Bukan
Kediktatoran Demokrasi Maupun
Kepemimpinan dan Ketertundukan dalam Umat Tuhan William MacDonald & Benedikt Peters Buku No. 6 dari Seri:
Jemaat yang Dikasihi Yesus Sastra Hidup Indonesia
Edisi Kedua 2013 (3) Diambil dari: William MacDonald, Christ loved the Church Walterick Publishers, Kansas City, Kansas, USA http://www.plymouthbrethren.org/series/6074 © 1956, 1973 William MacDonald c Creative Commons Attrib. -Noncomm.-No Derivative Works 3.0 License Benedikt Peters, Weder Diktatur noch Demokratie – Führung und Unterordnung im Volk Gottes http://www.clv-server.de/pdf/255248.pdf © 1996 Christliche Literatur-Verbreitung, Bielefeld, Germany Helmi Berkah, Jemaat yang Dikasihi Yesus – Bahan Pelajaran Tambahan c b n a 2010 Sastra Hidup Indonesia Penerjemah: Regu Sastra Hidup Indonesia Editor Utama: Lidyawati Maici Penerbit:
Sastra Hidup Indonesia, http://www.sastra-hidup.net
Hak pengarang dilindungi Undang-undang c b n a Kutipan-kutipan Firman Tuhan biasanya diambil dari: • KITAB SUCI-TERJEMAHAN LAMA (TL), Lembaga-Lembaga Alkitab yang Berkerdjasama, Djakarta 1954, 1965. Dari Alkitab Bode (PB) dan Klinkert (PL), © The Word© 2003-10 Costas Stergiou (www.theword.net) • KITAB SUCI-Indonesian Literal Translation, (KSLIT) © Yayasan Lentera Bangsa 2008 (www.yalensa.org) • ALKITAB TERJEMAHAN BARU (TB) © LAI, 2000 Tata letak dengan LinuxMint©, LibreOffice©, , THE GIMP© dan Inkscape© 10-03-10_Kepemimpinan Jemaat_v03-03-019
Daftar Isi Daftar Isi..................................................................................................................................... iii Prakata......................................................................................................................................... v 1. Sifat dan Ciri Khas Jemaat.................................................................................................. 1 2. Kepemimpinan Jemaat........................................................................................................ 9 3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan................................................................15 4. Para Pemimpin Jemaat...................................................................................................... 29 5. Wibawa, Kualifikasi dan Kemampuan Para Penatua.................................................31 6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua.................................................................................37 7. Mustahil!............................................................................................................................... 47 8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan..............................51 9. “Jagalah Dirimu Sendiri”................................................................................................... 61 10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu” .....................................................................................63 11. Tugas, Kewajiban, dan Sikap Para Anggota Jemaat.................................................79 12. Seorang Istri yang Mendukung Suami dalam Pelayanannya..................................83
iii
Prakata Pelajaran ini memberikan beberapa kutipan serta beberapa bahan tambahan pada sebuah buku pelajaran Alkitab yang terkenal, yang berjudul “Jemaat yang Dikasihi Yesus Kristus“, karya William MacDonald. Bersama buku itu, pelajaran ini merupakan suatu usaha untuk menjelaskan apa yang diajarkan dalam Firman Tuhan mengenai pokok “gereja” atau “jemaat”. Ada hal yang dijelaskan dalam buku ini yang barangkali merupakan sesuatu yang baru, bahkan bertentangan dengan pendapat Anda atau sangat revolusioner bagi Anda. Jikalau demikian, ujilah semua hal yang sudah diterima dengan berdoa, dengan hati yang terbuka kepada Tuhan dan FirmanNya saja! Cara yang terbaik untuk belajar adalah: a)
Baca dan pelajari satu bab dalam buku William MacDonald.
b)
Baca dan pelajari bab yang berkaitan dengan buku ini.
c)
Bicarakan dengan orang lain mengenai pokok-pokok yang baru dipelajari – atau tolonglah orang lain untuk mempelajarinya.
Kalau Anda belum memiliki buku ini, Anda dapat mengunduh buku tersebut secara gratis sebagai dokumen PDF dalam situs internet, yaitu http://www.sastra-hidup.net
Mengenai Nama-nama Tuhan Penerbit Sastra Hidup Indonesia tidak ingin memberikan kesan bahwa tidak ada perbedaan antara Tuhan Yang Kekal dan Mahakuasa yang menyatakan diri di dalam Alkitab dan 'Allah' yang diperkenalkan di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya, kami mengakui bahwa mereka sama sekali tidak sama. Di dalam buku ini, kami menyediakan bagi para pembaca dan para siswa, nama-nama dan istilah-istilah tentang Tuhan Alkitabiah secara teliti dan saksama. Nama-nama dan istilah-istilah Ilahi yang digunakan di dalam naskahnaskah Alkitab asli seharusnya dicantumkan dengan setepat-tepatnya di dalam buku ini. Oleh karena itu, penerbit memutuskan untuk menghindari penggunaan beberapa istilah dan ungkapan “tradisional” yang digunakan di dalam banyak buku Kristen di Indonesia. v
Penerbit juga tidak menggunakan istilah-istilah dari bahasa aslinya – bahasa Ibr. dan bahasa Yunani – dengan menyalin setiap huruf dari satu abjad ke huruf abjad yang lain, walaupun cara kerja ini sesungguhnya sangat akurat. Hal ini karena kita akan menganggap istilah-istilah seperti itu agak asing dan tidak biasa. Oleh sebab itu, istilah-istilah yang digunakan dalam buku ini adalah istilah-istilah yang sudah cukup biasa dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah berikut ini adalah istilah-istilah yang terpenting: • Nama pribadi TUHAN Yang Kekal dan TUHAN Yang Mahakuasa (yang
aslinya dalam bahasa Ibrani: “YAHWEH”) diterjemahkan dengan menggunakan istilah “TUHAN” (semuanya ditulis dengan menggunakan huruf besar saja). • Istilah umum Tuhan (yang aslinya dalam bahasa Ibrani: “Elohim”) diter-
jemahkan dengan menggunakan istilah “Tuhan”. (huruf pertamanya saja yang besar) • Dalam Perjanjian Baru, yang ditulis dalam bahasa Yunani, Roh Kudus
membimbing para penulis dengan menggunakan kata “theos” baik sebagai nama pribadi TUHAN maupun sebagai istilah umum. Kami menghormati fakta ini dan kami menerjemahkan kata “theos” dengan memakai istilah “Tuhan“. • Gelar dan istilah umum Yesus Kristus (yang aslinya di dalam bahasa
Yunani: “kyrios”) diterjemahkan sesuai dengan artinya dalam bahasa asli, yaitu “Tuan“ (huruf pertama ditulis dengan memakai huruf besar). Jikalau kata “kyrios” tersebut dikenakan pada manusia atau ciptaanciptaan yang lain, yang digunakan adalah istilah “tuan” (semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kecil). • Istilah-istilah umum untuk dewa-dewi atau ilah-ilah yang lain diter-
jemahkan dengan menggunakan istilah-istilah yang umum, yaitu “ilah“ atau “dewa“ (semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kecil). Kami yakin bahwa penggunaan istilah yang tepat ini akan menolong para pembaca untuk membedakan TUHAN, Pencipta kekal yang telah menyatakan Diri-Nya sendiri di dalam Alkitab dan Allah yang terdapat di dalam Al-Qur'an: TUHAN Alkitabiah sama sekali tidak sama dengan Allah yang tertulis di dalam Al-Qur'an. Kami yakin bahwa ketepatan penggunaan istilah ini dapat menjadi suatu berkat yang bermanfaat bagi Anda dan memberikan suatu rasa hormat kepada satu-satunya Tuhan Tritunggal. vi
1. Sifat dan Ciri Khas Jemaat Supaya kita memahami kepemimpinan Jemaat Yesus dengan lebih dalam, kita harus memahami dahulu sifat dan ciri khas Jemaat (Gereja) Yesus Kristus. Jemaat-Nya bukan sebuah organisasi, bukan sebuah bisnis atau perusahaan, bukan seorang tentara, bukan sebuah lembaga, dan bukan sebuah yayasan, melainkan suatu organisme. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip kepemimpinan dan syarat-syarat untuk para pemimpin jauh berbeda dengan prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang berlaku pada umumnya. Orang yang paling memenuhi syarat untuk menjadi para pemimpin bukan mereka yang paling tua, bukan pengusaha yang sukses, bukan mereka yang selalu suka berbicara dan berdoa secara umum, bukan mereka yang mempunyai gelar-gelar STT, bukan mereka yang terkenal baik di lingkungan mereka, bukan mereka yang kaya, dsb.
I. Jemaat – Hal yang Paling Berharga di Mata Tuhan “Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya.” (Ef. 5:25) Kita juga harus mengasihi jemaat1, dan bagaimana pun juga, kita harus menyerahkan diri kita bagi jemaat. Kita harus menyerahkan dan mengabdikan diri kita dalam pelayanan yang penuh kasih dan dengan senang hati agar jemaat di muka bumi ini berkembang dan bertumbuh. Apakah kita telah mengasihi Jemaat-Nya lebih daripada segala sesuatu yang lain? “...jemaat Tuhan yang telah Dia dapatkan dengan darah-Nya sendiri.” (Kis. 20:28) “...aku telah mempertunangkan kamu kepada seorang laki-laki untuk membawa kamu sebagai seorang perawan yang suci kepada Kristus.” (2Kor. 11:2) “...pesta perkawinan Anak Domba telah tiba, dan mempelai wanita-Nya telah mempersiapkan dirinya.” (Wah. 19:7)
II. Pengertian Jemaat-Nya Kata “jemaat” berasal dari kata bahasa Yunani, ἐκκλησία (ekklesia).
1
atau: 'gereja' dalam arti orang-orangnya.
1
2
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Kata itu berarti “suatu kelompok yang dipanggil keluar”, “suatu perkumpulan”, atau “suatu pertemuan yang dipilih”. • Jemaat Yesus bukan suatu ide manusiawi. Sebaliknya, sebuah rencana
dan karya Tuhan yang kekal (Ef. 2:10). Dialah yang merencanakan dan memutuskan Jemaat ini “sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus” (Ef. 3:11). Hanya Tuhan yang dapat menambahkan anggota-anggota (Kis. 2:47; Mat. 16:18). “Menurut kehendak-Nya sendiri Ia sudah menjadikan kita dengan firman-Nya” (Yak. 1:18). “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya!“ (Rm. 11:36). • Jemaat-Nya terdiri dari semua orang percaya yang sejati. Mereka
“dilepaskan ...dari dunia yang jahat ini” (Gal. 1:4; lihatlah Yoh. 17:14; Kol. 1:12-13; Kis. 26_17-18) “supaya Ia membawa [mereka] kepada Tuhan” (1Ptr. 3:18; lihatlah Mrk. 3:13-14; 1Kor. 1:9; 1Ptr. 2:3-5). • Jemaat-Nya yang tidak dikenali oleh dunia, yaitu oleh orang yang
belum percaya dengan sejati (1Yoh. 3:1) merupakan sebuah kumpulan dari “orang asing (musafir) dan yang mengembara (orang perantau)” (1Ptr. 2:11) “serupa seorang budak” (Fil 2:7). • Jemaat-Nya adalah sekelompok orang percaya yang sejati. Sebab itu,
Paulus berbicara tentang “jemaat Tuhan yang diperoleh-Nya (dibeli) dengan darah-Nya sendiri” (Kis. 20:28). Semua orang – dan hanya mereka – yang dipilih, dipanggil, dan disucikan oleh Tuhan di dalam Yesus Kristus (Rm. 8:30; 1Kor. 1:2,9).
III. Jemaat – Enam Ciri Khusus 1. Jemaat Bersifat Surgawi, bukan Duniawi • Berasal dari Surga (Ef. 1:4) • Menuju Surga (Ef. 1:3; 2:6; 3:10; Fil. 3:20; Kol. 3:1-3; Ibr. 3:1; Kis. 4:34;
20:32; 26:18; 1Ptr. 1:4)
2. Jemaat Bersifat Rohani, bukan Jasmani • Dimasuki melalui kelahiran kembali (kelahiran rohani dari atas) saja
(Yoh. 3:3-5; Kis. 2:38; 8:14-17; 10:44-48). • Pemberian Roh Kudus pada Hari Pantekosta sama dengan
“kelahiran” Jemaat (Kis. 1:5; 2:1-4; 1Kor. 12:13).
1. Sifat dan Ciri Khas Jemaat
3
3. Jemaat Bersifat Terbatas, yaitu Mereka yang Dilahirkan Kembali Saja (Yoh. 3:3-5; Kis. 2:38; dsb.)
4. Jemaat Tidak Terbatas akan Negara atau Bangsa Tertentu (Mat. 28:19; Mrk. 16:15-16; Kis. 10:34-35; 11:19-26; Gal. 3:28; Kol. 3:11)
5. Jemaat Tidak Mempunyai Markas di Bumi ini • Markas (pusat) Orang Yahudi: Bait Tuhan di Yerusalem. • Markas Jemaat Kristen: Bukan sebuah gedung atau kota tertentu (Kis.
7:48), tetapi di dalam Jemaat-Nya, dengan Tuan Yesus sebagai KepalaNya (Mt. 18:20; Kis. 11:21-24; 1Kor. 3:11; Ef. 4:15-16; Kol. 2:19).
6. Tidak Ada Orang Awam di dalam Jemaat, Semuanya Imam, Pelayan, dan Hamba Tuhan • Setiap orang percaya boleh mendekati Tuhan dalam doa, pujian, dan
mempelajari Firman-Nya (Ef. 2:18; 1Ptr. 4:10; Yoh. 6:45; Ibr. 8:11; 1Yoh. 2:27). • Setiap orang percaya adalah “hamba” dan “pelayan Tuhan” (Kis.
4:13,24,31; 6:8-10; 8:4-5; 13:1; 15:35; 1Kor. 14:26; 1Ptr. 2:5,9; 4:10; Wah. 1:5-6; 5:10). • Tidak ada pemisahan antara golongan “rohaniwan” dan golongan
“awam”. Sebaliknya, semuanya adalah “rohaniwan” (Mat. 23:6-10). • Satu-satunya perbedaan yang ada di dalam jemaat: Tugas pria dan
wanita berbeda, walaupun semuanya imam (1Kor. 11, 14; 1Tim. 2).
IV. Beberapa Kebenaran yang Lain 1. Ada Satu Tubuh Hanya ada satu jemaat (Ef. 4:4). Ada banyak situasi dan hal-hal lain yang tampaknya menyangkal pernyataan ini. Namun, menurut pandangan Tuhan, hanya ada satu-satunya tubuh orang percaya di bumi ini. Meskipun secara keseluruhan tidak pernah kelihatan oleh manusia; jemaat itu dibentuk oleh Roh Kudus di dalam satu-satunya tubuh.
4
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
2. Yesus Kristus Adalah Kepala Tubuh-Nya Dengan menggunakan gambaran tubuh manusia (Ef. 5:23; Kol. 1:18), Paulus mengajarkan kepada kita bahwa Yesus Kristus sebagai kepala di Surga memimpin tubuh-Nya yang ada di bumi. “Kepala” itu memegang kekuasaan, kepemimpinan, dan pusat kecerdasan dan pengetahuan. Kepala dan tubuh memiliki kehidupan, keinginan-keinginan, dan harapan-harapan yang sama. Sebagaimana kepala itu tidak lengkap tanpa tubuh, pada dasarnya Yesus pun tidak lengkap tanpa jemaatNya. Makanya kita disebut sebagai tubuh-Nya; jemaat “adalah kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Ef. 1:23). Inilah yang membuat orang percaya sangat mengagumkan dan sungguh-sungguh menyembah Tuhan.
3. Semua Orang Percaya Merupakan Anggota Tubuh Yesus Ketika seseorang diselamatkan, dia ditambahkan ke dalam jemaat sebagai anggota tubuh Yesus Kristus (Kis. 2:47). Keanggotaan ini tidak terbatas oleh suku, bangsa, warna kulit, kewarganegaraan, budaya, tingkatan masyarakat, watak, bahasa, atau golongan2 agama. Paulus mengingatkan kita bahwa ada banyak anggota di dalam satu tubuh (1Kor. 12:12-14). Setiap anggota tubuh mempunyai satu fungsi tertentu (ayat 15-17). Namun, tidak semua anggota mempunyai fungsi yang sama. (ayat 19). Kesejahteraan tubuh bergantung pada kerja sama semua anggota tubuh3 (ayat 21-23). Karena semua anggota tubuh saling membutuhkan satu sama lain, tidak ada alasan untuk saling cemburu atau tidak puas (ayat 15-17). Tidak ada alasan untuk berlaku sombong dan berpisah dari anggota-anggota lain (ayat 21). Karena semuanya adalah anggota satu tubuh, harus ada kesadaran dan rasa saling peduli dan sukacita (ayat 23-26).
4. Roh Kudus Merupakan Wakil Yesus di dalam Jemaat Setelah naik ke Surga, Tuan Yesus mengutus Roh Kudus untuk menjadi wakil-Nya di dunia (Yoh. 14:16,26). Pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus di dalam jemaat bisa dilihat berdasarkan beberapa kenyataan berikut ini: • Roh Kudus ingin memimpin orang Kristen dalam penyembahan dan
ibadah mereka (Ef. 2:18). 2 3
atau: aliran, denominasi “gotong-royong” semua anggota tubuh-Nya
1. Sifat dan Ciri Khas Jemaat
5
• Ia mengilhami doa-doa mereka (Rm. 8:26,27). • Ia memberikan kuasa dalam khotbah-khotbah mereka (1Tes. 1:5). • Ia menuntun mereka dalam kegiatan-kegiatan mereka, baik dengan
memberikan arahan, maupun pencegahan (Kis. 13:2; 16:6,7), dsb. • Ia membangkitkan para gembala jemaat (Kis. 20:28). • Ia melimpahkan karunia-karunia bagi pertumbuhan, pembangunan,
dan kemajuan jemaat (Ef. 4:11). • Ia menuntun orang percaya dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
5. Karunia-karunia Diberikan untuk Pembangunan Jemaat Tuhan mengharuskan jemaat-Nya bertumbuh, baik dari segi rohani maupun dari segi jumlah. Itulah sebabnya, Yesus Kristus yang telah bangkit memberikan karunia-karunia kepada jemaat-Nya (Ef. 4:11). Pada awalnya, karunia-karunia tersebut diberikan kepada para pria untuk membangun jemaat-Nya. Karunia-karunia itu berupa karunia untuk melayani sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, dan pengajar-pengajar4 ( Ef. 4:11).
V. Beberapa Gambaran Jemaat-Nya Ada banyak istilah yang dipakai untuk menggambarkan arti jemaat. Berikut ini adalah beberapa gambaran yang terkenal tentang jemaat:
1. Kawanan Domba (Yoh. 10:16) Bangsa Yahudi diumpamakan sebagai satu kandang domba. Jemaat diumpamakan sebagai satu kawanan domba. Tuan Yesus berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini (artinya: Israel); domba-domba itu harus Ku-tuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” (Yoh. 10:16). Gambaran tentang satu kawanan domba mengingatkan kita akan sekelompok orang Kristen yang hidup bersama-sama di bawah penjagaan yang lembut dan penuh kasih sayang oleh Gembala Yang Baik sambil mendengarkan suara-Nya serta mengikuti-Nya (Yoh. 10:3-4). 4
Bacalah buku Roh Kudus dari Sastra Hidup Indonesia (www.sastra-hidup.net).
6
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
2. Ladang Tuhan (1Kor. 3:9) Jemaat diumpamakan sebagai sebidang kebun atau ladang Tuhan yang Dia ciptakan dengan tujuan menumbuhkan dan menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya. Pokok baru yang berkaitan dengan gambaran ini adalah tujuan dan tugas “menghasilkan buah”.
3. Bangunan Tuhan (1Kor. 3:9; Mat. 16:18) Istilah ini menggambarkan Tuhan yang sedang mengadakan suatu program pembangunan. Dia sedang menambahkan batu-batu yang hidup pada jemaat (1Ptr. 2:5). Betapa pentingnya kehidupan kita dipersembahkan dan diabdikan pada proyek dan pekerjaan pembangunan yang benar-benar Dia perhatikan!
4. Bait dan Tempat Kediaman Tuhan (1Kor. 3:16; Ef. 2:20-22) Kata “bait” langsung mengingatkan kita akan penyembahan dan mengingatkan kita bahwa satu-satunya penyembahan yang didapat Tuhan saat ini berasal dari mereka yang menjadi anggota jemaat-Nya (1Ptr. 2:5; Ibr. 13:15; Maz. 29:9). Istilah “tempat kediaman” menyampaikan suatu kebenaran bahwa Tuhan, pada saat ini, berdiam di dalam jemaat-Nya, bukan di dalam satu tempat ibadah atau di dalam satu bait suci yang dibangun oleh manusia seperti dahulu.
5. Tubuh Yesus Kristus (Ef. 1:22-23) Tubuh merupakan sarana atau alat bagi seseorang untuk menyatakan dirinya. Jadi Tubuh Yesus Kristus merupakan suatu kesatuan yang dipilih oleh Tuhan untuk menyatakan diri-Nya kepada dunia pada zaman ini. Ketika kebenaran penting ini dimengerti dan dipahami, seseorang yang percaya tidak akan pernah lagi berpikir bahwa jemaat adalah suatu hal yang kecil sekali peranannya, yang kurang penting atau sepele. Sebaliknya ia akan mengabdikan dan mempersembahkan dirinya secara penuh demi pertumbuhan dan perkembangan tubuh Yesus ini.
6. Manusia Baru (Ef. 2:15-18) Dalam gambaran ini, yang sangat ditekankan adalah ide dan pikiran tentang hal menjadi ciptaan baru. Perbedaan yang terbesar di antara
1. Sifat dan Ciri Khas Jemaat
7
manusia, yaitu di antara orang Yahudi dan orang yang bukan Yahudi 5, sudah ditiadakan di dalam jemaat; Tuhan telah membuat kedua kelompok manusia itu menjadi satu manusia yang baru.
7. Mempelai Wanita Yesus Kristus (Ef. 5:25-27; 2Kor. 11:2) Gambaran tentang jemaat di sini menekankan ide dan pengertian tentang kasih sayang. “Suami-suami, kasihilah istrimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya untuk menguduskannya, sesudah ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa dengan hal-hal itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Jika Yesus telah mengasihi jemaat-Nya dan telah menyerahkan diri-Nya untuk jemaat, jelaslah bahwa jemaat harus dipenuhi dengan kasih sayang kepada Dia sama seperti seorang mempelai wanita kepada mempelai pria (Wah. 19:7; 21:9).
8. Keluarga atau Rumah Tangga Tuhan (1Tim. 3:15) Suatu keluarga atau rumah tangga mengajarkan kepada kita tentang berbagai peraturan, tata tertib dan kedisiplinan. Pemikiran tentang peraturan dan tata tertib tertulis dalam 1 Timotius 3:15: “Supaya... engkau tahu bagaimana kita harus hidup sebagai keluarga Tuhan, yakni jemaat Tuhan yang hidup.” Kedisiplinan ditunjukkan dalam 1 Petrus 4:17: “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan rumah Tuhanlah yang harus pertama-tama dihakimi.”
9. Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (1Tim. 3:15) Selain berfungsi sebagai pendukung pada suatu bangunan, sebuah tiang penopang pada zaman dahulu sering digunakan untuk menempatkan pengumuman-pengumuman bagi masyarakat. Tiang penopang sebagai alat proklamasi resmi. Kata “dasar” berarti sebuah pertahanan, penopang, atau pendukung. Jemaat Tuhan merupakan suatu kesatuan yang sudah Dia tetapkan dan perintahkan untuk mengumumkan, menyatakan, men5
juga disebut “orang Yunani”
8
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
dukung, mempertahankan, menyokong dan membela kebenaran-Nya (2Tim. 1:14; Mat. 5:14).
2. Kepemimpinan Jemaat
I. Tujuan dari Semua Kepemimpinan dalam Jemaat Tuhan Tujuan dari semua kepemimpinan adalah menundukkan segala sesuatu kepada pemerintahan Tuhan. “Dia sudah menundukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya dan Dia telah memberikan-Nya kepada jemaat sebagai kepala atas segala sesuatu.” (Ef. 1:22) Oleh sebab itu, satu-satunya tujuan penyerahan kekuasaan-Nya kepada beberapa laki-laki adalah supaya semua anggota umat Tuhan akan ditundukkan kepada pemerintahan Tuhan. “...supaya dalam nama Yesus itu akan bertelut segala lutut, yang ada di surga, dan yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi” (Fil. 2:9-11) Perhatikanlah! Seorang pemimpin yang menundukkan orang percaya lain kepada kehendak mereka (memerintah mereka; lihatlah 3Yoh. 9-19) telah menolak kehendak Tuhan dan telah mencuri hak-Nya! Dia akan dihukum! Perhatikanlah! Orang yang menundukkan dirinya sendiri kepada perintah atau aturan manusia daripada di bawah Tuhan, perhatikanlah Firman-Nya; “Kamu telah dibeli dengan suatu harga, janganlah menjadi hamba manusia!” (1Kor. 7:23). ∘ Pelajarilah rasul Paulus sebagai teladan (2Kor. 1:24; 1Kor. 9:19). ∘ Pelajarilah Tuan Yesus sebagai teladan (1Ptr. 3:18). Perhatikanlah tentang kesombongan, tinggi hati, kedegilan, dsb.! “Tuhan menentang orang yang congkak (sombong), tetapi mengaruniakan anugerah kepada orang yang rendah hati.” (1Ptr. 5:5; Yak. 4:6). “Setiap orang yang tinggi hati (yang sombong hatinya) adalah kekejian (kebencian) bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” (Ams. 16:5) 9
10
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Perhatikanlah! • Kita diselamatkan untuk...
∘ “ketaatan iman” (Rm. 1:5; 16:26; Kis. 6:7). ∘ “melakukan pekerjaan baik, yang telah disiapkan Tuhan sebelumnya, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:9-10). • Jemaat adalah tempat khusus untuk menunjukkan dan melakukan
ketaatan itu, baik bagi para pemimpin, maupun bagi para anggota lainnya. ∘ Para pemimpin: Menundukkan para anggotanya kepada Tuan Yesus, kehendak-Nya, dan Firman-Nya. ∘ Para anggota: Menaati dan menundukkan diri kepada para gembala. • Setiap dosa adalah pemberontakan melawan pemerintahan dan
otoritas Tuhan! “Sebab dosa pendurhakaan (ramalan) adalah sama seperti bertenung dan kedegilan, dan kedegilan (kesombongan) adalah sama seperti menyembah berhala.” (1Sam. 15:23). “Setiap orang yang berbuat dosa, dia juga melanggar hukum (perintah-perintah) Tuhan, sebab dosa ialah pelanggaran perintahperintah Tuhan.” (1Yoh. 3:4) Janganlah menjadi “orang yang menggerutu dan yang tidak pernah puas, yang berjalan menurut keinginan-keinginannya” (Yud. 16). Orang seperti ini akan dihukum (Yud. 15). • Para anggota jemaat wajib menundukkan diri mereka sendiri
kepada para gembala. Para gembala harus bertanggung jawab kepada Tuhan untuk segala sesuatu yang mereka lakukan! Oleh sebab itu, kepada kedua golongan tersebut diperintahkan: “Sebab itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya Dia meninggikan kamu pada waktunya” (1Ptr. 5:6). “Namun, kepada orang inilah Aku akan memandang, kepada dia yang merendahkan diri dan yang hancur dalam roh (patah semangatnya), dan yang gentar akan firman-Ku.” (Yes. 66:2).
2. Kepemimpinan Jemaat
11
II. Tiga Dasar Semua Kuasa Kepemimpinan 1. Firman Tuhan Firman Tuhan-lah yang memberikan peraturan-peraturan bagi jemaat; bukan tradisi, kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasaan umum. Kebenaran ini selalu mengingatkan kita tentang sumber semua kuasa kepemilikan – yaitu berasal dari Tuhan.
2. Putra Tuhan Putra Tuhan sebagai Kepala Jemaat-Nya adalah kuasa yang paling tinggi. Dialah yang menyerahkan kekuasaan kepemimpinan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Segala kuasa kepemimpinan dilaksanakan dalam Nama Dia.
3. Roh Kudus Roh Kudus-lah yang menyerahkan hati para pemimpin kepada Yesus Kristus. Ia juga yang menyerahkan hati setiap anggota yang dipimpin kepada para penatua.
III. Dua Ancaman Kekuasaan dan Kepemimpinan 1. Kekurangan Kuasa “Jikalau tidak ada pimpinan, bangsa akan binasa.” (Ams. 11:14; Mat. 9:36). Seluruh Kitab Hakim-Hakim adalah pelajaran tentang suatu bangsa yang tidak dipimpin (Hak. 17:6; 21:25). Kalau tidak ada kepemimpinan yang sehat dan rohani, jemaat lokal itu kehilangan maksud dan tujuan tertentu. Keinginan-keinginan yang tidak patut, ambisi yang berfokus pada diri-sendiri, dan ajaran-ajaran palsu akan dikedepankan. Misi, penginjilan, pengajaran yang sehat, perbaikan orang berdosa, malah dihindari. Kepemimpinan yang tidak ada selalu menghasilkan suatu kekurangan dan suatu bahaya yang serius bagi jemaat lokal tersebut.
12
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
2. Terlalu Banyak Kuasa “Tuhan adalah Roh, dan di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan.” (2Kor. 3:17). “Bukan karena kami memerintah iman kamu, tetapi kami adalah rekan sekerja bagi sukacitamu.” (2Kor. 1:24). Kuasa kepemimpinan yang terlalu keras atau kepemimpinan yang terlalu teratur akan mendiamkan dan memadamkan Roh Kudus. Kegiatan, persekutuan atau waktu doa yang terlalu diatur, dsb. akan menjadikan suatu jemaat lokal menjadi kelompok Farisi yang mati. Kehendak para pemimpin dan perencanaan manusia tidak pernah boleh menggantikan pekerjaan Roh Kudus di antara para anggota jemaat. Perhatikanlah! Dengan menyesuaikan segala sesuatu kepada peraturan atau kebiasaan sebuah organisasi gerejawi besar, atau sebuah yayasan Kristen, atau keinginan manusia, maka kita akan mengulangi lagi kesalahan-kesalahan jemaat mula-mula yang menjadi Gereja Katolik yang tersesat dan yang telah menjadi musuh Kekristenan yang sejati! • Suatu organisasi manusia menggantikan Firman Tuhan. • Peraturan-peraturan manusia menggantikan karya Roh Kudus. • Para pemimpin manusia menggantikan Tuan Yesus (3Yoh. 9)
Kepemimpinan dengan cara memerintah selalu menghasilkan kematian rohani jemaat lokal tersebut.
IV. Tiga Kebenaran Utama 1. Siapa yang Menggunakan Kuasa Kepemimpinan Harus Diberikan Hak Kekuasaannya (Dan. 2:37; Rm. 13:1; Ibr. 5:4) Semua kuasa kepemimpinan diberikan oleh Tuhan! Kuasa kepemimpinan harus diberikan oleh Tuhan, harus diterima dari tangan Tuhan. “Seseorang tidak dapat mengambil apa pun, kecuali hal itu telah diberikan kepadanya dari Surga.” (Yoh. 3:27). Oleh sebab itu: • Sadarilah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada Dia! “Jagalah
dirimu dan seluruh kawanan, karena kamu telah ditetapkan Roh
2. Kepemimpinan Jemaat
13
Kudus sebagai penilik untuk menggembalakan jemaat Tuhan yang telah Dia diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.” (Kis. 20:28) • Janganlah bersikap sewenang-wenang (degil).
“Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak Dia perintahkan kepada mereka.” (Im. 10:1) “Maka keluarlah api dari hadirat YAHWEH dan melalap mereka.” (10:2). • Sebaliknya, carilah kehendak Tuhan saja dan taatilah Dia! “mereka
telah melakukannya seperti yang diperintahkan TUHAN, demikianlah mereka melakukannya” (Kel. 25:9; 31:6,11; 36:1; 39:32-40:33).
2. Siapa yang Menggunakan Kuasa Kepemimpinan Harus Memenuhi Persyaratan (2Tes. 3:9; 1Tim. 4:12; Tit. 2:7; 1Ptr. 5:3) “Engkaulah Bapa kami, kamilah tanah liat, dan Engkaulah yang membentuk kami...” (Yes. 64:8) Dengan kerelaan kita harus menyerahkan diri kita kepada tanganNya untuk dibentuk menurut kehendak-Nya!
3. Semua Kepemimpinan Harus Membangun dan Menguatkan Pemerintahan Tuhan (2Kor. 1:24; 1Ptr. 5:3; 3Yoh. 9) Semua kepemimpinan para penatua tidak pernah boleh menggantikan kepemimpinan Ilahi! Jangan pernah mengambil posisi Sang Kepala Jemaat! • Paulus menolaknya! “Bukan karena kami memerintah imanmu,
tetapi kami adalah rekan sekerja bagi sukacitamu...” (2Kor 1:24) • Petrus memperingatkannya!
“Gembalakanlah kawanan domba Tuhan ...bukan seperti yang menjalankan kekuasaan atas kawanan itu, melainkan dengan menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1Ptr. 5:2-3)
• Diotrefes melakukannya! “...tetapi Diotrefes yang ingin menjadi
orang terkemuka di antara mereka, tidak mau menerima kami.” (3Yoh. 9)
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan “Semua kitab diilhamkan Tuhan dan bermanfaat untuk pengajaran, untuk teguran, untuk perbaikan kelakuan, untuk pendidikan dalam kebenaran, sehingga manusia kepunyaan Tuhan itu dapat menjadi sempurna, diperlengkapi untuk setiap pekerjaan yang baik.” (2Tim. 3:16-17)
I. Perjanjian Lama 1. Adam Adam ditetapkan oleh Tuhan sebagai penguasa atas ciptaan-Nya (Kej. 1:26; Maz. 8:6-7) Ia adalah seorang penguasa hanya selama ia menunjukkan dirinya sendiri di bawah Tuhan dan Firman-Nya! Hanya seseorang yang berada di bawah suatu kekuasaan (seorang bawahan) yang boleh memerintah (Mat. 8:9)!
Kelemahan – Kesalahan – Dosa Pemberontakannya dimulai dengan fitnah! Nama Iblis (“diabolos”) berarti “pemfitnah”, atau “yang suka menjelekkan orang lain”. Pada saat kita bersungut-sungut, kita memberontak melawan Tuhan. Kalau kita menggerutu, kita mendengar fitnah dan usulan dari Iblis (lihatlah: bangsa Israel, 1 Korintus 10:9-10). Adam lebih percaya kepada kata-kata ular daripada Firman dan sifat Tuhan. Ia memberontak melawan-Nya. Tuhan membenci orang yang bersikap sewenang-wenang (degil) dengan lebih mengikuti usulan Iblis daripada menaati Firman Tuhan. Pada saat seseorang memberontak terhadap kuasa Tuhan dan Firman-Nya, ia kehilangan kuasanya! Contoh lain adalah Raja dari Babilonia (Yes. 14:13-15).
15
16
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
“Seorang penatua jemaat tidak boleh angkuh6” (Tit. 1:7). Sebaliknya, ia harus menjadi teladan sebagai seseorang yang menaati Tuhan dan Firman-Nya dalam segala hal, yang menuntut dirinya sendiri di bawah otoritas Tuhan dan Firmannya (1Kor. 11:1; 2Tim. 3:10-11; 1Ptr. 5:3).
2. Yusuf Yusuf ditetapkan oleh Tuhan sebagai penguasa atas bangsa Mesir, sebagai pemelihara dunia, dan sebagai penyelamat keluarga Yakub (Kej. 37). Supaya ia patut dan mampu melaksanakan tugas kepemimpinan itu, ia harus dilatih dahulu. Pelatihan itu berkaitan dengan penderitaan yang berat. Seseorang yang ingin memimpin harus disiapkan dahulu melalui penderitaan. a)
Tuhan memperlengkapi dan menyiapkan orang-orang yang telah Dia pilih dan panggil untuk tugas kepemimpinan itu. Satu-satunya cara adalah penderitaan (Kis. 9:15-16; 14:22). Sebagai alat Tuhan, penderitaan itu adalah baik (Mat. 5:11-12; Rm. 8:28).
b)
Tuhan menyiapkan orang percaya melalui penderitaan itu juga di abad yang akan datang, yaitu sesudah semua orang percaya diangkat ke Surga untuk memerintah bersama dengan Kristus Yesus (Rm. 8:17; 2Tim. 2:12; Wah. 5:10).
3. Musa Musa diberi tugas sebagai pemimpin dan penguasa bangsa Israel oleh Tuhan.
A) Persiapan 1 – Secara duniawi (40 tahun) Kejadian 2:1-15a a)
Di rumah orang tuanya (mungkin 2-3 tahun? – Kej. 2:110). Kesempatan untuk belajar prinsip-prinsip kepercayaan yang sejati.
b)
Di istana Firaun (37-38 tahun? – Kej. 2:11-15a)
Pendidikan yang luar biasa sebagai anak putri Firaun.
6
atau: sewenang-wenang
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
17
Musa sadar tentang keturunannya dan ingin membantu bangsanya – tetapi dengan caranya sendiri. Ia tidak bertanya kepada Tuhan dan tidak mau menunggu Dia. Pendidikan jasmani ini tidak ada gunanya bagi tugasnya di padang gurun – hanya satu saja yang berguna yaitu untuk diizinkan masuk ke dalam istana Firaun sebelum bangsa Israel dimerdekakan.
B) Persiapan 2 – Secara rohani (40 tahun) Kejadian 2:15b-3:1 Musa harus disiapkan dahulu – di padang gurun sebagai gembala domba. • Ia yakin, percaya kepada dirinya-sendiri, berpendidikan tinggi, posisinya yang tinggi, berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (Kis. 7:22), tidak sabar, dan cepat bertengkar. Selama 40 tahun ia harus belajar rendah hati, tidak percaya kepada dirinya sendiri, dan sabar. Ia harus belajar bahwa, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil apa pun, kalau tidak diberikan kepadanya dari Surga.” (Yoh. 3:27) • Oleh sebab itu, Musa tidak pernah ingin membela dirinya sendiri waktu ditampar oleh orang lain. Sebaliknya, ia selalu berdoa kepada Tuhan. “Musa adalah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih daripada setiap orang yang ada di atas muka bumi.” (Bil. 12:3). • Selama 40 tahun yang pertama, Musa berpikir bahwa ia adalah seseorang yang berkuasa. Selama 40 tahun berikutnya, ia belajar bahwa ia adalah seseorang yang tidak mampu apa pun. Selama 40 tahun yang terakhir, ia belajar bahwa hanya Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu.
C) Pelayanan sebagai Pemimpin dan Gembala Umat Tuhan Kejadian 3:2 – Ulangan 34:5 • Ia tidak menginginkannya. Sebaliknya, ia harus dipaksa oleh Tuhan (Kel. 3-4, lihatlah 4:13)! • Musa bukan seseorang yang ahli berpidato (Kel. 4:10-12).
18
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Musa adalah wakil Tuhan di hadapan umat Israel. • Musa dan Harun hanyalah “alat” Tuhan – Dialah yang memimpin! “Engkau menuntun umat-Mu seperti kawanan domba melalui tangan Musa dan Harun” (Maz. 77:20-21) • Musa dan Harun yang bertindak di depan manusia sebagai wakil Tuhan – Tuhan yang mengerjakan (Kel. 15 dan 17) • Musa yang selalu dekat dengan Tuhan dalam doa dan percakapan, ia selalu menerima Firman Tuhan yang ia bisa ia sebarkan kepada bangsa Israel. “TUHAN berbicara kepada Musa muka dengan muka seperti seseorang berbicara kepada sahabatnya.” (Kel. 33:7-11a). “Dan ketika Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, dia menyingkirkan [menyingkapkan] selubung itu sampai ia keluar. Dan sesudah ia keluar, ia menyampaikan (mengatakan) kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.” (Kel. 34:34).
Musa adalah wakil orang Israel di hadapan Tuhan • Musa selalu menjadi penengah bangsa Israel di hadapan Tuhan. Ia mengakui dosa-dosanya dan meminta dosa itu diampuni (Kel. 32:31-32). Ia memihak kepada dosa-dosa mereka sebagai dosa dirinya sendiri, “ampunilah kesalahan dan dosa kami” (Kel. 34:9) Dia mewakili bangsa Israel di hadapan Tuhan. (perwakilan #2) • Musa mencari dan melatih seorang pemimpin pengganti (Ul. 27:15-20).
D) Kelemahan – Kesalahan – Dosa Oleh karena satu dosa yang bersifat sewenang-wenang (kedegilan), Musa tidak diperbolehkan memimpin bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian. Ia kehilangan kepemimpinan, bukan berkat-berkat yang kekal. “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menguduskan Aku di depan mata orang Israel, maka sebab itu kamu tidak akan membawa jemaat ini masuk ke negeri yang telah Kuberikan kepada mereka.” (Bil. 20:12) “...karena kedua kamu telah mendurhaka
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
19
kepada-Ku [tidak taat atas Firman-Ku] di tempat air Meriba.” (Bil. 20:24b) Musa dan Harun tidak melaksanakan kehendak Tuhan di depan bangsa Israel, tetapi kehendak dan keinginan mereka sendiri. Dengan kesewenang-wenangan itu, mereka merendahkan Tuhan dan Firman-Nya. Pada saat seseorang memberontak terhadap kuasa Tuhan dan Firman-Nya, ia kehilangan kuasanya!
4. Yosua Yosua dipanggil oleh Tuhan sebagai pemimpin atau gembala bangsa Israel (Bil. 27:15-18). Sebelumnya, ia dipersiapkan sambil mengikuti dan membantu sang gembala, yaitu Musa. Itu adalah cara yang biasa bagi para gembala atau pemimpin. Lihatlah Timotius yang “telah menolong aku [Paulus] dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya” (Fil. 2:22; 2Tim. 2:2). Sesudah Musa pulang, “hambanya, Yosua bin Nun, seorang yang muda, tidak mundur dari (tidak meninggalkan) kemah itu.“ (Kel. 34:11b). Ia ingin selalu dekat Tuhan dan hadirat-Nya. Yosua dan Musa adalah orang-orang yang sabar. Walaupun mereka harus diam di gurun selama hampir 40 tahun karena dosa orang lain (Bil. 13:14), Musa dan Yosua tetap sabar, tidak marah, dan tidak menggerutu. Mereka membuktikan “roh yang lain” (Bil. 14:24,38) yang ada dalam diri mereka. Oleh karena mereka “dipimpin oleh Roh” (Rm. 8:14), mereka “mematikan perbuatan tubuh” mereka dan “keinginan daging” mereka (Rm. 8:13,7). Yosua adalah “seorang yang penuh roh“ (Bil. 27:15-20). Mengapakah Yosua memerlukan Roh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel? • Memimpin umat Tuhan sama dengan membantu mereka untuk
mengikuti Tuhan sebagai Sang Gembala yang paling utama. • Tuhan selalu ingin memimpin umat-Nya melalui para pemimpin
manusiawi yang diberi kuasa oleh Roh-Nya. • Mereka tidak sempurna! Tetapi mereka dipakai oleh tangan Tuhan
sebagai sebuah alat.
20
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Yosua dan Musa telah menaklukkan diri mereka kepada Tuhan dan “Panglima Balatentara TUHAN” serta Firman-Nya (Bil. 4:27:21; Yos. 1:8; 5:13-15). Ketaatan akan Firman Tuhan adalah syarat-Nya untuk berhasil (Yos. 1:8). Setiap kali waktu Yosua “tidak menanyakan mulut YAHWEH” atau “tidak bertanya kepada TUHAN” (Yos. 9:14, bandingkanlah dengan Hak. 1:1) ia bersama dengan seluruh bangsa Israel yang gagal (Yos. 7 dan 9).
5. Daud Daud hanya menjadi raja karena ia dipanggil dan dijadikan raja oleh Tuhan (1Sam. 9:16; 13:1; 16:1,12). “TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang sesuai dengan hati-Nya” (1Sam. 13:14). (Sebaliknya, Saul adalah seorang raja yang sesuai dengan hati manusia, “...tidak ada seorang pun dari antara bangsa Israel yang lebih elok (tampan) daripadanya; ia lebih tinggi dari pada semua orang...” (1Sam. 9:2). Ini adalah “pemilihan umum” pertama yang terjadi di dalam umat Tuhan. Raja ini yang sesuai dengan hati manusia akhirnya dibuang oleh Tuhan (1Sam. 13 dan 15). “Dan TUHAN telah menetapkan dia sebagai pemimpin atas umatNya.” (1Sam. 13:14). Inilah yang berhasil dari “pemilihan Tuhan”. Seorang nabi sebagai pembawa Firman Tuhan (Samuel, 1Sam. 3:19-21) adalah yang diutus oleh Tuhan untuk menetapkan dan mengumumkan sang pemimpin baru (1Sam. 16). Daud juga dipersiapkan dahulu, sama seperti Yusuf, Musa, dan Yosua. Ia harus belajar dan dilatih dahulu melalui penderitaan yang sulit sebelum ia siap menjadi raja Israel (Rm. 8:17; 2Tim. 2:11-12).
A) Daud sebelum diurapi menjadi Raja Israel Daud masih muda! • Anak bungsu dari delapan anak Isai (1Sam. 16:10-11; 17:14) • “TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang sesuai dengan hati-Nya” (1Sam. 13:14). (Sebaliknya, Saul adalah seorang raja yang sesuai dengan hati manusia, “...tidak ada seorang pun dari antara bangsa
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
21
Israel yang lebih elok (tampan) daripadanya; ia lebih tinggi dari pada semua orang...” (1Sam. 9:2). • “dan TUHAN telah menetapkan dia sebagai pemimpin atas umat-Nya.” (1Sam. 13:14).
Daud adalah gembala bagi domba-domba ayahnya saja (1Sam. 16:11; 17:15) “...Ketika seekor singa atau seekor beruang datang, yang merampas (menerkam) seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, memukulnya, dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Dan apabila dia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya dan memukulnya, lalu membunuhnya. Hambamu ini telah memukul baik singa maupun beruang, dan orang Filistin yang tak bersunat itu akan menjadi sama seperti salah satu dari mereka, karena dia telah mengejek (mencemooh, menghinakan) pasukan Tuhan yang hidup.” (1Sam. 17:34-36). Ia sadar: Tuhan – Bukan saya! (ayat 37). Daud berpengalaman dalam iman – Ia tahu siapakah Tuhan secara praktis!! Walaupun masih muda secara jasmani, Daud telah sangat dewasa secara rohani! Daud telah berpengalaman dengan Tuhan yang Mahakuasa secara praktis dalam kehidupannya. Ia tahu kepada Siapa ia percaya! Misalnya: Goliat dan tentara Filistin (1Sam. 17:8-10, 23-40) Goliat menantang barisan Israel, dan pasukan Israel takut sekali (1Sam. 17:8-10, 23-24). 1.
Daud mempunyai penglihatan rohani terhadap para musuh! “Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan (pasukan) Tuhan yang hidup?” (1Sam. 17:26).
2.
Daud ingin Tuhan dihormati dan dimuliakan!
3.
Daud tak peduli pendapat-pendapat orang lain, bahkan pendapat keluarganya (1Sam. 17:28).
22
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
4.
Daud membesarkan hati umatnya dengan mengarahkan penglihatan mereka kepada Tuhan yang Mahakuasa, tidak kepada kuasa dan kemampuan manusia (1Sam. 17:32). Ia telah mengenal Tuhan secara praktis, yaitu Tuhan yang Mahakuasa!
5.
Daud tidak takut kepada manusia (1Sam. 17:33-37). Kepercayaannya bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan yang ia kenal! ”...'TUHAN, yang telah melepaskan aku dari cakar singa, dan dari cakar beruang, Dia akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.'” (1Sam. 17:37). Daud bukan seorang pemalas, atau seseorang yang belum berpengalaman terhadap Tuhan dan kuasa-Nya: “Orang pemalas berkata, 'Ada singa di jalan, ada singa di tengah jalan raya.'” (Ams. 26:13). Keberanian yang berdasarkan atas iman yang teguh. Tuhan sebagai sumber yang Mahakuasa. Tuhan adalah sumber perlindungannya – bahkan melawan musuh yang sangat besar. Daud mengenal TUHAN secara praktis, karena ia telah berpengalaman denganNya:
6.
• Tuhan sangat ingin dimuliakan di antara umat-Nya – Dia selalu bekerja untuk dihormati, dipuji, dimuliakan, dan diutamakan di atas segala sesuatu. • Goliat mengejek, mencemooh, dan menghina Tuhan • Kesimpulan: Tuhan yang akan mengalahkan Goliat melalui Daud sebagai pelindung kemuliaan Tuhan. Kepercayaannya didasarkan di atas sebuah dasar yang sangat kokoh! Daud tidak percaya kepada senjata-senjata manusiawi (1Sam. 17:38-40; Maz. 33:16-18)
Tempat atau keadaan yang paling aman di seluruh alam semesta ini adalah tempat pekerjaan untuk membela nama Tuhan – bahkan jikalau kita akan mengalami masalah-masalah yang parah di dunia ini!
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
23
B) Daud sebelum dia diangkat sebagai Raja Daud selalu mengakui para penguasa yang sah, bahkan waktu mereka menentang dia sendiri (1Sam. 24:7-8). Daud jatuh dalam suatu dosa yang berat seperti Ham dahulu (Kej. 9:22,24-26): “Janganlah engkau mengutuk [atau: menyumpahi] seorang pemimpin di antara bangsamu” (Kel. 22:27) “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali, kecuali jika ada dua atau tiga orang saksi.” (1Tim. 5:19) Melawan seorang penatua atau gembala adalah dosa yang parah sekali dan berbahaya. Orang yang melakukannya harus ditegur dan ditempelak secara umum, di depan seluruh jemaat. “Tegurlah mereka yang berbuat dosa di depan semua orang, agar orang lain itu takut.” (1Tim. 5:20) “Maka orang lain akan mendengar dan takut sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di antaramu.” (Ul. 19:20)
C) Daud sebagai Raja Sebagai raja, Daud tunduk kepada Tuhan dan Firman-Nya! Daud memahami bahwa ia dijadikan pangeran di bawah Sang Raja di Surga! Ia tidak merasa seperti penguasa yang paling utama, yang tidak harus bertanggung jawab kepada siapa pun. “...ketika Saul sebagai raja1 memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu, 'Engkaulah yang akan menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja pemimpin² (penganjur) atas Israel.” (2Sam. 5:1-2; Ul. 17:15). (Dalam bahasa asli, yaitu Ibrani, kata yang dipakai bagi “raja” Saul (1) adalah “melek”, yang berarti “raja”. Kata yang dipakai bagi “pemimpin” Daud berbeda, yaitu “nagid.” Kata itu berarti “komandan”, “panglima”, atau “pangeran”.)
Salah satu pengingat tentang kebenaran ini adalah peristiwa dengan tabut perjanjian (2Sam. 6). Tuhan ingin dimuliakan, tetapi menurut cara Tuhan – Dialah Sang Raja – Gembala Agung (1Ptr. 5:4) yang paling utama!
24
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Salah satu pengingat yang lain: Waktu Daud ingin mendirikan bagi Tuhan sebuah rumah (bait) dari kayu aras, tetapi Tuhan menolak ide ini (2Sam. 7:7). Tuhan ingin dimuliakan, tetapi menurut cara Tuhan sendiri – Dialah Sang Raja – Gembala Agung (1Ptr. 5:4) yang paling utama!
Daud sadar akan kebenaran yang penting. Umat Israel adalah kawanan Tuhan – Dia yang memilikinya, bukan Daud (Yer. 13:17; Yeh. 34:31. Sama dengan Jemaat-Nya: 1Ptr. 5:2; Kis. 20:28)! Kuasa kepemimpinan adalah suatu tugas yang diserahkan kepada raja Daud. Ia bertanggung jawab kepada Sang Raja Surgawi – Gembala Agung – sebagai bawahan Tuhan! Oleh sebab itu, Daud sadar tentang sifat kepemimpinan itu, yaitu bahwa kawanan Tuhan selalu harus dipusatkan kepada Tuhan dan Firman-Nya! Daud mendengar dan menaati para nabi yang menunjukkan dosa dan kesalahan yang telah ia lakukan. Ia tidak marah, sebaliknya ia mengakui dosa-dosanya dan meninggalkan mereka (2Sam. 12 dan 24; Ams. 28:13). Tentang dosa dengan Batsyeba dan Uria (2Sam. 11:3), Nabi Natan diutus kepadanya (2Sam. 12:1-15) • Daud tidak berdosa seperti raja-raja lain (misalnya Yerobeam, 1Raj. 13:1-4; Asa, 2Taw. 16:7-10). Melainkan, ia langsung bertobat dan menerima akibatnya: “'Aku telah berdosa kepada TUHAN.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.” (2Sam. 12:13-14). Melalui banyak dosa dan kesalahan yang ia lakukan, Daud belajar untuk memerintah dan memimpin dengan baik dan adil. Ia belajar menundukkan diri kepada Tuhan dan Firman-Nya, tidak peduli siapa yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan kepadanya (2Sam. 12:7, 13-15). “Biarlah ia mengutuk! Sebab jika TUHAN telah mengatakan kepadanya: 'Kutukilah Daud', siapakah yang
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
25
dapat berkata: 'Mengapa engkau berbuat demikian?'” (2Sam. 16:7-10) • Daud tidak mencoba memaksa dan menggunakan hak-nya sebagai raja Israel yang sejati! Sebaliknya, ia sabar menantikan Tuhan dan saat yang telah Dia rencanakan (1Sam. 24:7; 26:19), seperti yang telah Daud tuliskan, ∘ “Jiwa kami menantikan TUHAN; karena penolong kami dan perisai kami.” (Maz. 33:20).
Dialah
∘ “Ya, TUHAN! Aku menantikan keselamatan dari pada-Mu, dan aku melakukan perintah-perintah-Mu.” (Maz. 119:166). ∘ “Aku menanti-nantikan TUHAN; jiwaku menanti-nanti dan aku mengharapkan Firman-Nya.” (Maz. 130:5). Kebenaran ini juga dijelaskan oleh penulis lain, misalnya, ∘ “Adalah baik menantikan dengan diam pertolongan [keselamatan] TUHAN.” (Rat. 3:26). ∘ “Dalam ketenangan [tinggal tenang] dan kepercayaan akan ada kekuatanmu.” (Yes. 30:15b).
D) Daud dan Tabut Perjanjian TUHAN (Yer. 3:16) Daud ingin sekali Tabut Perjanjian TUHAN dibawa ke Yerusalem, Mengapa demikian? • “Ya, Gembala Israel, dengarlah; Engkau yang menuntun Yusuf sebagai kawanan domba. Ya, Engkau yang bersemayam di antara kerub, bersinarlah!” (Maz. 80:1,2) “YAHWEH Tsebaot, yang bersemayam di antara kerubkerub” (1Sam. 4:4; 2Sam. 6:2; 2Raj. 19:15; Kel. 25:20-22) • Bukan Daud, tetapi TUHAN adalah Raja Israel! “...sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak Aku untuk menjadi raja atas mereka.” (1Sam. 8:7) • Dengan tabut itu sebagai “takhta Tuhan” di bumi, Daud mengakui dan menyatakan pemerintahan TUHAN atas umat-Nya. Daud benar-benar adalah “seorang yang sesuai dengan hati” TUHAN (1Sam. 13:14).
26
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Waktu Tabut Perjanjian tiba di Yerusalem, Daud dipandang rendah, karena ia merendahkan diri di depan TUHAN – dan juga di depan bangsa Israel (2Sam. 6:16, 20). Semuanya ini dilakukan karena Daud sekali lagi mengakui posisi-nya yang bukan “raja” (“melek”), tetapi “pangeran” atau “pemimpin” (“nagid”) di atas umat milik TUHAN, di bawah Sang Raja itu (2Sam. 6:21). Sangat nyata juga bahwa istri-istri para pemimpin juga harus bersifat rohani (1Tim. 3).
Kesimpulan “Dia memilih Daud, hamba-Nya, dan mengambilnya dari kandangkandang domba. ...untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik pusaka-Nya. Demikianlah dia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.” (Maz. 78:70-72)
II. Perjanjian Baru Prinsip-prinsip kepemimpinan rohani yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama ditegaskan dalam Perjanjian Baru. Rasul-rasul Yesus telah menyatakan prinsip-prinsip itu. Kita diperintahkan untuk menaati baik Tuan Yesus maupun para rasul-Nya (1Ptr. 2:21; 1Kor. 4:16, 11:1; Fil. 3:17; 2Tes. 3:9; Ibr. 13:7).
Rasul-rasul Mereka disahkan dan ditetapkan oleh Tuan Yesus, menurut kehendak Dia saja (Mrk. 3:13-14), “tidak tergantung pada kehendak orang, atau usaha orang, melainkan kepada Tuhan yang merahmati.” (Rm. 9:16). Bacalah Markus 10:37-38,40. Sifat, kualifikasi, wewenang, dan kemampuan – Hanya mereka yang bersifat sebagai hamba (secara harfiah: “budak”) Tuan Yesus yang cakap menjadi pemimpin rohani (Mrk. 10:42-45). Kuasa wibawa diberikan oleh Yesus Kristus kepada mereka yang mengakui-Nya sebagai Tuan dan Raja (Mat. 16:18-19), yang tunduk di bawah-Nya secara mutlak (Mat. 16:21-26; 1Kor. 4:8; Wah. 1:9).
3. Kepemimpinan Rohani – Beberapa Teladan
27
Petrus Petrus disahkan dan ditetapkan oleh Tuan Yesus (Mat. 4:19). Ia diberi tugas untuk menguatkan saudara-saudaranya (Luk. 22:32) dan menggembalakan domba-domba Yesus Kristus (Yoh. 21:15-17). Sifat, kualifikasi, wewenang, dan kemampuan Petrus pada awalnya belum ada. Petrus berpikir bahwa ia lebih cakap dan lebih setia daripada para rasul lain (Mat. 26:33; Yoh. 21:15). Oleh sebab itu, Petrus harus direndahkan dahulu (Mat. 24:74-75; Gal. 2:11). Ia juga harus belajar untuk mengakui dosa-dosanya secara umum dan kepada Tuhan dengan meminta pengampunan dari mulut-Nya.
Timotius Dia disahkan dan ditetapkan oleh karena kehendak Tuhan, dan melalui manusia, seperti Yosua (1Tim. 1:18; 4:14). Sifat, kualifikasi, dan kemampuan Timotius diterima dan dia belajar dari teladan-teladan rohani, seperti Paulus (2Tim. 3:10; 1Kor. 4:17; Fil. 2:19-22). Ia tunduk di bawah para penatua (1Tim. 4:14). Oleh sebab itu, Timotius sendiri menerima kuasa untuk mendorong dan mengajar orang percaya lain (1Tim. 1:3).
4. Para Pemimpin Jemaat Menurut peraturan Firman Tuhan, suatu pelayanan kepemimpinan terhadap suatu jemaat lokal selalu dilakukan oleh mereka yang dikenal sebagai para pemelihara, para penilik, para gembala, atau para penatua. Pada permulaan pelajaran ini, kita harus mengerti beberapa hal penting. Apakah Pemimpin (Penatua, Pemelihara, Penilik) Jemaat itu? Pertama-tama, kita harus membedakan apa yang dimaksud dengan “pemelihara”, “penilik”, atau “penatua” jemaat di dalam Perjanjian Baru dan gelar “uskup“, “kepala sidang“, dan sebagainya7 seperti yang dipakai pada masa ini. Pada masa jemaat para rasul, seorang pemelihara (penilik, penatua) jemaat pada dasarnya adalah salah satu dari beberapa orang Kristen di dalam satu jemaat setempat. Orang tersebut harus telah dewasa imannya; bersama pemelihara lain dia berkewajiban untuk memerhatikan kesejahteraan rohaniah jemaat itu. Sekarang ini, di dalam sistem-sistem gerejawi, “penilik” adalah seseorang terpilih yang berkedudukan tinggi; dia mempunyai banyak jemaat lokal yang ada di bawah kekuasaannya. Albert Barnes mengatakan, “Kata 'penilik jemaat' di dalam Perjanjian Baru tidak pernah berarti apa yang sekarang umumnya dimengerti sebagai seorang uskup atau kepala sidang. Tidak ditunjukkan di sini (di dalam 1 Timotius 3) atau di tempat lain di dalam Perjanjian Baru tentang seseorang yang bertanggung jawab atas sebuah keuskupan, sinode, sidang atau wilayah gerejawi yang terdiri atas suatu daerah tertentu yang juga mencakup sejumlah jemaat dengan pendeta-pendetanya.”8 Di dalam Perjanjian Baru, para pemelihara (penilik, penatua) jemaat bukan suatu kelas yang terdiri atas para pria yang menjadi perantara Tuhan dan manusia. Mungkin ini sebuah peringatan akan adanya keinginan yang dapat timbul di masa depan sehingga Roh Tuhan menyebutkan para penatua (penilik, pemelihara) jemaat pada urutan kedua (bukan pertama), ketika Paulus menulis kepada jemaat di Filipi, “Kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus… bersama para penilik dan para diaken.” (Fil. 1:1). 7 8
Ada bermacam-macam istilah yang dipakai berkenaan dengan para pemimpin jemaat. Barnes, Albert, Notes on the New Testament, (London: Blackie & Son) Vol. VIII, hal. 155.
29
30
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Di dalam Perjanjian Baru, pemikiran tentang kedudukan yang resmi itu tidak ada. Kita ditunjuk untuk melayani dengan rendah hati di antara umat Tuhan dan bukan memiliki kedudukan tinggi dengan gelar-gelar yang menakjubkan. Karena itulah kita membaca, “Orang yang menghendaki [pelayanan] penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” (1Tim. 3:1). Pemeliharaan jemaat adalah suatu pekerjaan, bukan suatu kedudukan yang bergengsi. Akhirnya, kita melihat bahwa kata penilik jemaat, penatua, gembala, pemelihara, dan pendeta menunjuk kepada orang yang sama di dalam Perjanjian Baru. Hal ini dapat ditunjukkan dengan membandingkan ayat-ayat Alkitab yang berikutnya. Di dalam Kisah Para Rasul 20:17, kita menemukan sebuah sebutan yang ditujukan kepada para penatua jemaat. Kata ini sama dengan para pendeta. Di dalam Kisah Para Rasul 20:28, para penatua atau para pendeta juga disebut sebagai para penggembala jemaat. Di sini kata penggembala bisa bermakna pemelihara atau penilik jemaat. Di dalam Titus 1:5, Paulus memerintahkan Titus untuk menetapkan penatua-penatua; dia kemudian langsung (ayat 7) menetapkan syarat-syarat untuk menjadi penilik jemaat. Hal ini menunjukkan bahwa penatua itu sama dengan penilik jemaat. Ada enam Istilah utama yang dipakai dalam Perjanjian Baru, yaitu, presbyteros
πρεσβύ τερος penatua, pemimpin (Kis. 14:23; 1Ptr. 5:1)
episkopos
ἐπίσκοπος penilik, pengawas, pemelihara (Kis. 20:28; Fil. 1:1)
poimēn
ποιμήν, ποιμαίνω gembala, yang menggembalakan (1Ptr. 5:2,4; Kis. 20:28)
oikonomos
οἰκονόμος pengatur, penilik (Tit. 1:7, dll.)
proistēmi
προΐ́στημι pemimpin, yang memimpin (Ibr. 13:7,17)
hēgeomai
ἡγέομαι yang memimpin, yang memberi pimpinan (Rm. 12:8)
5. Wibawa, Kualifikasi dan Kemampuan Para Penatua Sama dengan para pemimpin umat Tuhan pada Perjanjian Lama, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh para penatua jemaat Tuan Yesus, yaitu: a)
Seorang penatua harus dipanggil oleh Tuhan, dan
b)
Seorang penatua harus diberi kuasa dan diperlengkapi oleh Tuhan.
Akan tetapi, sebelum kita mempelajari kedua syarat yang utama ini, marilah kita merenungkan kehidupan dua orang pemimpin rohani yang memenuhi dua syarat ini sebagai teladan bagi kita.
Raja Salomo – Seorang Pemimpin Umat Tuhan yang Dipanggil dan Diberi Kuasa oleh Tuhan Dalam 1 Raja-raja pasal 1, Raja Daud telah menjadi tua dan lemah. Siapakah yang harus menggantikan dia sebagai pemimpin bangsa Israel?
1. Wibawa – Hanya Menurut Kehendak Tuhan saja! Adonia ingin menjadi raja (1:5). Akan tetapi, kedegilan dan kemarahan dibenci oleh Tuhan sama seperti menyembah berhala (1Sam. 15:23). Tuhan sajalah yang memilih dan menetapkan para nabi dan para pemimpin umat-Nya menurut kehendak Dia sendiri saja (Luk. 14:11). Tidak seorang pun yang boleh menjadi pemimpin jemaat-Nya oleh karena keinginannya sendiri. Tidak seorang pun yang boleh menjadi penatua jemaat-Nya oleh karena “dipilih” oleh anggota-anggota jemaat itu. Seorang penatua yang sejati selalu harus ditetapkan oleh Roh Kudus menurut kehendak Tuhan (Kis. 20:28; Mrk. 3:13).
2. Kualifikasi dan Kemampuan – Hanya Tuhan yang Dapat Memberi Wewenang yang Diperlukan Tidak cukup bahwa Salomo dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan, dia juga harus diberi wewenang bagi tugas kepemimpinan itu. Beberapa ciri
31
32
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
khas yang penting dijelaskan dalam 1 Timotius 3 dan 1 Titus 1. Ada juga yang lain.9 Akan tetapi, contoh dan teladan yang sempurna adalah Tuan yesus sendiri (Ibr. 5:5,7-9). Wewenang dan kualifikasi Salomo dijelaskan dalam 1 Raja-raja 2 dan 3 (2Taw. 1:7, 10). Ia perlu memiliki hati yang memahami, berbudi, dan bijaksana (1Raj. 3:9) supaya ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan memutuskan segala hal dengan baik, jujur, dan bijaksana. Salomo tahu, “Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kejijikan bagi TUHAN.” (Ams. 17:15; 28:26). Kebijaksanaan, hikmat, dan pengetahuan ini selalu dimulai dengan takut akan Tuhan (Ams. 1:7; 9:10; 28:28; Maz. 111:10). Ada tiga unsur takut akan Tuhan, yaitu: a)
segala sesuatu tergantung kepada kehendak dan pekerjaan Tuhan,
b)
secara jasmani, kita semua berdosa, bodoh, dan tidak mampu, dan
c)
segala hikmat dan kemampuan harus diminta dari Tuhan yang Mahakuasa (Ams. 4:1-9; Yak. 1:5-8).
3. Salomo Mengasihi Tuhan TUHAN (1Raj. 3:3; 2Taw. 6:14; Kidung Agung)
4. Salomo Mengakui Ketidakmampuannya Ada dua hal yang disadari dan diakui oleh Salomo. Yang pertama, “Maka sekarang, ya TUHAN, Tuhanku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekali pun aku sangat muda dan aku belum berpengalaman.” (1Raj. 3:7) Syarat yang utama untuk menjadi bijaksana adalah: Janganlah “menyangkakan dirinya berlebih-lebih daripada sangka yang patut.” (Rm. 12:3). Supaya mampu sebagai seorang pemimpin umat Tuhan, seseorang harus sadar bahwa tidak ada suatu tugas pun di dalam “rumah Tuhan” yang dapat kita lakukan berdasarkan atas kemampuan kita sendiri! Seorang yang bijaksana tidak percaya atas kemampuan 9
Lihatlah pelajaran yang berikut ini.
5. Wibawa, Kualifikasi dan Kemampuan Para Penatua
33
atau hikmatnya sendiri – bahkan terhadap tugas-tugas kecil sekali pun! “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala jalanmu, maka Dia akan mengarahkan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.” (Ams. 3:5-7). “Siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?” (1Kor. 2:16b). Salomo sadar bahwa, “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk mengira sesuatu sebagai dari diri kami sendiri, melainkan kesanggupan kami dari Tuhan.” (2Kor. 3:5).
5. Salomo Menyadari dan Mengakui akan Tugasnya yang Besar Hal kedua yang disadari dan diakui oleh Salomo adalah, “Maka hambaMu ini adalah di tengah-tengah umat-Mu, yang telah Kaupilih, suatu bangsa yang besar, yang tiada terhitung dan tidak terkira-kira banyaknya.” (1Raj. 3:8). Memimpin suatu umat yang dipilih dan dimiliki oleh Tuhan adalah tugas yang besar. Para penatua harus memimpin dan bertanggung jawab atas jemaat yang telah diperoleh Tuhan dengan darahNya sendiri (Kis. 20:28).
Rasul Paulus – Seorang Pemimpin Jemaat Tuhan yang Dipanggil dan Diberi Kuasa oleh Tuhan 1. Wibawa – Hanya Menurut Kehendak Tuhan saja! Paulus tidak menjadi seorang pemimpin yang besar karena kehendaknya, tetapi karena ia dipanggil oleh Tuhan (Kis. 9:15; 26:16-18; Rm. 1:1; dsb.) dan kemudian ia dijadikan seorang hamba (“budak”) Tuhan. Paulus disahkan dan ditetapkan oleh Tuan Yesus sebagai sebuah “alat yang terpilih” (Kis. 9:15). Hanya oleh karena kehendak Tuhan dia menjadi seorang rasul (Gal. 1:1; Kol. 1:1; 2Tim. 1:1).
34
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
2. Kualifikasi dan Kemampuan – Hanya Tuhan yang Dapat Memberi Wewenang yang Diperlukan! Sifat, kualifikasi, wewenang, dan kemampuan Paulus dipelajari selama 13 tahun lebih, sebelum pelayanannya secara umum. Ia direndahkan supaya kepercayaannya hanya kepada Tuhan dan kuasa-Nya (Kis. 9:118; Ibr. 7:7; Kis. 9:29-30; Gal. 1:14-23; Fil. 3:7-8; 2Kor. 4:7; Kis. 11:25). Seorang pemimpin rohani yang sejati adalah seseorang yang tidak tergila-gila dengan jabatan dan tugas kepemimpinan, tetapi yang dipaksa oleh Roh Kudus dalam jabatan itu – seperti Musa, Daud, dan para nabi Perjanjian Lama. Orang-orang yang ingin menjadi seorang pemimpin rohani (penatua), yang yakin bahwa mereka yang paling mampu, merekalah yang biasanya belum memenuhi syarat untuk jabatan dan tugas itu! Hal ini sama dengan keselamatan: Seseorang yang yakin bahwa ia layak diselamatkan, ia tidak layak untuk diselamatkan! Hanya seseorang yang yakin bahwa dia sama sekali tidak layak dan tidak mampu untuk diselamatkan, yaitu dia yang hanya mengharap dan memercayakan dirinya sendiri kepada Tuan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat yang “telah datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, maka di antara mereka itu, akulah yang paling berdosa” (1Tim. 1:15). “Oleh sebab anugerah Tuhan aku telah menjadi seperti yang aku ada.” (1Kor. 15:10)
3. Rasul Paulus Mengakui Ketidaklayakannya dan Ketidakmampuannya Sambil bertumbuh secara rohani, ia menganggap dirinya sendiri lebih rendah dan tidak cakap. “Karena aku adalah yang paling hina (atau: rendah) dari semua rasul...” (1Kor. 15:9). “Kepadaku yang paling hina di antara semua orang kudus...” (Ef. 3:8). “Kristus Yesus telah datang ke dunia untuk menyelamatkan orang yang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” (1Tim. 1:15).
5. Wibawa, Kualifikasi dan Kemampuan Para Penatua
35
Secara jasmani, ia bukan seorang ahli pidato yang berani dan fasih bicara. “Dan aku telah bersamamu dalam kelemahan dan ketakutan dan dengan sangat gentar. Dan perkataanku maupun pemberitaanku bukan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan...” (1Kor. 2:3-4). “...penampilan tubuhnya lemah dan perkataannya telah dianggap remeh [atau: hina].” (2Kor. 10:10). Janganlah orang-orang yang berbicara secara fasih, yang berkelakuan dengan berani dan penuh dengan keyakinan dan berkarisma yang dianggap sebagai para penatua yang dianugerahkan oleh Tuhan! Dengan cepat kita akan berada di bawah suatu kepemimpinan jasmani! Bacalah Lukas 18:11-12 dan 2 Korintus 10:12. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.” (Yoh. 6:63). Rasul Paulus telah menyadari bahwa seorang pemimpin harus menyatakan buah Roh yang sejati dalam hidupnya (Gal. 5:22-23). Buah Roh yang sejati ini hanya bertumbuh dari suatu kehidupan yang baru (Yoh. 3:3) yang remuk, dan yang “bangkrut” secara rohani (Mat. 5:3; Yer. 17:9; Mrk. 7:21-23). Jikalau tidak demikian, “buah” itu dipalsukan dan tidak akan tahan lama. Paulus benar-benar seorang teladan bagi semua pemimpin rohani!
6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua “Keperluan yang paling utama yang diperlukan oleh para jemaat adalah para gembala yang hidup secara kudus!” (William MacDonald) “Ciri khas yang paling penting bagi para gembala jemaat Yesus adalah kedewasaan rohani yang telah diuji dengan tahan uji.” (Benedikt Peters)
Kita telah menyadari tentang dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh para penatua jemaat Tuan Yesus, yaitu, a)
Seorang penatua harus dipanggil oleh Tuhan10, dan
b)
Seorang penatua harus diberi kuasa dan diperlengkapi oleh Tuhan.
Tanda dan ciri khas para penatua jemaat sejati serta pelayanan mereka menurut Firman Tuhan sangat jelas. Pokok-pokok utama tentang hal itu dapat kita temukan dalam lima nas Perjanjian Baru, yaitu 1 Korintus 16:15-18, 1 Tesalonika 5:12-13, 1 Timotius 3:1-7, Titus 1:5-9, dan 1 Petrus 5:1-3. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa kedua daftar tersebut berisi beberapa syarat yang harus dipenuhi, tetapi syarat-syarat tersebut tidaklah cukup! Dua nas ini mengajarkan tentang kehidupan sehari-hari dan tentang kesaksian dari orang di luar jemaat lokal. Namun, ada orang yang belum diselamatkan, yang hidup menurut syarat-syarat ini. Ada satu bagian kehidupan lain yang juga harus sesuai dengan syarat-syarat Tuhan, yaitu motivasi dan sumber daya yang memungkinkan dan menguasai suatu kehidupan sebagai seorang penatua. Nas-nas seperti 1 Tesalonika 5:12-13 dan 1 Petrus 5:1-3 mengajarkan banyak hal tentang bagian hidup ini. Jadi, kehidupan sehari-hari dan kepercayaan pribadi seorang laki-laki harus memenuhi syarat-syarat Alkitabiah.
10 Dibicarakan dalam pelajaran no. 8 berikut ini.
37
38
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
I. Karakter dan Sifat Pribadi Seorang Penatua 1.
Pertama-tama, seorang penatua tidak menerima tugas dan pelayanan ini dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Tuhan. ▶ Pelajarilah 1 Petrus 5:2, 1 Timotius 3:1, dan 1 Korintus 16:15.
2.
Dia tidak menerima tugas dan pelayanan ini karena ia mau mencari keuntungan pribadi, tetapi dengan pengabdian diri dan ketulusan hati. Suatu keinginan untuk menjadi seorang penatua karena kepercayaan pada diri-sendiri, kebanggaan, keinginan untuk dihormati, dsb. selalu membatalkan seseorang melakukan pelayanan sebagai gembala dan penatua ini! ▶ Pelajarilah 1 Petrus 5:2.
3.
Dia tidak ingin menjadi yang terkemuka di antara para anggota jemaat lokal tersebut, tetapi ia menyadari bahwa jemaat lokal itu mengalami suatu kekurangan jikalau pelayanan kepemimpinan ini tidak dilakukan. ▶ Pelajarilah 3 Yohanes 1:9 dan Titus 1:5
4.
Seorang penatua jemaat harus tidak bercacat, tidak ada kesalahan. Nama dia harus bebas dari celaan. Tidak berarti bahwa dia harus tidak berdosa (karena setiap manusia itu berdosa), tetapi dia harus tidak bercacat. Jika ada sebuah dakwaan dari pihak umum terhadap dia dan dapat dibuktikan dengan benar, dia seharusnya menahan diri supaya tidak menjabat tugas-tugas sebagai seorang penatua jemaat. 2 Timotius 3:2-7 menjelaskan pokok-pokok utama yang berkaitan dengan syarat ini, yaitu “tidak bercacat”. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2, 3:7, Titus 1:6-7, 1 Korintus 11:1, 1 Petrus 1:15-16, 2 Korintus 7:1, dan 2 Timotius 3:2-7.
5.
Dia harus bersikap waspada dan dapat menahan diri. Ia harus dapat menguasai dirinya sendiri. Ia haruslah seorang laki-laki yang tidak berbuat sesuatu secara berlebihan. Beberapa orang lebih cenderung merasa kesulitan untuk tidak bertindak secara berlebihan. Mereka selalu mengarahkan diri kepada perbuatan yang terlalu ekstrem. Priapria seperti ini boleh berada di dalam jemaat, tetapi mereka tidak boleh menjadi pada penatua jemaat. Seseorang yang waspada dan menahan diri tahu kepada siapa ia percaya dan dari siapa ia telah
6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua
39
diajar (2Tim. 1:12, 3:14). Oleh sebab itu, ia bersikap waspada dan dapat memutuskan secara rohani, obyektif, seimbang, dan berani. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2 dan Titus 1:8. 6.
Penatua harus bijaksana atau mempunyai pikiran yang sehat. Dia harus membuktikan hal tersebut melalui kehidupannya bahwa kekristenan bukanlah suatu hiburan yang menyenangkan, bukan pula sesuatu hal yang sepele. Para penatua bergumul dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Seorang penatua yang bijaksana tidak mengikuti setiap ajaran atau kecenderungan yang baru dan modern, tetapi ia berjuang demi mempertahankan berita Firman Tuhan dan berita Injil yang hanya satu kali untuk selama-lamanya dikaruniakan kepada orang percaya (Yud. 1:3). ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2.
7.
Dia harus seseorang yang sopan. Terjemahan yang lebih tepat dari kata κόσμιος (kosmios) ini adalah tertib. Cara hidup sembrono atau ceroboh tidak pantas untuk seseorang yang akan melayani di dalam rumah Tuhan yang tertib. Seorang penatua harus tertib dalam seluruh kehidupannya, yaitu cara bagaimana ia berpakaian, makan dan minum, berbicara, dsb. Ia selalu harus tertib, tenang, sabar, sopan, berdisiplin, pantas, tidak dikenal sebagai seorang yang rakus atau yang suka tidur. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2.
8.
Dia harus suka memberi tumpangan,11 dan suka menerima tamu dengan bermurah hati. Rumahnya harus selalu terbuka untuk umat Tuhan. Rumahnya harus selalu seperti rumah Lazarus, Maria dan Marta di Betania. Yesus senang sekali berada di sana. Jelas juga bahwa istrinya harus bersifat yang sama. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2 dan Titus 1:8.
9.
Dia harus seorang yang tidak kecanduan anggur atau minuman keras, yang berarti bukan seorang pemabuk. Dia haruslah seseorang yang tidak suka berpesta-pora dengan minum minuman keras. Dua hal ini berhubungan erat. Pria mana pun yang tidak dapat mengontrol dan mengendalikan selera dan nafsunya sendiri tentu saja tidak layak mendapatkan tempat terpercaya di dalam jemaat.
11 keramah-tamahan
40
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:3 dan Titus 1:7. 10. Dia harus seseorang yang tidak pemarah, dan tidak pemberang. Ia tidak boleh suka berkelahi, tidak boleh angkuh dan keras kepala, tidak sewenang-wenang, dan tidak degil. Dia haruslah seseorang yang tidak suka ribut dan tidak suka bertengkar, yaitu seorang pendamai. Artinya secara harfiah adalah bahwa dia tidak boleh menggunakan kekerasan kepada orang lain. Misalnya, memukul seorang pelayan Tuhan adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan jabatan penatua. Ia juga tidak boleh “memukul dengan lidahnya” atau dengan kata-kata yang ia bicarakan (Yer. 18:18). Ia tidak boleh marah kalau menghadapi suatu kesalahan yang ia lakukan (2Taw. 26:16-19). Beberapa pria siap bertengkar dengan cepat dan berdebat tentang masalah-masalah yang kecil. Tidaklah demikian bagi para penatua jemaat. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:3 dan Titus 1:7. 11. Dia harus sabar, ramah, lemah lembut, baik dan lembut hati, dan tidak suka menggunakan kekerasan kepada orang lain. Sifat-sifat ini berlawanan dengan seorang pemarah atau pemberang. Tuan Yesus adalah seorang yang lemah lembut. Seorang hamba (“budak”) tidak lebih tinggi daripada Tuannya. Kelemah-lembutan dan kesabaran mungkin bukan sifat-sifat yang baik di dalam dunia ini, tetapi sifat-sifat itu merupakan sifat-sifat baik yang masih berharga di dalam Kerajaan Tuhan. Seorang penatua harus selalu “mengalahkan kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:17,21). ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2-3. 12. Dia tidak boleh rakus akan uang dan tidak boleh mencintai uang, tidak tamak, dan tidak mencari laba yang keji. Para penatua jemaat sejati mengerti bahwa uang harus digunakan untuk memuliakan Tuhan dan memajukan kepentingan Tuhan. Orang Kristen yang tamak dan rakus adalah orang yang hidupnya sangat bertentangan dan berlawanan dengan kehendak Tuhan. Dia pun tidak boleh iri hati dan puas dengan harta yang ia terima. Iri hati berarti menginginkan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Sikap iri hati itu merupakan suatu bentuk penyembahan berhala karena hal itu menempatkan kehendak hati seseorang di atas kehendak Tuhan ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:3, Titus 1:7, Maz. 119:36, 1 Timotius 6:6, dan Keluaran 6:6.
6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua
41
13. Dia harus seseorang yang mencintai apa yang baik. Ia harus mencintai Tuhan lebih daripada seseorang atau sesuatu yang lain supaya ia akan selalu melayani tanpa prasangka, tanpa takut akan seseorang, pemerintah, keluarganya, atau budaya (Ayub 32:21-22). ▶ Pelajarilah Titus 1:8 dan 1 Timotius 5:21. 14. Dia harus adil dan jujur. ▶ Pelajarilah Titus 1:8. 15. Dia harus saleh dan kudus. ▶ Pelajarilah Titus 1:8 dan 1 Timotius 5:1-2.
II. Karakter dan Sifat Seorang Penatua terhadap Keluarga 1.
Tidak hanya seorang penatua dan kehidupannya sendiri yang harus terbuka dengan panggilannya, tetapi “seluruh keluarganya” juga. ▶ Pelajarilah 1 Korintus 16:15
2.
Dia harus menjadi suami dari satu-satunya istri. Kebanyakan orang mengartikan syarat ini bahwa seorang penatua jemaat haruslah seseorang yang menikah. Syarat ini adalah sebuah larangan terhadap poligami12 atau homoseks yang menjadi seorang penatua. ▶ Pelajarilah Titus 1:6.
3.
Penatua harus mengatur keluarganya dengan baik sebagai kepala keluarga yang sejati. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:4-5.
4.
Kalau dia sudah mempunyai anak-anak, mereka harus tunduk dengan hati yang sungguh-sungguh dan menghormatinya. Anak-anaknya harus dididik untuk menaati dan menghormatinya. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:4-5.
5.
Beberapa dari anak-anaknya seharusnya percaya kepada Tuan Yesus Kristus. Menurut teks asli, tidak semua anaknya yang harus diselamatkan, tetapi beberapa dari antara mereka. Manusia tidak mampu menjadikan seseorang percaya, tetapi fakta bahwa ada anakanak yang percaya adalah tanda pengenal tentang kualitas pendidikannya.
12 Seorang laki-laki yang beristri lebih dari seorang, atau yang menikah sesudah dicerai.
42
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
▶ Pelajarilah Titus 1:6. 6.
Anak-anaknya tidak dikenal sebagai anak berandal, tidak terlibat dalam keributan, sukar dikendalikan, atau hidup tidak tertib. Kebutuhan akan syarat ini jelas sekali karena “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Tuhan?” (1Tim. 3:5). ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:4-5 dan Titus 1:6.
7.
Istri seorang penatua harus seseorang yang terhormat dan sopan. Ia harus bukan seorang pemfitnah, tidak suka bergunjing, dan harus menahan dirinya sendiri. Ia juga harus setia dan dipercayai dalam segala hal. Ciri-ciri khas ini diberikan baik bagik istri seorang penatua maupun istri seorang diaken. Jelas bahwa istri-istri ini juga harus suka memberi tumpangan, dan suka menerima tamu dengan bermurah hati, sama seperti suaminya. ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:11, 3:2
III. Karakter dan Sifat Seorang Penatua terhadap Jemaat 1.
Dia bukan seseorang yang baru bertobat, yang baru dilahirkan kembali, dan yang masih baru dalam imannya. Hal ini dinyatakan secara tidak langsung di dalam nama penatua. Kematangan rohani itu penting. Seorang pria mungkin saja tua dalam umurnya, tetapi tidak memenuhi syarat sebagai penilik jemaat karena kurangnya pengalaman sebagai seorang Kristen sejati. Dan sebaliknya (misalnya Daud, 1 Samuel 17:34-37). Yang menjadi bahaya adalah orang yang masih baru dalam imannya akan menjadi sombong, bermegah, dan jatuh ke dalam hukuman Iblis. Iblis sendiri telah jatuh ke dalam hukuman pada saat ia menjadi sombong dan bermegah (Yeh. 28:14-17). Sebuah pohon harus terlebih dahulu mengalami kekurangan air dan angin topan sehingga akar-akarnya bertumbuh kuat dan mendalam (Yer. 17:7-8; 1Sam. 17:34-37). ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:6.
2.
Dia harus telah mengabdikan dirinya sendiri untuk melayani orangorang kudus. • Pertama, ia harus telah “melayani”, yang mengerjakan dan mem-
bantu orang percaya lain sebagai seorang hamba.
6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua
43
(“Hamba” secara harfiah berarti “budak”. Kata “melayani” dalam bahasa asli13 berarti “melayani seorang tuan sebagai budaknya”).
Ia bukan seorang yang ingin dilayani, yang suka memerintah orang lain, atau yang hanya suka mengecam (Yoh. 13:4-17). • Kedua, ia harus melayani orang percaya supaya hanya kehendak
Tuhan digenapi. Oleh karena itu, ia tidak harus selalu menyenangkan semua hati orang percaya atau menyenangkan semua hati orang-orang yang belum diselamatkan. • Ketiga, ia harus telah mengabdikan dan menyerahkan dirinya
sendiri untuk melayani orang kudus secara suka rela, siap sedia, dan dengan senang hati. Pelayanan ini biasanya dilakukan di samping pekerjaan duniawi-nya. Seorang penatua harus berjerih lelah dan bekerja dengan rajin dalam pelayanan jemaat (1Tes. 5:12). Merekalah yang bekerja lebih daripada anggota-anggota lainnya, sama seperti Paulus yang “telah lebih banyak berjerih lelah daripada mereka semua” (1Kor. 15:10). Ia tidak bekerja supaya ia dihormati, tetapi karena kehendak Tuhan dan kemuliaan-Nya. • Keempat, hanya mereka yang bekerja keras dan berjerih lelah dalam
Tuhan yang dapat memimpin sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengikuti teladan Tuan Yesus (Luk. 22:27; Yoh. 5:41, 2:17). Segala kepemimpinan dalam jemaat Tuhan harus dilakukan sebagai hamba (“budak”), pembantu, dan dengan “menjadi teladan bagi kawanan domba” (1 Ptr. 5:3). Sebagai teladan, mereka harus rendah hati, berani, beriman, menahan diri, mengasihi, dan hidup secara kudus dengan menyatakan buah roh (Gal. 5:22-24), sama seperti Tuan Yesus (1 Yoh. 2:6). Hanya seorang pemimpin seperti ini adalah seorang penatua yang sejati. • Kelima, ia biasanya telah melayani sebagai seorang “yang rela me-
lakukan apa saja yang perlu, meskipun hal itu adalah hal yang sepele.” Paulus (Kol. 1:24), Epafroditus (Fil. 2:29-30), dan Tuan Yesus (Yes. 63:5) adalah orang yang seperti ini. Seseorang yang tidak rela melayani seperti ini belum layak untuk menjadi seorang penatua. • Keenam, pelayanannya telah “menyegarkan roh” orang kudus lain-
nya, yaitu orang percaya lain dihibur. Seorang penatua adalah suatu 13 δουλεύω – douleuo
44
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
alat dalam tangan Tuan Yesus, dan Dialah yang menyegarkan orang percaya lainnya. Seorang penatua menundukkan orang percaya lain kepada kehendak Tuhan dan tidak kepada kehendak dirinya sendiri melalui pelayanan dan teladannya. Dengan cara ini, mereka diberi sentosa dan kelegaan (Mat. 11:28-30; 2Kor. 1:24; 1Kor. 9:19). ▶ Pelajarilah 1 Korintus 16:15-18, 1 Tesalonika 5:12-13, dan 1 Petrus 5:2. 3.
Seorang penatua jemaat harus tidak bercacat sebagai pengatur rumah Tuhan dan mempunyai nama serta kesaksian yang baik pula dari mereka yang di luar jemaat.
4.
Seorang penatua harus cakap mengajar. Meskipun mungkin dia bukanlah seorang pengajar berbakat yang hebat, tetapi dia masih harus cukup pandai menjelaskan dan memakai Firman Tuhan agar dapat membantu jemaat Tuhan dalam menangani masalah-masalah yang timbul. Dia harus cakap mengajar, menegur, memperbaiki, dan mendidik orang kudus dalam kebenaran dengan memakai ajaran yang sehat dari Firman Tuhan, sehingga mereka diperlengkapi untuk setiap pekerjaan baik dan menjalani hidup mereka dengan menyatakan buah roh (2Tim. 3:16-17; Gal. 5:22-24).
▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:7 dan Titus 1:7.
▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:2. 5.
Dia harus memegang teguh Firman Tuhan, yaitu ajaran yang benar, yang terpercaya, dan yang sesuai dengan ajaran yang sehat. Ia harus menafsirkan, mengajarkan, dan menjelaskan Firman Tuhan sesuai dengan Firman Tuhan – tidak sesuai dengan kebudayaan, kebiasaan, tradisi, mode, atau pendapat seorang pengkhotbah yang terkenal. Ia harus berpegang pada ajaran dan kepercayaan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan, yaitu satu kali untuk selama-lamanya kepada umatNya (Yud. 1:3b). Ia harus seseorang yang mempertahankan dan membela iman Kristen yang sejati (Yud. 1:3b). ▶ Pelajarilah Titus 1:9.
6.
Dia harus sanggup dan berani menasihati orang lain berdasarkan Firman Tuhan. ▶ Pelajarilah Titus 1:9.
7.
Dia harus sanggup menunjukkan kesalahan dan menegur mereka yang menentang ajaran yang benar, oleh karena kasih kepada
6. Tanda dan Ciri Khas Para Penatua
45
saudara-saudari seiman dan pemeliharaan tentang kawanan domba Tuhan. ▶ Pelajarilah Titus 1:9. 8.
Dia harus memimpin “domba-domba”, yaitu jemaat lokal dengan menjadi teladan bagi mereka, tidak dengan memerintah atas mereka. “Kawanan domba” itu bukan milik para penatua, tetapi milik Tuhan “yang telah Dia dapatkan melalui darah-Nya sendiri” (Kis. 20:28). Para penatua bertanggung-jawab atas jemaat lokal dan atas cara pelayanan mereka. ▶ Pelajarilah 1 Petrus 5:3, Titus 1:7, 1 Yohanes 2:6, dan 1 Korintus 11:1.
IV. Karakter dan Sifat Seorang Penatua di hadapan Dunia Dia harus mempunyai nama dan kesaksian yang baik dari mereka yang di luar jemaat, yaitu di tengah-tengah masyarakat. Dunia harus tahu bahwa dia adalah seorang pria yang mempunyai watak dan integritas seorang Kristen. Oleh sebab itu, ia harus tidak bercacat sebagai pengatur jemaat Tuhan, seperti Timotius (Kis. 16:1-3). ▶ Pelajarilah 1 Timotius 3:7 dan Titus 1:6-7.
V. Hal-hal yang Tidak Diperintahkan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1.
Firman Tuhan tidak mengatakan bahwa penatua jemaat haruslah seorang pendeta yang ditahbiskan.
2.
Firman Tuhan tidak mengatakan bahwa dia harus mempunyai sebuah gelar universitas atau sekolah tinggi.
3.
Firman Tuhan tidak mengatakan bahwa dia haruslah seorang pengusaha yang sukses.
4.
Firman Tuhan tidak mengatakan bahwa dia haruslah salah satu dari anggota jemaat yang paling tua.
5.
Tidaklah penting apakah dia itu orang terkemuka di lingkungan masyarakatnya atau tidak.
6.
Tidak ada satu hal pun yang disebutkan tentang penampilan pribadinya.
46
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
7.
Seorang yang bungkuk, miskin, seorang penyapu jalan pun dapat menjadi penatua di dalam jemaat Tuhan.
Tidak diragukan lagi bahwa salah satu penyakit terbesar di dalam jemaat pada zaman sekarang ini adalah penghargaan kepada pria-pria sebagai penatua yang tidak memenuhi syarat-syarat rohaniah. Karena dia telah sukses di dalam bisnis, dia diangkat sebagai pemimpin di dalam jemaat, meskipun dia mungkin hanya mempunyai sedikit kesalehan atau tidak mempunyainya sama sekali. Akibatnya adalah segala sesuatu dapat dibeli dengan uang dan tidak adanya kekuatan rohani.
(Lihatlah penjelasan pada bab 7 no. 2 [halaman 50])
7. Mustahil! Mustahil bagi seseorang agar sesuai dengan semua ciri khas tersebut secara mutlak, bukan? Benar, berdasarkan atas kekuatan dirinya sendiri, tak seorang pun mampu! Belum pernah ada seseorang yang memenuhi syarat-syarat itu dengan sempurna – kecuali Tuan Yesus. Akan tetapi, kita diperintahkan agar ada penatuapenatua yang ditetapkan di setiap jemaat lokal, supaya tidak ada “kekurangan” (Tit. 1:5). Bahkan di pulau Kreta, walaupun “Orang Kreta selalu menjadi para pembohong, binatang buas yang jahat, orang gelojoh yang malas.” (Tit. 1:12). Kalau perintah ini sah bagi para jemaat di Kreta, pasti ada laki-laki di dalam jemaat lokal kita yang dapat ditetapkan sebagai penatua. Ada beberapa hal yang penting:
I. Kelompok Penatua – Bukan Hanya Satu Orang Saja! a) Kepenatuaan Jemaat lokal – jemaat Perjanjian Baru – selalu dipimpin oleh beberapa penatua. “Setelah mereka [rasul-rasul] menetapkan penatua-penatua bagi mereka di setiap jemaat itu...” (Kis. 14:23) “...supaya engkau mengatur hal-hal yang masih kurang, yaitu menetapkan penatua-penatua di setiap kota seperti yang telah kupesankan kepadamu.” (Tit. 1:5) Pelajarilah ayat-ayat berikut ini, yaitu Kisah Para Rasul 11:30; 20:17; 20:28; 21:18; Filipi 1:1; 1 Timotius 4:14; Ibrani 13:7,17; Yakobus 5:14; dsb. Tidak pernah dikatakan dalam Perjanjian Baru bahwa suatu jemaat dipimpin oleh salah satu penatua (atau “pendeta”) saja – kecuali Diotrefes yang memerintah jemaat lokal itu sendiri sebagai seorang diktator (3Yoh. 1:9-10).
47
48
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Jadi, jikalau ada lebih dari satu orang yang diperintahkan sebagai pemimpin atau penatua jemaat lokal, maka artinya, dua orang penatua merupakan jumlah yang paling sedikit saja!
b) Maksud dan Rencana Tuhan Setiap orang percaya sejati diberi anugerah oleh Tuhan dengan sedikitnya satu macam karunia, seperti yang Tuhan kehendaki. Maksud karunia-karunia ini untuk membangun jemaat dan anggotaanggotanya (1Kor. 14:12,26).14 “Seluruh tubuh [jemaat] sedang disusun rapi dan diikat bersama melalui pelayanan semua anggotanya, sesuai dengan daya kerja tiap-tiap anggota; Dia sedang mengerjakan pertumbuhan tubuh bagi kebangunan diri-Nya sendiri dalam kasih.” (Ef. 4:12-16). Untuk memperlengkapi para anggota jemaat bagi pekerjaan pelayanan dalam jemaat lokal, Tuhan memberikan laki-laki tertentu yang Ia anugerahi dengan karunia-karunia khusus (Ef. 4:11-12). Tidak setiap orang dianugerahi dengan karunia yang sama. Tetapi bersama, sebagai kelompok kepemimpinan, mereka diperlengkapi dengan semua karunia yang diperlukan. Kalau kelompok itu tidak lengkap, maka ada kekurangan bagi seluruh jemaat! Hal ini sama dengan ciri khas para penatua. Semua penatua masing-masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Akan tetapi, kalau ada suatu kelompok kepenatuaan yang lengkap, mereka saling memperlengkapi dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan mereka masing-masing. Sangat penting bahwa setiap jemaat lokal harus dipimpin oleh suatu kelompok kepenatuaan yang lengkap, sebagai suatu kesatuan! Karena regu kepenatuaan itu dianggap sebagai suatu kesatuan, sangat jelas bahwa segala keputusannya harus dengan suara bulat, secara bersama.
14 Pelajarilah dengan lebih dalam dengan me makai buku kami yang berjudul Roh Kudus dan Karunia-karunia-Nya oleh W. MacDonald, J. Gibson, B. Peters, dan A. Seibel. Buku ini bisa didapatkan secara gratis melalui situs internet www.sastra-hidup.net.
49
7. Mustahil!
Gereja Tradisional
Jemaat Perjanjian Baru
Seorang pendeta sebagai satusatunya pemimpin dan pelayan.
Kelompok kepenatuaan sebagai para pemimpin untuk memperlengkapi para anggota bagi pelayanan.
50
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
2. Tuhan yang Akan Memperlengkapi “Hai saudara-saudara, aku tidak menganggap diriku sendiri telah menangkapnya, tetapi satu hal yang kulakukan, aku mengabaikan apa yang telah di belakangku dan menjangkau kepada apa yang di depanku...” (Fil. 3:13-14) Rasul Paulus sadar bahwa dia belum sempurna (Rm. 7). Oleh sebab itu, dia menginginkan Yesus Kristus menjadi nyata, menjelma, dan dicitrakan di dalam kehidupannya sama dengan di dalam kehidupan setiap orang percaya (Gal. 4:19). Paulus selalu berusaha supaya “buah Roh” lebih dinyatakan di dalam kehidupannya (Gal. 5:22-25). Satu-satunya jalan untuk menuju kekudusan dan kesempurnaan ini adalah dengan memelihara suatu hubungan yang akrab dengan Tuan Yesus Kristus. “Tinggallah di dalam Aku [Yesus], dan Aku di dalam kamu; sama seperti ranting tidak dapat menghasilkan buah dari dirinya sendiri jika dia tidak tinggal di dalam pokok anggur, demikian pula kamu tidak berbuah, jika kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yoh. 15:4) Tinggal di dalam Tuan Yesus Kristus berarti bahwa Dialah yang hidup di dalam kita. Apakah Dia benar-benar hidup di dalam Anda? Ujilah diri Anda sendiri: • “Menurut Kamu, siapakah Aku [Yesus] ini?” (Mat. 18:15) • “Siapa yang terbesar?” (Mat. 18:1) • “Berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?” (Mat. 18:21) • “Apakah engkau mengasihi Aku [Yesus]?” (Yoh. 21:15-17) • Apakah engkau “lebih berbahagia memberi daripada menerima?”
(Kis. 20:33-35) Kalau orang percaya hidup “di dalam Tuan Yesus”, akar-akar rohaninya akan bertumbuh ke dalam dan akan diperkuat. Sebagai hasilnya, ciri khas seorang penatua akan bertumbuh. Tuan Yesus benar-benar hidup di dalam orang itu.15
15 Lihatlah gambaran pada bab 6 no. V [halaman 46]
8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan
I. Dipanggil dan Ditetapkan oleh Tuhan Seorang pria hanya boleh menjadi seorang penatua yang telah dipanggil oleh Tuhan dan ditetapkan oleh Roh Kudus! Keinginan pribadi dan cita-cita seseorang yang ingin menjadi seorang penatua dalam jemaat dibenci oleh Tuhan. Semangat, kesibukan, dan kebaikan seseorang dalam jemaat tidaklah cukup. Setiap pelayanan dan setiap tugas harus diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang tertentu, menurut kehendak Dia saja. Musa sangat berpengalaman. Akan tetapi, ia tahu bahwa hanya Tuhan yang mengenal hati semua orang (Kis. 1:24). Hanya Tuhan-lah yang memanggil dan memperlengkapi orang-orang tertentu sesuai dengan kehendak-Nya (1Kor. 12.11). Hanya Roh Kudus-lah yang dapat membuat seseorang menjadi penatua (Kis. 20:28), Tuhan yang memilih dan menetapkannya, bukan jemaat lokal tersebut. Oleh sebab itu, ia meminta Tuhan berkaitan dengan penggantinya (Bil. 27:15-17). Sama dengan Timotius yang menjadi pengganti Rasul Paulus (1Tim. 5:22,24-25). “Namun, Roh yang satu dan yang sama mengerjakan semuanya ini dengan membagi-bagikan kepada tiap-tiap orang secara khusus sebagaimana dikehendaki-Nya.” (1Kor. 12:11). Kewajiban jemaat hanyalah untuk menegaskan keputusan Tuhan (Kis. 13:3; 1Tes. 5:12). Jemaat tidak memanggil dan mengutus mereka kepada pelayanan khusus itu! Hanya Roh Kudus Tuhan-lah yang mengutus dan menyuruh mereka (Kis. 13:4; 20:28).
II. Tiga Alat yang Diberikan oleh Tuhan sebagai Petunjuk Alat-alat yang diberikan oleh Tuhan supaya kita bisa menemukan orangorang yang Ia telah tetapkan, membuat kita sangat malu. Semuanya 51
52
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
mengingatkan kita bahwa kita hanya bergantung kepada Tuhan dalam segala sesuatu. Tuan Yesuslah satu-satunya kepala dan pemimpin yang terutama. Hanya Dialah jaminan kita. Kita harus sabar. Kita harus menantikan Dia dan keputusan-Nya. Kita harus sabar untuk menunggu sampai Dia berbicara, sampai Dia menegaskan atau membuang seseorang. Tiga alat utama itu adalah:
a) Firman Tuhan Ciri khas para penatua jemaat sejati dan pelayanan mereka menurut Firman Tuhan sangat jelas. Pokok-pokok yang utama dapat kita temukan dalam lima nas Perjanjian Baru, yaitu 1 Korintus 16:15-18, 1 Tesalonika 5:12-13, 1 Timotius 3:1-7, Titus 1:5-9, dan 1 Petrus 5:1-3.16 Akan tetapi, seluruh Firman Tuhan sanggup untuk memberi hikmat kepada kita dan untuk mendidik kita dalam kebenaran (2Tim. 3:15-17). Semua orang dalam Firman Tuhan diberikan sebagai bahan pelajaran bagi kita. Teladan-teladan yang ditunjukkan pada pelajaran No. 3 dan 5 di dalam buku ini hanyalah sebagai beberapa contoh saja. Kita harus mempelajari seluruh Firman Tuhan sambil berdoa bahwa Tuhan akan memberikan hikmat dan pengertian tentang para penatua yang Ia telah pilih.
b) Doa Semua orang percaya yang diberikan kepada kita sebagai teladanteladan biasanya mendoakan keputusan-keputusan mereka. Para rasul berdoa tentang seseorang yang seharusnya menggantikan Yudas, “Ya Tuhan, Engkaulah pengenal hati semua orang, tunjukkanlah siapa yang Engkau telah pilih dari kedua orang ini.” (Kis. 1:24). Musa pun mendoakan keputusan tentang penggantinya kepada Tuhan (Bil. 12:8; Ul. 34:10), karena Musa mengenal Tuhan dengan sangat akrab (Bil. 27:15-18). Mereka lebih percaya kepada Tuhan daripada kepada pengalaman dan hikmat mereka sendiri. Hanya Tuhanlah yang mengenal hati seseorang. Mereka tahu bahwa ciri khas dan kualitas yang bisa diperiksa harus ditegaskan oleh Tuhan, karena kadang-kadang hal itu mungkin menipu. 16 Lihatlah pelajaran No. 6
8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan
53
“Seperti air itu mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.” (Ams. 27:19) “Kalau ia ramah, janganlah percaya padanya, karena tujuh kekejian ada dalam hatinya. Walaupun kebencian diselubungi dengan tipu daya, kejahatannya akan nyata dalam jemaat.” (Ams. 26:25-26)
c) Waktu Firman Tuhan dan doa diperlengkapi dengan suatu ciri khas yang lain: Seorang diaken atau seorang penatua harus diuji dahulu (1Tim 3:10) “untuk mengetahui mereka yang [telah] berjerih lelah [atau: bekerja keras] di antara kamu, dan yang memimpin kamu di dalam Tuhan, dan yang memperingatkan [atau: menegor] kamu” (1Tes. 5:12). Seorang penatua harus “telah menetapkan [atau: menyerahkan] diri mereka sendiri kepada pelayanan bagi orang-orang kudus.” (1Kor. 16:15). Khususnya pada saat-saat yang sukar dan sulit keadaan inilah yang menyatakan hati dan kemampuan seseorang. “Jika engkau tawar hati pada hari kesukaran, maka kecillah kekuatanmu.” (Ams. 24:10). “Dosa beberapa orang menjadi nyata sekali... tetapi dosa beberapa orang lain menjadi nyata kemudian.” (1Tim. 5:24). Kita harus menunggu dengan berdoa dan sabar sampai Tuhan menyatakan para laki-laki yang telah Dia pilih dan tetapkan. Akan tetapi, kita tidak boleh menunggu sampai selama-lamanya. Kita tidak akan pernah menemukan laki-laki yang sempurna dalam segala hal! Kalau Tuhan telah menetapkan beberapa orang kudus sebagai para penatua, jemaat harus mengakui dan menyatakan mereka. Roh Kudus-lah yang menetapkan para penatua jemaat.
III. Siapa yang Menetapkan Para Penatua Itu? a) Tuhan – Roh Kudus Tuhan (Roh Kudus) yang menetapkan para penatua jemaat (Kis. 20:28).
b) Orang Percaya Kemudian, sementara mereka bertugas, jemaat mengenali dan mengakui mereka sebagai para penatua jemaat yang ditunjuk secara
54
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
surgawi. Tugas jemaat adalah untuk menemukan dan mengakui mereka yang telah dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. “Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: 'Pisahkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.'” (Kis. 13:2) Kewajiban jemaat tersebut hanyalah untuk menegaskan keputusan Tuhan itu (Kis. 13:3; 1Tes. 5:12). Jemaat tidak memanggil dan mengutus mereka kepada pelayanan khusus itu! Hanya Roh Kudus Tuhan yang mengutus dan menyuruh mereka (Kis. 13:4; 20:28). Akan tetapi, siapa yang menyatakan keputusan Roh Kudus?
c) Siapa yang Menunjukkan Para Penatua? Pada masa Kisah Para Rasul, para Rasul atau para petugas mereka yang menetapkan para penatua bagi jemaat-jemaat baru. “Setelah ditetapkan para penatua bagi mereka di setiap jemaat, mereka berdoa dengan puasa, dan menyerahkan mereka kepada Tuhan...” (Kis. 14:23). Jikalau para Rasul tidak bisa hadir, ada petugas yang mereka utus. “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta supaya engkau mengatur halhal yang masih kurang, yaitu menetapkan penatua-penatua di setiap kota seperti yang telah kupesankan kepadamu.” (Tit. 1:5) Tidak ada suatu “pemilu” (pemilihan umum) yang diadakan. Tidak ada suatu angket atau jajak pendapat para anggota yang diadakan. Contoh atau perintah lain tidak ada dalam Perjanjian baru. Oleh sebab itu, kesimpulannya adalah jemaat lokal tidak diberikan hak untuk memilih atau memutuskan para penatua menurut selera mereka sendiri. Bahkan, para anggota jemaat hanya diperintahkan untuk mengakui dan menghormati mereka yang memimpin dalam Tuhan (1Tes. 5:12). Cara memilih dan menetapkan para pembantu jemaat (“diaken”) berbeda dengan cara penetapan para penatua. Merekalah yang seharusnya dicari dan dipilih oleh para anggota jemaat, menurut kualifikasi rohani mereka (Kis. 6:3-5). Akan tetapi, para penatua yang telah dipilih oleh Tuhan selalu ditetapkan oleh para hamba (“budak”) Tuhan yang ditugaskan oleh-Nya bagi tugas khusus ini. Dalam jemaat-jemaat yang baru didirikan, para penatua yang pertama selalu ditetapkan oleh mereka yang diutus
8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan
55
untuk menolong mendirikannya (“rasul,” “misionaris,” “pendiri jemaat,” “cp” [“church planter”], dsb.), atau kerja-sama mereka yang dipakai untuk memenuhi tugas itu, misalnya Titus. Seperti Paulus, merekalah yang pindah ke sebuah kota untuk menolong mendirikan sebuah jemaat baru, mengajar dan memperlengkapi orang kudus di sana, menetapkan para penatua sebagai kepemimpinan jemaat itu. Itulah tugas yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan. Sesudah langkah yang terakhir itu, mereka pindah ke kota lain dan memulai suatu pelayanan baru. Sama seperti yang dilakukan oleh teladan mereka, rasul Paulus. Sesudah suatu jemaat lokal seperti itu memiliki para pemimpin (penatua), para rasul (misionaris, pendiri jemaat) hanyalah memiliki hak dan tugas sebagai penasehat atau penolong saja. Mereka menolong dan menasehati mereka dari luar, dengan menulis surat-surat, berbicara lewat telepon, atau kadang-kadang mengunjungi mereka. Sama seperti yang selalu dilakukan oleh rasul Paulus. Sebelum para penatua yang pertama ditetapkan, seluruh jemaat lokal diajar dengan teliti tentang kepemimpinan rohani jemaat Tuan Yesus. Mereka belajar prinsip-prinsip dari Firman Tuhan dengan berdoa tentang kepemimpinan jemaat mereka dengan waktu yang lama. Oleh sebab itu, orang kudus yang saleh akan menemukan lakilaki yang telah bekerja, yang telah melayani, yang telah menyerahkan dirinya sendiri kepada pelayanan itu, dan yang punya kecenderungan untuk memenuhi tanda atau ciri khas seorang penatua. Oleh sebab itu, orang kudus yang saleh pun akan tidak terlalu heran tentang orangorang yang dinyatakan sebagai para penatua. Tuhanlah yang menetapkan para penatua, dan Tuhan pun yang akan berbicara kepada hati kita semua, kalau kita terbuka kepada Dia dan Firmannya, dengan sabar belajar Firman-Nya dan mendoakan hal kepenatuaan ini. Di dalam rumah Tuhan hanya ada satu-satunya kehendak, dan satu-satunya pendapat yang benar, bagi kemuliaan Tuhan saja.
d) Generasi yang Berikutnya Sesudah suatu jemaat lokal telah dipimpin oleh para penatua, mereka harus mulai mencari dan melatih beberapa orang percaya yang masih muda, sama seperti Paulus melatih, memuridkan, dan menguji
56
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Timotius. Kadang-kadang, para penatua bersama dengan para anggota jemaat harus memakai Firman Tuhan dengan doa dan kesabaran untuk menemukan siapa, dan kapan, seorang kudus lain seharusnya ditambahkan ke tim penatua, oleh karena dia telah dipilih oleh Tuhan. Akan tetapi, tidak boleh seorang diktator (seperti Diotrefes, 3Yoh. 9-10), dan golongan yang paling besar pun (secara demokratis, seperti dalam 1Kor. 3:4) yang boleh memutuskan hal yang telah diputuskan oleh Tuhan. Kewajiban ini sangat penting bagi setiap jemaat lokal, tetapi sering tidak dipelihara, atau bahkan dihindari oleh para penatua. Hal ini dapat berakibat parah untuk seluruh jemaat lokal itu! Kewajiban ini janganlah dilupakan! Tuan Yesus adalah Sang Penguasa dan Gembala Agung jemaat-Nya (1Tim. 6:15-16)!
IV. Jagalah Kebenaran Tentang Jemaat Tuan Yesus! Setiap jemaat lokal masing-masing merupakan suatu gambaran dan pernyataan baik dari jemaat universal, maupun dari “berbagai ragam hikmat Tuhan”.
Setiap jemaat lokal diberikan suatu tugas dan maksud yang luar biasa, yaitu “memberitakan kekayaan Kristus yang tak mengerti, dan memberi penerangan pada setiap orang... supaya sekarang melalui jemaat diberi-
8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan
57
tahukan berbagai ragam hikmat Tuhan kepada penguasa-penguasa dan pemerintah-pemerintah di alam surgawi, sesuai dengan maksud abadi yang telah Dia tetapkan dalam Kristus Yesus, Tuan kita.” (Ef. 3:8-11). Segala sesuatu yang dilakukan dalam suatu jemaat lokal harus sesuai dengan maksud dan tujuan itu! Sifat dari hubungan di antara suatu Jemaat lokal dan Tuan Yesus adalah suatu hubungan yang langsung. Hubungan ini digambarkan dalam Wahyu, “...tujuh kaki dian17 emas, dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia... Ketujuh kaki dian itu adalah ketujuh jemaat.” (Wah. 1:12-13, 20).
17 atau: kaki pelita
58
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Prinsip Alkitabiah ini telah dibuang oleh kebanyakan jemaat di dunia. Akan tetapi, kalau kita mengasihi Tuan dan Juruselamat kita, yaitu Yesus Kristus, kita menginginkan prinsip-prinsip yang Dia berikan untuk diikuti, dan kebenaran-kebenaran tentang Dia dan jemaat-Nya dinyatakan. Oleh sebab itu, hubungan yang langsung di antara jemaat lokal dan Tuan Yesus sebagai satu-satunya kepala (Ef. 5:23) harus dinyatakan dengan cara penetapan para penatua. • Tidak ada seorang pun dari luar jemaat yang diperlukan untuk
menetapkan dan “meresmikan” para penatua yang baru. Jemaat lokal itu hanya harus mengakui penetapan mereka yang telah dilakukan dalam Surga. Tidak ada keperluan “seorang besar” untuk memberikan kuasa dan wibawa kepada mereka. Oleh karena hubungan dan pertanggungan jawab yang langsung di antara suatu jemaat lokal dan Tuan Yesus, hal ini dapat dilakukan oleh para anggota jemaat yang tertentu.
Paus Uskup
Sinode Yayasan GK-XYZ
8. Bagaimana Caranya Para Penatua Ditemukan dan Ditetapkan
59
• Tidak ada seorang pun dari luar jemaat yang diizinkan menetapkan
dan “meresmikan” para penatua yang baru. Jikalau kita meminta seseorang dari luar jemaat lokal yang “lebih berkuasa” atau “lebih tinggi” (seperti seorang uskup, ketua sinode, kepala sidang, kepala yayasan, dsb.), kita merusak prinsip Perjanjian Baru yang sangat berharga ini, yaitu bahwa setiap jemaat lokal masing-masing berhubungan secara langsung dengan Tuan Yesus. Oleh karena hubungan dan tanggung jawab yang langsung di antara suatu jemaat lokal dan Tuan Yesus, hal ini harus dilakukan oleh anggota-anggota jemaat yang tertentu. • Tidak ada tata cara atau upacara khusus yang harus dilakukan
untuk menetapkan para penatua yang baru. Firman Tuhan tidak membicarakan tentang hal ini. Kita hanya diberitahukan apa yang dilakukan dalam suatu kasus yang mirip: “...berkatalah Roh Kudus: 'Khususkanlah Barnabas dan Saulus untuk pekerjaan [atau: tugas] yang telah Kutentukan bagi mereka.' Kemudian setelah berpuasa dan berdoa dan meletakkan tangan atas kedua orang itu, mereka mengutus mereka.” (Kis. 13:2-3). “Setelah ditetapkan para penatua bagi mereka di setiap jemaat, mereka berdoa dengan puasa, dan menyerahkan mereka kepada Tuhan...” (Kis. 14:23). Akan tetapi, semua hal yang dilakukan untuk mengakui para penatua secara umum, baik hal-hal yang besar maupun yang kecil, haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip jemaat dan harus menyatakan kebenaran-kebenaran tentang jemaat Tuan Yesus.
9. “Jagalah Dirimu Sendiri” Tugas dan Tanggung Jawab Para Pemimpin Jemaat (1) 18
“Jadi, jagalah dirimu sendiri dan jagalah seluruh kawanan itu, yang di antaranya kamu ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik 19, untuk menggembalakan jemaat Tuhan yang telah Dia dapatkan dengan darah-Nya sendiri.” (Kis. 20:28) Dorongan ini (Kis. 28:28-30) penting sekali. Karena para penatua jemaat di Efesus tidak menaatinya dengan terus-menerus, maka kita mengetahui dari sejarah bahwa ada banyak masalah yang terjadi di Efesus (1Tim. 1:3-7,19-20; 6:20-21; Wah. 2:2). Setiap orang gembala (penatua, pemimpin) menjadi teladan bagi seluruh jemaat lokal, yaitu: a)
ia menjadi teladan yang baik yang mendorong para domba kepada kebaikan dan kekudusan, atau...
b)
ia menjadi teladan yang jelek yang mendorong para domba kepada dosa, keduniawian, dan kebinasaan.
Cara hidup, cara berpikir, dan kesalehan setiap orang yang memimpin dan menggembalakan “kawanan” jemaat lokal memengaruhi seluruh jemaat serta para anggotanya. Seorang gembala harus bertanggung jawab atas pelayanan, pekerjaan, dan cara hidupnya kepada Tuhan (Ibr. 13:17; lihatlah 1Kor. 3:11-15). Tuan Yesus telah menjelaskan kebenaran tentang sumber dari segala kekuatan, kepemimpinan, dan keberhasilan, yaitu suatu hubungan yang akrab dan tetap seorang percaya dengan Diri-Nya sendiri (Yoh. 15:1-11). Renungkanlah: Pada zaman Perjanjian Lama, setiap Raja bangsa Israel diperintahkan untuk a)
menulis seluruh Firman Tuhan bagi dirinya sendiri, dan
18 Beberapa catatan sebagai pedoman untuk mempelajari Firman Tuhan secara pribadi. 19 penatua, pemimpin, gembala
61
62
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
b)
membacakan Firman Tuhan sepanjang hidupnya, supaya dia akan berhasil dengan memimpin umat Tuhan (Ul. 17:18-19).
Raja Salomo memperingatkan para pemimpin: “...aku dijadikan penjaga kebun-kebun anggur, maka kebun anggurku sendiri tidak kujagai.” (Kid. 1:6b).
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu” Tugas dan Tanggung Jawab Para Pemimpin Jemaat (2) 20
“Jadi, jagalah dirimu sendiri dan jagalah seluruh kawanan itu, yang di antaranya kamu ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik, untuk menggembalakan jemaat Tuhan yang telah Dia dapatkan dengan darah-Nya sendiri.” (Kis. 20:28) Tugas untuk menjaga atau menggembalakan sebuah kawanan jemaat lokal dapat dijelaskan seperti ini: 1.
Memimpin orang kudus jemaat lokal.
2.
Memelihara orang kudus jemaat lokal.
3.
Melindungi orang kudus jemaat lokal.
Supaya tugas dan pelayanan bagi kawanan jemaat lokal dapat dilakukan secara rohani, dengan baik, dan terus-menerus, para gembala harus... 4.
Memperhatikan sifat jemaat dan sifat pelayanan mereka.
5.
Melayani sebagai suatu kesatuan kepemimpinan.
6.
Berjaga-jaga tentang perlengkapan tim para penatua serta para pengganti.
I. Memimpin Orang Kudus Para pemimpin adalah orang-orang “yang memimpin” (hegeomai, Ibr. 13:7) dan “yang menjadi pengawas” pada jemaat, “yang mengatasi” jemaat, atau “yang menjadi penilik” jemaat (episkope, 1Tim. 3:1-7). • Mereka harus merawat dan memiliki suatu kemampuan untuk
selalu menyadari dan memahami “gambaran besar” dan konteks secara rohani dari segala sesuatu sehingga dapat memutuskan halhal yang mempunyai pengaruh atas seluruh jemaat lokal. 21 20 Catatan-catatan sebagai pedoman bagi pelajaran Firman Tuhan secara pribadi. 21 Sebaliknya, seorang diaken (1Tim. 3:7-10) adalah seseorang yang bekerja sebagai utusan para penatua, yaitu dalam nama mereka.
63
64
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
• Para penatua harus memimpin para anggota jemaat kepada Tuhan,
yaitu untuk menghadapi Tuhan (Kel. 19:17). • Hanya orang-orang yang mendahului kawanan domba itu. Dia
harus menjadi teladan22 dalam iman dan teladan dalam kehidupannya yang saleh dan kudus (1Tim. 4:12; 1Ptr. 5:3). Para penatua sendiri harus hidup di hadapan Tuhan dengan sempurna (Kej. 17:1) dengan menaati kehendak Tuhan. Tuan Yesus telah menjadi teladan yang paling sempurna dalam hal ini. • Para penatua harus mampu, siap, dan berani untuk menegur dan
memperingatkan mereka yang hidup dengan tidak tertib atau tidak kudus (1Tes. 5:14). • Para penatua diperintahkan untuk menghiburkan mereka yang
tawar hati dan membimbing, menolong, dan menasihati mereka yang lemah secara rohani (1Tes. 5:14; lihatlah 1Kor 4:14). Hal ini harus dilakukan dengan memakai “ajaran yang sehat”, “firman yang menyehatkan, yang dari Tuan kita Yesus Kristus” (1Tim. 6:3), yang berdasarkan atas Firman Tuhan saja (Tit. 1:9; 2:1, 7). Oleh sebab itu, mereka harus membaca dan mempelajari Firman Tuhan dan berdoa sebagai suatu gaya hidup yang terutama, supaya mereka diberikan hikmat, kebijaksanaan, dan pengetahuan ilahi. • Para penatua harus menyatakan apa yang salah, menegur dengan
segala kewibawaan, dan memberikan nasihat apa pun jika ada yang bertentangan dengan iman (2Tim. 4:2; Tit. 1:13; 2:15, 3:10-11). Mereka yang tidak dapat memelihara ajaran yang baik, sehat, dan benar harus ditegur, dinyatakan bersalah, dan perlu dinasihati. Para penatua harus “berjuang demi iman yang sudah sekali untuk selama-lamanya disampaikan kepada orang-orang kudus.” (Yud. 1:3). Iman dan kepercayaan itu harus dipertahankan oleh mereka. Dengan cara ini, mereka harus berpegang teguh pada firman yang setia berdasarkan pengajaran itu, sehingga mereka sanggup menasihati orang dengan pengajaran yang sehat itu, dan sanggup menempelak mereka yang menentang atau melawan (Tit. 1:9).
22 Lihatlah bab berikut ini!
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
65
II. Memelihara Orang Kudus “Gembalakanlah kawanan domba Tuhan yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, melainkan dengan sukarela, sesuai dengan kehendak Tuhan, dan jangan dengan mencari keuntungan, melainkan dengan ketulusan hati. Juga bukan sebagai yang mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, melainkan dengan menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1Ptr. 5:2-3) Kata “menggembalakan” (poimaino) berasal dari kata “gembala” (poimên). Apa yang harus dilakukan oleh para gembala selain memimpin kawanan domba? Apa yang harus mereka lakukan untuk “menggembalakan” kawanannya dengan baik? • Para penatua harus memberikan makanan kepada kawanan
domba, jemaat Tuan Yesus (1Ptr. 5:2; Kis. 20:28), yaitu rumput yang sehat dan air yang murni. Mereka melakukan hal ini dengan menyampaikan Firman Tuhan sesuai dengan ajaran yang sehat, sesuai dengan “iman yang sudah sekali untuk selama-lamanya disampaikan kepada orang-orang kudus.” (Yud. 1:3). Hal ini tidak harus berarti pelayanan di depan umum, tetapi mungkin saja dengan berkunjung dari rumah ke rumah. • Para penatua diperintahkan untuk membantu para anggota yang
lemah secara jasmani (1Tes. 5:14) “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: 'Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.'” (Kis. 20:35). Konteks dalam ayat ini secara tidak langsung menyatakan bahwa para penatua harus siap membantu mereka yang membutuhkan dengan memberikan sesuatu kepada mereka. Hal inilah yang menarik. Daripada mencari nafkah dari kawanan domba, para penatua justru seharusnya membagikan nafkah kepada para domba mereka.
66
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
III. Melindungi dan Menjaga Orang Kudus Para penatua harus menjaga dan melindungi kawanan mereka dari guruguru palsu dan dari ajaran yang jahat, yang tidak sesuai dengan ajaran “yang sudah sekali untuk selama-lamanya disampaikan kepada orangorang kudus.” (Yud. 1:3; 2Tim. 4:2; Tit. 1:9, 13; 2:1, 3:10-11). “Jadi, jagalah dirimu sendiri dan jagalah seluruh kawanan itu, yang di antaranya kamu ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik23, untuk menggembalakan jemaat Tuhan yang telah Dia dapatkan dengan darah-Nya sendiri. [Bahaya dari luar] Maka, aku tahu bahwa setelah aku pergi, serigalaserigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dengan tidak menyayangkan kawanan itu. [Bahaya dari dalam] Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul orang-orang, yang berbicara hal-hal yang menyesatkan24 untuk menarik murid-murid mengikut mereka. Oleh sebab itu waspadalah25, dengan mengingat bahwa tiga tahun lamanya, siang dan malam, aku tidak pernah berhenti menasihati tiap-tiap orang dengan air mata.” (Kis. 20:28-31). Untuk memenuhi tugas ini, para penatua harus berani. Mereka harus siap dibenci, dicemarkan, atau difitnah oleh orang-orang yang ditolak, bidat, guru palsu, atau orang di luar jemaat. Jadi, mereka harus selalu siap menderita bagi nama Tuan Yesus. Ingatlah: “Seorang hamba tidaklah lebih besar daripada Tuannya. Jika mereka telah menganiaya Aku, maka mereka pun akan menganiaya kamu.” (Yoh. 15:20). “Cukuplah bagi seorang murid bahwa dia menjadi sama seperti gurunya, dan bagi seorang hamba menjadi seperti tuannya. Jika Tuan rumah itu disebut Beelzebul, betapa lebih lagi segala orang isi rumahnya!” (Mat. 10:24-25). Sama seperti Paulus, para penatua pun harus siap melayani “ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, atau sebagai yang dipercayai” (2Kor. 6:8).
23 penatua, pemimpin, gembala 24 atau: ajaran palsu 25 atau: berjaga-jagalah
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
67
IV. Perhatikanlah Sifat Jemaat! Para penatua harus senantiasa mengingatkan sifat jemaat. Jemaat Tuhan adalah tempat Tuhan berdiam, sebuah persatuan orang-orang kudus, dan sebuah organisme yang tidak berasal dari dunia ini. Jemaat Tuan Yesus, ... • bukan sebuah perkumpulan orang-orang yang memiliki ke-
pentingan yang sama. • bukan sebuah perusaha-
an yang harus dipimpin menurut prinsip-prinsip ekonomi. • bukan sebuah organisasi
gerejawi yang tersusun secara hirarki. Oleh sebab itu, ... • para penatua tidak boleh
melayani karena terpaksa. Pelayanan ini harus dilakukan dengan sukarela dan dengan hati yang siap sedia. • para penatua tidak boleh
bekerja untuk memperoleh keuntungan duniawi. Bukan karena ingin mencari nafkah, keuntungan, atau hormat dan nama yang terkenal. Akan tetapi, hanya karena pengabdian diri. • para penatua yang mengikuti Tuan Yesus tidak boleh membuat
seolah-olah berkuasa atas warisan Tuhan. Seorang penatua bukan seorang diktator, seorang pemberi tugas, atau seorang atasan, melainkan gembala yang harus menjadi contoh dan teladan bagi kawanan dombanya. Seorang penatua harus ingat bahwa Sang Gembala yang Baik tidak mengemudikan domba-domba-Nya, tetapi Dia memimpin mereka. Setiap gembala harus melakukan hal yang sama. Dari sudut pandang manusia, kekuasaan dalam jemaat sangat lebih mudah dipusatkan pada kekuasaan manusia, sehingga perintah-perintah dapat dikeluarkan dari
68
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
markas besar dan kepatuhan merupakan suatu kewajiban. Namun, Tuhan tidak menghendaki hal yang demikian.
V. Perhatikanlah Sifat Pelayanan dan Tanggung Jawab Seorang Penatua! Tugas, tanggung jawab, dan hak untuk bertindak para penatua selalu terbatas kepada jemaat lokal tertentu saja. Firman Tuhan sangat jelas dalam kebenaran ini. • Seorang penatua tidak pernah boleh ikut campur urusan suatu
jemaat lokal lainnya, kecuali dia diundang untuk membantu atau menasihati. • Para penatua dari suatu jemaat yang besar, atau suatu jemaat yang
sudah lama ada, tidak pernah mempunyai hak atau kuasa apa pun atas jemaat-jemaat lain yang lebih kecil, atau yang lebih muda! • Tidak pernah ada suatu “jemaat pusat” yang mengawasi atau men-
jaga jemaat-jemaat lain! Para penatua suatu jemaat lokal tertentu tidak pernah mempunyai hak sebagai “paus”, “uskup besar”, “kepala sinode”, atau “kepala yayasan” yang mengawasi, mengatur, menjaga, atau memerintah jemaat-jemaat lokal lainnya! • Para penatua selalu langsung bertanggung jawab kepada Tuan
Yesus saja. Jangan pernah mencuri hak Tuan Yesus terhadap jemaat-Nya ini!
VI. Melayani Sebagai Suatu Kesatuan Kepemimpinan a) Suatu Kesatuan Para penatua suatu jemaat lokal selalu merupakan suatu kesatuan. Mereka selalu melayani dengan satu suara, sebagai satu tim. Oleh sebab itu, mereka harus selalu hidup akrab dengan Tuhan, dan sabar sampai mereka semua yakin tentang kehendak Tuhan. Sangat jelas bahwa segala keputusan harus diputuskan dengan suara bulat, secara bersama. Prinsip pemilihan atau demokrasi tidak berlaku dalam jemaat Tuan Yesus! Setiap keputusan harus dilakukan dengan 100% persetujuan. Jikalau semua penatua setuju dalam suatu hal, mereka bisa sepenuhnya yakin bahwa mereka dipimpin oleh Roh Kudus.
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
69
Ada beberapa alasan yang nyata jikalau semua penatua belum setuju dalam suatu hal tertentu, yaitu: a)
kehendak Tuhan dalam hal yang khusus itu belum ditemukan. Masih ada hal yang harus dipikirkan, direnungkan, dibicarakan, dan didoakan. Kadang-kadang pendapat “minoritas” adalah yang benar, kadang-kadang pendapat “mayoritas”, kadang-kadang semua penatua salah dengan pendapat pertama mereka.
b)
waktu untuk memutuskan suatu hal yang khusus belum siap.
c)
Tuhan menguji dan melatih para penatua supaya mereka sabar dengan menunggu dan percaya akan pimpinan Tuhan.
Misalnya, Raja Saul gagal dalam hal ini. Ia gagal dalam memajukan pekerjaan yang baik dari putranya, Yonatan. Sebaliknya, pekerjaan Yonatan dihalangi oleh Raja Saul (1Sam. 14).
b) Ketergantungan Setiap Penatua kepada yang Lain dan kepada Tuhan Tidak seorang pun dari tim kepenatuaan itu dapat bertindak sendiri. Tidak ada seorang “kepala kepenatuaan” atau “penatua utama”. Jangan pernah menjadi seperti “Diotrefes yang ingin menjadi kepala atas mereka” (3Yoh. 1:9). Para penatua tidak pernah berdiri sendiri. Keputusan mereka sebagai kelompok yang lengkap adalah keputusan yang sesuai dengan sifat dan tugas kepenatuaan jemaat. Segala sesuatu harus disetujui dan diputuskan oleh semua penatua, dan semua anggota kepenatuaan itu sama. Akan tetapi, tidak seorang penatua pun boleh menghalangi suatu hal yang harus dilakukan, hanya karena ia tidak mau, atau tidak berani. Kalau suatu prinsip atau perintah Alkitabiah itu sudah jelas, penerapannya tidak boleh dihindari. Khususnya kalau ada suatu tindakan dosa dalam kehidupan seorang anggota jemaat, “tindakan pendisiplinan” yang diperintahkan dalam Firman Tuhan 26 tidak boleh ditunda atau dihalangi. Seorang penatua yang bertindak demikian ini secara nyata adalah seseorang yang mengganggu kesehatan rohani tubuh jemaat dan ikut 26 Lihatlah daftarnya pada Bab 12 Nr. III
70
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
serta dalam dosa tersebut. Jialau demikian, para penatua lain wajib untuk melaksanakan “tindakan pendisiplinan” Alkitabiah terhadap penatua tersebut!27 Setiap penatua harus sadar bahwa ia akan ditanyai oleh Tuannya tentang tugas dan pelayanan yang ia terima dari Tuan Yesus. Setiap penatua bertanggung jawab atas setiap keputusannya – apakah ia mungkin terlalu cepat dan tidak menunggu kepemimpinan Tuhan seperti Raja Saul, atau apakah ia tidak berani untuk memilih tindakantindakan yang tidak populer, tidak sesuai dengan budaya, atau bahkan dilarang oleh pemerintah. Setiap penatua bertanggung jawab secara pribadi kepada Sang Kepala Jemaat, yaitu jemaat yang telah Dia dapatkan dengan darahNya! Tuan Yesus akan menilainya, yaitu apakah dia adalah seorang hamba (“budak”) yang setia – atau bukan.
c) Percaya kepada Kesetiaan Tuhan dan Bertindak Sebagai Kesatuan yang Dipimpin-Nya Kebenaran Tuhan tentang suatu kepemimpinan jemaat yang terdiri dari beberapa penatua menolong dan menjamin bahwa mereka saling memperlengkapi, saling mengoreksi, atau saling memperlambat atau bahkan saling menghentikan, jikalau diperlukan. Para penatua harus percaya dengan tetap dan tegas bahwa Tuhan adalah yang Mahakuasa dan yang Setia, yang akan mengerjakan halhal yang kita doakan, jikalau hal itu sesuai dengan kehendak-Nya. Para penatua harus tetap jalan dan tegas menurut keyakinan mereka yang diberikan oleh Tuhan dan Firman-Nya, bahkan jikalau seluruh jemaat lain menolaknya. Renungkanlah Yosua. Hampir seluruh umat Tuhan bersungutsungut dan memberontak terhadap Musa, Harun, Kaleb, dan Yosua. Umat itu menghendaki mereka dilontari dengan batu sampai mati. Akan tetapi, Yosua dan temannya tetap teguh dalam keyakinan mereka yang diterima dari Tuhan (Bil. 13 dan 14).
27 Bacalah penjelasan dalam Bab 12 Nr. III
71
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
VII.Doa dan Firman Tuhan a) Pelayanan Doa Sebagai Tim Kepemimpinan dan Secara Pribadi Jelas bahwa ada suatu prioritas yang paling utama bagi para penatua, yaitu doa. Mereka harus bertemu secara rutin, mungkin sekali seminggu, khususnya untuk berdoa bersama. Apa yang harus didoakan mereka? Para anggota jemaat dan pokok-pokok mereka sendiri, baik yang bersifat jasmani maupun yang rohani. Selain itu, semua hal tertentu yang berkaitan dengan jemaat lokal harus didoakan. Pelayanan doa ini, yang tidak ditunjukkan adalah dasar yang diperlukan bagi setiap pelayanan para penatua yang berhasil! “Manusia memandang penampilan yang kelihatan, tetapi TUHAN memandang hati28.” (1Sam. 16:7b) • Seorang yang tidak berdoa tidak dapat menjaga! Para penatua harus
hidup sebagai para pendoa, akrab dengan Tuhan, sama seperti Musa. Tugas untuk menjaga tidak pernah dapat dipisahkan dari tugas untuk berdoa! Bacalah perintah dalam Matius 26:41 dan Efesus 6:18! Setiap penatua harus menjadi “seorang pendoa”. • Seorang penatua harus memiliki pengalaman dalam berdoa serta
menerima jawaban dari doa-doanya! (Yoh. 16:24) • Seorang penatua harus mencari dan mengenali kehendak Tuhan
tentang hal-hal tertentu melalui doanya (Mat. 6:19). Bacalah di atas No. IV. c) Akrab dengan Tuhan. • “Doa orang yang benar, ketika bersungguh-sungguh hati, memiliki
kuasa yang besar.” (Yak. 5:16b). • Semua pemimpin umat Tuhan yang setia adalah orang yang berdoa!
28 atau: batin
∘ Musa
(Kel. 32; Bil. 11; 12; 16; 21)
∘ Yosua
(Yos. 7)
∘ Samuel
(1Sam. 7; 8; 12)
∘ Daud
(Maz. 3; 4; 5, dll.; 1Sam. 23; 30; 2Sam. 5)
72
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
∘ Nehemia
(Neh. 1; 9)
∘ Para Rasul
(Kis. 1; 2; 4, dll.)
∘ Paulus
(Kis. 9; Ef. 1; 3, dll.)
• Teladan yang paling besar, Sang Gembala yang Baik, Tuan Yesus,
adalah teladan seorang pendoa yang paling menantang (Luk. 3:21; 5:16; 6:12; 9:18, 28; 11:1; 22:32, 41; 23:34).
b) Mengetahui Firman Tuhan Apakah sulit, tugas ini? Tidak, melainkan benar-benar mustahil! Seorang penatua yang sejati sadar atas kemustahilan ini. Oleh sebab itu, seorang penatua yang sejati dan setia tahu bahwa dia dan pelayanannya bergantung kepada Tuhan sepenuhnya. Dia tahu bahwa segala pimpinan, hikmat, dan kebijaksanaan harus didapat dan diterima dari Tuhan. “Di luar Aku [Tuan Yesus] kamu tidak dapat melakukan apa pun.” (Yoh. 15:5b) Oleh sebab itu, para penatua harus mendengar suara Tuhan lebih dari semua anggota yang lain. Hal ini berarti bahwa setiap penatua harus menjadi “seseorang Firman Tuhan”, yang terus menerus membaca, mempelajari, merenungkan, dan memakai Firman Tuhan dalam doa. Semua pemimpin umat Tuhan yang setia adalah orang-orang seperti Yosua (Yos. 1:8) dan Daud (Maz. 1 dan 119, dll.).
c) Akrab dengan Tuhan Melalui Firman-Nya dan Doa “TUHAN berbicara kepada Musa muka dengan muka, seperti seorang berbicara kepada sahabatnya. ...hambanya, Yosua anak Nun, seorang yang muda, tidak mundur dari dalam kemah itu.” (Kel. 33:11). Para penatua harus menjadi “seorang Bait Tuhan” seperti Musa dan Yosua. Mereka harus berpengalaman sebagai orang-orang yang menghadapi Tuhan dengan rutin, menyungkurkan mukanya di depan Tuhan, dan “berbicara kepada-Nya dari mulut ke mulut” (Bil. 12:8; Kel. 33:11; Ul. 34:10).
VIII. Ketentuan, Keyakinan, dan Kemantapan Oleh sebab itu, para penatua harus yakin bahwa mereka dipanggil dan ditetapkan oleh Tuhan, tidak oleh seorang manusia atau karena diri
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
73
sendiri! Keyakinan dan ketentuan ini adalah dasar pelayanan sulit mereka! Selalu ada orang yang suka mengomel dan melawan, yang mulutnya harus dikatupkan (Tit. 1:9-10). Supaya para penatua tidak putus asa, mereka harus yakin atas panggilan mereka. Dengan demikian, mereka akan dijadikan seperti “tembok tembaga” yang tetap dan berani melawan orang-orang seperti itu (Yer. 1:18). Lagi pula, para penatua akan mengalami bahwa “damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati” mereka (Kol. 3:15). Segala ketentuan, kemantapan, dan keyakinan ini harus bersifat rohani, bukan jasmani! Para pemimpin harus dipenuhi Tuhan dan Roh Kudus-Nya. Mereka harus menghadapi orang-orang yang bersifat jasmani melalui kuasa dan hikmat rohani saja. Hanya dengan cara ini mereka akan berhasil untuk mendorong orang-orang itu supaya mereka bertobat. Seorang penatua diperintahkan untuk menuntun dan menegur orang yang suka melawan dengan lemah lembut dan sabar (2Tim. 2:23-25; 1Tes. 5:14), bukan dengan memakai cara jasmani, melainkan dengan memakai “ajaran yang sehat” (Tit. 1:9), supaya “mudah-mudahan Tuhan mengaruniakan kepada mereka pertobatan serta pengenalan penuh akan kebenaran.” (2Tim. 2:25b).
IX. Menjadi Teladan “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah sebab engkau muda, sebaliknya jadilah teladan bagi mereka yang percaya, dan di dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.” (1Tim. 4:12) “Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan segala perbuatan yang baik, di dalam pengajaranmu tunjukkanlah kejujuran dengan bersungguh-sungguh, dan sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu supaya orang pihak lawan kita dipermalukan, sebab tidak dapat menjahatkan kita.” (Tit. 2:7-8). Kewibawaan rohani para penatua tidak berdasarkan atas “jabatan” mereka, tetapi atas kehidupan dan pelayanan mereka sebagai para teladan! • “Di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan.” (2Kor. 3:17).
Oleh sebab itu, para penatua tidak pernah perlu memaksa para anggota jemaat. Teladan yang luar biasa dalam hal ini adalah Tuan
74
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
Yesus. Dia tidak pernah memaksakan para rasul-Nya, sebaliknya Dia mendorong mereka sebagai teladan yang mengajarkan serta menghidupkan kebenaran-kebenaran secara jelas. Para penatua harus mengikuti Tuan Yesus dengan menjadi teladan bagi para domba mereka dalam segala sesuatu. • “Segala sesuatu yang kamu lakukan, kerjakanlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, ...karena kamu sedang melayani Tuhan, yaitu Kristus.” (Kol. 3:23-24) Para penatua harus menjadi teladan sebagai orang yang hidup dan melayani Tuan Yesus selama 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu, dengan sepenuh hati dan gembira. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah!” (Fil. 4:4). • Lagi pula, para penatualah yang menciptakan suasana di dalam
suatu jemaat lokal. Di mana ada para penatua yang saleh, yang mengutamakan Tuhan di dalam hidup mereka, yang memancarkan karunia Tuan Yesus, seseorang bisa berharap akan menemukan suatu jemaat rohaniah yang sehat. Sebaliknya, jikalau para penatua terpikat oleh masalah-masalah dunia, sibuk mengurusi kepentingankepentingan di luar jemaat, terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca Firman Tuhan atau berdoa, seseorang bisa berharap akan menemukan kedinginan dan kematian di antara kawanan domba. • Supaya seorang penatua dapat melayani sebagai teladan yang baik,
dan dapat diikuti, dia sendiri harus mengikuti Sang teladan yang paling unggul, yaitu Tuan Yesus, Gembala yang Baik. Atau dia harus mengikuti Paulus “sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1Kor. 11:1). “Akulah [Yesus] gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawa-Nya demi domba-domba itu. ...Aku mengenal domba-domba-Ku, dan Aku dikenal oleh domba-domba-Ku. Sama seperti Bapa mengenal Aku, Aku pun mengenal Bapa; dan Aku mempertaruhkan nyawa-Ku demi domba-domba itu.” (Yoh. 10:11, 14, 15). Para penatua senantiasa harus mempelajari sifat dan kehidupan Tuan Yesus serta berjuang untuk menjadi lebih mirip dengan Dia. Mereka sendiri harus menjadi teladan yang baik supaya mereka sendiri boleh memerintahkan, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1Kor. 11:1)
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
75
Perhatikanlah seseorang yang memberikan teladan yang buruk, yaitu Raja Yerobeam. Raja ini terkenal dalam Perjanjian Lama, yaitu sebagai seorang raja Israel “yang membuat umat ...Israel berdosa” (1Raj. 14:16; 15:26, 30, 34; 16:2; 2Raj. 10:29, 31, dll.). Dia gagal dalam melanjutkan pekerjaan yang baik sebagai pemimpin umat Tuhan.
X. Berjaga-jaga tentang Perlengkapan Tim Para Penatua serta Para Pengganti Sepanjang sejarah jemaat Tuan Yesus ada suatu kekurangan yang selalu menyebabkan banyak masalah yang parah dalam jemaat-jemaat lokal, hingga menghancurkan jemaat-jemaat tersebut. Hal itu adalah bahwa para penatua sering lupa berpikir dan peduli tentang generasi yang mengikuti mereka. Sering terjadi bahwa tidak ada seseorang yang berpikir tentang penatua baru, yang lebih muda, dan yang seharusnya ditambahkan ke dalam tim kepenatuaan jemaat – hingga para penatua yang ada sudah meninggal atau terlalu tua untuk melayani. Rasul Paulus, yang harus kita ikuti (1Kor 11:1), selalu memilih dan melatih laki-laki yang masih muda. Bacalah Kisah Para Rasul dan suratsurat Paulus dan temukanlah bahwa dia tidak pernah sendiri waktu ia melayani. Selalu ada laki-laki yang lebih muda yang bisa belajar secara praktis tentang pelayanan rasul besar itu. Sambil mereka dilatih secara praktis, Paulus dapat melihat sifat, karakter, dan kemampuan mereka. Ada yang pulang, ada yang lari, tetapi ada pula yang diutus untuk melayani sendirian. Akhirnya, ada juga seseorang yang dapat menggantikan rasul Paulus sesudah ia dibunuh (Timotius – bacalah surat 2 Timotius!). Perintah yang diberikan kepada Timotius dalam 2 Timotius 2:2 ada perintah yang diberikan kepada semua penatua jemaat! Para penatua wajib mengikuti teladan itu supaya jemaat lokal mereka terus-menerus dipimpin dan digembalakan sebaik mungkin. Mereka harus mencari laki-laki yang setia, yang bisa dilatih dan dimuridkan secara praktis. Para penatua selalu berdoa supaya mereka akan ditunjukkan oleh Tuhan siapakah yang mungkin ditetapkan olehNya sebagai tambahan dalam tim kepenatuaan.
76
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
“Ketika mereka melayani kepada Tuhan serta berpuasa, berkatalah Roh Kudus, 'Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk pekerjaan yang telah Kutentukan bagi mereka.'” (Kis. 13:2). Tujuan para penatua mengusulkan seorang lelaki kepada jemaat adalah supaya seluruh jemaat mencari kehendak Tuhan dengan berdoa dan berpuasa. Kalau tidak ada keberatan yang serius, lelaki tersebut akan ditempatkan sebagai penatua yang baru oleh para penatua yang sudah ada. Tugas yang sama berlaku untuk menemukan orang-orang yang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai misionaris, seperti Barnabas dan Saulus dalam Kisah Para Rasul 13:2.
Kesimpulan: Tanggung Jawab kepada Tuhan adalah Dua Kali Lipat! “Jadi, jagalah dirimu sendiri dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan oleh Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Tuhan yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.” (Kis. 20:28) “Sebab kita semua harus nyata di hadapan takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang dapat menerima apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini...” (2Kor. 5:10) Para penatua selalu “sebagai orang yang memberikan tanggung jawab” (Ibr. 13:17). Tanggung jawab seorang penatua adalah dua kali lipat, yaitu kepada kehidupannya sendiri (jagalah dirimu sendiri) dan kepada pelayanannya sebagai penatua jemaat Tuan Yesus! Prinsip ini telah dinyatakan pada zaman kerajaan Israel dan Yudea. Kebanyakan para raja tidak menggembalakan umat Tuhan sebagai milikNya, tetapi “mengakibatkan [membuat] orang Israel berdosa” (1Raj. 14:16; 15:30,34; 16:2, 19, 26; 21:22, 53; 2Raj. 3:3; 13:2, 6, 11; 15:9, 18, 24, 28; 21:11, 16; 23:15; dll.). Semua pemimpin umat Tuhan ini dihukum oleh Tuhan, supaya Dia ditakuti. Bahkan para nabi yang dipanggil dan dipakai oleh Tuhan juga dihukum jikalau mereka tidak setia. Misalnya, seorang nabi Tuhan (“abdi Tuhan”) yang menyampaikan berita Tuhan melawan raja Yerobeam (1Raj. 13) dibunuh oleh seekor singa yang diutus oleh Tuhan. Apa alasannya? Ia tidak terus menerus mendengar Tuhan dan Firman-Nya, tetapi mengikuti perkataan seorang manusia (1Raj. 13:1-2, 8-9, 18-19, 21-22, 26).
10. “Jagalah Seluruh Kawanan Itu”
77
Kita harus sadar bahwa para pemimpin dan pengajar “akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” (Yak. 3:1). Oleh sebab itu, kita harus mendapatkan suatu kebijaksanaan dan hikmat yang sejati. Kitab Amsal adalah salah satu bahan pelajaran yang sangat penting supaya hikmat dan kebijaksanaan yang sejati dipelajari dan didapatkan! Dalam Perjanjian Baru, khotbah Yesus di atas bukit (Mat. 5:1 – 7:28) sangat berguna untuk direnungkan.
11. Tugas, Kewajiban, dan Sikap Para Anggota Jemaat Suatu jemaat lokal hanya bisa dipimpin dengan baik dan berhasil jikalau baik para pemimpin (penatua) maupun para anggota jemaat itu bersikap secara rohani dan Alkitabiah. Oleh sebab itu, para anggota jemaat juga bertanggung jawab kepada Tuan Yesus tentang peranan mereka.
I. Menaati Para Penatua “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, karena mereka berjaga-jaga demi jiwamu sebagai orang yang harus bertanggung jawab atasnya, sehingga mereka dapat melakukannya dengan gembira, bukan dengan berkeluh kesah, karena hal itu tidak akan bermanfaat bagimu.” (Ibr. 13:17)
II. Mengakui dan Menghormati Para Penatua “Hai saudara-saudara, kami meminta kamu untuk mengakui29 mereka yang berjerih lelah30 di antara kamu, yang memimpin kamu di dalam Tuhan, dan yang memperingatkan31 kamu. Dan hargailah mereka teramat berlimpah-limpah di dalam kasih karena pekerjaan mereka.” (1Tes. 5:12-13a). Para penatua jemaat harus diakui, diingat, dihargai, dan dipatuhi, bahkan lebih daripada orang lain: “Para penatua yang memimpin dengan baik layaklah diberi hormat dua kali lipat, terutama mereka yang berjerih lelah 32 dalam pemberitaan Firman dan dalam pengajaran.“ (1Tim. 5:17). 29 30 31 32
atau: atau: atau: atau:
mengetahui bekerja keras menegor bekerja keras
79
80
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
“Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan Firman Tuhan kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibr. 13:7).
III. Melindungi Para Penatua Seorang penatua tidak boleh ditegur dengan keras, tetapi ditegur sebagai bapa. (1Tim. 5:1a) Perintah ini yang diberikan kepada orang-orang tua secara jasmani juga berlaku terhadap para penatua sebagai orang-orang tua secara rohani. “Janganlah engkau keras33 terhadap seorang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai seorang bapa.” (1Tim. 5:1a). Umat Kristen – baik seluruh jemaat lokal maupun setiap anggota pribadi – tidak boleh menerima tuduhan atau gunjingan terhadap seorang penatua kecuali tuduhan itu didukung oleh dua atau tiga orang saksi: “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua, kecuali jikalau ada dua atau tiga orang saksi.” (1Tim. 5:19). Berhati-hatilah dengan hal yang serius ini, yaitu menuduh seorang pemimpin yang telah ditetapkan oleh Tuhan! Hanya langkah yang pertama dari lima langkah “perawatan” dosa yang boleh – dan harus (!) – dilakukan sendiri saja: 1.
Peringatan
(Luk. 17:3; 1Tes. 5:14; 2Tes. 3:11-12; Gal. 6:1)
(Langkah 2 – 4 hanya boleh dilakukan jikalau ada 2 atau 3 orang saksi tentang dosa tersebut!) 2.
2 atau 3 orang
(Mat. 18:6)
3.
Jemaat lokal
(Mat. 18:17a; 1Tim. 5:20)
4.
Pengucilan
(Mat. 18:17b; 2Tes. 3:14-15; Rm. 16:17-18; Tit. 3:10-11; 1Kor. 5:11-13b)
5.
(Pemulihan)
ke dalam jemaat lokal – tetapi tidak lagi sebagai seorang penatua (pemimpin), oleh karena dia tidak lagi “tidak bercela” (2Kor. 2:6-11; 1Tim. 3:2; Tit. 1:6).
“Tegorlah mereka yang telah berdosa di depan semua orang supaya yang lain itu pun takut.” (1Tim. 5:20). 33 atau: tengking, mencela
11. Tugas, Kewajiban, dan Sikap Para Anggota Jemaat
81
Perintah ini berlaku terhadap seorang penatua yang berdosa, yaitu yang berbuat suatu dosa yang dapat merusakkan kesaksian jemaat lokal itu. Akan tetapi, perintah ini juga berlaku kepada seorang pemfitnah palsu. Perhatikanlah prinsip yang sama pada masa Perjanjian Lama: “Maka para hakim itu harus memeriksa [tuduhan]nya dengan teliti. Apabila ternyata bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah menuduh saudaranya dengan bohong, maka [...] harus kauhapuskan yang jahat itu dari antaramu. Maka orang lain akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di antaramu.” (Ul. 19:18-20)
IV. Berdoa bagi Para Penatua “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan Firman Tuhan kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibr. 13:7). Kita diperintahkan untuk berdoa untuk setiap orang kudus dalam jemaat lokal kita (1Tes. 5:17; 1Tim. 2:1, ), sama seperti Paulus berdoa untuk para anggota jemaat-jemaat yang ia dirikan (misalnya 1 Tesalonika 1:2; Kolose 1:3,9; dll.). Kita pun diperintahkan untuk berdoa bagi para pemimpin negara kita (Rm. 13:1-7; 1Tim. 2:1-2). Jelas bahwa kita juga harus berdoa bagi para pemimpin jemaat lokal kita! Mereka bergantung kepada pimpinan dan pemberian kuasa, hikmat, dan semangat untuk pelayanan yang besar sekali! Akhirnya, kita berdoa untuk “pahala” para penatua jemaat sebagai upah bagi suatu pelayanan yang setia. “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.“ (1Ptr. 5:4).
12. Seorang Istri yang Mendukung Suami dalam Pelayanannya
1.
Memahami peranan sebagai istri penatua (1Tim. 2:12) Secara singkat peranan istri penatua adalah seorang ‘pendukung’, bukan seorang ‘penolong’.
2.
Menjadi seorang wanita dan istri seperti digambarkan dalam Firman Tuhan Perilaku istri pada umumnya dijelaskan dalam 1 Timotius 2:9-15, 1 Petrus 3:1-6; 1 Korintus 14: 34-38, dan Titus 2:3-5.
3.
Mewaspadai adanya “rasa ingin tahu” tentang apa yang dibicarakan dan diputuskan dalam pertemuan para penatua (1Tes. 4:11)
4.
Menghormati suami di depan umum (Ef. 5:33; Mat. 12:34) Para istri selalu berbicara positif tentang suami di depan umum. Para istri selalu mendukung keputusan-keputusan yang dibuat suami.
5.
Mempunyai hati seorang gembala dan terlibat dalam pelayanan keramah-tamahan (1Tim. 3:2)
6.
Mengutamakan pendapat Tuhan bukan pendapat orang lain (Kol. 3:2; Luk. 6:28)
7.
Merelakan kepergian suami dengan senang hati jikalau ada keperluan yang penting (Kol. 3:17)
83
84
Bukan Kediktatoran Maupun Demokrasi
8.
Mendoakan suami dengan rajin (1Tim 3:7; Yak. 5:16)
9.
Memberi teladan bagaimana hidup secara saleh dan beriman
10. Mengusahakan bagaimana dapat mengurangi stres dan beban suami (Fil. 2 :3-4) Kunci yang dapat menolong seorang istri melakukan sepuluh cara tersebut adalah: Dia harus memiliki dan memelihara suatu hubungan pribadi yang akrab dengan Tuan Yesus secara rutin dan konsisten.
Sastra Hidup Indonesia Buku-buku yang bisa mengubah hidup Anda. Disediakan bagi semua warga Indonesia, juga bagi para pengikut tiap agama dan kepercayaan. Inilah kesempatan istimewa untuk mempelajari pernyataan-pernyataan Firman Tuhan yang sejati. Secara bebas, tanpa biaya, bisa diunduh secara gratis. Secara tidak diketahui-tanpa nama. Tertarik? Atau tak percaya? Kunjungilah situs internet kami pada alamat:
http://www.sastra-hidup.net Tujuan Sastra Hidup Indonesia ini adalah memberikan suatu kesempatan yang istimewa: • kepada semua warga negara Indonesia, • tanpa memandang suku, agama, kepercayaan, atau denominasi. Kesempatan yang luar biasa itu bermaksud: • mempelajari pernyataan-pernyataan Firman Tuhan, • secara pribadi dan sendiri di rumah atau bersama satu kelompok kecil, • dengan cara yang mudah, bebas, tanpa biaya, dan dapat dipercayai. Sastra Hidup Indonesia sangat menginginkan setiap orang di Indonesia diberi kesempatan untuk dapat mengetahui pengajaran–pengajaran yang benar tentang Firman Tuhan yang benar, yaitu: • arti dan beritanya yang asli, sejati, dan tidak dipalsukan • dalam bahasa yang bisa dipahami oleh setiap warga Indonesia. Sastra Hidup Indonesia ingin menolong dan menyokong seluruh masyarakat Indonesia dan semua denominasi Kristen yang ingin mencari kebenaran yang sejati. • Sastra Hidup Indonesia bukan suatu gereja, denominasi, atau misi. • Sastra Hidup Indonesia tidak menerima anggota-anggota.
Buku-buku lain
Ikutilah Yesus - Pedoman bagi Murid-murid Yesus oleh William MacDonald Kata murid dan pemuridan sering dipergunakan sehingga maknanya tidak jelas atau lemah. Akan tetapi, kalau kita ingin memahami pengajaran Tuan Yesus mengenai pemuridan, kita harus memahami apa yang Ia maksudkan dengan istilah tersebut, bukan apa yang kita maksudkan. Seri Ikutilah Yesus – Pedoman bagi Murid-murid-Nya ini akan menolong Anda memahami, menerapkan. dan melatih hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan Anda sebagai seorang Kristen yang sejati. Seri pelajaran ini terdiri atas lima bagian. Setiap bagian dibangun di atas bagian pelajaran sebelumnya. Mulailah dengan mempelajari bagian yang pertama. Sesudah selesai, Anda dapat melanjutkan pelajaran pada bagian berikutnya sampai selesai seluruh seri itu. Inilah cara terbaik untuk mendapatkan manfaat dan hasil yang berlipat ganda.
Perjalanan Melalui Seluruh Firman Tuhan oleh William MacDonald Buku ini menyediakan penjelasan-penjelasan tentang enampuluh enam kitab di dalam Buku Firman Tuhan. Pertama, buku ini dimaksudkan bagi mereka yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan atau hanya sedikit sekali pengetahuan mengenai Firman Tuhan, tetapi ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang “Buku segala buku” ini. Buku ini memberikan sebuah ringkasan singkat tentang tiap-tiap kitab di dalam Alkitab. Kedua, buku ini diperuntukkan bagi mereka yang telah terbiasa dengan kisah-kisah Alkitab tertentu, tetapi belum mengerti bagaimana kisah-kisah tersebut itu berkaitan dengan konteks sejarah dan pengajaran Alkitab. Orang-orang ini perlu mendapat penjelasan-penjelasan yang mendalam tentang latar belakang sejarah dan maksudmaksud utama bagian-bagian Alkitab yang berbeda-beda. Akhirnya, setiap orang yang hendak membaca seluruh Alkitab secara sistematis dapat dibantu dengan menyediakan sebuah jadwal pembacaan seluruh Alkitab selama 18 bulan.