LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN PENELITIAN SOSIAL BUDAYA, GEOLINGUISTIK BAHASA, DAN FOLKLOR DESA LANGENSARI KECAMATAN LANGENSARI KOTA BANJAR 29-30 APRIL 2010 disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan pada Program S-1 Program Studi Sastra Indonesia Dosen Pembimbing Yudi Permadi, M. Hum. Oleh: Santana Adiputra Damayanti Sinaga Riki Arman Aslan Harits Nia Nadya Marsha R. Chusniah Puspawardani Murphi Franciscus Angga Resa
180110070013 180110070043 180110070027 180110090010 180110090013 180110090040 180110070006 180110070021 180110070033
Nedika Adityo P. Emma Dewi N. Feri Hartanto Andika Panduwinata Darwin D. Dharma K. Aedy Azeza Susi Susanti
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2010
180110090002 180110090015 180110090033 180110070052 180110070020 180110090025 180110090045 180110090004
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Laporan Kuliah Kerja Lapangan Penelitian Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar 29-30 April 2010
Penyusun
: Santana Adiputra Damayanti Sinaga Riki Arman Aslan Harits Nia Nadya Marsha R. Chusniah Puspawardani Murphi Franciscus Angga Resa Nedika Adityo P. Emma Dewi N. Feri Hartanto Andika Panduwinata Darwin D. Dharma K. Aedy Azeza Susi Susanti
180110070013 180110070043 180110070027 180110090010 180110090013 180110090040 180110070006 180110070021 180110070033 180110090002 180110090015 180110090033 180110070052 180110070020 180110090025 180110090045 180110090004
Jatinangor, 2 November 2010
Mengetahui, Disahkan Ketua Jurusan Sastra Indonesia,
Disetujui Dosen Pembimbing
Tatang Suparman, M. Hum NIP 1966066.199802.1.001
Yudi Permadi, M. Hum NIP 19641011.199403.1.001
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaamirrahiim Assalaamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan bimbingannya sehingga laporan ini dapat selesai. Laporan ini kami buat berdasarkan pengamatan kami tentang Penelitian Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor yang kami lakukan di di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar pada 29-30 April 2010 Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Tatang Suparman, M. Hum. selaku ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unpad, Bpk Yudi Permadi, M.Hum selaku dosen Pembimbing, informan: masyarakat Desa Langensari Kecamatan Langensari kota Banjar, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun sadar bahwa dalam menyusun laporan ini terdapat kekurangan, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan masukannya bagi para pembaca pada umumnya dosen pembimbing, yang mana kedua hal ini sangat berguna untuk perubahan penyusunan laporan yang selanjutnya. Semoga laporan ini banyak membawa manfaat bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan pahala terhadap apa yang telah kita lakukan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu… Jatinangor, 2 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
1.4 Metode Penelitian
2
1.5 Sumber Data
3
BAB II SOSIAL BUDAYA DESA LANGENSARI 2.1 Lokasi Pengamatan
4
2.2 Situasi Kebahasaan
4
2.3 Situasi Geografis
5
2.4 Penduduk
5
2.5 Mata Pencaharian
6
2.6 Pendidikan
7
2.7 Agama
8
2.8 Hubungan dengan Desa Lain
8
2.9 Prasarana Hubungan
8
2.10 Sejarah Desa
9
2.11 Kekhasan Budaya Setempat
9
2.12 Keterangan Informan
13
BAB III GEOLINGUISTIK DESA LANGNSARI 3.1 Dialek Informan 1
16
3.2 Dialek Informan 2
21
BAB IV FOLKLOR DESA LANGENSARI 4.1 Hakikat Folklor
27
4.2 Ciri Folklor
27
4.3 Kesenian
27
4.3.1 Hadroh
27
4.3.2 Sejarah
28
4.3.3 Peralatan
28
4.3.4 Arena/ Tempat
28
4.3.5 Pemain
28
4.3.6 Penonton
29
4.3.7 Ritual
29
4.4 Tujuan
29
4.4 Kesimpulan
29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
31
5.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Jurusan Sastra Indonesia fakultas Sastra Universitas Padjadjaran memiliki mata
kuliah yakni KKL (Kuliah Kerja Lapangan). Mata kuliah ini wajib diikuti oleh semester enam, tetapi semester dua juga dilibatkan di dalamnya. Karena mata kuliah ini sifatnya wajib diikuti, maka kami pun mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh Jurusan kami untuk penelitian lapangan ini adalah di Kota Banjar, tepatnya di kecamatan Langensari. Kebetulan sekali kelompok kami mendapat tempat meneliti di wilayah desa Langensarinya. Berbeda dengan teman-teman yang lain, kelompok kami letaknya tidak jauh dari kecamatan Langensari. Karena letaknya yang tidak jauh, kami pun merasa mendapat kemudahan dalam mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar. Ditambah masyarakatnya yang juga sangat antusias menerima kedatangan kami, maka kami pun mendapat informan yang baik. Kami sendiri menganggap mata kuliah ini adalah belajar di lapangan. Selain karena kuliah ini kami lakukan langsung di lapangan, pengetahuan dan pengalaman yang kami dapatkan dari mata kuliah ini sungguh bermakna. Maka dari itu laporan ini sangat penting kami buat adalah untuk mendokumentasikan hasil pekerjaan kami di lapangan ketika Kuliah Kerja Lapangan berlangsung. Keanekaragaman dan menariknya hal yang kami temukan di Banjar membuat kami lebih tertarik mendalami dan meneliti apa saja yang terkadung di desa Langensari ini. Maka dari itu penelitian yang awalnya kami anggap sebagai tugas pun akhirnya kami rasakan sebagai penambah pengetahuan yang sangat penting yang kita dapatkan.
1.2
Rumusan Masalah Desa Langensari adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Langensari
Kota Banjar. Seperti kita ketahui, Kota Banjar adalah kota yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat desa tersebut pun beragam, mulai dari bahasa Jawa, bahasa Sunda, juga bahasa Indonesia. Melihat hal
tersebut, pastilah menarik kita meneliti keadaan geolinguistik bahasa, folklore, serta dialek yang ada di daerah tersebut. 1. Bagaimana keadaan Sosial Budaya di Desa Langensari? 2. Bagaimana folklor yang berkembang di Desa Langensari? 3. Dialek apa yang digunakan oleh masayarakat Desa Langensari? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian Kuliah Kerja lapangan yang kami lakukan di Desa
Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar 29-30 April 2010 adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui keadaan Sosial Budaya yang ada di Desa Langensari. 2. Mengetahui Folklor yang ada di Desa Langensari. 3. Mengetahui Dialek yang digunakan oleh masyarakat Desa Langensari. 4. Menambah pengetahuan kita akan cara berhubungan dengan masyarakat sekitar. Dalam hal ini berhubungan langsung dengan masyarakat Desa Langensari. 5. Mendokumentasikan hal-hal
menarik yang ada
di
lapangan (Desa
Langensari).
1.4
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif
yaitu mengumpulkan data secara langsung dari nara sumber yang ada di lapangan. Metode ini merupakan satu cara dalam memeroleh informasi data yang efektif dan akurat karena data yang di dapat berdasarkan fakta yang berada di tempat penelitian. Tahap-tahap yang kami lakukan dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Mewawancara informan. 2. Mendata informasi. 3. Mengumpulkan data. 4. Menganalisis data yang telah terkumpul. 5. Membual laporan hasil penelitian. Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada warga masyarakat Desa Langensari yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data yang diperoleh, kami tulis dan kami kumpulkan dengan data-data lainnya. Setelah dukumpulkan, data yang kami dapatkan pun kami analisis lebih dalam, sehingga menghasilkan simpulan. Setelah menganalisis dan mendapatkan hasil dari penelitian, yang terakhir kami pun menuangkan hasil analisis kami dalam laporan ini.
1.5
Sumber Data Sumber data laporan penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Langensari
Kecamatan Langensari Kota Banjar. Tokoh masyarakat, masyarakat wilayah Desa Langensari, juga pegawai Desa Langensari. Sumber data tersebut diperoleh dengan cara mewawancara langsung masyarakat sekitar.
BAB II SOSIAL BUDAYA DESA LANGENSARI
2.1
Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan penelitian Kuliah Kerja lapangan kelompok kami adalah di
lakukan di: Nama Desa
: Langensari
Kecamatan
: Langensari
Kabupaten
: Banjar
Profinsi
: Perbatasan Jawa Barat- Jawa Tengah
Lokasi ini dirasa paling strategis dibandingkan dengan desa-desa lainnya, karena desa ini terdapat di Kecamatan Langensari sendiri. Hal memudahkan kami dalam mencari informasi dari informan sekitar.
2.2
Situsi Kebahasaan Karena lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah perbatasan. Yakni Kota Banjar,
maka terdapat variasi bahasa di dalam masyarakatnya. Ada masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda, ada yang menggunakan bahasa Jawa, ada pula yang menggunakan bahasa Indonesia. Meraka saling mengerti bahasa masing-masing. Antara meraka yang menggunakan bahasa yang berbeda tidak pernah terjadi konflik. Kebanyakan dari mereka yang mengerti masing-masing bahasanya, mereka hanya mampu mengerti apa yang dibicarakan lawan bicara mereka yang bahasanya berbeda dengan mereka. Mereka tidak bisa membalas mereka dengan bahasa yang sama. Mereka menggunakan bahasa yang berbeda dalam berkomunikas, namun yang menarik di sini, mereka tetap mengerti apa yang di sampaikan. Mereka pun membalas lawan bicaranya dengan bahasa yang mereka bisa. Lokasi bahasa di daerah ini adalah sebagai berikut: Sebelah timur desa berbahasa
: Jawa dan Sunda
Sebelah barat desa berbahasa
: Jawa dan Sunda
Sebelah utara desa berbahasa
: Jawa Dominan
Sebelah selatan desa berbahasa
2.3
: Jawa Dominan
Situasi Georafis Desa Langensari ini termasuk ke dalam daerah perkotaan melihat sudah
banyaknya bangunan-bangunan. Ada banyak bangunan terdapat di Desa Langensari ini, ada banyak bangunan pendidikan, bangunan pemerintahan, bangunan kesehatan seperti puskesmas, juga bangunan-bangunan lainnya. Desa Langensari ini letak geografisnya merupakan dataran. Sekitar Jawa Tengah memang banyak gunung. Namun Kota Banjarnya sendiri, khususnya Desa Langensari merupakan dataran. Hal ini memengaruhi keadaan hawa yang ada di desa tersebut. Tanpa adanya pegunungan, Kota Banjar ini berhawa panas. Hal ini mungkin karena adanya peralihan antara dataran rendah dengan dataran tinggi, sehingga hawa yang dihasilkannya pun tidak panas sekali, melainkan agak panas.
2.4
Penduduk Keadaan penduduk Desa Langensari ini tergolong seimbang anatar jumlah leki-
laki dengan jumlah perempuannya. Ini terlihat pada data di bawah ini: Pria
: 4440 Jiwa ( 50,36 %)
Wanita
: 4376 Jiwa ( 49,63 %)
Jumlah
: 8816 Jiwa (100 %)
Presentasi Jumlah laki-laki dengan perenpuan
Wanita 49,63%
Pria 50,36%
Presentasi umur masyarakat Desa Langensari adalah sebagai berikut: Di bawah 20 tahun
: 3171 Jiwa (35,96 %)
Antara 20-40 tahun
: 2957 Jiwa (33,54 %)
Di atas 40 tahun
: 2688 Jiwa ( 30,49 %)
Presentasi Umur
di bahwa 20 tahun antara 20-40 tahun di atas 40 tahun
Mayoritas etnik masyarakat Desa Langensari adalah Jawa. Sedangkan minoritas etnik masyarakatnyatentusaja Sunda.
2.5
Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat Desa Langensari kebanyakan awalnya adalah
bertani. Kemudian seiring berjalannya waktu, masyarakat melihat banyak keuntungan dari berdagang karena posisi wilayah mereka yang berada di alun-alun Kecamatan Langensari. Keuntungan ini mereka fikirkan karena alun-alun sering terlihat ramai. Maka dari itu masyarakat pun beralih profesi, kebanyakan menjadi pedagang juga pegawai negeri. Ini terlihat dari presentasi jumlah mata pencaharian di bawah ini: Bertani
:7
Jiwa
Nelayan
:4
Jiwa
Berdagang
: 187 Jiwa
Buruh
: 73
Pegawai negeri
: 113 Jiwa
Lain-lain
: sisanya
Lainnya terdiri dari
:Satpam, biro jasa, peternak, montir, dokter, dll
Jiwa
2.6
Pendidikan Pendidikan masayarakat Desa Langensari paling banyak adalah lulusan Sekolah
Dasar. Lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) kedua tertinggi, kemudian banyak juga lulusan Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SMA). Pendidikan masyarakat Desa Langensari tidak ketinggalan dengan desa-desa lainnya. Ini terbukti dengan ada banyaknya lulusan perguruan tinggi, seperti data di bawah ini terlihat ada 79 orang lulusan S1, D1, dan D3, serta ada pula lulusan S2: Sekolah Dasar
: 3951 orang
SLTP
: 1763 orang
SLTA
: 1035 orang
Perguruan Tinggi
: D1
: 54
D2
:-
D3
: 38
S1
: 79
S2
:4
Diagram Pendidikan Mayarakat Desa Langensari 3951 4000 3000 1763
2000
1035
1000 0
54 SD
SLTP
SLTA
D1
38
D3
79
S1
4 S2
2.7
Agama Kebanyakan masyarakat Desa Langensari beragama Islam. Ini terbukti pada data
di bawah yang menunjukkan jumlah penganut agama Islam adalah mayoritas. Sedangkan sangat sedikit masyarakat yang beragama non Islam: Islam
: 8769 orang
Katolik
: 10
orang
Protestan
: 37
orang
Agama 8769
10000 5000
10
0
37 Islam Katolik Protestan
2.8
Hubungan dengan Desa Lain Hubungan masyarakat Desa Langensari dengan masyarakat Desa lain adalah
lancar. Ini terbukti jarangnya ada konflik yang terjadi antardesa. Masyarakat Desa Langensari sering masuk keluar desa lain tanpa menimbulkan masalah. Hubungan yang baik ini bukan hanya isapan jempol semata, hal ini terbukti adanya orang Desa Langensari yang menikah dengan orang Desa lain. Tidak hanya satu dua saja yang menikah dengan orang dari desa lain, melainkan beberapa orang. Hal ini semakin memperkuat pernyataan bahwa hubuangan warga masyarakat Desa Langensari dengan masyarakat Desa lain adalah lancer. Bahkan tidak hanya dengan Desa lain saja hubungan masyarakatnya lancer, tetapi juga dengan daerah lain.
2.9
Prasarana Hubungan Kendaraan Umum seperti angkutan umum di Desa Langensari ini belum ada.
Maka dari itu banyak masyarakatnya yang menggunakan sepeda motor ketika ingin bepergian keluar Desa. Di Desa Langensari ini juga banyak terdapat Delman. Hal ini
karena letak Desa mereka di pusat Kecamatan yang terdapat alun-alun. Pusat keramaian adalah alun-alun. Di alun-alun banyak terdapat tukang jualan. Hal ini menarik banyak orang datang ke alun-alun atau Desa Langensari. Maka dari itu transportasi delman pun diminati masyarakat sekitar.
2.10
Bus
: belum ada
Minibus
: belum ada
Sepeda Motor
: banyak
Kuda
: ada, 60 ekor
Motor Boot
: tidak ada
Kapal Laut
: tidak ada
Pesawat Udara
: tidak ada
Lain-lain
:-
Sejarah Desa Desa Langensari didirikan pada tahun 1923an. Dahulu desa ini masih belum
bernama Langensari. Kemudian terjadi pemekaran wilayah, akhirnya pada tahun 1973 Desa Langensari pun lahir. Desa Langensari berasal dari kata Langen. Langen sendiri berasal dari kata Klangenan, yang berarti kangen atau rindu. Desa ini diberi nama demikian yakni karena orang-orang yang dating ke Desa Langensari akan merasa kangen atau rindu untuk kembali datang ke Desa Langensari. Banyak juga orang yang memilih untuk tinggal mentap di Desa Langensari dan menjadi warga Desa Langensari. Maka dari itu, wilayah tersebut diberi nama Desa Langensari.
2.11
Kekhasan Budaya Setempat 2.11.1 Pakaian/ Baju Perempuan: Cenderung 70% muslim 2- 3 % muslim tertutup 27 % campuran modern (remaja) Laki-laki: Usia 30 > modern Usia 30-35 baju semi resmi Usia 35 < resmi muslim Pembagian ini terjadi dengan sendirinya di Desa Langensari tanpa ada peraturan atau komando dari pemimpin desa setempat. 2.11.2 Makanan 60 % masyarakat Desa Langensari cenderung menyukai masakan manis dan pedas 40 % menyukai rasa makanan yang campuran Karena kebanyakan masyarakat beretnis Jawa, sehingga yang kebanyakan mereka sukai yakni makanan yang rasanya manis. Seperti kita ketahui orang Jawa menyukai makanan yang berrasa manis. Di Desa Langensari terdapat beberapa makanan tradisional yang terbuat dari singkong, diantaranya: cetil, ciwel, oyek (pengganti makanan pokok), lupis, gatot, dan lain sebagainya. Sehari-harinya masyarakat Desa Langensari memakan makanan yang mengandung rasa gurih, yakni yang mengandung santen, berasa manis dan gurih. 2.11.3
Komunikasi Antar Masyarakat Masyarakat Desa Langensari terdiri dari dua etnis, yakni Jawa dan
Sunda. Untuk masyarakat yang beretnis Jawa, bahasa yang mereka gunakan yakni Jawa tanggung. Jawa tanggung adalah bahasa Jawa namun karena memang mereka mengerti juga bahasa Sunda sehingga bahasa Jawanya tidak karuan. Ini dikarenakan wilayak mereka terletak di
perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Barat. Untuk masyarakat desa Langensari yang beretnis Sunda, mereka menggunakan Sunda Kasar. Sebenarnya maksud mereka tidak sengaja berbahasa Sunda kasar, ini terjadi karena masyarakat sekitas beretnis tidak hanya Sunda namun ada Jawa juga, sehingga mereka juga menyesuaikan. Namun yang terjadi malah berbahasa Sunda kasar. Jika kita tingga di desa Langensari beberapa lama, kita akan mengetahui dan lebih mengreti lagi percakapan/ komuniksi yang dilakukan antar masyarakat yakni bahasa Jawa dan Sunda, namun meski keduanya menggunakan bahasa yang berbeda, keduanya mampu mengerti maksud yang disampaikan lawan bicara. 2.11.4 Moto Desa Dzikir Fikir Ikhtiar Dzikir : dzikir ini berusaha mereka jalankan setiap hari. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus senantiasa ingat pada Allah swt, agar kegiatan yang mereka jalani diberi keberkahan oleh Allah swt. Dzikir ini tidak selamanya harus bertasbih, asalkan dia ingat pada Allah, itu sudah termasuk berdzikir. Fikir
: masyarakat desa dituntut untuk berfikir untuk kemajuan dunia dan akhiratnya. Tidak serta merta hanya berfokus pada kehidupan di dunia melainkan juga kehidupan setelahnya, yakni kehidupan Akhirat.
Ikhtiar : tidak hanya berdzikir dan berfikir, mereka juga senantiasa berusaha dengan sekuat tenaga, agar hasil yang akan dicapainya pun tidak asal-asalan. Setelah kita berdoa kita harus terus mengusahakannya agar apa yang mereka inginkan tercapai. 2.11.5 Sifat Masyarakat dalam Berpandangan Orang yang beretnis Jawa di desa Langensari sikapnya cenderung ”nerimo”, menerima apa yang sudah ia miliki. Sikapnya sopan, ramah, dan lain sebagainya. Tidak berlebihan dalam menggunakan barang juga dalam bertutur laku.
Orang yang beretnis Sunda di desa Langensari sikapnya cenderung ”wah” glamor, berlebihan. Sikapnya sama dengan masyarakat beretnis Jawa yakni ramah, dsb. Masyarakat desa Langensari sikap gotong royongnya masik melekat kuat. Mereka juga sangat menghargai waktu. Sebagai contoh, salah atu rumah warga ada yang pindahan, mereka akan membantu acara perpindahan itu hingga beres sampai-sampai menghentikan dulu pekerjaan yang sedang ia kerjakan saat itu. Ini dalah bukti bawah tingkat kepedulian sosial masyarakat Desa Langensari masih sangat kuat. Hal ini adalah nilai plus keadaan dari suatu daerah. 2.11.6 Arsitektur/ bentuk rumah Masyarakat desa Langensari tidak memiliki kekhasan arsitektur bentuk rumah. Bentuk rumah mereka cenderung modern. Bahkan masyarakat Desa Langensari sering juga mengikuti model arsitektur rumah yang sedang musim kala itu. 2.11.7 Mata Pencaharian 70 % Petani 30 % Pegawai dan Pedagang Mata pencaharian yang paling dominan di lakukan olah warga masyarakat Desa Langensari yakni petani walaupun tidak semuanya memiliki sawah, namun mereka mengerjakan sawah orang lain, yang untungnya sudah ada pembagiannya. Sehingga walaupun si masyarakat desa tidak memiliki sawah, pekerjaannya tetap sebagia petani. Karena kemajuan daerah dan meningkatnya pendidikan, banyak juga masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, ini dikarenakan pendidikan mereka yang sudah mulai maju dari sebelumnya. Karena desa Langensari adalah desa yang terletak di kecamatan wilayah, banyaklah orang berdatangan. Desa Langensari merupakan pusat dari segala kegiatan karena ada kantor kecamatan, ada sekolah, ada alunalun, maka masyarakat menyiasatinya dengan berdagang. Karena banyaknya warga yang keluar masuk desa mereka, jadilah mereka
memanfaatkanya dengan berdagang. Sehingga tidak aneh jika kita melihat banyak warung atau toko-toko di desa tersebut.
2.11.8 Mitos Desa Ketika akan membangun rumah, masyarakat Desa Lengensari masih menjalankan mitos memilih hari baik untuk membangun rumah mereka. Mereka juga masih percaya arah bangunan memiliki aturan tersendiri, tidak bisa seenaknya kita membangun rumah. Hari, waktu, bahkan arah rumah harus disesuaikan dengan yang telah ditentukan. Hal ini agar pembangunan rumah tersebut tidak terjadi hambatan. Juga setelah rumah selesai dibangun, rumah tersebt tidak akan membawa malapetaka baik itu orang dalam rumahnya atau kondisi dari rumahnya itu sendiri. Semua itu ada aturannya. Ketika ada warga Desa Langensari yang akan menikah, memilih tanggal dan hari baik juga masih mereka laksanakan. Hal ini terlihat lebih dari 50 % masyarakatnya masih mengikuti/ mempercayai adat tersebut, yakni agar kehidupan kedua mempelai tersebut bahagia dan diberi keberkahan oleh Allah swt. Hal ini juga menghindarkan kedua mempelai dari cekcok yang mungkin terjadi.
2.11.9 Peringatan Acara Masyarakat Desa Langensari masih memperingati Halal bihalal dan Rajaban. Ketika ada yang akan menikah, memilih tanggal dan hari baik juga masih mereka laksanakan, lebih dari 50 % masyarakatnya masih mengikuti adat tersebut.
2.12
Keterangan Informan Keterangan Informan 1 Nama
: Maskur
Usia
: 36
tahun
Tenpat lahir Dusun
: Sinar Galih
Desa
: Langensari
Kecamatan
: Langensari
Kabupaten/ Kota
: Banjar
Provinsi
: Jawa Barat
Pendidikan tertinggi : Sarjana Pendidikan Pekerjaan
: Guru SMA Negeri 2 Banjar di Langen Sari
Tinggal di desa ini sejak tahun
: sejak lahir (berarti 1974)
Pernah bepergian ke luar desa
: sering, hampir setiap hari
Bahasa yang digunakan: Di rumah
: bahasa Jawa- Indonesia
di masyarakat
: bahasa Jawa
Di tempat kerja
: bahasa Indonesia, Jawa, Sunda
di perjalanan
: bahasa Indonesia
Bahasa yang dikuasai : Jawa, Sunda, Indonesia
Keterangan Informan 2 Nama
: Samija Suryana, S.P.dI
Usia
: 28
tahun
Tenpat lahir Kabupaten/ Kota
: Kebumen
Provinsi
: Jawa Tengah
Pendidikan tertinggi : Sarjana Pekerjaan
: KA. UR KESRA di Langensari, Banjar
Tinggal di desa ini sejak tahun Pernah bepergian ke luar desa
: 2007 : jarang (2 kali dalam 1 bulan)
Bahasa yang digunakan: Di rumah
: bahasa Sunda- Indonesia
di masyarakat
: bahasa Sunda
Di tempat kerja di perjalanan
: bahasa Indonesia, Sunda, Jawa : bahasa Indonesia, Sunda, Jawa
Bahasa yang dikuasai : Jawa, Sunda, Indonesia, lampung.
BAB III GEOLINGUISTIK DESA LANGENSARI
3.1 Dialek Informan 1 No.
GLOS
001
Kakek
002
Nenek
003
Ayah
004
Ibu
005
Paman tua
006
Paman muda
007
Bibi tua
008
Bibi muda
008a
Laki-laki
008b
Perempuan
009
Kakak laki-laki
010
Kakak perempuan
011
Adik laki-laki
012
Adik perempuan
013
Anak
014
Keponakan tua
Bahasa Sunda
Bahasa Jawa
[aki]
[éyaŋ kakuŋ]
[nini]
[éyaŋ putri]
[bapa?]
[bapa?]
[єma?]
[єmbo?]
[uwa]
[pa? dé?]
[mamaŋ]
[pa? li?]
[uwa]
[bu dé]
[bibi]
[bu lé]
[pamegєt]
-
[istri]
-
[lancєk pamegєt]
[kakaŋ mas]
[lancєk istri]
[mba? yu]
-
[di? Mas]
-
[ndu?]
[anak] -
-
015
Keponakan muda
-
-
016
Cucu
[incu]
[putu]
017
Suami
[carogé]
[bojo lanaŋ]
018
Istri
[istri]
[bojo istri]
019
Mertua
[mitoha]
-
020
Menantu
[mantu]
-
021
Besan
[bésan]
[bésan]
022
Ipar
[ipar]
[ipar]
022a
Panggilan untuk
[ujaŋ]
-
anak 022b
Lk
[ujaŋ]
-
022c
Panggilan untuk
[néŋ]
-
anak 022d
Pr
[néŋ]
-
023
Tiri
[téré]
[kuwalon]
023a
Nama
[nami]
-
024
Pegawai desa
[pєgawai désa] [pєgawai désa]
025
Pesuruh di desa
[pєsuruh désa]
[pєsuruh désa]
026
Kepala desa
[pa? kuwu]
[pa? lurah]
027
Kepala kampung
[goloŋan]
[goloŋan]
028
Juru tuis
[sékdés]
[pa? carik]
029
Penghulu
[naib]
[naib]
030
Peronda
[pєronda]
[pєronda]
030a
Dukun beranak
[єma? paraji]
[dukun bayi]
030b
Dukun sunat
[paraji sunat]
[dukun sєpit]
030c
Arisan
[arisan]
[arisan]
031
Selamatan
[syukuran]
[syukuran]
(kenduri) 032
Kerja bakti
[kridan]
[kridan]
033
Kepala
[sirah]
[sirah]
034
Otak
[otak]
[otak]
034a
Kening
[taraŋ]
[batuk]
034b
Mata
[soca]
[mripar]
034c
Bulu mata
[bulu soca]
[idєp]
035
Air mata
[cimata]
[∂luh]
035a
Hidung
[iruŋ]
[iruŋ]
036
Mulut
[baham]
[cangk∂m]
036a
Air ludah
[ciduh]
[iduk]
036b
Dahak
[r∂hak]
[rihak]
037
Bibir
[lamb∂y]
-
038
Gigi
[waos]
[untu]
038b
Geraham
[rahaŋ]
[uwaŋ]
039
Lidah
[létah]
[ilat]
040
Telinga
[c∂pil]
[kupiŋ]
040a
Leher
[b∂h∂ŋ]
[gulu]
041
Pundak
[taktak]
[pundak]
042
Belikat
[walikat]
[cєntoŋan]
042a
Jari tangan
[jariji]
[dєriji]
042b
Ibu jari
[jєmpol]
[jєmpol]
043
Telunjuk
[telunjuk]
[telunjuk]
043a
Jari tengah
[jawur]
[jawur]
044
Jari manis
-
[deriji manis]
045
Kelingking
[jentik]
[jentik]
046
Tangan
[panaŋan]
-
047
Telapak tangan
-
[épék-épék]
048
Kuku
[kuku]
[kuku]
048a
Kaki
[sampéan]
[sikil]
048b
Paha
[piŋpiŋ]
[pupu]
049
Lutut
[tuur]
[deŋkul]
050
Betis
[bitis]
[kempol]
051
Tulang kering
-
[gares]
052
Mata kaki
[mumuncaŋan] [єntoєnto]
052a
Telapak kaki
-
[telapakan]
052b
Tulang
[tulaŋ]
[baluŋ]
053
Rambut
[buuk]
[rambut]
054
Alis
[halis]
[alis]
054a
Darah
[gєtih]
[gєtih]
055
Sumsum
[sumsum]
[sumsum]
056
Jantung
[jantuŋ]
-
057
Hati
[hate]
[ati]
Data informan 1 Nama
: Samsul
Umur
: 58 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Tsanawiyah
Pekerjaan
: Buruh tani
Agama
: Islam
Kampung
: Sirnagalih
Dusun
: Sirnagalih
Desa/Kelurahan
: Langensari
Kecamatan
: Langensari
Kabupaten/Kota
: Banjar
3.2 Dialek Informan 2 No.
GLOS
Bahasa Sunda
Bahasa Jawa
001
Kakek
[aki]
[kaki ne?]
002
Nenek
[nini]
-
003
Ayah
[bapa?]
[bapa?]
004
Ibu
[єma]
005
Paman tua
[uwa]
006
Paman muda
[mamaŋ]
007
Bibi tua
[uwa]
008
Bibi muda
[bibi]
008a
Laki-laki
[pamegєt]
-
008b
Perempuan
[istri]
-
009
Kakak laki-laki
[aa]
010
Kakak
[tétéh]
perempuan
[єmbo?] [pa? dé?] [pa? li?] [bu dé] [bu lé]
[kakaŋ mas]
[mba? yu]
011
Adik laki-laki
[dédé]
012
Adik perempuan
[néng]
013
Anak
[muraŋkalih]
014
Keponakan tua
[kaka]
-
015
Keponakan
[alo]
-
[incu]
[putu]
[di? Mas] [ndu?] -
muda 016
Cucu
017
Suami
[carogé]
[bojo lanaŋ]
018
Istri
[pamajikan]
[bojo istri]
019
Mertua
[mitoha]
-
020
Menantu
[minantu]
-
021
Besan
[bésan]
[bésan]
022
Ipar
[ipar]
[ipar]
022a
Panggilan untuk
[ujaŋ]
-
anak 022b
Lk
[ujaŋ]
-
022c
Panggilan untuk
[néŋ]
-
anak 022d
Pr
[néŋ]
-
023
Tiri
[téré]
[kuwalon]
023a
Nama
[nami]
-
024
Pegawai desa
[padamel désa]
[pєgawai désa]
025
Pesuruh di desa
[juru kєbon]
[pєsuruh désa]
026
Kepala desa
[pa? kuwu]
[pa? lurah]
027
Kepala kampong
[goloŋan]
[goloŋan]
028
Juru tuis
[pa? carik]
[pa? carik]
029
Penghulu
[lєbé]
[naib]
030
Peronda
[ŋaronda]
[pєronda]
030a
Dukun beranak
[paraji]
[dukun bayi]
030b
Dukun sunat
[tukaŋ sunat]
[dukun sєpit]
030c
Arisan
[arisan]
[arisan]
031
Selamatan
[syukuran]
[syukuran]
(kenduri) 032
Kerja bakti
[kridan]
[kridan]
033
Kepala
[hulu]
[sirah]
034
Otak
[otak]
[otak]
034a
Kening
[taraŋ]
[batuk]
034b
Mata
[soca]
[mripar]
034c
Bulu mata
[bulu soca]
[idєp]
035
Air mata
[cipanon]
[∂luh]
035a
Hidung
[paŋambuŋ]
[iruŋ]
036
Mulut
[baham]
[cangk∂m]
036a
Air ludah
[ciduh]
[iduk]
036b
Dahak
[r∂hak]
[rihak]
037
Bibir
[biwir]
-
038
Gigi
[huntu]
[untu]
038b
Geraham
[gusi]
[uwaŋ]
039
Lidah
[létah]
[ilat]
040
Telinga
[cєpil]
[kupiŋ]
040a
Leher
[b∂h∂ŋ]
[gulu]
041
Pundak
[taktak]
[pundak]
042
Belikat
[walikat]
[cєntoŋan]
042a
Jari tangan
[ramo]
[dєriji]
042b
Ibu jari
[jempol]
[jєmpol]
043
Telunjuk
[curuk]
[telunjuk]
043a
Jari tengah
-
[jawur]
044
Jari manis
-
[deriji manis]
045
Kelingking
[ciŋir]
[jentik]
046
Tangan
[panaŋan]
-
047
Telapak tangan
[dampal panaŋan]
[épék-épék]
048
Kuku
[kuku]
[kuku]
048a
Kaki
[sampéan]
[sikil]
048b
Paha
[piŋpiŋ]
[pupu]
049
Lutut
[tuur]
[deŋkul]
050
Betis
[bitis]
[kempol]
051
Tulang kering
-
[gares]
052
Mata kaki
[mumuncaŋan]
[єntoєnto]
052a
Telapak kaki
[dampal sempéan]
[telapakan]
052b
Tulang
-
[baluŋ]
053
Rambut
[rambut]
[rambut]
054
Alis
[halis]
[alis]
054a
Darah
[gєtih]
[gєtih]
055
Sumsum
[sumsum]
[sumsum]
056
Jantung
[jantuŋ]
-
057
Hati
[hate]
[ati]
Data informan 2 Nama
: Wawan
Umur
: 36 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Kampung
: Sirnagalih
Dusun
: Sirnagalih
Desa/Kelurahan
: Langensari
Kecamatan
: Langensari
Kabupaten/Kota
: Banjar
Sangat menarik mengumpulkan data kebahasaan di lapangan secara langsung. Banyak hal dapat kita temui di sana. Salah satu yang hal menarik yang kami temui di sana adalah sebuah pembuktian antara materi kuliah di ruang kelas dengan keadaan di lapangan. Salah satu contohnya adalah bahwa Bahasa Sunda masih memiliki unsur fonem [h] pada kosa katanya sedangkan Bahasa Jawa sudah mulai kehilangan unsur fonem [h] di kosa kata Bahasa Jawa hal ini dapat kita lihat pada contoh kata
BAB IV FOLKLOR DESA LANGENSARI
4.1 Hakikat Folklor Folklor adalah pengindonesiaan dari bahasa Inggris yaitu Folklore, yang berasal dari dua kata yaitu Folk dan Lore. Folk berarti kolektif, sedangkan Lore adalah tradisi folk. Jadi folk merupakan sinonim dari kolektif yang juga memiliki cirri-ciri fisik atau kebudayaan yang sama,serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Lore yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun. Definisi Folklor secara keseluruhan yakni sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun. Secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
4.2 Ciri Folklor 1. Penyebaran dan pewarisan folklore biasanya dilakukan secara lisan. 2. Folklor bersifat tradisional yakni disebarkan dalam bentuk relative atau bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi. 3. Folklor ada atau exist dalam versi-versi berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebaran dari mulut ke mulut (lisan). 4. Biasanya mempunyai bentuk atau pola. 5. Folklor mempunyai fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
4.3 Kesenian 4.3.1 Hadroh Nama Kesenian
: Hadroh
Jenis kesenian
: Bernafaskan Islami
Lokasi
: Masjid As’syifa Desa Langensari, Kecamat Langensari, Kota Banjar.
Nama Pemimpin
: Abdul Kholik
4.3.2 Sejarah Waktu Pendirian
: 10 tahunan yang lalu
Pendiri
: Abdul Kholik
Motif Pendirian
: Mengikat anak-anak muda,agar berkumpul dalam hal yang positif dan ikut serta dalam kegiatan yang bernafaskan islami
Pewarisan
: Dari Budaya Islam
Kondisi sekarang
: Masih aktif tampil di berbagai acara
4.3.3 Peralatan Nama-nama Peralatan
: Bedug kerecek, Dram mini, Angklung, Gendang
Fungsi Peralatan
: Kelengkapan dalam berirama
Bahan Pembuatan
: Dari kayu nangka dan kulit domba
Cara menggunakan
: Di tepuk secara berirama
4.3.4 Arena/ Tempat Sifat arena
: Umum,bernafaskan islam
Luas arena
: Sebesar panggung
4.3.5 Pemain Jumlah Pemain
: Tidak terbatas
Umur Pemain
: Remaja,12-25 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki mempunyai grup dan perempuan pun mempunyai grup.
Syarat Lain
: Harus punya bakat dalam bermusik di bidang khasidahan
4.3.6 Penonton Syarat menonton
: Bebas,sopan dan kondusif
Waktu menonton
: Peringatan hari besar islam
Kapasitas penonton
: Banyak penontonnya
4.3.7 Ritual Nama Ritual
: Bakar Walirang
Alasn dilakukan
: Untuk ngusir setan di saat bayi baru lahir 1-7 hari
Yang melakukan
: Keluarga bayi tersebut
Waktu melakukan
: Sebelum maghrib,sekitar jam setengah 6
Tempat melakukan
: Di sekitar rumah,di halaman rumah,intinya di dekat rumah
Syarat melakukan
: Bakar walirang dengan menggunakan kulit kelapa tua yang sudah kering
4.4 Tujuan Sesuai dengan tujuan penelitian, pengumpulan data terkait dengan informan dan lingkungan kehidupan tempat dapat diterangkan bagaimana kebudayaan tersebut harus dapat kita lestarikan. Kita juga harus dapat mengapresiasi kebuayaan tersebut. Jika kita sebagai penikmat seni memberikan suatu apresiasi kepada kebidayaan tersebut, maka kebudayaan tersebut dapat berkembang dengan sendirinya dan tidak akan punah. Dari data penelitian ini dapat kita ketahui bagaimana kebudayaan di sana dan merupakan suatu kearifan lokal yang dapat kita lestarikan. Kebudayaan ini pun dapat kita publikasikan ke masyarakat lebih luas, agar banyak masyarakat mengetahui kebudayaan yang berada di daerah Banjar, tepatnya di Desa Langensari.
4.5 Kesimpulan Dari hasil data penelitian yang kami ketahui dari berbagai informan, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang bernama Hadroh ini memang sangat terkenal di kota Banjar tepatnya di Desa Langensari. Kebudayaan ini pun dapat membius para penontonnya untuk setia menyaksikan pertunjukan tersebut tanpa henti. Dengan kapasitas penonton yang begitu ramai, kebudayaan ini pun digandrungi dari berbagai generasi, baik itu dari golongan orang tua, anak muda, maupun anak kecil.
Dengan bernafaskan islami, kebudayaan ini pun banyak memberikan efek positif untuk masyarakan. Khusus anak muda yang cenderung berprilaku menyimpang, dengan adanya kebudayaan ini dapat mengajak generasi muda untuk berkreatifitas di sini.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Setelah kelompok kami menyelesaikan penelitian Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar, kami pun menarik simpulan sebagai berikut: 1. Bahasa yang berkembang dan dipergunakan oleh masyarakat Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar ada tiga bahasa. Bahasa-bahasa tersebut antara lain: bahasa Sunda kasar/ halus, bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia. 2. Kesenian yang termasuk ke dalam folklore yang masih berkembang dan terjaga di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota adalah keseniah Hadroh. Yakni sejenis kesenian yang bernuansa Islami. 3. Tradisi memilih hari untuk acara penikahan, pembangunan rumah, dan lain sebagainya masih dipegang teguh lebih dari 50% warga Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Hal ini agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, dan acara tersebit diberkahi oleh Allah Swt. 4. Dialek yang digunakan oleh masyarakat Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar, masih tercampur baur dengan bahasa Sunda dan Jawa, bahkan terkadang bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan letak geografis wilayah Desa mereka berada pada perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah.
5.2
Saran Kuliah Kerja Lapangan yang telah kami lakukan pada 29-30 April 2010 di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar tersebut menghasilkan banyak manfaat. Manfaat yang kelompok kami peroleh antara lain: bertambahnya pengetahuan kita akan Dialek yang terjadi di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar, bertambahnya pengetahuan kita akan folklore yang
masih dijalankan oleh masyarakat sekitar, juga mengetahui keadaan sosial budaya masyarakat yang berada di Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Selain manfaat bertambahnya pengetahuan, kami pun mendapat manfaat yakni pengalaman yang menyenangkan. Baik itu pengalaman Kuliah Kerja Lapangan, juga pengalaman berhubungan langsung dengan masyarakat secara langsung. Hal ini sungguh pengalaman yang berharga bagi kelompok kami. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat untuk kami sebagai penulis, juga untuk pembaca sekalian. Tak lupa laporan ini kami persenbahkan kepada Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar yang telah membantu kami dalam menghasilkan data untuk pembuatan laporan ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan kelompok kami. Kami merasa laporan yang kami buat ini sudah cukup baik, namun kita semua berharap, laporan Kuliah Kerja Lapangan di tahun berikutnya akan lebih baik, dan lebih baik lagi.
LAMPIRAN
Foto Peralatan Kesenian Hadroh