KEBERHASILAN BP3K RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM LOMBA PRESTASI TINGKAT PROVINSI TAHUN 2015
(Skripsi)
Oleh AYU OKRIANI
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK KEBERHASILAN BP3K RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM LOMBA PRESTASI TINGKAT PROVINSI TAHUN 2015 Oleh Ayu Okriani
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan perlombaan BP3K Berprestasi di Provinsi Lampung, aspek-aspek penilaian BP3K Berprestasi terhadap BP3K Raman Utara tahun 2015, dan pendapatan petani binaan BP3K RamanUtara. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Responden yang diteliti berjumlah 53 orang, terdiri dari seluruh PPL di BP3K yang berjumlah 10 orang dan 43 orang petani padi sawah anggota kelopok tani di dua desa yaitu Rejobinangun dan Rejo Katon. Pelaksanaan perlombaan BP3K Berprestasi di Provinsi Lampung dianalisis secara deskriptif. Aspek-aspek penilaian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi. Hasil menunjukkan bahwa penilaian BP3K Berprestasi di Provinsi Lampung tahun 2015 dilakukan dengan metode seleksi persyaratan, administrasi dan observasi lapangan. Aspek penilaian meliputi: sarana, prasarana, sumberdaya manusia, manajemen operasional, dan aktivitas. Kelima aspek diberikan skor antara 2 sampai dengan 861. Hasil penilaian terhadap BP3K Raman Utara secara keseluruhan mendapatkan skor 783 poin, dan termasuk kategori berhasil. Pendapatan petani binaan mengalami peningkatan sebesar 3,9% sebelum dan sesudah BP3K Raman Utara menjadi BP3K Berprestasi Kata kunci: BP3K Berprestasi, keberhasilan, prestasi
ABSTRACT
THE SUCCESS OF NORTH RAMAN BP3K, EAST LAMPUNG DISTRICT IN PROVINCIAL COMPETITION IN 2015
By
Ayu Okriani
This research aims to analyze implementation of BP3K competition in Lampung Province, assessment aspects of the distinguished North Raman BP3K of East Lampung District in 2015, and income of farmers assisted by the BP3K. This research is conducted in North Raman Subdistrict of East Lampung District. Respondents are 53 people consisting of all 10 Agricultural Extension Workers in the BP3K and 43 rice farmers who are members of farmer groups in two villages namely Rejobinangun and Rejo Katon. Implementation of the competition and aspects of assessment are analyzed descriptively using tabulation. The results showed that the implementation of BP3K competition in Lampung Province was conducted by using methods of selection of requirements, and administrative and field observations. Aspects of assesment included: facility, infrastructure, human resources, operational management, and activities. The five aspects were scored between 2 and 861. The distinguished North Raman BP3K provisionally had a score of 783 points, and included in a successful category. The income of assisted farmers increased by 3,9% a year before and after becoming the distinguished North Raman BP3K. Key words: achevements, BP3K competition, successes
KEBERHASILAN BP3K RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM LOMBA PRESTASI TINGKAT PROVINSI TAHUN 2015 Oleh AYU OKRIANI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
Judul
: KEBERHASILAN BP3K RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM LOMBA PRESTASI TINGKAT PROVINSI TAHUN 2015
Nama
: Ayu Okriani
No. Pokok Mahasiswa
: 1214131016
Program Studi
: Agribisnis
Fakultas
: Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc. NIP. 19610914 198503 2 001
Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S. NIP. 19581111 198603 1 004
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P. NIP. 19630203 198902 2 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc.
Sekretaris
: Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S.
Penguji Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Kordiyana K Rangga, M.S.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. NIP. 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :
...….….………
.……………..
…………........
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan Pada tanggal 30 Oktober 1994 dari pasangan Bapak Jauhari dan Ibu Salmani. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Karang Maritim Bandar Lampung pada tahun 2006, MTS di Diniyyah Putri Lampung pada tahun 2009, dan MA di Diniyyah Putri Lampung pada tahun 2012. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Pertanian (Homestay) yang diadakan oleh Jurusan Agribisnis Universitas Lampung pada tahun 2012 di Dusun Margodadi. Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di BP3K Kecamatan Raman Utara pada tahun 2015 dan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kota Jawa Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan pada tahun 2015. Penulis memiliki pengalaman berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Sosisl Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Fakultas Pertanian Universitas Lampung sebegai anggota Bidang III (Minat dan Bakat) dan Anggota Koperasi mahasiswa (Kopma) Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamu`alaikum Wr.Wb. Alhamdullilahirobbil ‘alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia. Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Keberhasilan BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dalam Lomba Prestasi Tingkat Provinsi Tahun 2015”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, dukungan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan rendah hati penulis menyampaikan ucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada: 1. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Pertama atas bimbingan, motivasi, masukan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan.
2. Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas bimbingan, motivasi, masukan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan. 3. Dr. Ir. Kordiyana K Rangga, M.S. sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas masukan, bantuan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Adia Nugraha, M.S. selaku dosen Pembimbing Akademik. 5. Dr. Ir. Febriarti Erry Prasmatiwi, M.P. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian. 7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian dan semua Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mbak Iin, Mbak Ayi, Mbak Tunjung, Mas Buchori, dan Mas Boim). 8. Kedua orangtuaku Ayahanda Jauhari dan Ibunda Salmani yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang serta dukungan secara moral dan material. Kedua adikku tersayang, Muhammad Andri dan Hidayahtullah atas canda tawa serta dukungan. 9. Ramadhan Dwi Putra calon imamku, terimakasih atas semangat dan dukungannya untuk menanti keberhasilanku. 10. Sahabat-sahabatku Nurul Ulfa, Indah Ayu, Aldila, Dhevi, Yohilda, Hardini, Meiska, dan Cherli,S.P. 11. Rekan-rekan Agribisnis angkatan 2012 Erni, Fitri, Febi, Selvi, Delia, Audina, Ayu Yuni, Agus, Syafri, Adelia, Ramon, Riska, Puspa, Julaily, Dina, Ulpah, Syafri, Nadia, Irpan, Eka, Yunai, Arin, Afsani, Mukti, Yuni,
Eva, Fauzi, Lita, Ghesa, Dewi, Erwin, Dolly, Ni Made,S.P, I Made, Ade agung, Sandi, Hari, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Bapak T. Palguno, SP. selaku Koordinator Penyuluh beserta seluruh Penyuluh di BP3K Raman Utara, Ibu Sri Miyati, Pak Marcos, Pak Jailan, Pak Sukamta, Pak Sugiartono, Pak Bisri, Pak Mujari, Pak Budi, Pak Amat, Pak Uji, Pak Ridho, Bu Ndari, dan Bu Yati yang telah banyak membantu terutama dalam kelengkapan data selama penelitian. 13. Tokoh-tokoh masyarakat dan warga masyarakat Desa Rejo Binangun yang telah bersedia menerima dan membantu selama melaksanakan penelitian. 14. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Aamiin. Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, Mei 2017 Penulis,
Ayu Okriani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .... ..........................................................................
vii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………….
1
A. Latar Belakang dan Masalah.........................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR .............
8
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
8
1. Konsep Pembangunan .............................................................
8
2. Penyuluhan Pertanian ..............................................................
12
3. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian .......................................
17
4. Konsep Kemitraan ...................................................................
22
5. Teori Pendapatan .....................................................................
24
B. Penelitian Terdahulu .....................................................................
25
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
27
III. METODE PENELITIAN ..............................................................
32
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ..........
32
ii
B. Penentuan Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian ........................
39
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ...................................
43
D. Metode Analisis Data.....................................................................
45
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM BP3K RAMAN UTARA
48
A. Keadaan Geografis, Keadaan Iklim, dan Demografi ..................
48
B. Sejarah, Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi BP3K Raman Utara ......
50
C. Binaan Penyuluh Pertanian di BP3K Ramna Utara ....................
52
D. Data Kelompok Tani dan Luas Lahan ........................................
53
E. Sarana dan Prasarana Transportasi .............................................
55
F. Sarana Ekonomi dan komunikasi ...............................................
55
G. Struktur Organisasi BP3K Raman Utara ....................................
56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
59
A. Karakteristik Responden .............................................................
59
1. Umur Responden ....................................................................
59
2. Tingkat Pendidikan Formal ....................................................
61
3. Jarak Rumah dengan BP3K ...................................................
63
4. Lama Berusahatani .................................................................
65
5. Luas Lahan Usahatani ............................................................
67
B. Pelaksanaan BP3K Berprestasi Tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 .............................................................................................
68
1. Seleksi Persyaratan Umum dan Administrasi ........................
68
2. Observasi Lapangan ...............................................................
69
3. Organisasi Pelaksana ..............................................................
71
C. Penilaian Aspek BP3K Berprestasi terhadap BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur tahun 2015 .....................................
75
1. Aspek Sarana Prasarana ..........................................................
76
2. Aspek Sumberdaya Manusia ..................................................
95
3. Aspek Manajemen Operasional .............................................
99
4. Aspek Aktivitas ..........................................................................
100
iii
D. Pendapatan Petani Binaan Sebelum dan Sesudah BP3K Raman Utara menjadi BP3K Berprestasi tahun 2015 ..................
117
E. Dampak Penerimaan Penghargaan BP3K Berprestasi terhadap PPL dan Petani .............................................................................
124
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
126
1. Kesimpulan .................................................................................
126
2. Saran ...........................................................................................
127
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
128
LAMPIRAN ...........................................................................................
131
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Halaman Jumlah BP3K berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung Tahun 2015 ..................................................................................
3
Hasil penilaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2014.....................................................................................
4
Hasil penilaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 .....................................................................
5
4
Ringkasan penelitian terdahulu......................................................
26
5
Aspek-aspek penilaian BP3K Berprestasi tingkat provinsi tahun 2015 ..............................................................................................
33
Jumlah poktan di BP3K Raman Utara berdasarkan kelas kelompok tani tahun 2015 ............................................................
40
Sebaran sampel penelitian di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur ............................................................................
43
Luas wilayah, jumlah penduduk, rumah tangga dan kepadatan penduduk per desa di Kecamatan Raman Utara tahun 2015.........
49
Jumlah Kepala Keluarga (KK) umum dan KK tani di wilayah binaan BP3K Kecamatan Raman Utara tahun 2015 ......................
50
Nama penyuluh dan wilayah binaan penyuluh pertanian di BP3K Kecamatan Raman Utara tahun 2015............................................
52
Jumlah kelompok tani berdasarkan desa di Kecamatan Raman Utara ..................................................................................
53
Penggunaan lahan di wilayah binaan BP3K Kecamatan Raman Utara ..................................................................................
54
Sebaran kelompok umur penyuluh berdasarkan usia produkstif secara ekonomi ..............................................................................
59
2 3
6 7 8
9
10 11
12
13
v
14
Sebaran kelompok umur petani berdasarkan usia produkstif secara ekonomi ..............................................................................
60
15
Sebaran tingkat pendidikan penyuluh BP3K Raman Utara ..........
61
16
Sebaran tingkat pendidikan petani di Kecamatan Raman Utara ...
62
17
Sebaran kelompok jarak rumah penyuluh dengan WKPP ............
64
18
Sebaran kelompok jarak rumah petani dengan kantor BP3K .......
65
19
Sebaran lama usahatani petani di Kecamatan Raman Utara .........
66
20
Sebaran luas lahan usahatani petani di Kecamatan Raman Utara.
67
21
Rekapitulasi penilaian BP3K Berprestasi terhadap BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur tahun 2015 ..............................
76
Sebaran pendapatan petani sebelum BP3K Berprestasi tahun (2014-2015)....................................................................................
122
Sebaran pendapatan petani sebelum BP3K Berprestasi tahun (2015-2016)....................................................................................
123
24
Identitas penyuluh pertanian (PPL) di BP3K Raman Utara ..........
132
25
Identitas petani di BP3K Raman Utara .........................................
133
26
Data jumlah petani binaan penyuluh pertanian di BP3K Raman Utara ..................................................................................
136
Skor variabel BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 ...............................................................................................
137
Rekapitulasi penggunaan pupuk usahatani padi sawah sebelum dan sesudah penerimaan BP3K Berprestasi tahun 2013-2014 dan tahun 2015 -2016............................................................................
144
Rekapitulasi penggunaan pestisida usahatani padi sawah sebelum penerimaan BP3K Berprestasi tahun 2014-2015 ...........................
147
Rekapitulasi penggunaan pestisida usahatani padi sawah sesudah penerimaan BP3K Berprestasi tahun 2015-2016 ...........................
150
31
Rekapitulasi penggunaan tenaga kerja petani padi sawah ............
153
32
Rekapitulasi pendapatan petani padi sawah MT I dan MT II pada tahun 2014-2015 (sebelum penerimaan BP3K Berprestasi) ..........
156
Rekapitulasi pendapatan petani padi sawah MT I dan MT II pada tahun 2015-2016 (sesudah penerimaan BP3K Berprestasi)...........
159
22 23
27 28
29 30
33 34
Rekapitulasi pendapatan petanipadi sawah sebelum dan sesudah penerimaan BP3K Berprestasi tahun 2014-2015 dan tahun
vi
35
36
2015-2016 .....................................................................................
162
Rekapitulasi data legalitas kelembagaan tani BP3K Raman Utara tahun 2015 .....................................................................................
165
Data pos penyuluhan desa (Posluhdes) wilayah kerja BP3K Raman Utara Kecamatan Raman Utara .....................................................
168
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Halaman
Kerangka pemikiran hubungan faktor-faktor keberhasilan dengan keberhasilan BP3K dalam Pencapaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 ............................................ `
31
2.
Struktur organisasi BP3K Raman Utara Kabuptaen Lampung Timur
57
3
Pembinaan oleh tim verifikasi Bakorluh Lampung ........................
75
4
Penyambutan tim verifikasi BPPSDMP Kementerian RI ..............
75
5
Contoh display yang ada di BP3K Raman Utara ...........................
78
6
Handycam dan kamera yang ada di BP3K Raman Utara ...............
79
7
Telepon genggam yang digunakan PPL BP3K Raman Utara ........
79
8
Proyektor, Sound system dan wireless yang ada di BP3K Raman Utara ...................................................................................
80
White board yang ada di BP3K Raman Utara ................................
80
10 Komputer, printer, dan modem yang ada di BP3K Raman Utara ...
81
11 Mesin tik dan kalkulator yang ada di BP3K Raman Utara..............
82
12 Brankas dan rak buku yang ada di BP3K Raman Utara..................
82
13 kendaraan roda dua yang digunakan PPL .......................................
83
14 Buku dan hasil publikasi yang dimiliki BP3K Raman Utara ........
84
15 Meja dan kursi kerja dan pelatihan di BP3K Raman Utara ...........
85
16 Rak buku perpustakaan di BP3K Raman Utara .............................
86
17 Lemari buku dan arsip di BP3K Raman Utara ...............................
86
18 Peralatan makan dan minum di BP3K Raman Utara .....................
86
19 Gedung BP3K Raman Utara ...........................................................
88
9
20 Papan nama dan informasi ..............................................................
88
21 Air bersih dan penerangan ..............................................................
88
22 Pagar Gedung BP3K Raman Utara ................................................
88
23 Lahan percontohan padi dan jagung................................................
89
24 Lahan percontohan di halaman kantor BP3K .................................
90
25 Kandang dan kolam percontohan di BP3K Raman Utara ..............
90
26 Bimbingan penyusunan RDKK oleh PPL dan petani .....................
92
27 pH meter untuk mengukur tanah sawah dan kering ......................
93
28 Pengukur kadar air/curah hujan secara manual dan digital ............
93
29 Hand sprayer dan alat ukir ubinan di BP3K Raman Utara ............
94
30 Posluhdes di Desa Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara .........
96
31 Jadwal pelatihan dan pembinaan PPL ............................................
100
32 Kursus tani ......................................................................................
104
33 Temu Teknis ...................................................................................
104
34 Kaji Terap yang dilakukan oleh PPL dan petani ............................
106
35 Proses pembuatan MOL dan pencampuran bahan-bahan pupuk organik .............................................................................................
109
36 Proses penutupan terpal dan penggilingan pupuk organik .............
109
37 Proses penimbangan dan jahit karung pupuk organik ....................
109
38 Contoh penggunaan cyber extension ..............................................
115
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap negara, termasuk Indonesia untuk memperoleh taraf hidup rakyat yang lebih baik. Pembangunan di sektor pertanian menjadi syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi daerah dan Provinsi, karena keberhasilan pembangunan pertanian, selain dimungkinkan oleh stabilitas sosial politik dan keamanan, komitmen aparat pemerintah, teknologi pertanian dan rekayasa sosial, eksisnya infrastruktur pedesaan, juga karena eksisnya kelembagaan penyuluhan (Slamet, 2002). Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian harus lebih diperhatikan bagi pemerintah. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Winanto (1995) yang menjelaskan pengertian pembangunan yang secara dinamis tercermin dengan teori pembangunan yaitu unsur perubahan terencana (planned change). Peranan kelembagaan, khususnya dalam penyuluhan pertanian, sebagai contoh keberhasilan keterpaduan kegiatan penyuluhan.
2
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian serta merupakan cermin keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU No. 16/2006 SP3K) kebijakan pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah: (a) penyuluhan pertanian, dan (b) memacu pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian melalui pemberian prioritas intensif pembiayaan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2014). Sebagai penjabaran dari UU No 16/2006, Kementerian Pertanian mengambil kebijakan menjadikan BP3K sebagai pusat koordinasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan yang berbasis berupa kawasan komoditas unggulan wilayah. Selain itu, BP3K merupakan pusat data dan informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan usaha di wilayah kecamatan. Strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah menempatkan kelembagaan penyuluhan pertanian sebagai penggerak utama kegiatan penyuluhan pertanian di masingmasing tingkatan wilayah administrasi pemerintah. Provinsi Lampung memiliki 15 kabupaten/kota dengan jumlah BP3K yang berbeda-beda dan memiliki total BP3K sebanyak 210 unit kerja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Jumlah BP3K berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kabupaten/Kota Bandar Lampung Kota Metro Lampung Selatan Lampung Tengah Lampung Timur Lampung Utara Lampung Barat Way Kanan Tanggamus Tulang Bawang Pesawaran Pringsewu Tulang Bawang Barat Mesuji Pesisir Barat Jumlah
Jumlah BP3K 3 5 17 28 24 23 15 14 20 15 11 9 8 7 11 210
Sumber: Bakorluh Provinsi Lampung, 2015 Berdasarkan data jumlah BP3K pada Tabel 1 menjelaskan bahwa Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah BP3K sebanyak 24 unit kerja menempati urutan BP3K terbanyak kedua setelah Kabupaten Lampung Tengah. Secara empiris sampai saat ini, keberadaan BP3K umumnya masih belum dapat melaksanakan tugas fungsinya secara optimal, yang disebabkan antara lain: (a) terbatasnya fasilitas penyediaan dan penyebaran informasi; (b) terbatasnya dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan; (c) terbatasnya jumlah dan kualitas penyuluh; (d) terbatasnya fasilitas peningkatan kapasitas penyuluh pertanian; dan (e) terbatasnya fasilitas proses pembelajaran (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2014). Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas BP3K dan mengoptimalkan peran/tugas dan fungsinya, serta memotivasi para penyuluh, yang dilakukan pemerintah pusat yaitu memberikan penghargaan kepada BP3K yang berhasil
4
dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya. Penilaian BP3K berprestasi tingkat provinsi dilakukan melalui 3 (tiga) tingkatan yaitu tingkat kabupaten atau kota, provinsi, dan pusat. BP3K berprestasi tingkat provinsi artinya calon BP3K yang menang seleksi tingkat kabupaten kemudian peringkat ditetapkan oleh pusat (Menteri Pertanian) melalui verifikasi administrasi dan observasi lapangan terhadap calon BP3K berprestasi, selanjutnya BP3K yang ditetapkan oleh pusat yang menjadi juara tingkat Provinsi. BP3K berprestasi tingkat Provinsi merupakan BP3K yang memperoleh nilai tertinggi diantara BP3K lainnya. Kabupaten Lampung Timur merupakan kabupaten di Provinsi Lampung yang berhasil meraih penghargaan berupa BP3K Berprestasi tingkat Provinsi juara I (pertama) pada tahun 2015 dan juara II (kedua) pada tahun 2014. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Hasil penilaian BP3K Berprestasi Tingkat Provinsi Lampung Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pringkat I II III IV V VI VII VIII IX X
Nama BP3K BP3K Metro Timur BP3K Braja Selebah BP3K Candipuro BP3K Seputih Raman BP3K Talang Padang BP3K Sumber Jaya BP3K Banjar Margo BP3K Gedunbg Tataan BP3K Abung Semuli BP3K Negara Batin
Kabupaten/Kota Kota Metro Lampung Timur Lampung Selatan Lampung Tengah Tanggamus Lampung Barat Tulang Bawang Pesawaran Lampung Utara Way Kanan
Sumber: Bakorluh Provinsi Lampung, 2015
Total Nilai 664,5 632 566,5 316 213,5 206,5 201 182,5 176 146,5
5
Tabel 3. Hasil penilaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pringkat I II III IV V VI VII VIII IX X
Nama BP3K BP3K Raman Utara BP3K Metro Barat BP3K Penawar Tama BP3K Tanjung Raja BP3K Mesuji BP3K Jati Agung BP3K Kebun Tebu BP3K Tumijajar BP3K Trimurjo BP3K Pulau Panggung
Kabupaten/Kota Lampung Timur Kota Metro Tulang Bawang Lampung Utara Mesuji Lampung Selatan Lampung Barat Tulang Bawang Barat Lampung Tengah Tanggamus
Total Nilai 783 688,5 506,5 470 401 373,5 350,5 347,5 286 214
Sumber: Bakorluh Provinsi Lampung, 2015 Berdasarkan data hasil penilaian BP3K berprestasi pada Tabel 2 dan Tabel 3 bahwa kinerja BP3K di Kabupaten Lampung Timur mengalami peningkatan pada 2 (dua) tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukkan dengan prestasi BP3K Kabupaten Lampung Timur yang telah berhasil meraih penghargaan juara II pada tahun 2014 dengan total nilai sebanyak 632 poin dan juara I pada tahun 2015 dengan total nilai 783 poin sebagai BP3K Berprestasi Tingkat Provinsi.
Penghargaan BP3K Berprestasi Tingkat Provinsi diberikan kepada BP3K yang memperoleh nilai tertinggi di antara kabupaten lainnya. Penghargaan BP3K Raman Utara sebagai BP3K Berprestasi Tingkat Provinsi telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/379.a/IV.01/HK/2015. Keberhasilan BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana penilaian terhadap BP3K Raman Utara sebagai juara I BP3K
6
Berprestasi dan pelaksanaan BP3K Berprestasi di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis keberhasilan BP3K Kecamatan Raman Utara Lampung Timur dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi tahun 2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai kenyataan dan permasalahan di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan perlombaan BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015? 2. Bagaimana aspek-aspek dan skor penilaian BP3K Berprestasi pada BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur tahun 2015? 3. Bagaimana pendapatan petani binaan sebelum dan sesudah BP3K Raman Utara menjadi BP3K Berprestasi?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perlombaan BP3K Berprestasi tingkat provinsi Lampung tahun 2015. 2. Untuk mengetahui aspek-aspek dan skor penilaian dan skor BP3K Berprestasi pada BP3K Raman Utara Kabupaten Lampung Timur tahun 2015. 3. Untuk Menganalisis pendapatan petani binaan sebelum dan sesudah BP3K Raman Utara menjadi BP3K Berprestasi.
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu agribisnis yang telah dipelajari selama perkuliahan di Universitas Lampung. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam peningkatan kelembagaan penyuluhan pertanian yang sejalan dengan pembangunan pertanian. 3. Bagi civitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang digunakan untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pembangunan Menurut Zakaria (2009), kesejahteraan rakyat (petani) tidak akan terwujud tanpa adanya pembangunan (pembangunan pertanian). Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan kelembagaan nasional, termasuk pula akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, pengurangan pengangguran dan pemberantasan kemiskinan absolut dengan memperhatikan kelestarian lingkungan (Zakaria, 2009). Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih baik (Nasution, 2002).
9
Pembangunan mengandung makna pertumbuhan (growth) dan perubahan (change). Indikatornya adalah tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan tersebut. Semakin tinggi angka pertumbuhan makin tinggi pula keberhasilan pembangunan tersebut. Sedangkan indikator perubahan (change) makin baik pemerataan dan keadilan maka makin berhasil pembangunan tersebut. Jadi makna perubahan (change) adalah perubahan ke arah perbaikan (Soekartawi, 1996). Beberapa definisi pembangunan antara lain sebagai berikut: a. Nasution (2002) menjelaskan pendapat Rogers dan Shormaker (1971) tentang pembangunan yang merupakan suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik. b. Nasution (2002) juga menjelaskan pengertian pembangunan menurut Kleinjans (1975) yaitu pada akhirnya bukanlah soal teknologi atau GNP, tetapi pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri. c. Suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Nasution, 2002).
10
Pembangunan pertanian adalah proses dinamis untuk meningkatkan kemampuan (sektor) pertanian dalam menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat (pasar), dengan menggerakkan daya mampu manusia, modal, organisasi, teknologi, dan pengethuan untuk memanfaatkan dan sekaligus melestarikan sumberdaya alam guna menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup petani dan bangsa (masyarakat nasional) (Hafsah, 2009). Naution (2002) menjelaskan pendapat Sumodiningrat (2001) yang menyatakan bahwa pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pembangunan pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani, melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya. Sedangkan aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Dari aspek global, pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negara tanpa harus mengurangi kesejahteraan riil mayarakat. Menurut Slamet (2002), Keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia dimungkinkan oleh dukungan dua hal yang penting yaitu: (1) stabilitas sosial politik dan keamanan yang sangat diperlukan dalam
11
kegiatan pembangunan, dan (2) commitment yang kuat dari pimpinan tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat kabupaten. Beberapa kunci keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia menurut Slamet (2002) adalah sebagai berikut: a. Political will dari pemerintah, yang tercermin dari adanya penyediaan tenaga pembangunan pertanian yang cukup, dengan dana dan sarana yang memadai, b. Kebijaksanaan pembangunan pertanian yang tepat, komitmen, dan berkesinambungan, c. Dianutnya kebijakan system approach, artinya pembangunan pertanian akan terlaksana dengan baik apabila faktor-faktor yang berhubungan dan berkaitan secara langsung dan tidak langsung juga dibangun secara bersamaan, d. Dihasilkannya teknologi pertanian dan rekayasa sosial yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, e. Berkembangnya struktur pedesaan yang progresif, seperti penyuluh pertanian, Koperasi Unit Desa (KUD), lembaga perkreditan, lembaga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dan f. Dibentuknya suatu kelembagaan yang mempertemukan dan menyinkronkan beberapa lembaga pembangunan pertanian untuk dapat bekerja secara isi mengisi, sehingga membutuhkan dan saling menguntungkan.
12
2. Penyuluhan Pertanian a. Pengertian penyuluhan pertanian Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, poemodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Hafsah, 2009).
Fungsi dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah (1) memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhankebutuhannya, dengan demikian dapat menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dapat memenuhi kebutuhannya, (2) menjembatani gap antara praktek yang harus atau yang biasa dilakukan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang yang menjadi kebutuhan para petani, (3) penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para petani, (4) fungsi pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu (Kartasapoetra, 1994).
b. Penyuluhan Sebagai Suatu Sistem Sistem merupakan suatu rangkaian berbagai unsur yang satu sama lain berhubungan secara utuh tanpa dapat dipecah-pecahkan. Menurut
13
Abdulsyani (1994) dalam Sadono (2010), istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang mempunyai pengertian sebagai suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian ataupun sebagai hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berkaitan, masing-masing bagian bekerja sendiri dan bersama-sama saling mendukung; semuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama, dan terjadi pada lingkungan yang kompleks. Sistem dapat didefinisikan sebagai kesatuan dari banyak unsur yang menghasilkan output tertentu. Masing-masing bagian bekerja sendiri dan bersama-sama saling mendukung dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama (Loomis, 1960 dalam Sadono, 2010). Masing-masing komponen mempunyai fungsi sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagai suatu sistem, untuk dapat memberikan pelayanan penyuluhan yang baik maka setiap sub unsur harus melakukan koordinasi/kerjasama yang efektif dengan sub unsur yang lain. Koordinasi/kerjasama ini tidak hanya secara formal ada strukturnya atau naskah kerjasama, tetapi secara fungsional harus ada hubungan tersebut. Setiap komponen sistem memerlukan masukan (inputs) dan mengeluarkan hasil (outputs). Setiap komponen harus jelas darimana inputs diperlukan dan kemana outputs harus disalurkan. Misalnya lembaga pelaksana penyuluhan, memerlukan inputs materi
14
penyuluhan yang berasal dari lembaga penelitian, pengkajian, dan dari departemen/dinas terkait. Oleh karena itu, antar komponen tersebut harus ada transaksi inputs atau outputs dengan komponen lain, tidak hanya saling memberi informasi. Setiap komponen perlu menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari sistem penyuluhan dan prestasi penyuluhan secara keseluruhan merupakan kontribusi dari masing-masing komponen (Sadono, 2010). c. Sumberdaya Manusia Penyuluh
Batasan atau pengertian tentang kualitas SDM dapat bermacammacam tergantung dari aspek mana kita melihat. SDM yang berkualitas adalah manusia yang dapat mengembangkan potensi dirinya secara produktif bagi pembangunan nasional. SDM perlu terus ditingkatkan pengetahuannya dan tingkat keterampilannya. Kedua aspek ini (pengetahuan dan keterampilan) sangat perlu terus ditingkatkan agar memperoleh SDM yang mudah bersikap mendukung pembangunan (Soekartawi, 1995). Sistem penyuluhan harus didukung oleh sumberdaya manusia (SDM) penyuluh yang sesuai. Hal-hal yang menjadi pertimbangan menurut Slamet (2008) dalam Sadono (2010) diantaranya adalah: masalah sosial yang dihadapi, kelompok sasaran, strategi pemecahan masalah, strategi pendekatan masalah, tingkat keakuratan pemecahan masalah, pendanaan yang tersedia, perkembangan ilmu dan teknologi, wilayah yang akan menjadi wilayah kerja, dan keberlanjutan kebijakan.
15
Menurut BPLPP (1977) dalam Sadono (2010) jumlah tenaga penyuluh dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sebagai gambaran, pada tahun 1969 jumlah PPL sebanyak 672 orang dan belum ada tenaga PPS. Tahun 1977 jumlah PPL sebanyak 11.749 orang dan PPS sebanyak 1.206 orang. Sementara menurut Hubeis (1993) dalam Sadono (2010), pada tahun 1991 penyuluh di Indonesia berjumlah 29.530 orang. Mereka terdiri dari 1.413 penyuluh berkualifikasi sarjana (4,78%) dan 27.117 non sarjana (95,22%). Menurut FAO (Hubeis, 1993) dalam Sadono (2010) angka presentase penyuluh spesialis yang diharapkan menjembatani hasil-hasil pertanian dalam membina penyuluh lapangan relatif sangat sedikit dibanding dengan rata-rata persentase untuk negara berkembang yang berkisar antara 8% sampai dengan 20%. Menurut Fagi dan Sam (2009) dalam Payung, Muhidong, dan Daniel (2011), Sumberdaya penyuluhan paling kurang mencakup 4 hal yaitu : (1) Kemampuan Penyuluh, (2). Materi Penyuluhan, (3). Sarana Penyuluhan, dan (4) Biaya yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan, Sedangkan SDM Penyuluhan teridri dari (1). SDM petani dan peternak, dan (2). SDM aparat yang terdiri atas aparat pimpinan, Fungsional termasuk penyuluh dan peneliti, teknis dan pemerhati pertanian. Pengembangan SDM penyuluhan dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, magang, tugas belajar dan
16
ijin belajar, studi banding, kerjasama pelatihan dan pendidikan nonformal lainnya.
d. Pendanaan Penyuluhan
Sebelum masa otonomi daerah, pendanaan kegiatan penyuluhan pertanian dianggarkan oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pertanian. Tahun 1991 dimulai era penyerahan sebagian urusan penyuluhan pertanian ke daerah. Salah satu perubahan besar dalam penyuluhan pertanian dengan dikeluarkannya SKB tahun 1991 adalah adanya penyerahan urusan penyuluhan tersebut kepada Pemerintah Daerah Tingkat II baik yang menyangkut personil penyuluh pertanian, material (sarana penyuluhan) maupun tatalaksana penyuluhan (Sadono, 2010). Menurut Ekstensia (1996) dalam Sadono (2010) bahwa dalam merealisasikan pelaksanaan urusan penyuluhan pertanian ini tidak semua Daerah Tingkat II mempunyai kemampuan yang sama, antara lain dalam aspek penganggaran biaya penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Oleh karenanya, untuk pelaksanaan penyuluhan pertanian di daerah masih diberikan SBBO-PP (Subsidi Bantuan Biaya Operasional Penyuluhan Pertanian) dari pemerintah pusat yang diusahakan melalui Departemen Dalam Negeri. Namun demikian, dana tersebut di beberapa daerah mengalami ketidaklancaran maupun
17
ketidak-utuhan dalam penyaluran dana anggaran penyuluhan sampai ke tangan penyuluh. Menurut menteri kehutanan dalam Sadono (2010), bahwa setelah tiga tahun dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, kondisi di atas juga masih relatif sama. Sampai November 2009, baru terdapat 181 kabupaten/kota (< 45%), yang sudah mempunyai kelembagaan penyuluhan yang baru (BP4K). Kelembagaan koordinasi penyuluhan di propinsi (BKP3K) sudah dibentuk di 21 provinsi.
3. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) merupakan suatu instansi penyuluhan pertanian yang berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Pasal 15 ayat (2). Menurut Arkandie, 1989 (dalam Zakaria, 2009), terdapat dua jenis pengertian kelembagaan yaitu kelembagaan sebagai aturan mkelembagaan sebagai organisasi. Kelembagaan sebagai aturan main, merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi, sedangkan kelembagaan dalam arti organisasi biasanya menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan untuk mekanisme pasar, tetapi mekanisme administrasi atau komando.
18
Pakpahan (1989) dalam Irene (2013) mengungkapan bahwa ciri-ciri kelembagaan antara lain: 1) batas yudiksi, 2) property right (hak kepemilikan), dan 3) aturan representasi. Batas yuridiksi akan menentukan apa dan siapa yang tercakup dalam organisasi, melakukan perluasan aktivitas ekonomi. Menurut Sadono (2010), kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang disusun didasarkan pada UU No. 16 Tahun 2006 dibentuk pada tingkat pusat sampai tingkat lapangan. Pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat propinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakorluh PPK), pada tingkat kabupaten/kota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K). Badan Penyuluhan pada tingkat pusat bertanggung jawab kepada Menteri. Badan Penyuluhan mempunyai tugas: 1. Menyusun kebijakan nasional, programa penyuluhan nasional, standarisasi dan akreditasi tenaga penyuluh, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. 2. Menyelenggarakan pengembangan penyuluhan, pangkalan data, pelayanan, dan jaringan informasi penyuluhan. 3. Melaksanakan penyuluhan, koordinasi penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi, serta alokasi dan distribusi sumberdaya penyuluhan.
19
4. Melaksanakan kerja sama penyuluhan nasional, regional, dan internasional. 5. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan swasta.
Badan Penyuluhan ini membawahi pusat-pusat (setingkat eselon II) yang mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan khusus/kedinasan, pusatpusat pelatihan. Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BKP3K) di tingkat propinsi diketuai oleh Gubernur dan dibantu oleh sekretariat yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon IIa. Badan ini mempunyai tugas: 1. Melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor, optimalisasi partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pakar, dunia usaha, institusi terkait, perguruan tinggi, dan sasaran penyuluhan. 2. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan propinsi yang sejalan dengan kebijakan dan programa nasional serta spesifik lokalita. 3. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan umpan balik kepada pemerintah daerah. 4. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan swasta.
Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Badan pelaksana penyuluhan ini dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dan bertanggung
20
jawab kepada bupati/ walikota. Badan ini mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan kabupaten/kota yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan nasional dan propinsi. 2. Melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja, dan metode penyuluhan. 3. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 4. Melaksanakan pembinaan pengembangan kerja sama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. 5. Menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 6. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Pada tingkat kecamatan dibentuk Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K). Balai ini berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha. BP3K mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa penyuluhan kabupaten/kota dan yang spesifik lokasi. 2. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan.
21
3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar. 4. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha. 5. Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. 6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. BP3K di tingkat kecamatan ini perlu dimanfaatkan sebagai tempat peningkatan pendidikan masyarakat desa seperti yang dicita-citakan dalam pembentukan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD) pada tahun 1948. Balai ini melayani kepentingan seluruh masyarakat desa (petani, pedagang, tukang, dan sebagainya) dan bersifat netral dari kepentingan politis. Balai ini merupakan suatu tempat dengan bangunan untuk pertemuan dan lahan (1-2 ha) untuk melakukan percontohan melalui demonstrasi usahatani dan industri kecil, dan sebagainya. Dengan percontohan ini maka masyarakat desa akan mendatangi BP3K untuk melihat percontohan tersebut.
Pada tingkat desa/kelurahan dibentuk Pos penyuluhan desa/kelurahan, yang merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. Pos penyuluhan desa/kelurahan
22
berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha, untuk: 1. Menyusun programa penyuluhan. 2. Melaksanakan programa penyuluhan desa/kelurahan. 3. Menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya. 4. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 5. Menumbuh kembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. 6. Melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang, serta metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 7. Memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 8. Memfasilitasi forum penyuluhan perdesaan.
4. Konsep Kemitraan
a. Makna Kemitraan Kemitraan, terutama dalam dunia usaha, adalah hubungan antar pelakunya yang didasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja senergis, dengan hasil positive-sum atau win-win situation. Dengan kata lain, kemitraan usaha merupakan hubungan kerja sama antarusaha yang sejajar,
23
dilandasi oleh prinsip saling menunjang, dan saling menghidupi berdasarkan asas kekeluargaan dan kebersamaan (Kartasasmita, 1996) b. Bentuk-Bentuk Kemitraan Dalam upaya mengembangkan dunia usaha terdapat beberapa bentuk kemitraan yang dapat dikembangkan. Menurut Katasasmita (1996), terdapat empat bentuk kemitraan. Pertama, ialah kemitraan antarskala usaha khususnya kemitraan antara pengusaha atau industri besar dan pengusaha atau industri kecil serta nenengah, termasuk di sini hubungan antara BUMN, swasta dan koperasi. Kedua, ialah kemitraan usaha antardaerah atau antarkawasan. Mendorong meningkatkan kemitraan antarskala usaha saja tidak cukup. Terutama Indonesia, karena potensinya yang begitu luas untuk meningkatkan perekonomian, maka kemitraan antardaerah atau antarkawasan juga menjadi penting untuk diperhatikan. Meningkanya kemitraan usaha antaradaerah atau antarkawasan akan mendukung secara tidak langsung upaya membangun dunia usaha yang kuat. Ketiga, ialah kemitraan usaha antarsektor. Pada saat ini, sektor industry dan jasa tumbuh dengan pesat, sementara sektor pertanian tertinggal. Dengan kemitraan antarsektor, keuntungan komparatif berdasarkan potensi masing-masing sektor dapat dioptimalkan dan kegiatan ekonomi dapat terwujud dalam suatu rangkaian kegiatan yang terpadu.
24
Keempat, ialah kemitraan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan iptek. Ini merupakan aspek yang amat penting dalam program kemitraan. Pelatihan SDM dan bantuan teknologi bagi mitra akan meningkatkan efektifitas dan keuntungan yang akan diperoleh dari kerja sama kemitraan.
5. Teori Pendapatan Menurut Mubyarto (1994), pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor (bruto) dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani. sedangkan menurut Mosher (2002), pendapatan di bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama kegiatan usahatani. Menurut Floperda (2015), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitng dalam per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain. Pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar usahatani.
25
Mubyarto (1994) menghitung pendapatan usahatani dengan cara mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut: I = TR – TC Keterangan: I = Pendapatan/ Income (Rp) TR = Total penerimaan/Total Revenue (Rp) TC = Biaya Total/Total Cost (Rp) Sudarsono (2008) menghitung penerimaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TR = P x Q Keterangan: TR = Total Penerimaan/ Total Revenue (Rp) P = Harga Prosuk/Price (Rp) Q = Jumlah Produk/Quantity (Kg)
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didasari dengan penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada peneliti tentang penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu telah diringkas pada Tabel 4 berikut.
26
Tabel 4. Ringkasan penelitian terdahulu No Pengarang dan Tema Penelitian Tahun 1 Irawan, 2011 Keberhasilan Pelaksanaan P2KPG bagi Anggota Kelompok Wanita dalam Poksi Demapan di Kampung Sinar Negeri Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah. 2
Nida, 2014
3
Lesmana, 2007
4
Sa’roni, 2010
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Credit Union Adil Sebagai Lembaga Pembiayaan Masyarakat di Desa Delingo Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Kota Samarinda
Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis
Hasil Faktor yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pelaksanaan P2KPG yaitu umur responden, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan gizi, frekuensi mengikuti penyuluhan gizi dan kesehatan. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata adalah lama pemanfaatan pekarangan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Credit Union Adil yaitu persepsi aktivitas pendidikan dan persepsi kepemimpinan. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh yaitu persepsi administrasi dan persepsi manajemen.
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) indikator yaitu responsivitas, responsibilitas, dan kualitas layanan. Indikator responsivitas masuk ke dalam kategori sedang (68%), responsibilitas masuk kategori sedang (68%), dan kualitas layanan masuk kategori sedang (80%). Artinya, dari ketiga indikator masih dijumpai hal-hal yang kurang memuaskan. Variabel rasa memiliki BMT berpengaruh secara signifikan dengan manajerial yang baik. Rasa memiliki BMT tidak berpengaruh secara signifikan dengan jaringan yang dimiliki.
27
Tabel 4. Ringkasan penelitian terdahulu (Lanjutan) No 5
Pengarang dan Tahun Payung, Muhidong, dan Daniel, 2003
6
Juraemi, 2004
Tema Penelitian
Hasil
Peranan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Penyuluhan dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan untuk Keberlanjutan Ketahanan Pangan Daerah di Merauke
Peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi masih rendah karena dipengaruhi oleh penerapan teknologi belum optimal. Kelembagaan penyuluhan pertanian belum menjalankan fungsinya secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada petani. Kelembagaan kelompok tani masuk kategori kurang baik. Kinerja kelembagaan KUD, kelembagaan Pembina dari perusahaan inti, dan kelembagaan PPL Perkebunan masuk kategori cukup baik. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja kelembagaan dengan keragaan sistem agribinsis pada derajat kekeliruan sebesar 55.
Hubungan antara Kinerja Kelembagaan dengan Keragaan Sistem Agribisnis pada Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit
C. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan BP3K memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian serta merupakan cermin keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan. Upaya pemerintah pusat dalam mengapresiasi lembaga penyuluhan pertanian tingkat kecamatan yaitu dengan pemberian penghargaan bagi Balai Penyuluhan Kecamatan yang berprestasi dalam rangka memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja yaitu BP3K Berprestasi.
28
Pada perlombaan BP3K Berprestasi 2015, BP3K Raman Utara berhasil memperoleh penghargaan BP3K Berprestasi tingkat provinsi dengan perolehan nilai sebanyak 894 poin. Hal tersebut telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/379.a/IV.01/HK/2015. Pencapaian BP3K Raman Utara tersebut tentulah dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Penilaian dan penetapan BP3K Berprestasi memiliki indikator-indikator yang dapat digunakan dalam melihat keberhasilan BP3K dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat nasional yakni meliputi aspek: 1) sarana prasarana, 2) sumberdaya manusia, 3) manajemen operasional, dan 4) aktivitas. Skor-skor pada penilaian keempat aspek tersebut merupakan skor baku yang telah ditetapkan sesuai Pedoman Penilaian Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi. a. Aspek Sarana Prasarana Penilaian terhadap calon BP3K Berprestasi dilakukan berdasarkan aspekaspek berikut : 1. Sarana yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan a. Sarana Pusat Informasi b. Alat bantu penyuluhan untuk memperlancar penyampaian informasi; c. Peralatan administrasi untuk memperlancar dan merapikan administrasi balai;
29
d. Alat transportasi untuk memperlancar operasional Balai Penyuluhan Kecamatan dan membantu serta memperlancar tugas penyuluh; e. Buku dan hasil publikasi sebagai bahan bacaan materi penyuluhan bagi penyuluh; dan f. Meubelair yang tersedia 2. Prasarana yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan a. Prasarana kelengkapan gedung; b. Prasarana percontohan; c. Prasarana programa; d. Prasarana dan alat peraga untuk memperlancar operasional Balai dan tugas penyuluh; e. Prasarana administrasi untuk memperlancar operasional; dan f. Sumber air bersih,penerangan,dan pagar lingkungan
b. Aspek Sumber Daya Manusia yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan 1. Kelembagaan tani yang telah tumbuh/terbentuk; 2. Petani Berprestasi/Andalan yang telah mendapat penghargaan selama 3(tiga) tahun terakhir; 3. Jumlah Penyuluh(PNS dan THL-TB PP) yang bertugas; 4. Penyuluh yang Berprestasi/Andalan yang telah mendapat penghargaan selama 3(tiga) tahun terakhir; dan 5. Kemitraan usaha yang sudah terbentuk dari dukungan Balai Penyuluhan Kecamatan.
30
c. Aspek Manajemen Operasional Balai Penyuluhan Kecamatan 1. Keberadaan struktur organisasi Balai Penyuluhan Kecamatan; 2. Pembagian tugas pokok dan fungsi; 3. Adanya programa penyuluhan kecamatan yang disusun oleh penyuluh; 4. Keberadaan jadwal latihan yang akan diselenggarakan Balai Penyuluhan Kecamatan; 5. Keberadaan jadwal kunjungan penyuluh;dan 6. Keberadaan jadwal supervisi petugas/penyuluh d. Aspek Aktivitas di Wilayah kerja Balai Penyuluhan Kecamatan 1. Bentuk media penyampaian dan penyebaran informasi tekhnologi; 2. Fasilitas proses pembelajaran pelaku utama dan usaha yang ada; 3. Kaji terap/percontohan yang telah dilaksanakan; 4. Model usahatani yang dikembangkan; 5. Rekomendasi dan akses sumber tekhnologi yang dilakukan; 6. Fasilitas kerjasama peneliti,penyuluh,pelaku utama dan pelaku usaha oleh Balai Penyuluhan Kecamatan; 7. Rembug tani koordinasi dan musyawarah yang dilaksanakan 8. Mimbar Sarasehan yang telah dilaksanakan; 9. Menumbuhkembangkan kepemimpinan kewirausahaan dan kelembagaan kelompoktani yang telah dilakukan; 10. Perakitan materi/media dan alat bantu spesifik lokal yang telah dilakukan; 11. Keberadaan layanan terpadu informasi melalui Cyber Extension;
31
12. Keberadaan klinik konsultasi agribisnis; 13. Pemutakhiran data kelembagaan dan ketanagaan penyuluhan;dan 14. Supervisi,evaluasi,dan pembinaan kinerja penyuluh yang telah dilakukan Bobot penilaian masing-masing unsur dari setiap aspek untuk penetapan BP3K Berprestasi, tercantum pada bab metodologi penelitian. Selain aspek penilaian, peneliti juga ingin melihat pendapatan petani di Kecamatan Raman Utara pada tahun sebelum dan sesudah BP3K Raman Utara memperoleh penghargaan, karena sarana dan prasarana yang dimiliki BP3K Raman Utara dalam penilaian BP3K Berprestasi haruslah mendukung peningkatan pendapatan petani. Secara sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 1.
Keberhasilan dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat provinsi tahun 2015
Pendapatan Petani
Indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan BP3K Berprestasi yakni sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Sarana dan prasarana yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan Sumber daya manusia yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan Manajemen operasional Balai Penyuluhan Kecamatan Aktivitas di wilayah kerja Balai Penyuluhan Kecamatan
Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan faktor-faktor keberhasilan dengan pencapaian BP3K Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur sebagai BP3K Berprestasi Tingkat Provinisi tahun 2015.
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel (Noor, 2012). BP3K Berprestasi merupakan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah pusat berupa piagam dan plakat serta uang kepada BP3K yang memperoleh nilai tertinggi di setiap provinsi yang berhasil dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya. Variabel pada penelitian ini merupakan keberhasilan BP3K dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi. Variabel tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Penilaian Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi, dilihat dari beberapa aspek yaitu: 1. Aspek sarana prasarana adalah fasilitas yang secara langsung dan tidak langsung menunjang jalannya proses penyuluhan pertanian 2. Aspek sumberdaya manusia adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota suatu instansi (BP3K) yaitu penyuluh pertanian (PPL) dan petani.
33
3. Aspek manajemen operasional adalah suatu usaha pengelolaan secara maksimal pembagian tugas dan struktur organisasi BP3K 4. Aspek aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian (PPL) dan petani dalam kegiatan pertanian. Keempat aspek tersebut digunakan untuk melihat keberhasilan BP3K Berprestasi tingkat provinsi sekaligus untuk menilai tingkat keberhasilan Raman Utara sebagai BP3K Berprestasi dengan total nilai sebanyak 861 poin. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Aspek-aspek penilaiana BP3K Berprestasi tahun 2015 No I
Aspek yang Dinilai Sarana Prsarana
Variabel
Bobot
A Sarana
100
a
10
\ b
c
d
Sarana Pusat Informasi 1 Display
Skor
2,5
2
Handycam
2,5
3 4
Kamera Telepon dan fax
2,5 2,5
Alat Bantu Penyuluh 1 OHP 2 LCD 3 sound system, wireless 4 TV, VCD/DVD, tape recorder
20 4 4 4 4
5 white board Peralatan Administrasi 1 Komputer, printer, dan internet
4 20 4
2
Mesin tik
4
3
Kalkulator
4
4
Barankas
4
5
Rak buku
4
Alat Transportasi 1
Kendaraan roda dua
5 3
34
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai
Variabel 2
e
f
Bobot
Lain-lain (kendaraan roda tiga/empat)
Buku dan Hasdil Publikasi
2
20
1
Leaflet-leaflet
5
2
Brosur-brosur
5
3
Billboard
5
4
Buku-buku
5
Meubeulair
25
1
Meja + kursi kerja
5
2
Meja + kursi rapat/pelatihan
5
3
Rak buku perpustakaan
5
4
Lemari buku + arsip
5
5
Peralatan makan dan minum
5
B Prasarana
100
a
25
b
c
Skor
Prasarana Gedung 1
Gedung Balai Penyuluhan Kecamatan
10
2
Papan nama dan informasi
5
3
Air bersih dan penerangan
5
4
Pagar
5
Prasarana Percontohan
20
1
Lahan
10
2
Kandang
5
3
Kolam
5
Prasarana Programa
25
1
PRA
5
2
Monografi
5
3
RDK dan RDKK
5
35
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai
Variabel
d
e
II
Bobot
Skor
4
Programa
5
5
Rencana kerja
5
Prasarana dan Alat Peraga 1 PH meter
15 3
2
Pengukur kadar air/curah hujan
2
3
Hand sprayer
2
4
Alat ukur ubinan
2
5
2
6
Benda tiruan/Moch up Spesimen basah
7
Spesimen kering
2
Prasarana Administrasi 1
Buku tamu
2
Buku konsultasi
3
Notulen rapat
Aspek Sumber Daya Manusia
2 15 2,5 5 7,5 91
a
Kelembagaan Tani
25
1
Kelompok tani
5
2
Gapoktan
5
3
Forum poktan
5
4
Asosiasi/koperasi/ Korporasi Posluhdes
5
5
5
b
Petani Berprestasi/Andalan
30
1
Petani teladan
10
1
2
Petani maju
10
2
3
Kelompoktani berprestasi
10
3
c
Penyuluh (PNS dan THL TB-PP)
6
1
dibawah 5 (lima) orang
4
2
5 (lima) orang
5
3
lebih dari 5 (lima) orang
6
36
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai d
III
Variabel
Bobot
Penyuluh yang Berprestasi/Andalan
30
1
Penyuluh teladan
15
2
penyuluh penerima penghargaan
15
Aspek Manajemen Operasional
50 a
b
c
d
Struktur organisasi Balai Penyuluhan Kecamatan
10
1
Belum ada
2
2
Ada, tidak berjalan
8
3
Ada, sudah berjalan
10
Pembagian Tugas dan Fungsi
10
1
Belum ada
2
2
Ada, tidak berjalan
8
3
Ada, sudah berjalan
10
Jadwal Latihan
10
1
Belum ada
2
2
Ada, tidak berjalan
8
3
Ada, sudah berjalan
10
Jadwal Kunjungan
10
1
Belum ada
2
2
Ada, tidak berjalan
8
3
Ada, sudah berjalan
10
e
IV
Skor
Jadwal Supervisi
10
1
Belum ada
2
2
Ada, tidak berjalan
8
3
Ada, sudah berjalan
10
Aspek Aktivitas
520 A Menyampaikan dan Menyebarkan Informasi Teknologi
40
1
Melalui leflet
10
2
Melalui brosur
10
3
Melalui siaran radio
10
4
Melalui internet
10
37
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai
Variabel b
Fasilitas Proses Pembelajaran Pelaku Utama dan Pelaku Usaha
e
f
50
SL-PTT
10
2
Kursus tani
10
3
SL-PHT
10
4
SL-Iklim
10
5
Temu , temu teknologi, dan temu teknis Akses permodalan
5
Melaksanakan Kaji Terap/Kaji Tindak/Percontohan 1
d
Skor
1
6 c
Bobot
5 50
15
2
Kaji terap/kaji tindak Demplot
3
Demfarrm
10
4
Demarea
10
Mengembangkan Model Usahatani
15
50
1
Penangkaran benih/bibit unggul
12.5
2
Pembuatan pupuk organik
12.5
3
Pembuatan pestisida organik
12.5
4
Pembuatan benih organik
12.5
Rekomendasi dan Akses Sumber Teknologi
40
1
Perguruan tinggi
10
2
BPTP
20
3
Mitra usaha
10
Fasilitasi Kerjasama Peneliti, Penyuluh, Pelaku Utama, dan Pelaku Usaha 1
Belum ada
20
10
38
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai
Variabel
g
h
i
j
Bobot
Skor
2
Ada, tidak berjalan
20
3
Ada, sudah berjalan
10
Melaksanakan Rembug Tani Koordinasi dan Musyawarah
50
1
Musrenbang Kecamatan
15
2
Musrenbang Desa/Kelurahan
15
3
Musrenbang Kelompok tani/Rembug tani
20
Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Kewirausahaan dan Kelembagaan Kelompoktani
50
1
Kelompoktani Kelas Pemula
20
2
Kelompoktani Kelas Lanjut
10
3
Kelompoktani Kelas Madya
10
4
Kelompoktani Kelas Utama
10
Perakitan Materi/Media dan Alat Bantu Spesifik Lokal
20
1
Alat manual pengolahan hasil (Ada dan sebutkan)
20
2
Alsintan (Ada dan sebutkan)
20
Layanan Terpadu Informasi Melalui Cyber Extension
20
1
Belum ada
4
2
Ada, tidak berjalan
16
3
Ada, sudah berjalan
20
39
Tabel 5. (Lanjutan) No
Aspek yang Dinilai
Variabel k
l
Klinik Konsultasi Agribisnis
Skor
25
1
ada, sudah dimanfaatkan
25
2
Ada, belum dimanfaatkan
15
Pusat Inkubator Agribisnis
20
1
Belum ada
8
2
Ada, belum berjalan
12
3
Ada, sudah berjalan
20
m Pemutakhiran Data Ketenangan, Data Kelembagaan Tani dan Usahatani, serta Kelembagaan Penyuluhan
n
Bobot
25
1
Belum ada
5
2
Sudah ada
25
Laporan Supervisi, Evaluasi, dan Pembinaan Kinerja Penyuluh
40
1
Dua mingguan
10
2
Bulanan
10
3
Tri wulan
10
4
Setengah tahunan
10
JUMLAH
861
B. Penentuan Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Timur memperoleh penghargaan
40
juara II pada tahun 2014 dan juara I pada tahun 2015. Hal tersebut tertarik untuk diteliti karena adanya perubahan peningkatan juara yang diperoleh Kabupaten Lampung Timur pada 2 (dua) tahun terakhir, serta pertimbangan bahwa BP3K Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur merupakan BP3K yang memperoleh BP3K Berprestasi tingkat provinsi tahun 2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2016. Populasi penelitian ini adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petani di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur serta dengan pertimbangan bahwa penyuluh dan petani turut serta dalam penilaian BP3K Berprestasi. Jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di BP3K Raman Utara sebanyak 10 (sepuluh) orang. Jumlah petani di wilayah Raman Utara sebanyak 8.270 orang. Total sampel penyuluh pertanian yang akan diteliti berjumlah 10 orang, sedangkan penentuan sampel petani pada penelitian ini, diambil berdasarkan perbandingan kelas kelompok tani pada 2 (dua) desa di masingmasing BP3K. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah poktan di BP3K Raman Utara berdasarkan kelas kelompok tani tahun 2015 GAPOKTAN NO 1
DESA Raman Aji
Nama
POKTAN DAN KELAS KELOMPOK Jumlah Pemula Lanjut Madya Utama Poktan
A. Jaya Makmur
20
2
18
B. Karya Makmur
16
7
9
2
Rukti Sediyo
Sediyo Tani
22
18
4
3
Ratna Daya
Tirta Abadi
27
24
3
4
Kota Raman
Karya Tani
13
7
6
41
Tabel 6. Jumlah poktan di BP3K Raman Utara (Lanjutan) GAPOKTAN NO
5
DESA
Nama
Rejo Binangun
POKTAN DAN KELAS KELOMPOK Jumlah Pemula Lanjut Madya Utama Poktan
A. Tri Tunggal
22
11
11
B. Krame Tani
19
11
6
6
Rantau Fajar
Tani Maju
32
13
19
7
Raman Endra
Tani Karya
27
14
9
8
Raman Fajar
Fajar Maju
24
18
6
9
Restu Rahayu
Tani Rahayu
14
12
2
10
Rajo Katon
Harapan Makmur
27
25
2
11
Rama Puja
A. Tri Jaya
21
18
3
B. Harapan Jaya
19
17
2
303
197
100
14
1 4
5
Sumber: BP3K Raman Utara, 2015 Berdasarkan Tabel 6 bahwa Desa Rejobinangun menjadi sasaran pengambilan sampel sebagai desa dengan kelas kelompok tani tertinggi dan Desa Rejo Katon sebagai desa dengan kelas kelompok tani terendah. Populasi petani pada penelitian di BP3K Raman Utara yaitu Desa Rejobinangun (sebagai kelas kelompok tani tertinggi) dengan jumlah petani sebanyak 928 orang dan Desa Rejo Katon (sebagai kelas kelompok tani terendah) dengan jumlah petani sebanyak 606 orang, sehingga total populasi petani pada BP3K raman Utara menjadi 1.534 orang. Selanjutnya, penentuan jumlah sampel kedua desa tersebut ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin (Noor, 2012).
n= =
(
²)
............................................................................... (1)
1.534 = 43,19 = 43 1 + (1.534 0,15²)
1
1
42
Keterangan: n = Jumlah elemen/anggota sampel N = Jumlah elemen/anggota populasi e = Error level (tingkat kesalahan) (ditetapkan 15%, tingkat kepercayaan 85%) Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, dapat diketahui bahwa sampel petani yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 43 orang. Jumlah 43 petani dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan desa yang terpilih di Kecamatan Raman Utara. Setiap desa terdiri dari jumlah sampel yang berbeda-beda disesuaikan dengan jumlah populasi. Jumlah masing-masing sampel pada tiap desa ditentukan dengan menggunakan metode proporsional Nazir (1998), yaitu:
=
×
......................................................................................... (2)
Keterangan: ni = Jumlah sampel petani menurut wilayah binaan penyuluh pertanian n = Jumlah sampel petani keseluruhan N = Jumlah populasi petani keseluruhan Ni = Jumlah populasi petani menurut wilayah binaan penyuluh pertanian Dengan menggunakan rumus persamaan (2), maka diperoleh jumlah sampel masing-masing di setiap desa sebagai berikut: 1) Sampel petani di Desa Rejo Binangun =
.
× 43 = 25,8 = 26
43
2) Sampel petani di Desa Rejo Katon =
.
× 43 = 17,2= 17
Hasil perhitungan sampel petani berdasarkan wilayah binaan dengan rumus persamaan (2) di atas dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran sampel penelitian di BP3K Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No
Wilayah Binaan
Nama Penyuluh
Populasi Petani Binaan
Sampel Petani Binaan
1
Sri Miyati
Rejo Binangun
928
26
2
Amat Wiyono, A.Md
Rejo Katon
606
17
1.534
43
Jumlah
2 desa
Sumber: Analisis data primer, 2016 Diikutsertakan penyuluh pertanian dan petani sebagai responden untuk menghindari penilaian subyektif dalam penilaian BP3K Raman Utara sebagai BP3K Berprestasi tingkat Provinsi tahun 2015. Seluruh penyuluh bertanggungjawab terhadap penilaian BP3K Berprestasi. Seluruh petani binaan di Kecamatan Raman Utara sebanyak 7.928 orang dan diambil dua desa yaitu Desa Rejobinangun sebagai kelas kelompok tani tertinggi dan Desa Rejo Katon sebagai desa dengan kelas kelompok tani terendah , sehingga sampel petani menjadi 43 orang untuk memudahkan dalam pengambilan data.
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang termasuk dari jenis penelitian kualitatif. Moleong (2004) menjelaskan definisi penelitian
44
kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986) bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Moleong (2004) juga menjelaskan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) yang mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu identitas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petani diperoleh melalui wawancara menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder antara lain: jumlah petani binaan, data legalitas kelembagaan tani, dan gambaran umum BP3K Raman Utara di diperoleh melalui BP3K Raman Utara, serta data skor BP3K Berprestasi pada tahun 2014 dan 2015 diperoleh melalui Bakorluh Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap gejala-gejala yang diteliti, yang meliputi daerah penelitian dan penilaian BP3K Berprestasi yaitu meliputi sarana prasarana, sumberdaya manusia, manajemen operasional, dan aktivitas.
45
b. Wawancara Wawancara merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung dengan responden. Peneliti menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam mewawancarai responden. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memberikan skor terhadap penilaian dalam penelitian dan pendapatan petani. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dari lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian seperti Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh) Provinsi Lampung dan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan (BP3K).
D.
Metode Analisis Data
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan deskriptif. Pelaksanaan BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung dapat diketahui melalui analisis secara deskriptif yang diperoleh melalui pedoman Penilaian Calon Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan wawancara kepada instansi yaitu BP3K Raman Utara dan Bakorluh Provinsi Lampung. Pendapatan petani binaan dapat diketahui melalui analisis usahatani dan deskriptif melalui tabulasi.
46
Selanjutnya untuk mengetahui penilaian aspek BP3K Berprestasi tahun 2015 terhadap BP3K Raman Utara diperoleh melalui analisis secara deskriptif dengan tabulasi dan mengklasifikasikan 3(tiga) kategori yaitu tidak berhasil, kurang berhasil, dan berhasil. Selain keberhasilan BP3K Berprestasi, karakteristik responden antara lain umur, tingkat pendidikan formal, jarak rumah tempat tinggal, lama berusahatani, luas lahan, dan pendapatan petani diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Banyaknya kelas dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu 3 (tiga) kelas. Penentuan jarak antar kelas pada penelitian menggunakan rumus Struges (Dajan, 1996) sebagai berikut: =
− K
Keterangan: Z = Interval kelas X = Nilai tertinggi Y = Nilai terendah K = Banyaknya kelas/kategori Skor pada penilaian BP3K Berprestasi tahun 2015 merupakan standar baku dari Kementerian Pertanian. Skor terendah pada penilaian aspek sarana adalah 2 dan skor tertinggi adalah 100. Skor terendah pada penilaian aspek prasarana adalah 2 dan skor tertinggi adalah 100. Skor terendah pada penilaian aspek sumberdaya manusia adalah 4 dan skor tertinggi adalah 91. Skor terendah pada penilaian aspek manajemen operasional adalah 2 dan skor tertinggi adalah 50. Skor terendah pada penilaian aspek aktivitas adalah 5 dan skor tertinggi adalah 520 poin.
47
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat ditentukan kriteria pengukuran keberhasilan pada BP3K dalam pencapaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi. 1. Aspek Sarana (Nilai 100 poin) diklasifikasikan menjadi tidak berhasil (2 – 34,66), kurang berhasil (34,67 – 67,33), dan berhasil (67,34 – 100) 2. Aspek Prasarana (Nilai 100) diklasifikasikan menjadi tidak berhasil (2– 34,66), kurang berhasil (34,67 – 67,33), dan berhasil (67,34 – 100). 3. Aspek Sumberdaya Manusia (Nilai 91) diklasifikasikan menjadi tidak berhasil (4 – 33), kurang berhasil (34 – 62), dan berhasil (63 – 91). 4. Aspek Manajemen Operasional (Nilai 50) diklasifikaiskan menjadi tidak berhasil (2 – 18), kurang berhasil (19 – 34), dan berhasil (35 –50) 5. Aspek Aktivitas (Nilai 520) diklasifikasikan menjadi tidak berhasil (5 – 176,67), kurang berhasil (177,67 – 348,34), dan berhasil (349,34 – 520).
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM BP3K RAMAN UTARA
A. Keadaan Geografis, Keadaan Iklim, dan Demografi
BP3K Raman Utara merupakan salah satu BP3K yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Instansi ini berkedudukan di Desa Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Kecamatan Raman Utara merupakan daerah dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit. Secara administratif letak Kecamatan Raman Utara berbatasan dengan: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batanghari Nuban.
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purbolinggo.
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Iklim di wilayah Kecamatan Raman Utara termasuk dalam tipe iklim sedang, dengan rata - rata curah hujan 414 mm per tahun. Keadaan suhu yang terjadi berkisar antara 23° C sampai dengan 29° C. Curah hujan berkisar 2.500 – 3.000 mm dan jumlah hari hujan antara 99 - 121 hari per tahun.
49
Kecamatan Raman Utara berpenduduk 36.049 jiwa yang terdiri dari penduduk laki - laki sebanyak 18.406 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 17.643 jiwa, dengan luas wilayah 90,58 Km2. Ibukota Kecamatan Raman Utara berkedudukan di Desa Kota Raman. Wilayah Kecamatan Raman Utara meliputi 11 (sebelas) desa, luas wilayah, jumlah penduduk, rumah tangga dan kepadatan penduduk per desa di Kecamatan Raman Utara dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Luas wilayah, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk per Desa di Kecamatan Raman Utara Tahun 2015 No
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Raman Aji Rukti Sediyo Ratna Daya Kota Raman Rejo Binangun Rantau Fajar Raman Endra Raman Fajar Restu Rahayu Rejo Katon Rama Puja Jumlah
Luas (km2)
Jumlah penduduk
Rumah tangga
6.070 2.881 3.569 2.161 3.875 3.149 2.717 2.931 1.404 3197 4.095 1.116
1.769 830 1.100 562 1.124 917 747 977 318 887 1.116 10.347
6,86 8,62 7,25 1,70 9,43 8,70 6,65 10,04 10,22 8,86 12,25 90,58
Ratarata jiwa/km2 885 334 492 1.271 411 362 409 292 137 361 334 397,98
Rata-rata jiwa/rumah tangga 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3,48
Sumber : BP3K Raman Utara, 2016. Berdasarkan Tabel 8 jumlah penduduk yang ada di Raman Utara sebanyak 36.049 jiwa. Jumlah penduduk yang paling banyak yaitu di Desa Raman Aji dengan jumlah penduduk 6.070 jiwa dan yang paling rendah yaitu penduduk di Desa Restu Rahayu dengan jumlah penduduk sebanyak 1.404 jiwa.
Keadaan penduduk berdasarkan data terakhir Desember 2014 tercatat jumlah Kepala Keluarga (KK) Umum yaitu sebanyak 11.002 KK dan 8.270 KK Tani.
50
KK Umum merupakan keluarga yang tercatat di Kecamatan Raman Utara bukan termasuk petani. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Umum dan KK Tani di Wilayah Binaan BP3K Kecamatan Raman Utara Tahun 2015 No Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Raman Aji Rejo Binangun Rukti Sediyo Kota Raman Ratna Daya Raman Endra Raman Fajar Rantau Fajar Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Jumlah
KK Umum (Orang)
KK Tani (Orang)
1.863 1.115 807 591 1.338 952 837 953 892 1.207 447 11.002
1.140 928 725 251 1.120 615 733 830 606 987 335 8.270
Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BP3K Raman Utara, 2016 Berdasarkan Tabel 9 jumlah kepala keluarga (KK) Umum dan KK Tani di wilayah binaan BP3K Kecamatan Raman Utara tahun 2014 adalah KK Umum di Desa Raman Aji lebih besar dengan jumlah 1.863 orang dan jumlah KK Umum yang lebih sedikir ada di Desa Restu Rahayu dengan jumlah 447 orang. Jumlah KK Tani yang lebih besar ada di Desa Raman Aji dan jumlah KK Tani yang lebih kecil ada di Desa Restu Rahayu. B. Sejarah, Visi, dan Misi BP3K Raman Utara a. Sejarah Singkat BP3K Raman Utara Pada tahun 1979 di Era BIMAS, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Raman Utara didirikan dengan luas lahan semula dua ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 1,256 m2, pekarangan 0,3 ha dan ladang 0,4395 ha. Lahan tersebut digunakan sebagai kantor, ruang pertemuan, ruang
51
perpustakaan dan rumah dinas. Selama kurang lebih 35 tahun, gedung BP3K mengalami rehabilitasi bangunan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2010 dan 2015.
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Raman Utara secara resmi berdiri sejak terbitnya Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Lampung Timur Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan Struktur Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur. Pada tahun 2015 Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Raman Utara merupakan juara BP3K terbaik tingkat Provinsi Lampung. b. Visi dan Misi BP3K Raman Utara BP3K Raman Utara dalam mengemban tugas untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan pelaku utama maupun pelaku usaha memiliki visi dan misi. Visi BP3K Raman Utara adalah terwujudnya pelaku utama dan pelaku usaha yang berdaya, bermartabat, mandiri, dan sejahtera, sedangkan misi BP3K Raman Utara antara lain sebagai berikut. 1. Memperkuat kapasitas modal manusia dan modal sosial pertanian; 2. Membangun strategi kemitraan pemerintahan, masyarakat, dunia bisnis, dan akademisi; 3. Mengembangkan keterpaduan sistem dalam penyuluhan pertanian; dan 4. Mengembangkan keberlanjutan sistem komunikasi dan inovasi yang adaptif terhadap perubahan lingkungan
52
C. Binaan Penyuluh Pertanian di BP3K Raman Utara Wilayah binaan merupakan wilayah yang telah ditentukan oleh BP3K Raman Utara kepada setiap penyuluh pertanian dalam melakukan penyuluhan kepada petani di wilayah tersebut. Penyuluh pada wilayah BP3K Kecamatan Raman Utara yang terdiri dari 11 desa yang terbagi menjadi 11 wilayah binaan, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Nama Penyuluh dan Wilayah Binaan Penyuluh Pertanian di BP3K Kecamatan Raman Utara Tahun 2015 No
Nama Penyuluh
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sukamta, SP Sri Miyati Bisri, SP Uji Suranto Jailan Supriyadi Budi Haryanto Sugiartono, SP T. Palguno, SP Amat Wiyono, A.Md
10
M. Mujari, SPKP Jumlah
Wilayah Binaan Raman Aji Rejo Binangun Rukti Sediyo Kota Raman Ratna Daya Raman Endra Raman Fajar Rantau Fajar Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja 11 wilayah
Jumlah Kelompok Tani 36 41 22 13 27 27 24 32 27 14 41 303
Sumber: BP3K Raman Utara Lampung Timur, 2016 Berdasarkan Tabel 10 di atas, terdapat 10 (sepuluh) orang penyuluh pertanian yang dibagi menjadi 10 (sepuluh) wilayah binaan yang didasarkan pada jumlah desa di Kecamatan Raman Utara dengan jumlah kelompok tani sebanyak 303 kelompok tani dengan jumlah wilayah binaan sebanyak 11 wilayah.
53
D. Data Kelompok Tani dan Luas Lahan a. Jumlah Kelompok Tani Jumlah kelompok tani tahun 2015 yaitu sebanyak 303 kelompok tani dan sudah dilakukan penilaian tingkat kemampuan kelompok tani. Jumlah ini setelah sebagian melakukan benah kelompok tani. Jumlah Gapoktan 14. Di tingkat kecamatan terdapat KTNA Kecamatan dan HKTI tingkat kecamatan, 2 (dua) kelompok UPJA, 2 (dua) kelompok tani penangkar benih padi sawah dan 1 (satu) kelompok tani penangkar benih kedelai. Jumlah kelompok tani dapat dijelaskan pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Desa di Kecamatan Raman Utara. Jumlah Kelompok Tani 1 Raman Aji 36 2 Rejo Binangun 41 3 Rukti Sediyo 22 4 Kota Raman 13 5 Ratna Daya 27 6 Raman Endra 27 7 Raman Fajar 24 8 Rantau Fajar 32 9 Rejo Katon 27 10 Rama Puja 41 11 Restu Rahayu 14 Jumlah 303 Sumber : BP3K Kecamatan Raman Utara, 2016 No
Desa
Berdasarkan Tabel 11 bahwa Desa Rejobinangun merupakan Desa dengan jumlah kelompok tani terbanyak di Kecamatan Raman Utara yaitu 41 kelompok. Desa Rejobinangun pula terdapat kelompok tani yang telah mengembangkan usaha pupuk kandang yaitu kelompok tani Sari Merta I dan terdapat penangkaran benih padi, sehingga dengan
54
demikian, berdasarkan pada Tabel 35. dalam lampiran, Desa Rejobinangun merupakan desa denghan kelas kelompok tani tertinggi dan Desa Rejo Katon merupakan desa dengan kelas kelompok tani terendah dengan jumlah kelompok tani sebanyak 27 kelompok. b. Luas Lahan Luas lahan pertanian di wilayah binaan BP3K Kecamatan Raman Utara dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Penggunaan Lahan di Wilayah Binaan BP3K Kecamatan Raman Utara No 1
2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Lahan Lahan sawah irigasi : a. Sawah irigasi teknis b. Sawah irigasi setengah teknis c. Sawah irigasi sederhana d. Sawah irigasi desa/non PU Sawah tadah hujan Sawah lebak/polder/lainnya Lahan kering pertanian Lahan kering tegalan Lahan kering padang rumput, hutan rakyat, dan lahan bero Lahan kering lainnya Lahan rawa yang tidak diusahakan Kolam Jumlah
Luas (ha) 4.713 174 62 141 30 192 1.091 1.891 100 614 81 41 9.058
Sumber :Programa Penyuluhan Pertanian BP3K Raman Utara, 2016 Berdasarkan Tabel 12 Penggunaan Lahan di Wilayah Binaan BP3K Kecamatan Raman Utara memiliki jenis lahan yang antara lainnya adalah lahan sawah irigasi, lahan kering pertanian, lahan kering tegalan, lahan kering padang rumput, hutan rakyat, dan lahan bero, lahan kering lainnya, lahan rawa yang tidak diusahakan. Luas lahan yang paling besar
55
adalah luas lahan sawah irigasi teknis dengan luas 4.713 ha dan yang paling kecil adalah jenis lahan kolam dengan luas 41 ha.
E. Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan bagi manusia khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Raman Utara. Masyarakat di Kecamatan Raman Utara rata-rata memiliki transportasi seperti motor, sepeda, dan kendaraan roda empat .Transportasi ini digunakan untuk kegiatan pekerjaan mereka yang digunakan untuk bekerja ke sawah, ladang dan mengangkut hasil pertanian seperti padi, jagung dan kedelai. Sarana transportasi yang dimiliki oleh masyarakat Raman Utara, digunakan untuk menunjang kegiatan petani di wilayah Kecamatan Raman Utara.
F. Sarana Ekonomi dan Komunikasi Kecamatan Raman Utara merupakan wilayah dengan mayoritas pekerjaannya adalah petani antara lain petani jagung, padi dan kedelai. Wilayahnya merupakan wilayah sektor pertanian yang cukup besar. Salah satu sarana ekonomi di Raman Utara adalah Pasar Raman Aji. Letak Pasar Raman Aji tidak jauh dari pemukiman warga yang tinggal di Raman Utara, oleh karena itu biasanya hasil pertanian warga raman utara seperti kedelai, jagung atau padi yang sudah di giling menjadi beras di jual di Pasar Raman Aji, sehingga sarana ekonomi seperti pasar dapat menunjang perekonomian warga Raman Utara.
56
Selain sarana ekonomi, sarana komunikasi juga merupakan kebutuhan manusia. Masyarakat Kecamatan Raman Utara telah menggunakan sarana komunikasi seperti handphone yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi sesama warga dan tetangga. Alat komunikasi ini juga digunakan sebagai alat penghubung antara penyuluh dengan petani. G. Struktur Organisasi BP3K Raman Utara Dalam melaksanakan tugas dan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Raman Utara dibentuk susunan struktur organsasi BP3K Raman Utara yang terdiri sebagai berikut : a. Kepala Balai/Koordinator Penyuluh Pertanian; b. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha; c. Pelaksanaan Urusan Programa Pertanian; d. Pelaksanaan Urusan Sumberdaya Manusia; e. Pelaksanaan Urusan Supervisi, Monitoring dan Evaluasi; f. Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di tingkat Desa/Wilayah Binaan. g. Staf Pengelola Kebun Balai;
57
Kepala BP3K T. Palguno, SP Urusan Tata Usaha Jailan Supriyadi
Urusan Programa
Urusan SDM
Urusan Monev
Bisri, SP
Sugiartono, SP
Sukamta, SP
Penyuluh Pertanian
Staf Pengelola Kebun Balai Gambar 2. Struktur Organisasi BP3K Raman Utara Kabuptaen Lampung Timur, 2014
Berdasarkan struktur organisasi BP3K Raman Utara di atas, Kepala BP3K atau Koordinator Penyuluh (Koorluh) Pertanian adalah Bapak T. Palguno, SP. yang bertanggung jawab penuh terhadap urusan BP3K Raman Utara. Kepala urusan Tata Usaha (TU) yaitu Bapak Jailan Supriyadi yang bertugas tentang administrasi dan pelaporan kegiatan di BP3K Raman Utara. Bapak Bisri, SP. sebagai kepala urusan programa yaitu program-program yang biasanya akan direalisasikan penyuluh kepada petani yang dilakukan di BP3K Raman Utara. Kepala urusan sumberdaya manusia seperti pembinaan dan pelatihan kepada penyuluh dan petani adalah oleh Bapak Sugiartono, SP. Kepala urusan
58
monev yaitu urusan monitoring dan evaluasi termasuk didalamnya urusan evaluasi kinerja penyuluh pertanian yaitu Bapak Sukamta, SP. Anggota organisasi BP3K Raman Utara selanjutnya yaitu penyuluh pertanian yang bertugas melakukan penyuluhan kepada petani sehingga petani dan keluarganya dapat mengubah perilaku, sikap dan keterampilannya. Selain penyuluh pertanian, anggota organisasi lainnya adalah staff pengelola kebun yang bertugas menjaga sarana organisasi, mengurusi urusan kebersihan dan keamanan yang menyangkut BP3K Raman Utara.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Penilaian BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015 dilakukan dengan metode seleksi persyaratan umum dan administrasi dan observasi lapangan 2. Perolehan nilai BP3K Berprestasi pada BP3K Raman Utara antara lain: Aspek sarana sebesar 94 poin, sarana yang tidak dimiliki adalah alat transportasi kendaraan roda empat dan OHP (Over Head Projector). Aspek prasarana sebesar 98 poin, prasarana yang tidak dimiliki adalah benda tiruan (moch up). Aspek sumberdaya manusia sebesar 81 poin, sumberdaya manusia yang tidak dimiliki adalah kelompok tani berprestasi. Aspek manajemen operasional sebesar 50 poin tanpa ada kekurangan. Aspek aktivitas sebesar 460 poin, aktivitas yang tidak dilakukan adalah menyampaikan dan menyebarkan informasi teknologi melalui radio, tidak memiliki damarea, belum pernah memperoleh rekomendasi dan akses sumber teknologi dari perguruan tinggi, dan belum memiliki alat manual penglahan hasil pertanian.
127
3. Pendapatan petani binaan mengalami peningkatan sebesar 3,9% pada tahun sebelum dan sesudah BP3K Raman Utara menjadi BP3K Berprestasi
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Bagi BP3K Kecamatan Raman Utara sebagai BP3K Berprestasi tingkat Provinsi Lampung tahun 2015, hendaknya mampu memberikan kontribusi penilaian BP3K Berprestasi terhadap peningkatan teknologi pertanian bagi petani. 2. Bagi PPL, hendaknya lebih memfasilitasi petani terhadap akses permodalan agar petani terlepas dari masalah klasik, yaitu kesulitan untuk mendapatkan modal usaha dan pemasaran. 3. Bagi peneliti lain, disarankan agar menganalisis faktor internal dan eksternal terhadap keberhasilan BP3K Berprestasi
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. 2014. Persepsi Petani Terhadap Kinerja Penyuluh di BP3K sebagai Model Center of Excellence (COE) Kecamatan Metro Barat Kota Metro. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung Bakorluh Provinsi Lampung. 2015. Berita Acara Hasil Penilaian Penyuluh Teladan dan Pelaku Utama Berprestasi Tingkat Provinsi Lampung Tahun 2015. Bakorluh Lampung. Lampung. Dajan A. 1996. Pengantar Metode Statistik jilid 1-2. LP3ES. Jakarta. Floperda, F. 2015. Analisis Pendapatan Usata Tani Jeruk Siam (Studi Kasus di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser). eJournal Administrasi Bisnis Vol. 03 No. 03 2015. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Kalimantan Timur. Hafsah, M. F. 2009. Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Irene, A., Hasanuddin, T., dan Nurmayasari, I. 2013. Pola Kemitraan dan Pendapatan Usatani Kelapa Sawit: Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit antara perkebunan Nusantara VII Unit Bekri dengan Petani Mitra di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah. JIIA Vol. 01 No. 04 Oktober 2013. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Kartasapoetra A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta. Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2012. Pedoman Penilaian Balain Penyuluhan Kecamatan Berprestasi. Kementerian Pertanian. Jakarta. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
129
Mosher, A.T. 2002. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Soosial. Jakarta. Mulyana, D. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Muzdalifah, Masyhuri, dan Suryantini. 2012. Pendapatan dan Risiko Pendapatan Usaha Tani Padi Daerah Irigasi dan Non Irigasi di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.Vol. 01 No. 01 April 2012. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan. Nasution, Z. 2002. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta. Noor, J. 2012. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Payung, M., J. Muhidong, dan Daniel. 2003. Peranan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Penyuluhan dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan untuk Keberlanjutan Ketahanan Pangan Daerah di Merauke. Psikiatri, A., Widjaya, S., dan Nurmayasari, I. 2015. Tingkat Pendapatan dan Nilai Tambah Usahatani Padi Pada Petani Peserta Program Pascapanen di Kabupaten Lampung Timur. JIIA Vol.03 No.01 Januari 2015. Universitas Lampung. Lampung. Pusat Penyuluhan Pertanian. 2014. Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK). Pusat Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Robiyan, R., Hasanuddin, T., dan Yanfika, H. 2014. Persepsi Petani Terhadap Program SL-PHT dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kakao. JIIA, Vol.02 No.03 Juni 2014. Universitas Lampung. Lampung. Rusli S. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES Sadono, D. 2010. Mengembangkan Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dalam Rangka Implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
130
Manusia Vol. 04 No. 03 Desember 2010. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor. Shah, D. 2016. Indian Journal of Agricultural Economics. An Empirical Assessment of Productivity and Farm Income For Crop in Maharashtra. Vol. 71 No.3 October 2016. Indian Society of Agriciltural Economics, Bombay, India. https://e-resources.perpusnas.go.id:2171/ docview/ 1860 274021?accountid=25704. Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT Gramedia. Jakarta. Slamet, M. 2002. Penyuluhan Pembangunan Indonesia: Menyongsong Abad XXI. PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta. Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. ————–.1996. Pembangunan Pertanian: untuk Mengentas Kemiskinan. UIPress. Jakarta. Sudarsono, H. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Ekonisia. Yogyakarta. Sugiarto, D. Siagian, L.T.Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Winanto, J. 1995. Pembangunan: Sari Teknis Teori-Teori Pembangunan Lintas Madzhab Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Zakaria, W. 2009. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.