Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 PAINAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE Nita Putri Utami1), Mukhni2), dan Jazwinarti3) 1)
FMIPA UNP,email:
[email protected] 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract
Mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan still low, one cause the learning centered on teachers. To resolve this problem can be used the learning Think Pair Square (TPSq). So the purpose research to know the progress of mathematical reasoning ability students implement the learning during TPSq and to compaires of mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan by using TPSq and mathematical reasoning abilities students of class XI IPA SMAN 2 Painan by using conventional learning. The research used kuasi – experiment, design with randomized Only Control Group Design. The results showed that students’ mathematical reasoning ability using TPSq had progressing. Mathematical reasoning abilities students are the learning to use Think Pair Square better than mathematical reasoning abilities students using conventional learning. Keywords – Mathematical Reasoning Abilities, Think Pair Square
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Dengan mempelajari matematika dipersiapkan peserta didik agar dapat bersaing dengan menggunakan pola pikir yang kreatif, inovatif dan imajinatif. Sejalan dengan itu matematika disebut juga sebagai ratu ilmu. Jadi jelas matematika sangatlah penting dalam kehidupan terutama dalam berbagai bidang ilmu, karena matematika membantu ilmu-ilmu lain dalam operasional kerja yang di lakukan. Contoh saja dalam bidang biologi, meteorologi, asuransi, operasi-operasi bisnis, dan berbagai bidang eksperimen lainnya tidak akan pernah terlepas dari matematika. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu: (1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah [1]. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pada tanggal 26 Agustus 2013 SMAN 2 Painan, guru tersebut mengungkapkan tujuan pembelajaran matematika belum tercapai secara optimal. Salah satunya kemampuan penalaran matematis siswa, sedangkan ketika wawancara dengan salah satu siswa pada tanggal 3 September 2013, siswa mengungkapkan bahwa mengerti dengan konsep yang dijelaskan guru tapi siswa merasa malas bertanya jika menemui kesulitan tentang soal-soal penalaran dan guru kurang memancing siswa untuk bertanya. Dari hasil pengamatan di SMAN 2 Painan kelas XI IPA pada tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal 13 September 2013 tergambar bahwa aktivitas siswa pada pelajaran matematika masih rendah yang menyebabkan kemampuan penalaran matematis siswa juga rendah. Guru telah berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan menggilirkan pembelajaran akan tetapi belum maksimal. Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa terbukti dari salah satu soal ulangan yang diberikan guru yang berupa soal penalaran yaitu soal nomor 3, siswa menjadi kesulitan dalam menjawabnya. Guru memberikan 3 soal, 2 diantaranya soal yang jawabannya tidak
7
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12 membutuhkan tingkat kesulitan yang tinggi. Akibat rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa, hasil belajar siswa pun rendah karena guru memberikan bobot yang besar pada soal penalaran. Berikut jawaban ulangan harian I siswa yang menunjukkan rendahnya kemampuan penalaran siswa:
Gambar 1. Lembar Jawaban Ulangan Harian I Siswa Gambar 1 yang merupakan jawaban ulangan harian siswa, menunjukkan bahwa siswa masih kurang mampu menyusun bukti, memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi serta kurang mampu dalam manipulasi matematika, kesalahan tersebut hampir dilakukan oleh seluruh siswa. Siswa telah benar menuliskan makna dari rata-rata kelas A dan kelas B yang terdapat pada soal, tampak siswa memahami konsep pada materi yang diujikan. Akan tetapi siswa mulai keliru ketika melakukan manipulasi dalam mencari rata-rata kelas A dan kelas B, yang diperoleh siswa merupakan jumlah nilai kelas A dan jumlah nilai kelas B. Kemudian dalam menyusun bukti terhadap kebenaran solusi, siswa mengganti rata-rata kelas A dan rata-rata kelas B dengan jumlah nilai kelas A dan jumlah nilai kelas B yang diperoleh pada manipulasi sebelumnya. Hal ini memberikan informasi rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa. Hasil Ujian Tengah Semester siswa pun rendah disebabkan siswa banyak salah pada soal penalaran yang merupakan 50 % dari soal tersebut. Menurut Fajar Shadiq (2004) ”penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya”[2]. penalaran juga merupakan pola berfikir yang tinggi yang mencakup kemampuan berfikir secara logis dan sistematis. Sejalan dengan itu penalaran merupakan suatu cara berfikir untuk menarik kesimpulan, baik kesimpulan yang bersifat umum yang ditarik dari halhal yang bersifat khusus maupun hal-hal yang bersifat umum dapat menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. Menurut Keraf (1982:5) dalam Fajar Shadiq “penalaran adalah proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kesimpulan [2]”. Jadi pada intinya penalaran dapat diartikan suatu proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Indikator-indikator penalaran yang harus dicapai siswa berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Wardhani,2008): (1)Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, (2) Kemampuan mengajukan dugaan, (3) Kemampuan melakukan manipulasi matematika, (4) Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, (5) Kemamapuan menarik kesimpulan dari pernyataan, (6) Memeriksa kesahihan suatu argument, (7) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi [3]. Guru matematika bertanggung jawab untuk mengatasi masalah yang telah dijelaskan. Guru hendaknya dapat membuat siswa tertarik dan merubah pola belajar yang cendrung menerima menjadi lebih aktif dalam belajar sehingga siswa dapat menggunakan penalarannya. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah TPSq (TPSq). TPSq cocok digunakan karena siswa dapat melewati tahap-tahap yang memang siswa berfikir terlebih dahulu (think). Jika siswa memperoleh masalah siswa dapat mendiskusikannya secara berpasangan (pair). Apabila masih jadi masalah siswa dapat mendiskusikannya berkelompok (square), ini akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penalaran secara individu maupun kerjasama dengan siswa lainnya, sehingga pairtisipasi siswa dalam belajar lebih banyak [4]. Telah banyak dilakukan penelitian tentang TPSq dengan kajian yang berbeda-beda. Diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Devi Silvia Rahimi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPSq dalam pembelajaran matematika di kelas XI IS SMAN 3 Pairiaman tahun pelajaran 2011/2012”. Dalam pelaksanaannya, evaluasi kelompok dilakukan dengan presentasi oleh perwakilan dengan cara mencatatkan hasil kerja kelompok kedepan papan tulis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPSq lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran konvensional. Kendala yang ditemui yaitu pada pelaksanaanya siswa masih ada yang bingung dengan tahap yang dilaksanakan, serta memberikan saran untuk dapat melanjutkan pada pokok bahasan lainnya. Pokok bahasan pada saat penelitian adalah peluang. Akan tetapi peningkatannya tidak terlalu baik [5]. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nelly Meri Ichwani dengan judul “penerapan model pembelajaran
8
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12 kooperatif TPSq dalam pelajaran matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Tarusan tahun pelajaran 2009/2010”. Kesimpulan yang diperoleh hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X SMAN 2 Tarusan yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPSq lebih baik dan meningkat dari pada pembelajaran konvensional. Akan tetapi kendalanya dalam pelaksanaanya masih ada juga siswa yang tidak melakukan tahap think, peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Sarannya agar melakukan penelitian pada pokok bahasan lain [6]. Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang dibahas Bagaimanakah perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterapkan pembelajaran TPSq? dan apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan pembelajaran TPSq lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional? Sejalan dengan itu maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa selama di terapkan pembelajaran TPSq dan untuk membandingkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas XI IPA METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian kuasieksperimen [7]. Rancangan penelitian yang digunakan adalah “Randomized Control Group Only Design”[8]. Rancangan tersebut dapat digambarkan dalam Tabel I berikut: TABEL I RANCANGAN PENELITIAN Kelas Perlakuan Tes Kelas eksperimen X T Kelas kontrol T Pada penelitian ini dibutuhkan 2 kelas sampel, pengambilan sampel dilakukan secara acak sehingga pada pengambilan pertama terambil kelas XI IPA 2 dijadikan sebagai kelas eksperimen dan pada pengambilan kedua terambil kelas XI IPA 1 dijadikan kelas kontrol. Variabel bebas merupakan pembelajaran TPSq dan pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikat merupakan kemampuan penalaran matematis siswa. Jenis data primer berupa tes akhir siswa yang soalnya dibuat berdasarkan indikator kemampuan penalaran matematis. Data sekunder berupa data nilai Mid Semester I siswa kelas XI IPA SMAN 2 Painan tahun pelajaran 2013/2014 dan jumlah siswa yang diperoleh dari tata usaha dan wakil bidang kesiswaan SMAN 2 Painan Instrumen penelitian berupa kuis dan tes akhir, kuis digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran TPSq yang diberikan disetiap pertemuan di kelas eksperimen agar tidak terlalu jauh perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
adakalanya guru memberikan kuis di beberapa pertemuan pada kelas kontrol. Tes akhir diberikan kepada kedua kelas sampel di akhir penelitian untuk melihat perbandingan kemampuan penalaran matematis siswa. Kuis dianalisis dengan menentukan rata-rata kuis di setiap pertemuan, persentase ketuntasan dan menentukan kriteria unjuk kerja yang dicapai siswa berdasarkan penilaian unjuk kerja Iryanti. Tes akhir dianalisis menggunakan statistika uji t dengan bantuan software MINITAB [9]. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di kelas XI IPA I dan XI IPA 2 SMAN 2 Painan dengan materi persamaan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran. Indikator penalaran matematis siswa yang termuat dalam kuis dan tes akhir digunakan sebagai alat pengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Adapun indikator yang muncul adalah: (1)Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, (2) Kemampuan melakukan manipulasi matematika, (3) Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, (3) Kemamapuan menarik kesimpulan dari pernyataan. Kuis yang diperoleh, dapat dibuat rincian seperti yang terlihat pada Tabel II berikut: TABEL II RATA-RATA NILAI KUIS MATEMATIKA SISWA KELAS EKSPERIMEN Kuis I II III IV V Rata-rata Nilai 74.57 84.25 84.65 76.40 67.89 Kuis Pada Tabel II dapat dilihat terjadi perkembangan rata-rata nilai kuis. Nilai kuis terendah terdapat pada pertemuan V, ini disebabkan materinya merupakan persamaan garis singgung lingkaran yang membutuhkan ketelitian tinggi dan materi yang luas, sehingga siswa banyak yang tidak dapat menyelesaikan sampai kesimpulan. Sedangkan persentase ketuntasan nilai kuis dapat dilihat pada Tabel III berikut: TABEL III PERSENTASE KETUNTASAN NILAI KUIS SISWA Pertemuan I II III IV V Persentase Siswa yang 51.85 77.78 84.61 53.84 42.31 Tuntas Berdasarkan Tabel III terlihat bahwa terjadi perkembangan persentase ketuntasan nilai kuis siswa berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥75. Persentase siswa yang tuntas pada pertemuan I, II hingga III terjadi peningkatan dan persentase tertinggi terdapat pada pertemuan III, artinya terjadi perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa lebih baik. Sedangkan persentase yang paling rendah terdapat pada pertemuan V, ini disebabkan materi yang diujikan yaitu
9
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12 persamaan garis singgung lingkaran membutuhkan tingkat ketelitian, kesulitan yang tinggi. TABEL IV PERSENTASE PENALARAN MATEMATIS SISWA PERINDIKATOR PERKUIS Indikator Pertemuan Penalaran Matematis I II III IV V Siswa 1 83.33 51.85 83.33 97.12 93.27 2 85.19 92.59 85.19 73.07 90.38 3 63.88 93.52 81.48 89.42 63.46 4 66.67 76.85 74.53 49.03 45.19 Berdasarkan Tabel IV, ketercapaian indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar tampak terjadi perkembangan. Persentase yang paling rendah terjadi pada pertemuan kedua, materi persamaan umum lingkaran, siswa kurang memperhatikan dan menuliskan apa yang diinformasikan pada soal. Akan tetapi dari pertemuan I sampai V, kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar telah meningkat menjadi lebih baik, kerena lebih dari sebagian siswa dapat menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar dengan benar. Ketercapaian indikator melakukan manipulasi matematika terjadi perkembangan seperti yang terlihat pada Tabel IV. Pada pertemuan IV terjadi persentase yang paling rendah yaitu materi hubungan garis dan lingkaran, disini dibutuhkan ketelitian dan siswa banyak yang terjebak. Akan tetapi dari pertemuan I sampai pertemuan V terjadi perkembangan kemampuan melakukan manipulasi matematika lebih baik, karena sebagian besar siswa telah mampu melakukan manipulasi matematika dengan benar. Berdasarkan Tabel IV, terlihat ketercapaian kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi terjadi perkembangan. Pada pertemuan V terjadi persentase yang paling rendah yaitu materi persamaan garis singgung lingkaran melalui sebuah tituk, ini disebabkan materi yang sangat luas. Akan tetapi dari pertemuan I sampai V terjadi perkembangan kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi lebih baik, karena lebik dari sebagian siswa telah mampu menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap kebenaran solusi. Ketercapaian indikator kemampuan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan terjadi perkembangan seperti terlihat pada Tabel IV. Pada pertemuan I sampai III terjadi perkembangan kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan lebih baik, karena lebih dari sebagian siswa telah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan dengan benar. Akan tetapi pada pertemuan IV dan V terjadi penurunan ini disebabkan materi kuis yang membutuhkan
tingkat ketelitian yang cukup luas dan kesukaran yang tinggi. TABEL V KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYAJIKAN PERNYATAAN MATEMATIKA SECARA TERTULIS DAN GAMBAR Tingkat (%) Tidak Kurang Sangat Pertemuan Memuas Memuas Memuas memuas kan kan kan kan I 3.70 0 55.56 40.74 II 40.74 22.22 25.93 11.11 III 0 19.24 15.38 65.38 IV 0 3.85 3.85 92.30 V 7.69 0 3.85 88.46 Pada Tabel V dapat dilihat dari kuis I yang merupakan materi persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b), sebagian besar siswa berada pada posisi memuaskan dan sangat memuaskan. Sedangkan kuis II sebagian besar siswa mendapatkan tingkat tidak memuaskan dan kurang memuaskan jadi terjadi penurunan dari kuis I. Ini disebabkan karena soal kuis memberikan informasi yang membutuhkan penalaran dalam memahami informasi pada soal, dan kebanyakan siswa tidak menuliskan semua informasi pada soal. Pada kuis terakhir terlihat terjadi peningkatan perkembangan siswa dalam menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar dengan persentase sangat memuaskan yang paling tinggi yaitu 88.46 % . Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dengan benar dan langkap. Jika indikator 1 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabungkan skala 1 dan 2 menjadi tidak tepat, kemudian menggabungkan skala 3 dan 4 menjadi tepat. Pada Tabel VI pertemuan I sampai V kecuali pertemuan II lebih besar persentase tepat dibandingkan persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dengan benar dan langkap. TABEL VI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYAJIKAN PERNYATAAN MATEMATIKA SECARA TERTULIS DAN GAMBAR Tingkat (%) Pertemuan Tidak Tepat Tepat I 3.70 96.30 II 62.96 37.04 III 19.24 80.76 IV 3.85 96.15 V 7.69 92.31
10
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12 TABEL VII KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN MANIPULASI MATEMATIKA Tingkat (%) Tidak Kurang Memuas Sangat Pertemuan Memu Memua kan memuas askan skan kan I 3.70 11.11 25.93 59.26 II 0 11.11 7.41 81.48 III 3.85 7.69 19.23 69.23 IV 7.69 30.77 23.08 38.46 V 7.69 7.69 0 84.62 Pada Tabel VII terlihat kuis IV dan III terjadi penurunan yang disebabkan materi posisi garis dan titik terhadap lingkaran membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Sedangkan pada kuis terakhir terlihat terjadi peningkatan perkembangan siswa dalam melakukan manipulasi matematika dari pertemuan pertama karena persentase yang paling tinggi tingkat sangat memuaskan yaitu 84.62 %. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu melakukan manipulasi matematika dengan benar dan langkap. TABEL VIII KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN MANIPULASI MATEMATIKA Pertemuan Tingkat (%) Tidak Benar Benar I 14.81 85.19 II 11.11 88.89 III 11.54 88.46 IV 38.46 61.54 V 15.38 84.62 Jika indikator 2 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabungkan skala 1 dan 2 menjadi tidak benar, kemudian menggabungkan skala 3 dan 4 menjadi benar. Pada Tabel VIII pertemuan I sampai V lebih besar persentase benar dibandingkan persentase tidak benar. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu melakukan manipulasi matematika dengan benar dan lengkap. TABEL IX KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYUSUN BUKTI, MEMBERIKAN ALASAN /BUKTI TERHADAP KEBENARAN SOLUSI Tingkat (%) Kurang Pertemuan Tidak Sangat Memuas Memuaskan Memuaskan memuaskan kan I 11.11 33.33 44.44 11.11 II 3.70 3.70 7.41 85.19 III 7.69 15.38 7.69 69.23 IV 0 3.85 34.61 61.54 V 19.23 34.62 19.23 26.92
Pada Tabel XI terlihat terjadi peningkatan kuis I dari kuis II ini menunjukkan perkembangan kemampuan penalaran menjadi lebih baik. Pada kuis III, IV dan V terjadi penurununan dari kuis I dan II ini disebabkan materi pada kuis I dan II merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b) merupakan materi yang tidak terlalu sulit, akan tetapi pada kuis III, IV dan V agak sulit dan butuh ketelitian yang tinggi. Jika indikator 3 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabungkan skala 1 dan 2 menjadi tidak benar, kemudian menggabungkan skala 3 dan 4 menjadi benar. Pada Tabel X pertemuan I sampai V lebih besar persentase tepat dibandingkan persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menyusun bukti, memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi dengan benar dan lengkap. TABEL X KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYUSUN BUKTI, MEMBERIKAN ALASAN /BUKTI TERHADAP KEBENARAN SOLUSI Tingkat (%) Pertemuan Tidak Benar Benar I 44.44 55.55 II 7.40 93.60 III 23.07 76.92 IV 3.85 96.15 V 53.85 46.15 Berikut jawaban siswa yang menunjukan rendahnya kemampuan manipulasi matematika pada kuis V, sehingga nilai kuis V menurun: Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa telah mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, melakukan manipulasi dengan benar dan lengkap. Akan tetapi siswa belum benar menyusun bukti, memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi serta belum benar menarik kesimpulan dari pernyataan. Berikut jawaban siswa yang menjawab benar. TABEL XI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENARIK KESIMPULAN DARI PERNYATAAN Pertemuan Tingkat (%) Tidak Kurang Sangat Memuas Memuas Memuas memua kan kan kan skan I 18.52 3.70 70.37 7.41 II 18.52 11.11 14.81 55.56 III 16.00 12.00 8.00 64.00 IV 60.00 8.00 0 32.00 V 64.00 8.00 4.00 24.00 Pada Tabel XI terlihat terjadi peningkatan pada kuis II dan III. Ini menunjukkan terjadinya perkembangan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan menjadi lebih baik. Pada kuis IV dan V terjadi
11
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 7-12 penurununan dari kuis I, II dan III ini disebabkan materi pada kuis I dan II merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan A(a,b) merupakan materi yang penyelesaiannya membutuhkan ketelitian dan kesukaran yang tidak terlalu sulit, dibandingkan kuis IV dan V. Berikut jawaban siswa pada kuis IV yang menunjukkan rendahnya kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. TABEL XII KEMAMPUAN SISWA DALAM MENARIK KESIMPULAN DARI PERNYATAAN Tingkat (%) Pertemuan Tidak Tepat Tepat I 22.22 77.78 II 29.63 70.37 III 28.00 72.00 IV 68.00 32.00 V 72.00 28.00 Jika indikator 4 dipilah menjadi 2 bagian dengan menggabungkan skala 1 dan 2 menjadi tidak tepat, kemudian menggabungkan skala 3 dan 4 menjadi tepat. Pada Tabel VI pertemuan I sampai III lebih besar persentase tepat dibandingkan persentase tidak tepat. Jadi lebih dari sebagian siswa telah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan dengan benar dan lengkap. Ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menarik kesimpulan dari pernayataan. Akan tetapi pada kuis IV dan V terjadi penurunan. Jadi dapat disimpulkan perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa dari pertemuan I hingga pertemuan V mengalami perkembangan berupa peningkatan dan penurunan. Ini disebabkan dari 4 indikator yang muncul dalam penelitian ini, indikator kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, kemampuan melakukan manipulasi mengalami peningkatan dari pertemuan I hingga pertemuan V. Sedangkan indikator kemampuan menyusun bukti memberikan alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, kemampuan menarik kesimpulan mengalami peningkatan dari pertemuan I hingga III dan penurunan dari pertemuan IV dan V. Ini disebabkan materi pada pertemuan IV dan V merupakan materi hubungan garis dan lingkaran, persamaan garis singgung lingkaran yang materinya membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan cakupannya luas, sehingga siswa tidak efektif untuk menyelesaikan dalam kuis. Kesimpulan secara umum bahwa pembelajaran TPSq masih belum bisa meningkatakan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi yang tingkat kesulitan, ketelitian yang tinggi sehingga pada materi ini diharapkan guru harus banyak membimbing siswa.
TABEL XIII HASIL TES AKHIR SISWA Kelas N Xmaks Xmin Eksperimen 27 89 32 65.50 14.97 Kontrol 28 77 28 57.14 13.94 Kemampuan penalaran matematis siswa kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis dilakukan uji kesamaan dua ratarata (uji-t) dengan bantuan software MINITAB diperoleh Pvalue = 0,020 karena P-value < α, maka tolak H0 atau terima H1. Jadi, kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan pembelajaran TPSq lebih baik dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Painan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:(1) P erkembangan penalaran matematis siswa mengalami peningkatan dan penurunan dengan menerapkan pembelajaran TPSq dalam pembelajaran matematika. Penurunan perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa ditemui pada materi yang tingkat kesulitan, ketelitian yang lebih tinggi yaitu materi hubungan garis dengan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran melalui sebuah titik. (2) Penalaran matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran TPSq lebih baik daripada penalaran matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di SMAN 2 Painan. REFERENSI [1] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi. [2] Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depertemen Pendidikan Nasional. [3] Depdiknas. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPG Matematika. [4] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. [5] Rahimi,Devi Silvia. 2012. Penerapan Model Pembela jaran Kooperatif Tipe Think Pair Square dalam pembelajaran matematika di kelas XI IS SMAN 3 Pairiaman. Skripsi. Padang :Universitas Negeri Padang. [6] Ichwani, Nelly Meri. 2010. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPSq dalam pelajaran matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Tarusan tahun pelajaran 2009/2010.Skripsi. Padang: UNP. [7] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi rev). Jakarta: Rineka Cipta. [8] Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Gratindo Persada. [9] Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
12