KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta – 01-02 November 2012
PENGGUNAAN MATERIAL LOKAL ZEOLIT SEBAGAI FILLER UNTUK PRODUKSI BETON MEMADAT MANDIRI (SELF COMPACTING CONCRETE) Angelina Eva Lianasari Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari pemadatan beton adalah meminimalkan udara terjebak dalam beton segar agar diperoleh beton homogen dan tidak berongga di dalam beton (honey-comb). Jika beton tidak dipadatkan secara sempurna maka konsekuensinya akan diperoleh beton dengan mutu rendah. Pengecoran beton konvensional pada pertemuan balok-kolom yang terdapat banyak tulangan terpasang dihadapkan pada kesulitan mencapai kepadatan optimal walaupun telah dipadatkan dengan alat getar (vibrator). Oleh karena itu perlu dipikirkan cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan teknologi selfcompacting concrete (SCC). Dalam pembuatan SCC perlu dipikirkan bagaimana mencegah terjadinya segregasi. Salah satu cara adalah dengan penggunaan filler. Dalam eksperimental ini material filler yang digunakan adalah zeolit, superplastisizer Sika Viscocrete-10, dan ukuran agregat maksimum 10 mm. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental dengan pelaksanaan sebagai berikut : (1) Variabel bebas berupa variasi penambahan filler (zeolit) yang diberikan dengan takaran 0%, 10%, dan 20% dan viscocrete-10 dengan dosis 0,5% dan 1% dihitung berdasarkan berat semen yang diperlukan, (2) Variabel terikat berupa kuat tekan dan nilai serapan air SCC, (3) Variabel pengendali terdiri dari water per binder ratio sebesar 0,45, jenis semen, jenis dan ukuran agregat, jenis superplastisizer, nilai slump-flow minimal 60 cm, umur beton dan ukuran filler yang digunakan. Perencanaan adukan beton menggunakan metode SK SNI T-15-1990-03 dengan kuat tekan rencana 25MPa. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan zeolit sebagai filler dan viscocrete 1% dalam memproduksi SCC dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 14% dari beton normal umur 28 hari dan 16,5% dari beton normal umur 90 hari. Sedangkan bila dibandingkan dengan beton normal tidak dipadatkan lebih tinggi 34,8% pada umur 28 hari dan 42,3% pada umur 90 hari. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa material zeolit dapat digunakan sebagai filler dalam SSC. Kata kunci: filler, zeolit, SCC, viscocrete-10, beton
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi beton dalam bidang konstruksi semakin pesat, baik dari segi material maupun metode pelaksanaan konstruksi yang dilakukan. Dalam pekerjaan pembetonan untuk pekerjaan struktur beton bertulang konvensional, pekerjaan penting yang harus dilakukan adalah pemadatan atau vibrasi beton. Tujuan dari pemadatan adalah meminimalkan udara terjebak dalam beton segar agar diperoleh beton homogen dan tidak berongga di dalam beton (honey-comb). Jika beton tidak dipadatkan secara sempurna maka konsekuensinya akan diperoleh beton dengan mutu rendah. Pengecoran beton konvensional pada pertemuan balok-kolom yang terdapat banyak tulangan terpasang dihadapkan pada kesulitan mencapai kepadatan optimal walaupun telah dipadatkan dengan alat getar (vibrator). Oleh karena itu perlu dipikirkan cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan teknologi selfcompacting concrete (SCC). Self-Compacting Concrete (SCC) sebagai alternatif campuran beton yang memiliki volume pori-pori kecil, membutuhkan karakteristik yang sedikit berbeda dari beton konvensional. Diantaranya adalah agregat kasar yang digunakan memiliki ukuran yang relatif lebih kecil untuk mencegah terjadinya segregasi. Pada self-compacting concrete (SCC) memerlukan filler sebagai bahan pengisi disamping untuk mencegah segregasi dan memerlukan bahan tambah kimia berjenis High Range Water Reducer yang memiliki sifat viskositas yang tinggi. Mengingat Standar Nasional Indonesia (SNI) sampai saat ini belum mengakomodasi teknologi self-compacting concrete berkaitan minimnya penelitian yang dilakukan tentang teknologi baru ini, sedangkan potensi material yang dimiliki cukup besar, maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan mix design yang optimal dalam pembuatan beton jenis SCC di Indonesia. Dalam penelitian ini SCC dibentuk dengan menggunakan bahan tambah viscocrete-10 dan material filler Zeolit. Alasan pemilihan material Zeolit karena mudah diperoleh, berbentuk serbuk, murah, dan mengandung silika yang
cukup tinggi. Sedangkan Viscocrete-10 dipilih karena merupakan bahan tambah kimia yang berfungsi sebagai Range Water Reducer yang memiliki sifat viskositas yang tinggi. Zeolit dalam campuran beton selain berfungsi sebagai filler dan mencegah segregasi dan bleeding, diharapkan akan memberikan reaksi pozzolanik sehingga akan meningkatkan kuat desak beton. Reaksi pozzolanik ini sering disebut sebagai reaksi sekunder. Reaksi ini berlangsung lebih lambat dan berlaku lebih lama, sehingga mutu beton diatas umur 28 hari masih dapat meningkat. Dengan demikian waktu pengerasan (setting time) beton dengan penambahan mineral Zeolit menjadi lebih lama bila dibandingkan dengan beton normal. Mengacu pada latar belakang permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang komposisi yang tepat untuk menghasilkan Self Compacting Concrete (SCC) dengan menggunakan filler material lokal Zeolit dan superplastisizer Viscocrete-10. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan Viscocrete-10 sehingga dapat diperoleh beton SCC yang kualitasnya baik degan menggunakan tambahan material Zeolit sebanyak 10% dengan tujuan mencegah terjadinya segregasi dan bleeding pada fresh concrete. Penggunaan variasi Viscocrete-10 ditujukan untuk melihat flowability dari fresh concrete dan pengaruhnya terhadap porositas serta kuat tekan beton. Dengan diperolehnya komposisi yang tepat maka permasalahan saat pemadatan dapat diatasi. Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan diperoleh keuntungan-keuntungan dalam pengerjaan beton yaitu: mengurangi lamanya pekerjaan konstruksi dan besarnya upah pekerja; pemadatan dan penggetaran beton yang dimaksudkan untuk memperoleh tingkat kepadatan optimum dapat dieliminir; meningkatkan kepadatan elemen struktur beton pada bagian yang sulit dijangkau oleh alat pemadat, seperti vibrator; meningkatkan kualitas struktur beton secara keseluruhan; memanfaatkan material lokal Zeolit yang ada sebagai filler; dan mengetahui sejauh mana pengaruh variasi penggunaan High Range Water Reducer yang memiliki sifat viskositas yang tinggi terhadap sifat beton segar dan beton yang telah mengeras.
2.
SELF COMPACTING CONCRETE
Self Compacting Concrete (SCC) adalah suatu campuran beton yang mempunyai karakteristik dapat memadat dengan sendirinya tanpa menggunakan alat pemadat (vibrator). Salah satu keunggulan dari Self Compacting Concrete (SCC) adalah dapat menjangkau ke setiap sudut bangunan dan dapat mengisi tinggi permukaan yang diinginkan dengan rata tanpa mengalami bleeding dan segregasi sehingga dapat meminimalisir adanya air yang masuk ke dalam beton (Campion and Josh, 2000).
Kemampuan mengalir (flowability) Self Compacting Concrete
Penggunaan Superplasticizer
Pembatasan Agregat Kasar Ketahanan Terhadap Segregasi
Pengurangan nilai fas \
Gambar 1. Konsep Dasar Produksi Self Compacting Concrete SCC dapat diproduksi jika menggunakan superplasticizer yang diperlukan untuk mendispersikan (menyebarkan) partikel semen menjadi merata dan memisahkan menjadi partikel-partikel yang halus sehingga reaksi pembentukan C-S-H (tobermorite) akan lebih merata dan lebih aktif. Komposisi Agregat kasar dan agregat halus juga harus diperhatikan dalam proses produksi SCC, mengingat semakin besar proporsi agregat halus dapat meningkatkan daya alir beton segar tetapi jika agregat halus yang digunakan terlalu banyak maka dapat menurunkan kuat tekan beton yang dihasilkan, sebaliknya jika terlalu banyak agregat kasar dapat memperbesar resiko segregasi pada beton. Sedangkan penggunaan bahan pengisi (filler) diperlukan untuk meningkatkan viskositas beton guna menghindari terjadinya bleeding dan segregasi, untuk tujuan tersebut dapat digunakan fly ash, serbuk batu kapur, silica fume atau bahan pengisi yang lain (Persson, dikutip dalam Widodo, 2003). Salah satu komposisi dari High Range Water Reducers adalah sulfonat nafthalin formaldehid. Aplikasi dari High Range Water Reducers adalah sebagai pengurang air dan superplasticizer. Pengurangan perbandingan air/semen
mengakibatkan suatu peningkatan dari semua karakteristik beton (peningkatan kuat tekan beton, pengurangan permeabilitas, rayapan, dan penyusutan). Sebagai superplasticizer beton mudah mencapai kepadatan yang tinggi dan mudah dikerjakan.(Lianasari, 2010). Penggunaan Light Weight Aggregate pada Self Compacting Concrete (SCC) dengan bahan tambah silica fume 10% dan viscocrete-10 sebesar 1,5% memberikan hasil kuat tekan yang cukup tinggi 31,28 Mpa (Erik, Fredy Citra 2006). Penggunaan abu batu sebagai filler dalam produksi SCC dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 47,62%, pada penambahan abu batu dengan takaran 25% berat semen (Widodo, 2004).
3.
MINERAL ZEOLIT
Zeolit merupakan mikrosilika yang dapat digunakan sebagai bahan pozzolan, karena Zeolit megandung banyak silika yang dapat meningkatkan kekuatan beton. Latar belakang penggunaan mineral Zeolit dalam penelitian ini adalah selain mineral Zeolit banyak mengandung silika, mineral Zeolit juga merupakan bahan tambang yang banyak tersedia di alam (Ariwibowo, 2011) Dalam penggunaan bahan tambahan harus dilakukan dengan takaran dosis atau kadar yang tepat sehingga pengaruh penambahannya dapat mencapai hasil yang maksimal pada beton, karena penggunaan bahan tambahan yang berlebihan malah akan mengakibatkan penurunan kualitas beton. Maka dari itu dengan adanya penambahan mineral Zeolit ke dalam campuran adukan beton, disamping berfungsi sebagai bahan pozzolan juga diharapkan menjadi filler yang mampu mengisi rongga-rongga atau pori-pori pada beton (Ariwibowo, 2011) Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O komposisi kimia dari zeolit dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut, (Anonim, dikutip dari Sheeba 2008). Tabel 1. Komposisi Kimiawi Zeolit
Komposisi SiO2 Al2O3 Fe2O3 K2O TiO2 MgO CaO 4.
Kandungan (%) 66.49 13.44 1.75 1.18 1.40 1.67 2.07
VISCOCRETE-10
Viscocrete adalah chemical admixture berjenis High Range Water Reducer yang berbasis polycarboxylate yang berfungsi untuk menyebarkan partikel semen menjadi merata dan memisahkan menjadi partikel halus sehingga reaksi pembentukan kalisum silkat hidrat (CSH) menjadi lebih merata dan aktif. Daya alir pasta semen akan menjadi meningkat sehingga menyebabkan beton segar menjadi mengalir dan dapat memadat dengan sendirinya (Erik, Ferdy Citra, 2006). Keuntungan penggunaan Viscorete-10 pada beton segar adalah dapat meningkatkan workability dan homogenitas beton. Sedangkan pada beton keras dapat meningkatkan densitas, kuat tekan, durabilitas, mengurangi susut dan retak pada beton, dan mengurangi terjadinya karat pada besi tulangan (Erik, Ferdy Citra, 2006)
5.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini metoda yang digunakan adalah metoda eksperimen, yaitu penelitian dengan percobaan langsung di laboratorium yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara satu sama lain dan membandingkan hasilnya. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan untuk berbagai pengujian dalam penelitian ini, meliputi: Semen portland tipe I dengan merk dagang Semen Holcim, Agregat batu pecah dengan diameter maksimum 10mm (syarat ukuran max butir agregat adalah tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi segregasi sehingga dipilih yang berukuran dibawah 10mm), Air bersih diperoleh dari Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi FT UAJY, Superplastisizer dengan merk dagang Sika Viscocrete-10, Filler berupa Zeolit yang lolos saringan berukuran 0,075 mm.
Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental dengan rancangan sebagai berikut: (1) Variabel bebas berupa variasi penambahan filler (Zeolit) yang diberikan dengan takaran 0%, 10%, dan 20% dan Viscocrete-10 dengan dosis 0,5%, 1%, 1,5% dihitung berdasarkan berat semen yang diperlukan, (2) Variabel terikat berupa kuat tekan dan nilai serapan air SCC, (3) Variabel pengendali terdiri dari water per binder ratio sebesar 0,45, jenis semen, jenis dan ukuran agregat, jenis superplastisizer, nilai slump-flow minimal 60 cm, umur beton dan ukuran filler yang digunakan. Perencanaan adukan beton menggunakan metode SK SNI. T-15-1990-03 dengan target kuat tekan rencana 25 MPa. Pengujian workability beton segar SSC dilakukan dengan slump cone. Cara kerja alat slump cone adalah (1) slump cone diletakkan dengan posisi diameter yang lebih kecil berada di bagian bawah pada alas datar, (2) campuran beton dimasukkan dalam slump cone sampai penuh dan tidak boleh dirojok, (3) slump cone diangkat vertikal perlahanlahan, (4) waktu yang diperlukan aliran beton mencapai diameter 60cm (SF60), (5) diameter maksimum yang dicapai dicatat (SFmax). Pengujian kuat tekan beton dilakukan saat beton berumur 28 dan 90 hari. Tabel 2. Variasi Benda Uji Umur Pengujian (hari) Jumlah Zeolit
28 90 total
Beton normal dipadatkan 0% 3 3
Beton normal tidak dipadatkan 0% 3 3
SCC dengan 0,5% Viscocrete10 10% 20% 3 3 3 3
SCC dengan 1% Viscocrete10 10% 20% 3 3 3 3
SCC dengan 1,5% Viscocrete10 10% 20% 3 3 3 3
Jumlah benda uji 24 24 48
Pencampuran beton dilakukan di dalam concrete mixer agar diperoleh campuran yang homogen. Agregat kasar dan pasir dalam kondisi SSD, semen dan zeolit ditimbang lalu dimasukkan ke dalam mixer, selanjutnya air dan viscocrete ditakar sesuai dengan kebutuhan, kemudian mixer mulai diputar sambil menambahkan air. Viscocrete yang telah disiapkan dicampur dalam air dan ditambahkan ke dalam campuran setelah mixer diputar selama kurang lebih dua menit, pencampuran di dalam mixer dilakukan selama tiga menit. Sifat beton segar dalam penelitian ini diuji dengan metode modified slump test untuk mengukur nilai slump-flow (sebaran) yang terjadi. Sketsa gambar pelaksanaan modified slump test dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Modified slump test Prosedur pengujian kuat tekan beton dilaksanakan berdasarkan SNI: 03-1974-1990, benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris, dan mesin tekan dijalankan dengan penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik. Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur dan beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat. Setiap varian dalam penelitian ini dilakukan uji kuat tekan pada umur 28 dan 90 hari dengan jumlah benda uji sebanyak 3 buah silinder beton untuk 1 data uji. Kuat tekan beton dihitung berdasarkan besarnya beban persatuan luas, menurut Persamaan 1 berikut ini :
P f = c A di mana ;
(1)
fc = kuat tekan beton (MPa) P = beban maksimum (N) A = luas penampang benda uji (mm2)
6.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan unsur kimia yang terkandung pada Zeolit dari Toko Bahan Pertanian Zeolit di Klaten dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta. Hasil pemeriksaan Zeolit dari Klaten menunjukan jumlah silika 63,80% dari berat sampel serta aluminium sebesar 12,36% dari berat sampel. Pengujian Slump dilakukan untuk mengetahui kelecakan (consistency) adukan yang dihasilkan, tingkat kelecakan ini berpengaruh terhadap sifat mudah dikerjakan. Dalam penelitian pengujian slump yang dilakukan adalah pengujian slump flow. Pengujian dengan alat slump cone dilakukan untuk menguji filling ability dari Self Compacting Concrete (SCC). Dengan alat ini dapat diketahui kemampuan campuran beton untuk mengisi ruangan. Campuran beton harus memenuhi persyaratan tidak boleh terjadi segregasi dan bleeding serta agregat harus tersebar merata. Tabel 3. Hasil Pengujian Slump dan Slump Flow Code Benda Uji BN BNT Z10V0.5 Z10V1 Z10V1,5 Z20V0,5 Z20V1 Z20V1,5
Slump 10,5 cm 12 cm 10 cm --1 cm ---
Slump Flow (detik) ---30,1 13,68 -39.4 27,2
Dari hasil pengujian (table 3) terlihat bahwa dengan penambahan Viscocrete-10 menyebabkan adukan beton menjadi lebih mudah mengalir. Semakin banyak kandungan Viscocretenya adukan beton semakin lebih mudah mengalir. Dengan penambahan zeolit adukan beton menjadi lebih kaku, namun proses mengalir terbantu dengan adanya viscorete-10 dan fresh concrete. Menurut Japan Society of Civil Engineers Guidelines for Concrete,2007 syarat yang harus dipenuhi adalah waktu yang diperlukan aliran beton untuk mencapai diameter 50 cm (SF50) 3 – 15 detik dan diameter maksimum yang dicapai aliran beton (SFmax) 65 – 75 cm. Dari data pengujian di atas terlihat bahwa yang memenuhi kriterian sebagai beton SCC adalah pada beton dengan viscorete-10 sebanyak 1,5% dari berat semen dengan penambahan zeolit 10% dari berat semen. Tabel 3 menunjukkan penambahan filler Zeolit menyebabkan bertambah kakunya beton. Beton segar tidak menunjukkan tanda-tanda terjadinya segregasi dan bleeding, hal ini terlihat pada penampilan visualnya. Tabel 4. Hasil pengujian kuat tekan beton berbagai variasi bahan susun Kode Beton BN BNT Z10V0,5 Z10V1,0 Z10V1,5 Z20V0,5 Z20V1,0 Z20V1,5
Kuat tekan beton (Mpa) 28 hari 90 hari 39.78 45.49 33.64 37.26 25.72 32.11 45.35 53.01 34.80 29.00 19.62 19.94 38.52 48.47 36.49 38.31
Pemeriksaan kuat tekan beton dilaksanakan pada saat beton berumur 28 dan 90 hari. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan pada 8 variasi benda uji yaitu beton normal (BN), beton normal tidak dipadatkan (BNT), beton dengan tambahan zeolit 10% dan viscocrete 0,5% (Z10V0,5), beton dengan tambahan zeolit 10% dan viscocrete 1% (Z10V1), beton dengan tambahan zeolit 10% dan viscocrete 1,5% (Z10V1,5), beton dengan tambahan zeolit 20% dan viscocrete 0,5% (Z20V0,5), beton dengan tambahan zeolit 20% dan viscocrete 1% (Z20V1), beton dengan tambahan zeolit 20% dan viscocrete 1,5% (Z20V1,5). Hasil pengujian kuat tekan ditampilkan dalam tabel 4. Dari tabel 4 terlihat bahwa pada beton SCC dengan penambahan filler zeolit dan viscorete yang rendah (0,5%) menunjukkan bahwa beton segar sulit dikerjakan karena adukan kaku dan kental sehingga dapat dipastikan jika digunakan untuk membuat beton tanpa dipadatkan akan diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Hasil pengujian kuat tekan yang diperoleh pada umur 28 hari berselisih lebih rendah 35,3% (zeolit 10%) dan 50,7% (zeolit 20%) dari beton normal. Peningkatan kuat tekan beton SCC dalam kasus penambahan filler zeolit dapat terjadi karena zeolit yang ditambahkan berukuran sangat kecil (lolos saringan 0,075 mm) mampu berperan sebagai filler yang mengisi kekosongan rongga-rongga yang terdapat di antara agregat dan pasta semen, sehingga beton keras yang dihasilkan dapat membentuk massa yang lebih kompak dan menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi. Namun tentu saja perlu penambahan viscorete yang mencukupi sehingga beton dapat memadat dengan sendirinya dan diperoleh hasil kuat tekan yang memuaskan. Hasil ini ditunjukkan pada pengujian benda uji beton filler zeolit 10% dan viscorete 1% lebih tinggi 14% dari beton normal umur 28 hari dan 16,5% dari beton normal umur 90 hari. Sedangkan bila dibandingkan dengan beton normal tidak dipadatkan lebih tinggi 34,8% pada umur 28 hari dan 42.3% pada umur 90 hari. Tabel 5. Hasil pengujian kuat tekan beton dalam persentase terhadap beton normal Terhadap beton normal dipadatkan
Terhadap beton normal tidak dipadatkan
Kode Beton 28 hari
90 hari
28 hari
90 hari
BN
100.0%
100.0%
118.3%
122.1%
BNT
84.6%
81.9%
100.0%
100.0%
Z10V0,5
64.7%
70.6%
76.5%
86.2%
Z10V1,0
114.0%
116.5%
134.8%
142.3%
Z10V1,5
87.5%
63.8%
103.4%
77.8%
Z20V0,5
49.3%
43.8%
58.3%
53.5%
Z20V1,0
96.8%
106.6%
114.5%
130.1%
Z20V1,5
91.7%
84.2%
108.5%
102.8%
Terlihat pada penambahan viscocrete pada beton dengan filler zeolit nilai optimum untuk hasil maksimum peforma beton adalah pada penggunaan zeolit 10% dan viscocrete 1%. Pada penggunaan filler zeolit sebesar 20% terlihat adanya penurunan kuat tekan hal ini terjadi kemungkinan proporsi zeolit telah melebihi batas idealnya untuk takaran viscorete 1%, tetapi untuk takaran viscorete 1,5% turunnya kuat tekan terjadi jika dibandingkan dengan penggunaan zeolit 10% tetapi bila dibandingkan dengan beton normal tanpa dipadatkan hasilnya masih lebih baik beton SCC dengan filler zeolit tersebut. Pada pengujian kuat tekan beton normal dipadatkan dengan tidak dipadatkan terlihat bahwa hasil kuat tekan beton tidak dipadatkan lebih rendah dari beton normal dipadatkan, hal ini dikarenakan beton menjadi lebih padat, rapat, dan kompak sehingga diperoleh kuat tekan lebih tinggi. Dengan penambahan zeolit dan viscocrete diperoleh hasil bahwa beton tanpa dipadatkan kuat tekannya cukup baik bahkan lebih tinggi dari beton normal dipadatkan pada penambahan viscorete 1% dan zeolit 10%.
7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini. Penggunaan zeolit sebagai filler dan viscocrete 1% dalam memproduksi SCC dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 14% dari beton normal umur 28 hari dan 16,5% dari beton normal umur 90 hari. Sedangkan bila
dibandingkan dengan beton normal tidak dipadatkan lebih tinggi 35,3% pada umur 28 hari dan 42.3% pada umur 90 hari. Penggunaan filler zeolit dengan pemberian dosis viscorete yang tidak tepat menyebabkan turunnya kuat tekan beton. Hal ini terlihat pada uji kuat tekan beton lebih rendah 35,3% (zeolit 10%) dan 50,7% (zeolit 20%) dari beton normal. Hal ini menunjukkan dengan penambahan filler zeolit menyebabkan bertambah kakunya beton. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan saran-saran sebagai berikut ini. Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai filler pada beton jenis SCC dengan takaran penambahan yang optimum sebesar 10% dihitung menurut berat semen yang digunakan pada penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian penggunaan zeolit sebagai filler dengan interval takaran yang lebih kecil untuk memperoleh nilai optimum yang lebih tepat.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Campion, Michael J dan Philippe Josh, 2000, “Self Compacting Concrete Expanding the Possibilities of Concrete Design and Placement”, Concrete International April 31-34 Erik, Ferdy Citra, 2006, “Penelitian Self Compacting Concrete (SCC) Dengan Menggunakan Light Weight Aggregate Terhadap Permeabilitas dan Kekuatan Beton”, Tugas Akhir, Universitas Kristen Petra. Gambhir, ML, 1986, Concrete Technology, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi Japan Society of Civil Engineers, 2007, Standart specifications for Concrete Structures “Materials and Construction” http://committees.jsce.or.jp/ Lianasari, Eva, 2010, “Pemanfaatan Limbah Fly Ash (Abu Terbang) Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen Dan Sikament Ln Untuk Memperoleh Beton Hijau Mutu Tinggi”, Proceeding Seminar Nasional Green Technology for Better Future, UIN Malang Neville, AM, 1987, Concrete Technology, Longman Scientific and Technical PT. Sika Indonesia, 2009, Concrete Admixture Viscocrete-10 http://www.sika.co.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=99&Itemid=185 Internet, diakses 12 Agustus 2011 Tjokrodimuljo, 1996, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta Widodo, Slamet, 2003, “Pemanfaatan Self Compating Concrete Untuk Pelaksanaan Konstruksi Beton di Bawah Air”, Jurnal Teknik Sipil, Juli, 48-57 Widodo, Slamet, 2004, Pemanfaatan Abu Batu Sebagai Filler pada Self-Compating Concrete, http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Slamet%20Widodo %2C%20ST.%2CM.T./Abu%20Batu.pdf, diakses 4 Agustus, 2011