Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Juli 2005
Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA
Indikator Ekonomi Indikator 1. Pertumbuhan PDB (%) 2. Inflasi (%) 3. Neraca Transaksi Berjalan (US$ Billion) 4. Total Ekspor (US$ Billion) 5. Ekspor Nonmigas (US$ Billion) 6. Total Impor (US$ Billion) 7. Neraca Perdagangan (US$ Billion) 8. Uang Primer (Rp Triliun) 9. Uang Beredar (Rp Triliun) 1) a. Arti Sempit (M1) b. Arti Luas (M2) 10. Dana Pihak Ketiga Perbankan (Rp Triliun) 1) 11. Kredit Perbankan (Rp Triliun) 1) 12. Suku Bunga (persen per tahun) 1) a. SBI 1 Bulan b. Deposito 1 Bulan c. Kredit Modal Kerja d. Kredit Investasi 13. Rupiah/US$ (Kurs Tengah Bank Indonesia) 1) 14. Persetujuan Investasi - Domestik (Rp Triliun) - Asing (US$ Billion) 15. IHSG BEJ 1) 16. Nilai Kapitalisasi Pasar BEJ (Rp Triliun) 1) Sumber: BPS, BI, dan BEJ 1) Akhir Desember 2004
2000
2001 2002 2003
2004
2005
4.90 9.35 8.0 62.1 47.8 33.5 28.6 125.6
3.83 4.38 4.88 12.55 10.03 5.06 6.9 4.7 4.0 56.3 57.0 55.6 43.7 44.9 43.1 31.0 31.2 29.5 25.4 25.8 26.1 127.8 138.3 136.5
5.13 6.40 2.9 69.7 54.10 46.20 23.50 200
6.35 (3) 4.28 (6) 2.5 (3) 33.9 (4) 26.6 (4) 23.6 (4) 10.3 (4) 198.4 (7)
162.2
177.7 191.9 207.6
253.8
747.0 720.4 269.0
844.1 883.9 911.2 809.1 845.0 866.3 307.6 365.4 411.7
1,033.5 965 553.6
252.5 (5) 1,046.2 (5) 988.7 (5) 609.3 (5)
8.1 7.7 15.8 16.3
7.4 6.4 13.4 14.1
8.44 (8) 6.76 (5) 13.20 (5) 13.68 (5)
10,400 8,940 8,330
9,355
9,803 (9)
16.0 6.2
36.8 10.3
392.0 424.9 742.5 239.3 268.4 411.7
1,000.2 679.900
20.9 (5) 5.5 (5) 1,132.0 (9) 765.8 (7)
14.5 12.0 18.4 16.6 9,595 92.4 15.4 416.3 259.6
17.6 16.1 19.2 17.9
58.8 15.1
5) Akhir Mei 2005 6) Januari-Juni 2005
3) Januari-Maret 2005 4) Januari-Mei 2005
12.9 12.8 18.3 17.8
25.3 9.7
7) Akhir Juni 2005 8) Posisi 6 Juli 2005 9) Posisi 20 Juli 2005
Perkembangan Ekonomi Indonesia Analisa Bulanan
Juli 20005
Terus melemahnya rupiah, naiknya harga minyak dunia, kelangkaan BBM, kenaikan harga barang, kenaikan tingkat suku bunga perbankan, dan terus menyusutnya cadangan devisa di Bank Indonesia mewarnai kondisi perekonomian Indonesia dalam dua bulan terakhir ini. Kurs rupiah yang terus melemah sejak Juni 2005, terus berlanjut pada bulan Juli 2005, meskipun sedikit berfluktuasi. Pada 20 Juli 2005 kurs tengah Bank Indonesia pernah berada pada level Rp 9.830, yang merupakan nilai kurs terendah dalam 40 bulan terakhir ini. Dibandingkan dengan kurs di akhir Juni 2005 yang tercatat pada posisi Rp 9.713, rupiah tercatat melemah sekitar 1,2 persen dalam 20 hari pertama bulan Juli 2005. Membaiknya kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir ini, yang lebih disebabkan sebagai dampak ikutan dari revaluai yuan China, selayaknya dijadikan momentum yang baik untuk mempertahankan nilai rupiah pada posisi yang lebih baik. Seperti diketahui, pelemahan rupiah akan berdampak pada banyak faktor, dari mulai tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan cadangan devisa.
Grafik. Kurs Rupiah, Juni-Juli 2005 9,400
R up iah
9,500 9,600 9,700 9,800
25-Jul
22-Jul
19-Jul
16-Jul
13-Jul
10-Jul
7-Jul
4-Jul
1-Jul
28-Jun
25-Jun
22-Jun
19-Jun
16-Jun
13-Jun
10-Jun
7-Jun
4-Jun
1-Jun
9,900
Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
Cadangan Devisa Bersamaan dengan merosotnya rupiah, cadangan devisa di Bank Indonesia juga terus merosot dalam tiga bulan belakangan ini. Menurut laporan Bank Indonesia, posisi cadangan devisa pada minggu pertama Juli 2005 tercatat hanya sebesar US$ 32,74 milyar, yang turun sekitar US$ 3,69 milyar (10,1%) dari posisi bulan April 2005 yang mencapai US$ 36,43 milyar. Penurunan cadangan devisa yang sebagian besar digunakan untuk membayar utang luar negeri, sebenarnya tidaklah terlalu mengkhawairkan, karena masih cukup membiayai 6 bulan impor. Namun, karena penurunannya cukup drastis, maka kekhawatiran yang muncul di sementara kalangan sempat menimbulkan spekulasi di lingkungan pelaku pasar.
Dengan adanya aturan penyimpanan dana hasil ekspor di dalam negeri, masih cukup besar harapan bahwa cadangan devisa akan segera kembali meningkat. Menurut kementerian BUMN, ada sepuluh BUMN yang secara rutin melakukan transaksi valuta asing, dan Pertamina adalah yang paling besar karena kerap kali melaksanakan ekspor dan impor minyak mentah dan hasil-hasilnya untuk keperluan penyediaan bahan bakar minyak dalam negeri. Selain Pertamina, sembilan (9) BUMN lainnya bergerak dalam bidang perkebunan dan pertambangan, yang diharapkan akan menyimpan devisanya di bank-bank domestik dalam rangka menjaga nilai rupiah. Dana dari kesembilan BUMN itu saja bisa mencapai S$ 1 – US$ 2 milyar per tahun.
Posisi Cadangan Devisa 1997 - Juli 2005 40
20
38
15
36 10
%
32
0
30 28
-5
US$ Billion
34 5
26 -10
US$ billions
24
Growth (%)
-15
22
June-05
Mar-05
Dec-04
Sep-04
June-04
March 04
2003
2000
20
1997
-20
Pasar Modal dan Suku Bunga Sementara itu, membaiknya kondisi pasar modal sejak pertengahan bulan Mei 2005 terus berlanjut selama bulan Juli 2005 ini. Sehingga pada 22 Juli 2005 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mencatat angka tetinggi dalam sejarah pasar modal Indonsia dengan mencapai level 1.172,24. Angka ini jauh melewati rekor penutupan tertinggi pada 22 Maret 2005 ketika IHSG mencapai posisi 1.152,6.
IHSG di BEJ, Januari-Juli 2005
Indeks
1,200
1,100
1,000
18-Jul
4-Jul
20-Jun
6-Jun
23-May
9-May
25-Apr
11-Apr
28-Mar
14-Mar
28-Feb
14-Feb
31-Jan
17-Jan
3-Jan
900
Sumber: Bursa Efek Jakarta
Lagi-lagi terlihat suatu kondisi yang kontradiktif dalam perekonomian nasional, dimana perbaikan pasar modal tidak berjalan seiring dengan penguatan nila tukar rupiah. Seyogyanya dengan membaiknya pasar modal, kurs rupiah ikut menguat karena itu berarti masuknya dana ke dalam negeri. Selain itu penguatan IHSG juga terjadi di saat isu flue burung tengah merebak di kalangan masyarakat luas. Tidak berkembangnya sentimen negatif flu burung di kalangan pasar modal bisa jadi karena tertutupi oleh sentimen positif yang muncul setelah pelaku pasar melihat arah kebijakan Bank Indonesia yang amat jelas dalam menjaga tingkat suku bunga dalam negeri. Meskipun isu kenaikan suku bunga The Fed begitu kentalnya, namun dalam dua kali lelang di bulan Juli 2005, Bank Indonesia berhasil mempertahankan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk tidak naik lebih tinggi lagi. Pada lelang 20 Juli 2005, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI satu bulan dipertahankan pada tingkat 8,49 persen. Dari target indikatif Rp 17 triliun, Bank Indonesia menyerap dana sebesar Rp 20,12 triliun dengan penawaran masuk Rp 21,63 triliun.
Laju Inflasi Sementara itu, laju inflasi secara umum kembali meningkat selama bulan Juni 2005, yaitu mencapai 0,5%, setelah mengalami inflasi yang relatif rendah selama dua bulan sebelumnya. Tingginya inflasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah, kebijakan pemerintah yang bersifat inflatoir, harga minyak di pasar internasional yang cenderung meningkat, serta faktor musiman seperti liburan akhir tahun ajaran dan pembayaran biaya pendidikan tahun ajaran baru.
Inflasi Kumulatif (%) 2003 - 2005 7 6
6.40
5 Cummulative 2004
4.28
Cummulative 2005
5.06
%
4 3
Cummulative 2003
2 1
December
November
October
September
August
July
June
May
April
March
February
January
0
Dengan inflasi bulan Juni 2005 yang mencapai 0,5%, maka inflasi selama Semester I 2005 telah mencapai 4,3%. Sedangkan inflasi tahunan (year on year) mencapai 7,42%. Dengan inflasi yang relatif tinggi selama Semester I 2005 tersebut, diperlukan upaya keras untuk mengendalikan inflasi selama semester II tahun 2005, agar target inflasi sebesar 7,5% selama tahun 2005 tidak terlampaui. Guna menjaga agar inflasi tak meleset jauh dari target, mulai awal Semester II 2005 BI telah menggunakan instrumen suku bunga untuk mengendalikan inflasi Sebelumnya BI menggunakan base money untuk mengendalikan inflasi. Penggunaan suku bunga, yang disebut sebagai BI Rate, diharapkan merupakan kebijakan moneter yang lebih transparan serta mudah dimengerti masyarakat. Karena BI Rate ini merupakan acuan perkembangan suku bunga selama 3 bulan ke depan Kebijakan penggunaan instrumen ini diharapkan akan lebih efektif dalam mempengaruhi ekspektasi masyarakat akan inflasi. Sehingga inflasi nantinya akan dapat dikendalikan sesuai target. Namun kebijakan ini diperkirakan baru akan terasa hasilnya sekitar dua atau tiga triwulan kemudian. Oleh karena itu, inflasi selama tahun 2005 diperkirakan masih sedikit melebihi target, yaitu sekitar 8%. Kondisi ini dapat terpenuhi apabila pelemahan nilai tukar rupiah dapat ditahan, serta tidak diberlakukan kebijakan yang bersifat inflatoir, seperti kenaikan tarif dasar listrik serta harga BBM di dalam negeri.
Perkembangan ekspor impor
Setelah mengalami penurunan pada bulan April 2005, nilai ekspor Indonesia kembali meningkat sekitar 6,2 % menjadi US$7,21 milyar pada bulan Mei 2005. Peningkatan ini berasal dari meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 11,2%, dari US$5,22 milyar menjadi US$5,81 milyar, karena nilai ekspor migas mengalami penurunan sebesar 10,6%, yaitu dari US$1,57 milyar menjadi US$1,4milyar. Ini disebabkan karena menurunnya volume ekspor minyak mentah dan gas alam, masing-masing sebesar 5,6% dan 13,1% pada bulan Mei 2005. Meskipun demikian, secara kumulatif selama Januari-Mei 2005 ekspor migas tetap meningkat sebesar 20,3% sedangkan ekspor nonmigas naik sekitar 34%, sehingga total nilai ekspor Indonesia dalam periode ini meningkat sebesar 30,8%. Nilai Ekspor dan Nilai Impor 1997 - 2005 (US$ Miliar) 80
70.8
Ekspor 70
62.1
2001
2002
33.9
25.9
31.3
20
24.0
27.3
30
31.0
33.5
32.4
41.7
US$ Milyar
40
48.7
23.6
48.8
57.2
46.2
53.4 50
61.0 56.3
60
17.2
Impor
10
0
1997
1998
1999
2000
2003
2004
JanMay 2004
JanMay 2005
Membaiknya kinerja ekspor beberapa komoditi nonmigas seperti CPO, tembaga, timah dan batubara memberikan indikasi makin membaiknya kinerja ekspor nonmigas. Kondisi ini juga diperkuat oleh menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang asing lainnya termasuk rupiah, sehingga menjadikan daya saing komoditi ekspor Indonesia menjadi lebih kuat. Bila dalam sisa tahun 2005 (Juni-Desember) ekspor nonmigas bisa mencapai rata-rata di atas US$6 milyar seperti pada periode yang sama 2004, maka untuk seluruh tahun 2005 total nilai ekspor Indonesia diperkirakan bisa mencapai sekitar US$80 milyar. Jumlah ini akan lebih tinggi 11,7% dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2004, yang sebesar US$ 70,8 milyar. ____________________________________________________________________________________________
This report is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities. The information herein was obtained or derived from sources that we believe are reliable, but whilst all reasonable care has been taken to ensure that stated facts are accurate and opinions fair and reasonable, we do not represent that it is accurate or complete and it should not be relied upon as such. All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date and are subject to change without notice. This document is for the information of clients only and must not be copied, reproduced or mare available to others.