KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI
1, 2
Abstract.
Laila Istiani1 dan R. Heri Soelistyo Utomo2 Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275
Diophantine
equation
is
a
matrix
polynomial
equation
of
the
form
X ( s ) D( s) + Y ( s ) N ( s ) = Q ( s) . Here, we investigate the existence of the solutions [ X ( s), Y ( s )] . It can be investigated by using the grestest common right divisors of the matrix [ D( s), N ( s )] . Then, the solutions can be solved by transforming to the form of the polynomial matrix equation M ( s ) L ( s ) = Q ( s ) . By taking the interpolation points will be obtained the solutions M ( s ) of degree r. Keywords : diophantin equation, the greatest common right divisor, right coprime
1. PENDAHULUAN Di dalam mencari hubungan antara variabel–variabel, baik di dalam ilmu ekonomi maupun di dalam ilmu lainnya, sering dipecahkan suatu persoalan yang terdiri atas lebih dari dua persamaan. Bahkan di suatu negara yang telah maju, terutama di dalam penggunaan alat berhitung otomatis yang modern (komputer), tidak jarang di dalam menemukan model ekonominya harus memecahkan suatu sistem persamaan yang terdiri dari puluhan persamaan dengan ratusan variabel-variabel yang harus dicari nilainya. Matriks pada dasarnya memberikan memudahkan di dalam pembuatan analisisanalisis yang mencakup hubungan antara variabel-variabel [3]. Entri-entri dalam sebuah matriks dapat berbentuk konstanta ataupun suatu fungsi polinomial. Pada permasalahan ini, akan dibahas tentang keberadaan solusi persamaan matriks polinomial, kemudian dicari penyelesaiannya. Di sini, solusi persamaan diophantin yang juga berupa matriks polinomial, diperoleh dengan menggunakan titik- titik interpolasi.
2. PEMBAHASAN Konsep untuk interpolasi polinomial diberikan sebagai berikut. Jika diberikan sebanyak l titik interpolasi, sj skalar yang berbeda dan bj suatu vektor, dengan j=1, 2, ..., l, maka dapat dibentuk satu dan hanya satu polinomial q(s) berderajat n, di mana n = l -1 sedemikian sehingga: q(sj) = bj, j = 1, 2, ..., l (1) dan n
q(s) =
∑ aisi , an ≠ 0 i =0
1 s = [a0 a1 . . . an] . . s n = q[1, s, ..., sn]T, dengan q adalah vektor baris dengan ukuran (1x(n+1)) yang merupakan koefisien–koefisien polinomial q(s). Kemudian persamaan (1) dapat ditulis sebagai:
1 ... 1 1 s s2 sl 1 2 2 s12 s s 2 l qV = q . . . . . . l − 1 l − 1 l s1 s2 ... sl −1 = [b1, ..., bl] = Bl. (2) Matriks V merupakan matriks Vandermonde berukuran (lxl) yang non singular jika dan hanya jika sj skalar yang berbeda dengan j=1,..., l dan untuk sj skalar yang berbeda matriks Vandermonde mempunyai rank penuh. Karena matriks Vandermonde mempunyai rank penuh, persamaan (2) mempunyai solusi tunggal q, sehingga polinomial q(s) berderajat n akan mempunyai solusi tunggal yang memenuhi persamaan (1). Contoh 1 Misalkan akan dibentuk suatu polinomial q(s) berderajat 3 jika diberikan titik-titik interpolasi, yaitu: {(sj,bj), j = 1, ..., 4}= {(1,[2] ), (2, [0] ), (3,[-1] ), (4,[1] )}, maka n = l - 1. Sehingga akan didapatkan solusi q(s) yang tunggal, yaitu 1 1 −3 1 s q(s) = 3 2 6 2 3 s 3 s 1 3 1 = s3 − s 2 + s + 3 . 3 2 6
Interpolasi Matriks Polinomial Untuk kasus matriks polinomial terdapat sedikit perbedaan dengan kasus polinomial, di mana pada kasus polinomial hanya membutuhkan 2 titik interpolasi (sj dan bj) sedangkan untuk kasus matriks polinomial membutuhkan 3 titik interpolasi (sj,aj,bj), dimana aj ≠ 0 yang merupakan vektor berukuran (mx1), bj merupakan vektor berurutan (px1), dan sj suatu skalar. Teorema 1. [4] Diberikan titik interpolasi triplets (sj, aj, bj) dengan j = 1,…,l, di integer non negatif m
dengan l= ∑ d i + m , sedemikian se-hingga i =1
matriks Sl = [S(s1)a1, …, S(sl)al] m
yang berukuran (( ∑ d i + m ) × l) full rank, i =1
maka terdapat dengan tunggal matriks polinomial Q(s) berukuran (p × m) dengan derajat kolom di, i=1,…,m yang memenuhi Q(sj)aj = bj , j = 1,…, l (3) Bukti. Ketika derajat kolom Q(s) adalah di, Q(s) dapat ditulis sebagai : Q(s) = Q S(s) (4) S(s) menunjukkan bahwa Q(s) berderajat kolom di. Matriks Q adalah matriks m
berukuran
(p × ( ∑ d i + m ))
yang
i =1
merupakan koefisien dari elemen-elemen matriks Q(s). Persamaan (.4) disubstitusikan ke persamaan (3), kemudian Q harus memenuhi Q Sl = Bl (5) dengan Bl = [b1 , …, bl ]. Karena Sl mempunyai rank penuh, solusi Q pada persamaan (5) tunggal. Matriks Q disubstitusikan pada persamaan (4) sehingga terdapat dengan tunggal matriks polinomial Q(s)
Contoh 2 Akan dibentuk suatu matriks polinomial Q(s) berukuran (1 × 2), jika diberikan interpolasi triplets dengan titik interpolasi l = 3 yaitu: {(sj, aj, bj), j = 1, 2, 3} = {(-1, [1,0]T, [2] ), (0, [-1,1]T, [0] ), (1, [0,1]T, [1] )}. Penyelesaian Derajat kolom dari matriks polinomial Q(s)adalah di dengan i = 1,...,m. Matriks polinomial berukuran (p × m), sehingga m = 2. Oleh karena itu derajat kolom matriks polinomial adalah d1 dan d2. Menurut Teorema 1 : l = ∑ di + m , 3 = (d1 + d2) + 2, d1 + d2 = 1. Ada 2 kemungkinan pada kasus ini: ( i ) Untuk d1 = 1 maka d2 = 0. ( ii ) Untuk d1=0, maka d2=1 Misal diambil kemungkinan (i),maka S(s) = blk diag {[1,s]T, [1]T} 0 1 = s 0 . 0 1
Substitusikan masing-masing nilai sj pada pada S(s), dan kalikan dengan aj , sehingga diperoleh 3 3 −1 Q = 2 2 2 Matriks polinomial yang terbentuk adalah : 1 3 3 Q(s) = + s − 2 2 2 Persamaan Diophantin Matriks Polinomial Persamaan Diophantin mempunyai bentuk: (6) X ( s ) D( s ) + Y ( s) N ( s ) = Q ( s) q× m p×m dengan D(s) ∈ R[ s ] ,N(s) ∈ R[ s ] dan k ×m Q(s) ∈ R[ s] adalah matriks polinomial yang diberikan, dan X(s) ∈ R[ s ]k ×q , Y(s) ∈ R[ s]k × p adalah matriks polinomial yang dicari. Dalam teori sistem dan kontrol biasanya persamaan (6) muncul dengan
k = q = m , sehingga X ( s ), D ( s ) dan Q ( s ) masing-masing berupa matriks polinomial persegi berukuran (m × m) .
Definisi Dua matriks polinomial D(s) dan N(s) disebut sebagai dua matriks yang saling koprima kanan jika pembagi kanan persekutuan terbesar dari D(s) dan N(s) adalah suatu matriks unimodular. Teorema 2. [4] Persamaan (6) mempunyai solusi [ X ( s), Y ( s )] jika dan hanya jika setiap pembagi kanan persekutuan terbesar (greatest common right divisors = gcrd) dari D(s) dan N(s) yaitu G R ( s) adalah pembagi kanan ( right divisor) dari Q(s). Bukti : (⇐) Misalkan matriks polinomial berukuran (mxm) GR(s) adalah gcrd dari D(s) dan N(s), maka terdapat matriks polinomial U(s) yang unimodular, sehingga memenuhi persamaan: U1 ( s ) U 2 ( s ) D( s) GR ( s) U ( s ) U ( s ) N ( s ) = 0 4 3 Selanjutnya GR(s) menjadi pembagi kanan dari Q(s), sehingga dapat ditulis Q ( s ) = Q0 ( s)GR ( s ) maka diperoleh persamaan : Q0 ( s )U1 ( s ) D ( s ) + Q0 ( s )U 2 ( s ) N ( s ) = Q ( s ) (7) Sehingga diperoleh solusi X ( s ) = Q0 ( s )U1 ( s ) Y ( s ) = Q0 ( s )U 2 ( s) (⇒) Misalkan D(s) dan N(s) dapat dituliskan dalam bentuk persamaan D( s) = V1 ( s)GR ( s), N ( s ) = V3 ( s )GR ( s ) serta dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (6), maka diperoleh: [ X ( s)V1 ( s ) + Y ( s )V3 ( s )]GR ( s ) = Q ( s ) Maka terlihat bahwa GR(s) adalah pembagi kanan dari Q(s).
Akibat 1 Jika D(s) dan N(s) adalah koprima kanan ( right coprime ), maka persamaan (6) selalu mempunyai solusi. Bukti: Jika D(s) dan N(s) adalah koprima kanan, maka pembagi kanan persekutuan terbesar GR(s) adalah matriks unimodular. Dari persamaan (7) diperoleh persamaan berikut GR −1 ( s )U1 ( s ) D ( s ) + GR −1 ( s )U 2 ( s ) N ( s ) = I . Jika persamaan di atas dikalikan dengan Q(s), maka solusinya adalah X ( s ) = Q ( s )GR ( s ) −1U1 ( s ) dan Y ( s ) = Q ( s)GR ( s ) −1U 2 ( s ) .
Konsep untuk menyelesaikan persamaan matriks polinomial dijabarkan dalam uraian berikut: Persamaan (6) dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan : D( s) (8) [ X ( s), Y ( s )] = Q( s) . N (s) Dari persamaan (8), terlihat bahwa persamaan diophantin dapat diubah ke dalam persamaan matriks polinomial yang berbentuk M ( s ) L( s ) = Q ( s ) , (9) dengan M ( s ) = [ X ( s ), Y ( s )] dan D(s) L( s ) = . N ( s) Matriks M(s) diubah ke dalam: M (s) = M 0 + M1 s + + M r s r (10) dengan r adalah bilangan bulat tak negatif yang merupakan derajat tertinggi dari matriks polinomial M ( s ) . Persamaan (10) ditulis kembali dalam persamaan : M ( s ) = M [ I sI s r I ]T dengan M = [ M 0 M 1 M r ] adalah matriks koefisien dari entri-entri matriks polinomial berukuran M ( s ) yang [k × ((p+m)(r+1))] dan I adalah matriks identitas berukuran ((p+m) × (p+m)).
Jika di = degci[L(s)], i = 1, ..., m dan ˆ Q ( s ) = M ( s ) L ( s ) , maka degci[ Qˆ ( s ) ] = di + r, i = 1, ..., m. Berdasarkan konsep interpolasi matriks polinomial pada Teorema 1, dengan mengambil m
m
i=1
i=1
l = ∑ (di + r)+m = ∑ di+m(r+1) titik–titik ( s j , a j , b j ), j = 1, , l , maka matriks polinomial Qˆ ( s ) yang berukuran (k × m) dapat ditulis sebagai: Qˆ ( s ) = Qˆ S r ( s ) ,
interpolasi
dengan Sr ( s ) = blk diag [1, s, , s di + r ] dan Qˆ adalah matriks koefisien dari entri-entri matriks polinomial Qˆ ( s) yang berukuran m
(k × ∑ di+m(r+1)).
Akhirnya
dapat
i=1 m
dibentuk matriks Srl berukuran
∑ di + m i=1
(r+1) x l berikut: S rl = [ S r ( s1 )a1 S r ( s 2 )a 2 ...S r ( s l )al ] . Matriks Srl mempunyai rank penuh untuk sj skalar yang berbeda dan aj vektor tak nol berukuran (m x 1). Dengan demikian menurut Teorema 1 terdapat dengan tunggal matriks polinomial Qˆ ( s ) yang memenuhi Qˆ ( s )a = b , j = 1,2,..., l (11) j
j
j
Persamaan (9) dapat ditulis kembali ke dalam persamaan : M [ I sI s r I ]T L( s) = Q( s ) ⇔ M [ LT ( s ) sLT ( s ) s r LT ( s )]T = Q ( s )
⇔ MLr ( s ) = Q ( s )
(12)
dengan Lr ( s) = [ LT ( s) sLT ( s) s r LT ( s)] dan Lr ( s ) ∈ [ R]( p + m )( r +1)×m Dengan mengambil sebanyak l titiktitik interpolasi (sj, aj), maka diperoleh persamaan: M Lr ( s j )a j = Q ( s j )a j , j = 1, , l sehingga didapatkan: MLrl = Bl (13) dengan
Lrl = [ Lr ( s1 ) a1 Lr ( s 2 ) a 2 Lr ( sl ) a l ] dan
Bl = [b1 b2 bl ] Dengan demikian, persamaan (12) dapat diselesaikan dengan mencari solusi dari persamaan (13). Persamaan (13) merupakan sistem persamaan linier, sehingga solusi M ada L jika dan hanya jika rank rl = rank Lrl Bl Pandang persamaan Diophantin (2) dengan D(s) ∈ R[ s]m×m dan N(s)∈ R[ s] p×m adalah koprima kanan dan misalkan di = degciQ(s). Jika diambil l = ∑ d i +m(r+1) titik-titik interpolasi (sj,aj), j=1, …, l, maka dapat dibentuk teorema berikut. Teorema 3.[4] Diketahui matriks polinomial L (s ) dan Q (s ) pada persamaan (9), misalkan di=degci[ L (s ) ], i=1,…,m, dan pilih r sehingga memenuhi: degci [Q(s)] ≤ di+r, i=1, …, m Persamaan Diophantin (2) mempunyai solusi M (s ) dengan derajat r jika dan hanya jika solusi M dari persamaan (13) ada, dengan M ( s ) = M [ I , sI ,… , s r I ]T . Bukti. ( ⇒ ) Karena M(s) = M0 + ... + Mrsr dan M = [ M0, ..., Mr] maka diperoleh korespondensi satu–satu antara M(s) dengan M. ( ⇐ ) Diketahui ruas kiri dari persamaan (13) dapat dituliskan MLrl = Qˆ S rl (14) dimana Qˆ (s)=M(s) L(s)= Qˆ Sr(s), selanjut-
nya, dengan melihat persamaan (11), ruas kanan dari persamaan (12) dapat ditulis menjadi Bl = QS rl (15) dimana S rl = [ S r ( s1 )a1 S r ( s 2 )a 2 ...S r ( sl )al ] m
berukuran ( ∑ di+m(r+1)xl) dan mempui=1
nyai rank penuh sehingga menurut Teorema 1 Q(s) adalah tunggal. Dari
persamaan (14) dan persamaan (15) diperoleh Qˆ S rl = QS rl atau Qˆ =Q yang berarti Q juga tunggal. Karena Q(s) tunggal maka Qˆ (s)=Q(s) sehingga M(s)L(s)= Qˆ (s)=Q(s). Karena Srl adalah matriks yang mempunyai rank penuh dan M(s)L(s) = Qˆ (s)=Q(s) maka M(s)= M0+ ... +Mrsr = M[I, sI, ..., srI]T adalah solusi dari persamaan (9), dengan M adalah solusi dari persamaan (13). Contoh 3 Diberikan
matriks-matriks
polinomial
s + 1 0 s 0 dan D( s ) = , N (s) = 1 1 1 − s + 1 s 3 + 2 s 2 − 3s − 5 − 5s − 5 Q(s) = . 2 2 − 2 s − 5 s − 4 − s − 3s − 2 2
Dengan menggunakan Maple 8 didapatkan gcrd GR(s) dari matriks D(s) dan N(s) 1 1 adalah GR(s) = dan det(GR(s))= – 1, 1 0 sehingga matriks D(s) dan N(s) adalah koprima kanan dan berdasarkan Akibat 1, persamaan Diophantin tersebut mempunyai solusi. Solusinya adalah: 5 − 3s − 10 s + 5 M(s) = . s + 4 − 4 s − 2 − 6 2 3. PENUTUP Keberadaan solusi persamaan diophantin ditentukan oleh pembagi kanan persekutuan terbesar dari matriks polinomial D(s) dan N(s). Sedangkan solusi X(s) dan Y(s) diperoleh dengan menggunakan titik–titik interpolasi (sj,aj). Pemba-hasan lebih lanjut mengenai persamaan diophantin dan aplikasinya dapat dijumpai pada teori sistem kontrol. 4. DAFTAR PUSTAKA [1]. Antsaklis, P.J. and Gao, Z. (1993), Polynomial and Rational Matrix Interpolation : Theory and Control Applications, International Journal of Control, 58(2), 349 – 404.
[2]. Kailath, T. (1980), Linier System, Englewood Cliffs, New York. [3]. Supranto, J. (1998), Pengantar Matriks, Rineka Cipta, Jakarta. [4]. Vardulakis. A.I.G, (1991), Linear Multivariable Control, John Wiley & Sons, Chicester, England.