KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Pemerintah telah memiliki pengalaman (lesson learned)
yang cukup
penting dalam kegiatan konservasi tanah dan air, melalui penyelenggaraan penghijauan dan reboisasi yang dimulai sejak 1976. Pelajaran (lesson learned) yang diperoleh dari penyelenggraan program tersebut adalah bahwa untuk lebih mengoptimalkan keberhasilan dan keberlanjutan penyelenggaraan program konservasi tanah dan air perlu ditingkatkan partisipasi aktif masyarakat melalui wadah kelompok tani (World Bank, 1992). Suatu kelompok, termasuk kelompok tani, dalam perkembangannya sekurang-kurangnya akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berkaitan dengan adanya iklim yang kondusif yang diberikan pemegang kebijakan sehingga kelompok diberi kemudahan melalui peraturan dan perundang-undangan serta berbagai bentuk pemberdayaan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang yang bersumber dan terjadi dalam organisasi atau kelompok tersebut. Salah satu faktor internal yang diduga banyak mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan kelompok adalah kepemimpinan kelompok tersebut.
Pemimpin dipandang sebagai agen primer di dalam
menentukan struktur, suasana kelompok, tujuan, ideologi serta aktivitas kelompok. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan kunci bahkan titik sentral organisasi atau kelompok apapun (Yunasaf, 1997). Menurut Gibson dan Hodgetts (1991), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. memerlukan
keahlian
berkomunikasi
yang
efektif,
Proses ini tentu
yaitu
kemampuan
43
menyampaikan makna sehingga orang lain terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan.
Setiap gaya kepemimpinan tertentu dari
pemimpin kelompok tani, diduga akan memiliki gaya komunikasi yang tertentu pula yang akan mempengaruhi dinamika kelompok tersebut. Demikian
halnya
dengan
pemimpin
suatu
kelompok
tani
akan
mempengaruhi anggota atau pengikut di dalam kelompoknya melalui proses kepemimpinannya yang diperlihatkan dalam tindakan atau perbuatannya yang tercermin juga dalam gaya komunikasinya. Gaya Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 1999) gaya memiliki banyak konotasi arti. Ada yang berkonotasi kekuatan, sikap, irama/lagu, elok dan ragam (cara, rupa, bentuk) yang khusus, mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa dan bangunan rumah. Dalam konteks komunikasi, gaya dapat diartikan ragam (cara) seseorang dalam pemakaian bahasa untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Mengacu pada pernyataan Gibson dan Hodgetts (1991) dan arti gaya secara bahasa tersebut di atas, maka gaya komunikasi pemimpin dapat didefinisikan sebagai cara pemimpin menyampaikan makna sehingga orang lain (pengikut) terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan. Mengingat setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang khas, maka diduga akan memiliki gaya komunikasi yang khas. Karena tidak mungkin bagi seorang pemimpin mempengaruhi orang lain (pengikut) untuk mencapai tujuan tertentu tanpa berkomunikasi. Gaya komunikasinya diduga akan selaras dengan gaya kepemimpinannya.
44
Hampir semua penulis seperti Donnelly, et al. (1984), Gibson dan Hodgetts (1991), Holt (1990), Monday, et al. (1990), Schermerhorn, et al. (1991) yang membahas teori kepemimpinan selalu bermuara pada tiga teori kepemimpinan yaitu Teori Trait, Teori Personal Behavioral dan Teori Situational Leadership. Dari semua teori kepemimpinan yang ada, menurut penulis teori Situational Leadership dapat mencakup uraian teori-teori kepemimpinan lainnya. Meskipun teori-teori kepemimpinan yang lain membahas dari sudut padang dan tingkat
kedetilan
yang
berbeda-beda
namun
pada
intinnya
pemimpin
menggunakan empat gaya memimpin, yaitu: (1) telling, memberi instruksi secara detail dan melakukan supervisi secara ketat; (2) selling, menjelaskan keputusankeputusannya
dan
memberikan
kesempatan
kepada
anggota
untuk
mengklarifikasi; (3) participating, berbagi gagasan dan memfasilitasi proses pengambilan keputusan bersama; (4) delegating, mendelegasikan pada anggota untuk membuat keputusan dan melaksanakan. Ditinjau dari model-model komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli terdapat tiga aliran utama model komunikasi yaitu linier, relational dan convergence. Rincian sumber, model/tipe, komponen utama dan definisi dari masing-masing model dirangkum oleh Sumardjo (1999) sebagaimana tampak pada Tabel 3. Mengacu pada empat gaya kepemimpinan dan tiga model komunikasi di atas, maka cara sang pemimpin menyampaikan makna sehingga orang lain (pengikut) terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan, akan sejalan dengan model-model komunikasi yang ada. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (telling) pemimpin diduga akan cenderung
45
berkomunikasi secara linier (searah), dan menempatkan para anggota kelompok tani sebagai komunikan dan pemimpin kelompok tani sebagai komunikator. Tabel 3. Model Komunikasi Linier, Relational dan Convergence Sumber
Tipe/ Model
Komponen Utama dari Model
Definisi Model Komunikasi
1. Westley dan Malcolm (1957)Newcomb (1953) Roger dan Kincaid (1981)
Linier
Komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan melalui penyaring (saluran)
2. Berlo (1960)
Linier
3. Schramm (1973)
Relational
Pesan, Sumber (advocacy roles), Gatekeepers (channel roles), Penerima (behavior user system) Umpan balik (feedback) Sumber (source) Pesan (message) Saluran (channels) Penerima (receiver) Umpan Balik (feedback) Informasi Hubungan baik antara partisipan Penerima aktif
4. Kincaid (1973); Roger dan Kincaid (1981)
Converge nce
Informasi (uncertainty) Konvergensi Saling pengertian Kesepakatan bersama Tindakan bersama Jaringan hubungan social (network relationship)
Suatu proses yang berlangsung dengan sumber secara intensif merubah perilaku penerima pesan. Seperangkat aktivitas interaksi yang berpusat pada informasi sebagai bagian dari hubungan sosial tersebut. Suatu proses konvergen dengan informasi yang disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dalam rangka mencapai saling pengertian (consensus)
Sumber: Sumardjo (1999: 89) Pemimpin kelompok yang bergaya kepemimpinan selling, diduga melakukan komunikasi secara kombinasi/berkisar antara linier dan relational. Sedangkan
seorang
pemimpin
kelompok
yang
bergaya
kepemimpinan
participating diduga akan melakukan komunikasi secara kombinasi/berkisar antara relational dan convergence. Adapun seorang pemimpin kelompok yang bergaya kepemimpinan delegating diduga akan melakukan komunikasi secara convergence. Secara ringkas keterkaitan antara gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi pemimpin disajikan pada Tabel 4.
46
Tabel 4. Keterkaitan Gaya Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani No Gaya Kepemimpinan*) 1 Telling, memberi instruksi secara detail dan melakukan supervise secara ketat.
Gaya Komunikasi**) Linier
2
Selling, menjelaskan keputusan-keputusannya dan Linier-Relational memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengklarifikasi.
3
Participating, berbagi gagasan dan memfasilitasi Relational-Convergence proses pengambilan keputusan bersama.
4
Delegating, mendelegasikan pada anggota untuk Convergence membuat keputusan dan melaksanakan.
*) Mengacu pada Teori Hersey dan Blanchard dalam Schermerhorn et al. (1991) **) Dimodifikasi dari Sumardjo (1999: 89)
Sesuai teori kepemimpinan situasional Hersey dan Blancharcd dalam Schermerhorn, et al. (1991) kepemimpinan akan efektif jika gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin sesuai dengan tingkat kesiapan (readiness level) dari para pengikutnya. Gaya kepemimpinan telling akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan rendah. Pemimpin perlu memberikan arahan yang detail kepada anggota yang tidak mampu dan tidak mau, untuk mengurangi ketidak percayaan diri terhadap tugas yang harus mereka laksanakan. Gaya kepemimpinan selling akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan rendah sampai dengan sedang. Pemimpin perlu memberikan arahan tugas bersamaan dengan dukungan kepada anggota yang tidak mampu tetapi mau melaksanakan tugasnya. Dalam gaya kepemimpinan ini sang pemimpin mengkombinasikan antara arahan dan penjelasan serta pemeliharaan antusiasme anggota untuk melaksanakan tugasnya. Sedangkan gaya kepemimpinan participating akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan yang sedang
47
sampai dengan tinggi. Kepada anggota kelompok yang mampu tetapi tidak mau, pemimin perlu memberikan dukungan agar motivasi mereka meningkat melalui berbagi (sharing) dalam pengambilan keputusan. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan gairah mereka dalam melaksanakan tugasnya. Adapun gaya kepemimpinan delegating akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan yang tinggi. Pemimpin sangat sedikit memberikan arahan ataupun dukungan dalam melaksanakan tugas, akan tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para anggota untuk mengambil keputusan dan melaksanakan tugasnya yang dianggap perlu. Agar fungsi kepemimpinan dapat berjalan secara efektif, maka pemimpin kelompok tani, harus dapat berkomunikasi secara efektif tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan konservasi tanah dan air sejak tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring. Artinya gaya komunikasi yang diterapkan pemimpin dalam mengkomunikasikan hal-hal di atas harus sesuai dengan tingkat kedewasaan/atau kesiapan kelompok. Ciri-ciri kedewasaan/kesiapan dari kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air dapat diringkas sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. .Apabila gaya komunikasi pemimpin kelompok tersebut dapat berlangsung sesuai dengan kondisi (kedewasaan/kesiapan) anggota, maka diduga tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok tani tentang konservasi tanah dan air dalam keadaan baik/tinggi, pada akhirnya keefektifan kelompok dapat diwujudkan.
48
Tabel 5. Indikator Tingkat Kedewasaan Berkelompok No 1.
Aspek Kedewasaan Tingkat pemahaman anggota kelompok terhadap tujuan kelompok Tingkat kekompakan anggota kelompok
Indikator Tingkat Kesiapan/ Kedewasaan *) Tinggi - Memahami tujuan kelompok dengan benar. - Memiliki kemauan untuk mencapai tujuan kelompok. - Memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan kelompok.
Rendah - Tidak memiliki kemampuan untuk memahami tujuan kelompok. Berkelompok karena pengaruh/ ajakan/ tekanan pihak lain. - Maka, tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencapai tujuan kelompok.
- Memahami pentingnya - Tidak memahami pentingnya kekompakan kelompok. kekompakan kelompok. - Memiliki kemauan untuk - Cenderung bertindak yang berperan aktif dalam mengarah pada perpecahan mewujudkan kekompakan kelompok. - Mudah menimbulkan kelompok. - Memiliki keterampilan untuk konflik/perselisihan anggota menciptakan kekompakan kelompok. kelompok. - Memiliki kemampuan - Tidak mampu berinisiatif, 3. Tingkat berinisiatif dalam kegiatan cenderung meniru, mengikuti. inisiatif - Tidak mau berinisiatif, tidak mau KTA. anggota - Memiliki kemauan untuk memulai lebih dulu. kelompok - Tidak memiliki keterampilan untuk berinisiatif dalam kegiatan - Memiliki keterampilan untuk betindak inovatif. berinisiatif. - Tidak memahami pentingnya - Memahami pentingnya 4. Tingkat komitmen kelompok. komitmen dalam komitmen - Tidak memiliki kemauan untuk berkelompok. anggota - Memiliki kemauan untuk menumbuhkan komitmen kelompok, kelompok berperan aktif dalam menjaga - Cenderung memudarkan komitmen terhadap kelompok. komitmen untuk mewujudkan tujuan kelompok. pencapaian - Memiliki keterampilan dalam tujuan menumbuhkan komitmen kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Sumber: *) Disintesis dari Teori Hersey dan Blanchard (Schermerhorn et al., 1991)
2.
Mengacu pada Yusuf (1989) keefektifan kelompok ditandai dengan tercapainya tujuan dan kepuasan yang diperoleh para anggota kelompok. Dalam penelitian ini sejauhmana tujuan kelompok tani telah dicapai akan diketahui melalui: (1) Tingkat pengetahuan tentang konservasi tanah dan air, (2) Keadaan sikap terhadap kegiatan konservasi tanah dan air, (3) Tingkat keterampilan tentang
49
konservasi tanah air. Sedangkan kepuasan para anggota kelompok akan diketahui melalui sejauhmana tingkat kesenangan dan kebanggaan menjadi anggota kelompok tani.
Indikator dari masing-masing dimensi keefektifan kelompok
disajikan pada Tabel 6. Tabel 6.
No 1
Indikator Keefektifan Kelompok dalam Melaksanakan Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Dimensi Tingkat pengetahuan tentang konservasi tanah dan air
• •
2
Keadaan sikap terhadap kegiatan konservasi tanah dan air
• •
3
Tingkat keterampilan tentang konservasi tanah air
• •
4
Tingkat kepuasan kelompok
• •
Indikator Jumlah kegiatan vegetatif KTA yang diketahui Jumlah kegiatan sipil teknis KTA yang diketahui Sikap terhadap kegiatan vegetatif KTA Sikap terhadap kegiatan sipil teknis KTA Jumlah kegiatan vegetatif KTA yang dikuasai dan diterapkan Jumlah kegiatan sipil teknis KTA yang dikuasai dan diterapkan Tingkat kesenangan anggota Tingkat kebanggaan anggota
Sumber: Dimodifikasi dari Yusuf (1989)
Untuk mengetahui keefektifan kelompok tani dalam melakukan kegiatan konservasi tanah dan air, perlu diketahui ciri-ciri perilaku kelompok tani yang pro-konservasi dan perilaku kelompok tani yang kontra-konservasi, seperti pada Tabel 7.
50
Tabel 7.
Ciri-ciri Perilaku Kelompok Tani yang Pro-Konservasi dan Kontra-Konservasi Tanah dan Air
Dimensi Tingkat pemahaman tentang konservasi tanah dan air
Keadaan sikap terhadap kegiatan konservasi tanah dan air
Tingkat keterampilan tentang konservasi tanah air
Tingkat kepuasan kelompok
Perilaku yang ProPerilaku yang KontraKonservasi Konservasi - Paham jenis buah-buahan, - Tidak paham jenis buahkayu-kayuan, rumput buahan, kayu-kayuan, rumput yang cocok yang cocok ditanam di lokasi kegiatan KTA ditanam di lokasi - Paham berbagai jenis kegiatan KTA bangunan konservasi yang - Tidak paham berbagai cocok di lokasi kegiatan jenis bangunan KTA konservasi yang cocok di lokasi kegiatan KTA - Tertarik untuk menanam - Tidak tertarik untuk berbagai jenis buahmenanam berbagai jenis buahan, kayu-kayuan, buah-buahan, kayurumput yang cocok, di kayuan, rumput yang lokasi kegiatan KTA cocok, di lokasi kegiatan - Tertarik untuk KTA membangun berbagai - Tidak tertarik untuk jenis bangunan konservasi membangun berbagai yang cocok di lokasi jenis bangunan kegiatan KTA konservasi yang cocok di lokasi kegiatan KTA - Dapat menanam berbagai - Tidak dapat mampu jenis buah-buahan, kayumenanam berbagai jenis kayuan, rumput yang buah-buahan, kayucocok, dilokasi kegiatan kayuan, rumput yang KTA cocok, dilokasi kegiatan - Dapat membangun KTA berbagai jenis bangunan - Tidak dapat membangun berbagai jenis bangunan konservasi yang cocok di lokasi kegiatan KTA konservasi yang cocok di lokasi kegiatan KTA - Merasa senang dan - Tidak senang/bangga bangga untuk melakukan melakukan berbagai berbagai kegiatan kegiatan vegetatif dan vegetatif dan sipil teknis sipil teknis di lokasi di lokasi kegiatan KTA kegiatan KTA - Merasa senang dan - Tidak merasa senang/ bangga menjadi anggota bangga menjadi anggota Kelompok Tani yang Kelompok Tani yang melakukan kegiatan KTA melakukan kegiatan KTA
51
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas menunjukkan bahwa penelitian ini menduga adanya hubungan antara tingkat keefektifan kelompok tani dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani. Keragaan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani diduga berhubungan erat dengan tingkat kedewasaan dan karakteristik kelompok tani. Kerangka berfikir penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
52
X1= Karakteristik Anggota Kelompok: X1.1. Usia X1.2. Jenis Kelamin X1.3. Tingkat Pendidikan X1.4. Jenis Pekerjaan X1.5. Pendapatan X1.6. Jumlah Tanggungan Keluarga X1.7. Penguasaan lahan X1.8. Akses terhadap Media Massa X1.9. Gaya Komunikasi Anggota X1.10. Tingkat Partisipasi Anggota
X4= Keefektifan Kelompok
X3= Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani X2= Tingkat Kedewasaan Berkelompok X2.1 Tingkat pemahaman terhadap tujuan kelompok X2.2. Tingkat kekompakan X2.3. Tingkat inisiatif X2.4. Tingkat komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok
X4.1. Tingkat pengetahuan tentang konservasi tanah dan air X4.2. Keadaan Sikap terhadap kegiatan konservasi tanah dan air
X4.3. Tingkat Keterampilan tentang konservasi tanah air X4.4. Tingkat Kepuasan Anggota Kelompok Tani
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Gaya Komunikasi Pemimpin dan Kefektifan Kelompok Tani Konservasi Tanah dan Air dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah dan Air
53
Hipotesis Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Tingkat keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air rendah. 2. Terdapat hubungan yang nyata antara keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani. 3. Gaya komunikasi pemimpin kelompok tani berhubungan erat dengan tingkat kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok.