1
LANSKAP GUNUNG MERAPI SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK LUKIS
JURNAL
Oleh: Riyan Sholichah NIM: 111631022
Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Kriya Seni 2016
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
Tugas Akhir Kriya Seni berjudul: LANSKAP GUNUNG MERAPI SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK LUKIS diajukan oleh Riyan Sholichah, NIM 1111631022, Program Studi S-1 Kriya Seni, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, telah disetujui oleh Tim Pembina Tugas Akhir pada tanggal 26 Juli 2016
Pembimbing I / Anggota
Drs. I Made Sukanadi, M.Hum. NIP. 106212711989111001 Pembimbing II / Anggota
Sugeng Wardoyo, S.Sn, M.Sn. NIP. 19751019 20021 003
Mengetahui: Jurusan / Ketua Program Studi S-1 KriyaSeni / Anggota
Arif Suharson, M.Sn. NIP. 197506222003121003
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
INTISARI LANSKAP GUNUNG MERAPI SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK LUKIS Gunung Merapi sebagai sarana pengungkapan ekspresi, baik dari segi lanskap dan pemandangannya yang indah. Karakteristik Gunung Merapi itulah yang memberikan keunikan tersendiri diantara gunng-gunung yang berada di wilayah Jawa Tengah. Bekas kubah larva inilah yang menjadi cirri khas fisik Gunung Merapi. Keaneragaman flora dan fauna yang ada di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi menambah lengkapnya kehidupan di lereng Merapi. Pengalaman pribadi, keunikkan dan karakter gunung Merapi menjadi inspirasi penciptaaan karya batik berupa batik lukis dengan memberikan sentuhan dan kreasi baru pada batik secara konseptual. Motif dan penggabungan isen-isen di setiap desain yang tercipta mengandung konsep berupa penghargaan terhadap alam, mengubah pola fikir manusia untuk lebih mencintai alam, menjaga dan merawat alam untuk mewujudkan alam yang indah terjaga kelestariannya dan dapat meminimalisir adanya ancaman bencana yang setiap saat mengancam di wilayah lereng Gunung Merapi.. Penciptaan karya Tugas Akhir ini menggunakan metode pendekatan estetis dan empiris, sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan kepustakaan. Metode pendekatan dan metode pengumpulan data di gabungkan tercapai keselarasan mengenai keindahan dari nilai-nilai segi objektif terlihat dengan pencapaian hasil karya yang tercipta sesuai dengan pengalaman pribadi penulis. Sehubungan dengan pendekatan estetis, yang harus diingat kembali adalah prinsip serta unsur seni rupa yang dipelajari. Penciptaan karya batik lukis ini menggunakan kain primissima dengan teknik pengerjaan batik tulis dan pewarnaan kainnya menggunakan warna sintetis Naphtol dan indigosol. Karya penciptaan ini merupakan wujud dari pengalaman pribadi penulis pada saat mengamati lanskap Gunung Merapi, keindahan alam, dan kehidupan yang ada di wiayah lereng Merapi. Dengan berbagai inovasi dan proses kreatif ini diharapkan karya ini dapat berbicara dengan penikmat seni, memberikan ide kreatif baru, wawasan baru dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai apa yang telah di sampaikan penulis tentang karyanya. Ide kreatif yang selalu dikembangkan dalam dunia batik di Nusantara ini sangatlah beragam, tidak lain juga lanskap dan pemandangan Gunung Merapi ini juga memberikan nuansa baru untuk batik nusantara dengan proses kreatif. Kata Kunci: Lanskap, Gunung Merapi dan Batik Lukis
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
ABSTRACT LANDSCAPE OF MOUNT MERAPI AS THE SOURCE OF CREATION IDEA OF BATIK PAINTING Mount Merapi as an expression media, of both landscape and beautiful view. The uniqueness characteristic of Mount Merapi give some differences than other mountain in Central Java. The mark of larva dome is the hallmark of physical Mount Merapi. The Diversity of flora and fauna in the region of Mount Merapi National Park give the completeness life on the slopes of Merapi. Personal experience, the uniqueness and character of Mount Merapi is conceptual inspiring the creation of batik painting with a personal touch and new creations of batik conceptually. Motif and incorporation of isen-isen in each design is created, contains concepts such as respect for nature to change the mindset of people to love nature, protect, and care on nature to create beautiful nature maintained continuity and minimize the potential hazard that endanger the slope of Mount Merapi any time. Work Creation of this final project using empirical methods and the aesthetic approach, for the data collection method, using the methode of observation and literature. The method of approach and methods of data collection in order to combine the harmony of the beauty of values in terms of objective look at the achievement of the work is created in accordance with the author's personal experience. In connection with the aesthetic approach, which should be recalled are the principles and elements of art were studied. Creation of works of batik painting using fabric Primissima with construction techniques and dyeing batik cloth using synthetic colors Naphtol and indigosol. The work creation is the manifestation of the author's personal experience when observing the landscape of Mount Merapi, natural beauty, and life in slopes of Merapi area, with a range of innovative and creative process is expected that this work can comunicate with the recipient, provide new creative ideas, insights and provide new knowledge for the public about what has been conveyed by the author about his work. Creative ideas are always being developed in the world of batik in this archipelago diverse, not only landscapes and views of Mount Merapi but also give a new variation to the archipelago batik with the creative process. Giving a new procedure, contribution for the development of characteristized craft art work. Keywords: Landscape, Mount Merapi and Batik Painting
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
A.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merapi merupakan gunung berapi yang secara geografi terletak di bagian tengah-tengah Pulau Jawa, yang mempunyai predikat sebagai salah satu gunung paling aktif di Indonesia bahkan di dunia. Secara administrasi Gunung Merapi terletak diperbatasan Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang (Jateng), Kabupaten Boyolali (Jateng), dan Kabupaten Klaten (Jateng). Batik dalam masyarakat Jawa memang tidak terlepas dari ajaran filsafat Jawa yang secara tersirat menelaskan hubungan mikrokosmos, metakosmos dan makrokosmos. Pandangan tentang mikrokosmos mendudukkan manusia sebagai bagian dari semesta. Manusia harus menyadari tempat dan kedudukannya dalam jagat raya ini. Metakosmos yang biasa disebut “mandala” adalah konsep yang mengacu pada “dunia tengah”, dunia perantara antara manusia dan semesta atau Tuhan. Sementara itu, Mikrokosmos adalah dunia batin, dunia dalam diri manusia (Adi Kusrianto, 2013: 2). 2.Rumusan Tujuan Penciptaan A. Rumusan Penciptaan Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana memvisualisasikan ide dan desain baru dari lanskap Gunung Merapi menjadi karya seni batik lukis yang informatif, dilihat dari empat sudut pandang wilayah Magelang, Sleman, Klaten dan Boyolali? B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan a. Mewujudkan ide penciptaan dengan tema obyek Gunung Merapi di lihat dari empat sudu pandang, wilayah Magelang, Sleman, Klaten dan Boyolali b. Mengajak untuk lebih peduli terhadap alam ini, tentang gunung Merapi 2. Manfaat a. Bagi Mahasiswa: Sebagai media mengekpresikan ide dan gagasan pencipta ke dalam karya seni batik lukis b. Bagi Masyarakat: Dapat menjadikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang karya seni batik lukis c. Bagi Akademisi: Dapat menjadikan materi dan wawasan baru dalam menciptakan karya batik lukis yang akan dating. C. Metode Pendekatan 1. Metode Pendekatan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
Metode pendekatan yang digunakan dalam penciptaan ini, antara lain: a. Metode Pendekatan Estetis Metode pendekatan ini dilakukan berdasarkan pada nilai-nilai keindahan yang ditinjau dari segi objektif, di dalam karya ini pendekatan dilihat dari desain, warna, garis, bentuk, dan karakter objek. Beberapa hal tersebut menjadi acuan dalam pembuatan karya.Menurut Plato seni adalah meniru, suatu usaha untuk menciptakan tiruan terhadap bentuk alam, alam semesta yang indah karena memiliki peristiwa dan tata aturan tertentu, ukuran dan proporsi menimbulkan harmoni yang dapat memunculkan keindahan, A. A. M. Djelantik (1999: 103). Sebuah penegasan yang timbul melalui teori tersebut, bahwa alam b. Metode Pendekatan Empiris
Metode pendekatan ini ada dikarenakan adanya pengalaman pribadi dalam berkarya seni. Pengalaman pribadi inilah yang menjadi tolak ukurnya. Menghadiri pameran dengan melihat karya-karya seniman lain dalam mencari inspirasi. Pengalaman dibidang olah raga alam, misalnya mendaki gunung juga menjadi modal dalam mencari ide-ide kreatif. 2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode pustaka. a. Metode Observasi “Metode ini dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala atau fenomena yang dihadapi (Marzuki, 2000:58) .” Ada tiga macam observasi yaitu observasi langsung, dalam situasi sebenarnya dan observasi terkontrol. Penulis memilih melakukan observasi secara langsung terhadap situasi yang berada di wilayah gunung Merapi. Pengamatan secara langsung dapat memperoleh detail-detail lanskap, kejadian, serta aktifitas manusia dan flora faunadi wilayah gunung Merapi. Pengamatan ini dilakukan di wilayah Boyolali, Klaten, Sleman serta Magelang. Wilayah tersebut akan membantu data-data lebih nyata dengan keadaan yang ada. b. Metode Kepustakaan Metode Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh bahan yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang topik yang diulas. Bahan atau data yang digunakan bersumber dari buku-buku, majalah, surat kabar maupun website. Penulis menggunakan data yang erat hubungannya dengan batik dan pengalaman pribadi yang dialami penulis, kemudian mengalokasikannya pada desain sesuai dengan konsep penciptaan, dan pengetahuan seni batik lukis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
D. Metode Penciptaan
Sebagaimana SP Gustami (2007: 329) mengungkapkan “Dalam proses melahirkan sebuah karya seni khususnya seni kriya secara metodologis melalui tiga tahapan utama, yaitu (1) Eksplorasi, yang meliputi langkah pengembaraan jiwa, dan penjelajahan dalam menggali sumber ide. Dari kegiatan ini akan ditemukan tema dan berbagai persoalan. Langkah kedua adalah menggali landasan teori, sumber dan referensi serta acuan visual untuk memperoleh konsep pemecahan masalah. (2) Perancangan, yang terdiri dari kegiatan menuangkan ide dari hasil analisis yang telah dilakukan ke dalam bentuk dua dimensional atau desain. Hasil perancangan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk karya, dan (3) Perwujudan, yang merupakan perwujudan menjadi karya. Dari semua tahapan dan langkah-langkah yang telah dilakukan, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui secara menyeluruh terhadap kesesuaian antara gagasan dengan karya yang diciptakan.” Proses penciptaan berawal dari ekplorasi, perancangan dan perwujudan. Proses penciptaan pada karya tugas akhir ini menggunakan proses batik tulis dengan media kain. Proses penciptaan batik ini menggunakan peralatan tradisional untuk membatik dengan menggunakan alat canting, yang di proses melalui tahapan pemolaan kain, pelilinan, dan pewarnaan dengan tutup celup serta pelepasan lilin dengan cara dilorod dan pelilinan kembali dan dilanjutkan proses selanjutnya. Setelah melalui proses pembatikan, pewarnaan, dan pelorodan, kain batik dijahit pinggiran kainnya dengan menggunakan mesin jahit. B. Hasil dan Pembahasan 1. Bahan Pada penciptaan karya Tugas Akhir ini bahan yang digunakan menggunakan kain primissima, Di dalam pemilihan bahan atau material ini dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas bahan. Bahan-bahan untuk membatik, misalnya lilin malam, lilin parafin, dan bahan pewarna. Keseluruhan bahan diatas dipilih dengan pertimbangan kesesuaian bahan sebagai unsur pembentuk karya dan juga pertimbangan ketercapaian bentuk sebagai penyampaian ide penciptaan tugas akhir. 2. Desain Langkah yang ditempuh dalam penciptaan karya tugas akhir ini dimulai pada tahap pembuatan desain karya disesuaikan dengan ide gagasan penciptaan. Desain yang telah dibuat diaplikasikan pada media yang telah disiapkan. Pada proses ini pengaplikasian desain/sketsa pada media banyak mengalami penambahan dan pengurangan tetapi perubahan tersebut tidak mengurangi isi dari ide atau gagasan yang akan disampaikan dalam karya. Perubahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan alat dan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
karakter bahan yang digunakan. Perubahan yang dilakukan meliputi ukuran dan konstruksi, dan kenyamanan untuk pemakai.
3. Warna Penggunaan warna di dalam karya Tugas Akhir ini menggunakan warna sintetis, yaitu warna napthol dan dan indigosol. Warna-warna yang digunakan cenderung berwarna sejuk, berat dan untuk warna terakhir adalah warna gelap, misalkan warna biru tua, merah tua, ungu tua, dan coklat. 4. Tehnik pengerjaan Pengerjaan karya tugas akhir ini, pada prosesnya banyak dipengaruhi oleh berbagai karakter dan bentuk yang ingin dicapai, hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik kain dan teknik yang digunakan. Dalam hubungan pencapaian bentuk seni yang intelektif, secara khusus dalam kriya seni hal ini dihubungkan dengan teknik yang dipakai, dan juga sifat bahan yang digunakan dan juga kemampuan pembentukan(soedarso:131:2006). Seperti diketahui setiap bahan memiliki sifat dan karakter sendiri dan juga memiliki teknik pengerjaan tersendiri.Pengerjaan karya ini menerapkan berbagai teknik diantaranya teknik batik tulis dengan pewarnaan alam. Serta proses pengerjaan busana terlebih dahulu pemotongan bahan barulah keproses pencantingan, pewarnaan, pelorodan dan proses penjahitan hingga finishing. 5. Finishing Tahap akhir proses pengerjaan karya Tugas akhir ini adalah finishing. Finishing ini dilakukan karena di dalah hasil akhir pengerjaan, karya harus terlihat rapi dan pantas untuk dipublikasikan, dari merapikan kain serta sudah tertata rapi di dalam frame.. 6. Hasil Visual karya yang telah melalui tahap akhir, dari berbagai hal dan pertimbangan menyangkut material dan ketersediaan alat mengalami perubahan dari desain yang telah dipilih, sehingga secara keseluruhan penciptaan tugas akhir ini mengalami perubahan pada perwujudannya. Perubahan ini sering terjadi, tetapi dalam penciptaan ini perubahan visual pada proses pengerjaan tidak mengurangi muatan ide gagasan penciptaan karya tugas akhir ini. Dalam karya Tugas Akhir ini penulis telah menyajikan beberapa karya batik lukis dengan sumber ide lanskap Gunung Merapi.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
Gambar66. Foto Karya 1 ( Foto: Said Choirudin, 2016 )
Judul Karya Media Teknik Warna Ukuran Tahun Fotografer
: ” Ancaman dan Kehidupan” : Kain Mori Primissima : Batik Tulis : Napthol : 180 cm x 110cm : 2016 : Said Choirudin
Konsep Karya : Karya pertama ini terinspirasi dari kehidupan dan ancaman di Gunung Merapi. Hasil karya yang pertama mencerminkan hidupan manusia yang erat kaitannya dengan alam dan makhluk hidup yang lain menjadi seimbang apabila semua ikut berperan sebagai mana mestinya. Gunung Merapi yang di kenal dengan keistimewaan dan keindahanny, Merapi menyimpan ancaman bencana yang sangat besar sampai saat ini. Sebagaimana bisa diingat kejadian erupsi tahun 2010 silam, banyak korban yang berjatuhan dengan kejadian tersebut, hewan ternak mati dan pohon-pohon pun habis yang seolah di makan oleh wedhus gembel. Luapan lava pijar dan lahar dingin membanjiri semua wilayah lereng merapi. Potensi bencana serupa dapat terjadi kembali, namun belumdapat di perkirakan kapan bencana yang serupa akan terjadi. Akan tetapi, keberadaan Gunung Merapi yang teraktif itu harus disyukuri, karena memberikan berkah bagi warga yang bermukim di sekitanya. Pasir dan batu yang berlimpah, tanaman yang subur, serta menjadi kawasan wisata alam yang dapat membantu menambah pendapatan penduduk setempat. Penduduk lereng Merapi juga meyakini dan mencoba hidup harmoni dengan keberadaan gunung Merapi. Sama halnya Manusia, hewan, tumbuhan dan Gunung Merapi, keseimbangan dan keselarasan yang membuat semua makhluk hidup dan alam dapat hidup dengan nyaman.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
Gambar67. Foto Karya 2 ( Foto: Said Choirudin, 2016 )
Judul : “Merapiku” Media : Kain Primissima Teknik : Batik Tulis Warna : Napthol Ukuran : 156cm x 112cm Tahun : 2016 Fotografer : Said Choirudin Konsep : Karya ke dua ini terinspirasi dari jati diri seseorang, Sebuah diri manusia mempunyai kekuatan keseimbangan yang kuat, dengan keinginan yang mampu membuat otak akan berfikir lebih cepat dengan mempunyai perbedaan pendapat, emosi, kebahagiaan, hingga ketidaktertarikan dengan suatu hal akan mengakibatkan keadaan ini mengubah perasaan seseorang akan berubah, dari hal ini keseimbangan sebuah lingkungan di sekitar juga di perlukan, alam ini lengkap dengan keindahan alam yang tersaji, tidak hanya manusia, tumbuhan, hewan, bentangan gunung, sawah yang tertata di setiap wilayah akan membawa keinginan seseorang untuk lebih mengenal diri sendiri dan alam sekitar. Gunung Merapi yang menjadi satu icon wilayah DIY selain Pantai selatan, kegiatan di Gunung Merapi juga termasuk dalam kategori yang sangat gemar dibicarakan, sebagai wilayah wisata alam, jalur pendakiannya hingga kancah Internasional. Warnawarna yang di gunakan, yaitu warna napthol, merah, coklat dan biru dimana warna warna ini cenderung ke warna tua dan memberi kesan berat.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
Gambar 68. Foto Karya 3 ( Foto: Said Choirudin, 2016 )
Judul : “Anggrek Merapi” Media : Kain Primissima Teknik : Batik Tulis Warna : Napthol Ukuran : 110cm x 80cm Tahun : 2016 Fotografer : Said Choirudin Konsep : Karya ini tercipta, karena terinspirasi dari keterpurukkan yang di alami penduduk lereng Merapi akibat erupsi besar yang terjadi di tahun 2010 telah bangkit kembali semangatnya. Yang terlihat jelas di lereng selatan Merapi yang dampaknya sangat besar. Hutan di wilayah lereng Merapi yang kaya akan tumbuhan dan bunga-bunga juga banyak yang tidak terselamatkan. Banyak hal yang sudah dilakukan masyarakat untuk bangkit dan berjuang dalam kehidupan selanjutnya. Salah satunya adalah penyelamatan anggrek alam khas Merapi dengan program adopsi anggrek untuk menghimpun dana sekaligus mengampanyekan penyelamatan anggrek di Merapi. Warna –warna yang di gunakan cenderung warna hijau toska, biru, ungu dan warna merah.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
E. Kesimpulan
Suatu karya seni akan hadir dengan proses kreatif batik lukis dengan ide, pengalaman pribadi serta pengamatan dari objek yang di kaji. Berkarya batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang pelu di jaga kelestariannya. Pengalaman pribadi ini yang akan menjadi ide dan gagasan yang tertuang dalam karya seni sebagai media ekspresi. Setiap seniman memiliki karakter yang berbeda, meskipun ide dasar penciptaan sama, akan tetapi karya yang akan diciptakan tidak akan sama. Dengan proses pengerjaan karya ini dengan teknik batik, pewarnaan sintetis mengunakan warna naphtol dan indigosol. Warna naphtol digunakan untuk menghasilkan warna-warna matang atau cenderung gelap, sedangkan warna indigosol digunakan untuk menghasilkan warna-warna terang. Walaupun karya penciptaan ini batik lukis, karya ini terwujud tanpa mengurangi ciri motif batik yang ada, misalnya di dalam setiap motif terdapat isen-isen batiknya. Proses menghasilkan karya yang dapat berbicara, berbicara tentang proses, berbicara tentang protes kehidupan, dan selanjutnya solusi kehidupan dan berbicara tentang keindahan.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
DAFTAR PUSTAKA Bahari, Nooryan, 2008, Kritik Seni: wacana, Apresiasi, dan Kreasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Doellah, H Santosa, 2002, Batik Pengaruh Taman dan Lingkungan, Surakarta : Danar Hadi. Djelantik A. A. M., 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Elliana, Maureen, 2011, Wisata Gunung: Tantangan Bagi yang Berani Beda, Yogyakarta, Cahaya Atma. Gustami, SP, 2007, Butir-butir M9utiara Estetika Timur, Ide Dasar Pengkaryaan Seni Kriya Indonesia, Yogyakarta: Prasista. Hasanuddin, Drs, M.sn, 2001, Batik Pesisiran, Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri Pada Ragam Hias Batik, Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Junaedi, Deni, 2013, Estetika: Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai, Yogyakarta: B.P. ISI Yogyakarta. Kusrianto, Adi, 2013, Batik-Filosofi, Motif dan Kegunaan, Yogyakarta: CV Andi Offset Lock, Andrew, 2014, Di Puncak 8000-Hidup dan Mati Bersama Pendaki Gunung Australia Paling Hebat, Solo: Tiga Serangkai Marzuki, 2000, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE-UII. Manis Hoeda, 2013, Buku Pintar Sejarah dan Pengetahuan Dunia Abad 20, Jogyakarta: Trans idea Publishing Munandar, S.C.Utami, 2002, Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: Gramedia Poespo, Goet, 2005, Pemilihan Bahan Tekstil, Yogyakarta: Kanisius. Poespo, Goet, 2009, Tampil Elegan dengan Batik Tradisional, Yogyakarta: Kanisius. Samino, 2013, Zat Pewarna Alam untuk Pencelupan kain Mori Batik Sutera dan Mori, Yogyakarta: B.P. ISI Yogyakarta. Sarwono, Jonathan dan Hari Lubis, 2007, Metode Riset untuk Desain komunikasi Visual, Yogyakarta: Andi Offset. Soedarso, Sp., 1976, “ Tinjauan Seni ”, Diklat, Yogyakarta : STSRI ASRI. Soedarso, SP., 1998, Seni Lukis Batik Indonesia, Yogyakarta: TBY dan IKIP Negeri Yogyakarta. Soedatso, SP., 2000, Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, Jakarta, CV. Studio Delapan Puluh Enterprise Kerjasama dengan B.P. ISI Yogyakarta. Subandriyo dkk, 2011, Edisi Khusus Erupsi Merapi 2006 Laporan dan Kajian Vulkanisme Erupsi, Yogyakarta: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Wycoff, Joyce, 2002, Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan Pemikiran, Bandung: Kalfa.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14