KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : NILASARI UMININGSIH 11111180
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan Dan . . . kekuatan terbesar adalah DO”A
“Cukuplah Allah bagiku dan hanya kepada-Nya aku bertawakal “ (Q.S.At-Taubat : 129)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .
Bapakku, Kamidi dan Ibuku, Sutarni; “Jerih payahmu tidak akan pernah bisa aku balas” “Senantisa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya, Terimakasih untuk segalanya” Adik-adiku, Rico Dwi Maulana dan Arga Maulana; “Yang membuatku termotivasi dan semangat untuk melangkah menuju kesuksesan” Bapak Drs. K.H.Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai. Asfiyah “selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga”
“Yang senantiasa membimbingku dan memberikan bekal ilmu duniawi dan akhirati” Teman-teman PAI E (ExcLusive) dan Sahabat”ku; “Teruntuk teman-teman PAI E angakatan 2011 khususnya sahabat-sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. " ...........”Tiada hari yang indah tanpa kalian semua" ........... *Arigato gozaimashita*
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) di IAIN Salatiga dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiranya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
viii
4. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 5. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini. Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannyadan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada
umumnya
serta
dapat
menunjang
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
Salatiga,15 September 2015
Penulis
ix
ABSTRAK Ningsih Nilasari Umi, 2015.KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang). Dosen Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag Kata kunci: Kohesi Sosial Intern Umat Islam yang Berbeda Pemahaman Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: kohesi sosial intern umat Islam (studi terhadap relasi antara warga muhammadiyah dan warga NU di dusun Honggosari. Sehubungan dengan itu hendak diketahui bagaimana relasi sosial antara kedua kelompok keagamaan tersebut serta faktor-faktor apa yang mendukung terjadinya kohesi sosial yakni warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama(NU). Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? (2) Bagaimana cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari? (3)Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi Sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? (4)Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Subyek penelitian ini adalahwarga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.Setelah dianalisis dan disimpulkan bahwa perbedaan paham antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Serta, kohesi sosial intern umat Islam antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari ini baik. Baik ini karena hubungan di antara mereka didasarkan pada beberapa faktor, antara lain:1) kerjasama, baik dalam bidang keagamaan dan sosial. Misalnya, dalam pengelolaan masjid, semua warga Muhammadiyah maupun NU dilibatkan, dalam pengelolaan TPA, walaupun lembaga TPA didirikan oleh warga Muhammadiyah, tetapi ada kerjasama dari warga NU, yaitu dengan mengajikan anaknya di TPA tersebut. 2) Adanya rasa toleran, yaitu saling menghargai pemahaman yang berbeda dan tetap berpegang terhadap pemahaman masing-masing. Contohnya; ketika hari raya warga NU sholat ied di Masjid dan warga Muhammadiyah di Lapangan, dan hal itu bagi warga NU maupun Muhammadiyah tidak menjadi masalah. 3) Adanya kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU, seperti sholat bersama, mengurus masjid bersama. 4) Serta cara pandang yang tidak fanatik, yaitu membiarkan orang lain berbeda dengan pemahamannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankannya, di sisi lain tetap berpegang teguh kepada yang diyakini benar.
DAFTAR ISI
x
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian .................................................................
6
E. Penegasan Istilah ......................................................................
7
F. Metode Penelitian .....................................................................
9
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 18
xi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam .............................................. 22 1. Kohesi sosial ...................................................................... 22 2. Ukhuwah dalam Islam........................................................ 23 a. Pengertian ukhuwah ........................................................ 23 b. Macam-macam ukhuwah ................................................ 26 c. Tingkatanukhuwah .......................................................... 28 d. Pentingnya ukhuwah..................................................... .. 29 B. Sekilas Sejarah Berdirinya NU dan Muhammadiyah ............... 30 1. Muhammadiyah.................................................................. 30 a. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ................................ 30 b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah ................................. 32 c. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah ............. 33 2. Nahdlatul Ulama(NU) ........................................................ 35 a. Sejarah berdirinya NU ................................................... 35 b. Ukhuwah NU .................................................................. 37 c. Basis massa NU .............................................................. 38 C. Pemahaman Keagamaan Antara Muhammadiyah dan NU ...... 39 1.
Paham keagamaan Muhammadiyah................................ 39
2.
Paham keagamaan Nahdlatul Ulama .............................. 40
D. Prinsip-Prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU ......... 42 1.
Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah ............ 42
2.
Dasar-dasar paham keagamaan Nahdlatul Ulama .......... 43
xii
BAB III
LAPORAN PENELITIAN A. Letak Geografis Dusun Honggosari ......................................... 46 1.
Keadaan Monografi......................................................... 46
2.
Keadaan Demografi ........................................................ 46
B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama ................................. 50 C. Struktur Organisasi Muhammadiyah dan NU .......................... 53 D. Kegiatan Bersama Muhammadiyah dan NU ............................ 56 E. Kerukunan dan Upaya Peningkatan ......................................... 57 F. Temuan Penelitian .................................................................... 62 BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Data ............................................................................ 67
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 82 B. Saran ........................................................................................ 83 C. Penutup ..................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Instrumen 2. Pedoman Wawancara 3. Daftar Riwayat Hidup 4. Daftar SKK 5. Lembar Konsultasi 6. Surat Pembimbing 7. Surat Ijin Penelitian 8. Hasil Wawancara 9. Hasil Observasi 10. Dokumentasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai keanekaragaman agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, serta pemahaman agama yang berbeda-beda. Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dunia akhirat serta sarana bagi manusia untuk melakukan hubungan atau komunikasi dengan Tuhan.Agama merupakan wujudyang mengatur kehidupan rohani manusia. Islam yang berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan patuh mengandung pengertian yang menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan pada pemeluknya untuk menyebarkan benih perdamaian, keamanan, dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia, dan kepada lingkungan sekitarnya sehingga dapat menciptakan suasana yang rukun. Perdamaian, keamanan, dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh setiap muslim yang taat dan patuh pada perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Sedangkan, kerukunan adalah suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan, dan setiap unsur tersebut saling menguatkan (Didiek, 2012: 54) Salah satu masalah yang dihadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi
1
lemah, hal itu salah satunya disebabkan oleh rendahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan dikalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata, perbedaan pemahaman sering kali menjadi sebab kerenggangan umat Islam kadang kala di masyarakat, seperti warga Muhammadiyah dan NU.Contohnya di desa Ketanggi kabupaten Suruh antara warga Muhammadiyah dan NU ada semacam sekat.Misalnya, warga NU mempunyai hajat, tetapi warga Muhammadiyah sama sekali tidak ikut berpartisipasi dan sebaliknya. Maka dengan keadaan tersebut sangat terlihat ketidakrukunan antara warga Muhammadiyah dengan NU di desa Ketanggi. Namun, di dusun Honggosari ini antara warga Muhammadiyah dan NU sangat rukun, mereka saling bergotong-royong baik masalah agama maupun masalah sosial. Misalnya, sholat berjamaah antara warga Muhammadiyah dan warga NU walaupun yang menjadi imam dari salah satu pihak, ketika ada yang meninggal dunia baik warga Muhammadiyah maupun NU, semua ikut berpartisipasi dalam proses pemakaman. Dapat dilihat disisi lain,sering kali terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran mengenai suatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai pandangan yang berbeda. Misalnya,orang Muhammadiyah sholat subuh tanpa doa qunut sedangkan orang NU menggunakan doa qunut, setiap malam jum’at biasanya warga NU membaca surat yasin dan mungkin sebaliknya warga Muhammadiyah juga membaca tetapi dengan bacaan surat al-kahfi, demikian juga bacaan-bacaan sholatnya pun juga ada sebagian
yang berbeda.
Seharusnya semua itu tidak menjadi masalah di kalangan umat Islam karena
2
selama ajaran - ajaran tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis. Maka, hal tersebut tidak boleh dipermasalahkan karena hal itu dapat menimbulkan kerenggangan bahkan dapat menjadi perpecahan antara umat Islam sendiri. Di dalam Al-Qur’an di jelaskan dalam QS.Ali-imron[ 3] : 103
Artinya:Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah SWT.menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS.Ali-imron [3]: 103) Sering dijumpai di sekitar umat Islam yang kurang menyatu karena perbedaan pemahaman, mereka sama-sama berpegang teguh dan menguatkan egonya masing-masing bahwa pemahaman yang di anutnya lah yang paling benar dan seketika itu juga mereka mengecam bahwa pemahaman orang lain itu tidak benar. Apabila umat Islam sendiri tidak dapat menjaga kesatuan, maka agama lain akan memandang bahwa agama Islam bukanlah agama yang
3
baik,sebab agama yang baik adalah agama yang mengajarkan kehidupan yang rukun, damai, dan saling mengahargai satu sama lain. Berbeda dengan yang telah dipaparkan di atas bahwa warga dusun Honggosari meskipun mereka berbeda paham keagamaannya (ada yang muhammadiyah dan ada yang NU), akan tetapi mereka dapat bekerjasama dalam lingkup keagamaan maupun sosial.Di dusun Honggosari ini, mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT. Kehidupan yang multikultural ini bisa berdamai dan saling tolongmenolong dalam suka maupun duka. Manusia adalah insan sosial, dengan demikian dia tidak bisa berdiri sendiri, antara satu sama lain saling membutuhkan. Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda, kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupannya. Mengenai realita ini penulis ingin mencoba memberikan suatu gambaran tentang kohesi sosial intern umat Islam studi terhadap relasi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang, dimana masyarakat dusun ini semua beragama Islam, tetapi terdapat 2 aliran atau pemahaman yang berbeda yaitu Muhammadiyah dan NU.Namun, masyarakat di dusun ini mampu menerapkan sikap toleransi antar umat Islam. Misalnya, warga Muhammadiyah dan warga NU sama-sama mau mengurus masjid yang ada di dusun Honggosari ini meskipun masjid tersebut diketuai oleh warga Muhammadiyah, dan setiap
4
malam selasa di masjid tersebut ada kegiatan pengajian warga Muhammadiyah dan warga NU pun juga ikut serta dalam pengajian tersebut. Perbedaan paham itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Penulis mengangkat judul ini agar dapat menjadi contoh di kalangan umat Islam yang lain. Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah tersebut. Maka, dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi antara Warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? 2. Bagaimana cara pandangkeagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari? 3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? 4. Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? C. Tujuan Penelitian Melihat dari rumusan masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
5
1. Untuk mengetahuirelasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 2. Untuk mengetahui cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari. 3. Untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 4. Untuk
mengetahui
pendidikan
keagamaan
di
kalangan
warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentangkohesi intern umat Islam studi terhadap relasi antara warga Muhammadiyah dan NUdi dusun Honggosari.Dari informasi tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktisyaitu: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari dan menambah toleransi sesama umat Islam. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kerukunan umat Islam yang mempunyai pemahaman agama Islam yang berbeda serta memberi masukan bagi masyarakat muslim di lapangan setempat dalam menjaga relasi antara umat Islam, antara lain :
6
a. Dapat mempererat tali silaturrahim dan menghindari terjadinya perpecahan. b. Dapat menciptakan suasana damai dalam bermasyarakat. c. Meminimalisir konflik yang mengatasnamakan agama. E. Penegasan Istilah Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini. Adapun istilahistilah yang dimaksud adalah: 1. Kohesi Sosial Kohesi adalah kesatuan, kohesi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ukhuwah, kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masingmasing memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain mengalami kesulitan. 2. Umat Islam Menurut KBBI (1982: 1123), kata umat berarti : para penganut atau pengikut suatu agama. Umat adalah sekelompok orang yang menganut suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tersebut. Islam adalah agama
7
yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. (KBBI, 1982: 388). Sedangkan menurut Mudjahid (1996: 125) Islam adalah penyerahan diri. Islam mempunyai lima tiang utama yaitu : syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji,Islam mengajarkan bahwa Allah SWT.menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT. Jadi umat Islam adalah sekelompok orang yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. yang wajib disembah dan Muhammad adalah utusan-Nya serta mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika mampu. 3. Muhamadiyah Muhammadiyah adalah organisasi yang lahir sebagai alterntif berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam di Indonesia sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20 yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan(Mulkhan, 1990:1). Warga Muhammadiyah lebih menekankan kepada amar ma’ruf nahi mungkar, setiap warga Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdhah dengan sebaik-baiknya dan membudayakan ibadah sunah sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. serta tidak menjauhkan diri dari kehidupan dengan landasan Iman, Islam, dan Ihsan.
8
4. Nahdatul Ulama (NU) Nahdatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh Syaikh Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya (Jaiz, 2006:141). NU pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural keagamaan yang dianut mayoritas umat Islam Nusantara. Warga NU menganut paham ahlussunah wal jama’ah, bahwa mereka mengakui empat madzhab dan menganut satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) tersebut dalam menjalankan ibadahnya. Jadi yang peneliti maksudkan kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman adalah tidak terjadinya perpecahan umat Islamantara Muhamadiyah dan NU dan saling menghargai pendapat satu sama lain. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Lexy J.Moleong menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena
tentang
apa
yang
dialami
oleh
subjek
penelitian.Misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 1988:6). Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah warga dusun Honggosari yang beragama Islam .
9
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing,sehingga teori yang dihasilkan bukan teori subtansif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di dusun Honggosari. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alatbantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung.Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak diperlukan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang mulai bulan April hingga selesai. Pemilihan lokasi didusun Honggosari sebagai tempat penelitian karena melihat realita yang ada yaitu rukunnya umat Islam yang berbeda pemahaman agama Islam yaitu Muhamadiyah dan NU.
10
4. Sumber Data Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Lofland seperti yang dikutip oleh Moelong (2010: 157) sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata perilaku dan data tambahan seperti dokumen. Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan pola kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang. Sedangkan, data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari dokumen, serta data yang telah dikumpulkan oleh kantor balai desaJogonegoro. Adapun data yang dapat diambil, sebagai berikut : 1) Data primer
: data yang diambil dari hasil interview dengan
tokoh masyarakat setempat seperti pak lurah, pak kadus,
tokoh
masyarakat, serta sebagian warga dusun Honggosari, yaitu tentang keadaan sosio kultural masyarakat dusun Honggosari, bentuk kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun Honggosari, dan faktor yang melatarbelakangi kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 2) Data sekunder
:Keadaan geografis dusun Honggosari, sejarah
Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari, serta struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. Seperti halnya dalam bentuk tabel, sebagai berikut :
11
Jenis data Data Primer
Sumber Data
Tekhnik
1. kerukunan antara warga 1. Tokoh masyarakat Muhammadiyah dan NU 2. Pemuka Agama 2. Relasi antara warga 3. Masyarakat Muhammadiyah dan NU 4. Warga 3. Cara pandang warga Muhammadiyah Muhammadiyah dan NU 5. Warga NU terhadap pemahaman yang berbeda 4. Faktor yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari 5. Pendidikan keagamaan dikalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari Data Sekunder 1. Keadaan geografis 2. Keadaan demografi 3. Sejarah masjid 4. Kegiatan masyarakat antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari 5. Struktur organisasi warga Muhammadiyah dan NU
1. Dokumen dusun Honggosari 2. Monografi masyarakat
wawancara
1. Observasi Dokumentasi
3. Pengurus Muhammadiyah dan NU
6. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi Secara umum, observasi berarti pengamatan, penglihatan. Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban,
mencari
bukti
terhadap
12
fenomena
sosialkeagamaan
(perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa memengaruhi fenomena yang diobservasi yaitu dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis (Thobrani, 2001: 167).Menurut peneliti observasi adalah mengamati objek untuk dijadikan ukuran ada tidaknya kerukunan intern agama Islam yang berbeda pemahaman di dusun tersebut. Black dan Champion mengelompokkan observasi dalam dua kelompok besar yaitu observasi nonpartisipan dan observasi partisipan. Observasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut peranan tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau fenomena dari subjek yang diteliti. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka karena diketahui oleh subjek yang diteliti (Suprayogo,2003:167). Data-data yang akan digali melalui observasi pengumpulan data dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Kondisi obyektif warga dusun Honggosari Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif warga dusun Honggosari dengan cara melakukan wawancara kepada warga dan mengamati langsung keadaan yang ada.
13
2) Kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing warga Muhammadiyah dan warga NU dengan menggunakan pedoman wawancara. b. Interview / Wawancara Interview yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban
atas
pertanyaan
itu(Moleong,2011:186).
Sedangkan menurut Zulganef (2008:162) wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan responden dimana pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden secara lisan, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka dimana para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. Selain itu, penelitian ini juga termasuk kedalam jenis wawancara terstruktur
dimana
dalam
suatu
kegiatan
wawancara
yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat (Moleong, 2008:188).
14
Untuk membantu mendapatkan data penting maka peneliti menggunakan tape recorder. Dalam wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia bekerjasama dan merasa bebas berbicara serta dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Wawancara akan dilakukan dengan beberapa warga dusun Honggosari yang berpaham Muhammadiyah dan NU baik itu lakilaki maupun perempuan. Metode ini digunakan untuk mencari informasi mengenai kohesi sosial intern umat Islam studi terhadap relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. c. Dokumentasi Suharsimi
Arikunto
(1998:236)
menjelaskan
metode
dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku. Data-data yang akan digali melalui dokumentasi, antara lain sebagai berikut : 1) Letak geografis dusun Honggosari 2) Sejarahmasjid Honggosari 3) Struktur
organisasi
Muhammadiyah
Honggosari
15
dan
NU
di
dusun
7. Teknik Analisis Data Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut. Menurut Salim (Maslikhah, 2013:323) proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Verifikasi dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi. Jadi, dalam analisis data terdapat tiga hal yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif, dimana data dianalisa dengan metode deskriptif analisis non statistik yang meliputi cara berfikir induktif, yaitu peneliti berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian umum.
16
8. Pengecekan Keabsahan Temuan Untuk
menetapkan
keabsahan
(trustworthiness)
data
yang
dikumpulkan, peneliti menggunakan trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2011:330). Dalam penelitian ini, Triangulasi yang peneliti gunakan yaitu, metode wawancara, sumber, dan observasi. Triangulasi wawancara adalah menggali kebenaran informan melalui wawancara dari informan tersebut, dan triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informan tertentu melalui sumber yang berbeda. Sedangkan, triangulasi observasi adalah menggali kebenaran informan tertentu dengan mengamati langsung dan dokumentasi. (http://mudjiarahardjo.com/component/content.html, diakses 8April 2015). Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti. 9. Tahap-tahap penelitian Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penelitian laporan.Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum kelapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
17
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman di dusun honggosari. c.
Tahap Analisis Data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman. Kemudian, dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian, kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian
makna data. Setelah itu, melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan
18
tersebut dengan peneliti skripsi yang sempurna.Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BABI
PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan akan dibahas: A. Latar belakang masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Penegasan Istilah F. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian 2. Kehadiran Peneliti 3. Lokasi Penelitian 4. Sumber Data 5. Prosedur pengumpulan Data 6. Analisis Data 7. Pengecekan Keabsahan Data 8. Tahap-tahap Penelitian G. Sistematika penulisan
Bab II
LANDASAN TEORI
19
Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain: A. Kohesi sosialintern umat Islam 1. Kohesi sosial 2. Ukhuwah dalam Islam a. Pengertian ukhuwah b. Macam-macam ukhuwah c. Tingkat ukhuwah d. Pentingnya ukhuwah B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU 1. Muhammadiyah a. Sejarah Muhammadiyah b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah c. Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah 2. Nahdalatul Ulama (NU) a. Sejarah NU b. Ukhuwah NU c. Basis massa NU C. Pemahaman keagamaan antara Muhammadiyah dan NU 1. Paham Muhammadiyah 2. Paham Nahdlatul Ulama (NU) D. Prinsip-prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU
20
1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah 2. Dasar-dasar paham keagamaan NU Bab III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini akan dibahas beberapa laporan penelitian antaralain: 1. Letak geografis dusun Honggosari. 2. Sejarah Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari. 3. Struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 4. Kondisi obyektif warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
Bab IV
PEMBAHASAN Meliputi : 1. Relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. 2. Cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari. 3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di usun Honggosari. 4. Pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
Bab V
PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran 3. Penutup
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam 1. Kohesi Sosial Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 712) salah satu pengertian dari kohesi adalah hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh. Sedangkan,
sosial
adalah
berkenaan
dengan
masyarakat;
suka
memperhatikan kepentingan umum. Jadi, kohesi sosial adalah kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk kelompok
menjadi kompak.
(https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015) Dari pengertian di atas dapat disimpulkanbahwa kohesi merupakan usaha suatu kelompok untuk menyatu dengan kelompok yang lain. Sedangkan, sosial adalah hubungan manusia dengan manusia dalam suatu lingkungan, yang di dalamnya terdapat interaksi kehidupan seperti gotongroyong. Jadi, kohesi sosial adalah keterikatan manusia dalam sebuah kelompok yang saling mendorong dan membantu satu sama lain dengan landasan kebersamaan dan persaudaran. Persatuan adalah buah persaudaraan, di mana masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam akidah, ibadah, akhlak, nilai-nilai
kemanusiaan
dan
dasar-dasar
hukumnya.
Islam
telah
menyatukan seseorang dalam ikatan persaudaraan yang di dalamnya
22
terdapat berbagai perbedaan aliran pemikiran, keanekaragaman budaya, serta tingkat kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik (Musa, 2005:68). Kohesi dalam Islam tidak lain adalah ukhuwah, seperti halnya kohesi kelompok dalam bidang akidah atau akhlak dapat dilihat secara real dalam bentuk ukhuwah antar umat Islam. 2. Ukhuwah dalam Islam a. Pengertian Ukhuwah Ukhuwah berasal
dari kata
أخااا- أخااا – يااا خyang berarti
“menjadikan saudara atau kawan” (Yunus, 1973: 36). Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada saudara yang
masih
punya
hubungan
darah,
melainkan
saudara
seiman.Sehingga dalam ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh suku, bangsa dan lain sebagainya.Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Ukhuwah (persaudaraan) adalah sesuatu yang telah dicontohkan oleh Rasullullah SAW. dan menjadi salah satu keharusan dalam syariat Islam di mana Islam begitu menjunjung tinggi persaudaraan, baik sesama muslim maupun non muslim, dan inilah bukti bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin.
23
Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling tolong-menolong, saling pengertian dan tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata. Sedangkan, menurut Muhaimin, (2005: 357) ukhuwah berarti kesamaan dan keserasian dalam banyak hal.Dengan konsep ukhuwah, diharapkan ada persaudaraan dan persamaan yang tidak membeda-bedakan umat manusia atas jenis kelamin, asal-usul, etnis, warna kulit, latar belakang historis, sosial, status ekonomi, mengingat umat Muhammad adalah umat yang satu (QS.Al-Isra’ ayat 27). Islam sangat menekankan pentingnya ajaran ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antara sesama muslim) baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadis. Ajaran tentang ukhuwah ini sangat ditekankan dengan maksud untuk membina dan mengembangkan terciptanya pilar-pilar kerukunan hidup dan hubungan harmonis antara sesama umat Islam (Faisal, 2004: 41). Jadi ukhuwah antar umat Islam itu didasarkan pada akidah Islamnya dan pemenuhan kebutuhan sosial yang digambarkan bagaikan satu bangunan, di mana umat Islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh,jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit. Ukhuwah
sangat
diperlukan
bagi
manusia
dalam
mempertahankan hidupnya baik untuk dirinya sendiri, kelompok ataupun untuk berbangsa. Manusia itu sendiri akan membentuk
24
kelompok agar keinginan dapat terwujud, maka setiap kelompok masyarakat harus dapat memelihara keberagaman agama dan kerukunan tersebut. Nilai-nilai sosial yang ditekankan oleh Islam adalah ukhuwah (persaudaraan), maka hendaknya manusia hidup di masyarakat itu saling mencintai dan saling menolong dengan diikat oleh perasaan layaknya anak-anak dalam satu keluarga (Yusuf, 2003: 221).Di antara buah persaudaraan adalah persatuan (wihdah). Masyarakat Islam tidak pantas bila berpecah-belah seperti masyarakat lainnya yang dipicu oleh fanatisme golongan, ras, warna kulit, tanah air, bahasa, kelas sosial, madzhab, atau yang lainnya sehingga umat Islam dapat bersatu dengan tidak memandang sebelah mata perbedaan yang ada. Perbedaan pendapat tidak boleh menjadi penyebab perpecahan atau permusuhan, karena para sahabat dan tabiin juga berselisih dalam berbagai persoalan.Akan tetapi, hal itu tidak membuat mereka berpecah-belah, bahkan mereka toleran dan saling mendoakan (Yusuf, 2003: 238). Al-Qur’an menegaskan konsep persaudaraan sesama umat Islam dalam surat Al-Hujurat [49]: 10
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Oleh sebab itu,damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
25
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.Al-Hujurat [49]: 10 Berikut merupakan pengertian ukhuwah menurut beberapa ahli: 1) Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah. 2) Menurut Ibnu Katsir, ukhuwah adalah semuanya adalah saudara seagama, Rasulullah SAW. bersabda bahwa seorang muslim saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzalimi dan tidak mencelakakannya. Jadi ukhuwah adalah segala apa saja yang terhindar dari sesuatu yang
menunjukkan perbedaan ras ataupun golongan.
Islam itu
didasarkan pada kasih sayang yang mencerminkan persatuan dan persaudaraan. b. Macam-macam Ukhuwah Menurut Musa (2005: 67) manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempereratukhuwah antar sesama manusia. Ada empat macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan manusia. 1) Ukhuwah Basyariah adalah persaudaraan yang lahir dari kodrat kehidupan manusia, terutama dalam dimensi kehidupan kebutuhan yakni kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya. Ini antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan tergantung, sehingga ketika muncul bahaya kelaparan yang ditandai oleh adanya kekurangan makanan dan minuman, maka bahaya
26
kelaparan itu sesungguhnya merupakan tantangan fundamental bagi ukhuwah basyariah. Oleh karenanya, setiap individu sebagai basyarberkewajiban untuk ikut membantu dan mengatasinya. 2) Ukhuwah Insaniyah adalah persaudaraan yang terbawa oleh kodrat manusia
sebagai
makhluk
berfikir
yang
menjadi
basis
berkembangnya kemampuan penciptaan dan kreativitas. Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran, bahwa semua umat manusia
adalah
makhluk
Allah
SWT.
Sekalipun,
Allah
memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya. Apabila Ukhuwah Insaniyah, tidak dilandasi dengan ajaran agama, keimanan, dan ketakwaan, maka yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal atau haram bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesamanya. 3) Ukhuwah Wathoniyah adalah persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme atau jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah SAW. bersabda “hubbul wathon minal iman” artinya cinta sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
27
4) Ukhuwah
Islamiyah
adalahpersaudaraan
yang lahir
karena
keyakinan Islam yang dipeluk oleh sekelompok orang atau masyarakat tanpa membedakan golongan, dengan Islam diletakkan sebagai pedoman bagi kehidupannya. Sama akidahnyalaa ilaaha illallah maka itu adalah saudara dan harus dijalin dengan sebaikbaiknya. Sesama umat Islam adalah saudara dan wajib menjalin terus persaudaraan di antara sesama umat Islam, marilah yang saudaradijadikan saudara dan janganlah saudara dianggap sebagai musuh hanya karena masalah-masalah sepele kecil yang tidak berarti. Jika dilakukan, maka akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa terutama kerukunan umat Islam sendiri. Menurut Yusuf, (2003: 234) masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam sumber hukum sekaligus sebagai sumber hidayah yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki satu idola yaitu Rasulullah SAW. sebagai uswah khasanah serta tidak berpecah-belah karena fanatisme golongan, ras, kelas sosial, madzhab sehingga dapat merongrong persatuan. Jadi Islam memandang bahwa keempat bentuk ukhuwah itu sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan harus dijalankan secara
seimbang.Sebagai
seorang
muslim
harus
berupaya
semaksimal mungkin untuk mengaktualiksasikan keempat macam
28
ukhuwah keempatnya
tersebut terjadi
dalam
kehidupan
secara
bersamaan,
sehari-hari. maka
yang
Apabila harus
diprioritaskan adalah Ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akhirat. c. Tingkatan Ukhuwah 1) Kadar ukhuwah umat Islam menurun ke tingkat paling rendah dan sewaktu-waktu bisa terjadi disintegrasi, manakala masalah-masalah paham keagamaan ditanggapi tidak dengan pemahaman, melainkan dengan emosi atau hawa nafsu. 2) Kadar ukhuwah umat Islam dapat mencapai tingkat tinggi dan utuh serta tidak ada lagi batas minna wa minhum,manakala interaksi antar kelompok umat Islam dilaksanakan menurut ketentuan AlQur’an dan Hadis (Sjamsudduha, 1999:151). d. Pentingnya Ukhuwah Dalam Kehidupan Di tengah-tengah kehidupan zaman modern kerukunan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai, menjaga kerukunan adalah suatu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Ada beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam, diantaranya: 1) Ukhuwah menciptakan wihdah (persatuan) Sebagai contoh dapat dilihat dalam kisah heroik perjuangan para pahlawan, bangsa negeri yang bisa dijadikan landasan, betapa
29
ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama, tidak terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan, yang ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka, dan kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan persatuan. 2) Ukhuwah menciptakan quwwah (kekuatan) Adanya perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan (quwwah) karena rasa persaudaraan atau ikatan keimanan yang sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan hati yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah terjalin dapat menimbulkan kekuatan yang maha dahsyat. 3) Ukhuwah menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang) Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah tertanam kuat dengan baik pada akhirnya memunculkan rasa kasih sayang antar sesama saudara seiman,yang dulunya belum kenal sama sekali namun setelah dipersaudarakan semuanya dirasakan bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam (http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6 Agustus 2015). Oleh karena itu, ikatan persaudaraan khususnya antara sesama mukmin merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia antara sesama manusia. Apabila umat Islam bisa membangun persaudaraan yang lebih kokoh, tanpa memandang
30
perbedaan akidah dan saling melengkapi satu sama lain, maka agama Islam akan lebih indah dan bermakna. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dikatakan bahwa “hubungan antara muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bisa terpisah satu sama lain”. B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU 1. Muhammadiyah a. Sejarah Muhammadiyah Nama kecil KH Muhammad Dahlan ialah Muhammad Darwis, semasa kecilnya, Muhammad Darwis tidak pernah pergi ke Sekolah. Ayah Darwis sendirilah yang mendidiknya, seperti mengaji sebelum mengirimkannya ke ulama lain untuk memperdalam agamanya, kemudian ia menuntut ilmu di Mekkah dan melaksanakan ibadah haji pada tahun 1890 saat berusia 22 tahun. Setelah melaksanakan haji, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Ia pernah berguru selama 2 tahun kepada Syekh Ahmad Chatib, ulamakelahiran Bukit Tinggi yang berkedudukan di Masjid Al-Haram sebagai imam mazhab Syafii. Ahmad Dahlan juga diperkenalkan kepada Hasyim Asy’ariyang kelak menjadi pendiri Nahdlatul Ulama (Rusli, 1986: 3). Organisasi Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Masehi (Umar
Hasyim,
pengertian
1990:5).
sebagai
Nama
sekelompok
31
Muhammadiyah orang
yang
mengandung berusaha
mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasulullah dalam mengembangkan
tata
kehidupan
masyarakat.
Dengan
demikian,Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam (Mulkhan, 1990: 8). Organisasi Muhammadiyah ini pada mulanya hanya terbatas pada lingkup Yogyakarta, kemudian berkembang di berbagai tempat Pulau Jawa, dan pada akhirnya ke seluruh Indonesia. Perkembangan gerakan Muhammadiyah yang cepat itu didukung oleh tiga faktor, yaitu: keberadaan K.H.Ahmad Dahlan sebagai anggota yang berpengaruh di organisasi Budi Utomo (BU), pengaruh kalangan pedagang dari Sumatera Barat yang beroperasi di Pulau Jawa, sikap K.H.Ahmad Dahlan
sendiri
yang
akomodatif
terhadap
pihak-pihak
yang
dipengaruhinya. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah mampu menjalin hubungan yang baik dengan pihak-pihak lain, sehingga perkembangan Muhammadiyah pun semakin mengalami peningkatan (Zudi, 2007: 71) Organisasi Islam yang mempunyai peranan sangat penting di Indonesia adalah Organisasi Muhammadiyah. Perjuangannya sangat gigih dalam menyebarkan misi dakwah pada waktu itu, yang masih banyak mengerjakan bid’ah dan lain sebagainya yang akan menjauhkan
32
umatnya pada kesyirikan sehingga akan membawa kesesatan pada umat manusia (Rusli, 1986: 290). b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah Menurut Amin (1995: 66) konsep ukhuwah Muhammadiyah ini dikembalikan pada tahuid atau keesaan Allah. Jalan akan lebih mudah kalau berpegang pada tauhid dan amal shaleh sebagai hal yang pokok dalam Islam. Perbedaan-perbedaan ajaran agama tidak menjadi masalah untuk masuk surga selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam. Islam mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam (M. Sanusi, 2013: 158). Sebagai seorang muslim seharusnya tidak perlu berdebat soal dikotomi tradisional atau modern, qunut, tarawih 11 atau 23 rakaat, doa pakai mengangkat dua tangan atau satu tangan. Semua itu tidak perlu dipersoalkan yang penting adalah kesamaannya yaitu iman dan amal shaleh. Kesamaan itulah yang harus menjadi perekat dalam ukhuwah Islamiyah. c. Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah keyakinan
dan
cita-cita
hidup
Muhammadiyah
adalah
menyangkut fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan,
33
khususnya di lingkungan masyarakat dan bangsa Indonesia, bahwa Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur, dan diridhoi Allah SWT. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah sebagai buah pemikiran dasar Muhammadiyah yang mengandung risalah atau misi Muhammadiyah,sertapaham
Muhammadiyah
tentang
Islam
dan
tanggung jawab Muhammadiyah terhadap Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila ini diyakini dan menjadi cita-cita hidup Muhammadiyah (Haedar, 1992: 30). Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah antara lain sebagai berikut: 1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama,
adil,
makmur
yang
diridhoi
Allah
SWT.
untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi. 2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada nabi penutup yaitu Muhammad SAW. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi, serta ukhrawi.
34
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. 4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah. 5) Muhammadiyah mengajak lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 untuk bersamasamamenjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT. Menurut Rusli (1998:288) cita-cita hidup Muhammadiyah adalah pengalaman Islam dalam rangka terjelmanya masyarakat yang mulia. Ia membawakan suatu simponi wahyu Allah yang terakhir, yang digemakan oleh nabi Muhammad SAW. yang memberi uswah khasanah kepada umat manusia (muslimin) untuk mengubah dunia dengan iman, amal, dan ilmu, serta akhlakul kharimah. 2. Nahdatul Ulama a. Sejarah Nahdatul Ulama (NU) Nahdatul Ulama (NU) didirikan oleh para ulama pesantren di Surabaya Jawa Timur pada tahun 1926. Secara sosiologis-antropologis, NU berakar kuat pada sendi-sendi paham keagamaan dan tradisi para kiai serta ulama. Paham dan ajaran para kiai sangat kental mewarnai
35
dasar-dasar pemahaman, bangunan tradisi dan perilaku sosial keagamaan, dan kebudayaan yang dianut oleh NU (Faisal, 2004: 73). Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga fase: periode awal sebagai organisasi sosial keagamaan, periode tengah sebagai partai politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan periode terakhir kembali ke aktivitas-aktivitas sosial keagamaan (Grek, 1996: 1). Nahdatul Ulama (NU) adalah organisasi yang dalam hal berfiqih menganut salah satu madzhab empat, dalam berakidah menganut Asy’ari Maturidi. Bermazdhab adalah mengikuti salah satu mazdhab. “Mazdhab” itu sendiri artinya aliran atau jalan, bagi orang NU kalau tidak mau mengikuti NU berarti bukan orang NU. Sebab, bagi orang NU beragama harus memakai dasar Al-Qur’an dan Hadis, tidak sembarang orang boleh diikuti. Para ulama NU bersepakat, imam yang layak dijadikan sebagai panutan hanya empat mujtahid, sedang madzhab-madzhab yang sah diikuti oleh orang NU tidak lebih dari empat madzhab yaitu; Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali. Jadi ajaran Nahdlatul Ulama amat menghargai perbedaan pendapat dan menjaga jangan sampai umat Islam terpecah-belah dikarenakan berbeda melakukan ritual syari’ah. Dalam masyarakat, perbedaan merupakan sebuah perbedaan yang pasti ada. Oleh karena itu, saling menghargai sangat diperlukan agar hubungan antarsesama manusia dapat berjalan dengan baik. Sebagai umat Islam, harus tetap
36
menjaga harga diri dan identitas serta sikap sebagai seorang muslim yang teguh dan baik. Dengan demikian, tugas manusia sebagai rahmatan lil-alamindapat dilaksanakan dengan baik. Keberagaman adalah keniscayaan hidup, tidak mungkin dunia bisa diseragamkan, bahkan dalam suatu komunitas pun susah memaksakan seluruh manusianya agar sepemikiran atau sepaham (Ahmad, 2012: 84).Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah SWT. bagi sekalian makhluk-Nya, maka dengan perbedaan itulah kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif. Untuk itulah,umat Islam harus meneladani contoh Rasulullah SAW. bertoleransi dalam perbedaan yang ada. b. Ukhuwah Nahdatul Ulama Nahdatul Ulama dibangun berlandaskan perdamaian (islah).Hal ini selaras dengan cita-cita pembangunan nasional secara aktif dan positif bukan sekedar menjalankan tanggung jawab sebagai bangsa tapi juga untuk melaksanakan kewajiban agama serta untuk merealisasikan cita-cita (Grek, 1996: 82). Tiga prinsip utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah : 1) Tawasuth NU memiliki prinsip tawasuthyang dimaksudkan sebagai sikap tengah, yang berintikan pada prinsip hidup yang menjujung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama dan menghindari sikap ekstrim.
37
2) Tasamuh Tasamuh bagi NU diartikan sebagai sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan. NU mengajarkan untuk tidak pernah bersikap keras apalagi memusuhi umat beragama lain. 3) Tawazun NU memegang teguh prinsip tawazun yang berarti dalam setiap gerakan maupun langkahnya harus bersikap seimbang. Sikap ini menekankan keseimbangan pengabdian manusia terhadap Allah SWT. dan
sesama
manusia.
Warga
NU
menyeimbangkan
antara
hubungannya dengan Allah serta hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. NU juga memiliki sebuah prinsip, yakni mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik atau dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (Nur Khalik, 2010: 463). c. Basis massa NU Pembentukan NU sebagai sebuah organisasi keagamaan merupakan upaya peneguhan kembali sebuah tradisi keagamaan dan sosial. Lembaga-lembaga pesantren, kiai, santri, jama’ah, serta perkumpulan tarekat berpaham ahlussunnah wal jama’ah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air sebagai unit-unit komunitas sosial budaya masyarakat Islam yang telah menjadikan NU lebih mudah dalam melebarkan sayap
38
organisasinya (Zudi, 2007:79). Basis massa NU atau jumlah warga NU diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang yang berasal dari beragam profesi, dan sebagian dari mereka adalah rakyat biasa baik di kota maupun di desa. Penyebaran NU di desa-desa pun menunjukkan hal yang menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota NU yang semakin bertambah banyak. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan pesantren, tetapi juga masyarakat desa terutama di sekitar pondok pesantren. Basis massa NU yang paling dominan hingga saat ini memang masih terkonsentrasi di pondok-pondok pesantren. Hal ini karena NU lahir dari kalangan pondok pesantren yang pada umumnya terletak di pedesaan. Namun seiring berjalanya waktu, perkembangan NU mampu mencakup wilayah pinggiran kota dan kota, kemudian banyak didirikan pondok pesantren di wilayah perkotaan (Zudi, 2007: 86). C. Pemahaman Keagamaan antara Muhammadiyah dan NU 1.
Paham keagamaan Muhammadiyah Muhammadiyah menganut paham amar ma’ruf nahi mungkar. Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari pada-Nya. Menurut Mulkhan (1990 : 64) agama menurut paham Muhammadiyah adalah segala perintah dan larangan Allah SWT.yang merupakan pola pengembangan hidup manusia duniawi dan ukhrawi. Sedangkan, urusan dunia adalah segala masalah kehidupan manusia yang
39
tidak dijelaskan secara detail baik dalam Al-Qur’an dan Hadis. Jadi, masalah dunia adalah masalah yang dipercayakan kepada kreativitas manusia, dan Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar berakidah Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. Kata Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah SAW. artinya bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang mengikuti jejak perjuangan nabi Muhammad SAW. Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Maka, seluruh warga, pimpinan hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal usaha dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, QS.Ali Imran [3]: 104
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.Ali-imron [3]: 104)
40
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyahmengandung isyarat agar umat Islam dalam menjalankan dakwah secara terorganisasi dan menjadi umat yang bergerak dalam kebajikan. 2.
Paham keagamaan Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama menganut paham ahlussunah waljamaa’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah, karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga menggunakan kemampuan akal dan realita. ASWAJA (ahlusunnah wal jama’ah) terbentuk dari tiga kata dasar yakni,Ahl, al-Sunnah, dan alJama’ah. Dari kamus al-Munawwir, Ahl berarti family atau kerabat, alSunnah berarti perilaku, dan al-jama’ah berarti kelompok (Badrun, 2000: 23). Menurut Zudi, (2007: 97) ahlussunnah berarti penganut sunnah nabi Muhammad SAW. dan wal jama’ah adalah penganut i’tiqad (kepercayaan) jama’ah sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW. Menurut istilah adalah kaum yang menganut i’tiqad yang dianut oleh nabi Muhammad dan para sahabatnya.Sedangkan, menurut Fattah (2006: 7) ahlusunnah wal jama’ah terdiri dari kata ahlun yang artinya golongan, sunnah artinya hadits, dan jama’ah artinya mayoritas, maksudnya adalah golongan orang-orang yang ibadah dan tingkah lakunya selalu berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, sementara pengambilan hukum Islamnya mengikuti mayoritas ilmu fiqh (sebagian besar ulama ahli hukum Islam).
41
Nahdlatul Ulama menerapkan ahlussunah wal jama’ah sebagai pemahaman keagamaan dengan metode yang komprehensif, yakni dengan memadukan antara wahyu dan akal yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan metode ini, NU merumuskan tiga prinsip utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah yang dianut oleh NU, yaitu: tawasuth, tawazun, dan tasamuh (Zudi, 2007: 103). Dalam menjalankan ritual agamanya warga NU menganut satu dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Empat ulama tersebut telah diakui para ulama di seluruh dunia bahwa mereka sangat mumpuni dan termasuk tingkatan mujtahid karena kedalaman ilmu agamanya, mereka berhak mengambil ketentuan ijtihad atas hukum Islam dari sumbernya, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Dari pemahaman-pemahaman tersebut yang sering menyebabkan munculnya perbedaan pendapat adalah : 1) Adanya paham-paham keagamaan yang dianggap sebagai kebenaran. 2) Kebenaran paham keagamaan yang dipegangi secara kukuh oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebabkan mereka merasa paling benar 3) Kelompok
yang
berbeda
paham
keagamaan
itu
bersaing
menawarkan kebenaran pahamnya kepada orang-orang yang belum menganutnya. D. Prinsip-prinsip Keberagamaan Muhammadiyah dan NU
42
1.
Dasar-dasar keberagamaan Muhammadiyah Muahammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan ajaran Islam. Penggunaan akal fikiran hanya untuk mengembangkan pemahaman dan pengalaman ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan, Menurut Haedar (1992: 104) ulama-ulama pada zaman dahulu menunjuk Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas sebagai sumber ajaran Islam, maka majlis tarjih berpendirian hanya Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi sumber ajaran Islam, selebihnya masuk ke dalam ijtihad. Dengan demikian, ijtihad di lingkungan Islam menurut Muhammadiyah mutlak diperlukan. 1) Bidang Akidah, Muhammadiyah mengikuti ahlusunnah wal jama’ah. tetapi tidak dibatasi dengan kriteria Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Akal diperlukan untuk mengukuhkan kebenaran Nash (Al-Qur'an dan Hadis ), bukan untuk mentakwil ajaran akidah yang memang di luar jangkauan akal. 2) Di bidang Fiqih, Muhammadiyah berfiqih namun tidak dibatasi oleh madzhab. 3) Di bidang tasawuf, Muhammadiyah tidak terlembagakan dalam tasawuf .
43
4) Di bidang Ijtihad, tidak dibatasi oleh hasil pemikiran ulama terdahulu, maka langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah, serta ada lembaga tarjih. 2.
Dasar-dasar paham keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) Menurut Nur Khalik (2010: 462) Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya pada sumber ajaran agama Islam yaitu AlQur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya, NU mengikuti paham ahlussunnah wal jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab, antara lain sebagai berikut:
1) Di bidang akidah, Nahdlatul Ulama mengikuti ahlussunnah wal jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. 2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (almadzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3) Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid alBaghdadi, dan Imam al-Ghazali serta imam-imam yang lain. 4) Di bidang Ijtihad, merujuk kepada hasil ijtihad atau pemikiran ulama-ulama tertentu maka disitu ada lembaga bahtsul masail.
44
Sebagai suatu organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, NU memiliki prinsip yang berkaitan dengan upaya untuk memahami dan mengamalkan serta melaksanakan ajaran Islam, baik yang berhubungan dengan komunikasi (vertikal) dengan Allah SWT. maupun komunikasi (horizontal) dengan sesama manusia. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia.
Seperti halnya dalam tabel berikut : Aspek Akidah
Muhammadiyah Ahlusunnah wal jama’ah tetapi tidak dibatasi dengan kriteria di atas Fiqih Berfiqih tapi tidak dibatasi oleh madzhab Tasawuf Tidak terlembagakan dalam tasawuf dan thariqot Ijtihad Tidak dibatasi oleh hasil pemikiran ulama terdahulu (langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah) dan ada lembaga tarjih
45
Nahdlatul Ulama Ahlusunnah wal jama’ah
mengikuti salah satumadzhab Mengikuti imam al-Junaid al Baghdadi dan imam ghazali Merujuk kepada hasil ijtihad atau pemikiran ulama-ulama tertentu maka disitu ada lembaga bahtsul masail
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografisdusun Honggosari desa Jogonegoro 1. Keadaan Monografi Desa Jogonegoro terdiri dari 9 dusun dan dusun Honggosari adalah salah satunya. Desa Jogonegoro merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Mertoyudankabupaten Magelang. Adapun dusun-dusun yang berbatasan dengan dusun Honggosari sebagai berikut. 1) Sebelah utara
:dusun Soroyudan.
2) Sebelah Selatan
: perumahan Laguna.
3) Sebelah Timur
: desa Sukorejo.
4) Sebelah Barat
: dusun Kemaran.
Luas dusun Honggosari ± 5 ha yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03, RT 04. 2. Keadaan Demografi Menurut data bulan April 2015, penduduk dusun Honggosari terdiri dari 205 kepala keluarga dengan jumlah 660 jiwa, dari jumlah tersebut terbagi 316 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 344 jiwa berjenis kelamin perempuan. Di bawah ini adalah deskripsi penduduk dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kelurahan desa Jogonegoro.
46
Tabel 3.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur No Uraian / Jenis Data 1. Jumlah Penduduk a. Laki-laki b. Perempuan
jumlah 660 316 344
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Umur Jumlah 0-4 tahun 53 5-9 tahun 49 10-14 tahun 49 15-19 tahun 49 20-24 tahun 58 25-29 tahun 45 30-34 tahun 70 35-39 tahun 56 40-44 tahun 36 45-49 tahun 40 50-54 tahun 47 55-59 tahun 33 60-64 tahun 30 65-69 tahun 12 70-74 tahun 18 75tahun ke atas 15 Jumlah 660 Sumber: Dokumen dusun Honggosari
Satuan Orang orang orang
satuan Anak Anak Anak Anak Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang
3. Keadaan Keagamaan Masyarakat dusun Honggosari semua beragama Islam, namun terdapat dua paham yaitu Muhammadiyah dan NU. Adapun paham yang dianut oleh masyarakat dusun Honggosari adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama
47
No 1
Agama ISLAM
Pemahaman
Prosentase
Muhammadiyah
40%
NU Sumber: Dokumen dusun Honggosari
60%
4. Keadaan Pendidikan dan Mata Pencaharian Dusun Honggosari ini letaknya sangat strategis, dusun ini dekat dengan kantor walikota Magelang, Artos, dan kota Magelang. Maka, masyarakat dusun Honggosari ini memiliki motivasi untuk memperoleh pendidikan sangat besar, hal ini terbukti bahwa masyarakat dusun Honggosari telah dinyatakan bebas dari tiga buta sejak 1990. Hal ini berarti bahwa para orang tua memiliki kemauan yang tinggi untuk memasukkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus ke luar kota. Eksistensi pendidikan merupakan satu hal penting yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat, karena pertumbuhan masyarakat tergantung pada kualitas pendidikan yang disampaikan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memacu pemikiran masyarakat yang maju. Pendidikan biasanya akan mempertajam pola pikir individu sehingga mudah menerima informasi dan tidak gagap teknologi. Menurut tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk dusun Honggosari dapat digambarkan sebagai berikut :
48
Tabel 3.3. Pendidikan Masyarakat No Jenis Pendidikan 1 Universitas D4/S1/S2 2 Diploma I/ II/ III 3 SMA 4 SMK 5 SMP 6 SD 7 Tidak/ belum tamat SD 8 Tidak/ belum pernah sekolah Sumber: Dokumen dusun Honggosari
Jumlah 32 26 75 79 146 141 64 67
Adapun sarana pendidikan yang ada di dusun Honggosari Tabel 3.4. Sarana Pendidikan No
Jenis Sarana
Jumlah
Jumlah Murid
1
PAUD Aisyiyah
1
32
2
TK Aisyiyah
1
78
Sumber: Dokumen dusun Honggosari Perekonomian masyarakat dusun Honggosari dapat digolongkan maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, pedagang, buruh dan petani. Adapun pekerjaan menurut lapangan usaha Tabel 3.5 Pekerjaan menurut lapangan usaha No 1 2 3 4 5
Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air bersih Bangunan
49
Jumlah 14 Orang 4 Orang 45 Orang 4 Orang 45 Orang
6 7 8
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan hotel Angkutan Penggudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa kemasyarakatan 10 Rumah Usaha 11 Lain-lain Sumber: Dokumen dusun Honggosari
51 Orang 2 Orang 4 Orang 18 Orang 8 Orang 127Orang
B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama 1. Keadaan Masjid Dahulunya dusun Honggosari ini tidak mempunyai masjid sendiri, masyarakat dusun ini ketika sholat berjamaah khususnya sholat jum’at di Kemaran, kemudian mbah Abdurrahmanmewaqofkan tanah didusun Honggosari. Setelah itu, Bapak Muhsalim dan Bapak Ahmad Mastur mempunyai inisiatif untuk membangun masjid sendiri di dusun Honggosari. kedua
orang
kemudian kepada
tersebut silaturahmi
kakaknya
dan
meminta pendapat untuk membuat masjid sendiri. Setelah
dirundingkan,
kemudian datang kepada Bapak Sholehan Ihsan untuk meminta restu, dan pada akhirnya pada tahun 1932 mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun seperti kusen, pasir, batu bata, dan lain-lain. Kemudian, pada tanggal 10 April 1938 resmi dibuat karena dirasa dana sudah mencukupi dan pada tahun 1975 baru diberi nama AL-Mubarok oleh Mas Salim yang artinya memberkahi.
50
Masjid tersebut memiliki 7 kubah, karena yang mewaqofkan tanah tersebut 7 bersaudara dan masjid ini juga menjadikan kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. Sebab, 7 kubah yang dimaksud di sini mempunyai arti satu keturunan, 7 bersaudara tersebut melahirkan generasi baru yaitu anak dan cucu yang juga bertempat tinggal di dusun Honggosari. Jadi, 45 % masyarakat yang ada di dusun Honggosari ini, masih kerabat keluarga dan di dalam keluarga tersebut juga terdapat dua paham yaitu Muhammadiyah dan NU, sehingga menjadikan dusun ini rukun dan damai karena warganya mayoritas masih kerabat keluarga dan mayoritas dari keluarga tersebut menjadi tokoh masyarakat di dusun ini. Seperti halnya yang di ungkapakan Bapak Fauzi, “kebetulan 45 % tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua. Cikal bakal dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi, kerukunan sudah tertanam sejak dulu”.(wawancara halaman 14) 2. Keadaan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Taman pendidikan Al-Qur’an merupakan lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non formal Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran Islam seperti membaca Al-Qur’an dan memahami dasar-dasar Islam. Dahulunya di dusun Honggosari ada lembaga TPA yang berada di Masjid Al-Mubarok, TPA ini sangat maju dan berkembang. Anak-anak dusun Honggosari sangat antusias untuk menimba ilmu di TPA tersebut. Mereka sangat senang dan gembira karena di TPA tersebut, selain banyak teman, mereka juga mendapatkan ilmu.
51
Ustadz
dan
ustadzah di TPA ini
berasal
dari
dusun Honggosari juga yang ditunjuk oleh takmir untuk mengajar
atas
sukarela. Namun, lambat laun TPA tersebut mulai surut, dikarenakan ustadz dan ustadzah yang mengajar semakin berkurang hingga pada akhirnya tinggal satu orang yang masih bertahan sampai sekarang. Hal tersebut dikarenakan para pengajar semakin lama merasa bahwa mereka perlu uang untuk memenuhi kebutuhannya sehingga lama-kelamaan para pengajar berhenti dari TPA tersebut. Semua itu tidak dapat dipungkiri, bahwa semua manusia pasti mempunyai kebutuhan, dan untuk mencukupi kebutuhannya mereka membutuhkan uang. Seperti halanya yang diungkapkan Bapak Safrudin : ”Saya kecewa mbak, dulu TPA Honggosari sangat makmur hampir 30-40 anak ikut di TPA tersebut, tapi sekarang kurang lancar dikarenakan faktor dari pengajarnya. Saya usul kepada ketua takmir, jadi gini yang namanya perjuangan kalau tidak di managemen dengan baik kadang-kadang capek, tolong cari ustadz tapi di gaji tiap bulan. Tapi takmir tidak setuju karena menurutnya ustadz adalah pejuang dan menjadi pejuang itu harus ikhlas. Dalam hati saya mbak berkata, di dunia ini siapa to yang ikhlas karena sekarang ini kebutuhan sudah macam-macam. Kalau menurut saya, carikan guru yang berkulitas tapi di gaji jadi sebenarnya TPA di sini menjadi pecah beberapa tempat karena faktor pengajar yang tidak digaji dan akhirnya muridnya juga ikut bubar.”(wawancara halaman 8)
52
Setelah TPA di dusun
Honggosari
sudah tidak bisa di pertahankan, kemudian terpecah menjadi tiga pusat,
salah
satunya
TPA yang berada di Rumah Bu Syamhari yang dikelola oleh pemilik TPA sendiri. TPA ini dikelola juga atas dasar sukarela. TPA ini dimulai pukul 15.00 – 16.30 WIB. C. Struktur Organisasi Muhammadiyah dan NU Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan tugas diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun organisasi kepengurusan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di dusun Honggosari kecamatan Mertoyudan adalah sebagai berikut : Susunan dan Personalia Pengurus ranting Muhammadiyah Jogonegoro Periode Muktamar 46; 2011-2016
Penasehat
: 1. H. Achroji 2. H.Thohari Syamhari, BA
Ketua
I
:Zaenal Arifin, A.Ma.Pd
53
Ketua
II
: Hilal Muhtar, S.Ag
Sekertaris
I
: M.Irwanto, S.Pd.,MM.Pd
Sekertaris
II
: H.Masruri, S.Pd
Bendahara
I
: H.Purwanto, SH
Bendahara
II
: Suwardi
Bidang-bidang
:
A. Bidang Dakwah
: 1. H.Fatoni, BA 2. H.Achin
B. PKS/ Pembangunan
: 1. Suwardi 2. H. Edi Suyanto
C. Wakaf
: 1. H. Maryadi 2.Bambang Sukirman 3. M. Yasir
D. Kader
: 1. H. Rasyid Ridho 2. Faesal Reza 3. Sulistyo
E. Pendidikan
:1.H.M.Syafaat Haryanto,BA 2. Edy M. Fauzi 3. M. Zaeny, S.Pd
F. Humas
: Bakin
54
Susunan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan
A. Pengurus Syuriah I.
Mustasyar
:
1. K.H. Nahrowi 2. K.H. Mahmudi 3. Ky. Abdul Azis
II.
Rois Syuriah Wakil Rois
:
Ky. Muflikhun
Wakil Rois
:
K.H. Sirojul Munir
Wakil Rois
:
Ky. Muhtar Arifin
:
Ky. Yasak
Wakil Katib
:
Ky. Asrofi
Wakil Katib
:
Ky. Muhadi
:
1. H. Slamet
III. Katib Syuriah
IV. Akwan Syuriah
2. Ky. Subandi 3. Zubaedi B. Pengurus Tanfidziyah I.
Ketua
:
H. Afif Ardani
Wakil Ketua
:
Purhadi BA.
55
Wakil Ketua
:
Anwar Sofyan
Sekertaris
:
Ngelman Efendi
Wakil Sekertaris
:
Ghufron
Bendahara
:
Warasudin Santoso
Wakil Bendahara
:
M. Khabib
D. Kegiatan Bersama antara Warga Muhammadiyah dan NU 1. Kegiatan sosial warga Honggosari baik Muhammadiyah maupun NU. Adapun kegiatan yang sifatnya sosial antara lain : a. Kerja bakti dusun Honggosari yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap hari minggu b. Selapanan dusun Honggosari yang dilaksanakan 35 hari satu kali yang bertempat di Masjid dan acara ini diwajibkan untuk warganya sebagian membawa nasi serta lauk pauk dan sebagian membawa uang. 2. Kegiatan keagamaan warga Muhammadiyah a. Kumpulan
RT/
PKK
dengan
tausiyah
dari
ibu-ibu
PKKyang
dilaksanakan 2 minggu sekali setiap malam jum’at . b. Pengajian ibu-ibu aisiyah yang dilaksanakan setiap jum’at kliwon di gedung Muhammadiyah Soroyudan. c. Tafsir Al-Qur’an yang dilaksankan setiap malam selasa di Masjid AlMubarok yang dipimpin oleh Bp.H.Tohari Syamhari. d. Pertemuan organisasi Muhammadiyah yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.
56
3. Kegiatan keagamaan warga NU a. Kumpulan RT/ PKK dengan tausiyah dari ibu-ibu PKK yang dilaksankan 2 minggu sekali setiap malam jum’at. b. Berjanji atau dzibaan yang dilaksanakan setiap malam jum’at. c. Pertemuan organisasi NU yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.
E. Kerukunan dan Upaya Peningkatan Umat Islam di Dusun Honggosari 1. Kerukunan di Masyarakat Kondisi keagamaan masyarakat dusun Honggosari ini seluruh masyarakatnya memeluk agama Islam dengan dua paham agama yang berbeda yaitu Muhammadiyah dan NU, kondisi sosial masyarakat nampak sangat baik, dengan terciptanya kerukunan yang harmonis dalam masyarakat. a. Tokoh masyarakat- dusun Honggosari Di dusun Honggosari, seorang tokoh masyarakat tidak hanya diakui sebagai pemimpin untuk menjaga dan melestarikan desanya yang telah dipimpin, tetapi juga dianggap masyarakat sebagai bapak dari masyarakatanya. Sebagai seorang pemimpin sekaligus seorang bapak yang memiliki pengaruh tinggi pada kesejahteraan masyarakatnya, tokoh masyarakat juga disegani, dihormati, dan dipatuhi. Kerukunan masyarakat yang ada di dusun Honggosari ini dalam bidang sosial berupa kerjasama antar warga, seperti kerjabakti dan gotong-royong. Dalam kehidupan bermasyarakat, tokoh masyarakat
57
berupaya untuk mempereratkan semua penduduk agar saling mengenal satu sama lain, dengan cara memberikan arahan untuk hidup rukun serta memberi contoh yang baik, sehingga hubungan mereka jauh lebih baik lagi dan saling mengenal lebih dekat walaupun berbeda paham, hal tersebut dilakukan agar tidak ada yang bermusuhan. Dalam
dunia
kehidupan
bermasyarakat,
tokoh
masyarakat
menempati stratifikasi sosial serta mempunyai kharismatik sebagai seorang pemimpin. Maka, sebagai orang yang dituakan harus menjaga kewibawaannya di masyarakat sebagai contoh dan suri tauladan yang baik untuk rakyatnya. Seperti halnya yang diungkapakan Bapak Fauzi, “ya pertama dari figur kepemimpinan mbak, orang itu kalau memberi contoh yang baik, maka di bawahnya pun juga akan ikut baik. Tapi kalau yang di atas sering ngompor-ngompori yang tidak baik, ya itu jelas malah menanamkan kebencian, apalagi kan ada dua kubu mbak. Apabila tokoh-tokoh yang dituakan memberi contoh yang tidak baik otomatis akan menjadikan yang tidak baik dan membentuk gep”.(wawancara halaman 14) Sehingga hubungan kerukunan pemimpin dan masyarakatnya di dusun Honggosari tetap berjalan dengan baik dan sesuai dengan perintah Islam. b. Tokoh agama – masyarakat Honggosari Dalam menjaga kerukunan antar umat Islam, yang dilakukan oleh tokoh agama, baik tokoh Muhammadiyah maupun tokoh NU adalah menjaga hubungan baik antar sesama umat Islam. Ajaran agama Islam di masyarakat muslim yaitu saling toleransi dan berbuat baik.
58
Sebagai umat Islam hendaknya saling menghormati dan tolongmenolong, tidak pandang bulu dalam membantu umat Islam yang berbeda paham. Organisasi masyarakat baik Muhammadiyah atau NU itu hanyalah sebuah organisasi yang pengikutnya dalam memahami ajarannya
berbeda-beda. Namun
hal
tersebut
tidak menjadikan
perselisihan. Maka, wujudkanlah kerukunan dengan menerima perbedaan yang ada”. Hidup satu keluarga dengan keyakinan yang berbeda itu luar biasa. Tidak ada konflik yang terjadi di dusun Honggosari ini, mereka hidup berdampingan dengan tentram dan damai. Tokoh agama NU juga mengatakan bahwa: “gini mbak yang namanya organisasi apapun adalah sebuah jembatan menuju ke Sana intinya semua kan Sana mbak. Dan perbedaan adalah sebuah rahmah, rahmah adalah suatu anugrah. Jadi, perbedaan jangan di jadikan satu-satunya perselisihan tapi menambah wawasan. Kita harus syukuri dengan syarat saling menghormati dan tidak usah merasa paling benar, paling pintar”.(wawancara halaman 7) c. Kerukunan masyarakat Honggosari Dalam perspektif Islam, kerukunan merupakan ajaran Islam yaitu hubungan manusia untuk memelihara kemaslahatan dan menghindarkan dari kemadharatan, serta memelihara keserasian antara satu dengan yang lainnya dalam rangka menciptakan kedamaian yang didasarkan pada persaudaraan. Kehidupan kerukunan yang terjadi di dusun Honggosari ini, semua masyarakatnya menganut agama Islam, akan tetapi ada paham yaitu Muhammadiyah dan NU. Maka, untuk menjaga hubungan antara
59
keduanya diperlukan sikap toleransi di masyarakat seperti halnya ketika sholat berjamaah, mereka sholat bersama di Masjid walaupun ada perbedaan paham di antara mereka. Seperti halnya yang dikatakan Bu Muslimah, “ya saya ikut sholat berjamaah mbak di Masjid dengan pak Tohari, ya sebetulnya juga agak sulit bagi keyakinan saya. Tapi saya niatnya untuk jama’ah saja, pasrah bongkoan saja”.(wawancara halaman 34) Kerukunan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara warga Muhammadiyah dan NU. Misalnya, sholat fardhu berjamaah di Masjid Al-Mubarok, pengajian bersama, PKK, karang taruna, bersih-bersih masjid bersama, kerjabakti, dan peringatan hari-hari besar Islam, seperti: Isro’ Miroj, syawalan, nyadran, pengajian silaturahmi. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, maka warga dusun Honggosari ini dapat mempererat tali silaturahmi dan terus dapat menjaga kerukunan yang sudah tebina sejak dahulu. 2. Upaya peningkatan kerukunanmasyarakat Honggosari Upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, seperti tokoh agama dan kepala desa yang kebetulan bertempat tinggal di dusun Honggosari ini, mereka berusaha untuk meningkatkan kerukunan umat Islam yang berbeda prinsip pemahaman dengan berbagai cara diantaranya, sebagai berikut : a. Upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat Pak Fauzi yang menjabat sebagai kepala desa Jogonegoro yang kebetulan tinggal di dusun Honggosari ini berusaha meningkatkan kerukunan pada warganya, dengan cara sering berkunjung dan bermain
60
di lingkungannya untuk menjalin silaturahim pada warganya dan membangun
komunikasi
yang
lebih
baik.
Usaha
lain
yang
dilakukannyauntuk meningkatkan kerukunan sesuai dengan programnya adalah melakukan kerjabakti bersama seluruh masyarakat desa Jogonegoro. “Semua dalam hal sosial bersama-sama mbak. Apalagi saya pemimpin di sini, ya misal ada kerjabakti ya kita bersama-sama, selain itu saya juga kadang-kadang berkunjung ke wilayah-wilayah lain yang masih lingkup desa Jogonegoro, ya untuk menjalin tali silaturahmi”.(wawancara halaman 12) Dengan
upaya
yang
dilakukannya
tersebut,
maka
dapat
mempererat hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU, tanpa harus membedakan antar satu dengan yang lainnya,serta saling memiliki toleransi yang tinggi. Dari pernyataan di atas, tercermin bahwa seorang tokoh masyarakat berusaha untuk menanamkan sikap toleransi antar sesama umat Islam. b. Upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan tokoh agama Untuk meningkatkan kerukunan setiap harinya yang dilakukan ustadz Tohari sebagai tokoh agama Muhammadiyah adalah menjaga hubungan dengan baik pada anggota masyarakat setiap harinya. Seperti halnya yang diungkapkan Bapak Tohari, “untuk menjaga kerukunan ya dengan cara mengadakan pengajian-pengajian, jadi ketika saya mengisi pengajian tidak pernah berkata bahwa kalau menurut Muhammadiyah ajarannya seperti ini sedangkan menurut NU ajarannya seperti ini Tapi qur’annya ini lho dan hadisnya ini lho. Jadi, marilah kita ngaji trus sampai ketemu dalam satu titik”.(wawancara halaman 5)
61
Sedangkan, upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan oleh tokoh
masyarakat
adalah
berusaha
menjaga
hubungan
dengan
masyarakat, khususnya masyarakat di dusun Honggosari, karena di mana-mana yang namanya seorang pemimpin pasti berada di depan. Jadi, sebagai orang yang berada di depan harus tanggap dan memberi contoh yang baik kepada orang-orang yang ada di belakangnya, serta harus sigap dan tanggap akan masalah yang ada. “Kita harus tanggap mbak, jika ada rakyat kelakuannya kurang baik maka harus ditegur. contoh ketika di kampung kok ngebut naek motor ya saya tegur, soalnya kalau tidak langsung ditegur maka akan menjadi kebiasaan”.(wawancara halaman 10)
F.
Temuan Penelitian Setelah melaksanakan wawancara dengan beberapa informan,maka peneliti memperoleh data sebagai berikut: Keadaan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari rukun dan baik dalam masalah keagamaan maupun sosial. Organisasi masyarakat hanya merupakan jembatan untuk mencari ridho Allah SWT. Kerukunan dusun Honggosari ini terbentuk dalam bidang keagamaan serta sosial. Tokoh masyarakat seperti kepala desa merupakan orang yang dipercaya untuk memimpin lingkungannya. Pemimpin dan panutan yang berada di strata atas ini merupakan bapak serta panutan bagi masyarakat sebagai contoh, yaitu seorang guru yang harus dihormati serta ditaati oleh muridmuridnya.
62
Tokoh masyarakat yang lain, seperti tokoh agama merupakan figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing masyarakatanya, sehingga apa yang diperbuat oleh mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Tokohtokoh beragama sangat berperan dalam membina umat beragama, maka harus ditingkatkan pengetahuan dan wawasannya dalam pengetahuan agama. Jika pemuka-pemuka agama tidak bisa memahami dan meneladani perbedaan dan persamaan antar pemahaman agama yang ada, maka akan timbul kasus-kasus yang mengakibatkan konflik intern umat beragama, yang di manfaatkan oleh golongan ekstrim dalam bentuk adu domba atau memecah-belah. Dalam meningkatkan kerukunan yang dilakukan para tokoh agama yaitu saling menjaga hubungan baik, saling menyapa setiap harinya antara tokoh agama dan masyarakat yang memilki keyakinan paham yang berbeda agar tidak terjadi permusuhan, serta saling toleransi antar sesama. Toleransi sangat dibutuhkan karena semua manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain, sehingga mendambakan kedamaian, tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Rasa tentram dan susana saling menghormati merupakan kegiatan yang jelas diperlukan dalam kehidupan beragama, karena hal itu memungkinkan umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya. Arti toleransi banyak yang memberikan penafsiran, tetapi inti dari toleransi adalah menerima perbedaan yang ada, selain itu juga menghargai dan menghormati
63
perbedaan yang ada baik itu masalah agama atau keyakinan, ekonomi, sosial, serta pendidikan. Agama menjadi pondasi utama, sebab agama memiliki nilai-nilai positif yang dapat mengikat dan merekatkan berbagai komunitas sosial walaupun berbeda pemahaman, suku, maupun kelas sosial.Dalam membina kerukunan, ada strategi yang digunakan yaitu menciptakan ukhuwah dengan bertoleransi antar sesama, membimbing umat beragama agar semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. serta tidak mencampuri urusan akidah orang lain dengan cara menghormati keyakinan orang lain. Umat manusia perlu menyadari dan memahami bahwa semua agama pada prinsipnya mengajarkan toleransi, perdamaian, dan kerukunan dalam menjalani hidup, demikian semangat hidup bersama dapat terwujud dalam kehidupan. Umat
Islam
di
dusun
Honggosari
mempunyai
hubungan
kemasyarakatan yang akrab dan harmonis, hubungan yang akrab ini dilandasi oleh kesadaran yang sangat terkait dengan pentinganya hidup rukun antara sesama manusia, hubungan kemasyarakatan ini terlihat ketika peringatan hari besar Islam. Dalam peringatan tersebut, semua warga datang baik dari warga Muhammadiyah maupun NU, mereka bersama-sama mendengarkan ceramah dari kiai, kehadiran semua warga tersebut merupakan solidaritas. Solidaritas yang berarti ada rasa kebersamaan yang terjalin dalam masyarakat untuk datang menghadiri peringatan hari besar Islam tersebut.
64
Jika Penulis amati, dalam pergaulan masyarakat dusun Honggosari sehari-hari antara warga Muhammadiyah dan NU, mereka bergaul dengan baik dan tidak memandang atau pilih kasih dalam bergaul, jadi mereka berbaur menjadi satu dalam masyarakat. Motivasi yang mendorong mereka untuk saling rukun walaupun berbeda
paham
agama
adalah
karena
tulus
untuk
persaudaraan,serta di antara mereka masih banyak yang
menjalin mempunyai
hubungan darah. Mereka juga saling berbagi suka maupun duka seperti ketika tetangga sedang mengalami musibah seperti kematian, semua warga ikut berpartisipasi membantu proses pemakaman, ketika ada yang sakit, semua warga menjenguk, dan ketika ada yang membutuhkan bantuan baik masalah ekonomi maupun sosial, mereka saling membantu. Ketika masyarakat di dusun Honggosari dihadapkan pada kehidupan masyarakat yang plural dalam perbedaan, mereka dapat hidup bersama dan menerima perbedaan. Dalam suatu kegiatan keagamaan maupun sosial, kadang-kadang
terjadi
perbedaan
pendapat,
tetapi
mereka
bisa
menyelesaikan dengan baik dan mencari jalan keluar bersama-sama untuk semua persoalan yang mereka hadapi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesi sosial yang terjalin pada masyarakat dusun Honggosari didasarkan pada rasa kekeluargaan dan kegotong-royongan, karena hidup pada masyarakat yang saling membantu dalam bidang sosial bahkan dalam bidang keagamaan. Perilaku keagamaan
65
mereka menuunjukkan sikap toleransi yang tinggi sebab mereka dapat menurunkan egoisme dan memahami betul arti toleransi beragama. Adapun faktor yang mempengaruhi mereka untuk bertoleransi dengan sesama umat Islam walaupun berbeda paham adalah atas dasar kesadaran masing-masing, serta berusaha mengikuti apa yang sudah ada di dusun Honggosari. Seperti yang diungkapkan Bu Pras,
“yang pasti kesadaran mbak apalagi saya hanya pendatang, bukan asli dari lahir di dusun ini. Jadi saya hanya mengikuti dan memahami apa yang sudah ada di dusun Honggosari ini”.(wawancara halaman 29) Sikap toleran yang dilakukan ini mempunyai dampak positif seperti terjalinya sikap saling menghormati, terjalinya tali persaudaraan dan solidaritas yang tinggi, sehingga menciptakan masyarakat yang harmonis.
66
BAB IV ANALISIS DATA
1. Relasi Warga Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) di dusun Honggosari Muhammadiyin dan Nahdiyyin boleh berbeda pendapat dalam hal keagamaan, tetapi dalam lingkup sosial, tidak ada alasan untuk memutus tali silaturrahim.Muhammadiyah dan NU memang terbentang dalam sebuah jarak pemikiran yang berbeda, sebagaimana Muhammadiyah yang hanya menggunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai tolak ukur dalam kehidupannya,akan tetapi berbeda dengan NU yang juga mengutamakan ijma’ dan qiyas dalam memecahkan masalah, namun hal itu tidak menutup kemungkinan untuk tetap bersatu. Kini relasi antara Muhammadiyah dan NU semakin membaik, misalnya saja dalam hal pengelolaan Masjid Al-Mubarok di dusun Honggosari, dalam pengelolaan masjid semua warga dilibatkan baik dari warga Muhammadiyah maupun dari warga NU. Mereka sama-sama mengelola masjid tersebut dengan sebaik-baiknya, akan tetapi untuk masalah peribadahan seperti imam, muadzin, dan khotib semua dari warga Muhammadiyah, namun hal itu tidak dipermasalahkan. Selain itu, dalam kelembagaan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), di dusun ini ada tiga tempat yang menjadi pusat belajar anak-anak, jadi tidak terfokus pada satu tempat saja. Seperti halnya yang diungkapkanBu lurah,
67
“Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak, ada tiga tempat jadi pengurusnya ya sendiri-sendiri. Tiga tempat itu ada dari Muhammadiyah dan ada juga dari NU dan untuk urusan anak-anak yang mengaji campur ada yang dari NU ada juga yang dari Muhammadiyah”.(wawancara halaman 16) Seperti halnya yang diungkapakan Bapak Tohari juga bahwa, “bersama kalau dalam kepengurusan masjid, namun dalam peribadahan seperti imam, muadzin semua dari warga kami Muhammadiyah”.(wawancara halaman 3) Pengurus-pengurus TPA merupakan pemilik lembaga TPA tersebut kecuali di Masjid Al-Mubarok yang secara langsung ditunjuk oleh takmir dan atas dasar suka rela dari Bapak Muji yang mengajar TPA tersebut.Namun, di dusun Honggosari ini walaupun ada tiga tempat TPA tidak menutup kemungkinan untuk saling bersatu antara warga Muhammadiyah dan NU.Misalnya, di TPA Bu SAM, guru yang mengajar dari warga Muhammadiyah, tapi anak-anak yang mengaji di TPA tersebut juga banyak dari warga NU. Bagi warga NU walaupun berbeda paham ajarannya, tidak menjadi masalah selama masih dalam lingkup Islam dan tidak melenceng dari Al-Qur’an dan sunnah, sebab mereka hanya ingin membiasakan anak-anaknya untuk belajar sejak dini dan belajar menerima perbedaan yang ada serta diniatkan untuk tholabul ilmi dan menambah wawasan yang luas. Seperti yang diungkapkan ibu Muslimah, “diniatkan silaturahmi saja mbak, kemudian tholabul ilmi dan kerukunan saja”.(wawancara halaman 34) Islam menyerukan persatuan dan menjadikan suatu keharusan untuk berpegang teguh pada tali Allah SWT.sebagai poros, yang di sekitarnya kaum muslimin wajib berhimpun. Sebagaimana dalam surat Ali-Imron
68
ayat 112: “Hendaklah kalian semua berpegang teguh pada tali Allah dan janganlah berpecah-belah” (Sayyid, 1984: 33). Kohesi sosial intern umat Islam diikat oleh kesamaan akidah dan sikap beragamanya didasarkan atas Al-Qur'an dan Hadis.Di dusun Honggosari meskipun mereka berbeda pemahaman, tetapi mereka dapat hidup dalam satu lingkup kerukunan yang mana beusaha untuk dapat membaur menjadi satu dengan tujuan menciptakan suasana yang damai.Mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT. Selain itu, mereka juga sangat menjaga toleransi dalam hubungan sosial, seperti halnya dalam mengurus masjid bersama, bekerja bakti bersama, pengajian bersama antara warga Muhammadiyah dan NU, sebab toleransi dapat membentuk sikap lahiriyah seseorang untuk dapat berhubungan baik dengan masyarakat. Peneliti berpendapat bahwa sikap warga baik Muhammadiyah maupun NU dalam mengikuti pengajian bersama terlihat baik. Dengan demikian, interaksi sosial di antara mereka membentuk proses sosial yang bersifat mendekatkan dan kemudian membawa ke dalam kehidupan yang harmonis di dusun Honggosari. Kerukunan yang sudah terbina ini dapatlah dijadikan teladan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia dan patut dikembangkan lebih luas. Oleh karena itu, interaksi sesama menjadi penting, tanpa adanya hubungan sosial yang ada adalah keegoisan masing-masing kelompok,
69
sikap saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya menjadi renggang bahkan menjadi perpecahan umat. Maka dari itu, warga Muhammadiyah dan NU harus bersikap terbuka satu sama lain agar ukhuwah di antara keduanya tetap terjaga. Ukhuwah Islamiyah saat ini menjadi prioritas utama bagi umat Islam khususnya di dusun Honggosari, sebab ukhuwah dapat mendorong seseorang agar saling membantu sehingga mewujudkan kesatuan umat Islam. Menurut Syafiq (1991: 141) Al-Qur’an menegaskan bahwa kaum mukmin itu bersaudara, maka carilah jalan kerukunan (ishlah) diantara sesama saudara, Rasulullah SAW. juga menekankan bahwa kaum muslimin itu bersaudara dan hendaknya kesadaran ini dipegang teguh. Warga Muhammadiyah dan NU yang ikut dalam pengajian menyadari bahwa diantara mereka terdapat perbedaan keyakinan dalam Islam, tetapi sikap mereka sebagai sesama muslim dan sesama warga dusun Honggosari tetap positif demi terbinanya ukhuwah Islamiyah dan terciptanya kerukunan di dusun Honggosari. Hal tersebut tercermin dari tingkah laku mereka yang teramati dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, mereka berusaha saling menghargai dan menjauhi perdebatan akibat perbedaan keyakinan dalam Islam. Nasution (1976: 115) mengatakan ciri-ciri toleransi itu diantaranya tergambar dalam kebesaran jiwa seseorang, keluasaan paham dan pengertiannya, serta lapang dada dan sabar menghadapi pendapatpendapat atau pendirian orang lain yang bertentangan dengan pendapat
70
dan pikirannya sendiri. Maka sikap toleransi menghendaki bahwa perbedaan agama, paham atau kayakinan itu tidak boleh membuat satu garis pemisah yang mempengaruhi hubungan di segala bidang kehidupan. Organisasi apapun yang diduduki umat Islam hendaknya benar-benar dijadikan perantara semata-mata untuk kepentingan yang lebih luas, yang bermanfaat
bagi
umat
Islam
demi
kemaslahatan
dunia
dan
akhirat.Muhammadiyah dan NU pada dasarnya adalah saudara di bumi ini, karena sama-sama pewarna sejarah bangsa, pembela, dan pejuang sesuai dengan karakternya masing-masing.Apabila dilihat dari sisi ajaran agama, maka kedua organisasi tersebut memikul tugas yang berat dan bertanggung jawab atas Islam dan kaum muslimin di Indonesia ke depannya. 2. Cara
Pandang
Keagamaan
Warga
Muhammadiyah
dan
NUTerhadap Pemahaman yang Berbeda di dusun Honggosari Umat Islam pada mulanya satu dan bersatu dalam keadaan yang baik, tidak ada organisasi-organisasi seperti saat ini, semua membina agamanya menurut caranya masing-masing yang dipermasalahkan hanyalah di satu segi masalah syariat.Menurut Said (2001: 191) Syariat adalah hukum yang diterapkan oleh Allah SWT.dengan perantaraan RasulNya di atas permukaan bumi ini. Hukum tersebut ada yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah SWT.dan hubungan antara sesama manusia atau menyangkut dengan alam sekitarnya.Hukum Allah yang dimaksud adalah hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah atau
71
tauhid dan hukum yang berkaitan dengan tingkah laku dan perbuatan para mukallaf. Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam adalah suatu anugerah termasuk dalam soal madzhab, kalau perbedaan pendapat itu tidak ada, mungkin wawasan dan pikiran seseorang akan menjadi fanatik. Akan tetapi, perbedaan pendapat tersebut bukan berarti perselisihan apalagi permusuhan.Perbedaan di sini timbul untuk memecahkan masalah hukum yang tidak diatur secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Islam mentoleransi perbedaan pendapat di kalangan umatnya, yang mana
perbedaan
itu
timbul
oleh
kemauan
untuk
mencari
kebenaran.Masing-masing menganggap ijtihadnya adalah yang paling benar, namun sesungguhnya ada semacam tali pengikat di antara mereka. Jadi, di antara perbedaan tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu memperjuangkan Islam dancinta kepada Islam. Sehingga, perbedaan tersebut jangan sampai memutuskan tali silaturahim, diskusi, dan sebagainya. Seperti halnya yang dikatakan Mbak Dila, “Pemahaman yang berbeda itu wajar ya mbak, setiap orang memiliki pemikiran masing-masing, yang mana alur berfikirnya pun juga berbeda-beda jadi tergantug kita yang menyikapainya. Dari satu syariat Islam dipahami oleh banyak orang maka mereka akan melahirkan pemahaman yang berbeda-beda termasuk dari pakar pemimpin Muhammadiyah dan NU tersebut. Sebenarnya perbedaan tersebut itu hanyalah masalah furu’ saja mbk, tapi kan tujuanya sama yaitu sama-sama memperjuangkan Islam”.(wawancara halaman 29) Perbedaan lain yang masih ditolerir bahkan sampai pada batas yang cukup tajam adalah perbedaan dalam masalah-masalah yang membahas
72
ilmu fiqih, yang disebut furu’ (cabang-cabang agama) dan untungnya perbedaan diantara umat Islam memang terbatas, hanya dalam masalah furu’ saja. Peneliti berpendapat bahwa masalah furu’ adalah masalah perbedaan definisi saja, jadi tidak perlu dilemparkan pada masyarakat umum, sebab hal ini akan mempersulit keadaan dan tidak akan memecahkan masalah. Allah SWT.menurunkan syariat yang sama akan tetapi pendapat dan cara pemahaman mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya, dalam arti bahwa masing-masing ajaran memilki sifat dan tolak ukur sendiri-sendiri. Jadi, setiap kolompok pasti memiliki prinsip atau dasar masing-masing dalam memahami agamanya, namun pada dasarnya syariat itu benar dan datang dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Seperti halnya di dusun Honggosari yang hidup dalam satu agama dengan paham yang berbeda, akan tetapi masih dalam lingkup sosial yang sama. Warga Muhammadiyah memandang bahwa perbedaan paham hanyalah pemahamannya saja yang berbeda kalau NU menggunakan penalaran dalam ibadah mahdhoh sedangkan Muhammadiyah tidak.Dalam segi latar belakang jelas berbeda, Muhammadiyah lahir karena masyarakat banyak kurofat, tahayul, sedangkan NU lahir karena ada salah satu faktor yaitu adanya gerakan Muhammadiyah. Seperti halnya yang dikatakan Pak Tohari, “Kalau NU menggunakan penalaran dalam ibadah mahdhoh sedangkan Muhammadiyah tidak. Dalam segi latar belakang jelas berbeda Muhammadiyah lahir karena masyarakat banyak kurofat, tahayul, dan bid’ah. sedangkan NU mengikuti Islam yang nanti akan
73
diluruskan oleh Hasyim Asy’ari dan muncul karena ada salah satu gerakan yaitu Muhammadiyah”.(wawancara halaman 2) Sedangkan warga NU berpendapat bahwa perbedaan paham adalah sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan, setiap orang memiliki keyakinan masing-masing dalam hidupnya khususnya dalam pelaksanaan ibadah. Mereka mengaku Islam akan tetapi cara pengamalannya berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya, yang terpenting tidak keluar dari jalur Islam dan tetap pada prinsip dan keyakinan masingmasing serta menjaga hubungan silaturrahim. 3. Faktor yang Melatarbelakangi Kohesi Sosial Warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari a.
Kesadaran pentingnya ukhuwah Membangun toleransi dalam keragaman harus berawal dari kesadaran. Jadi, setelah individu sudah mengerti dan sadar tentang pentingnya saling menjaga kerukunan, ukhuwah, maka akan mudah untuk saling bersilaturahmi seperti halnya masyarakat di dusun Honggosari. Peneliti berpendapat bahwa kesadaran masyarakat dusun Honggosari ini muncul karena ada faktor dari hati nurani yang memang mengakui bahwa ukhuwah sangat penting dan agama Islam pun juga mengajarkan untuk saling rukun. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ukhuwah dan membangun toleransi di dusun Honggosari ini, memang terlihat sudah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara bahwa di
74
dusun Honggosari tidak ada perselisihan yang mengatasnamakan agama, kesadaran ini hadir di tengah-tengah masyarakat dalam menjalankan kerukunan tanpa paksaan.Seperti yang diungkapkan Bapak Safrudin, “Kalau saya tetap berpaham bagaimana sikap saya untuk masyarakat bahwa masjid itu tetap dipertahankan dan dikembangkan, yang penting membawa kemaslahatan. Untuk masyarakat Honggosari ini tidak berpandangan pada golongan, Jadi, kesimpulanya tidak ada rencana untuk membuat masjid, dulu sudah pernah mbak mau direncanakan, kalau ada dua mushola pasti akan melemahkankebersamaanyang mana juga akan melemahkan ukhuwah umat Islam”. (wawancara halaman 8) b.
Memiliki hubungan kekerabatan Ada suatu keadaan yang berkembang di dusun Honggosari sejak dahulu yang sangat mendukung kerukunan umat Islam, yaitu kekerabatan. Mayoritas penduduk Honggosariini memiliki hubungan keluarga dan mereka mempunyai paham yang berbeda yaitu Muhammadiyah dan NU.Seperti halnya yang diungkapkanPak Lurah, “Ya sebenarnya dari dulu kebetulan 45 % adalah keluarga, tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua. Cikal bakal dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi, kerukunan sudah tertanam sejak dulu”.(wawancara halaman 11) Terciptanya kerukunan umat Islam yang berbeda paham di dusun Honggosari ini dikarenakan masih satu keturunan. Subyekitifas perbedaan paham agama masyarakat terkalahkan olehkeeratan kekerabatan keluarga. Di dusun ini sangat sukar untuk muncul konflik antar umat Islam yang berbeda paham, apabila ada seorang profokator
75
yang akan memicu konflik, maka dari berbagai keluarga baik dari Muhammadiyah maupun NU akan mengantisipasi. 3.
Kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU Toleransi merupakan dambaan semua umat manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sikap saling menghormati dan menghargai adalah kunci utama dalam kehidupan sosial, memang tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian kecil dari mereka gigih dengan prinsip agama mereka. Namun, hal itu sama sekali tidak menghalangi mereka untuk menegakkan toleransi dalam hidup bermasyarakat, dan sampai sekarang kerukunan itu masih tetap terjaga dengan baik. Terhadap pemeluk Islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya terdapat toleransi.Artinya, dalam bidang ibadah pun juga terdapat toleransi, karena Islam adalah agama fitrah dan sesuai dengan naluri (Hasyim, 1979: 249).
4. Cara pandang antara warga Muhammadiyah dan NU Muhammadiyah dan NU mewakili dua golongan besar umat Islam,
kedua
organisasi
ini
memiliki
berbagai
perbedaan
pandangan.Berbeda pendapat atau pemahaman merupakan hal yang wajar,
maka
yang
terpenting
adalah
bagaimana
cara
menyikapinya.Dalam kehidupan masyarakat perbedaan yang paling nyata adalah masalah furu’.Misalnya, Muhammadiyah melarang bacaan qunut di waktu subuh sedangkan NU mensunahkan. Namun, perbedaan pandangan ini sudah tidak menjadikan pertentangan lagi di
76
dusun Honggosari, karena cara pandang mereka yang tidak fanatik dan toleransi yang besar sehingga dapat mewujudkan ukhuwah di antara keduanya. Seperti halnya di Masjid Al-Mubarok yang menjadi imam adalah takmir masjid yaitu Pak Tohari dari warga Muhammadiyah. Namun, para jamaahnya juga sebagian adalah wargaMuhammadiyah dan sebagian warga NU.Mereka semua hidup rukun tanpa beradu argumen, bahkan ketika sholat jamaah subuh pun warga NU tetap mengikuti imam yang mana tidak membaca qunut dan ketika sholat tarawih warga NU juga mengikuti 11 rokaat. Sama halnya warga Muhammadiyah juga ikut berpartisipasi ketika warga NU mengadakan berjanji (dzibaan). Contoh lain warga NU juga aktif dalam pengajian Tafsir Al-Qur’an (Muhammadiyah) dan di dalam pengajian tersebut mereka mendengarkan apa yang disampaikan tanpa memandang perbedaan ajaran yang melekat. (Observasi halaman 3) Peneliti berpendapat bahwa cara pandang keagamaan baik dari warga Muhammadiyah maupun NU, keduanya tidak memandang buruk satu sama lain, karena pada prinsipnya semua agama itu mengajarkan sesuatu yang baik. Perbedaan paham yang sudah ada di tengah-tengah kehidupan tersebut mereka jadikan ilmu yang baru, sehingga mereka dapat menjalin hubungan sosial dengan baik dan dapat memperkokoh ukhuwah antara umat Islam.
77
Adapun cara menjaga kerukunan atau kohesi sosial dalam masyarakat tersebut, antara lain: 1) Menjunjung tinggi toleransi antar umat Islam Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal, misalnya dalam hal kematian, apabila warga NU mengadakan ritual keagamaan seperti 7 hari, 40 hari, dan seterusnya maka warga Muhammadiyah tidak merasa keberatan. Bagi yang mau ikut silahkan dan apabila tidak ikut juga tidak masalah, hal tersebut merupakan cara warga Muhammadiyah untuk menghormati, apa yang sudah menjadi kebiasaan warga NU. 2) Membantu siapa saja yang membutuhkan Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan nyata, contohnya ketika membangun Rumah mereka butuh bantuan orang lain, maka mereka bisa saling memanfaatkan satu sama lain. Sebagai umat Islam maka harus selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut, justru membantu mereka yang kesusahan maka akan mempererat tali
persaudaraan
sehingga
secara
tidak
langsung
akan
memperkokoh persatuan. Saling tolong-menolong merupakan pencerminan dari sikap gotong royong.
78
3) Saling menghormati dan menghargai Untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah harus dilandasi dengan kerukunan. Dan untuk menciptakan kerukunan maka perlu adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara satu sama lain tanpa memandang perbedaan paham yang melekat. Misalnya bersikap ramah, selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun, mendengarkan pendapat orang lain meskipun tidak sependapat, terlebih lagi menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan antar umat, khususnya umat Islam. 4) Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, maka selesaikan dengan kepala dingin dan damai tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama dan tokoh masyarakat sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak-pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.Hal ini diperlukan karena banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Cara di atas tersebut sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat Islam, karena jika rasa toleransi antar umat Islam semakin tinggi, maka konflik-konflik yang mengatasnamakan agama Islam dengan sendirinya akan berkurang.
79
4. Pendidikan Keagamaan diKalangan Warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari Generasi muda merupakan generasi yang pada nantinya akan meneruskan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Menjaga kerukunan dan mengembangkan nilai-nilai positif bagi generasi muda sangatlah perlu dilakukan agar mengerti.Penanaman moral sangatlah diperlukan sejak dini. Misalnya saja orang yang lebih muda bisa menghormati orang yang lebih tua, Jika memberikan bantuan kepada orang lain tidak boleh memandang perbedaan yang ada, dapat menghargai pendapat orang lain. Warga Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari ketika menanamkan keagamaan, mereka tidak menonjolkan organisasi, sebab organisasi hanyalah sebuah jembatan menuju ke jalan Allah SWT.Perbedaan adalah sebuah rahmat dan itu merupakan anugerah dari Allah SWT.Jadi, perbedaan tidak dijadikan perselisihan,namun menambah wawasan.Perbedaan harus disyukuri dengan syarat saling menghormati dan tidak boleh merasa paling benar dan paling pintar(wawancara halaman 6). Ketika menanamkan kepribadian, mereka tidak menonjolkan organisasi namun ajaran agamanya yang ditanamkan baik warga Muhammadiyah maupun NU.Dalam arti adalah tholabul ilmi dan untuk mencari ridho Allah SWT.dengan adanya pengajian, TPA, karang taruna, Muslimatan,
kerjabakti
dapat
menanamkan
kerukunan
di
dusun
Honggosari. Jika semua itu dilakukan secara terus-menerus dari generasi
80
ke generasi, maka kerukunan umat Islam dapat terwujud secara nyata.Seperti yang diungkapakan Bu Muslimah, “Di sini kan ada karang taruna, jadi mungkin ditanamkan kerukunan juga. Masalahnya karang taruna sendiri kalau sholat ied ada yang ke Masjid ada juga yang ke Lapangan. Maka dengan hal tersebut sudah terlihat adanya toleransi dan kerukunan”.(wawancara halaman 37) Manusia diberikan akal untuk berfikir yaitu bagaimana manusia bisa hidup
berdampingan
dengan
rukun
dan
tidak
harus
membawa
bendera.Bendera hanyalah sebuah simbol dan keyakinan adalah sebuah pedoman manusia untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Dengan sebaik-baiknya. Seperti yang diungkapkan Bapak Fauzi, “Ya artinya gini, kita di dalam dua bendera itu tidak menonjolkan benderannya. Jadi, ya ditanamkan agamanya saja, ditanamkan akhlaknya. Di sini juga banyak kok anak dari warga NU di sekolahkan ngaji di Muhammadiyah, jadi tidak apa-apa yang penting sekolah di agama”.(wawancara halaman 14) Islam adalah agama rahmatan lil alamin, yang mana Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semeta, termasuk hewan, tumbuhan, apalagi sesama manusia. Manusia adalah khalifah di bumi yang bertugas untuk memakmurkan alam semesta. Sebagai khalifah, manusia mempunyai tugas penting yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Maka, untuk menjaga alam yang penuh rahmat ini, sebagai hamba Allah SWT. harus dapat menjaga apa yang sudah dititipkan di muka bumi ini, termasuk menjaga hubungan dengan manusia secara baik.
81
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang kohesi sosial intern umat Islam yang berbeda pemahaman antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari baik. Baik ini karena hubungan di antara mereka didasarkan pada beberapa faktor, antara lain: 1) Adanya kerjasama, baik dalam bidang keagamaan dan sosial. Misalnya, dalam pengelolaan masjid, semua warga Muhammadiyah maupun NU dilibatkan, dalam pengelolaan TPA, walaupun lembaga TPA didirikan oleh warga Muhammadiyah, tetapi ada kerjasama dari warga NU, yaitu dengan mengajikan anaknya di TPA tersebut. 2) Adanya rasa toleran, yaitu saling menghargai pemahaman yang berbeda dan tetap berpegang terhadap pemahaman masing-masing. Contohnya; ketika hari raya warga NU sholat ied di Masjid dan warga Muhammadiyah di Lapangan, dan hal itu bagi warga NU maupun Muhammadiyah tidak menjadi masalah. 3) Adanya kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU, seperti sholat bersama, mengurus masjid bersama. 4) Cara pandang yang tidak fanatik, yaitu membiarkan orang lain berbeda dengan pemahamannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankannya, di sisi lain tetap berpegang teguh kepada yang diyakini benar.
82
Di dusun Honggosari ini, mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT. Perbedaan paham itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari, karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Hal tersebut dikarenakan adanya ukhuwah.
B. Saran Saran yang dapat peneliti berikan khususnya masyarakat dusun Honggosari
yaitu
agar
tetap
menjaga
ukhuwah
antara
warga
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang sudah terjalin baik agar dapat dipertahankan
supaya
tidak
terjadi
konflik-konflik
yang
dapat
menyebabkan kerenggangan bahkan dapat menjadi perpecahan antar umat Islam. Mereka harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolongmenolong, bekerjasama dalam hal kebaikan, dan tidak saling bermusuhan agar agama Islam bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara. Sebagai umat muslim sudah sepantasnya untuk bersatu, maka jadikan perbedaan itu adalah sebuah ujian agar dapat mencari kebenaran Islam.
83
C. Penutup Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi belum mencapai
tahap
kesempurnaan.Hal
ini
dikarenakan
keterbatasan
kemampuan peneliti.Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini untuk mendekati tahap kesempurnaan
84
DAFTAR PUSTAKA Alena, Badrun. 2000. NU: Kritisisme dan Pergeseran makna ASWAJA. Yogyakarta: Tiara Wacana. Cetakan pertama. Al-Munawar, Said Agil Husin. 2001. Dimensi-Dimensi Kehidupan Dalam Perspektif Islam. Malang: Pasca Sarjana Unisma. Al-Riddlawi, Sayyid Murtadla. 1984. Membina Kerukunan Muslimin. Jakarta: Pustaka jaya. Cetakan Pertama. Arikunto, Suharsimi. 1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Asy’arie, Musa. 2005. Islam Keseimbangan, Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Lesfi. Cetakan Pertama. Barton, Grek. 1997. Tradisionalisme Radikal Persinggungan Nahdatul Ulama Negara. Yogyakarta: LkiS. Cetakan Pertama. Basri, Syafiq. 1991. Satu Islam. Bandung: Anggota IKAPI. Fattah, Munawar Abdul. 2012. Tradisi orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Hasyim, Umar. 1979. Toleransi Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Ismail, Faisal. 2004. Dilema NU Di Tengah Badai Pragmatisme Politik. Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang Kehidupan Umat Beragama Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI. Cetakan Pertama. Jaiz, Hartono Ahmad. 2006. Bila Kyai DiperTuhankan(membedah sikap beragama NU). Jakarta :Pustaka Al-Kautsar. Cet.ke-7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1982. Jakarta : Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Karim, M. Rusli. 1986. Muhammadiyah Dalam Kritik dan Komentar. Jakarta: Rajawali. Manaf, Mudjahid Abdul. 1996. Sejarah agama-agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan Ke-2. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT remaja Rosdakarya. Muhaimin, 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana. Cetakan Pertama. Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah (dalam perpektif perubahan sosial). Jakarta : Bumi Aksara. Mulkhan, Abdul Munir. 2010. 1 Abad Muhammadiyah. Jakarta: Buku Kompas. Nashir, Haedar. 1992. Dialog Pemikiran Islam Sdalam Muhammadiyah. Yogyakarta: BPK PP Muhammadiyah. Cetakan Pertama. Nasution, Yunan. 1976. Pegangan Hidup. Jakarta: Publicita. Cetakan Pertama. Qardhawi, Yusuf. 2003. Masyrakat Berbasis Syariat Islam. Solo : Era Intermedia. Cetakan Pertama.
85
Rais, Amien. 1995. Moralitas Politik Muhammadiyah. Yogyakarta: Dinamika. Ridwan, Nur Khalik. 2010. NU dan Bangsa 1914-2010: Pergulatan Politik dan Kekuasaan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cetakan Pertama. Setiawan, Zudi. 2007. Nasionalisme NU. Semarang. CV. Aneka Ilmu. Sjamsudduha. 1999. Konflik Dan Rekonsilasi NU-Muhammadiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu. Cetakan Pertama. Supadie, Didiek Ahmad. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Cet.ke-2. Suprayogo, Imam Thobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yunus, Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta : Padang. https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015 http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6 Agustus 2015
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
KISI-KISI INSTRUMEN KOHESI SOSIAL ANTARA WARGA MUHAMMADIYAH DAN NU DI DUSUN HONGGOSARI No Pokok Dimensi Sumber Tekhnik Alat Pengumpul Masalah Pengumpul Data Data 1. Profil Dusun 1. Kepala 1. Wawancara 1. Pedoman 1 Gambaran 2. Keadaan dusun 2. Observasi wawancara Umum Monografi Honggosari 2. Dokumentasi dusun 3. Keadaan 2. Masyarakat Dusun Honggosari
2
Demografi 4. Keadaan keagamaan masyarakat 5. Keadaan Pendidikan dan mata pencaharian masyarakat 6. Keadaan sosial kemasyarakata n Kerukunan 1. Relasi antara warga antara Muhammadiy warga ah dan NU Muhammad 2. Cara pandang iyah dan terhadap NU di pemahaman dusun yang berbeda Honggosari antara warga Muhammadiy ah dan NU 3. Faktor yang melatarbelaka ngi kerukunan antara warga Muhammadiy ah dan NU 4. Pendidikan kegamaan di kalangan warga Muhammadiy ah dan NU
dusun Honggosari
1. Tokoh masyarakat 2. Pemuka agama 3. Masyarakat 4. Warga Muhammadi yah 5. Warga NU
2
Honggosari
1. Wawancara 2. Observasi
1. Pedoman wawancara 2. Dokumentasi
PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana pandangan warga tentang paham Muhammadiyah dan NU? 2. Apa pendapat warga mengenai pemahaman yang berbeda tersebut? 3. Bagaimana hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? 4. Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? 5. Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersamasama antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari? 6. Bagaimana kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? 7. Apakahdalam pengelolaan masjid seimbang? 8. Apakah tidak ada rasa iri dari masing-masing paham? 9. Bagaimana dengan pengeolaan TPA? 10. Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana cara menghadapi kendala tersebut? 11. Apa yang menjadi prinsip masing-masing paham dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan? 12. Apakah ada pergantian imam dalam sholat sehari-hari? 13. Apakah
dalam
sholat
tarawih
dilakukan
bersama-sama
antara
Muhammadiyah dan NU ? 14. Apakah sama dalam penentuan hari raya? 15. Bagaimana dengan hari raya idul adha, apakah penyembelihan qurban secara bersama-sama? 16. Bagaimana jika membantu tetangga berbeda paham? 17. Apakah warga berpartisipasi ketika ada kematian, sedangkan mereka berbeda paham? 18. Apakah masih ada ritual 7 hari, 40 hari,100 hari di dusunHonggosari? 19. Apa faktor yang melatarbelakangi kerukunan? 20. Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankan?
1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Nilasari Uminingsih
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 04 Juli 1992 NIM
: 11111180
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat Asal
: Jl.Kaligawe Sawah Besar RT 03/RW 03, Gang III Semarang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan
: 1. SDN Bangunharjo Semarang lulus tahun 2004 2. MTs N 02 Semarang lulus tahun 2007 3. MAN 1 Semaranglulus tahun 2010 4. S1 Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga tahun 2015
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 9 September 2015 Penulis
Nilasari Uminingsih
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengumpulan Data
No
Metode Pengumpulan Data
Sumber Data
Jenis Data
Tokoh masyarakat
Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU Cara pandang warga Muhammadiyah dan NU terhadap pemahaman yang berbeda Faktor yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari Pendidikan keagamaan dikalangan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari
Pemuka Agama 1.
Wawancara Masyarakat
Warga Muhammadiyah
Warga NU
Remaja
Dusun Honggosari
2.
Profil dusun Letak geografis Letak demografi
Observasi Pengurus Muhammadiyah
Sejarah masjid Struktur organisasi
Pengurus NU Masyarakat
3.
Kondisi obyektif dusun Honggosari Foto kegiatan
Dokumentasi
1
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
THR (Muhammadiyah) Sabtu, 29 Agustus 2015 18.30 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Sabtu tepatnya pada tanggal 29 Agustus 2015 pada malam hari sekitar pukul 18.30 WIB.Saya berkunjung ke rumah bapak takmir yang bernama Pak THR(berusia 70 tahun)yang kebetulan sudah membuat janji. Setelah tiba di Rumahnya saya mengetuk pintu dan ternyata yang membukakan pintu adalah istrinya. Kemudian saya dipersilahkan masuk dan duduk. Karena, Pak THR sedang mandi, maka saya wawancara dengan istrinya dahulu, kemudian di tengahtengah wawancara saya dengan istrinya, Pak THR datang dan memberikan salam, kemudian setelah selesai, saya mulai wawancara dengan Pak THR. Pak THR ini merupakan takmir di Masjid Al-Mubarok, kesehariannya bekerja sebagai seorang mubaligh.Pak THR dikaruniai 3 anak dari istrinya SAM dan kebetulan sudah menikah semua. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan bapak tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Kalau NU menggunakan penalaran dalam ibadah mahdhoh sedangkan Muhammadiyah tidak. Dalam segi latar belakang jelas berbeda Muhammadiyah lahir karena masyarakat banyak kurofat, tahayul, dan bid’ah. sedangkan NU mengikuti Islam yang nanti akan diluruskan oleh Hasyim Asy’ari dan muncul karena ada salah satu gerakan yaitu Muhammadiyah.
2
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
Informan Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
: Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Tidak masalah, pengikutnya saja memahaminya berbeda. saya yakin umat Islam itu semakin pandai. Contoh; NU setiap hari membaca qunut ketika sholat subuh. Sedangkan, Muhammadiyah membaca qunut jika ada musibah, kemudian NU bacaan Doa, tahlil akan sampai, sedangkan Muhammadiyah tidak sampai. : Kemudian bagaimana hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini pak? : Rukun-rukun saja, saling menghormati dalam acara tahlilan ikut serta. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada, kalau masalah kemasyarakatan bareng mbak. Misalkan, kerjabakti, jadi ya sama-sama dikerjakan bareng-bareng. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ya ada, seperti peringatan hari-hari besar. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Ya ada, Bapak SN sebagai pembangunan, Bapak HR sebagai keamanan, dan Bapak HN sebagai peralatan. Namun untuk urusan imam dari warga NU belum ada yang memenuhi kriteria untuk jadi imam. : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang ya pak? : Bersama kalau dalam kepengurusan masjid, namun dalam peribadahan seperti imam, muadzin semua dari warga kami Muhammadiyah. : Apakah tidak ada rasa iri dari warga NU Pak? : Ya kalau masalah iri mau iri bagaimana, masalahnya di sini dari NU tidak ada yang memenuhi kriteria untuk jadi imam dan tidak ada kemauan pula. : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ? : Di Rumah saya juga ada TPA, jadi yang mengurusi saya dengan istri saya, TPA di sini ada tiga. Akan tetapi juga rukun, soalnya yang sekolah ngaji TPA di tempat saya banyak juga dari warga NU, mereka menyuruh anaknya ngaji di sini itu niatnya untuk tholabul ilmi mbak.
3
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti
: Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana bapak menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada kendala, umpama kok yang meninggal Muhammadiyah ya NU ya tetep ikut berpartisipasi dari memandikan, ngafani.Kemudian dalam penyelenggara pengajian, siapa yang mampu ya kita rekrut. : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : ya tidak apa-apa. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahada pergantian imam pak? : Ada mbak tapi dari Muhammadiyah semua, soalnya yang dari NU tidak ada yang memenuhi kriteria imam. Kalau masalah imam sudah di jadwalkan tapi ya masalah imam di Masjid dusun ini dari Muhammadiyah semua. : Apakah dalam sholat tarawih dilakukan bersama-sama antara Muhammadiyah dan NU ? : Ya, tarawih kita bersama-sama 11 rokaat sama saya. : Kemudian dengan Hari Raya pak, apakah bersama? : Ini ada 2, sebagian besar ke Tanah lapangan dan sebagian ke Masjid. Tapi saya amati mereka tidak ke Lapangan itu bukan karena keyakinan tapi karena jauh, yang karena keyakinan itu paling cuma satu dua. : Untuk hari raya idul Adha, Apakah menyembelih hewan qurbannya bersama pak? : Kalau idul adha misalkan ada dua versi, ada yang jum’at ada yang sabtu, ya kita toleran. Misalkan tahun kemarin, kita yang Muhammadiyah toleran ngemong yang lebaran besok, jadi menyembelihnya setelah lebaran NU. : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga berbeda paham ? : Tetap di bantu. Misalnya, di Masjid ini kan, ketika pengajian ada infaq khusus untuk dhuafa Jadi,tidak pandang bulu, di dusun Honggosari siapa saja yang dhuafa ya kita bantu. Jadi, tidak ada sekat satu sama lain. : Ketika ada warga NU yang sakit apakah bapak juga ikut menjenguk ? : Ya ikut. : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut berpartisipasi jika warga NU meninggal dunia ?
4
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
: Iya jelas saya ikut.Kematian juga termasuk kemasyarakatan mbak, jadi misal yang meninggal RT 2 jadi yang mencarikan tempat ya RT 1. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Sekarang tradisi urusan kematian tidak lebih dari 3 hari, kalau 3 hari kan sesuai dengan Rasulullah SAW. batas takziyah kan 3 hari. Jadi, mereka-mereka tidak mengadakan acara 7 hari, dan seterusnya itu bukan karena prinsip agama tapi karena kebutuhan hidup yaitu selak nyambut gawe. : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan iniPak? : Kesadaran pribadi masing-masing karena antaranya hanya beda pemahaman saja, trus yang kedua apalagi 1 kampung kita kan saudara semua. Contohnya yang samping ibunya fauzi masih kakak adik, samping masjid buleknya sehingga kuat. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanpak ? : Untuk menjaga kerukunan ya dengan cara mengadakan pengajian-pengajian, jadi ketika saya mengisi pengajian tidak pernah berkata bahwa kalau menurut Muhammadiyah ajarannya seperti ini sedangkan menurut NU ajarannya seperti ini Tapi qur’annya ini lho dan hadisnya ini lho. Jadi, marilah kita ngaji trus sampai ketemu dalam satu titik. : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap menjaga kerukunan ? : oh ya di sini kan ada 4 RT ya, kebetulan mubaligh-mubalighnya orang-orang kita (warga Muhammadiyah). Jadi, saya pesan kepada para mubaligh untuk mengajak warganya bareng-bareng dalam hal kebaikan di dusun Honggosari ini.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja.
5
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
SN (NU) Sabtu, 29Agustus 2015 20.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015 pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB, tepatnya setelah sholat isyak, saya berkunjung ke rumah Bapak mantan DPR yang bernama Pak SN (berusia 66 tahun) yang belum membuat janji. Rumahnya yang berada di samping masjid tersebut tampak sepi sekali, saya berulang kali mengetuk pintu dengan mengucapkan salam. Namun, salam saya tidak ada yang menjawab dan akhirnya saya menunggu di depan rumah, tampak dari arah timur ada sebuah mobil datang menuju ke rumah Pak SN dan setelah dibukapintu mobil tersebut ternyata Pak SN. Kebetulan saya sudah kenal waktu KKN dan akhirnya saya dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya dan dipersilahkan duduk. Kemudian saya menjelaskan bahwa saya sedang penelitian skripsi dan ingin melakukan wawancara. Setelah itu saya dipersilahkan untuk wawancara. Pak SN ini merupakan Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Jogonegoro, beliau dikaruniai 5 anak dari istrinya dan kelima anaknya pun sudah berumah tangga. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan bapak tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Gini mbak yang namanya organisasi apapun adalah sebuah jembatan menuju ke Sana intinya semua kan Sana mbak. Dan perbedaan adalah sebuah rahmah dan itu merupakan suatu
6
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan Peneliti Informan
: : :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
anugerah. Jadi, perbedaan jangan dijadikan satu-satunya perselisihan tapi menambah wawasan. Kita harus syukuri dengan syarat saling menghormati dan tidak usah merasa paling benar, paling pintar. Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? Ya menurut saya kita tidak usah mencampuri urusan orang lain, maka aman-aman saja. Jadi, marilah kita bareng-bareng fastabiqul khoirot dengan berlomba-lomba. Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana pak? Owh aman-aman saja mbak, sangat rukun mbak. Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? Jelas mbak, Honggosari ini tempatnya kalau dalam urusan sosial kita meninggalkan baju. Contoh, katakan ada hari besar Islam, semua hadir bareng-bareng antara warga dan tokoh Muhammadiyah dan NU semua ikut mendengarkan, Nyadran ada tahlilanya, Muhammadiyah juga ikut entah itu ikhlas atau tidak, yang penting kemasyarakatannya ikut. Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? Ya tadi hari-hari besar mbak, misalnya Isro’ Miroj, syawalan, nyadran, sholat dan ada juga kegiatan yang sama seperti ibadah mahdhoh yaitu sholat wajib berjamaah di Masjid Al-Mubarok, kadang sekali tempo berbeda, seperti sholat ied. Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? Tadi saya sudah cerita di awal, kalau kita tidak selalu dipakai padahal kita ada yang layak baik imam, khatib. Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya pak? Ya tadi mbak, masalah pengelolaan masjid dalam hal pembangunan dan kepengurusan dilakukan seimbang tapi kalau masalah imam, khotib, muadzin hanya sepihak. Jadi seolah-olah Maasjid ini yang menguasai Muhammadiyah padahal sebenarnya dari kelompok saya (NU) itu ada yang layak. Tapi bagi kami tidak masalah,sebab yang namanya ibadah harus dilandasi dengan ikhlas.
7
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan Peneliti
: Semisal ada tanah kosong, apakah dari warga NU di dusun Honggosari ini tidak ingin membuat masjid sendiri ? : Kalau saya tetap berpaham bagaimana sikap saya untuk masyarakat bahwa masjid itu tetap dipertahankan dan dikembangkan, yang penting membawa kemaslahatan. Untuk masyarakat Honggosari ini tidak berpandangan pada golongan, Jadi, kesimpulanya tidak ada rencana untuk membuat masjid, dulu sudah pernah mbak mau direncanakan,kalau ada dua mushola pasti akan melemahkan kebersamaan yang mana juga akan melemahkan ukhuwah umat Islam. : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ? : Lha kalau masalah TPA saya kecewa mbak, jadi gini mbak dulu itu TPA di sini itu maju. Di Masjid Al-Mubarok bareng-bareng semuanya ikut TPA baik dari Muhammadiyah maupun NU. Tapi karena yang mengajar itu tidak di gaji ya sudah akhirnya mrotoli mbak, namanya manusia itu kebutuhan pasti ada tapi karena takmirnya tidak setuju untuk masalah gaji menggaji ya sudah akhirnya TPA yang tadi bareng-bareng di Masjid pecah karena tidak ada gurunya tapi masih satu guru yang setia mengajar mbak. Jadi untuk TPA di sini ada 3 yang di Masjid, di Rumah takmir, dan di tempat lain. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana bapak menghadapi kendala tersebut ? : Ya gini mbak, jadi yang namanya perbedaan pasti punya efek. Kalau tidak punya efek itu namanya tidak berbeda , tapi masih bisa dikendalikan. : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Gini, sebenarnya Allah SWT. sudah memberikan suatu tata cara kita bermasyarakat. Jadi, yang namanya Islam itu kan rahmatan lil alamin, ini penjabarannya luas. rahmatan lil alamin adalah suatu sikap orang Islam yang bisa diterima kemanfaatannya untuk orang banyak, walaupun di dalam Islam tidak ada ajarannya. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahbapakjuga sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham? : Owh iya saya ikut jamaah. : Kemudian jika sholat subuh, apakah bapak membaca qunut ?
8
Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti
Informan
Peneliti
: Itu keyakinan mbak, kalau saya tetap pakai qunut, itu keyakinan owg mbak. Jadi, yang namanya keyakinan tidak boleh raguragu. : Apakah bapak juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah di Masjid ? : Ya saya ikut. : Kemudian dengan hari raya pak, apakah bersama? : Ya kalau hari raya sekali tempo sama, sekali tempo berbeda. Kalau masalah urusan hari raya kan yang Muhammadiyah dengan perhitungan dan yang NU dengan ru’yah. Sholatnya pun di bagi menjadi dua. Kalau NU di Masjid dan yang Muhammadiyah di Lapangan. : Untuk hari raya idul Adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama pak? : Kalau masalah penyembelihan qurban, dikerjakan barengbareng mbak. Itu kan sudah masalah sosial kemasyarakatan. : Lalu bagaimana prinsip bapak sebagai warga NU? : Ya gini mbak sebenarnya Allah kan sudah memberi lampu kepada kita, memberikan tatacara dalam bermasyarakat. Islam itu merupakan rahmatan lil alamin jadi satu manusia ini bisa diterima kemanfaatanya untuk orang banyak. : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga berbeda paham ? : Nabi itu kan orang-orang yang betul-betul jadi pedoman ya mbak, nabi itu tidak membeda-bedakan mbak. Jadi, kita sebagai umatnyapunjuga tidak masalah mbak, dan apalagi seorang pemimpin maka harus adil. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah bapak juga ikut menjenguk ? : Oh di sini bareng-bareng mbak, di dusun Honggosari ini sudah pas mbak untuk urusan sosial. : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ya dateng mbak, intinya kita kan menghormati. Ada juga yang tidak pakai tahlil, ya itu kan keyakinan dia, jadi kita tidak masalah. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ?
9
Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan
: Ya ada, gini mbak namanya anaknya orang banyak ya, jadi pendapatnya juga berbeda-beda. Ada yang ekstrim tidak setuju tapi ya masih berjalan. : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan iniPak? : Semua yang namanya aturan kebijakan di desa manapun itu menjadi rujukan, sifatnya mendidik, jadi memang dusun Honggosari ini dari awalnya sudah terlatih, tertib, dan disiplin, entah itu lewat pengajian, kelembagaan RT atau RW, jadi kebersamaan, kalau mbak lihat setiap jumat pasti rapat. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanpak ? : Kita harus tanggap mbak, jika ada rakyat kelakuannya kurang baik maka harus ditegur.contoh ketika di kampung kok ngebut naek motor ya saya tegur, soalnya kalau tidak langsung ditegur maka akan menjadi kebiasaan.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dilakukan informan ada kendala untuk urusan kepengurusan masjid dalam peribadahan yaitu seolah-olah masjid tersebut dikuasai oleh Muhammadiyah. Namun, hal tersebut tidak menjadikan kerukunan di dusun Honggosari ini terepecah-belah karena Pak SN ini dapat menurunkan egonya demi kemaslahatan bersama. Apalagi Pak SN ini adalah seorang tokoh masyarakat, jadi sebagai seorang pemimpin masyarakat harus memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya serta tanggap terhadap maslah yang ada.
10
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
FZ (Muhammadiyah) Sabtu, 30 Agustus 2015 08.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari minggu tanggal 30 Agustus 2015, pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB. Saya menghampiri Pak FZ yang sedang duduk di ruang tengah, karena sebelumnya saya sudah meminta ijin kepada Pak FZ untuk menginap di rumahnya, dan kebetulan rumah Pak FZ ini adalah tempat tinggal saya ketika KKN dulu. Jadi, saya dengan Pak FZ sudah lumayan akrab karena selama KKN sudah saling kenal. Setelah samapai di ruang tengah saya dipersilahkan untuk melakukan wawancara. Bapak Lurah FZ (berusia 50 tahun) merupakan Lurah di desa Jogonegoro kabupaten Magelang ini sehari-harinya bekerja di kelurahan. Pak Lurah dikaruniai 2 anak laki-laki dari istrinya ET. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: Bagaimana pandangan bapak tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Muhammadiyah adalah suatu organisasi di bidang sosial, kalau NU ya intinya sama. : Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Ya pendapat saya, perbedaan pendapat itu tidak apa-apa. : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana pak?
11
Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
: Ya baik-baik saja alhamdulillah, artinya jika NU ada kegiatan Muhammadiyah mendukung. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Semua dalam hal sosial bersama-sama mbak. Apalagi saya pemimpin di sini, ya misal ada kerjabakti ya kita bersama-sama, selain itu saya juga kadang-kadang berkunjung ke wilayahwilayah lain yang masih lingkup desa Jogonegoro, ya untuk menjalin tali silaturahmi. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ya ada kalau event peringatan hari besar pasti bareng, seperti ; Isro’ Miroj, syawalan. Dan kalau untuk mengurusi hari-hari besar misalnya siapa mubalighnya nanti. Itu semua saya yang ngurusi. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Ya bareng-bareng, artinya gini kalau di dusun Honggosari ini, memang ada dua bendera tapi kalau dalam hal keagamaan maupun sosial bareng-bareng jadi tidak menonjolkan egonya benderanya masing-masing. artinya kemasyarakatanya dan gotong royongnya sama-sama. : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya pak? : Seimbang mbak. : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ? : Ya TPA kan di sini ada tiga tempat jadi masalah pengelolaan ya dikelola oleh orang yang bersangkutan dalam arti guru ngajinya sendiri. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada. : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Kalau masalah prinsip ini, sebelumnya maaf, memang saya dari Muhammadiyah, saya agak condong dalam agama tapi saya tidak menonjolkan organisasi. Saya saja kalau ngaji juga ke mana-mana tidak memandang itu kyai Muhammadiyah atau dari NU. ya pokoknya yang baik saya pakai.
12
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
Informan Peneliti
: Kalau dalam masalah peribadahan, apakahbapakjuga sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham? : Ya kalau untuk sholat wajib saya bermajaah di dusun ini dengan imam yang sepaham juga. namun ketika tarwih kemarin saya juga ikut tarwih keliling mbak. Saya kan di sini pemimpin ya mbak jadi saya berusaha memantau keadaan di luar juga. jadi ketika sholat tarwih pada imam NU ya saya ikut tapi hanya sampai 8 rokaat nanti saya nunggu witir baru ikut jamaah lagi. Kalau dalam prinsip ibadah saya tetap Muhammadiyah tapi kalau dalam sosial saya meninggalkan bendera saya. Artinya saya tidak egois walaupun saya ikut berjamaah pada imam NU tapi tetap 11 rokaat, dan apa yang saya kerjakan di sini kan terselip rasa toleransi mbak. : Kemudian dengan hari raya pak, apakah bersama? : Ya kalau hari raya berbeda mbak. Kalau masalah urusan hari raya kan yang Muhammadiyah dengan hitungan dan NU ikut pemerintah. sholatnya pun di bagi menjadi dua. Kalau NU di Masjid dan yang Muhammadiyah di Lapangan. : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama pak? : Ya sama, kalau qurban kan dikelola oleh takmir dan takmirnya di sini kan ada Muhammadiyah dan ada NU, jadi ya pengelolaanya bareng-bareng di bawah naungan PHBI, ya PHBI kan saya. : Kalau ada dzibaan, ziarah apa bapak juga ikut ? : Tidak mbak, tapi ya ada yang ikut kadang-kadang. : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga berbeda paham ? : Tidak masalah. artinya gini urusan sosial itu kita tidak ngurusi golongan apa, golongan apa. Sosial kemasyarakatan bersama. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah bapak juga ikut menjenguk ? : Ya ikut. : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ya jelas ikut mbak. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ?
13
Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
: Kematian di sini sudah diputuskan di rapat RW tiga hari. Jadi, di sini rata-rata sudah menggunakan 3 hari. : Sebenarnya faktor apa pak yang melatarbelakangi kerukunan ini ? : Ya pertama dari figur kepemimpinan mbak, orang itu kalau memberi contoh yang baik maka di bawah nya juga akan ikut baik. Tapi kalau yang di atas sering ngompor-ngompori yang tidak baik ya itu jelas malah menanamkan kebencian. Apalagi kan ada dua kubu apabila tokoh-tokoh yang dituakan memberi contoh yang tidak baik otomatis akan menjadikan gep. Yang kedua keluarga, kebetulan 45 % tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua. Cikal bakal dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi, kerukunan sudah tertanam sejak dulu. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankan pak ? : Saling menjaga, ya berusaha menanamkan kerukunan saja. Ya di dalam pengajian tidak usah menonjolkan bendera. Jadi, ngaji ya ngaji tidak usah membawa-bawa bendera. : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap menjaga kerukunan ? : Ya artinya gini, kita di dalam dua bendera itu tidak menonjolkan benderannya. Jadi, ya ditanamkan agamanya saja, ditanamkan akhlaknya. Di sini juga banyak kok anak dari warga NU di sekolahkan ngaji di Muhammadiyah, jadi tidak apa-apa yang penting sekolah di agama.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Sebab, dimata Pak FZ perbedaan hanyalah sebuah bendera yang menjadi simbol dan simbol itu tidak menjadikan kerukunan di dusun Honggosari ini pecah. Namun, dalam hal agama Pak FZ tetap berprinsip pada keyakinannya, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan untuk tetap bersatu dengan semua masyarakat dan Pak FZ ini selalu menerapkan sikap toleran.
14
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
ET (NU) Sabtu, 30 Agustus 2015 09.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015, pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB. Saya menghampiri Bu ET yang sedang masak untuk menanyakan waktu luang untuk wawancara, kebetulan saya menginap di rumahnya dan sebelumnya saya sudah meminta ijin kepada Bu ET untuk menginap di rumahnya, dan kebetulan rumah Bu ET ini adalah tempat tinggal saya ketika KKN dulu. Jadi, saya dengan Bu ET sudah sangat akrab karena selama KKN sudah saling kenal. Kemudian, setelah saya bertanya tentang waktu luang untuk wawncara, saya malah disuruh makan dulu. Akhirnya setelah selesai makan saya mulai wawancara dengan Bu Lurah.Ibu Lurah yang bernama ET (berusia 51 tahun) ini sehariharinya adalah ibu rumah tangga dan Bu ET ini istri dari bapak FZ. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan ibuk tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Pandangan saya Muhammadiyah dan NU adalah sama-sama organisasi yang sesuai ajaran Islam mbak. : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Bagi saya yang berbeda itu adalah pemahamannya, jadi orang sendiri-sendiri menafsirkannya akan tetapi pada dasarnya satu sumber yaitu Al-Qur’an.
15
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
: Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk? : Hubungannya baik-baik saja mbak, secara menyeluruh rukun. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada mbak, ya seperti kerja bakti, PKK, gotong royong. Seandainya ada event-event desa Muhammadiyah dan NU rukun, misal dalam hal masak dalam acara besar, bagian masak NU bagian snak Muhammadiyah. Jadi, gotong royong, ayo baren-bareng. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ada mbak, ya Isthigosah bersama, selapanan, pengajian, di sini ada pengajian rutin yang dilakukan semua warga dalam arti dari Muhammadiyah ikut dan dari NU juga ikut, seperti hari-hari besar kecuali hari raya. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Ada mbak, di sini kalau memang tujuannya baik ya barengbareng. : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya buk ? : Ya seimbang. : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ? : Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak, ada tiga tempat jadi pengurusnya ya sendiri-sendiri. Tiga tempat itu ada dari Muhammadiyah dan ada juga dari NU dan untuk urusan anak-anak yang mengaji campur ada yang dari NU ada juga yang dari Muhammadiyah. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana ibuk menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada. : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Ya prinsip saya kerukunan itu berarti masalah sosial ya mbak, jadi untuk urusan sosial saya melepaskan label yang melekat pada diri saya. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham?
16
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: ikut mbak, apalagi rumah saya depan masjid. Jadi untuk jamaah saya sering ikut. : Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ? : Ya kalau saya sholat sendiri ya pakai qunut tetapi kalau saya ikut berjamaah ya saya mengikuti imam saja. : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah di Masjid ? : Ya mbak, kalau masalah tarawih saya ikut imam nya saja, kebetulan imamnya di sini adalah bapak THR beliau dari Muhammadiyah, tapi saya tidak memandang dari Muhammadiyah atau NU, yang saya pandang beliau adalah kyai di sini. : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama? : Tidak mbak, kalau Muhammadiyah kan dengan hitungan dan NU ikut ru’yatul hilal. : Untuk Hari Raya idul Adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama buk? : Kalau untuk urusan penyembelihan qurban kami bersama-sama. Jadi, apabila dari Muhammadiyah lebaran duluan maka nunggu NU lebaran dulu baru kemudian Qurban kita sembelih bersamasama. Toleransi di Dusun ini sangat diutamakan mbak. : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU? : Ya sebenarnya di hati kecil saya NU tapi ya karna di keluarga besar saya adalah Muhammadiyah, maka untuk urusan agama, sayaikuti sesuai jalur yang ada saja. Jadi, bagi say Muhammadiyah dan NU hanyalah urusan organisasi. : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda paham ? : Membantu tidak ada masalah jadi diniati gotong royong saja mbak. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk juga ikut menjenguk ? : Jelas ikut, apalagi saya adalah istri dari pemimpin dusun Honggosari ini. : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ya sayaikut mbak : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ?
17
Informan
Peneliti Informan Peneliti
Informan
Peneliti Informan
: Ya selama ini 3 hari, sudah menjadi keputusan 3 hari, ya misal ingin 7 hari, ya cuma satu keluargayang datang dalam acara tersebut. : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi kerukunan ini ? : Yang pasti pemuka agamanya yang selalu mengajak-ajak untuk saling bersatu, rukun antara umat Islam. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanbuk ? : Ya hidup sesuai dengan Al-Qur’an saja, apabila kita hidup sesuai dengan pedoman Al-Qur’an maka kerukunan juga akan terwujud dengan sendirinya. : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap menjaga kerukunan ? : Penting kita rukun di dasari dengan kegotong-royongan, kita kan hidup di dalam masyarakat.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dilakukan informan ada kendala dalam prinsip agama. Namun, hal tersebut tidak menjadikan informan untuk tetap saling rukun dan toleransi antar umat Islam, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Sertaprinsip Bu ET ini bahwauntuk urusan sosial, dia melepaskan label organisasi yang melekat pada dirinya.
18
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
ASR (NU) Sabtu, 30 Agustus 2015 09.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015 pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB. Pada waktu itu kami bertemu di jalan yang kebetulan hari minggu, dia sedang libur sekolah. Saat itu dia sedang membeli sayur-sayuran, sepulang dari warung sayuran, kami berpapasan di jalan depan Masjid Al-Mubarok dan saya menghampirinya, kemudian saya memulai perbincangan dengan basa-basi sedikit dan pada akhirnya niat saya, saya ungkapkan bahwa saya sedang penelitian skripsi dan saya butuh untuk wawancara dengannya. Kemudian dengan senang hati, dia mengajak saya untuk wawancara di rumahnya karena belanjaannya sudah ditunggu ibunya. Dan sesampai di rumahnya saya dipersilahkan masuk dan duduk dan kebetulan orang tuanya juga berada di rumah, setelah itu saya melakukan wawancara. Remaja yang bernama ASR ini (berusia 17 tahun), dia masih duduk di bangku SMA kelas 3. Sebelumnya antara peneliti dengan informan belum saling kenal dan belum ada janji juga antara peneliti dengan informan. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan
Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan adek tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Apa ya mbak, kalau Muhammadiyah itu tidak ada nyadran dan lebih cenderung pada agamanya. Sedangkan, kalau NU ada nyadran dan biasa. : Apa pendapat adek mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Tidak ada masalah mbak.
19
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan Peneliti
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana dek? : Tetap rukun mbak, ya mengikuti masing-masing. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada mbak seperti kerjabakti, karang taruna, REMAS, trus kalau ada orang meninggal kita yang remaja ikut berpartisipasi seperti bagian masang tenda. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ada mbak, ya pengajian fatayat : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan dek, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Kurang tau mbak, tapi sepertinya ada. : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya dek ? : Ya mungkin mbak : Kalau dalam pengeolaan TPA dek ? : Kalau TPA di sini banyak mbak. Kalau saya waktu kecil ikut di Masjid sama pak MJ beliau dari Muhammadiyah, tapi sekarang saya sudah tidak ikut TPA, ngaji sendiri di Rumah. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana aadek menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada mbak. : Lalu apa yang menjadi prinsip adek dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Apa ya mbak prinsipnya, ya yang penting rukun mbak saling menghormati dan saling menghargai. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahadekjuga sholat berjamaah di Masjid ? : Ya, kadang-kadang. : Kemudian jika sholat subuh, apakah adek membaca qunut ? : Kalau sholat sendiri ya pakai qunut mbak, tapi kalau ikut berjamaah tidak. : Apakah adek juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah di Masjid ? : Ya mbak ikut. : Kemudian dengan hari raya dek, apakah bersama? : Ya kalau hari raya, NU sholat di Masjid tapi kalau Muhammadiyah sholat di Lapangan.
20
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
Informan
: Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama dek? : Ya mbak bersama-sama. : Lalu bagaimana prinsip adek sebagai warga NU? : Ya menyesuaikan saja mbak dalam hal ibadah selama tidak melenceng dari aturan Islam. : Bagaimana menurut adek jika membantu tetangga berbeda paham ? : Tidak apa-apa mbak. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah adek juga ikut menjenguk ? : Ikut mbak. : Kalau dalam hal kematian, apa adek ikut berpartisipasi jika ada warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ya saya ikut mbak, kalau untuk remaja bagian masang tenda. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Setau saya di sini cuma tiga hari mbak, tapi untuk acara-acara seperti itu saya tidak ikut ,jadi untuk orang- tua saja. : Sebenarnya faktor apa dek yang melatarbelakangi kerukunan ini ? : faktor kesadaran dan saling toleransi. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankandek ? : Tetap adanya kebersamaan, saling menghormati, kumpul bersama.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja.Serta informan tidak mempermasalahkan perbedaan pemahaman yang ada selama tidak melenceng dari aturan Islam.
21
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
SAM (Muhammadiyah) Sabtu, 29Agustus 2015 16.30 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada sore hari sekitar pukul 16.30WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu SAM, yang kebetulan sudah membuat janji. Setelah tiba di Rumahnya saya mengetuk pintu dan yang membuka pintu Bu SAM sendiri. Kemudian saya dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu, saya langsung melakukan wawancara. Bu SAM (berusia 65 tahun) ini merupakan uztadzah TPA di dusun Honggosari. selain itu juga mengajar TPA anak-anak dusun Honggosari, juga merupakan Ibu rumah tangga dan sudah dikaruniai 3 anak. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan ibuk tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Ya sama-sama organisasi masyarakat yang intinya mengajarkan kebaikan untuk mencari pahala. : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Ya kalau masalah pemahaman ya berbeda, jadi Muhammadiyah kalau sholat subuh ya tidak pakai qunut, trus bacaan iftitah juga beda sini menggunakan Allahhumma bait sana kabiro.
22
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk? : Baik-baik saja mbak, jadi tidak ada saingan apa-apa. Jika ada warga NU mengadakan acara ya kita menghormati, kemudian apabila suami saya THR mengisi pengajian RT ya semua datang. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada, ya kerjabakti jadi ya dilaksanakan bareng-bareng, kalau untuk urusan sosial Label NU dan Muhammadiyah tidak diikutikutkan. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ada mbak, sini kalau mengadakan pengajian ibu-ibu aisiyah ya warga NU juga ada yang datang, kecuali yang NU fanatik beneran. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Ada mbak, di sini untuk urusan pengelolaan masjid semua warga dilibatkan. Tapi kalau imam nya dari Muhammadiyah semua. : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang atau sepihak buk? : Ya bisa dikatakan seimbang kalau dalam pembangunan masjid, tapi bisa dikatakan sepihak kalau dalam urusan imam dan muadzin. : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ? : Ya kalau TPA di sini banyak, kebetulan di Rumah saya juga ada TPA. Jadi, masalah pengelolaan ya saya dengan suami saya. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana ibuk menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada, semua rukun di dusun Honggosari. : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Ya menyambung silaturahmi. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat berjamaah di Masjid ? : Ya mbak. : Kemudian dengan hari raya buk apakah bersama?
23
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
Informan
: Bersama, cuma bedanya tempatnya sholat ada dua di Masjid sama di Lapangan. : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama buk? : Iya baren-bareng. : Kalau ada dzibaan, ziarah, apa ibuk juga ikut ? : Ya kalau saya pribadi tidak, tapi mungkin ada hanya beberapa orang. Sebenarnya dzibaan kan hanya syair Islam mbak, jadi hanya merupakan seni, kan tidak ada juga dalam perintah Rasulullah SAW. dan kalau ziarah saya pun juga tidak ikut. : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda paham ? : Kalau membantu ya semua di bantu. : Ketika ada warga NU yang sakit apakah ibuk juga ikut menjenguk ? : Ya ikut mbak : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi jika warga NU meninggal dunia ? : Ya dateng, ya kalau ibu-ibu aisiyah terus langsung datang mandiin yang putri. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Kalau di sini 3 hari sudah dibubarkan, jadi tidak sampai 7 hari. : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan inibuk ? : Toleransi antar sesama, jadi dengan adanya toleransi tersebut dapat memperkuat kerukunan di sini. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanbuk ? : Ya dengan adanya pengajian bersama, sholat berjamaah di Masjid, PKK, kerjabakti itu upaya juga untuk menjaga kerukunan di Dusun ini sebab dengan sering berinteraksi kita lebih dapat menjalin silaturahmi.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Kebetulan Masjid dusun
24
Honggosari ini lebih condong terhadap paham Muhammadiyah, jadi dalam hal peribadahan tidak ada masalah. Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
PRS (NU) Sabtu, 29 Agustus 2015 11.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu PRS, yang kebetulan sudah membuat janji. Sebelumnya saya telefon dahulu untuk menanyakan waktu luang guna melakukan wawancara. Kemudian setelah saya tiba di rumahnya, saya mengetuk pintu berulang-ulang tetapi tidak ada yang membukakan. Ternyata Bu PRS sedang belanja ke Pasar, mungkin karena saya berangkat agak kepagian dari jadwal yang sudah dijanjikan. Tak lama kemudian Bu PRS datang dengan menggunakan sepeda motor dan membawa barang-barang belanjaannya. Bu PRS pun kaget karena saya sudah berada di depan rumahnya, akhirnya saya dipersilahkan masuk dan duduk. Kemudian saya ngobrol-ngobrol sedikit dan setelah itu baru mulai wawancara. Bu PRS (berusia 50 tahun) ini merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinyabekerja sebagai penjahit. Bu PRS dikaruniai 5 orang anak dan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti
: Bagaimana pandangan Muhammadiyah dan NU ?
25
ibuk
tentang
paham
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
: Menurut saya, semua agama sama dan tujuannya pun juga sama yaitu mencari ridho Allah. Intinya semua agama baik mbak. : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Ya intinya semua agama itu baik, jadi bagi saya tidak masalah asalkan tidak melenceng dari Al-Qur’an. : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk? : Owh masalah hubungan sangat rukun sekali mbak di dusun ini. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada mbak, ya seperti PKK, kerja bakti. Di sini ada yang mengatur mbak dalam bidang sosial jadi kita sebagai warga tinggal mengikuti saja. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ada mbak, ya seperti pengajian silaturahmi, pengajian syawalan, isro’ miroj, dan pengajian rutin 2 minggu sekali per RT. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Saya kurang faham mengenai itu mbak, masalahnya saya kan di sini hanya warga biasa. Jadi, kalau masalah kepengurusan kurang begitu faham tapi setau saya yang mengurusi dusun ini kebanyakan dari waga Muhammadiyah mbak. : Berarti dalam pengelolaan Masjid hanya sepihak ya buk ? : Mungkin ya mbak, karena dusun ini tokoh-tokohnya kebanyakan orang Muhammadiyah dan NU di sini dalam kepengurusan tidak begitu menonjol. : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ? : Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada mbak, ya tidak mempermasalahkan satu sama lain, di sini intinya kalau mau ikut ya silahkan kalau tidak, ya tidak apaapa. Jadi sifat nya bebas, tidak memaksa. : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ?
26
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: Kita kan sebagai orang Islam ya mbak, jadi yang dicari adalah kerukunan, yang penting ibadah mencari pahala. Kalau masalah kecil di besar-besarkan akan pecah nantinya, ya di mana-mana perbedaan pasti ada mbak. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham? : Terus terang saya belajar dari sini, doanya pakai Muhammadiyah. Kalau masalah jama’ah saya terus terang tidak jama’ah di Masjid, ya mungkin memang aku kesadarannya masih kurang. : Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ? : Ya tadi mbak, kalau saya sholat di Masjid ya saya ikut imam saja, tapi kalau saya sholat di rumah ya pakai qunut. : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah di masjid ? : Ya mbak, kalau masalah tarawih saya ikut imamnya saja, kebetulan imamnya di sini adalah bapak THR beliau dari Muhammadiyah, tapi saya tidak memandang dari Muhammadiyah atau NU, yang saya pandang beliau adalah kyai di sini. : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama? : Tidak mbak. Itu sesuai keyakinan masing-masing, yang Muhammadiyah ya ikut Muhammadiyah dan yang NU ya ikut NU. : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih Qurbannya bersama buk? : Bersama-sama mbak. : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU? : Saya tidak memandang Muhammadiyah atau NUnya mbak, jadi selama ajaran itu baik ya saya gunakan. : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda paham ? : Tidak masalah mbak, kalau sini masalah kesusahan memang semuanya ikut. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk juga ikut menjenguk ? : Ikut mbak, itu tetap satu, sosial tidak bisa dipecahkan. : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ikut mbak
27
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan Peneliti Informan
: Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Kalau masalah 7, 40, 100 hari tergantung yang punya hajat mbak. Tapi di sini rata-rata 3 hari sudah selesai baik yang meninggal warga Muhammadiyah maupun NU. : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi kerukunan ini ? : Yang pasti kesadaran mbak apalagi saya hanya pendatang, bukan asli dari lahir di dusun ini. Jadi, saya hanya mengikuti dan memahami apa yang sudah ada di dusun Honggosari ini. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanbuk ? : Ya sama-sama saling memahami, istilahnya kalau situ mau menjalani ya monggo tidak ya monggo, toleransilah mbak. : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap menjaga kerukunan ? : Ya di sini kan ada perkumpulan remaja. Kan remaja tidak ada mengecam, kamu warga Muhammadiyah kamu warga NU, tapi saya juga tanamkan harus ngaji di luar. Jadi, pemahaman agama bisa langsung sendiri
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutustali silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja.Apalagi Bu PRS ini hanyalah seorang pendatang di dusun ini, jadi hanya mengikuti apa yang sudah ada di dusun tersebut baik dari segi keagamaan maupun sosial. Bagi Bu PRS sebagai orang Islam yang dicari hanyalah kerukunan, yang penting ibadah mencari pahala. Kalau masalah kecil di besar-besarkan akan pecah nantinya karena perbedaan itu di mana-mana pasti ada.
28
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
DL (Muhammadiyah) Sabtu, 30 Agustus 2015 11.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015, pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah mbak DL dan sebelumnya memang saya sudah membuat janji. Saat tiba di rumahnya, mbak DL mempersilahkan saya masuk sebelumnya juga sudah kenal waktu KKN dulu, jadi sudah lumayan akrab. Kebetulan hari itu kuliahnya juga libur, Kemudian saya langsung melakukan wawncara dengannya. Mbak DL adalah Mahasiswa UMM (berusia 22 tahun) ini, yang masih semester 5 jurusan ekonomi S1. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti Informan
Peneliti Informan
: Bagaimana pandangan mbak tentang paham Muhammadiyah dan NU ? : Paham Muhammadiyah dan NU, keduanya merupakan aliran Islam termasuk aliran besar di Indonesia, yang mana keduanya memiliki paham atau keyakinan masing-masing, keduanya memiliki perbedaan dari segi pengamalan ibadah : Apa pendapat mbak mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : Pemahaman yang berbeda itu wajar ya mbak, setiap orang memiliki pemikiran masing-masing, yang mana alur berfikirnya
29
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan Peneliti
: :
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti Informan
: : : :
Peneliti
:
Informan
:
pun juga berbeda-beda jadi tergantug kita yang menyikapainya. Dari satu syariat Islam dipahami oleh banyak orang maka mereka akan melahirkan pemahaman yang berbeda-beda termasuk dari pakar pemimpin Muhammadiyah dan NU tersebut. Sebenarnya perbedaan tersebut itu hanyalah masalah furu’ saja mbk, tapi kan tujuanya sama yaitu sama-sama memperjuangkan Islam. Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana mbak? Baik-baik saja mbak, ya layaknya sebagai masyarakat apalagi orang desa, mereka mengedepankan adanya kerukunan. Jadi, perbedaan paham seperti ini kita anggap sebuah kewajaran yang mana tetap pada prinsip masing-masing, namun tetap menjaga toleransi dan kerukunan dalam kehidupan sosial. Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? Ada mbak, ya kita sering seperti PKK, kerjabakti, bersih-bersih masjid. jadi ya di laksanakan bareng-bareng, kalau untuk urusan sosial label NU dan Muhammadiyah tidak diikut-ikutkan. Pokoknya yang berbau sosial kita pro jadi tidak melihat perbedaan paham kita. Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? Ada mbak, sholat berjamaah. Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan mbak, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? Ada mbak, ya kita bareng-bareng mengelolanya, tapi biasanya yang mengajar dan yang yang mengimami sering-seringnya dari warga kami (Muhammadiyah). Berarti dalam pengelolaan Masjid tidak seimbang mbak? Kurang tahu mbak. Kalau dalam pengeolaan TPA mbak ? Ya kalau TPA di sini banyak, tidak hanya di Masjid tapi ada di Rumah-rumah warga. Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana mbak menghadapi kendala tersebut ? Tidak ada, semua fine-fine saja, kita jalani kehidupan di masyarakat ini dengan tentram dan sejahtera.
30
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
: Lalu apa yang menjadi prinsip mbak dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Prinsip saya adalah ya terpenting saya punya keyakinan sendiri dalam hati, saya melakukan ini karena saya punya dasar seperti ini dan saya berkata seperti ini karena saya punya prinsip seperti ini. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahmbakjuga sholat berjamaah di Masjid? : Kalau masalah sholat di Masjid, kadang-kadang mbak. Kebanyakan sholatnya di Rumah. : Kemudian dengan hari raya mbak apakah bersama? : Ya kalau hari raya berbeda. : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan qurbannya bersama mbak? : Iya kalau masalah idul adha bersama mbak.Ya kita nunggu sebentar dan juga mengambil kemudahan agar pengelolaanya bareng sekaligus. : Kalau ada dzibaan, ziarah, apa mbak juga ikut ? : Tidak mbak, itu memang rutinitas dari warga NU. : Bagaimana menurut mbak jika membantu tetangga berbeda paham ? : Kalau masalah bantu-membantu fine-fine aja mbak, tidak ada masalah. Jadi, itu kan kaitannya dengan sosial, adapun dia punya hajat ataupun sakit tetap dibantu. : Ketika ada warga NU yang sakit apakah mbak juga ikut menjenguk ? : Ya ikut mbak, soal hati dan sosial itu kita sembunyikan dulu paham yang melekat. : Kalau dalam hal kematian, apa mbak juga ikut berpartisipasi jika warga NU meninggal dunia ? : Ya kalau itu, saya ikut. : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Sudah jarang mbak, karena memang sudah jadi keputusan di sini tiga hari sudah selesai tapi ya masih ada paling cuma beberapa orang. : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan inimbak ?
31
Informan
Peneliti
Informan
: Mayoritas di sini keluarga mbak, jadi misalnya saya Muhammadiyah, pakde saya NU, bude saya Muhammadiyah. Ya kita toleransi walaupun berbeda paham. : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanmbak ? : Ya intinya kita saling menghormati bahwa kita punya prinsip sendiri-sendiri yang mungkin sebagian dari prinsip tersebut tidak bisa dilakukan bersama dan tetap menjaga toleransi.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja, selain itu kerukunan di dusun Honggosari ini ada kekerabatan juga sehingga bisa lebih mempererat ukhuwah di Dusun ini.
32
Catatan Wawancara Informan Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: : : :
MSL (NU) Sabtu, 29 Agustus 2015 21.00 WIB Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga Muhammadiyah dan NU) : KS
Prolog Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu MSL, dan karena saya belum tahu rumahnya saya bertanya-tanya kepada warga sekitar. Namun, sebenarnya kami sudah kenal sejak KKN dulu. Ketika di jalan untuk mencari rumahnya, ada seorang ibu-ibu sedang berjalan, kemudian saya menghampirinya dan bertanya rumah Ibu MSL dan ternyata dari tempat saya bertanya sudah dekat, kemudian ibu tersebut menunjukkan rumahnya. Setelah itu, saya berjalan ke rumahnya dan sesampai di rumahnya saya mengetuk pintu, tetapi yang membuka pintu adalah anaknya. Dan saya memastikan dengan bertanya kepada anakanya, apakah benar rumahnya Bu MSL dan ternyata benar. Kemudian dipanggilkan oleh anaknya, dan akhirnya Bu MSL keluar dan mempersilahkan saya masuk dan duduk. Setelah itu, saya ngobrol-ngobrol sebentar baru kemudian melakukan. Ibu Rumah tangga Bu MSL yang (berusia 44 tahun) ini merupakan ibu rumah tangga dan penggerak NU di dusun ini. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara : Peneliti
: Bagaimana pandangan Muhammadiyah dan NU ?
33
ibuk
tentang
paham
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: Ya kalau saya pribadi dari NU tapi kalau untuk urusan Muhammadiyah saya kurang paham, saya rasa sama. : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda tersebut ? : bisa jalan bersama-sama mbak dengan kegiatan yang ada. : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk? : Alhamdulillah baik sekali mbak. : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan? : Ada, kita kan dalam satu payung, satu wadah, satu dusun jadi selalu bersama mbak. Kalau sudah terjun dalam sosial kita tidak menyangkut-nyangkutkan akidah. NU dan Muhammadiyah hanyalah akidah masing-masing saja. : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan NU? : Ada mbak, ya seperti pengajian RT dan PKK. Kalau dzibaan saja Muhammadiyah juga ada yang ikut mbak. Jadi kita di sini intinya satu payung. : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ? : Ada mbak. Jadi untuk mengurus masjid diambilkan dari semua warga, tidak memandang dari Muhammadiyah ataupun NU. : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang ya buk ? : Ya seimbang mbak, kan diambilkan dari semua warga. : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ? : TPA di sini banyak mbak jadi tidak terfokus pada satu tempat. : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ? : Tidak ada mbak, baik-baik saja di sini. : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan kerukunan di bawah perbedaan ini ? : Diniatkan silaturahmi saja mbak, kemudian tholabul ilmi dan kerukunan saja. : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham? : Ya ikut sholat berjamaah mbak di Masjid dengan Pak Tohari, ya sebetulnya juga agak sulit bagi keyakinan saya. Tapi saya niatnya untuk jama’ah saja, pasrah bongkoan saja.
34
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
: Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ? : Ya tadi saya ikut imam saja mbak, kalau imamnya tidak pakai ya ikut imam saja. : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah di Masjid ? : Terus terang saya pribadi untuk sholat tarawih saya tidak ke Masjid, saya jamaah sendiri dengan suami saya di Rumah. Ya memang mbak shalat tarawih di sunahkan untuk jamaah di Masjid tapi ya karena keyakinan masing-masing tadi. Jadi, alangkah lebih baik nya saya berjamaah sendiri dengan suami. : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama? : Tidak mbak, yang Muhammadiyah di Lapangan dengan Pak THR dan yang NU di Masjid sini dengan Pak SN. Ya kalau saya ikut di Masjid. : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih Qurbannya bersama buk? : Bersama-sama mbak. : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU? : Ya prinsip saya kalau untuk beribadah ya beribadah saja. : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda paham ? : Tidak masalah mbak, semua kegiatan bentuk kerukunan tidak masalah tapi satu prinsip untuk beribadah ya sesuai keyakinan saya saja. : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk juga ikut menjenguk ? : Ya mbak : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ? : Ikut mbak : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari apakah masih tetap terlaksana di sini bagi warga NU ? : Kalau di sini tiga hari sudah jadi keputusan. Jadi, forum resminya sudah ditetapkan tiga hari, tapi kalau untuk melanjutkan ya silahkan. Selama tiga hari itu ya di isi dengan tahlilan, ceramah. : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi kerukunan ini ? : Ya insyaAllah kesadaran mbak serta kerukunan dari para tokohtokoh di sini juga.
35
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
: Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankanbuk ? : Ditekankan bahwa masalah kerukunan dan silaturahmi antar sesama, karena silaturahmi pahalanya kan banyak sekali. Jadi, yang dipetik cuma hikmahnya saja. : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap menjaga kerukunan ? : Di sini kan ada karang taruna, jadi mungkin ditanamkan kerukunan juga. Masalahnya karang taruna sendiri kalau sholat ied ada yang ke Masjid ada juga yang ke Lapangan. Maka dengan hal tersebut sudah terlihat adanya toleransi dan kerukunan.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi informan ada kendala dalam prinsip beribadah, Bu MSL merasa sulit karena itu sudah menyangkut kayakinan. Namun, hal itu tidak membuat informan untuk tetap saling rukun apalagi beliau adalah tokoh NU. Bagi Bu MSL umat Islam merupakan satu payung, maka harus menjaga kerukunan.
36
Catatan Observasi Peristiwa Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: Selapanan : Kamis, 16 April 2015 : 19.30 WIB : Kerukunan Hidup : KH
Prolog Pada hari kamis tanggal 16 April 2015, tepatnya malam jumat pahing sekitar pukul 19.30 WIB, saya mengikuti kegiatan rutin selapanan di Masjid AlMubarok dusun Honggosari. Saya datang bersama Pak lurah dan Bu Lurah yang kebetulan juga mengikuti acara tersebut.Dari rumah Pak Lurah, kami berjalan menuju masjid, setelah sampai di Masjid Pak Lurah ikut berkumpul dengan jama’ah laki-laki dan saya dengan Bu Lurah duduk didekat tangga. Sebenarnya kegiatan tersebut hanya dihadiri oleh jamaah laki-laki, akan tetapi saya mengikuti kegiatan tersebut sebagai data observasi penelitian saya, dan seiring berjalannya kegiatan tersebut, saya mengamati jalanya acara secara cermat yang didampingi oleh ibu lurah. Catatan Peristiwa
Pengajian Selapanan adalah kegiatan rutin masyarakat, setiap selapan hari sekali atau setiap 35 hari sekali yang dilaksanankan pada malam hari di Masjid Al-Mubarok, acara ini diwajibkan bagi warga dusun Honggosari untuk menambah kerekatan persaudaraan dalam masyarakat. Acara pengajian ini disambut antusias oleh semua warga dusun Honggosari, hal ini dibuktikan dengan ramainya warga yang datang ke Masjid.
1
Budaya pengajian ini rutin dilaksanakan di mana anggota keluarga yang laki-laki di setiap rumah datang berbondong-bondong ke Masjid dengan membawa uang dan makanan sendiri yang nantinya akan disajikan pada saat pengajian, makanan tersebut antara lain nasi, sambel goreng, mie goreng serta ayam dan telur. Malam itu cuaca sangat terang, terlihat dari jalan satu persatu orang datang mengenakan pakaian muslim rapi, bapak-bapak mengenakan baju koko dan ada juga yang mengenakan batik lengan panjang, serta anak laki-laki yang juga mengenakan pakaian muslim, semua jamaah laki-laki tersebut semua terlihat mengenakan sarung dan peci. Dalam acara ini, sebagian dari mereka membawa nasi serta lauk pauk dan sebagian membawa uang. Setelah sampai di Masjid mereka akan mengumpulkan uang tersebut sebagai kas pembangunan masyarakat dusun Honggosari dan sebagian warga yang lain meratakan nasi tersebut di atas tempat yang sudah disediakan oleh panitia. Sebelum memulai makan bersama, mereka berdoa bersama dengan membaca tahlil yang dipimpin oleh Bapak Tohari dan dikesempatan ini juga Pak lurah memberikan sambutan dengan menyampaikan himbauan, informasi, laporan kondisi desa masyarakat, serta juga sebagai ajang silaturahmi. Dalam kegiatan tersebut nampak tidak ada perbedaan antara warga Muhammadiyah dan NU, semua masyarakat merasa menjalani kegiatan tersebut atas dasar kebersamaan dan kerukunan. Refleksi Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa inti kegiatan tersebut adalah untuk menjaga kebersamaan dusun Honggosari dan membudayakan sodaqoh terhadap sesama. Serta menjadikan masyarakat menjadi lebih rukun dan juga sebagai ajang silaturahmi.
2
Catatan Observasi Peristiwa Hari, tanggal Jam Fokus Kode
: Pengajian Tafsir Al-Qur’an : Senin, 13 April 2015 : 18.30 WIB :Mencari Ilmu : MI
Prolog TepatnyamalamSelasa tanggal 13 April 2015, saya mengikuti kegiatan rutin pengajian tafsir Al-Qur’an yang dilaksanakan satu minggu sekali di Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari. Pengajian ini dipimpin oleh bapak takmir masjid yaitu Bapak Tohari. Pengajian ini dilaksanakan setelah sholat maghrib, dan kebetulan saya juga ikut sholat maghrib di Masjid tersebut, selesai sholat maghrib kami menempatkan diri masing-masing dan Bapak Tohari berada di tengahtengan jama’ahnya seperti halnya halaqoh. Pada saat itu, saya tidak membawa AlQur’an, kemudian saya disodori Al-Qur’an oleh bapak-bapak yang mana AlQur’an tersebut sudah disediakan bagi yang tidak membawa dari rumah. Kemudian saya mengikuti acara tersebut hingga selesai. Catatan Peristiwa Pengajian Tafsir Al-Qur’an ini dilaksanakan setiap 1 minggu sekali pada malam Selasa setelah sholat maghrib berjamaah, yang bertempat di Masjid AlMubarok. Pengajian ini diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu dusun Honggosari baik dari warga Muhammadiyah maupun NU, semua mendengarkan penjelasan Tafsir Al-Qur’an yang disampaikan oleh Pak Tohari sebagai kiai di dusun Honggosari. Pak Tohari membuka pengajian dengan mengucapkan salam kepada jama’ahnya, kemudian
3
membaca surat Al-a’raf ayat 134 yang diawalinya, kemudian ditirukan oleh jama’ahnya, setelah itu menerjemahkan ayat kata demi kata model pesantren dengan pengantar bahasa Jawa. Setelah dijelaskan jama’ah tafsir Al-Qur’an diberi kesempatan untuk bertanya bagi yang belum paham. Dan selesai pengajian tersebut dilanjutkan sholat isyak berjamaah. Refleksi Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa inti kegiatan tersebut adalah untuk tholabul ilmi, karena pada dasarnya mencari ilmu itu penting dalam kehidupan manusia, dengan ilmu manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan syariat Islam. Bagi warga Muhammadiyah maupun NU, apabila kegiatan tersebut bertujuan baik dan diniatkan untuk mencari ridho Allah SWT. maka dilaksanakan walaupun tidak sepaham, serta dengan kegiatan tersebut menjadikan masyarakat menjadi lebih rukun dan juga sebagai ajang silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari..
4
DOKUMENTASI Masjid Al-Mubarok
Pengajian per RT(Warga Muhammadiyah dan NU)
1
Pengajian Tafsir Al-Qur’an
Selapanan
2
Pengajian Muslimatan
3
TPA (Warga Muhammadiyah dan Warga NU)
4