KODE – KODE DALAM AKTIVITAS MENYELAM
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra
Oleh:
Ester Magdalena Kembuan 100912034 Jurusan Sastra Inggris
UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO
2015 i
ABSTRACT
Semiotics is a study about signs. A Sign is something that can be found in some different forms such as verbal or nonverbal, written or unwritten. They can be anything that convey meaning such as words on papers, pictures, drawings, and gestures or codes. In this research, the writer takes the gestures codes used by diving activity as the object of research. Codes also can be found in gestures for example in diving activity. In this category, codes are used in diving activity for communication. The problems in this research, what are the forms of codes used by Manado’s diver in diving activity, and what are the meaning of codes in diving activity. The purpose of the research is to identify, analyze, and classification the codes in diving activity. The data about codes are collected by getting some information from informants, and the data pictures of international and local codes were collected at dive spot at Malalayang II seashore. All the collected data are analyzed based on Peirce theory of signs and codes, and the analysis used is descriptive analysis. The results of this research show that there are 17 codes international, and also 9 local codes In Manado that usually using by local divers in Manado. The form of International codes there are 5 classification of codes, direction codes, sea species codes, safety codes, secure problem codes, and attention codes. The form of local codes there are 4 classification of codes, sea species codes, safety codes, secure codes and attention codes. and the meanings of codes are, how to show to buddy about the condition when the diver look, give a clue, or feel something inside water and codes are the way the diver give information with fellow while diving activity. Keywords: Diving Codes, Descriptive Analysis, Semiotics. BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, dengan adanya bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, seperti yang dikutip dalam (Brilhart, 1993:84) sebagai berikut. Manusia berkomunikasi melalui berbagai macam cara. Salah satu cara yang paling penting ialah melalui bahasa, karena bahasa adalah alat komunikasi. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku umum seperti adat, kebiasaan dan kelaziman. Bahasa manusia terdiri dari simbol-simbol, baik verbal maupun non verbal, dan aturan untuk menggunakannya.
Begitupun menurut Sobur (2003: 13) yang menyatakan bahwa, Bahasa sebagai sistem tanda yang paling dasar. Sedang yang lainnya seperti gerakgerik, bentuk pikiran, bentuk dan cara pakaian, cara berbicara: tinggi-rendahnya nada, karya cipta manusia, cara memandang suatu objek, pemilihan dan penolakan, dan lain sebagainya, dipandang sebagai sejenis kode yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan hubungan-hubungan. Chaer (1994:345) menjelaskan bahasa dari tataran linguistik bahwa, Linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya ialah makna bahasa, bahasa juga merupakan satu tataran linguistik, begitu juga status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis adalah tidak sama. Sebab, secara hirarkial satuan bahasa yang disebut wacana dibangun oleh kalimat; satuan kalimat dibangun oleh klausa; satuan klausa dibangun oleh frase; satuan frase dibangun oleh kata; satuan kata dibangun oleh morferm; satuan morferm dibangun oleh fonem; dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh bunyi. Dari proses bangunmembangun tersebut, letak dari semantik dengan objeknya yakni makna, makna berada diseluruh atau disemua tataran yang bangun-membangun ini. Makna berada dalam tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Adapun menurut Eco (1997:25) mengemukakan bahwa “Linguistik atau bahasa merupakan sistem tanda”. Seperti yang dikutip dalam Kridalaksana (1984:3), tanda dapat kita pelajari dalam semiotic atau dalam bahasa Perancis disebut “Ia Semiologie,” begitu pula yang dikutip dalam Sudjiman dan van Zoest (1996:1), semiotic (Semiotics) berasal dari bahasa Yunani “Semeion” yang berarti tanda atau Sign. Dalam Hoed (2011:3) mengatakan “semiotik adalah Ilmu yang mempelajari tanda dalam kehidupan manusia”. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna seperti yang dikutip dalam Noth (1993:13), “tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna”. Adapun tanda menurut Pierce yang dikutip oleh Allot (141), “sebuah tanda bukan hanya memerlukan sebuah kata, tetapi dapat juga berupa pikiran, gerak ataupun yang memerlukan interpretant, dengan kata lain dapat menimbulkan kata-kata lebih lanjut.”
v
Selain dari pada itu juga Pierce dalam Sudjiman dan van Zoest, (1991:7) menyatakan bahwa “makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu.” Adapun pendapat lain mengenai tanda, menurut Chandler (1994:210) “Tanda tidak memiliki makna intrinsik dan menjadi tanda-tanda hanya bila tanda-pengguna berinvestasi dengan makna dengan mengacu pada kode yang diakui, tanda / penandaan dan komunikasi bukan suatu kebetulan atau dibuat-buat”. Eco (1976:27-28), mengatakan bahwa, Sistem tanda / penandaan itu ada (dan oleh karena itu disebut kode), karena kode terjadi karenakan adanya kesepakatan, baik fungsi itu memiliki ciri-ciri tersendiri (yang khas), begitu juga dengan proses komunikasi terjadi apabila kemungkinankemungkinan yang tersedia dalam sistem signifikasi / penandaan itu dimanfaatkan secara fisik untuk mengungkapkan maksud tertentu. Adapun kode dalam istilah bahasa (kode) sebagai suatu arti yang sangat luas, yang umumnya dalam semiotika disebut sebagai suatu sistem yang diatur atau peraturan, yang berperan sebagai sarana komunikasi, dan yang memakai tanda-tanda. Seperti yang dikutip dalam (Eco 1976:33) “menggunakan komunikasi secara non verbal / (gesture) dalam hal ini ialah memberikan kode dalam berkomunikasi, karena proses komunikasi sering didefinisikan sebagai memberi dan menerima isyarat atau kode”. Penggunaan kode dalam berkomunikasi yakni kode-kode dalam penyelaman. Kode yang dipakai dalam penyelaman diantaranya: 1) kode internasional, yaitu kode yang sudah disepakati secara universal, kode-kode ini dipelajari bagi seorang penyelam ketika penyelam tersebut mengikuti kursus atau latihan selam, karena itu setiap penyelam mengenal kode-kode internasional yang mereka pelajari; 2) kode lokal, yaitu kode yang belum disepakati secara universal, yaitu kode yang diciptakan di daerah tersebut dikarenakan memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lainnya, tidak ada didalam kode-kode internasional, dan hanya penyelam-penyelam lokal tersebut yang mengetahui arti dari kode-kode tersebut.
Mengapa penulis terdorong memilih judul ini? Berdasarkan pengalaman, penulis sering menemukan kesalahpahaman dalam menggunakan kode di dalam air yang berakibat fatal dalam penyelaman. Tidak semua orang yang mempunyai pengetahuan dalam dunia penyelaman. Selain itu, penguasaan kode akan mengurangi tejadinya kecelakaan di dalam air, atau menghindari terjadinya kesalahan dalam menggunakan kode dalam berkomunikasi di dalam air. Penelitian ini dilakukan di pantai Malalayang II di Manado, karena pantai Malalayang merupakan salah satu tempat wisata penyelaman di Manado. Penulis mengambil 10 penyelam aktif sebagai informan. Adapun data yang akan diteliti meliputi kode-kode internasional yang biasa digunakan bagi para penyelam lokal di Manado dan kode-kode lokal yang dipakai di perairan kota Manado. Kode-kode internasional yang terdiri 17 kode-kode dan kode lokal di Manado berjumlah 9. Penulis mendapat kendala yang ditemui dalam mengumupulkan data diantaranya, untuk mengumpulkan infoman penulis membutuhkan waktu yang cukup lama, karena cuaca yang tidak memungkinkan penulis untuk mengadakan penyelaman. Contoh penggunaan kode Internasional dan kode lokal dalam aktivitas menyelam: 1.
Kode Internasional Kode “Ada Kapal”
Kode “ada kapal” merupakan kode yang digunakan penyelam untuk mengatakan bahwa ada kapal di permukaan air. 2. Kode Lokal
v
Kode “Berlutut”
Kode “berlutut” merupakan kode yang diciptakan oleh penyelam Manado, untuk memperingati kepada penyelam lainnya agar berdiam di suatu tempat dengan berlutut. 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini yakni: 1.
Bentuk-bentuk kode apa saja yang digunakan oleh penyelam Manado dalam aktivitas menyelam?
2.
Makna apa saja yang terkandung dalam bentuk-bentuk kode aktivitas penyelaman tersebut?
1.3
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.
Mengidentifikasi bentuk-bentuk kode yang digunakan oleh penyelam dalam aktivitas menyelam?
2.
Mengklasifikasikan dan menganalisis makna yang terkandung dalam bentuk-bentuk kode aktivitas penyelaman?
1.4
Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoretis: hasil penelitian ini dapat menjadi dasar acuan untuk pengembangan penilitian yang berkaitan dengan semiotik, juga memberikan referensi dan informasi bagi pembaca, penyelam dan mahasiswa Sastra Inggris dalam mempelajari dan meneliti kode-kode dalam aktivitas penyelaman.
2.
Manfaat praktis: membantu para penyelam khususnya penyelam pemula untuk mengerti dengan jelas tentang cara berkomunikasi di dalam air, dan membantu mereka mempraktekkan kode-kode tangan dalam aktivitas menyelam sehingga mengurangi resiko kesalahpahaman dan berbagai kesalahan fatal lainnya, juga agar mereka bisa mengetahui kode-kode lokal yang biasa digunakan oleh penyelam lokal Manado.
1.5 Tinjauan Pustaka Penulisan ini ditunjang oleh penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, yakni: 1.
“Tanda Ikon Dalam Komik Donald Duck Karya Walt Disney: Suatu Kajian Semiotik” oleh Jane Grace Donna Supit (2003). Penelitian ini berdasarkan pada analisis semiotik secara umum pada non verbal yang menitik beratkan pada ikon. Dalam menganalisis skripsi ini penulis menganalisis setiap gambar aksi para tokoh frame dalam komik Donald Duck karya Walt Disney. Ia menggunakan teori Zoest (1993), yaitu tanda sebagai komunikasi non verbal akan merangsang penggunaanya dalam menangkap maknanya dan menggunakan metode deskriptif yang menganalisis secara empiris atau menggambarkan bahasa seperti apa adanya. Hasil dari penelitiannya ditemukan bahwa ikon-ikon dalam komik “Donlad Duck” karya Walt Disney yaitu ikon hewan, ikon benda, dan ikon manusia.
2.
“Simbol-Simbol Dalam Novela The Pearl Karya Jhon Steinbeck: Suatu Kajian Semiotik” oleh Angreny. N. Ottay (2007). Penelitian ini membahas tentang simbolsimbol pada setiap karakter dalam novela The Pearl. Penelitian ini penulis menggunakan teori Schefold (2002:1) yang mengatakan bahwa simbol merupakan peristiwa dimana masyarakat melihat suatu hubungan yang tak terpisahkan antara benda dan makna. v
Dalam menganalisis skripsi ini penulis melihat dari segi semiotik dimana simbol-simbol dari karakter-karakter The Pearl termasuk tindakan non verbal dan menggunakan metode deskiptif. Hasil penelitiannya dalam novella The Pearl yaitu tokoh-tokoh dalam cerita tersebut Mutiara dan Kano melambangkan seseorang pekerja keras, kuat dan tidak materialis, serta dokter melambangkan ketamakan, tidak sosialis, egois dan munafik. 3.
“Simbol-Simbol Dalam Novel The Lord of The Rings Karya J. R. R Tolkien: Suatu Kajian Semiotik” oleh Ulfah Manoppo (2003). Pada penelitian ini penulis menganalisis setiap simbol-simbol dalm novel The Lord of The Rings menggunakan teori Dillistone (2002) bahwa, semua gerak-gerik yang digunakan dalam komunikasi adalah symbol dan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitiannya dia menemukan simbol-simbol dan bentuk-bentuk simbolis yaitu: simbolis tubuh dan makanan, simbolis tanah, simbolis pakaian, serta symbol terang dan gelap, simbolis api, dan air, dan simbolis darah dan pengorbanan. Dari studi di atas mereka menganalisis bahasa non verbal dalam tanda ikon dalam komik yang berupa aksi / tindakan, dan simbol-simbol dari novel / novella yang berupa karakter dan gerak-gerik, sementara penelitian ini memusatkan pada bahasa non verbal “kode-kode dalam aktivitas penyelaman”.
1.6 Landasan Teori Dalam menunjang penelitian ini yaitu penulis menggunakan teori Charles Sanders Pierce, yang dikutip dalam Noth (1995: 42) Peirce membagi tanda dalam tiga kategori reperesentamen, object, dan interpretant. Reperesentamen adalah istilah untuk suatu objek yang berfungsi sebgai tanda. Object adalah sesuatu yang menyatakan tanda, biasanya sesuatu yang lain. Sedangkan, Interpretant adalah istilah untuk makna suatu tanda. Piece
mendefinisikan hal ini sebagai arti, makna, atau interpretasi. Dari ketiga kategori ini, peneliti memfokuskan pada object. Pierce (Noth 1995:44-45) mengklasifikasikan object ke dalam tiga kategori yaitu: 1. Ikon: Tanda yang behubungan dengan benda tertentu karena kesamaanya. Contoh: Peta geografis, foto, dan gambar. 2. Indeks: Tanda yang berhubungan dengan benda tertentu karena hubungan sebabakibatnya. Contoh: Dimana ada asap, disitu ada api. 3. Simbol: Tanda yang berhubungan dengan benda tertentu karena adanya suatu kesepakatan tertentu. Contoh: Abjad huruf, tanda baca, angka, kode mose, lampu lalu lintas dan bendera. 1.7
METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang mengidentifikasikan,
dan mengklasifikasikan jenis dan makna kode dalam penyelaman berdasarkan teori yang menjadi acuan penulis. Penulis mewawancarai 10 orang penyelam yang ada di Manado. Penyelam terdiri dari 8 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang berumur sekitar 19-40 tahun, yang merupakan penyelam yang aktif, berpengalaman dan memiliki sertifikat penyelaman, selain itu penulis melakukan 2 kali menyelam, pada pagi hari dan pada sore hari. Lokasi pengambilan foto data penelitian di pantai Malalayang II yang merupakan salah satu titik penyelaman di Manado. 1.
Pengumpulan data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan 2 cara, yaitu penulis mewawancarai
para informan, dimana penulis menanyakan sejumlah pertanyaan kepada penyelampenyelam (informan) serta melakukan obsevasi yaitu penulis mengamati secara langsung objek yang diteliti, kemudian data yang dikumpulkan berupa kode-kode intenasional dan v
lokal diperagakan di dalam air, yaitu penulis mengadakan penyelaman yang dilakukan sebanyak 2 kali, pada pagi hari dan pada sore hari dimana penyelaman yang pertama penulis mengambil 19 kode penyelaman yaitu diantranya 15 kode internasional dan kode 4 kode lokal, 15 kode internasional tersbut ialah: kode “ok”, kode “ada masalah”, kode “sesak nafas”, kode “sakit telinga”, kode “arah kanan” kode “arah kiri”, kode “anda duluan saya mengikuti/bersama-sama”, kode “putar balik”, kode “perhatikan saya”, kode “ada kapal”, kode “oksigen habis”, kode “naik ke atas”, kode “turu\n ke bawah”, kode “tenang/perlahanlahan”, dan kode “Berhenti” kemudian 4 kode lokal yang diambil ialah: kode “salah”, kode “ada hiu”, kode “ombak/arus”, dan kode “safety stop”. dan kemudian penyelaman yang ke 2 penulis mengambil 7 kode yaitu diantaranya 2 kode internasional dan 5 kode lokal, 2 kode internasional tersebut adalah, kode “saya tidak mengerti” dan kode ” ikan berenang”, kemudian 5 kode lokal tersebut adalah kode “berlutut”, kode “SPG (Submersible pressure Gauge)/ tolok ukur tekanan dan kedalaman”, kode “frog fish / ikan katak, kode “nudibranch/siput laut”,dan kode “mengayuh”. Beberapa contoh foto-foto kode yang dikumpulkan oleh penulis melalui wawancara kepada para informan dan observasi / mengamati secara langsung. Kode Internasional:
Kode lokal:
Kode “Ada Masalah”
Kode “Ombak/Arus”
1.
Analisis Data Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya mengklasifikasi dan mengidentifikasi
kode yang digunakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kode internasional dan lokal. Kemudian, setiap kode dijelaskan satu persatu bagaimana cara menggunakan kode-kode
penyelaman dimulai dari posisi tangan dan jari-jari yang membentuk kode-kode menyelam, setelah itu penulis menganalisis kode-kode tersebut baik kode internasional maupun lokal berdasarkan teori Pierce untuk dapat menjelaskan makna apa saja yang terkandung dalam kode-kode tersebut. BAB II KODE-KODE DALAM AKTIVITAS MENYELAM
Aktivitas penyelaman membutuhkan kode-kode dalam komunikasi, sarana yang dapat digunakan penyelam dalam berkomunikasi antarsesama penyelam ialah komunikasi tangan yaitu menggunakan kode-kode tangan saat berkomunikasi di dalam air (Prayogo 1988:1). Berikut ini diperikan indetifikasi dari bentuk-bentuk kode melalui gambar dan penjelasan sebagai berikut. 2.1
Kode “OK”. Gambar 1.
Menurut bentuknya kode “ok” ditandai dengan gerakkan mempertemukan jari telunjuk dan ibu jari, sehingga membentuk lingkaran dengan posisi jari tengah, jari manis, jari kelingking tetap dalam kondisi tegak. Bentuk dari kode tangan tersebut menujukkan kode “Ok”. 2.2 Kode “Ada Masalah”. Gambar 2. v
Menurut bentuknya, kode “Ada Masalah” ditandai dengan membuka telapak tangan, dengan posisi jari-jari terbuka dan menggerakkan telapak tangan gerakan miring ke kiri dan ke kanan dalam posisi 30 derajat. Tanda ini penyelam menemukan masalah dalam aktivitas penyelamannya. BAB III KLASIFIKASI KODE-KODE DAN ANALISIS MAKNA Dalam menganalisis Kode, penulis menggunakan konsep Pierce yang diperlukan untuk memperoleh makna kode dalam aktivitas penyelaman, makna dari tanda non verbal diperoleh melalui tanda/kode komunikasi. (sign) adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya dalam beberapa kapasitas hubungan. Peirce yang dikutip dalam Noth (1995: 42) menjelaskan “bahwa Object adalah sesuatu yang menyatakan tanda, biasanya sesuatu yang lain. Berikut ini analisis makna dari setiap kode-kode dalam aktivitas menyelam, dan mengklasifikasikannya. 3.1 Kode-kode Arah 3.1.1 Kode “Ke atas” Gambar 1.
Kode “ke atas” ini digunakan disaat penyelam hampir selesai melakukan aktivitas penyelaman dan bermakna memberitahukan sesama penyelam untuk segera naik. 3.1.2 Kode “ke Bawah” Gambar 2
Kode ini biasanya di gunakan saat pertama para penyelam akan melakukan aktivitas penyelaman, ketika sudah siap maka kode ini digunakan untuk turun ke dalam air, dan saat aktivitas penyelaman. Tabel 1. Kode-Kode Internasional NO. Jenis Kode 1. - Ke Atas - Ke Bawah - Ke Kiri -Ke Kanan Putar-balik 2. - Ikan Berenang 3. - Ok 4. - Ada Masalah - Kehabisan Oksigen - Sesak Nafas - Kode Sakit Telinga
Kode Berdasarkan Makna Penunjuk Arah
Adanya Biota laut Untuk Keamanan Penunjuk Masalah Dalam Penyelaman
Nomor Gambar 3.1.1. 3.1.2 3.1.4 3.1.5 3.1.3 3.2.4 3.4.1 3.5.1 3.5.2 3.5.3 3.5.4
v
5.
- Tenang / Penunjuk Peringatan Saat 3.6.1 perlahanAktivitas Penyelaman lahan. - Ada kapal 3.6.3 - Berhenti 2.6.4 - Tetap Bersama / 3.6.5 Anda Duluan Saya mengikuti - Lihat Saya” 3.6.6 - Aku Tidak 3.6.9 Mengerti Berdasarkan tabel di atas penulis menemukan 17 kode-kode internasional yang digunakan oleh penyelam-penyelam lokal Manado.
Tabel 2. Kode-Kode Lokal NO. Jenis Kode 1. - Ikan Hiu” - Frog fish / Ikan Katak - Nudibranch / Siput Laut 2. - Safety Stop - SPG (Submersible Pressure Gauge) / Tolok Ukur Tekanan dan Kedalaman 3. - Mengayuh 4. - Ombak/Arus” - Salah - Berlutut
Kode Berdasarkan Makna Adanya Biota Laut
Nomor Gambar 3.2.1 3.2.2 3.2.3
Penunjuk Penyelamatan
Penunjuk Keamanan Peringatan Dalam Penyelaman
3.3.1 3.3.2
3.4.2 3.6.2 3.6.7 3.6.8
Berdasarkan tabel di atas penulis menemukan 9 kode-kode lokal yang digunakan oleh penyelam-penyelam lokal Manado.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan para penyelam menggunakan kode intenasional dan lokal yang keseluruhan berjumlah 26 kode yaitu, ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan, putar-balik, ikan berenang, Ok, ada masalah, kehabisan oksigen, sesak nafas, sakit telinga, tenang/perlahan-lahan, ada kapal, berhenti, tetap bersama / atau anda duluan saya mengikuti, lihat saya, aku tidak mengerti, ikan hiu, frog fish / ikan katak, nudibranch / siput laut, safety stop, SPG (Submersible
Pressure Gauge) / tolok ukur tekanan dan kedalaman,
mengayuh, ombak/arus, salah dan berlutut. Pada penelitian ini penulis menemukan 9 kode-kode lokal yang dipakai oleh penyelam di Manado yaitu ikan hiu, frog fish / ikan katak, nudibranch / siput laut, safety stop, SPG (Submersible Pressure Gauge) / tolok ukur tekanan dan kedalaman, mengayuh, ombak/arus, salah dan berlutut. Selanjutnya, makna yang terkandung dari setiap kode tersebut menunjukkan kode arah, biota laut, keamanan, masalah penyelaman, peringatan saat aktivitas penyelaman, penyelamatan, dan peringatan. Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna sehingga memerlukan usul, saran, dan pendapat dari berbagai pihak, untuk kelengkapan skripsi ini, penulis berharap penelitian ini akan berlanjut pada strata selanjutnya.
v
DAFTAR PUSTAKA Allot, R. [no date]. Language and the Origin of Semiosis [online]. Availabel : http : //www.percepp.demon.co.uk/semiosis.htm [2002, Juli 14]. Brilhart. 1993. Communtcation in Groups : Application and Skills. Winconsin : Brown and Benchmark Publisher. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chandler, Daniel. 1994. Semiotics for Beginners. Aberystwyth: University of Wales. Eco, Umberto.1976. A Theory of Semiosis, London : Indiana University Press. Eco, Umberto.1997. Zeichen Einfuhrung in einer Begriff und seine Geschihte. Milano: Edition Suhram Verlag. Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu Jacsonville. 2005. Common Hand Signals For Recreational Scuba Diving. USA: Recreational scuba Training Council,inc. Kridalaksana, Harimuri. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Manoppo, Ulfah. 2003. “Simbol-Simbol dalam Novel The Lord of the Rings Karya J. R. R Tolkien (Suatu Kajian Semiotik)”. Skripsi.Manado. Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Martinet, André. 1960. Elements of General Linguistics. London: Faber. Nöth, Winfried. 1993. Origins of Semiosis. Berlin: Mouton de Gruyter. Ottay, A, N. 2007. “Simbol-Simbol Dalam Novela The Pearl Karya Jhon Steinbeck: Suatu Kajian Semiotik”. Skripsi.Manado. Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Prayogo, Hidayat.1988. Diving Manual-Skin and Scuba For Beginner. Indonesia: ADS International Sudjiman P, dan Van Zoest A.J.A. 1991. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Supit J. G. D. 2003. ”Tanda Ikon Dalam Komik Donald Duck Karya Walt Disney (Suatu Analisis Semiotik)”. Skripsi.Manado. Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi.