KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, pemerintah secara terus menerus berupaya merumuskan dan melaksanakan berbagai program kegiatan pemberdayaan. Berbagai program dira ncang dan diluncurkan dalam berbagai bentuk mulai dari pembinaan yang bersifat rutin, pemberian bantuan, pelayanan pengembangan, pembentukan kelompok-kelompok pemberdayaan, sampai penyediaan pelatihan-pelatihan. Semuanya ditujukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, pemerintah telah mengembangkan kelompok sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat miskin yang dikenal dengan KUBE. Melalui KUBE diharapkan kesejahteraan sosial masyarakat miskin dapat terentaskan paling tidak dikurangi. Munculnya
gagasan tentang
pemberdayaan
masyarakat
miskin
melalui
pendekatan KUBE didasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap orang memiliki potensi dan kemampuan yang dapat dikembangkan. Potensi ini sifatnya sangat beragam, ada potensi yang dapat berkembang secara individual tanpa bantuan atau campur tangan orang lain dan ada juga potensi yang berkembang dengan bantuan atau pertolongan orang lain atau melalui pendekatan kelompok . Kadangkadang seseorang atau sekolompok orang kurang menyadari adanya potensi yang dimiliki yang bila dikembangkan bisa melebihi kemampuan dari orang biasa. Karena itu karakateristik individu menjadi unsur penting dan diperkirakan turut mempengaruhi proses pemberdayaan. Didasarkan pada karakteristik tersebut, maka pemberdayaan melalui KUBE diharapkan akan dapat mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi dan kemampuan yang dimiliki anggota KUBE (Depsos, 1999). Pemberdayaan melalui KUBE dimaksudkan juga akan mempermudah akses untuk menjangkau kelompok-kelompok miskin yang jumlahnya cukup besar. Modal yang tadinya ditujukan kepada individu bila digabungkan menjadi modal kelompok akan menjadi lebih besar dan diharapkan dapat mendongkrak
50
usaha -usaha ekonomis produktif masyarakat miskin dapat berkembang yang selama ini sangat lemah dalam permodalan usaha. Transformasi kemampuan di antara anggota KUBE diharapkan juga dapat terjadi dan berjalan lancar, di mana anggota KUBE yang kurang memiliki kemampuan baik dari segi pendidikan, keterampilan maupun pengalaman dapat saling tukar pengalaman dengan orang yang memiliki kemampuan di bidang itu, sehingga terjadi proses pembelajaran di antara mereka secara terus menerus selama mereka tetap dalam kelompok. Dengan demikian KUBE akan dapat hidup langgeng untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anggotanya. Selain itu, melalui pendekatan KUBE diharapkan rasa persaudaraan, kegotong-royongan dan kesetiakawanan sosial di antara anggota KUBE dapat terus berkembang. Sehingga bila ada kesulitan di antara sesama anggota dapat teratasi oleh kelompok, tanpa menimbulkan permasalahan sosial yang lebih jauh. Fungsi pencegahan munculnya permasalahan sosial dapat terwujud melalui pendekatan KUBE. Melalui pendekatan KUBE ini diharapkan juga pembinaan akan lebih efektif, baik dilihat dari sisi tenaga, waktu dan dana. Pembinaan pendampingan melalui kelompok (7-15 orang) secara umum akan jauh lebih efisien dan efektif dibandingkan bila dilakukan secara individual yang memerlukan biaya yang cukup besar. Ini bukan berarti bahwa pendekatan individual tidak perlu diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Kedua-duanya perlu diterapkan sejauh mana yang lebih tepat. Melalui proses seperti itu, pemberdayaan masyarakat yang mengandalkan kekuatan kelompok tersebut menjadi aktual. Agar proses pemberdayaan kelompok melalui pendekatan KUBE lebih optimal maka pendekatan yang digunakan harus berorientasi pada pendekatan community development di mana pendekatan lebih mengedepankan kekuatan yang ada pada kelompok KUBE tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan, kemampuan, keterampilan, sumber-sumber dan potensi yang dimiliki oleh anggota menjadi faktor utama dalam pengembangan KUBE tersebut. Menurut Milson (1974) ada tiga element proses community development, yaitu (a) community resources for each, konsep pengembangan masyarakat tersebut harus mengedepankan pemanfaatan sumber -sumber yang ada dalam masyarakat itu sendiri; (b) self-help,
51
bahwa pengembangan masyarakat tersebut dilakukan dengan mengandalkan pada kemampuan da n kekuatan masyarakat setempat; (c) communities decide their own needs, bahwa masyarakat memutuskan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka sendiri, tidak ditentukan oleh pihak lain. Namun bila sumber-sumber, kekuatan dan kemampuan masyarakat setempat tidak tersedia, diperlukan bantuan dari pihak luar yang dapat mendukung terhadap pengembangan masyarakat setempat. Homan (1999) mengemukakan beberapa elemen comunity development yang perlu dikembangkan dalam proses pemberdayaan tersebut, yaitu: (a) build on community assets, (b) increase skill of individual, (c) connect people with one another, (d) connect existing resources, (e) create or increase community, (f) allow the community to assume ownership of direction, action and resources, (g) promote the expectation that community members will do all work possible, (h) create beneficial external relationships, (i) foster community self -reliance and confidence, (j) build self-sustaining organization, and (k) enhance the quality of life.
Dari elemen-elemen
yang
dikemukakan
di
atas,
bahwa
proses
pengembangan KUBE perlu mengembangkan dan mengintegrasikan seluruh elemen-elemen yang ada pada masyarakat ke dalam proses pemberdayaan KUBE tersebut. Masyarakat harus merumuskan sendiri apa yang menjadi kebutuhan dan harapan mereka yang didasarkan pada kekuatan dan kemampuan serta ketersediaan sumber-sumber yang dimiliki. Didasarkan pada pendekatan konsep community development yang dipaparkan di atas, penelitian ini ingin mencoba melihat bagaimana pola pemberdayaan KUBE yang sesungguhnya yang dilihat dari berbagai aspek, meliputi:
proses pembentukan kelompok yang dilakukan, pendekatan atau
metoda yang dilakukan, jumlah anggota yang efektif dan efisien dalam kelompok, jenis dan besar bantuan yang diperlukan, pola pendampinga n yang harus dilakukan, kebebasan anggota dalam pengambilan kebutusan, perlindungan dan proteksi yang diberikan. Semua komponen-komponen ini diprediksi kuat sebagai faktor -faktor yang mempengaruhi tingkat kedinamisan kehidupan KUBE tersebut, karena komponen ini merupakan bagian yang integral dan terkait langsung dengan kehidupan masyarakat tersebut.
52
Melalui
pendekatan
community
development,
pembentukan
dan
pengembangan KUBE diharapakan menjadi inisiatif anggota KUBE. Apa kegiatan, program dan jenis usaha yang dikembangkan sangat tergantung pada keinginan, harapan dan kemampuan serta keterampilan yang dimiliki oleh anggota KUBE, pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Tentu
pengembangan usaha yang dilakukan sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya (sumber daya alam, sumber daya sosial, sumber daya manusia , sumber daya ekonomi) yang ada di lingkungan masing-masing. Ketersediaan sumber dan potensi tersedia menjadi pertimbangan utama di dalam menetukan jenis usaha yang dipilih. Bagaimana kemampuan anggota KUBE untuk mengidentifikasi dan menggali sumber daya yang ada sesuai dengan kemampuan KUBE sangat tergantung pada KUBE tersebut
Melalui proses seperti ini, diharapkan
pendekatan pemberdayaan melaui KUBE menjadi suatu alternatif pemberdayaan masyarakat miskin. KUBE sebagai mendia pemberdayaan juga diharapkan dapat berperan di dalam 3 hal, yaitu: (a) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang, (b) memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat, dan (c) melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, juga mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah (Depsos, 1999). Tujuan pemberdayaan ini memang sangat strategis dan jauh ke depan dalam meningkatkan harkat dan martabat serta kesejahteraan sosial kelompok masyarakat miskin tersebut. Tujuan ini memang sangat relevan dengan perkembangan kehidupan sekarang ini, di mana dalam proses pemberdayaan, terjadi penguatan ekonomi rakyat yang bersifat ekonomi riil grass root, berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat miskin seharihari. Inilah sesungguhnya yang diharapkan lahir dari proses pemberdayaan melalui KUBE tersebut. Dengan pendekatan seperti yang diungkapkan di atas KUBE diharapkan dapat berfungsi di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dalam pengembangan selanjutnya untuk memacu pertumbuhan KUBE yang lebih baik, pemerintah perlu memberikan berbagai pelayanan dan kemudahan dari yang sifatnya
pemberian bantuan, pendampingan hingga pembinaan baik terhadap
53
manajemen kelompok maupun terhadap SDM. Namun, kenyataan yang terjadi sekarang, di antara berbagai KUBE ada yang sangat berhasil dan ada yang kurang berhasil dan bahkan ada yang sama sekali tidak dapat berkembang. Tentu banyak faktor yang mungkin menjadi sebagai penyebabnya. Pada sisi lain, upaya meningkatkan keberfungsian KUBE yang lebih produktif, diharapkan semua komponen-komponen yang ada di masyarakat (lingkungan sosial) , seperti lembaga -lembaga pemerintah, lembaga keuangan, organisasi sosial, tokoh masyarakat, kelompok masyarakat diharapkan turut serta terlibat atau mengambil bagian dalam proses pembangunan di wilayahnya masing-masing termasuk dalam penumbuhan dan pengembangan KUBE. Dengan demikian semua elemen-elemen atau kom ponen masyarakat akan memberikan kontribusi sesuai dengan fungsi masing-masing. Keberfungsian masing-masing institusi yang ada akan memberikan kontribusi dan dukungan timbal-balik di dalam perbaikan fungsi dan pelayanan masing-masing di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sesuai dengan fungsinya. Ife (1999) mengatakan: “community development must always seek to maximize participation, with the aim being for everyone in the community to be actively involved in community processes and activities. The more people who are active participants, the more the ideals of community ownership and inclusive process will be realized”. Dari pernyataan ini sangat jelas bahwa salah satu syarat keberhasilan pemberdayaan masyarakat miskin adalah mengintegrasikan seoptimal mungkin komponen lingkungan sosial masyarakat tersebut ke dalam proses pemberdayaan, seperti nilai dan norma yang berlaku, eksistensi tokoh masyarakat, keberadaan lembaga keuangan, peluang pasar, ketersediaan sumber, jaringan kerja yang ada, dan lainlain. Sebagaimana
yang
sudah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
proses
pemberdayaan yang diterapkan berbasis pada pendekatan KUBE sebagai kelompok. Berangkat dari konsep kelompok ada beberapa aspek yang terkait dengan kelompok, seperti: tujuan kelompok, besar kecilnya struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok, kekompakan kelompok, kepuasan dan suasana yang terbangun dalam kelompok, ketegangan yang ada terjadi dalam kelompok baik yang bersumber dari dalam
54
kelompok maupun dari luar kelompok, keefektifan kelompok dalam mencapai tujuan, kepemimpinan yang diterapkan. Masing-masing unsur berada dalam dua kontinum yang dapat bergerak dari satu kondisi kehidupan kelompok yang diharapkan ke kondisi kehidupan kelompok yang kurang diharapkan (Tabel 2). Melalui pendekatan ini, diharapkan kelompok menjadi media dalam proses pemberdayaan anggota KUBE. Konsekwensi logis dari pendekatan seperti ini adalah bahwa semua elemen-elemen kelompok harus dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok. Segala kemampuan, keterampilan, potensi dan sumbersumber yang dimiliki anggota harus dimanfaatkan untuk KUBE. KUBE harus dijadikan sebagai media pertemuan, pembinaan, proses pendampingan, dan sebagai sarana dalam peningkatkan kesejahteraan anggota KUBE. Sumber daya manusia yang berkualitas yang tersedia dalam kelompok harus dimanfaatkan menjadi motor dan motivator dalam menggerakkan kegiatan KUBE, menjadi model terhadap anggota yang lainnya . Pertemuan dan musyawarah di antara anggota harus dimanfaatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang terkait dengan kehidupan KUBE. Pertemuan informal yang sering terjadi di a ntara anggota harus dimanfaatkan seotimal mungkin untuk menggalang kebersamaan dan kekompakan di antara anggota KUBE. Sumber -sumber dan potensi yang tersedia di dalam maupun di luar KUBE harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan KUBE. Intinya bahwa segala sumber dan potensi yang dimiliki KUBE harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan KUBE, bila sumber tersebut tidak tersedia dalam KUBE, sumber tersebut dapat didatangkan dari luar kelompok. Ada kesan selama ini bahwa pola pemberdayaan masyarakat yang diberikan pemerintah dan lembaga lain sangat bersifat top down. Masyarakat kurang diberikan alternatif untuk menentukan pilihannya. Masyarakat hanya menerima apa adanya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dilibatkan dalam perencaan pemberdayaan. Berlandaskan pada konsep community development tersebut, maka disajikan model hipotetik dari masing-masing aspek yang terkait dengan proses pemberdayaan KUBE tersebut.
55
Tabel 2: Model Hipotetik Dinamika Kehidupan Kelompok Aspek -Aspek
Kehidupan Dinamika Kelompok yang Diharapkan
Kehidupan Dinamika Kelompok yang Kurang Diharapkan
Tujuan kelompok
• ada tujuan KUBE yang jelas dan sudah
• tujuan KUBE kurang jelas dan kurang
disosialisasikan • anggota KUBE memahami tujuan KUBE • tujuan KUBE sesuai dengan tujuan anggota • tujuan KUBE realistis / dapat dicapai.
Struktur kelompok
• ada struktur organisasi KUBE dan
Fungsi tugas kelompok
• berfungsi sebagai pemberi informasi • berfungsi sebagai koordinasi kegiatan • berfungsi menjelaskan • berfungsi sebagai media kerjs ama
sudah berjalan • pembagian tugas proporsional • hubungan struktural berjalan lancar • semua anggota sudah memahami struktur KUBE
• penumbuhan inisiatif atau prakarsa
disosialisasikan • anggotakurang memahami tujuan
KUBE • tujuan KUBE kurang relevan dengan
tujuan anggota • tujuan KUBE kurang rasional • • • •
KUBE kurang terstruktur pembagian tugas tidak proporsional hubungan struktural kurang berfungsi anggota kurang memahami struktur KUBE.
• berfungsi sebagai penghimpun
informasi • bertindak individual • tertutup terhadap anggota • sebagai beban tambahan bagi anggota
anggota, mendorong munculnya partisipasi, kebersamaan di antara anggota • pemberian penjelasan kepada anggota dan sebagai sarana penyelesaian masalah
• kurang mengembangkan inisiatif,
• pembinaan partisipasi anggota intensif • sebagai sarana penyediaan fasilitas
• penumbuhan partsipasi anggota
untuk kelancaran kegiatan • menyelenggarakan berbagai aktivitas yang intensif • ada sosialisasi norma/aturan. • ada sosialisasi program dan kegiatan • pembinaan hubungan keharmonisan yang terus menerus • ada standar kerja yang menjadi pedoman.
• kurang memfasilitasi kelancaran
Kekompakan kelompok
• identifikasi keanggotaan yang lengkap • kesatuan dan persatuan kelompok
• identifikasi keanggotaan belum
terwujud • kebersamaan kelompok tinggi • kerja sama anggota tinggi
• terjadi pengkotak-kotakan • kebersamaan kelompok rendah • kerjasama anggota rendah
Ketegangan kelompok (internal dan ekternal)
• ada persaingan sehat dalam kelompok • hindari konflik-konflik yang bersifat
• muncul persaingan yang kurang sehat
internal • kepemimpinan lebih mengarah demokratis • ada tantangan dan peluang dalam tugas • ada penerapan sanksi yang tegas
• • • •
Pembinaan / pengembangan kelompok
prakarsa dan partisipasi anggota. • kurang berperan sebagai sarana
pemecah masalah.
terbatas • • • • •
kegiatan kegiatan rutinitas sosialisasi aturan / norma terbatas sosialisasi program / kegiatan terbatas pembinaan hubungan terbatas belum ada standar kerja yang dapat dijadikan pedom an.
dilaksankan
dalam kelompok muncul konflik internal dalam kelom pok kepemimpinan lebih mengarah otoriter kegiatan KUBE menjadi statis sangksi kurang diterapkan secara tegas.
56
Tabel 2: Lanjutan Aspek -Aspek
Kehidupan Dinamika Kelompok yang Diharapkan
Kehidupan Dinamika Kelompok yang Kurang Diharapkan
Keefektivan kelompok
• hasil atau produktivitas KUBE tinggi • semangat kerja dan kesungguhan
• hasil dan produktivitas KUBE rendah • anggota kurang bersemangat dan
anggota tinggi • anggota ada kepuasan • anggota berpartisipasi dengan
sungguh-sungguh • ada keinginan untuk mempertahankan
kesungguhan dalam bekerja • anggota belum merasa puas • kurang terlihat adanya partisipasi dr
anggota. • anggota ingin membubarkan diri
kelompok Kepemimpinan kelompok
• menerapkan gaya kepemimpinan yang
demokratis • mampu menjalanakan peran sebagai pemimpin • kepemimpinan berupaya mengembangkan tanggung jawab • ada pelimpahan wewenang • kekuasaan yang dijalankan proporsional • penerapan pendekatan persuasi untuk mempengaruhi anggota
• menerapkan gaya kepemimpinan yang
mengarah otoriter • tidak mampu menjalanakan peranan
sebagai pemimpin • pemimpin kurang mengembangkan
tanggung jawab anggota • wewenang kurang didistribusikan
dengan baik • kekuasaan yang dijalanakan kurang
sesuai dengan aturan yang ada • lebih banyak menerapakan
pedekatakan kekuasaan Kepuasan anggota
• ada kepuasan atas keadilan atas
• timbulny a kekesalan karena terjadinya
pembagian pendapatan yang diperoleh • ada keinginan untuk meneruskan kelompok • ada keinginan untuk bertemu dengan sesama anggota KUBE
ketidakadilan dalam pembagian pendapatan • ada keinginan untuk membubarkan KUBE • timbul kebencian di antara sesama anggota.
Sehingga pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah atau lembaga lain kurang dapat menjawab atau mengatasi permasalahan yang ada. Sangat ironis sebenanrnya, bilamana suatu kelompok masyarakat tidak memiliki lahan yang cukup untuk ternak penggemukan sapi, tetapi harus diberikan bantuan pemberdayaan ternak penggemukan sapi. Kelompok fakir miskin yang hanya dapat makan bila bekerja hari ini, tetapi diberikan bantuan ternak sapi, tentu tidak dapat menjawab dan mengatasi permasalahan yang ada karena pemberdayaannya berjangka lama. Ini adalah suatu kasus pemberdayaan yang kurang tepat. Karena itu, variabel-variabel yang terkait dengan hal ini penting dikaji. Ada beberapa peubah yang berkaitan dengan pola pemberdayaan tersebut, yaitu: bagaimana proses pembentukan KUBE apakah bersifat bottom up atau top down , bagaimana pendekatan dan metode yang diterapkan apakah dapat merubah pola kehidupan
57
Tabel 3: Model Hipotetik Paradigma Pola Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan KUBE Aspek -aspek
Pola yang Memberdayakan
Pola yang Kurang Memberdayakan
Proses pembentukan KUBE
• gagasan atau ide pembentukan
• gagasan / ide pembentukan KUBE
Pendekatan / metode yang diterapkan
Keanggotaan KUBE
KUBE dari anggota • pembentukan KUBE direalisasikan oleh anggota • pertemuan diadakan sesuai kebutuhan • pertemuan-pertemuan yang diadakan berlangsung secara efektif dan terjadi kesepakatan di antara anggota • ada dasar hukum tertulis (SK) yang menjadi acuan kelompok • menerapakan pendekatan individu
dan atau kelompok • lebih menekankan pada pendekatan partisipatif • lebih menekankan pada pendekatan demokratis • lebih delegatif • ada respon dan keterlibatan anggota yang sungguh-sungguh dalam pendekatan yang diterapkan • ada daftar anggota secara lengkap • sebagian besar anggota aktif dalam
kegiatan
Pendampingan
pihak luar
• pertemuan yang diadakan tidak
terjadwal dan membebani
• pertemuan yang diadakan kurang
menghasilkan apa-apa dan sulit mendapatkan kesepakatan • belum adany a dasar hukum secara tertulis (SK) untuk menjadi acuan • menitikberatkan hanya pada
pendekatan individu saja
• lebih menerapkan pada pendekatan
individu
• lebih menekankan pada pendekatan
otoriter
• kurang delegatif • anggota kurang merespon dan terlibat
dalam pendekatan yang diterapkan
• belum ada daftar anggota secara lengkap • hanya sebagian anggota yang aktif
dalam kegiatan
• tidak ada perubahan dan pergantian
• sering terjadi perubahan dan pergantian
• bantuan tepat waktu • bantuan diterima secara utuh • jenis dan besar bantuan sesuai
• bantuan diterima terlambat • bantuan kurang sesuai dengan paket
anggota
Bantuan yang diberikan
berasal dari pihak luar
• pembentukan KUBE direalisasikan oleh
anggota.
yang ada
dengan kebutuhan KUBE • prosedur penerimaan bantuan mudah. • ada dampak bantuan terhadap perkebangan usaha KUBE
• jenis dan besar bantuan kurang sesuai
• pendamping berperan sebagai
• pendamping terlibat terlalu jauh dalam
falitator • pendamping berperan sebagai katalisator • pendamping berperan sebagai dinamisator • masukan dan saran-saran yang diberikan sangat relevan • pendamping aktif dan memiliki komitmen dalam menjalankan tugas
dengan kebutuhkan KUBE
• prosedur sulit, berbelit- belit. • bantuan kurang berdampak terhadap
perkembangan usaha pengambil keputusan
• pendamping berperan sebagai
pelaksanan
• pendamping kurang memberikan
semangat dan mendorong pd anggota
• masukan dan saran-saran yang
diberikan kurang relevan
• pendamping kurang memiliki komitmen
dan pasif
Kebebasan Kelompok
• ada kebebasan anggota dalam hal:
• ada tekanan dari pihak luar yang dapat
Perlindungan / proteksi
• mampu bersaing dalam harga • mampu bersaing dalam mutu • memiliki daya saing yang tinggi. • mampu mengembangkan modal
• • • •
pembentukan kelompok, penentuan jenis usaha, pengelolaan usaha, pengembangan kreativitas dan sikap berkreasi serta dalam pengambilan keputusan
usaha
mengurangi kebebasan kelompok: pembentukan kelompok, penentuan jenis usaha, pengelolaan usaha, pengembangan kreativitas dan sikap berkreasi, pengambilan keputusan
ada perlindungan terhadap harga ada perlindungan terhadap mutu ada perlindungan terhadap daya saing. ada perlindungan terhadap penyediaan modal usaha
58
KUBE, seberapa besar jumlah anggota untuk satu kelompok, bagaimana bantuan yang diberikan apakah sesuai dengan kebutuhan anggota KUBE, bagaimana pendampingan yang efektif apakah profesional atau tidak, kebebasan yang diberikan untuk berkreasi atau untuk mengembangkan kelompok, dan bagaimana perlindungan atau proteksi yang diberikan sehingga KUBE dapat eksis. Terkait dengan itu, pada Tabel 3 disajikan model hipotetik pola pemberdayaan KUBE. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi dinamika kehidupan KUBE adalah lingkungan sosial KUBE sebagaimana yang sudah disinggung di atas perlunya partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Menurut penelitian yang
dilakukan
oleh
Jamaluddin
(2002)
terhadap
kelompok-kelompok
pemberdayaan di Kecamatan Marowali Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah ditemukan bahwa faktor eksternal yang ada di luar desa lokasi penelitian jauh lebih berpengaruh terhadap kehidupan kelompok dibandingkan dengan faktor eks ternal yang ada di lingkungan desa tersebut. Ini dapat terjadi karena produksi yang dihasilkan bersifat eksternal. Karena itu, kedua faktor ini merupakan hal yang perlu dimasukkan sebagai variabel penelitian. Pada Tabel 4 disajikan model hipotetik pengaruh lingkungan sosial terhadap KUBE. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi dinamika kehidupan KUBE meliputi: norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat (seperti: kerjasama dalam pertanian, gotong royong, dan lain -lain), bagaimana keterkaitan KUBE dengan tokoh-tokoh formal maupun informal masyarakat (seperti: keterkaitan dengan para pengusaha, pendididik, dan lain-lain). Keberhasilan KUBE juga banyak dipengaruhi oleh bagaimana akses kelompok terhadap pelayanan perbankan (seperti: kemudahan dalam mendapatkan pinjaman atau kredit), ketersediaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh KUBE, bagaimana peluang pasar yang ada dan juga ancaman yang mungkin muncul. Sebagai dampak dari upaya pemberdayaan yang dilakukan diharapkan keberhasilan KUBE dapat terwujud secara optimal. Ada dua aspek keberhasilan KUBE yang harus dilihat yaitu aspek yang berkaitan dengan aspek sosial dan aspek yang berkaitan dengan ekonomi atau pengembangan usaha ekonomis produktif keluarga.
59
Tabel 4: Model Hipotetik Aspek Lingkungan Sosial KUBE Pengaruh Aspek Lingkungan Sosial yang Diharapkan
Pengaruh Aspek Lingkungan Sosial yang Kurang Diharapkan
Keterkaitan kegiatan KUBE dengan budaya masyarakat
• kegiatan. KUBE relevan dengan kebia-
• kegiatan KUBE kurang relevan dengan
saan/ tradisi, nilai budaya yang ada • nilai budaya mendukung terhadap keg. KUBE yang dilaksanakan
kebiasaan / tradidi dan nilai budaya yang ada • nilai budaya kurang mendukung dengan kegiatan KUBE
Keterkaitan KUBE dengan tokoh informal dan formal
• hubungan KUBE dengan tokoh formal /
• hubungan KUBE dengan tokoh formal
Aspek -aspek
Akses terhadap lembaga keuangan
informal berjalan baik • ada keterlibatan tokoh formal dan informal dalam kegiatan KUBE • tokoh formal dan informal berpengaruh positif terhadap KUBE • tokoh formal dan informal memberikan ide atau gagasan serta keperdulian untuk memperbaiki kinerja KUBE • ada akses KUBE terhadap pelayanan •
•
• •
Peluang pasar
Kemitraan yang dikembangkan
perbankan perbankan menyediakan pelayanan informasi tentang pelayanan perbankan yang ada anggota KUBE mampu menjangkau dan memanfaatkan pelayanan perbankan yang ada adanya kemudahan memanfaatkan pelayanan perbankan. jarak KUBE dekat dengan perbankan
dan informal kurang berjalan lancar • tokoh formal dan informal kurang
keterlibatan dalam kegiatan KUBE • tokoh formal dan informal berpengaruh
negatif terhadap KUBE • tokoh-tokoh formal dan informal
bersikap apatis terhadap kehidupan KUBE. • akses KUBE terbatas terhadap pela-
yanan perbankan • keterbatasan informasi akan pe-
layanan perbankan yang ada • anggota KUBE kurang memiliki
kemampuan untuk menjangkau dan memanfaatkan pelayanan perbankan • anggota KUBE sulit memanfaat kan pel. perbankan yang ada • jarak KUBE jauh dari pelayanan lembaga keuangan.
• kelompok memiliki nilai bisnis yang kuat
• nilai bisnis rendah
• UEP memiliki kualitas yang baik • UEP memiliki daya saing yang tinggi
• UEP krg memiliki kualitas yang baik • daya saing rendah
• UEP memiliki peluang pasar yang baik • Pasar mudah dijangkau
• KUBE kurang memiliki peluang pasar • pasar sulit dijakau
• KUBE mampu mengidentifikasi
• keterbatasan kemampuan mengidentifi-
lembaga yang dapat menjadi mitra kerja • KUBE mampu menjalin relasi dengan pihak lain • KUBE mampu mempertahakan relasi • KUBE mampu mengembangkan relasi
kasi lembaga yang menjadi mitra kerja • KUBE tidak berorientasi kemitraan • KUBE tidak berorientasi menjalin relasi
dengan pihak lain • KUBE tidak mampu bersaing/kurang
perduli terhadap pesaing • tidak berupaya menjalin relasi dengan
pihak lain Ancaman
• aman dari ketersediaan bahan baku,
persaingan pasar (tidak ada gangguan) dan pencurian hasil usaha serta pemutusan jaringan kerja
• ada acaman penyediaan bahan baku,
persaingan pasar, pencurian hasil usaha dan pemutusan jaringan kerja
60
Ada bebrapa indikator yang berkaitan dengan keberhasilan aspek sosial, yaitu: bagaimana kerjasama yang terjadi di antara sesama anggota, bagaimana kesediaan anggota memberikan pertolongan terhadap sesama anggota termasuk anggota masyarakat lainnya, bagaimana kemampuan dalam mengatasi masalah yang muncul, bagaimana tingkat partisipasi anggota dalam menjalankan kegiatankegiatan KUBE, bagaimana keberanian anggota dalam menghadapi risiko dari rencana yang akan dilakukan, bagaimana perencanaan usaha atau kegiatan yang dilakukan, bagaimana pemanfaatan sumber daya yang tersedia, dan bagaimana inovasi usaha yang dilakukan dalam rangka pengembangan KUBE. Tabel 5: Model Hipotetik Keberhasilan KUBE Aspek -Aspek
Keberlanjutan Usaha yang Diharapkan
Keberlanjutan Usaha yang Kurang Diharapkan
• terjadi koordinasi yang baik • pembagian tugas secara merata • kesediaan memberikan bantuan bila
• bekerja secara aindividual • tugas hanya diselesaikan beberapa
Aspek Sosial Kerjasama sesama anggota KUBE Kesediaan memberikan pertolongan Kemampuan mengatasi masalah
Tingkat partisipasi anggota
• egoisme masih tinggi.
• sebagian besar anggota selalu hadir
• sebagian kecil anggota hadir dalam
• anggota banyak memberikan saran dan
• anggota kurang memberikan saran dan
• sebagian besar anggota terlibat dalam
• anggota kurang terlibat dalam
• sebagian besar anggota aktif dalam
• anggota kurang aktif dalam
dalam setiap pertemuan masukan
keputusan
pelaksanaan keputusan
• sebagian besar anggota terlibat dalam
evaluasi / penilaian
• hasil yang dicapai sangat maksimal
Keberanian menghadapi risiko
orang saja
ada kesulitan. • keperdulian terhadap orang lain • adanya sikap penerimaan terhadap orang lain • adanya kesungguhan memberikan pertolongan. • KUBE siap menerima masalah yang muncul • ada kemauan untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada • ada kemauan untuk mendengarkan nasehat orang lain • adanya kerja sama untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada • adanya keuletan dalam mengatasi masalah
• ada keberanian memulai dan
mengembangkan jenis usaha baru
• ada keberanian untuk menerapakan
inovasi baru
• ada kesiapan untuk menerima
kegagalam yang mungkin muncul
• kepedulian terbatas • kurang menerima terhadap orang lain • kurang iklas dalam membantu orang
lain.
• kawatir menghadapi prubahan yang
akan terjadi
• kurang bersemangat menghadapi suatu
masalah yang timbul
• apatis terhadap suatu hambatan dan
tantangan yang ada
• kurang menerima nasehat orang lain. • kurang kerja sama dalam mengatasi
hambatan dan tantangan yang ada
• kurang keuletan dalam mengatasi
masalah yang ada. setiap pertemuan masukan
pengambilan keputusan pelaksanaan keputusan
• anggota kurang terlibat dalam evaluasi /
penilaian
• hasil yang dicapai kurang maksimal. • adanya rasa takut untuk memulai dan
mengembangkan jenis usaha atau kegiatan baru • adanya rasa takut untuk gagal dalam menerapakan inovasi baru. • kurang menerima terhadap kegagalan yang mungkin ada
61
Tabel 5: Lanjutan
• berorientasi masa yang akan datang • tidak merasa puas dengan kondisi yang
Keberlanjutan Usaha yang Kurang Diharapkan • berorientasi pada masa lalu • menerima apa adanya.
Perencanaan usaha
• KUBE mampu mengidentifikasi
• keterbatasan kemampuan dalam
Pemanfaatan sumber
• KUBE mampu mengidentifikasi dan
• keterbatasan kemampuan dalam
Inovasi usaha
• anggota sdh memahami makna
• anggota kurang memahami makna
Aspek -Aspek
Keberlanjutan Usaha yang Diharapkan
ada
kebutuhan yang akan dipenuhi, mampu menganalisis masalah yang ada, mampu merencakan memanfaatkan sumber yang ada dan mampu menyusun proposal
mengolah sumber yang ada • ada pemanfaatan limbah guna kelestarian lingkungan • menjaga kelestarian lingkungan • ada keseimbangan daya dukung lingk. dengan pemanfaatan sumber • perduli pada sumber daya / lingkungan. pembaharuan usaha • ada sikap penerimaan terhadap inovasi • KUBE mampu menerapkan inovasi • KUBE aktif untuk mendapatkan informasi inovasi baru
mengidentifikasi kebutuhan, menganalisis masalah, merencanakan pemanfaatan sumber dan menyusun proposal.
mengidentifikasi dan pengolahan sumber yang ada • lim bah kurang dimanfaatkan • dayadukung lingkungan kurang sebanding dengan pemanfaatan sumber • hanya perduli pada sumber daya yang dimiliki. pembaharuan usaha
• KUBE terbiasa dengan yg konvensional • keterbatasan kemampuan dalam
penerapan inovasi
• KUBE pasif terhadap inovasi baru
Aspek Ekonomi Perkembangan modal
• meningkatnya modal sampai dua kali
• modal tidak bertambah • kegiatan KUBE statis
Pengguliran
dari modal semula • kegiatan lancar • pengguliran berjalan setelah dua tahun
Pendapatan
• pendapatan meningkat minimal dua kali
• pendapatan dibawah garis kemiskinan
Tabungan
• adanya tabungan untuk jangka waktu
• tidak ada tabungan, pendapatan sangat
Jenis usaha
• bertambahnya jenis usaha hingga dapat
• jenis usaha tidak bertambah dan tidak
Pengelolaan hasil keuntungan
• ada keadilan dalam pembagian hasil
• ada ketidak adilan dalam pembagian
Pengelolaan IKS
di atas garis kemiskinan
minimal 1 bulan ke depan
menerap tenaga kerja di luar KUBE
keuntungan • ada sikap keterbukaan dalam hal pengelolaan keuangan • pembagian keuntungan tepat waktu • pembagian. keuntungan sebanding dengan hasil keuntungan yang diperoleh KUBE • KUBE sdh mengelola dana IKS • besarnya iuran dana IKS sesuai dengan kemampuan anggota • pembayaran dana IKS sesuai dengan jadwal yang sdh ditetapkan • prosedur pemanfaatan IKS mudah • pemanfaatan dana IKS sesuai dengan sasaran / tujuan
• pengguliran tidak berjalan
minim menutupi kebutuhan setiap hari mampu menerap tenaga kerja hasil keuntungan
• kurang ada keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan
• pembagian keuntungan tergantung
pimpinan
• besarnya pembagian keuntungan
kurang sebanding dengan pendapatan.
• KUBE belum menjalankan dana IKS
secara penuh
• besarnya dana IKS kurang sesuai
dengan kemampuan anggota
• pembayaran dana IKS selalu terlambat • prosedur pemanfaatan IKS berbelit- belit • sasaran pemanfaatan dana IKS kurang
sesuai dengan tujuan.
62
Beberapa indikator yang berkaitan dengan keberhasilan aspek ekonomi meliputi: perkembangan modal KUBE, pengguliran terhadap kelompok miskin lainnya di luar KUBE, meningkatkanya pendapatan anggota KUBE, adanya tabungan anggota KUBE yang dapat dimanfaatkan minimal untuk jangka waktu satu bulan ke depan, bertambahnya jenis usaha KUBE yang dapat menerap tenaga kerja (anggota) yang ada dalam KUBE termasuk di luar KUBE yang belum bekerja,
terjadinya
pengelolaan
hasil
keuntungan
yang
transparan
dan
terlaksananya pengelolaan Iuran Kesejahteraan Sosial yang lebih baik. Terkait dengan aspek-aspek di atas, di bawah ini disajikan model hipotetik keberlanjutan usaha kelompok KUBE (Tabel 5). Untuk mempermudah pemahaman mengenai kerangka pemikiran di atas, secara sistematis keseluruhan kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam Gambar 4.
63
KART. AGGT. KUBE (X1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis kelamin Umur Pendidikan formal Pelatihan yang diikuti Modal awal yang dimiliki Pola penghasilan Sumber penghasilan utama Kebutuhan / harapan Persepsi tentang kehidupan berkelompok 10. Motivasi anggota
TK KEBERHASIL KUBE (Y2) DINAMIKA KEHIDUPAN KUBE (Y1)
POLA PEMBERDAYAAN (X2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Proses pembentukan KUBE Pendekatan / metode Jumlah anggota Bantuan (uang & peralatan) Pendampingan Kebebasan yang diberikan Perlindungan / proteksi
1. Tujuan kelompok 2. Struktur kelompok 3. Fungsi tugas kelompok
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pembinaan kelompok Kekompakan kelompok Ketegangan kelompok Keefektifan kelompok Kepemimpinan Kepuasan anggota
LINGKUNGAN SOSIAL (X3) 1. Norma / nilai budaya. 2. Keterkaitan kelompok dengan tokoh (formal & infor mal) 3. Akses terhadap lembaga keuangan 4. Peluang pasar 5. Jaringan kerja 6. Ketersediaan sumber daya 7. Ancaman
Gambar 4:
Aspek Sosial (Y2.1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kerjasama sesama anggota Kesediaan memberikan pertolongan Kemamp mengatasi masalah Tingkat partisipasi anggota Keberanian menghadapi risiko Perencanaan usaha Pemanfaatan sumber Inovasi usaha
Aspek Ekonomi (Y2.2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Perkembangan modal Pengguliran (Revolving Fund) Pendapatan Tabungan Banyaknya jenis usaha Pengelolaan hasil keuntungan Pengelolaan IKS
Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan KUBE
64
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian, meliputi: Hipotesis H0 , yaitu: 1. Karakteristik individu anggota KUBE tidak mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terha dap dinamika kehidupan KUBE. 2. Pola pemberdayaan KUBE tidak mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terhadap dinamika kehidupan KUBE. 3. Lingkungan sosial tidak mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terhadap dinamika kehidupan KUBE. 4. Dinamika kehidupan kelompok KUBE tidak mempunyai hubungan / pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan KUBE. Hipotesis H1 , yaitu: 1. Karakteristik individu anggota KUBE mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terhadap dinamika kehidupan KUBE. 2. Pola pemberdayaan KUBE mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terhadap dinamika kehidupan KUBE. 3. Lingkungan sosial mempunyai hubungan / pengaruh yang nyata terhadap dinamika kehidupan KUBE. 4. Dinamika kehidupan kelompok KUBE mempunyai hubungan / pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan KUBE.