KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran proses penelitian yang akan dilakukan. Alur berpikir dimulai dari kenyataan adanya masalah tentang kondisi kapasitas pembudidaya ikan yang umumnya tergolong rendah, di lain pihak terdapat tantangan dan masalah global yang cukup besar baik yang berdimensi ekonomi maupun berdimensi lingkungan. Hipotesis yang ditetapkan diperoleh dengan menggunakan alur berpikir secara deduktif melalui kajian berbagai literatur, sehingga diperoleh pemahaman tentang berbagai teori dan konsep pendukung penelitian. Pada proses penelitian secara empiris, diperoleh temuan atau kesimpulan sebagai suatu bentuk berpikir secara induktif. Pada akhirnya melalui temuan proses empiris ini dapat dijadikan suatu rumusan strategi untuk mengembangkan kapasitas pembudidaya ikan.
Pada penelitian ini kerangka
berpikir disusun seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Globalisasi : - Perubahan preferensi pasar dan tuntutan pasar atas kualitas produk - Krisis pangan dan tuntutan ketahanan pangan
Perubahan kondisi lingkungan alam: - perubahan iklim - penurunan kualitas lingkungan perairan
Kinerja Penyuluh: Identifikasi kebutuhan dan penyusunan rencana kerja Pelaksanaan proses pembelajaran Pengembanga kelompok Pengembangan jejaring
Tantangan dan masalah usaha akuakultur
Kapasitas Pembudidaya yang tinggi: - Menjalankan fungsi-fungsi usaha - Memecahkan masalah - Merencanakan dan mengevaluasi usaha - Beradaptasi
Lembaga pendukung agribisnis: Lembaga keuangan Lembaga penyedia input. Lembaga penyedia informasi Lembaga pemasaran Kelompok pembudidaya ikan
Usaha Berkelanjutan
Strategi Pengembangan Kapasitas
Gambar 10. Kerangka Berpikir Penelitian
76
Pembudidaya ikan yang sejahtera dan bermartabat
77
Pembudidaya ikan dalam menjalankan usahanya tidak lepas dari masalah yang timbul dari adanya perubahan-perubahan global yang terjadi di sekitarnya, baik yang terkait dengan perubahan lingkungan hidup maupun perubahan ekonomi pasar. Perubahan iklim global secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada perubahan lingkungan perairan sebagai wahana pertumbuhan ikan. Perubahan ekonomi pasar yang terbuka mengharuskan pembudidaya ikan mampu bersaing dengan produk luar baik dari mutu maupun harga. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pembudidaya ikan menghadapi tantangan-tantangan tersebut diperlukan kapasitas yang tinggi. Kapasitas yang tinggi diperlukan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi usaha akuakultur secara lebih baik, tidak hanya pada aspek produksi saja, melainkan juga pada aspek usaha yang lain, seperti aspek pengelolaan keuangan, tenaga kerja, serta pemasaran. Pembudidaya ikan juga harus mampu mengatasi segala masalah usahanya, mampu merencanakan dan mengevaluasi usaha, serta beradaptasi dengan perubahan yang dihadapinya. Keseluruhan kapasitas ini berpotensi menjadikan usahanya berkelanjutan. Kapasitas dalam diri pembudidaya ikan tersebut tidak terlepas dari kemampuannya dalam mengambil keputusan yang rasional. Menurut Baron (1994), keputusan yang rasional diperoleh dari hasil pencarian pembuktian dan penilaian dari beberapa kemungkinan.
Pengetahuan sangat penting dalam
pengambilan keputusan (Ilbery 1978), namun menurut Baron (1994) umumnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani tidak cukup untuk mengambil keputusan yang rasional, sehingga diperlukan pengetahuan luar yang diperoleh dari para ahli. Pengambilan keputusan yang rasional menjadikan tindakan yang rasional. Menurut Popkin (1979) yang menentang teori Scott tentang moral petani, bahwa petani adalah orang-orang kreatif yang penuh perhitungan rasional bahkan bila ada kesempatan terbuka maka mereka ingin mendapatkan akses ke pasar. Pernyataan ini bertentangan dengan Scott yang menyebutkan bahwa kolonialisme dan kapitalisme merupakan musuh petani karena mengancam eksistensi komunitas melainkan karena ”eksistensi ekonomi individual”. Pada prinsipnya petani bersikap mengambil posisi yang menguntungkan dirinya. Terkait dengan hal ini, pembudidaya ikan akan memperhitungkan untung rugi dalam usahanya.
78
Rasionalitas pembudidaya ikan membutuhkan perspektif pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan usahanya, sehingga tujuan yang diinginkan tercapai secara efektif. Dalam hal ini, peran penyuluh sangat diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran (learning process) bagi pembudidaya ikan, sehingga potensi yang ada dalam diri pembudidaya bisa tergali dan secara mandiri dapat mengatasi permasalahannya, serta dapat meningkat daya kreativitas dan keinovatifannya. Peran penyuluh dalam meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan dapat dilihat dari kinerja penyuluh, yang meliputi penggalian masalah dan potensi di wilayah kerjanya, pengembangan jejaring, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penumbuhkembangan kelompok. Peran lembaga-lembaga agribisnis juga penting untuk meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan, baik yang bergerak di bidang keuangan (penyedia modal), penyediaan input produksi, penyediaan informasi dan teknologi, serta pemasaran. Pengambilan keputusan pembudidaya ikan untuk menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga tersebut dipengaruhi oleh pandangannya kepada lembaga-lembaga tersebut. Pengalaman negatif maupun ketidaktahuan tentang peran lembaga-lembaga ini akan bisa berakibat pada perilakunya untuk tidak berinteraksi dengan lembaga-lembaga tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Hegel (1999), pandangan seseorang akan mempengaruhi pemahaman dan penerimaan kondisi lingkungan, serta perilakunya. Pandangan ini membentuk kerangka referensi (frame reference) untuk bertindak. Jaringan sosial berperan dalam membentuk perspektif pengetahuan individu, karena antar individu dalam suatu komunitas terjadi interaksi. Haverkort et al. (1993) menyatakan bahwa jaringan (network) sebagai kelompok yang terdiri dari individu-individu yang mengorganisasikan dirinya secara bersama-sama yang berbasis sukarela dengan tujuan pertukaran informasi, materi, pelaksanaan kegiatan bersama, dan pemberdayaan. Engel (Naksung 2003) menyatakan, networking sebagai proses resultante relasi sosial yang terbangun dari beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu, karakteristik dan fungsinya ditentukan oleh misi yang ditetapkan. Jaringan menggambarkan ide komunitas, dasar bagi individu untuk berbagi ide, berinteraksi satau sama lain dengan basis
79
minat bersama, dan saling percaya, sehingga keberhasilan jaringan sosial ditentukan oleh sinergi sosial yang ada. Terkait dengan hal tersebut, kelompok pembudidaya ikan sebagai suatu jaringan sosial, berperan penting untuk mendukung usaha para anggotanya. Melalui kelompok kekuatan tawar (bargaining position) pembudidaya ikan menjadi lebih kuat, dan kelompok bisa sebagai wadah belajar bagi seluruh anggotanya. Hubungan antar peubah penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
X3. Dukungan kelembagaan agribisnis
X4. Dukungan kelompok pembudidaya ikan
X3.1. X3.2. X3.3. X3.4.
X4.1. Tingkat kedinamisan kelompok X4 2. Peran pemimpin kelompok
penyediaan modal penyediaan input produksi kelancaran pemasaran penyediaan informasi
X1. Karakteristik internal: X1.1. umur X1.2. pendidikan formal X1.3. pendidikan non formal X1.4. pengalaman usaha X1.5. pendapatan X1.6. tanggungan keluarga X1.7. skala usaha X2. Kinerja penyuluh X2.1. Identifikasi kebutuhan dan penyusunan rencana kerja X2.2. Pengembangan kelompok X2.3. Pelaksanaan proses pembelajaran X2.4. Pengembangan jejaring
Y1. Kapasitas Pembudidaya Ikan: Y1.1. Menguasai fungsifungsi usaha (produksi, pemodalan, penyediaan input produksi, pemasaran) Y1.2. Mampu memecahkan masalah Y1.3. Mampu merencanakan dan mengevaluasi usaha Y1.4. Memiliki daya adaptasi
Y2. Keberlanjutan usaha: Y2.1. Perkembangan usaha Y2.2. Terjaminnya kondisi lingkungan Y2.3. Peningkatan kesejahteraan
Gambar 11. Hubungan antar Peubah Penelitian Paradigma Kapasitas Pembudidaya Ikan Konsep kapasitas sering diartikan secara sempit sebagai kemampuan menjalankan pekerjaan (ability) oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat.
80
Beberapa pendefinisian kapasitas, seperti pada Tabel 6 memperlihatkan, kapasitas memiliki makna yang lebih luas. Kapasitas mengarah pada beberapa konteks, seperti: (a) kompetensi, yaitu karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, yang dapat diukur dari tingkatan kinerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pada ranah pengetahuan dan keterampilan dengan lebih mudah
diukur, sedangkan untuk ranah sikap, nilai, dan traits (sifat) lebih sulit dilakukan; (b)
kinerja, yaitu tingkat keberhasilan seseorang dalam menjalankan sesuatu
bidang pekerjaan. Kata kuncinya adalah keberhasilan, jadi tidak hanya sematamata melihat kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan (ability); (c) daya adaptif, terhadap suatu perubahan-perubahan yang muncul di luar kendali diri seseorang; dan (d) kemampuan menjalankan fungsi, memecahkan masalah, dan merencanakan suatu hal yang ingin dikerjakan dan mengevaluasinya. Keterkaitan antara berbagai konsep yang umum dipakai dalam pengembangan SDM, khususnya penyuluhan, antara lain adalah kemampuan (ability), kompetensi, kapasitas, dan kemandirian, seperti pada Gambar 12.
KAPASITAS Daya adaptif, kemampuan menjalankan fungsi, memecahkan masalah, dan merencanakanmengevaluasi KOMPETENSI : pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, traits. Standar kinerja
KEMANDIRIAN Mampu bekerjasama dengan pihak lain
ABILITY Pengetahuan, sikap keterampilan
Gambar 12. Keterkaitan antara Ability, Kompetensi, Kapasitas, dan Kemandirian Kemampuan (ability) merupakan inti dari keseluruhan konsep tersebut. Kemampuan diartikan sebagai kekuatan untuk melakukan suatu pekerjaan, yang terkandung di dalamnya tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemampuan menjalankan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh karakteristik dasar seseorang (kompetensi), oleh karenanya perlu diukur dengan melihat kinerja orang tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pada
81
cakupan yang lebih luas kapasitas sebagai agregat dari kemampuan dan kompetensi, yang di dalamnya tercakup daya adaptif, serta kemampuan menjalankan fungsi, memecahkan masalah, dan merencanakan dan mengevaluasi suatu usaha. Tingkatan kapasitas seseorang akan menentukan kemandiriannya, yaitu dengan semakin tinggi tingkat kapasitasnya, maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya. Kapasitas pembudidaya ikan yang tinggi diperlukan guna menjadikan usahanya menjadi berkelanjutan. Perbedaan karakteristik kapasitas pembudidaya ikan yang tinggi dengan yang rendah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kapasitas Pembudidaya Ikan dalam Mengelola Usaha Akuakultur No 1.
a.
Aspek
Kapasitas Rendah
Kemampuan menjalankan fungsi-fungsi usaha Pengelolaan Menjalankan produksi berdasarkan kebiasaan produksi yang diturunkan atau kebiasaan masyarakat setempat, dengan penggunaan input produksi terbatas, teknologi sederhana dan di bawah standar mutu kerja
Kapasitas Tinggi
Menjalankan produksi yang bersifat fleksibel dan adaptif terhadap perubahan pasar, penggunaan input produksi, teknologi, dan proses kerja yang bermutu sesuai standar
Pengelolaan keuangan usaha dicampur dengan keuangan rumah tangga, tidak melakukan perhitungan finansial dalam perencanaan usaha, tidak mampu mengakses modal dari lembaga permodalan formal, ketersediaan modal sangat terbatas Penggunaan tenaga kerja dari anggota keluarga tidak diperhitungkan sebagai biaya. Kurang aktif dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan usahanya
Melakukan pemisahan keuangan usah dengan keuangan rumah tangga, melakukan perhitungan finansial, mampu mengakses modal, mampu mengembangkan modal usaha. Penggunaan tenaga kerja keluarga diperhitungkan sebagai biaya. Aktif mencari informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan usahanya
Pengelolaan pemasaran
-Tidak menjadikan preferensi konsumen atau permintaan pasar sebagai dasar berproduksi. -Tidak merumuskan strategi pemasaran -Tidak menganggap penting informasi pasar dan informasi harga.
Preferensi konsumen atau permintaan pasar menjadi pijakan utama berproduksi. Merumuskan strategi pemasaran secar efesien dan efektif. Menganggap penting informasi pasar atau informasi harga.
2.
Kemampuan memecahkan masalah
-Tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi segala masalah -Menganggap masalah bukan sebagai peluang dan tantangan yang harus dihadapi -Tidak memiliki cukup kemampuan untuk bekerjasama dengan pihak lain guna memecahkan masalah
-Memiliki kecakapan dan keterampila dalam memecahkan masalah. -Menjadikan masalah sebagai peluang dan tantangan yang harus dihadapi. -Memanfaatkan pihak lain untuk bekerjasama mengatasi masalah
3.
Kemampuan perencanaan dan evaluasi usaha
Tidak melakukan kegiatan perencanaan dan evaluasi atas usaha yang telah dilakukan, sehingga sulit mengukur tingkat efesiensi dan efektivitas usahanya
Melakukan kegiatan perencanaan dan evaluasi atas usaha yang telah dilakukan, sehingga bisa mengukur tingkat efesiensi dan efektivitas usahanya
b.
Pengelolaan keuangan
c.
Pengelolaan tenaga kerja
d.
82
Tabel 6
83
Paradigma Penyuluhan Akuakultur Secara garis besar orientasi pembangunan perikanan mengarah pada dua hal, yaitu pembangunan untuk meningkatkan produksi ikan, dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia pembudidaya ikan. Berkaca dari paradigma pembangunan pertanian dengan peningkatan poduksi pangan melalui revolusi hijau ternyata tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karenanya, konsep pembangunan akuakultur layaknya mengacu pada paradigma yang kedua yaitu peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan. Perbedaan paradigma pembangunan yang digunakan berpengaruh pada pendekatan penyuluhan yang diterapkan dalam pembangunan. Pembangunan yang berorientasi pada produksi cenderung menggunakan penyuluhan
sebagai alat
untuk meningkatkan produksi ikan sesuai target yang telah ditetapkan, sehingga pendekatannya cenderung direktif. Beberapa pendekatan penyuluhan yang tergolong pada paradigma ini adalah pendekatan komoditas, proyek, LAKU, dan Farming System Development. Sebaliknya, paradigma pembangunan akuakultur yang mengacu pada peningkatan kualitas
SDM,
orientasi
penyuluhan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
pembudidaya ikan. Sifat penyuluhan ini lebih partisipatif. Pendekatan penyuluhan cost sharing dan partisipasi dapat digolongkan pada paradigma pembangunan ini. Perbandingan berbagai pendekatan penyuluhan pembangunan akuakultur tersebut berdasarkan dimensinya secara lebih terinci dapat dilihat Tabel 8. Kinerja Penyuluh Penyuluh sebagai ujung tombak penyuluhan pembangunan memiliki peran yang besar dalam keberhasilan pembangunan itu sendiri. Peran utamanya adalah menciptakan suasana yang kondusif, sehingga memungkinkan partisipan penyuluhan mengalami proses pembelajaran secara aktif dan mandiri. Implikasinya di lapang penyuluh harus berperan sebatas fasilitator, mediator, dan dinamisator bagi proses pembelajaran tersebut, bukan sebagai konseptor maupun eksekutor yang merencanakan dan memutuskan sesuatu yang dianggap tepat bagi partisipan.
84
Tabel 8. Perbandingan Pendekatan Penyuluhan Berdasarkan Dimensinya Pendekatan Penyuluhan
Dimensi Komoditas
Proyek
Latihan Kunjungan (LAKU)
Farming System Development
Cost Sharing
Partisipasi
Tujuan
Meningkatkan produksi komoditas tertentu
Meningkatk an produksi komoditas tertentu
Meningkatkan produksi komoditas tertentu
Meningkatkan produksi komoditas tertentu
Meningkatkan kesejahteraan melalui pembiayaan bersama
Meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan kapasitas
Perencanaan
Dibuat pemerintah pusat
Dibuat pemerintah pusat
Dibuat pemerintah pusat
Dibuat pemerintah sesuai dengan agroklimat setempat
Dibuat bersama antara penyuluh dengan pembudidaya ikan
Dibuat bersama antara penyuluh dengan pembudidaya ikan
Pelaksanaan
Teknik produksi diperkenenalkan pada pembudidaya ikan melalui demonstrasi
Seringkali biaya dan teknik bersumber dari donor internasional
Secara terjadwal pelatihan penyuluh dan kunjungan ke lapang
Kerjasama peneliti dg penyuluh, analisis dan percobaan lapang milik pembudidaya ikan
Pembudidaya ikan ambil bagian dalam pembiayaan program
Partsipasi aktif pembudidaya ikan untuk penguatan kelompok, dan sharing dalam penggunaan teknologi lokal
Pengawasan (kontrol)
Dilakukan pemerintah melalui penyuluh
Dilakukan pemerintah bersama donor
Dilakukan pemerintah melalui penyuluh
Bersama antara penyuluh dengan pembudidaya ikan
Bersama antara penyuluh dengan pembudidaya ikan
Indikator kesuksesan
Peningkatan produksi komoditas
Perubahan jangka pendek (short term)
Peningkatan produksi komoditas yang diprogramkan
Bersama antara peneliti, penyuluh, pemb.ikan Tingkat adopsi dan keberlanjutan adopsi
Kemauan dan kemampuan pembudidaya ikan dalam membiayai program
Sifat komunikasi Kelemahan
Top down
Top down
Top down
Top down
Bottom up
Peningkatan kapasitas pembudidaya ikan, jumlah yang berpartisipasi, tingkat sumbangan dari pembudidaya ikan, tingkat manfaat yang diterima pembudidaya ikan, dan keberlanjutan program Konvergen
Perhatian pada komoditas bukan ke orangnya
Ide-ide berasal dari pihak luar
Biaya besar untuk supervisi teknik dan fasilitas
Ada unsur paksaan pada yang tidak mampu
Kelebihan
Integrasi berbagai fungsi: penyuluhan, teknologi, input, pasar dll
Pembiayaan dan bantuan teknis tercukupi
Pelayanan terpadu dan penyuluh langsung terjun ke lapang
Biaya besar dan membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasilnya Hubungan erat penyuluh dan peneliti, komitmen pemb. ikan mengembangkan teknologi
Menimbulkan rasa tanggung jawab keberlangsungan program
Membutuhkan usaha yang lebih keras dari penyuluh untuk menumbuhkan motivasi pemb. ikan Program sesuai dengan kebutuhan, biaya lebih murah, efesien
85
Kinerja penyuluh diartikan sebagai pencapaian hasil yang diukur dari pencapaian tujuan yang ditetapkan. Mengacu dari kedua jenis kinerja, maka kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) identifikasi masalah dan penyusunan rencana kerja penyuluhan, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) pengembangan kelompok, dan (4) pengembangan jejaring. Secara lebih jelas komponen kinerja ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Indikator Kinerja Penyuluh Kinerja Penyuluh menurut Nuryanto (2008) 1. Pada aspek persiapan penyuluhan: tersusunnya rumusan hasil pengumpulan data dan potensi wilayah dan agrosistem, kebutuhan teknologi, programa penyuluhan, dan rencana kerja penyuluhan 2. Pada aspek pelaksanaan penyuluhan: penyusunan materi, penerapan metode, perkembangan kelompok 3. Pada aspek evaluasi dan pelaporan penyuluhan: pembuatan pelaporan dan evaluasi hasil kegiatan, dan evaluasi dampak 4. Pada aspek pengembangan penyuluhan: penyususnan pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, rumusan hasil kajian dan kebijakan penyuluhan, rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan 5. Pada aspek pengembangan profesi penyuluhan: adanya hasil karya tulis ilmiah, publikasi karya tulis, karya saduran dan terjemahan 6. Pada aspek penunjang penyuluhan: kesempatan mengikuti kegiatan seminar, pelatihan, mengajar, penghargaan prestasi kerja
Kinerja Penyuluh menurut Suhanda (2008) 1. Pelibatan tokoh masyarakat 2. Penumbuh-kembangan kelompok tani 3. Penyusunan rencana kerja penyuluhan 4. Penerapan metode penyuluhan 5. Penyusunan programa 6. Penyusunan materi 7. Penumbuhan keswadayaan dan keswakarsaan 8. Tata laksana kantor 9. Penumbuhan kelembagaan ekonomi 10.Analisis potensi dan kebutuhan 11.Evaluasi dan pelaporan 12.Pengembangan jejaring 13.Pengembangan profesionalisme
Kinerja Penyuluh dalam Penelitian 1. Identifikasi masalah dan penyusunan rencana kerja penyuluhan 2. Pelaksanaan proses pembelajaran 3. Pengembangan kelompok 4. Pengembangan jejaring
Paradigma penyuluhan yang baru menuntut adanya partisipasi dalam setiap kegiatan penyuluhan. Oleh karenanya, kinerja penyuluh yang baik antara lain diukur dari tingkatan kegiatan penyuluhan yang didasari dan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif. Pendekatan partisipatif didasari pada filosofi bahwa menolong partisipan penyuluhan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, dan partisipan bukan sebagai objek penyuluhan tetapi sebagai subjek program penyuluhan dengan bekerjasama dengan penyuluh, dengan demikian
komunikasi yang dilakukan
86
bersifat konvergen antara kedua belah pihak. Kriteria kinerja penyuluh yang dilakukan secara dogmatis dan partisipatif dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10. Paradigma Kinerja Penyuluhan yang Bersifat Dogmatis dan Partisipatif No 1.
Aspek Identifikasi masalah dan penyusunan rencana kerja penyuluhan
Dogmatis Lebih banyak dilakukan oleh penyuluh
Partisipatif Dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan masyarakat pembudidaya ikan
2.
Pelaksanaan proses pembelajaran
Materi belajar ditetapkan oleh penyuluh, dan lebih didasarkan pada program dari atas Metode penyuluhan kurang variatif, tidak bersifat praktek langsung, cenderung metode satu arah (ceramah, kuliah), dan kurang menggunakan media atau alat bantu Suasana belajar kurang dinamis, peserta penyuluhan cenderung sebagai objek dan pasif, bersifat pengarahan dari penyuluh
Ditetapkan bersama antara penyuluh dan masyarakat pembudidaya ikan, dan lebih didasarkan pada potensi, masalah, dan kebutuhan pembudidaya ikan Metode penyuluhan variatif, bersifat praktek langsung, cenderung metode dua atau banyak arah (diksusi, bainstorming), dan menggunakan media atau alat bantu yang cukup Suasana belajar dinamis, semua peserta penyuluhan terlibat aktif dalam pembelajaran atau sebagai subjek pembelajaran, dan bersuasana demokratis
3.
Penumbuhkembangan kelompok
Kelompok dibentuk dan dikembangkan dengan tujuan lebih kepada kepentingan pihak lain, memperoleh bantuan program atau untuk tujuan lomba
Kelompok dibentuk dengan tujuan untuk kepentingan pembudidaya ikan itu sendiri, seperti meningkatkan posisi tawar, sarana belajar dan komunikasi antar anggota
4.
Pengembangan jejaring
Kurang aktif melakukan kerjasama dengan pihak lain atau lembaga pendukung agribisnis guna meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan
Aktif melakukan kerjasama dengan pihak lain atau lembaga pendukung agribisnis guna meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan
Dukungan Kelembagaan Agribisnis Akuakultur Pengembangan agribisnis akuakultur dicirikan dari upaya memperoleh keuntungan usaha melalui pemeliharaan ikan yang berorientasi pada pasar, bukan
87
berproduksi untuk menghasilkan ikan sebanyak mungkin tanpa pertimbangan nilai keuntungan yang akan diperoleh. Pengabaian pasar seringkali menjadikan ikan yang dihasilkan tidak terserap pasar, yang akhirnya pembudidaya ikan merugi. Selain faktor pasar sebagai aspek hilir agribisnis, faktor penting lainnya dalam rantai agribisnis akuakultur yang harus diperhatikan adalah pada aspek hulu. Pada sisi hulu, diperlukan kelembagaan pendukung usaha produksi pembudidaya ikan yang terkait dengan penyediaan input produksi, informasi dan teknologi, serta penyediaan modal. Kelembagaan input produksi berperan dalam menyediakan berbagai jenis input yang dibutuhkan dalam berproduksi.
Beberapa jenis input produksi
akuakultur adalah: (a) Pakan ikan baik yang berupa pakan alami maupun pakan buatan (pelet); (b) Pupuk dan kapur. Pupuk berguna untuk menyuburkan lahan sawah atau kolam tanah yang bermanfaat bagi tumbuhnya jasad renik sebagai pakan ikan, sedangkan kapur untuk meningkatkan pH tanah sehingga sesuai bagi pertumbuhan ikan; (c) Obat-obatan, berupa obat-obatan yang diperlukan untuk mencegah maupun mengobati ikan yang sakit karena serangan virus, jamur atau bakteri, dan ovaprin sejenis hormon yang diperlukan untuk pemijahan; (d) Peralatan usaha, dengan berbagai jenis bergantung pada jenis usaha yang dijalankan; dan (e) Benih ikan, yang berkualitas dan tersedia cukup, khususnya pada usaha pendederan dan pembesaran. Sumber benih bisa diperoleh dari pembenih rakyat maupun dari BBI (Balai Benih Ikan) milik pemerintah. Keberadaan kelembagaan informasi penting untuk menyediakan informasi teknologi maupun pasar. Kelembagaan ini dapat berasal dari pemerintah daerah dan pusat maupun swasta. Lembaga-lembaga pemerintah yang berada di bawah kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan diantaranya Badan Penelitian Ikan Air Tawar (Balitanwar), BBAT, dan BBI berperan menyediakan informasi teknologi akuakultur. Penyuluh perikanan juga berperan sebagai sumber informasi bagi pembudidaya ikan. Sumber informasi yang lain adalah ketua kelompok, tengkulak, dan sesama pembudidaya ikan Modal juga menjadi masalah yang umumnya dihadapi oleh pembudidaya ikan. Oleh karenanya, kelembagaan yang menyediakan modal yang dapat diakses oleh pembudidaya ikan sangat diperlukan. Umumnya modal milik sendiri atau
88
pinjaman dari sesama teman terbatas, sehingga sulit digunakan untuk mengembangkan usaha yang lebih besar. Oleh karenanya, diperlukan sumber modal yang lebih kuat dengan tingkat bunga yang rendah. Beberapa skim kredit telah dikucurkan oleh pemerintah untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang juga dapat diakses oleh pembudidaya ikan yang umumnya berskala usaha kecil. Namun, pada kenyataannya tidak semua pembudidaya ikan mampu mengaksesnya, dengan berbagai alasan seperti minimnya informasi, terbatasnya jumlah kredit yang tidak sebanding dengan jumlah calon nasabah yang membutuhkan, tidak mau ”repot” mengurusnya dan sebagainya. Peran kelembagaan agribisnis dalam pengembangan usaha akuakultur harus dilandasi oleh paradigma bahwa peran kelembagaan tersebut hanya sebagai pendukung usaha bukan sebagai pelaku utama dalam pengembangan akuakultur, karena pada dasarnya aktor utama pembangunan akuakultur adalah pembudidaya ikan itu sendiri. Dengan demikian, prinsip kemandirian pembudidaya ikan yang harus dikembangkan.
Konsekuensinya adalah lembaga-lembaga pendukung
tersebut tidak memberi bantuan yang bersifat sebagai ”pemberi ikan” tetapi memberikan modal ”pancing” kepada pembudidaya ikan untuk mampu ”mencari ikan” lebih banyak dan lebih besar. Sebagai gambaran perbedaan antara kedua pendekatan ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Paradigma Dukungan Lembaga Agribisnis Akuakultur Dimensi Orientasi nilai
Dihindari Mementingkan keuntungan sebesarbesarnya pada satu pihak, dengan mengabaikan kepentingan pihak lain
Diterapkan Perhatian pada kepentingan kedua belah pihak (lembaga pendukung agribisnis dan pembudidaya ikan) dengan konsep winwin solution .
Peran
Lembaga pendukung agribisnis sebagai pelaku utama dalam pembangunan akuakultur, yang seharusnya pelaku utamanya adalah pembudidaya ikan
Lembaga pendukung agribisnis sebagai pendukung pembangunan akuakultur, termasuk dalam pengembangan kapasitas pembudidaya ikan
Kedudukan
Kedudukan lembaga pendukung agribisnis lebih tinggi dibandingkan pembudidaya ikan Sebagai kebutuhan utama, sehingga jika bantuan tidak ada maka perkembangan usaha terhenti
Kedudukan pembudidaya ikan sejajar dengan lembaga pendukung agribisnis
Kebergantungan pembudidaya ikan kepada lembaga-lembaga pendukung agribisnis
Kemandirian pembudidaya ikan
Sifat bantuan
Dampak
Sebagai stimulus, yang berfungsi sebagai modal awal untuk perkembangan usaha selanjutnya
89
Paradigma Keefektifan Kelompok Kelompok usaha pembudidaya ikan diartikan sebagai kumpulan orangorang
yang
mempunyai
usaha
budidaya
ikan
yang
memiliki
tujuan
mengembangkan usahanya. Peran kelompok sangatlah besar, disamping sebagai wadah untuk saling berinteraksi, berbagi pengalaman, bertukar pikiran dan sebagainya juga sebagai wahana untuk memperkuat posisi tawar pembudidaya ikan. Keberadaan kelompok akan dirasakan penting oleh para anggotanya apabila kelompok tersebut bersifat dinamis dan memberi manfaat bagi anggotanya. Sifat dinamis kelompok akan muncul jika di dalamnya ditumbuhkan kekuatan-kekuatan yang akan mendorong pada upaya tujuan kelompok. Peran pemimpin kelompok juga sangat penting dalam pencapaian tujuan kelompok. Pada hakekatnya pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk bertindak seseuai dengan yang diinginkan, termasuk dalam hal ini kemampuan mempengaruhi anggota-anggota kelompok untuk bersama-sama mengarahkan segala kemampuannya mencapai tujuan kelompok. Pemimpin yang efektif harus bisa memilih gaya kepemimpinannya secara tepat.
Pada kelompok pembudidaya ikan, gaya kepemimpinan yang
bersifat situasional dengan pendekatan yang lebih bersifat kekeluargaan lebih tepat diterapkan, karena pada umumnya kelompok ini umumnya bersifat informal dan ikatan antara pemimpin dan anggota masih bersifat tradisional. Beberapa aspek yang terkait dengan kelompok dan kepemimpinan pada penelitian secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 12. Keberlanjutan Usaha Keberlanjutan usaha dapat dilihat dari dimensi bisnis, lingkungan hidup dan sosial.
Indikator keberlanjutan dimensi bisnis jika usaha mengalami
perkembangan dan memberikan keuntungan yang maksimal.
Keberlanjutan
lingkungan hidup berarti, adanya daya dukung lingkungan perairan terhadap usaha.
Keberlanjutan
sosial berarti, usaha berdampak pada kesejahteraan
masyarakat pembudidaya ikan.
Pada Tabel 13 diuraikan tentang perbedaan
kriteria antara usaha akuakultur yang bersifat berkelanjutan.
keberlanjutan dan yang tidak
90
Tabel 12. Paradigma Keefektifan Kelompok Berdasarkan Aspek-aspeknya Aspek Tujuan kelompok
Keefektifan Kelompok Tidak Efektif Efektif Tujuan kelompok tidak identik dengan tujuan Tujuan kelompok identik dengan anggota tujuan anggota
Struktur kelompok
Peran, kekuasaan, hak dan kewajiban pada setiap posisi tidak jelas dan struktur dibuat seragam sesuai aturan yang dibuat oleh pihak di luar kelompok
Peran, kekuasaan, hak dan kewajiban pada setiap posisi jelas dan struktur dibuat sesuai dengan tujuan, masalahan, kebutuhan dari anggota kelompok
Fungsi tugas
Ketidakjelasan tugas yang harus dilakukan pada setiap posisi dalam struktur organisasi dan berorientasi pada tujuan pribadi dari individu yang menduduki posisi tertentu
Kejelasan tugas yang harus dilakukan pada setiap posisi dalam struktur organisasi dan berorientasi pada tujuan kelompok
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok
Tidak aktif melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan keberadaan kelompok dan mengembangkannya
Aktif melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan keberadaan kelompok dan mengembangkannya
Kekompakan kelompok
Kurang aktif menjaga kekompakan kelompok melalui kegiatan bersama dan tidak segera mengatasi konflik yang timbul
Menjaga kekompakan kelompok dengan memperkuat rasa solidaritas, loyalitas, kohesivitas antar anggota melalui kegiatan bersama dan segera mengatasi konflik yang timbul
Suasana Kelompok
Kurang menjaga suasana kelompok yang nyaman, aman, demokratis, toleran bagi setiap anggota
Menjaga suasana kelompok yang nyaman, aman, demokratis, toleran, bebas dari tekanan bagi setiap anggota
Tekanan Kelompok
Tidak mampu meminimalisir dampak negatif dari kondisi yang menekan kelompok,atau sebaliknya tidak mampu menciptakan tekanan kelompok yang bersifat mendinamisasikan kelompok
Mampu meminimalisir dampak negatif dari kondisi yang menekan kelompok, atau sebaliknya mampu menciptakan tekanan kelompok yang bersifat mendinamisasikan kelompok
Keefektivan kelompok
Pencapaian tujuan kelompok tidak dapat dicapai keseluruhan, karena kegiatankegiatan yang dilaksanakan tidak fokus pada tujuan
Tujuan kelompok dapat dicapai dengan efesien dan efektif melalui kegiatan-kegiatan yang fokus pada tujuan
Hubungan pemimpin dan anggota
Hubungan pemimpin dengan anggota secara formal maupun informal berjalan kurang baik, dan komunikasi tidak berjalan efektif
Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan cenderung otoriter, dengan peran ketua kelompok lebih banyak dalam mengambil keputusan.
Hubungan pemimpin dengan anggota secara formal maupun informal berjalan dengan baik, dan komunikasi berjalan efektif Pengambilan keputusan secara demokratis, kesempatan yang sama bagi anggota maupun ketua kelompok menyampaikan pendapat
Sistem pemilihan ketua kelompok
Ketua kelompok dipilih atas dasar penunjukan dari luar kelompok dan kurang didasarkan pada kompetensi.
Kemampuan memimpin
Ketua kelompok kurang memiliki kompetensi dan karakter sebagai seorang pemimpin yang baik, misalnya tidak memiliki visi memajukan kelompok, kurang dipercaya anggota, berorientasi pada tujuan pribadi dan sebagainya
Ketua kelompok dipilih secara demokratis dan berdasarkan kriteria yang jelas yang mengarah pada kualitas atau kompetensi Ketua kelompok memiliki kompetensi dan karakter sebagai seorang pemimpin yang baik, misalnya memiliki visi memajukan kelompok, dipercaya anggota, berorientasi pada tujuan kelompok dan sebagainya
91
Tabel 13 Karakteristik Keberlanjutan Usaha Akuakultur Air Tawar Kriteria Aspek bisnis Keuntungan
Usaha Tidak Berkelanjutan
Usaha Berkelanjutan
Keuntungan diperoleh sesaat, dan tidak mampu mempertahankan keuntungan yang diperoleh, karena ketidakmampuan dalam meningkatkan penerimaan ataupun menekan biaya
Keuntungan rata-rata per masa tanam meningkat, yang diperoleh dari meningkatknya penerimaan dan menurunnya biaya produksi
Tingkat produksi
Tidak terjadi peningkatan produksi rata-rata per tahun
Produksi rata-rata per tahun meningkat
Jaminan pasar
Tidak semua hasil produksi terserap pasar.
Hasil produksi semuanya terserap pasar
Skala Usaha
Skala usaha cenderung stagnan bahkan berkurang dari tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan skala usaha dari tahun-tahun sebelumnya
Jumlah dan kualitas air dan tanah kurang baik
Jumlah dan kualitas air cukup baik
Terjadi serangan hama penyakit yang signifikan menyebabkan kematian banyak ikan
Hama penyakit ikan terkendali, sehingga tidak menyebabkan kematian ikan yang tinggi
Kesejahteraan rumah tangga pembudidaya ikan tidak meningkat
Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga pembudidaya ikan, yang diindikasikan dari peningkatan pendapatan, pendidikan dan kesehatan
Aspek Lingkungan Kondisi perairan
Kondisi hama penyakit
Aspek sosial Kesejahteraan
Paradigma Pembangunan Akuakultur Krisis pangan global yang mengancam negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia perlu dicarikan upaya untuk mengatasinya.
Salah satu caranya
dengan menggali dan mencari sumber-sumberdaya yang bersifat terbaharukan guna mendapatkan pangan yang bersifat berkelanjutan. Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan sumberdaya terbaharukan yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Akuakultur merupakan salah satu sub sektor perikanan yang dapat menjadi alternatif penyediaan sumber pangan, khususnya sumber protein yang bernilai gizi
92
tinggi. Ikan dapat menjadi alternatif pengganti ataupun sebagai substitusi daging dan produk turunannya. Dalam kondisi harga pangan dunia yang melonjak tinggi saat ini, ketergantungan tersebut dapat mengancam ketahanan pangan sekaligus kedaulatan pangan bangsa Indonesia. Selain sebagai alternatif penyedia sumber pangan, akuakultur juga berperan dalam menyediakan lapangan kerja, sumber devisa negara, dan sebagai jalan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat,
khususnya
para
pembudidaya ikan. Beberapa jenis ikan hasil akuakultur yang memiliki prospek tinggi untuk diekspor antara lain rumput laut, kerapu, kakap putih, abalone, lobster, udang, artemia, bandeng, nila, patin, lele, dan gurame, serta komoditas baru yakni Ganggang Merah (Rhodophyceae) untuk menghasilkan pulp (bubur kertas), sidat, dan mutiara. Dari berbagai jenis ikan tersebut yang dihasilkan dari perairan darat atau air tawar adalah nila, patin, lele, dan gurame. Selain jenis ikan konsumsi di atas, ada berbagai jenis ikan hias yang prospektif untuk diekspor. Pembangunan akuakultur yang hanya berorientasi pada peningkatan produksi akan menimbulkan kegagalan pencapaian pembangunan itu sendiri. Berkaca dari pengalaman program-program peningkatan produksi pertanian pada revolusi hijau ternyata tidak menimbulkan kemandirian petani, tetapi justru mengakibatkan kebergantungan petani pada unsur-unsur di luar dirinya. Oleh karenanya, orientasi pembangunan akuakultur harus diarahkan kepada unsur peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM).
Dengan kapasitas yang
tinggi diharapkan pembudidaya ikan akan mampu secara mandiri menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Pembangunan SDM menjadi sangat relevan mengingat bahwa pelaku usaha akuakultur di Indonesia, seperti halnya juga di negara-negara berkembang adalah pembudidaya skala kecil, yang dicirikan oleh kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Ciri-ciri tersebut antara lain: tingkat pendidikan rendah, pendapatan rendah, daya keinovatifan dan kreativitas rendah, tidak melakukan perencanaan usaha dengan baik, orientasi usaha jangka pendek dan sebagainya. Paradigma pembangunan yang menekankan
pada aspek SDM selain
menjamin kemandirian pembudidaya ikan, juga menjamin keberlanjutan program pembangunan itu sendiri. Pembangunan akan diupayakan keberlangsungan oleh
93
masyarakat, karena mereka telah menguasai strategi atau cara-cara untuk menjalankan program, karena sebelumnya telah mengalami proses pembelajaran terkait dengan keterlibatannya dalam program pembangunan. Secara lebih jelas perbedaan kedua paradigma ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbedaan Paradigma Pembangunan Akuakultur Menekankan pada Aspek Produksi dengan Aspek SDM No 1.
Aspek Pendekatan
Aspek Produksi Menekankan pada aspek peningkatan produksi melalui inovasi teknologi dari luar diri pembudidaya ikan.
Aspek SDM Menekankan pada aspek peningkatan SDM melalui jalur pendidikan
2.
Orientasi usaha
Cenderung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas (konsumen) dan sumber devisa negara
Orientasi pada kesejahteraan pembudidaya ikan
3.
Peran Pembudidaya Ikan
Sebagai objek pembangunan
Sebagai subjek pembangunan
4.
Peran pemerintah
Dominan dalam menetapkan suatu program, mulai dari perencanaan hingga evaluasi
Kurang dominan, hanya sebatas pada untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat berpartisipasi
5.
Sifat keberlanjutan
Cenderung jangka pendek sebatas pada pencapaian produksi dan masa proyek
Jangka panjang, karena kapasitas SDM yang diciptakan akan menjamin keberlanjutan ini.
6.
Isu lingkungan
Cenderung mengabaikan faktor lingkungan yang tergredasi akibat pencemaran, penggunaan bahan kimia
Memperhatikan dampak proses produksi terhadap kerusakan lingkungan
7.
Dampak
Kebergantungan pembudidaya pada inovasi teknologi dari luar
Kemandirian pembudidaya ikan
Dalam pengembangan akuakultur tidak lepas dari berbagai masalah, antara lain penyediaan input produksi, penyediaan kredit, degradasi lingkungan, pemasaran, keterbatasan modal, dan informasi. Kesemua masalah tersebut perlu dicari alternatif pemecahannya. Pada Tabel 15 diperlihatkan berbagai masalah atau isu dan alternatif penanganannya.
94
Tabel 15. Dimensi Isu dan Alternatif Penanganan Pengembangan Akuakultur No 1
Dimensi Ketersediaaan benih
Isu Jumlah dan kualitas benih yang terbatas
Alternatif Penanganan Meningkatkan produksi benih dari BBI (Balai Benih Ikan), pembenihan rakyat, dan restocking di waduk
2
Ketersediaan pakan
Harga yang meningkat dan kadang-kadang tidak tersedia pada saat dibutuhkan.
Membantu kelancaran distribusi pakan, menggunakan pendekatan kelompok dalam penyediaan pakan, penggunaan pakan alami
3
Ketersediaan pupuk dan kapur
Harga yang meningkat
Memperlancar distribusi, meningkatkan peran kelompok dalam penyediaan pupuk dan kapur, penggunaan pupuk organik
4
Kualitas air
Kualitas air yang buruk
Memberdayakan pembudidaya dalam mengetes kualitas air dan memberikan informasi cara penanganan kualitas air yang buruk
5
Ketersediaan alat produksi
Harga yang meningkat
Memberdayakan kelompok sebagai penyedia alat produksi
6
Serangan hama penyakit
Mewabahnya hama penyakit ikan, dan keterbatasan pengetahuan pembudidaya ikan untuk mengatasinya
Meningkatkan pengetahuan dan kerjasama untuk mengendalikan hama penyakit
7
Degradasi lingkungan
Penataan tata ruang , penegakan hukum, kampanye penggunaan pupuk organik.
8
Pemasaran produk
Daya dukung perairan terbatas akibat pencemaran dari pupuk dan obatobatan, pakan Posisi tawar pembudidaya ikan rendah, akibat keterbatasan informasi pasar, modal, biaya transportasi,d an skala usaha yang kecil
9
Ketersediaan kredit
Terikat pada ”pelepas uang” dengan tingkat bunga tinggi, akses pada bank dan skim kredit usaha kecil rendah
Meningkatkan informasi tentang skim kredit dan memperlancar akses skim kredit
10
Akses informasi
Akses informasi teknologi dan pasar rendah. Sumber informasi terbatas.
Meningkatkan peran penyuluh sebagai fasilitator akses informasi.
Memberdayakan kelompok dalam memasarkan produk, dan akses informasi pasar.
95
Hipotesis Penelitian Hipotesis dinyatakan sebagai suatu pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua peubah atau lebih, yang dinyatakan dalam suatu kalimat (Kerlinger 2003). Berdasarkan atas masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka hipotesis penelitian adalah kapasitas pembudidaya ikan yang tinggi menuju tercapainya keberlanjutan usaha dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu pembudidaya ikan, kinerja penyuluhan, dukungan kelembagaan agribisnis, dan dukungan kelompok pembudidaya ikan. Adapun hipotesis kerja penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan nyata antara kedua lokasi studi pada peubah-peubah karakteristik pembudidaya ikan, dukungan lembaga agribisnis, kinerja penyuluh, dan dukungan kelompok. (2) Terdapat perbedaan nyata tingkat kapasitas pembudidaya ikan dalam mengelola usahanya di antara dua wilayah penelitian. (3) Terdapat perbedaan nyata tingkat keberlanjutan usaha pada kedua lokasi penelitian (4) Kapasitas pembudidaya ikan dipengaruhi secara nyata positif oleh faktor internal yaitu karakteristik individu pembudidaya ikan, dan faktor eksternal yang meliputi kinerja penyuluh, dukungan kelembagaan agribisnis, dan dukungan kelompok pembudidaya ikan. (5) Keberlanjutan usaha dipengaruhi secara nyata positif oleh kapasitas pembudidaya ikan, karakteristik individu, kinerja penyuluh, dukungan kelembagaan agribisnis, dan dukungan kelompok pembudidaya ikan.
96
Tabel 6. Definisi Kapasitas Linell Kapasitas menekankan pada sumberdaya manusia yang mengarah pada usaha melakukan sesuatu untuk mengembangkan keterampilan pada tingkat individu.
Morgan Kapasitas sebagai aset dan keterampilan yang diperlukan dalam implementasi program pembangunan. Sebagai aspek pengorganisasian infrastruktur kolektif dari keterampilan, kepandaian dan pemecahan masalah dan efeknya bagi kehidupan masyarakat itu sendiri
WCO
Philbin
Kapasitas sebagai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, perilaku seseorang, dan memperbaiki struktur dan proses organisasi sehingga misi dan tujuannya tercapai secara berkelanjutan
Kapasitas sebagai keterampilan, naluri, kemampuan, daya juang, adaptif
Liou Kapasitas mengarah pada konteks performa, kemampuan (ability), kapabilitas dan potensi kualitatif suatu objek atau orang
Milen
Easterling
UNDP
Penelitian
Kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalan-kan secara tepat fungsifungsinya secara efektif, efesien, dan berkelanjutan. Kapasitas berhubungan dengan kinerja yang ditetapkan, dan ketepatan dalam menjalankan fungsi dan tugas, misalnya sejauh mana kontribusi seseorang dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
Kapasitas komunitas sebagai kemampuan untuk mendefinisikan dan memecahkan masalahnya sendiri
Kapasitas sebagai kemampuan individu, lembaga atau masyarakat dalam menjalankan fungsifungsinya, memecahkan masalah, dan dalam menyusun dan mencapai tujuan yang berkelanjutan
Kapasitas pembudidaya ikan diartikan sebagai: -daya adaptif -kemampuan dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha (pengelolaan produksi, keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran ) , -memecahkan masalah, - merencanakan dan mengevaluasi usaha untuk mencapai berkelanjutan usaha.
Keterampilan, aset, dan kekuatankekuatan yang lebih tinggi yang dimiliki kelompok komunitas sebaiknya disiapkan mereka untuk mencapai tujuannya