KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGUKURAN 1. Internal (alat itu sendiri) 2. Eksternal (manusia, lingkungan)
Istilah dalam pengukuran
1. 2. 3. 4.
Ketelitian (accuracy) Presisi Sensivitas Kesalahan (error)
Ketelitian (accurancy) : Pendekatan dengan harga yang ditunjukan sebenarnya dari pada besaran yg diukur
Presisi : Kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya. Presisi tinggi = kesalahan kecil
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
12
Sensitivitas : Kemampuan alat ukur, input kecil, perubahan output yang besar/simpangan jarum penunjuk besar
Kesalahan (error) : Penyimpangan dari harga sebenarnya dari pengukuran. a. Relatif Error adalah perbandingan antara besaran kesalahan thd harga yang sebenarnya. Kesalahan dari alat ukur (ε) = M-T M = harga yang didapat dari alat ukur. diukur. T = harga yang sebenarnya dari kebesaran yang Kesalahan relatif adalah hasil bagi dari kesalahan terhadap harga sebenarnya (ε/τ) atau disebut ratio kesalahan dan harga numeriknya dinyatakan dengan % b. Systematic error adalah kesalahan karena konstruksi alat : - Kesalahan karena konstruksi besarnya ditentukan oleh pabrik. - Kesalahan karena pembacaan jarum penunjuk (secara konstruksi kurang runcing, kurang tipis, bayangan jarum sehingga menyebabkan kesalahan paralax)
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
13
Contoh : Dari hasil pengukuran terhadap tahanan didapat tegangan antara ujung-ujungnya adalah (100 ± 1) volt dan arus yang melalui tahanan tersebut sebesar (90 ± 0,9) mA. Hitunglah Besar tahanan tersebut : Jawab : R = V/I V = 100 ± 1 I = 90 ± 0,9 Maka : Relatif error : (1/100) x 100%=1% Relatif error : (0,9/90)x 100 %=1% Jadi : ∂R/R = (∂V/V)+(∂I/I) = (1/100)+(0,9/90) = 0,01 + 0,01 = 0,02 ∂R = 0,02 (100/90) = 0,0222 kΩ R = (V/I) ± ∂R = (100/90) ± 0,0222 = 1,11 ± 0,0222 kΩ
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
14
STANDAR KETELITIAN ALAT UKUR 1. Ketelitian alat ukur diklasifikasikan dalam 8 kelas yaitu : 0,0.5 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ; 1; 1,5; 2,5; 5. artinya kesalahan alat ukur didalam batas-batas ukur seharusnya ada dalam batas masing-masing X sebagai ± 0,05 %; ±0,1%; ±0,2% ; ±0,5%; ±1%; ±1,5%;±2,5%;±5% secara relatif kepada harga maksimum-masing kelas tersebut. 2. Dalam pemilihan alat ukur untuk pengukuran, peralatan, perencanaan penggunaan alat maka diklasifikasikan menjadi 4 klas yaitu : a. Kelas 0,05; 0,1 ; 0,2 golongan dengan ketelitian/presisi sangat tinggi biasanya ditempatkan stationer dan digunakan untuk eksperimen dilaboratorium atau untuk pengujian alat ukur lainnya. b. Kelas 0,5 golongan dengan ketelitian tinggi dan biasanya dipakai pada alat-alat ukur portable. c. Kelas 1,0 golongan lebih rendah dari kelas ukur 0,5 dengan presisi tinggi, biasanya dipergunakan pada alat ukur portable yang kecil atau ditempatkan pada panil yang besar. d. Kelas 1,0 ; 2,5 ; 5 golongan dengan ketelitian yang tidak begitu tinggi, biasanya dipasang pada panil-panil dengan ketelitian yang tidak penting.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
15
PENYEBAB KESALAHAN ALAT UKUR
PENYEBAB
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Medan magnet luar Temperatur keliling Pemanasan sendiri Pergeseran dari titik nol Gesekan Umur Letak dari alat ukur
Medan magnet luar Terganggunya medan magnet pada celah udara pada sirkit magnet dan kumparan alat ukur.
Temperatur keliling Suhu jauh berbeda maka ada pemuaian dan penyusutan, sehingga kesalahan terjadi.
Pemanasan sendiri Arus pada pengukuran menyebabkan terjadinya perubahan nilai pada alat kumparan
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
16
Pergeseran dari titik nol Kelenturan dari pegas, jika digunakan berulang-ulang akan terjadi pergeseran dari titik nol.
Gesekan-gesekan Terbuat dari bantalan dan sumbu, maka penggunaan berulang kali mengakibatkan kesalahan karena rugi-rugi gesek makin besar.
Umur Kemungkinan besar akan berubah, dan sebaiknya dilakukan kalibrasi secara berkala (0,5 sampai 1 tahun sekali)
Letak dari alat ukur Secara konstruksi ditentukan oleh pabrikasi, maka ikut simbul / tanda peletakan dari alat tersebut, seperti Tegak simbulnya
Datar Miring 60o
60 o
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
17
TAHANAN DAN PENGUKURANNYA Tahanan yang ideal adalah bila diberi tegangan diantara kedua ujungnya, maka tegangan tersebut akan sebanding dengan arus yang mengalir pada tahanan tersebut. V I
R
Nilai tahanan dan pengaruh suhu Nilai tahanan biasanya ditentukan dengan kode warna, besarnya nilai kode-kode warna tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hitam : 0 2. Coklat : 1 3. Merah : 2 4. Jingga/orange : 3 5. Kuning : 4 6. Hijau : 5 7. Biru : 6 8. Ungu/violet : 7 9. Abu-abu : 8 10. Putih : 9 11. Emas : 5% 12. Perak : 10 % 13. Tanpa warna : 20 % Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
18
Warna emas, perak dan tanpa warna adalah toleransi dari tahanan tersebut jadi besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sbb : Jadi besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sebagai berikut : A
B C
D
Contoh : Sebuah tahanan dengan warna merah, jingga, biru dan emas, maka cara mengetahui nilainya adalah : R = A, B, 106 ± D % R = A, B, 106 ± 5 % = 23000000 ± 5 % = 23 MΩ dengan toleransi 5 %
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
19
PENGUKURAN TAHANAN Klasifikasi pengukuran tahanan : 1. Tahanan rendah (≤ 1Ω); mis. R kontak, R belitan dll. 2. Tahanan menengah (1Ω - 10Ω); mis. Keperluan peralatan elektronik 3. Tahanan tinggi (>10 MΩ); mis. Tahanan isolasi
Pengukuran tahanan rendah : Dapat dilakukan dengan metode Volt-Ampere Meter A
Rv
Rv
V A
Volt / Amp
V A
Volt / Amp
V Digunakan untuk pengukuran yang rendah yang relatif kecil A
Rx
Rx
V Digunakan unutk pengukuran tahanan rendah yang relatif besar
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
20
Pengukuran Tegangan Menengah : Dapat dilakukan dengan : ohm-meter; langsung dengan alat ukur metode volt-ampere meter; sama seperti di atas metode subsitusi metode jembatan 1 A
Rx
S 2
E
R
Kontak S pada posisi 1 dibaca nilai A (Amperemeter), maka kontak S pada posisi 2 nilai A harus sama dengan cara mengatur R (variabel / potensiometer ) sehingga didapat nilai Rx.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
21
Metode Jembatan : a Dalam Keadaan setimbang :
Q
P
Vad = Vab Vcd = Vcb
d
G R
b
RX c
RX P,Q,R G E
= Tahanan yang akan diukur = Tahanan-tahanan yang besar nilainya diketahui = Galvanometer = Tegangan
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
E
I1P = I2Q I1R = I2Rx
Maka : P R i2 Q RX i1 Rx
QR P
22
Pengukuran Tahanan Isolasi Dapat dilakukan dengan jembatan MegaOhm. Kesalahan yang timbul pada metode ini adalah adanya arus bocor pada tahanannya. Untuk mengurangi hal ini maka digunakan rangakaian GUARD seperti pada gambar dibawah ini : Frame metal A B RX
Arus Bocor a
RS
RP E
G
d
RQ
b
RX c
R1
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
R2
R1 dan R2 adalah tahanan bocor R1 dipararel dengan RP R2 dipararel dengan RG (tahanan galvanometer) Sehingga : R1 » R2 efek pararel ini tidak mempengaruhi sehingga tahanan pararel dianggap sama dengan RP. R2 » RG dianggap sama dengan RG Maka dalam keadaan setimbang RQ RS = RP RX
Rx
R Q .R S RS
23
Mengukur Tahanan Pentanahan Digunakan metode tegangan jatuh (Voltage-drop) I
V V A
V
V2 V0 V1 P1
P1
P3
P2
P2
X
Tegangan antara P1 dan P2 = V0; jarak P1 ke P2 > 10 meter, P3 terletak dekat P1 atau P2, maka potensial antara P1 dan P2 naiknya sangat cepat (lihat grafik). Jika P3 diletakkan pada potensial konstan (P3 terletak jauh dari P1 dan P2) maka; VP1P2=V1 dan VP3P2=V2 Maka tahanan-tahanan pentanahan diberikan adalah :
V V R1 1 dan R 2 2 I I Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
24
Contoh : 1. Sebuah ampere-meter menunjukkan arus sebesar 10 A, sedang accuracy +1%, maka harga yang sebenarnya dari pada arus yang diukur : 100 – 1/100 x 10 = 9,9 A 2. Sebuah Volt-meter mempunyai accuracy 2 % pada skala penuh. Bila range yang digunakan 300 volt; sedang jarum penunjuk menunjukkan 150 volt, maka accuracy: (300/150) x 2% = 4% Menjumlah / mengurangi dua hasil pengukuran Y = U+V U = hasil pengukuran dengan kesalahan ∂U V = hasil pengukuran dengan kesalahan ∂V Bila Y adalah ∂Y, maka Y + ∂Y = U+∂U+V+ ∂V Y - ∂Y = U- ∂U+V- ∂V 2 ∂Y = 2(∂U+∂V) Kesalahan relatifnya :
Y U V U V Y Y UV
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
25
Hasil bagi dari dua pengukuran U Y V U U Y Y V V U U V V UV U V V U U V Y Y x V V V V V 2 V 2 dengan mengabaika n ( U V ), V 2 , maka UV U V V U U U V V U Y Y V2 V V2 U V U V V2 V U V U 2 Y V V U Y V Kesalahan relatifnya Y V U Y V U
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
26
a. Elektroda Batang Yang ditanam Vertikal
4L 1 () ln 2L a Untuk n batang pentanahan berlaku persamaan sbb : R Rn () n Keterangan : R = Tahanan Pentanahan (Ω) ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-m) L = Panjang elektroda pentanahan (m) a = Jari-jari elektroda pentanahan (m) η = koefisien kombinasi (tergantung jarak masing-masing rod) n = Banyak elektroda pentanahan z = Jarak ujung alas batang elektroda dg permukaan tanah R
Jarak antara (m) Koefisien kombinasi
0,5
1
2
3
4
5
1,35
1,20
1,15
1,10
1,05
1,0
Tanah Elektroda
L
a
z
L
Bila elektroda tidak pas di permukaan tanah maka persamaan yang digunakan : 4 z 4( z ) 2 1 zL z 4L L L ln () R 1 ln ln 2 2 z 4 z z 2L a 1 L L 1 L 4( L)
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
a
27
b. Dua (2) Elektroda Batang Yang ditanam Vertikal
2L 2 2 2 s 2 4L2 4L R ln 1 ln 2 L 2 L () 2L a s
L
s = jarak antara kedua elektroda Jika s > L maka : 4L L2 2L4 1 2 4 ... () R 1 ln 3s 4L a 4 s 5s Jika L > s maka : 4L 4L s s2 s4 ln () R ln 2 ... 4L a s 2L 16L2 512L4
s
c. Sistem Pentanahan Bentuk Pelat 4L a 2 ab 4L s s2 s4 ln () R ln 1 4L a a (a b) 2 s 2L 16L2 512L4 Dimana : L = (s+a) panjang elektroda pentanahan (m) a = Panjang sisi pelat tegak lurus permukaan tanah (m) b = panjang sisi pelat sejajar permukaan tanah (m) s = jarak pelat dari permukaan tanah
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
28
d. Sistem Pentanahan Bentuk Grid Pentanahan ini dilakukan dengan memanamkan beberapa elektroda (rod) tegak lurus dengan permukaan tanah, akan memerlukan batang elektroda untuk menghubungkan dengan ground bus, maka sususan tersebut akan membentuk grid. Perhitungan tahanan pentanahan dengan sistem grid adalah sbb:
1 1 1 R g 1 () L 20 A 1 h 20 / A Dimana : L = Panjang keseluruhan rod (m) A = Luas Grid (m) h = Dalam penanaman (m) ρ = tahanan jenis tanah Rg = tahanan pentanahan (Ω) e. Pentanahan Dengan Satu Elektroda Horisontal
4L 4L s s2 s4 ln () R ln 2 ... 2 4 4L a d 2L 16L 512L Dimana : L = Panjang elektroda(m) a = diameter konduktor (m) h = Dalam penanaman (m) d = jarak elektroda dari permukaan tanah (m) Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
d
L
29
f. Pentanahan Bentuk Radial Merupakan susunan pentanahan yang ditanam sejajar permukaan tanah dan berpotngan secara radial. 2L R 1 N(n ) dengan, ln n L a
1 sin nm N(n ) ln m m 1 sin n Dimana : L = Panjang elektroda(m) a = jari-jari diameter (m) h = Dalam penanaman (m) n = Banyak lengan elektroda (m) m = 1,2,3, … , n-1 n 1
g. Pentanahan Bentuk Cincin Pentanahan dengan menanamkan elektroda sejajar berbentuk cincin (lingkaran) sejajar pemukaan tanah. L R ln1,27 L 2a d Dimana, a = jari-jari cincin (m) d = kedalaman pentanahan Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
30