KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI
KRITERIA KEMISKINAN BPS
GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln
UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day tahun 2003
PENDUDUK MISKIN INDONESIA TAHUN
JML (JUTA)
%
1976 1981 1990 1996 1998 1999 2000 2001
54.2 40.6 27.2 22.5 49.5 47.9 37.3 37.1
40.1 26.9 15.1 11.2 24.2 23.4 18.9 18.4
2002 2003
38.4 37.3
18.2 17.4
Sumber: Menkesra, 2004. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional. TKP3KPK. Jakarta
JUMLAH KELUARGA INDONESIA YANG TIDAK MAMPU 2004 (REPUBLIKA, 6 DES. 05, HAL. 18, KOL. 1-3)
BPS:
36.1 JUTA PENDUDUK PRASEJAHTERA
BKKBN:
11.87 JUTA KELUARGA PRASEJAHTERA
MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA
Semakin mengkhawatirkan, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi pada Tahun 1997. Data Biro Pusat Statistik (BPS): Angka penduduk Miskin 11,3 % atau 22,5 juta jiwa tahun 1996 24,2 % pada tahun 1999 38,4 juta jiwa tahun 2002, menjadi 37,3 juta jiwa (17,4%) tahun 2003, menjadi 36 juta jiwa tahun 2004 yang tersebar di 31 propinsi, terdiri dari 10 juta KK miskin penghasilan rata-rata hingga Rp 150.000/bln 4 juta KK fakir: penghasilan rata-rata hingga Rp 130.000/bln (Republika, 3 Oktober 2005). Angka kemiskinan tsb baru menunjukkan kemiskinan dari dimensi pengeluaran, padahal kemiskinan bersifat multidimensi baik dari segi kemiskinan sumberdaya manusia dan kemiskinan dari segi aspek budaya dan moral.
KRITERIA KEMISKINAN BKKBN 5 Kategori: Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS) Keluarga Sejahtera Tahap 1(KS-1) Keluarga Sejahtera Tahap 2 (KS-2) Keluarga Sejahtera Tahap 3 (KS-3) Keluarga Sejahtera Tahap 3 plus (KS-3 plus)
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Mengacu pada Millenium Development Goals (MDGs). Usaha-usaha pengentasan kemiskinan pada tahun 2004 mencapai 18 triliun rupiah yang tersebar di berbagai departemen (Tempo interaktif, 28 April 2004). Usaha Pemerintah Indonesia juga tercermin dari disusunnya Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional (SPKN) yang digunakan sebagai panduan yang memberi arah kebijakan strategis penanggulangan kemiskinan untuk sektoral, regional dan lokal dalam jangka segera, pendek, menengah dan panjang (TKP3KPK, Kementrian Koordinator Bidang Kesra, 2004).
PROGRAM SLT-BBM
Penanggulangan masalah kemiskinan yang belum terselesaikan pada tahun 2004, menjadi semakin parah dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Tanggal 1 Oktober 2005, Meningkatnya penduduk miskin menjadi 15,7 juta KK atau sebesar 52 juta orang (Republika, 28 Oktober 2005). Strategi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan akibat kenaikan harga BBM tersebut di atas adalah pelaksanaan Program pemberian Subsidi Langsung Tunai (SLT)- BBM. Program diberikan kepada keluarga miskin tanpa syarat sebesar Rp 100.000 per bulan per keluarga selama bulan Oktober-Desember 2005 sejumlah Rp 5 triliun. Kriteria penerima kartu KKB adalah keluarga miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan penghasilan Rp 150.000 per bulan (Republika, 5 Oktober 2005).
PROGRAM SLT-BBM
Program pemerintah dalam membantu rakyat miskin akibat kenaikan harga bahan bakar minyak. Menurut Meneg PPN/ Kepala Bappenas, Program SLT akan mengurangi jumlah penduduk miskin. Sebelum kenaikan harga BBM, jumlah penduduk miskin mencapai 16,65 persen, namun setelah kenaikan harga BBM, kalau tanpa SLT jumlah kemiskinan dapat mencapai 22,33 persen (1) Seandainya SLT tersalurkan sempurna, yakni 28,4 persen masyarakat berpendidikan terendah, maka penduduk miskin turun menjadi 12,69 persen, (2) Bila SLT meleset sampai dengan 40%, jumlah penduduk miskin turun menjadi 14,75 persen, dan (3) Bila SLT meleset sampai dengan 60%, jumlah penduduk miskin turun menjadi 17,45 persen.
PROGRAM SLT-BBM
Selanjutnya Meneg PPN/ Kepala Bappenas mengklaim bahwa SLT adalah program terbesar di dunia karena mencakup 15,5 juta rumahtangga. Sampai dengan bulan Oktober telah tersalurkan kepada 10,2 juta rumahtangga dengan total dana yang didistribusikan secara nasional sebesar Rp 2,9 triliun dari Rp 4,5 triliun (Republika, 1 November 2005).
SLT-BBM DI KOTA BOGOR
Disalurkan melalui 6 kantor bayar dengan jumlah jangkauan pelayanan mencakup 39.162 kepala keluarga dengan total penyaluran sejumlah Rp 11.748.600.000,Wilayah Kecamatan Bogor Barat adalah yang terbanyak cakupan pelayanannya, yaitu meliputi 10,458 kepala keluarga dengan besaran uang Rp 3,137 milyar, Berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Bogor Sukasari dan Bogor Selatan yang masing-masing melayani 8.531 dan 8.313 kepala keluarga dengan besaran uang Rp 2,559 milyar dan Rp 2,494 milyar. Adapun jumlah Kartu Kompensasi BBM (KKB) yang ditarik meliputi 765 rumahtangga. Jumlah rumahtangga miskin susulan di Kota Bogor adalah sebesar 31.506 kepala keluarga.
SLT-BBM DI KAB BOGOR
Disalurkan melalui 15 kantor bayar dengan jangkauan pelayanan mencakup 149.028 kepala keluarga dengan total penyaluran sejumlah Rp 44.708.400.000,Wilayah Kecamatan Cibungbulang adalah yang terbanyak cakupan pelayanannya, yaitu meliputi 21.105 kepala keluarga dengan besaran uang Rp 6,332 milyar, Berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Cigombong dan Leuweliang yang masing-masing melayani 19.516 dan 19.376 kepala keluarga dengan besaran uang Rp 5,855 milyar dan Rp 5,813 milyar.
VERIFIKASI KRITERIA RUMAHTANGGA MISKIN DI KOTA & KAB BOGOR NO
KRITERIA KELUARGA
1
Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8m2 per orang
2
Jenis lantai bangunan tenpat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3
Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa di plester
4
Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumahtangga lain
5
Sumber penerangan rumahtangga tidak menggunakan listrik
6
Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/ air hujan
7
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah
8
Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ayam satu kali dalam seminggu
9
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10
Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
11
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12
Sumber penghasilan kepala rumahtangga adalah petani dengan luas 0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan
13
Pendidikan tertinggi kepala rumahtangga tidak sekolah/tidak tamat SD/ hanya SD
14
Tidak memiiki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000,- seperti: sepeda motor (kredit/ non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
HASIL VERIFIKASI PENERIMA SLT-BBM DI KOTA DAN KAB BOGOR
KK Laki-laki
KK Perempuan
Total
n
%
n
%
N
%
3-5
15
13.4
5
8.9
20
11.9
6-8
47
42.0
24
42.9
71
42.3
9-14*
50
44.6
27
48.2
77
45.8
Total
112
100
56
100
168
100
Kategori Memenuhi
* ADALAH YANG TEPAT SASARAN
PANGAN (50.1%) NON-PANGAN (27.4%) Perumahan Pendidikan Kesehatan Pakaian Rokok Listrik, dll
Dana SLT Rp 300.000,-
BAYAR HUTANG (9.8%)
MODAL (4.2%)
MEMBERI, NABUNG, ZAKAT (5.9%)
Transport (2.6%)
Gambar 3. Analisa Flow of resources to and from the household” bagi Rumahtangga Miskin Penerima SLT
MENGURANGI BIAYA-BIAYA Pangan Transport Kesehatan Pendidikan
PEMRAKARSA ISTRI SAJA (45%)
MENAMBAH SUMBERDAYA Bekerja Lembur SURVIVAL STRATEGI
MENAMBAH SUMBERDAYA Jual Aset Gadai Ambil Tabungan
PEMRAKARSA ISTRI DAN SUAMI (52%)
MENAMBAH SUMBERDAYA Hutang
SUBSTITUSI BARANG Minyak Tanah dengan Kayu Bakar
Gambar 4. Analisa "Coping Strategy” pada Rumahtangga Miskin Penerima SLT
Sebaran responden Berdasarkan Harapan terhadap Kelangsungan SLT
PERNYATAAN
Tidak Setuju n
Sangat Setuju
Setuju
%
n
%
n
%
SLT diberikan seterusnya, apapun kata orang
12
7.1
26
15.5
130
77.4
SLT dihentikan dalam waktu dekat karena tidak mendidik
142
84.5
26
15.5
0
0.0
SLT diganti dengan bantuan modal tanpa agunan namun harus digunakan untuk modal kerja
73
43.5
69
41.1
26
15.5
Kata orang, SLT membuat orang jadi malas karena tidak mendidik
151
89.9
13
7.7
4
2.4
Jumlah uang SLT pinginnya dinaikkan
2
1.2
29
17.3
137
81.5
SLT diberikan pada pemuda yang masih gagah
162
96.4
4
2.4
2
1.2
SLT diberikan pada janda-janda tua yang memerlukan
2
1.2
36
21.4
130
77.4
SLT diberikan pada anak-anak yatim
2
1.2
49
29.2
117
69.6
ANALISA BENEFIT COST RASIO PROGRAM SLT BAGI KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR
BENEFIT Keluarga merasakan manfaat dana segar SLT Secara mental, stres keluarga terkurangi Dana dapat digunakan untuk keperluan pangan, perumahan, pendidikan, keseharan, membayar hutang, modal, memberi saudara/anak, zakat, dll Perempuan merasa beban beratnya berkurang SLT dapat meningkatkan interaksi antar anggota keluarga (intra-family) dan antar keluarga (inter-families)
COST Pemberian SLT dalam jangka waktu yang lama akan melemahkan motivasi bekerja dan menurunkan kreativitas dalam melakukan survival strategies dalam memenuhi kebutuhan keluarga Dana SLT yang berasal dari hutang luar negeri harus dibayar dalam jangka waktu panjang sehingga menjadikan negara kita dependent terhadap hutang luar negeri, dalam waktu seminggu saia dana SLT sudah habis dan keluarga kembali miskin
REKOMENDASI Bantuan SLT diberikan dalam bentuk lain, misalnya dikaitkan dengan human investment, seperti modal kerja berkelompok atau disalurkan ke keluarga miskin melalui institusi pendidikan dasar Untuk kelompok masyarakat tertentu, misalnya golongan handicapp disalurkan melalui balai latihan kerja khusus Untuk kelompok lanjut usia dan masyarakat tertinggal disalurkan melalui Departemen Sosial Untuk kelompok anak yatim disalurkan melalui Departemen Sosial
Gambar 6. Lesson Learn dari Program SLT berdasarkan Benefit Cost Rasio terhadap Pemberdayaan Masyarakat