanah yang miskin akan kadar N (Nitrogen) dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut disebut
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
16
pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan Urea disebut pupuk dalam arti luas. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan diatas hanya Urea yang dianggap pupuk karena Urea mengandung unsur N yang dibutuhkan tanaman (Ziddu, 2012). Pemupukan adalah satu faktor utama yang menetukan produktivitas tanaman. Ketersedian pupuk secara tepat dosis dan tepat waktu sering menjadi masalah bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk majemuk adalah saslah satu alternatif untuk menjamin penyediaan seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah (Ziddu, 2012). Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah oleh tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisa daun. Biaya pupuk bisa mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis) (Sunarko, 2012). Kelapa sawit memerlukan pemupukan yang baik pada tahap pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan terutama tanaman menghasilkan (TM). Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiesrit (Ziddu, 2012).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
17
2.4. Jenis Pupuk 2.4.1. Pupuk kimia tunggal Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu jenis hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki lebih dari satu jenis hara dan memilki kandungan yang lengkap dibandingkan pupuk kimia tunggal. Pupuk kimia yang sering digunakan adalah pupuk Urea dan ZA untuk hara N (nitrogen), pupuk TSP dan SP-36 untuk hara P (Posfor), KCl atau MOP untuk hara K (Kalium) (Ziddu, 2012). Keuntungan pupuk kimia tunggal adalah mudah didapat dan harga lebih murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan dan kelarutan dalam tanah sangat cepat dan mudah diserap tanaman. Sedangkan kelemahannya adalah pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat lossis ataupun tingkat kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap (Urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap aplikasi pupuk dengan prinsip pemberian pupuk 4 tepat yaitu : tepat cara, tetap waktu, tepat dosis, tepat tempat. Sehingga kehilangan dapat diperkecil dan pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah, tetapi ini dapat dianulir dengan aplikasi lain seperti tanam kacangan ataupun pemakaian organik suplemen (Ziddu, 2012).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
18
2.4.2. Pupuk majemuk Pupuk majemuk adalah pupuk yang di buat secara kimia yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya. Pada tanaman kelapa sawit, pupuk majemuk pada umumnya digunakan untuk pembibitan dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pupuk majemuk yang digunakan dipembibitan adalah pupuk yang komposisinya lengkap seperti NPKMg 15-15-6-4 dan 12-12-17-2 (Nitrogen 12%, Fospor 12%, Kalium 17%, dan Magnesium 2%). Pupuk majemuk digunakan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Sistem pertumbuhan tanaman belum sempurna sehingga akan lebih baik jika diberikan pupuk dengan kandungan nutrisi yang komplit. Pupuk majemuk biasa digunakan pada tanah marginal seperti tanah berpasir karena pupuk majemuk mempunyai tingkat kelarutan yang lambat dan tidak menguap oleh panas. Pupuk majemuk mempunyai efisiensi pemupukan yang tinggi dibandingkan dengan pupuk tunggal. Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah pupuk ini bersifat slow release (tidak terurai secara keseluruhan, terurai akibat komposisi pupuk dengan bahan lainnya tidak sama). Sedangkan kelemahan dari pupuk majemuk adalah harga pupuk yang sangat mahal, ketepatan dosis tidak tercapai karena setiap unsur senyawa hara terdapat dalam perbandingan yang berbeda dan kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya (Ziddu, 2012).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
19
2.5. Aspek Yang Berkaitan Dengan Pemupukan Upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan adalah dengan melakukan uji kualitas (Quality control), yang memadai terhadap pupuk yang akan diaplikasikan di lapangan. Perlu diperiksa apakah pupuk telah memenuhi syarat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Prosedur dalam uji kualitas pupuk menurut Agus setiawan (2014) meliputi empat tahapan : Pemilihan jenis pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman dan kondisi lingkungan. Pemilihan merk dagang pupuk berdasarkan Standar Nasional Indonesia dan hasil uji efikasi yang telah dilakukan. Pengambilan sampel pupuk Uji pupuk di laboratorium untuk menilai kelayakan mutu pupuk sebelum diaplikasikan di lapangan. Pengusaha yang kurang berpengalaman menurut Agus Setiawan (2014) dapat menempuh beberapa cara untuk mengetahui tingkat keragaan (kondisi) kebunnya dengan empat cara sebagai berikut : Cara yang pertama dengan melakukan perbandingan secara intern. Bila blokblok pertanaman kebunnya menunjukan keragaan yang terlalu berbeda-beda, dapat diasumsikan bahwa pada blok-blok yang kurang baik (misalnya
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
20
produktivitas rendah) terdapat kekeliruan atau kekurangan dan perlu diperbaiki. Seperti dikemukakan di atas, bahan pembanding ini tidak tidak tersedia bila seluruh areal tanamannya berada pada kondisi sub-optimal. Cara
kedua
adalah
memperbandingkan
keragaan
kebunnya
dengan
perkebunan lain yang bersebelahan atau berdekatan. Cara kedua ini baik untuk dilaksanakan tanpa melihat tersedia atau tidaknya bahan pembanding intern. Bila keragaan kebun sendiri kalah jauh dibandingkan kebun orang lain, padahal kondisi tanah dan iklim maupun varietas bahan tanam serupa, dapat diasumsikan adanya kekeliruan atau kekurangan dalam pengolahaan kebun sendiri. Tetapi seperti halnya dengan perbandingan intern, pembandingan dengan kebun-kebun lainpun tidak akan bermakna bila secara kebetulan pengelolaan kebun-kebun lain juga kurang baik. Cara ketiga adalah meminta pakar dari pakar dari lembaga penelitian atau biro konsultan yang berwenang untuk meninjau dan menilai kondisi kebun, cara ini sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya setahun sekali. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah dikemukakan di atas yang berkaiatan dengan pupuk dan pemupukan, mudah dimengerti bahwa pada usaha tani kelapa sawit tidak terdapat formula pemupukan bersifat universal. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat-sifat kimia maupun fisiknya, faktor iklim dan lain-lain, selalu bervariasi antara lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Selanjutnya potensi genetik, umur tanaman dan cara teknik-teknik yang diterapkan juga turut
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
21
mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu (Agus Seiawan, 2014). 2.6. Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit Unsur yang dibutuhkan tanaman terdiri atas 16 jenis, tiga diantaranya diperoleh dari udara dan air yaitu unsur C, H dan O. Unsur mineral essensial lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah dan secara umum digolongkan sebagai unsur hara. Unsur hara terbagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar yang kandungan nilai kritisnya 2-30 g/kg berat kering tanaman, unsur hara makro diantaranya N (Nitogen), P (Phospor), K (Kalium), Ca (Kalsium), Mg (Magnesium) dan S (Sulfur). Unsur hara mikro diantaranya Fe, Mn, Zn, Cu, Cl dan B. (Fauzi et. al. 2012) Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian (Fauzi et. al. 2012). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
22
Tabel 1. Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit Defisiensi
Gejala pada tanaman
Nitrogen (N)
Fospor (P)
Kalium (K)
Besi (Fe)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg) Sulfur (S)
Boron (B)
Seng (Zn)
Warna daun kuning pucat Helaian daun menjadi pendek Pertumbuhan terhambat (kerdil) Warna daun hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerah-merahan Tanaman lambat berbuah Kualitas biji dan biji jelek, kecil, dan cepat masak Daun tua akan mengerut atau keriting Rentan terhadap penyakit Ukuran buah kecil atau cepat membusuk Warna disekitar daun kuning Tanaman lambat pertumbuhan dan perkembangannya Bagian pucuk banyak daun yang gugur atau mati Kuncup daun muda banyak mati Pembentukan perakaran kurang sempurna Kondisi berat, jarimhan daun akan kering dan mati Timbul kloris pada tepi daun yang tua Daun kecoklatan dan merah keunguunguan Jaringan mati pada sisi pinggir helaian daun sampai kemasing-masing anak daun Pertumbuhan terhambat, pendek, kurus dan kerdil Daun muda berwarna kuning dan terkadang tidak merata Secara umum gejalanya menyerupai defisiensi nitrogen Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok Daun yang baru muncul bentuknya kerdil Kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuan cepat Daun kekuning-kuningan bahkan kemerahmerahan terutama pada daun yang agak tua kondisi parah, daun pelepah mengering
Sumber : Fauzi (2012)
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
23
2.7. Penentuan Rekomendasi Pemupukan 2.7.1. Analisa tanah Analisa tanah umumnya diterapkan dengan konsep “ketersediaan” hara yang sederhana dan tidak begitu mahal. Masalah utama dalam analisis tanah ini terletak pada pemilihan metode ekstraksi dan metode kalibrasi yang sesuai. Hal ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara berdasarkan metode ekstaksi yang sama dapat berbeda-beda pada tipe dan subtipe tanah yang berbeda. Pemilihan metode ekstraksi yang sesuai sebaiknya dikalibrasi : Dengan percobaan di lapangan, dimana produksi tanaman dengan dan tanpa pemupukan dikolerasikan dengan data ekstraksi unsur hara dari tanah yang di pupuk tersebut (koefisiensi korelasinya r² paling tidak 60% dan lebih disukai bila > 70%). Dengan analisis jaringan tanaman, yaitu dengan mengkolerasikan kandungan hara didalam tanaman (umumnya daun ke-17). Dengan melihat gejaka defisiensi, yaitu dengan membandingkan data ekstraksi unsur hara dari tanah yang tanaman tidak mengalami defisiensi dengan tanah yang tanamannya mengalami defisiensi (terutama berguna untuk kasus unsur hara mikro).
2.7.2. Pengambilan contoh daun (KCD)/Analisa daun Pengambilan
contoh
daun
dilakukan
untuk
mendapatkan
rekomendasi
pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Pengambilan contoh daun dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu luasan areal
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
24
tertentu yang digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya, dalam luasan satu blok memiliki keseragaman tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi dapat digunakan sebagai satu unit KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon tidak boleh diubah sepanjang masa sehingga tanaman tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi. Untuk areal seluas 1 Ha pohon contoh yang diambil sebanyak 4%, untuk areal seluas 5 Ha 3%, untuk areal 10 Ha sebanyak 2%, dan untuk araeal seluas 25-100 Ha sebanyak 1% (Fauzi, 2012). Untuk areal yang digunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil dari sebelah Utara blok, yaitu pohon ketiga dari pinggir parit baik dari sisi jalan utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris tanaman menuju arah Selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul hingga berakhir pada posisi 3 pohon dari ujung batas blok. Kemudian dari pohon terakhir tersebut dibelokkan kearah Barat dengan interval 10 tanaman, kemudian kembali lagi ke arah Utara dengan interval pertama. Sementara itu, untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan dengan metode tersebar/acak (Fauzi, 2012). Adapun persyaratan pohon contoh adalah sebagai berikut : a) Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan bekas pohon sisipan. Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh tidak memenuhi syarat maka pohon contoh dapat diganti dengan di dekatnya yang dianggap sehat. Interval selanjutnya dapat dimulai dari pohon tersebut.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
25
b) Hindari pohon yang tumbuh di puncak bukit, sebagai gantinya digunakanlah pohon lain yang seragam dan dapat mewakili kondisi areal. Hindari juga memilih tanaman pinggir. c) Pohon contoh harus berada diantara pohon yang masih hidup. d) Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal < 5 Ha, boleh terdapat perbedaan, tetapi hanya 1 – 2 tahun saja. e) Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/relatif sama. f) Jika pohon contoh sakit atau mati, maka dapat diganti sesuai dengan ketentuan diatas. g) Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batang secara melingkar. Khusus pohon pertama diberikan tanda bulat berwarna biru tua dan ditulis angka (nomer umur KCD dan pohon contoh dalam KCD tersebut) berwarna putih Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu 2 bulan setelah pemupukan berakhir (biasanya bulan oktober). Pengambilan harus saat cerah antara pukul 07.00 – 12.00 WIB. Jika saat pengambilan turun hujan maka dapat ditunda hingga daun kembali kering atau keesokan harinya (Fauzi, 2012). 2.8. Standar Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Jenis dan cara pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) sama saja dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Hanya saja sebaran, dosis, waktu aplikasi dan rotasinya berbeda. Adapun pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk tunggal
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
26
atau majemuk. Standar dosis pupuk TBM dan TM yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. Dosis pupuk tunggal untuk tanaman kelapa sawit Kelompok Umur (Tahun)
Status kategori tanaman
1
TBM 1
2
TBM 2
Dosis Pupuk Tunggal (Kg/Btg/Thn) Urea (46%)
TSP (45%)
MOP (60%)
Kiesrite 26 %
1,25
0,60
1,00
0,75
1,50
0,60
1,50
1,00
3
TBM 3
1,50
0,60
1,75
1,00
3–5
TM 1 – 3
2,00
1,20
2,00
1,25
6–8
TM 4 – 6
2,00
1,20
2,00
1,25
9 – 13
TM 7 – 11
2,75
1,80
2,50
1,50
14 – 20
TM 12 – 18
2,50
1,60
2,00
1,25
1,75
1,00
1,50
1,00
TM 19 – 23 21 -25 Sumber : M. Hasim (2014)
Tabel 3. Dosis pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit Kelompok Umur (Tahun)
Status Kategori Tanaman
Dosis Pupuk Majemuk (Kg/Btg/Thn) N 13 – P 8 – K 27 – Mg 4 – B 0,5 – Cu Zn 0,02 – 0,04
1 2 3
TBM 1 TBM 2
3,00 3,75 4,50
3–5
TBM 3 TM 1 – 3
6,00
9 – 13
TM 4 – 6 TM 7 – 11
14 – 20
12 – 18
6,00
21 – 25
19 – 23
4,50
6–8
6,00 7,50
Sumber : M. Hasim (2014)
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
27
Saat ini perkebunan besar dan menengah lebih banyak menggunakan pupuk majemuk NPK karena penggunaan pupuk majemuk relatif lebih efektif dan efisien. Beberapa keunggulan dari penggunaan pupuk majemuk, adalah sebagai berikut : a) Pupuk majemuk hanya memerlukan 3 x aplikasi pertahun, sedangkan dengan pupuk tunggal dapat mencapai aplikasi 8 x pertahun. b) Dengan menggunakan pupuk majemuk hanya tersita waktu sekitar 3 – 4 bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 – 9 bulan lagi bisa difokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman. c) Dengan sekali aplikasi pemupukan menggunakan pupuk majemuk, tanaman akan mendapatkan sekaligus beberapa unsur hara sehingga tidak ada faktor pembatas. d) Dengan menggunakan pupuk tunggal, aplikasi satu jenis pupuk dengan jenis pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergis. e) Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian akibat lemahnya pengawasan. f) Penguapan dan pencucian pupuk tunggal setelah diaplikasikan sangatlah besar, dapat mencapai 20 – 30 %, sedangkan pupuk majemuk sudah dilengkapi dengan coating agent (bahan pengikat) untuk meminimalisir kehilangan unsur hara dalam pupuk. g) Untuk fotografi areal yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan akan menjadi lebih banyak.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
28
h) Unsur mikro (tress element) yang terkandung dalam pupuk majemuk, tidak terdapat dalam pupuk tunggal. Disamping menggunakan pupuk an-organik, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang sudah atau belum dikomposkan juga banyak diaplikasikan kepiringan kelapa sawit sebagai bahan penambah bahan organik tanah (Fauzi, 2012). 2.9. Pelaksanaan Pemupukan Untuk areal TBM pada umur satu bulan pupuk ZA diberikan dengan penaburan secara merata sampai sekitar 150 cm dari pangkal batang. Untuk bulan-bulan selanjutnya pupuk ZA, RP, MOP dan Kieserite, ditaburkan secara merata sampai sejauh selebar tajuk. Sedangkan pupuk borat (HFG Borate) diberikan dengan penaburan merata pada ketiak pelepah daun pada lingkar kesatu dan kedua sesudah daun tombak (daun teratas). Jika umur TBM hanya berlangsung 30 bulan, pemupukan bulan ke – 32 tidak dilaksanakan, dan berlaku pedoman pemupukan untuk areal TM (Mutawakil, 2009). Untuk areal TM yang berumur kurang dari 8 tahun, pupuk Urea dan ZA ditabur merata mulai sejauh 0 cm dari pangkal batang sampai pinggir piringan. Pupuk lainnya (MOP, Kieserite, dan RP) ditabur merata mulai dari jari-jari 1 m sampai dengan 2,50 m dari pangkal batang (Mutawakil, 2009). Untuk tanaman yang berumur 8 tahun atau lebih pupuk ZA, MOP dan Kiesrite ditabur merata mulai dari jari-jari 1 m sampai 2,50 m dari pangkal batang. Pupuk RPnya disebar di gawangan. Pada tanaman umur 8 tahun atau lebih pupuk MPO dapat diganti dengan abu janjangan dengan dosis 1,5 – 2 kali lipat MOP (Mutawakil, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
29
Pada areal berbukit, yang penanamannya dilaksanakan dengan sistem teras, jenis dan dosis pemupukan sama dengan yang telah diuraikan diatas, hanya cara pemberiannya berbeda, teras, dan
dari pupuk dibenam di daerah piringan sebelah dalam dari
sisanya dibenam di sebelah luar atau pinggir. Dengan cara ini
diharapkan kehilangan pupuk oleh aliran air bila turun hujan akan tertekan sekecil mungkin (Mutawakil, 2009). Mengingat mahalnya harga pupuk dan pada umumnya kelapa sawit ditanam di daerah yang bercurah hujan tinggi, sebagian pupuk larut dan terbawa air dan atau menguap, maka dianjurkan agar pupuk dibenamkan dalam tanah (pocket sistem) (Mutawakil, 2009). Cara pemupukan yang perlu juga diperhatiakan dalam pemupukan tanaman adalah sebagai berikut : a) Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput atau gulma, alang-alang, dan kotoran lainnya. b) Pada areal datar semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan. c) Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih
dari
dosis dibagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya ( bagian) diberikan pada bagian luar teras (Mutawakil, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
30
2.10. Organisasi Pemupukan 2.10.1. Pengaturan tenaga kerja
Setiap regu pemupukan terdiri dari mandor, tukang pikul, dan pemupuk yang biasanya perempuan. Mandor mengatur/mengarahkan dan merencanakan pemupukan harian dan mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok. Tukang pikul bertugas mengecer pupuk pada terminal I (suplai besar) ke terminal II (suplai kecil), dan membagi-bagi pada regu pemupuk. Regu pemupuk membenamkan atau menaburkan pupuk kepohon dengan takaran yang tepat dan merata. Apabila pupuk dibenamkan ke dalam tanah, regu ditambah untuk pembuat lubang, dengan tenaga 138 pokok/HKO. Goni bekas pemupukan yang telah kosong dikumpulkan dan dihitung jumlahnya, goni harus sesuai jumlahnya dengan goni saat pengambilan pupuk di gudang. (Mutawakil, 2009). 2.10.2. Pengaturan suplai terminal besar/kecil (supply point) Setiap 5 baris tanaman dibuat satu suplai besar sesuai dengan keinginan jumlah pokok dikalikan dosis pupuk menurut rekomendasi pemupukan. Selanjutnya dibuat rencana pengeceran pupuk per suplai besar kemudian ditentukan suplai kecil, sehingga regu pemupuk tidak terlalu jauh untuk mengambil pupuk tersebut (Mutawakil, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
31
2.10.3. Pengawasan pemupukan Perencanaan pemupukan ini harus dilakukan dengan cermat, mulai dari analisis tanah, analisi daun, dan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan, pemberian pupuk dan peralatannya. Perencanaan ini dilakukan satu tahun sebelumnya. Beberapa hal yang perlu diawasi adalah : a) Pelaksanaan pemupukan harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara (tebar, benam atau tugal, dan piringan/melingkar) dan tepat jenis. b) Dosis pupuk di pembibitan diberikan berdasarkan tingkat umur bibit. c) Dosis pupuk di TBM ditentukan berdasarkan perbedaan keadaan tanah dan ada atau tidaknya penutup tanah kacangan. d) Dosis pupuk di TM berdasarkan ketentuan rekomendasi pemupukan. e) Daerah sebaran/benam pupuk harus sesuai dengan unsur pupuk dan umur tanamnya. f) Waktu dan frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan. g) Realisasi pemupukan setiap harinya dilaporkan dan digambarkan pada peta blok, sehingga diketahui dengan pasti rumus pemupukan berikutnya. h) Areal tepi blok, lahan berjurang, tepi parit atau sungai perlu mendapatkan perhatian khusus. i) Dalam aspek ekonomi, perlu di hitung nilai harga persatuan unsur dan kebutuhan pupuk persatuan luas (Mutawakil, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
32
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan PKPM ini dilaksanakan di Perusahaan Perkebunan PT. Incasi Raya Pangian, Sinamar, Kab. Dharmasraya, Sumatera Barat. PKPM ini telah dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 20 Maret 2015 dan berakhir pada tanggal 13 Juni 2015. 3.2. Metode Kegiatan Metode kegiatan yang digunakan dalam pelaksanaan PKPM ini di perusahaan perkebunan PT. Incasi Raya Pangian, Sinamar, Kab. Dharmasraya, Sumatera Barat. Untuk mendapatkan pengetahuan dan data yang diperlukan adalah dengan cara : 3.2.1. Praktek langsung Mahasiswa ikut mengerjakan semua kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang dan kemudian prestasi kerjanya dinilai oleh pembimbing lapang. Dalam hal ini mahasiswa dapat gabung langsung dengan karyawan atau kerja sendiri secara terpisah, tergantung kondisi di lapangan serta persetujuan pembimbing lapang. 3.2.2. Demonstrasi Metode ini dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan pembimbing lapang bahwa suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa karena berbagai faktor seperti faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
33
3.2.3 Pengamatan kegiatan Metode ini dilakukan apabila kondisi tidak memungkinkan untuk mahasiswa mengerjakan suatu pekerjaan dengan alasan tertentu misalnya faktor keselamatan. 3.2.4 Diskusi Dilakukan untuk kegiatan manajemen dan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau kegiatan lain yang dianggap perlu oleh mahasiswa untuk diketahui dan didiskusikan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Lokasi Lokasi perusahaan PT. Incasi Raya Pangian bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, berada di kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, yang didirikan pada tahun 1981. Perusahaan ini semakin lama semakin berkembang dan hingga saat ini memiliki luas area perkebunan 6,900 Ha, dan
mempunyai pabrik pengolahan kelapa sawit dengan
kapasitas olah TBS 50 Ton/Jam. Letak geografisnya berada di tengah kawasan dimana bagian sebelah Selatan berbatasan dengan Koto Besar (PT. Transco Inti), sebelah Utara berbatasan dengan Sinamar (Perusahaan Batu Bara), dan sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Sitiung (Perkebunan Rakyat) dan sebelah Barat berbatasan dengan hutan/lahan masyarakat. Adapun karakteristik lahannya berada di ketinggian > 400 m/dpl, dengan topografi berbukit ataupun bergelombang dengan kemiringan 15% - 30%. Curah hujan ± 2500 mm/bulan, jenis tanahnya yaitu PMK (Podzolik Merah Kuning). 4.1.2. Visi perusahaan Menjadi perusahaan agribisnis terkemuka dan terpercaya. Mengutamakan kepuasan stakeholders
Laporan Tugas Akhir
dan pelanggan serta kepedulian yang tinggi terhadap
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
35
keselamatan & kesehatan kerja serta lingkungan dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional, untuk memproduksi minyak sawit lestari. 4.1.3. Misi perusahaan 1) Mengelola perusahaan dengan good management
dan strong leadership,
memposisikan sumber daya manusia sebagai aset yang bernilai, serta mengedepankan kesejahteraan karyawan. 2) Menjalankan operasi dengan efisien, berkualitas dan produktifitas yang tinggi sehingga memenuhi kepuasan stakeholders dan pelanggan. 3) Menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar dan mempunyai nilai tambah tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keanekaragaman sumber daya hayati. 4) Meningkatkan pengembangan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi operasi. 5) Menjamin dan memastikan terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan. 6) Melaksanakan peningkatan terus menerus untuk mencapai produktifitas tinggi.
4.1.4. Nilai-nilai perusahaan 1) Integritas dan etika kerja yang tinggi akan menjadi dasar terciptanya budaya kerja yang bertanggung jawab. 2) Komitmen untuk secara konsisten melakukan proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan akan memberikan hasil yang berkualitas.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
36
3) Kompetensi dan karakter yang kuat ditunjang dengan kemampuan untuk bersinergi akan menghasilkan kinerja yang optimal. 4) Semangat untuk secara terus menerus menggali ide-ide baru, serta menerapkannya untuk menghasilkan organisasi yang inovatif. 5) Kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan karir akan menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi peningkatan produktifitas organisasi.
4.2. Hasil 4.2.1. Aplikasi pupuk dengan prinsip 6 tepat (6 T) a) Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian adalah Haracoat mx 12/12/17/2/Te, Borate, Kieserite, RP (Rock Phospate) dan NPK 12/12/6/4. b) Tepat Dosis Dosis pemupukan yang diterapkan pada perusahaan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian adalah rekomendasi menurut kantor pusat, data analisa tanah dan analisa tanaman (umur tanaman). c) Tepat Waktu Aplikasi pemupukan pada TM diusahakan pada saat menjelang atau akhir musim hujan. Aplikasi pupuk Urea, MOP dan juga RP dilakukan pada waktu yang berbeda berkisar antara 1 – 2 bulan harus sudah selesai.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
37
d) Tepat Cara Cara pemupukan TM yang digunakan di PT. Incasi Raya Pangian adalah dengan melalui tumpukan pelepah kering yang disusun di gawangan mati dan ditaburkan di piringan. e) Tepat Sasaran Pupuk harus tepat sasaran atau pupuk harus ditaburkan merata pada piringan tanaman kelapa sawit dengan jarak dari batang yaitu 50 - 100 cm untuk pupuk Urea (Nitrogen), sedangkan pupuk yang mengandung unsur P, K, dan Mg adalah 100 cm dari batang. Untuk jarak pemupukan yang disebar di gawangan mati yaitu 150 - 200 cm. f) Tepat Monitoring Monitoring dilakukan untuk pengawasan terhadap tenaga kerja pemupukan dan memastikan bahwa pupuk telah diaplikasikan ke tanaman kelapa sawit tanpa adanya pembuangan pupuk ke sungai atau ke semak belukar. 4.2.2. Penentuan rekomendasi pemupukan Dalam menentukan rekomendasi pemupukan harus dilakukan analisa tanah dan analisa daun. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian telah melakukan analisa di awal pembukaan lahan dan analisa daun pada tanaman menghasilkan (TM) untuk menentukan rekomendasi pemupukan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
38
a) Analisa tanah Informasi mengenai potensi tanah sangat diperlukan untuk membantu penetapan rekomendasi karena adanya sifat tanah yang berbeda antara satju dengan yang lain. Dengan melakukan analisa tanah sesuai standar, status tanah pada jenis tersebut dapat diplotkan dalam peta jenis tanah dan kesuburan lahannya. Untuk itu dianjurkan agar perkebunan melakukan pemetaan tanah yang detail setiap 5 tahun. Analisa tanah pada Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian ditentukan bahwa tanah pada perusahaan tersebut termasuk tanah PMK (Podzolik Merah Kuning). Tanah PMK merupakan tanah pada lahan kering. Yang merupakan tanah bermasalah yang memiliki faktor-faktor pembatas yng dapat menjadi kendala dalam usaha pertanian, dimana untuk mengatasi faktor tersebut memerlukan investasi/biaya yang besar. Dalam kelas kemampuan lahan, Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian merupakan lahan kelas IV. Lahan kelas IV yaitu lahan yang terbatas dengan segala penggunaanya dan ancaman yang cukup besar dari tanah kalas III yang mempunyai kemiringan lereng 15-30% karena mempunyai kepekaan erosi yang cukup kuat/besar. Kedalaman tanah yang dangkal, salinitas tinggi dan keadaan iklim yang kurang menguntungkan sehingga perlu tindakan khusus. Pembuatan tapak kuda terasan, rorak dapat mengurangi erosi akibat pukulan air hujan. b) Analisa daun Analisa daun dilakukan untuk menetukan kecukupan unsur hara yang terkandung pada tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit pada TBM umur 0 – 3 tahun tidak dilakukan analisa daun karena unsur hara yang terkandung dalam
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
39
tanaman masih dianggap cukup dan pemupukan mengacu pada dosis yang telah baku. Sedangkan pada tanaman TM perlu dilakukan analisa daun untuk melihat kandungan hara yang terdapat pada tanaman agar diperoleh gambaran jumlah pupuk yang perlu ditambahkan untuk tanaman berproduksi. Pemupukan pada TM dilaksanakan menurut rekomendasi berdasarkan analisa unsur hara pada daun. Analisa hara daun berdasarkan pengambilan sampel daun dari Kesatuan Contoh Daun (KCD) atau Leaf Sampling unit (LSU). KCD yang dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian, pada tanaman kelapa sawit umur 4 tahun atau termasuk tanaman menghasilkan. Daun pelepah yang diambil adalah berdasarkan kedudukan daun atau pilotaksisnya yaitu pada daun ke-17. Aktivitas fotosintesis pada daun ke-17 lebih tinggi dibanding daun ke-9. Menurut Roemahorganik (2012) tingginya aktifitas fotosintesis pada daun ke17 disebabkan oleh besarnya jumlah klorofil yang terkandung pada daun tersebut. Pelaksanaan kegiatan KCD di lapangan adalah sebagai brikut : Hal yang perlu diperhatikan yaitu melihat kondisi tanaman ataupun persyaratan yang dapat dianalisa (tanaman asli/bukan sisipan, sehat, di kelilingi pohon hidup, tidak berada dekat dengan jalan, bangunan ataupun hutan), umur cukup dan pemupukan yang cukup. Dalam 1 blok yang diambil maksimal 20-30 pokok sampel (5%). Untuk areal yang homogen maksimal 31 pokok sampel dan dimulai dari pokok ke tiga dari pinggir (tepi).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
40
Berikan tanda/cat (nomer pokok) pada pokok yang telah diambil sampel daunnya. Pengambilan dilakukan setahun sekali pada semester II atau 2 bulan setelah pemupukan terakhir. Pengambilan sampel pada pagi 07.00 – 12.00 WIB siang dan pada saat cuaca cerah. Setelah semua memenuhi syarat maka lakukan analisa, ambil masing-masing 3 daun pada bagian tengah daun ke-17 bagian kanan dan kiri. Kemudian anak daun pelepah tersebut dipotong menjadi 3 bagian kemudian daun tengah diambil ± 20 cm, lidi (tulang daun) setelah itu bersihkan dengan alkohol/aquades dengan menggunakan kapas (daun harus benar-benar steril/bersih). Kemudian daun dipanasakan dalam oven dan masukkan ke dalam amplop. Kemudian daun tersebut dikirim supaya dapat diuji kandungan unsur haranya. Dari beberapa analisa dan pengamatan praktis di lapangan, analisa tanah dan analisa daun lebih efektif dan efisien karena dapat rekomendasi pemupukan dari hasil tersebut lebih optimal pada tanaman menghasilkan (TM). Hasil pengamatan dan analisa per LSU akan dicatat dalam bentuk (clip board) yang akan dinilai dianalisis untuk menentukan dosis pupuk per blok. Oleh karena banyaknya faktor yang diperhatikan/pertimbangkan, dosis tidak dapat disamakan dengan semua blok dan waktu pemupukannya. Perlu adanya kedisiplinan yang ketat saat penentuan rekomendasi pemupukan karena rentan waktu yang singkat antara pengambilan sampel daun, analisa labor dan saat dimulainya pemupukan di lapangan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
41
Menurut Noveri, 2011. Untuk mendapatkan dosis pemupukan maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Dosis = (Hara tanaman – Hara tanah) x
x
Keterangan : 100 = konstanta 4.2.3. Standar, penetapan dan dosis pupuk Jenis dan dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah dan waktu pemberiannya. Secara umum dosis pupuk yang diberikan berdasarkan umur tanaman. Pupuk yang diberikan pada tanaman kelapa sawit di PT. Incasi Raya Pangian adalah pupuk NPK 13/6/21/4, Kieserit, Haracoat, Rock Phoshpat dan HGF ( High Grade fertilizer) Borate. A) TBM III Inti Pupuk yang digunakan adalah NPK 13/6/21/4 dengan dosis 1.500 gr, pupuk Kiesrite dengan dosis 1.000 gr, pupuk RP dengan dosis 1.500 gr, pupuk HGF ( High Grade fertilizer) Borate 60 gr. B) TBM III Plasma Pupuk yang digunakan adalah NPK 13/6/21/4 dengan dosis 1.500 gr, pupuk Kiesrite dengan dosis 1.000 gr, pupuk RP dengan dosis 1.500 gr, pupuk HGF ( High Grade fertilizer) Borate 60 gr.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
42
C) TM Inti Pupuk yang digunakan adalah NPK 13/6/21/4 dengan dosis 1.500 gr, pupuk Kiesrite dengan dosis 1.000 gr, pupuk RP dengan dosis 1.500 gr, pupuk HGF ( High Grade fertilizer) Borate 60 gr. D) TM Plasma Pupuk yang digunakan adalah NPK 13/6/21/4 dengan dosis 1.500 gr, pupuk Kiesrite dengan dosis 1.000 gr, pupuk RP dengan dosis 1.500 gr, pupuk HGF ( High Grade fertilizer) Borate 60 gr. 4.2.4. Efisiensi dan efektivitas pemupukan Dalam melakukan pemupukan diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam pemupukan gara diperoleh cost (biaya) yang rendah namun hasil yang diperoleh baik serta dapat mewujudkan produktivitas yang setinggi-tingginya. Efisiensi dan efektifitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor : Faktor pada tanaman Indeks luas daun, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. Masa perakaran aktif, menetukan hara, jumlah hara dan air terserap. Faktor pada cuaca Lama dan intensitas penyinaran matahari, menetukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. Suhu udara, menetukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. Faktor pada tanah Kandungan hara tanah, menetukan jumlah hara yang bisa tersedia.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
43
Kelembaban tanah, menentukan kelarutan pupuk dan ketersediaan hara. Keasaman tanah, menentukan ketersediaan hara dan air. Mikroorganisme dan bahan organik tanah, menentukan ketersedian hara. Sarana konservasi, menentukan ketersediaan hara dan air. Faktor pengaplikasian pupuk (mengikuti sistem 6 T) Tepat waktu Waktu yang tepat saat pemupukan adalah saat akhir musim kemarau atau awal musim hujan serta harus mengikuti rekomendasi pemupukan yang ditetapkan. Tepat jenis Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman. Tepat dosis Pupuk yang diberikan selain jenis yang tepat maka harus diperhatikan pula dosis yang dibutuhkan tanaman, tidak boleh kelebihan ataupun kekurangan dosis. Tepat sasaran Pupuk harus tepat sasaran atau pupuk ditaburkan merata pada tanaman kelapa sawit. Tepat cara Pemupukan
harus
tetap
cara
pemberiannya
seperti
:
tabur,
melingkar/piringan, cair, dan tugal (pada pembibitan).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
44
Tepat monitoring Perlu adanya monitoring/pengawasan dalam melaksanakan pemupukan supaya pupuk sampai pada tanaman. 4.2.5. Alat dan bahan pemupukan Dalam melakukan pemupukan diperlukan alat, bahan serta sarana ataupun prasaran yang memadai. Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan pemupukan dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Alat dan bahan untuk pemupukan No
Nama alat dan bahan
Fungsi
Keterangan
1
Traktor atau truk
Untuk pengeceran pupuk
Jhon dere
2
Ember
Untuk wadah (tempat) pupuk
1 ember = ± 15 kg
Untuk takaran pupuk
1 mangkok = 800 gr atau 2 mangkok kalibrasi untuk 1 pokok
Untuk pelindung kaki
-
Mangkok 3 4 5 6 7
Sepatu boot Sarung tangan
Untuk pelindung tangan
Kain
Untuk mengendong ember Untuk penambah unsur hara
Pupuk
Supaya tidak kontak langsung dengan kulit Kain harus kuat Diberikan pada tanaman dengan dosis yang tepat
Sumber : Fauzi (2012) 4.2.6. Prosedur kerja pemupukan Dalam melakukan pemupukan, perlu diikuti prosedur kerja yang baik dan benar sistem efisiensi serta efektivitas dalam perusahaan perkebunan dapat terwujud. Sistem pemupukan dalam PT. Incasi Raya Pangian dengan cara sistem ancak giring dengan tujuan untuk memudahkan melakukan pengawasan dalam pemupukan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
45
Adapun prosedur kerja pemupukan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Sebulan memulai kegiatan pemupukan, terlebih dahulu siapkan alat dan bahan yang digunakan. Mandor memberikan arahan/bimbingan serta pembagian lokasi tiap pekerja agar tidak terjadi kesalahan sewaktu memupuk. Muat pupuk kedalam traktor sesuai jenis dan kebutuhan pupuk yang diperlukan. Seluruh pekerja pupuk berangkat ke lokasi dengan menggunakan traktor. Setelah sampai di batas blok yang akan dipupuk masing-masing pupuk diturunkan dari atas traktor sepanjang jalan sesuai dengan barisan tanaman dalam setiap terasan tersebut. Kemudian pekerja melakukan pemupukan dengan memberikan pupuk sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Setiap pekerja menggunakan ember dalam mengangkut pupuk dalam setiap terasan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar pada bagian sebelah kanan dan kiri tanaman. Hal itu dikarenakan, topografi ataupun bentuk wilayah dari lahan perusahaan umumnya berbukit dan memiliki terasan. Hal ini bertujuan agar pupuk yang diberikan tidak mudah tererosi pada saat hujan. Setiap selesai kegiatan pemupukan karung pupuk dibawa kegudang dan dihitung sesuai jumlah pupuk yang ditaburkan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
46
4.2.7. Aspek ekonomi Aspek ekonomi serta pembiayaan dalam melakukan pemupukan sangat penting. Beberapa jenis pupuk yang digunakan pada PT. Incasi Raya Pangian beserta harganya. Haracoat mx 12/12/17/2/Te
: Rp. 365.250/50 kg
Borate (HGF)
: Rp. 441.750/50 kg
Kieserite
: Rp. 143.370/50 kg
RP (Rock Phospate)
: Rp. 80.350/50 kg
NPK 12/12/6/4
: Rp. 172.350/50 kg
Dari data di atas secara total biaya untuk pengadaan seluruh jenis pupuk yang digunakan adalah Rp. 1.203.070 dengan jumlah populasi 130 tanaman per Ha, maka biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan seluruh jenis pupuk pertanaman adalah total biaya pupuk : total populasi per Ha atau Rp. 1.203.070 : 130 populasi = Rp. 9.254/tanaman. Untuk menghitung biaya pemupukan pertanaman maka perlu dihitung secara total kebutuhan biaya pupuk per blok + kebutuhan alat-alat yang digunakan + bahan-bahan yang digunakan + biaya tenaga kerja. Dari beberapa jenis pupuk serta harga yang digunakan PT. Incasi Raya Pangian, kita dapat menentukan berapa besar biaya yang dikeluarkan per tahun dalam melakukan pemupukan. Jika cost ditekan akan terjadi penghemat biaya atau efisiensi biaya. Penghematan biaya pemupukan dapat terjadi jika limbah kelapa sawit digunakan secara efisien misalnya janjang kosong kelapa sawit.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
47
Kemajuan teknologi dan industri dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti kemajuan teknologi dan industri identik dengan kemajuan kualitas hidup manusia. Jadi kemajuan tersebut berdampak positif terhadap kualitas hidup manusia. Namun disisi lain manusia ketakutan akan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dipahami karena apabila lingkungan tercemar maka daya dukung alam bagi kehidupan manusia menjadi terganggu. Limbah yang dihasilkan dari suatu proses sedapat mungkin dikendalikan dari sumberdaya dengan cara mengurangi limbah yang dihasilkan, memanfaatkan kembali limbah dan mendaur ulang limbah. Limbah Tandan/janjang kosong merupakan limbah dengan volume yang paling banyak dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) pada pabrik kelapa sawit, mencapai 21% dari TBS yang diolah. Limbah tersebut akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas produksi TBS yang diolah. Peningkatan volume limbah menimbulkan masalah baru terhadap lingkungan terutama munculnya pencemaran ke lingkungan dan pengolahan limbah yang cukup banyak menimbulkan biaya. Limbah tandan/janjang kosong yang bersifat organik mempunyai kandungan unsur Nitrogen 1.5%, Phosfat 0.5%, Kalium7.3% dan magnesium 0.9% mempunyai potensi cukup besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai substitusi pupuk dengan mengaplikasikan limbah di atas tanah sekitar gawangan tanaman kepala sawit. Pemanfaatan limbah tandan/janjang kosong kelapa sawit dapat mereduksi biaya pembelian pupuk organik sampai dengan 60% dengan hasil produksi tandan buah segar (TBS) yang optimum. Dari pemanfaatan tersebut biaya produksi tandan buah segar dapat dikurangi secara signifikan dan permasalahan lingkungan
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
48
yang timbul pada pabrik kelapa sawit dapat diatasi tanpa mengeluarkan biaya bahkan dapat mendapatkan keuntungan dari segi biaya. Selain keuntungan biaya pengendalian limbah yang dihasilkan dari industri dapat ditanggulangi tanpa menimbulkan pencemaran bagi lingkungan karena limbah sudah dapat ditangani dari sumbernya. Perhitungan efisiensi pemupukan jika diterapakan limbah janjang kosong kelapa sawit : Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk Kieserite yang akan diaplikasikan pada tanaman TBM dan dosis 500 gr/tanaman/aplikasi dengan harga pupuk Rp. 143.370,00/karung. Kebutuhan pupuk
: 100 Ha x 130 populasi x 500 gr : 13.000 x 500 gr : 6.500.000 gr : 6.500 kg
Keterangan : berat 1 sak pupuk janjang kosong adalah 50 kg (50.000 gr). Dari perhitungan diatas dapat dilihat, jumlah pupuk Kieserite adalah 6.500.000 (6.500 kg) atau sekitar 130 sak pupuk yang diperlukan. Biaya pupuk yang harus dikeluarkan : 130 sak x Rp. 143.370,00 : Rp. 18.638.100,00 Namun, karena terjadi efisiensi biaya sebesar 60% dari penggunaan limbah janjang kosong kelapa sawit maka penekanan biaya dapat sebesar : Efisiensi biaya
: 60% x biaya pupuk yang dikeluarkan : 60% x Rp. 18.638.100,00 : Rp. .11.182.860,00
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
49
Dari perhitungan diatas, penerapan limbah janjang kosong kelapa sawit dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan perkebunan. 4.2.8. Sistem pengupahan Sistem pengupahan yang ada pada PT. Incasi Raya Pangian, yang diberikan kepada tenaga kerja pemupukan adalah dengan sistem harian. Jumlah HK (harian kerja) yang diberikan kepada tenaga kerja pemupukan adalah 0,5 – 0,6/Ha. Akan tetapi idealnya jumlah HK (harian kerja) yang ideal pada tenaga kerja pemupukan adalah 0,5/Ha. Upah 1 Hkadalah Rp. 64.800. 4.2.9. Manajemen pemupukan Manajemen dalam arti umum adalah pengelolaan yaitu suatu proses yang memiliki ciri khas dalam setiap organisasi. Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah diantarannya adalah manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan inilah yang berperan sebagai pengendali dalam proses usaha yang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Perusahaan pada umumnya harus mencapai output setinggi mungkin dan input serendah mungkin, tetapi hal ini sulit dicapai. Untuk mencapai hal tersebut perlu diperhatikan manajemen yang tinggi. A. Persiapan dan organisasi Perencanaan Sebelum melakukan pemupukan dalam setiap blok, Askep dan Mandor pupuk terlebih dahulu merencanakan blok mana yang akan dipupuk, jenis pupuk serta kebutuhan pupuk yang akan diangkut.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
50
Contoh penentuan blok, jenis dan kebutuhan pupuk: Afdeling
:A
Blok
: A5 (tahun tanam 2000) = 30,350 Ha x 130 pokok/Ha = 3.946 pokok
Pupuk
: Kieserite dengan dosis 500 gr/pokok
Jumlah pupuk : 3946 pokok x 500 gr/pokok = 1.973.000 gr atau 1.973 kg Organisasi pemupukan Setiap regu pemupukan terdiri dari Mandor, Tukang pikul, dan Pemupuk yang biasanya perempuan. Mandor mengatur/mengarahkan dan merencanakan pemupukan harian dan mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok. Tukang pikul bertugas mengecer pupuk pada terminal I (suplai besar) ke terminal II (suplai kecil), dan membagi-bagi pada regu pemupuk. Regu pemupuk membenamkan atau menaburkan pupuk kepohon dengan takaran yang tepat dan merata. Goni bekas pemupukan yang telah kosong dikumpulkan dan dihitung jumlahnya, goni harus sesuai jumlahnya dengan goni saat pengambilan pupuk di gudang. Sistem pemupukan yang digunakan PT. Incasi Raya Pangian adalah sistem ancak giring, dimana semua pemupuk diarahkan/digiring menuju blok demi blok yang akan dipupuk. B. Pelaksanaan pemupukan a) Persiapan pupuk Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia di kebun pada waktunya. Oleh karena itu, permintaan pupuk pada bagian pembelian harus
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
51
dilakukuan minimal 1 bulan sebelum pemupukan. Stok pupuk dapat disimpan di gudang untuk pemupukan selanjutnya. b) Persiapan pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan Pada pukul 07.00 WIB kendaraan untuk mengangkut harus sudah tersedia di gudang dan harus langsung memuat pupuk ke dalam kendaraan. c) Pembagian pupuk dalam setiap blok Dalam pembagian pupuk ke lapangan harus ditentukan dan diketahui sensus pokok atau kerapatan pokok. Untuk pembagian tersebeut untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan penentuan blok berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan, pupuk diturunkan sesuai dengan kebutuhan. d) Pengeceran pupuk Pengeceren pupuk dilakukan sesuai dengan rencana pada peta blok. e) Persiapan keamanan Untuk menghindari kehilangan atau pupuk tidak sampai ke tanaman maka disiapkan tenaga pengawasan/ pengamanan yang menjaga hal buruk terjadi bisa dilakukan Mandor/Asissiten secara langsung atau membawa jasa Brimob/Satpam. f) Cara penaburan pupuk Penaburan yang tepat
biasanya dilakukan pada gawangan mati atau di
tumpukan pelepah supaya dapat langsung diserap tanaman dan untuk mengurangi penguapan. Pemupukan untuk TBM dilakukan disemua tempat di piringan kecuali untuk pupuk Rock Phospate yang harus ditaburkan diluar piringan atau di gawangan mati.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
52
Tanaman yang pelepahnya sudah melewati piringan tempat penaburan pupuk dilakukan diujung piringan/ujung pelepah kira-kira 150 cm. Seluruh piringan dapat digunakan untuk pupuk apa saja kecuali Rock Phospate yang ditaburkan diatas penutup tanah. Untuk TM tempat penaburan dibedakan untuk masing-masing sifat seperti, nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung piringan, Mg dan Fospor ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung piringan, Kalium ditaburkan diujung piringan sedangkan untuk Rock Phosphate ditaburkan di gawangan mati. g) Pengumpulan goni/karung Goni dikumpulkan kembali oleh pengecer dan dimasukkan dalam wadah dengan 1 wadah menampung 10 goni untuk mempermudah pengontrolan. h) Pemeriksaan atau pengawasan pemupukan Beberapa hal yang perlu diperiksa dan diawasi : Pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada 6 T (tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran dan tepat monitoring). Dosis pupuk diberikan berdasrkan umur tanaman. Waktu serta frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan. Realisasi pemupukan setiap harinya dan digambar pada peta blok, sehingga diketahui pasti rumus pemupukan selanjutnya. Areal tepi blok, lahan berjurang atau sungai harus diperhatikan secara khusus. Apabila memupuk diareal tersebut maka harus dilakukan
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
53
secara khusus karena sering terjadi kehilangan unsur hara akibat pukulan air hujan atau erosi yang membuat pupuk hilang atau menguap dan untuk dipinggir sungai maka harus diawasi secara khusus karena banyak pekerja yang membuang pupuk ke sungai. 4.3. Pembahasan Dalam melakukan budidaya suatu tanaman terutama kelapa sawit, diperlukan kegiatan pemeliharaan yang cukup intensif. Pemeliharaan bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pemeliharaan yang intensif biasanya mengeluarkan biaya atau cost yang cukup tinggi, namun perusahaan perkebunan dengan giat mengusahakan agar biaya atau cost yang dikeluarkan menjadi serendah mungkin. Salah satu kegiatan pemeliharaan dalam perusahaan perkebunan adalah pemupukan. Pemupukan adalah salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan hasil produksi dengan cara menambahkan berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk organik ataupun pupuk anorganik (pupuk tunggal dan majemuk). Pupuk yang digunakan kebanyakan menggunakan pupuk an-organik yang merupakan pupuk majemuk seperti NPK dan Kieserite. Penggunaan pupuk majemuk dalam satu perusahaan lebih efisien dibanding dengan pupuk tunggal. Menurut (Fauzi, 2012) dengan menggunakan pupuk majemuk, hanya tersita waktu 3 – 4 bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 - 9 bulan lagi bisa difokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman. Dengan menggunakan
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
54
pupuk tunggal, aplikasi dengan satu jenis pupuk dengan jenis pupuk lain sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergi. Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya pengawasan. Untuk topografi areal yang sulit akan mengakibatkan pengeluaran semakin banyak apabila menggunakan pupuk tunggal. Dari alasan diatas sehingga perusahaan menggunakan pupuk majemuk. Penggunaan pupuk majemuk dapat menjadi alteratif yang baik dan sangat efisien dalam pemupukan di perusahaan-perusahaan perkebunan. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan biaya atau cost yang yang rendah dalam suatu budidaya kelapa sawit bukanlah menjadi hal tidak mungkin lagi. Sistem pemupukan di perusahaan perkebunan di PT. Incasi Raya Pangian adalah menggunakan sistem ancak giring. Alasan perusahaan melakukan pemupukan menggunakan sistem ancak giring adalah untuk mempermudah pengawasan dan pekerjaan dapat lebih cepat selesai. Apabila suatu ancak telah selesai dipupuk, tenaga pemupuk dapat pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh Mandor pupuk. Selain itu, perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Incasi Raya Pangian dalam pengaplikasiannya menggunakan teknik pemupukan dengan cara sebar. Menurut (Mutawakil, 2009) pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan ±
dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (
bagian)
diberikan pada bagian luar teras.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
55
Ada beberapa hal yang menyebabkan teknik pemupukan cara sebar dilakukan pada perusahaan tersebut, yaitu : 1) Topografi PT. Incasi Raya Pangian, merupakan salah satu perusahaan perkebunan dengan mempunyai ketinggian > 400 m/dpl dengan topografi bergelombang atau berbukit. Dengan topografi tersebut tanaman ditanam dengan menggunakan terasan untuk mengurangi erosi. Pemberian pupuk dengan cara dibenam tidak dilakukan karena prinsip perusahaan adalah mendapatkan produksi setinggi-tingginya dengan mengeluarkan cost atau biaya serendah mungkin. Penggunaan cara dibenam akan menambah tenaga kerja untuk membuat lubang tanam sehingga biaya yang dikeluarkan akan meninggi. Pemberian pupuk dengan cara melingkar, dimana topografi yang ada pada perusahaan adalah bergelombang sehingga tidak memungkinkan dilakukan. Cara melingkar adalah menaburkan pupuk pada piringan kelapa sawit dengan jarak 1,5 m – 2 m. Pupuk yang ditabur melingkar akan mengalami erosi karena bentuk terasan atau topografi yang bergelombang. 2) Tenaga kerja Hal selanjutnya yang dapat menjadi kendala dalam penggunaan cara dibenam dan melingkar adalah tenaga kerja. Pemberian pupuk dengan cara benam perlu tenaga kerja yang terlatih dan banyak. PT. Incasi Raya Pangian, menggunakan tenaga kerja dengan sistem borongan atau sistem target sehingga tidak memadai dengan apa yang akan dihasilkan. Pemberian pupuk dengan cara melingkar dimana pupuk yang diberikan harus melingkar secara merata pada piringan tanaman kelapa sawit. Cara
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
56
ini dapat menimbulkan resiko yang tinggi karena bentuk topografi yang cukup bergelombang dan banyak lereng yang akan menyebabkan tenaga kerja tergelincir dan jatuh kejurang. PT. Incasi Raya Pangian, melakukan pemupukan dengan cara disebar pada gawangan mati atau diatas tumpukan pelepah yang mampu mempermudah pekerjaan dan mempercepat pekerjaan. Cara tersebut dianggap baik karena pupuk yang diaplikasikan dapat terlihat bekas pemupukannya.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan PKPM tentang Teknologi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.) Menghasilkan di PT. Incasi Raya Pangian, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, yaitu : 1) Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada PT. Incasi Raya Pangian sudah berjalan baik, ini dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman dan hasil produksi meningkat 30% setelah dilakukan pemupukan. 2) Pemupukan yang dilakukan di PT. Incasi raya Pangian, sudah efektif dan efisien karena sudah memenuhi beberapa faktor diantaranya faktor tanaman, faktor iklim/cuaca, faktor tanah dan faktor pengaplikasian 6 tepat (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat monitoring, tepat sasaran dan tepat cara).
5.2. Saran Adapun Saran yang dapat diberikan dari kegiatan PKPM tentang Teknologi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.) Menghasilkan di PT. Incasi Raya Pangian, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, yaitu : 1). Jangan menyebarkan pupuk yang bukan pada tempatnya, karena akan mempengaruhi hasil dari pemupukan kelapa sawit yang dilakukan. 2). Pengaplikasian enam tepat (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat monitoring, tepat sasaran dan tepat cara) adalah faktor yang sangat menentukan efektifitas pemupukan tanaman kelapa sawit. Pastikan memupuk menggunakan enam tepat
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
58
tersebut sehingga pemupukan dapat berjalan dengan baik dan tidak mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. 3). Kegiatan pemupukan yang sudah berjalan harus dikontrol dengan baik sehingga sesuai dengan prosedur pemupukan.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
59
DAFTAR PUSTAKA
Agus Setiawan. 2014. Data subsektor www.deptan.gmail.com. 18 juni 2015.
perkebunan
kelapa
sawit.
Fauzi. 2012. Kelapa sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. 221 hal. Fauzi, et all. 2012. Cara dan teknik pemupukan tanaman kelapa sawit. 22 Juni 2015. M. Hasim. 2014. Cara pemupukan kelapa sawit dengan melihat keuntungan dan kerugian pupuk tunggal dengan pupuk majemuk pada tanaman menghasilkan. 22 Juni 2015. Mutawakil. 2009. Pengolahan limbah janjang kosong kelapa sawit sebagai peluang usaha. Penebar Swadaya. 75 hal. Noveri. 2011. Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan. 28 Juni 2015. Sunarko. 2012. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit. Trubus agriwidya, Jakarta. 105 hal. Ziddu. 2012. Pemeliharaan TM (Tanaman Menghasilkan) dengan menggunakan pupuk makro dan mikro PTP Nusantara XIII Persero - KEBUN PARINDU. 28 Juni 2015. Suwarto. 2012. Panduan lengkap kelapa sawit manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya, Jakarta. 411 hal.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
60
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto kegiatan PKPM di PT. Incasi Raya Pangian
Gambar 1. Penyediaan kecambah kelapa sawit
Gambar 2. Pembibitan pre-nursery
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
61
Gambar 3. Pembibitan Main-nursery
Gambar 4. Penanaman kelapa sawit
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
62
Gambar 5. Pemeliharaan kelapa sawit (pemupukan)
Gambar 6. Panen kelapa sawit
Gambar 7. Pengolahan tanaman kelapa sawit (PKS)
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
63
Lampiran 3. Peta lokasi PT. Incasi Raya Pangian, Dharmasraya-Sumatera Barat Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
64