KATA PENGANTAR
Dalam upaya memenuhi kebutuhan pengembangan program sekolah berbasis pada kebutuhan dan potensi wilayah serta meningkatkan peran SMK dalam pengembangan wilayah melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia profesional dan produktif, kurikulum program keahlian Budidaya Tanaman perlu dikembangkan, sehingga program sekolah mampu mengakar kuat pada masyarakat. Penyelenggaraan proses pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Belajar Tuntas, beorientasi pada kegiatan belajar siswa dan berbasis produksi. Kompetensi Pengendalian Hama Tanaman adalah salah satu kompetensi yang dipelajari pada level dua. Unjuk kerja level dua adalah tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi pekerjaan yang
memerlukan
pemikiran,
aplikasi
dan
integrasi
dari
sejumlah
pengetahuan untuk menyiapkan peralatan, bahan dan sumberdaya manusia dalam kegiatan produksi, prosessing, dan penjualan, melaksanakan pekerjaan yang lebih komplek dan menggunakan peralatan bermesin, dan melakukan recording terhadap seluruh aktifitas produksi dan faktor produksi, prosessing dan penjualan atau data/informasi untuk membuat penilaian atas kualitas proses dan hasil. Memperhatikan misi yang akan dicapai, maka penerapan kaidah kedisiplinan, taat azas, kemauan untuk bekerja keras, konsisten, kemauan untuk memperoleh hasil terbaik, kemauan untuk bekerja cepat dan kreatif dalam melaksanakan setiap tahapan proses produksi/budidaya tanaman menjadi sangat penting.
Pengendalian Hama Tanaman
i
Modul pembelajaran ini dirancang untuk mengarahkan bagaimana siswa belajar penguasaan kompetensi pengendalian hama tanaman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan perilaku positif pada diri siswa sesuai dengan standar kompetensi dan tujuan pendidikan. Informasi tentang pengendalian hama tanaman disajikan secara garis besar. Untuk pendalaman dan perluasan materi serta pembentukan kompetensi kunci, dianjurkan siswa dapat memperolehnya melalui observasi di lapangan, studi referensi, diskusi dan praktik di laboratorium. Strategi penyajian modul dirancang agar belajar siswa tidak terfokus hanya mempelajari satu sumber belajar, tapi siswa didorong selain untuk melakukan eskplorasi terhadap sumber-sumber belajar lain yang relevan, juga didorong untuk kreatif melakukan percobaan/penelitian dalam rangka menanamkan kemampuan belajar sepanjang hayat. Melalui pendekatan ini, diharapkan basik kompetensi dan kompetensi kunci seperti kemampuan komunikasi, kerjasama dalam tim, penguasaan teknologi informasi, problem solving dan pengambilan keputusan dapat terbentuk pada diri siswa. Dengan pendekatan ini diharapkan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia professional dan produktif yang dilandasi oleh budi pekerti dan nilai-nilai luhur bangsa dapat terwujud.
Jakarta,
Pengendalian Hama Tanaman
2003
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii PETA KEDUDUKAN MODUL ......................................................
iv
GLOSARIUM ............................................................................. I.
PENDAHULUAN A. Deskripsi ......................................................................... B. Prasyarat ........................................................................ C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Siswa ................................................ 2. Peran Guru ............................................................... D. Tujuan Akhir Pembelajaran ............................................... E. Kompetensi ..................................................................... F. Cek Kemampuan .............................................................
II. PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Siswa ..................................................... B. Kegiatan Belajar 1. Pengamatan Hama dan Gejala Kerusakannya a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ............................. b. Uraian Materi ...................................................... c. Rangkuman ........................................................ d. Tugas ................................................................. e. Lembar Latihan ................................................... f. Kunci Jawaban .................................................... g. Lembar Kerja ...................................................... 2. Perhitungan Tingkat Kerusakan Tanaman a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................... .. b. Uraian Materi ...................................................... c. Rangkuman ........................................................ d. Tugas ................................................................. e. Lembar Latihan .................................................. f. Kunci Jawaban Formatif ....................................... g. Lembar Kerja ......................................................
Pengendalian Hama Tanaman
iii
3. Penentuan Metode Pengendalian Hama a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ............................. b. Uraian Materi ...................................................... c. Rangkuman ........................................................ d. Tugas ................................................................. e. Lembar Latihan ................................................... f. Kunci Jawaban .................................................... g. Lembar Kerja ...................................................... 4. Pelaksanaan Pengendalian Hama a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ............................. b. Uraian Materi ...................................................... c. Rangkuman ........................................................ d. Tugas ................................................................. e. Lembar Latihan ................................................... f. Kunci Jawaban .................................................... g. Lembar Kerja ...................................................... III. EVALUASI A. Kognitif Skills ................................................................... B. Psikomotorik Skills ........................................................... C. Attitude Skills .................................................................. D. Produk/Benda Kerja sesuai Kriteria Standart ...................... E. Kunci Jawaban ................................................................ IV. PENUTUP ............................................................................ DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
Pengendalian Hama Tanaman
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pengendalian Hama Tanaman
v
GLOSARIUM
Ambang Ekonomik adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian. Ambang Tindakan sama dengan Ambang Ekonomik. Agro-ekosistem
adalah
ekosistem
pertanian
yang
dikelola
untuk
menghasilkan tanaman tertentu. Fase adalah stadia atau umur. Imago adalah seangga dewasa. Larva
adalah
serangga
pradewasa
dari
serangga
yang
memiliki
serangga
yang
memiliki
perkembangan/ metamorfosis sempurna. Nimfa
adalah
serangga
pradewasa
dari
perkembangan/ metamorfosis bertahap. Ngengat adalah kupu-kupu yang aktif terbang di malam hari. Pupa adalah serangga pradewasa yang melakukan istirahat (tidak aktif makan dan tidak aktif bergerak) menjelang dewasa. Sample adalah tanaman contoh/unit yang akan diamati. Tanaman Inang adalah tanaman yang disukai oleh serangga. Vector adalah serangga/hewan penular atau pembawa penyakit.
Pengendalian Hama Tanaman
vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan penerapan standarisasi proses dan produk pada suatu kegiatan usaha sudah menjadi kebijakan sebagian besar lembaga/ perusahaan. Kebijakan ini dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kepercayaan pasar terhadap produk yang dihasilkan. Sejalan dengan kecenderungan tersebut, maka penyelenggaraan kegiatan operasional perusahaan mengarah pada penerapan prinsip-prinsip supplier dan customer. Dalam sistem ini, maka standar kinerja seseorang dalam setiap aktivitasnya dituntut mempunyai tingkat presisi yang tinggi, karena menjadi prasyarat mutlak agar setiap produk pada setiap tahapan proses dapat digunakan oleh customernya pada tahapan proses berikutnya. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka proses pendidikan di SMK yang orientasi utamanya adalah menyiapkan tenaga-tenaga profesional harus mampu menciptakan kondisi yang dapat membentuk perilaku warga sekolah menjadi manusia-manusia profesional. Kompetensi pengendalian hama tanaman pada program keahlian budidaya tanaman merupakan kompetensi yang produk utamanya adalah perlindungan tanaman. Produk ini dalam siklus produksi akan digunakan sebagai input pada tahapan berikutnya dalam budidaya tanaman. Kemampuan motorik/psikomotorik skills dalam pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu bagian aspek kompetensi yang harus dipenuhi sesuai standar. Pada program pembelajaran di SMK,
Mengendalikan Hama
1
psikomotorik skills merupakan salah satu sasaran yang akan dibentuk dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan belajar siswa diarahkan untuk membentuk psikomotorik skills, strategi yang harus ditempuh siswa adalah berlatih melakukan sesuatu pekerja dengan kaidah yang benar sampai dicapai unjuk kerja dengan tingkat presisi yang tinggi. Untuk menguasai kompetensi pengendalian hama tanaman ini, siswa dianjurkan untuk memahami kaidah-kaidah kerja dalam pengendalian hama tanaman. Sebagai salah satu referensi dalam penguasaan kompetensi ini, siswa seyogyanya dapat melakukan kunjungan pada petani pengusaha budidaya tanaman yang berhasil. B. Deskripsi Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Alloh SWT yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman. Dalam agro-ekosistem, tanaman yang kita usahakan dinamakan produsen, sedangkan herbivora yang makan tanaman dinamakan konsumen pertama, sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua. Herbivora yang berada pada tanaman
Mengendalikan Hama
2
tidak
semuanya
menimbulkan
kerusakan.
Ada
herbivora
yang
keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada
tanaman
keberadaannya
yang
dibudidayakan
ditanaman
tidak
disebut
hama.
menimbulkan
Jadi
selama
kerusakan
secara
ekonomis, maka herbivora tersebut belum berstatus hama. Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas
tanaman
menjadi
menurun,
baik
kualitas
maupun
kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik.
Dalam kegiatan
pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi
sangat
penting
agar
tidak
melakukan kesalahan dalam
mengambil langkah/tindakan pengendalian. Tindakan pengendalian mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam usaha budidaya tanaman. melaksanakan
pengendalian
organisme
pengganggu
Dalam tanaman,
pemerintah telah mengaturnya dalam UU NO. 12 tahun 1992 pada pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Metode pengendalian hama
menurut konsep PHT adalah memadukan semua metode pengendalian sedemikian rupa, termasuk didalamnya pengendalian secara fisik, mekanik, bercocok tanam, biologi, dan kimiawi sebagai alternatif
Mengendalikan Hama
3
terakhir, untuk menurunkan dan mempertahankan populasi organisme pengganggu tanaman dibawah batas Ambang Ekonomik. Sebelum konsep PHT muncul, ada anggapan bahwa pengendalian hama yang efektif adalah dengan penyeemprotan pestisida. Sampai saat ini masih banyak petani atau masyarakat pada umumnya yang mengartikan pengendalian hama sama dengan penggunaan pestisida. Apabila diketahui tanaman yang diusahakan rusak atau pada tanaman terdapat kerumunan serangga tanpa memperhatikan apakah serangga tersebut serangga yang merugikan atau bermanfaat, maka petani akan langsung mencari pestisida untuk disemprotkan pada tanaman. Sehubungan dengan adanya dampak negatif penggunaan pestisida, maka pestisida digunakan secara bijaksana menurut konsep PHT. Menurut konsep PHT, pestisida digunakan hanya bila pengendalian dengan cara lain tidak dapat menurunkan populasi hama dan kerusakan tanaman. Jadi pengendalian kimiawi dijadikan alternatif terakhir. Pembahasan dalam modul ini berkaitan erat dengan modul: 1.
Sanitasi Secara Mekanik/Fisik
2.
Teknik Dasar Mengolah Tanah
3.
Mengelola Sumber Air
4.
Teknik Penanaman
Setelah Anda menguasai modul ini diharapkan Anda mampu menganalisa masalah
hama
di
lapangan,
mengidentifikasi
hama
dan
gejala
kerusakannya sesuai dengan teknik dan prosedur identifikasi hama, setelah itu mampu memilih dan menentukan metode pengendalian hama
Mengendalikan Hama
4
sesuai dengan proses pemilihan dan penentuan metode pen gendalian hama. C. Prasyarat Sebelum mempelajari modul ini, disyaratkan Anda memiliki pengetahuan dasar tentang BIOLOGI, terutama pada konsep: 1.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan hewa
2.
Tahapan proses perkembangan metamorfosis pada hewan
3.
Struktur tumbuhan dan hewan secara morfologis
4.
Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem
D. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Siswa a. Bacalah modul ini secara berurutan dari Kata Pengantar sampai Cek Kemampuan pahami dengan benar isi dari setiap babnya. b. Setelah Anda mengisi cek kemampuan apakah Anda termasuk kategori yang perlu mempelajari modul ini? Apabila Anda menjawab YA, maka pelajari modul ini. c. Untuk memudahkan belajar Anda dalam mencapai kompetensi ini, maka pelajari dulu Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), dan prosedur pembelajaran sampai Anda memperoleh sertifikat kompetensi serta tujuan pembelajaran. Apabila ada yang kurang jelas tanyakan pada guru pembimbing Anda. d. Laksanakan semua tugas-tugas yang ada dalam modul ini agar kompetensi Anda berkembang sesuai standar. e. Buatlah rencana belajar Anda dengan menggunakan format seperti yang ada dalam modul, konsultasikan dengan guru dan
Mengendalikan Hama
5
institusi
pasangan
penjamin
mutu
hingga
mendapatkan
persetujuan. f. Lakukan kegiatan belajar untuk mendapatkan kompetensi sesuai rencana kegiatan belajar yang telah Anda susun dan disetujui oleh guru dan institusi pasangan penjamin mutu. g. Setiap mempelajari satu sub kompetensi, Anda harus mulai dari menguasai
pengetahuan
pendukung
(lembar
informasi),
melaksanakan tugas-tugas, dan mengerjakan lembar latihan. h. Dalam mengerjakan Lembar Latihan, Anda jangan melihat Kunci Jawaban terlebih dahulu, sebelum Anda menyelesaikan Lembar Latihan. i. Laksanakan Lembar Kerja untuk pembentukan psikomotorik skills sampai Anda benar-benar terampil sesuai standar. Apabila Anda mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas ini, konsultasikan dengan guru Anda. j. Setelah anda merasa benar-benar menguasai seluruh kegiatan belajar dalam modul ini, mintalah evaluasi dari guru Anda, sekolah, dan instruksi pasangan penjamin mutu anda untuk dapat dinyatakan sertifikat kompetensi. 2. Peran Guru a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar, b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar, c. Membantu siswa dalam memahami konsep dan praktik baru dan
menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa, d. Membantu siswa untuk menentukan dasn mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar,
Mengendalikan Hama
6
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan f. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja
untuk membantu jika diperlukan E. Tujuan Akhir Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu: 1.
Mengidentifikasi hama dan gejala kerusakannya sesuai teknik dan prosedur identifikasi
2.
Menghitung tingkat kerusakan hama pada lahan dan sampel yang telah ditetapkan
3.
Memilih dan menentukan metode pengendalian hama yang efektif di lapangan sesuai konsep PHT
4.
Melakukan pengendalian hama sesuai konsep PHT di lapangan dengan tepat sesuai dengan teknik dan prosedur pengendalian
Mengendalikan Hama
7
F. Kompetensi Kompetensi/ Sub Kompetensi 1. Mengamati dan mengidentifikasi hama dan gejala kerusakan tanaman akibat hama
Kriteria Unjuk Kerja ? Gejala kerusakan dideskripsikan berdasarkan pengamatan lapangan
? Hama diidentifikasi
berdasarkan tandatanda serangan
Lingkup Belajar ? Gejala kerusakan
akibat serangan hama
? Hama-hama
dominan
Materi Pokok Pembelajaran Sikap Pengetahuan Keterampilan ? Disiplin ? Gejala kerusakan ? Mengamati gejala ? Taat azas akibat hama insekta, kerusakan ? Kemauan untuk ulat bekerja keras ? Gejala kerusakan ? Konsisten akibat hama, kutu, ? Kemauan untuk tungau, thrips memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif ? Disiplin ? Taat azas ? Kemauan untuk
bekerja keras
? Jenis-jenis hama
dominan ? Tipe serangan
? Mendata jenis
hama dan tandatanda serangan
? Konsisten ? Kemauan untuk
? Tingkat kerusakan
hama dihitung berdasarkan persentasi kerusakan tanaman
? Kerusakan teknis
? Disiplin ? Taat azas ? Kemauan untuk
bekerja keras
? Konsisten ? Kemauan untuk
? Catatan dan gambar
tentang gejala kerusakan akibat hama, insekta, ulat, tungau, kutu, thrips
? Catatan dan gambar
hama yang dominan
? Catatan tipe
serangan
? Catatan hasil
identifikasi
memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif 2. Menghitung tingkat kerusakan
Bukti Belajar
? Cara pengambilan
sample ? Perhitungan kerusakan akibat hama
? Menghitung ?
tingkat kerusakan
? Catatan perhitungan
tingkat kerusakan
memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif
Mengendalikan Hama
8
Kompetensi/ Sub Kompetensi 3. Menentukan metode pengendalian
Kriteria Unjuk Kerja ? Metode
? Metode
? Metode
? Metode
? Alat dan bahan
? Alat-alat
pengendalian dideskripsikan secara benar
pengendalian ditentukan berdasarkan tingkat serangan dan keandalan
4. Melaksanakan pengendalian
Lingkup Belajar
pengendalian disiapkan berdasarkan berdasarkan jenis hama yang menyerang
Mengendalikan Hama
pengendalian secara fisik, mekanis, kimia, biologi dan kultur teknis
pengendalian secara fisik, mekanis, kimia, biologi dan kultur teknis
penyemprot ? Bahan pestisida insektisida
Materi Pokok Pembelajaran Sikap Pengetahuan ? Disiplin ? Metode ? ? Taat azas pengendalian secara ? Kemauan untuk fisik bekerja keras ? Metode ? Konsisten pengendalian secara ? Kemauan untuk mekanis memperoleh hasil ? Metode terbaik pengendalian secara ? Kemauan untuk kimia bekerja cepat ? Metode ? Kreatif pengendalian secara biologi ? Metode pengendalian secara kultur teknis ? Disiplin ? Tingkat serangan ? ? Taat azas ? Tipe/pola serangan ? Kemauan untuk bekerja keras ? Konsisten ? Kemauan untuk memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif ? Disiplin ? Taat azas ? Kemauan untuk
bekerja keras
? Konsisten ? Kemauan untuk
mem-peroleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif
? Jenis dan fungsi alat
pengendalian ? Bahan -bahan pestisida ? Cata membuat larutan
Keterampilan Mendata berbagai metode pengendalian hama
Memilih metode pengendalian
? Menyiapkan alat ? Menyiapkan
bahan
Bukti Belajar ? Catatan berbagai
metode pengendalian hama
? Catatan proses
penentuan metode pengendalian hama
? Catatan jenis dan
fungsi alat pengendalian ? Catatan jenis dan fungsi bahan pestisida ? Catatan cara membuat larutan
9
Kompetensi/ Sub Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja ? Alat dan bahan dihitung sesuai tingkat serangan, populasi/luas areal
? Pengendalian hama
dilakukan berdasarkan metode terpilih dan sesuai prosedur
Mengendalikan Hama
Lingkup Belajar
? Pengendalian secara
fisik/mekanis/kimia
Materi Pokok Pembelajaran Sikap Pengetahuan ? Disiplin ? Perhitungan alat ? ? Taat azas ? Perhitungan bahan ? Kemauan untuk ? bekerja keras ? Konsisten ? Kemauan untuk memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif ? Disiplin ? Pengendalian hama ? ? Taat azas berwawasan ? Kemauan untuk lingkungan bekerja keras ? Pengendalian hama ? Konsisten secara bijaksana ? Kemauan untuk memperoleh hasil terbaik ? Kemauan untuk bekerja cepat ? Kreatif
Keterampilan Menghitung kebutuhan alat Menghitung kebutuhan bahan
Melakukan pengendalian hama secara bijaksana
Bukti Belajar ? Catatan cara
menghitung kebutuhan alat ? Catatan cara menghitung kebutuhan bahan
? Catatan proses
pengendalian hama berwawasan lingkungan ? Catatan proses pengendalian hama secara bijaksana
10
G. Cheks Kemampuan
NO
PERNYATAAN
1.
Mengidentifikasi hama dan gejala kerusakannya sesuai teknik dan prosedur identifikasi
2.
Memelihara serangga sesuai dengan teknik dan prosedur pemeliharaan serangga di Laboratorium
3.
Mendeskripsikan tahapan proses perkembangan dan metamorfosis yang terjadi pada serangga
4.
Menghitung tingkat kerusakan tanaman oleh hama di lahan pengamatan dengan tepat
5.
Mendeskripsikan tahapan proses pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama yang akan dilaksanakan di lapangan
6.
Melakukan pengendalian hama menurut konsep PHT di lapangan dengan tepat sesuai dengan teknik dan prosedur pengendalian
7.
Membuat alat perangkap hama dan mengaplikasikannya dengan tepat di lapangan sesuai dengan perilaku hama
8.
Menghitung kebutuhan bahan pestisida per satuan luas lahan
9.
Menghitung kebutuhan alat menangani areal tertentu
10. Membuat larutan prosedur.
pestisida
YA
semprot sesuai
TIDAK
untuk dengan
Apabila Anda menjawab “TIDAK” pada salah satu pernyataan di atas, pelajarilah modul ini. Apabila Anda menjawab “YA” pada semua pernyataan maka lanjutkanlah dengan mengerjakan evaluasi yang ada pada modul ini.
Mengendalikan Hama
11
II. PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Siswa NO
Kompetensi/Sub Kompetensi
1.
Mengamati dan mengidentifikasi hama dan gejala kerusakan tanaman akibat hama
2.
Menghitung tingkat kerusakan tanaman
3.
Menentukan metode pengendalian hama
4.
Melaksanakan pengendalian hama
Jenis Kegiatan
Tanggal/ Waktu
Tempat
Alasan Perubahan
Guru Pembimbing,
Siswa
(………………………)
(………………………)
Pengendalian Hama
66
B. Kegiatan Belajar 1. Pengamatan Hama dan Gejala Kerusakannya a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari pembelajaran ini, diharapkan Anda mampu: 1). Menggambarkan hama dan gejala kerusakannya yang ditemukan di lapangan 2). Mengidentifikasi hama dan gejala kerusakannya sesuai teknik dan prosedur identifikasi 3). Memelihara
serangga
di
laboratorium
sesuai
dengan
prosedur pemeliharaan serangga 4). Membedakan perkembangan dan metamorfosis serangga hama 5). Mendeskripsikan
tahapan
proses
perkembangan
dan
metamorfosis yang terjadi pada serangga b. Uraian Materi Masalah global di dunia adalah masalah penyediaan dan pemenuhan kebutuhan bahan pangan.
Masalah ini menjadi
besar jika penduduk dunia terus bertambah, sementara untuk memproduksi pangan banyak kendala yang harus dihadapi. Salah satu kendala yang harus dihadapi dalam proses budidaya tanaman adalah masalah gangguan hama. Hama adalah semua binatang yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia. Akibat serangan hama, produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu, kehadiran hama perlu dikendalikan jika populasinya telah melebihi Ambang Ekonomik.
Pengendalian Hama
67
Pada
prinsipnya,
mengendalikan
hama
adalah
mengelola
populasi hama sedemikian rupa sehingga populasinya berada di bawah Ambang Ekonomik. Jika populasi hama terkendali, usaha budidaya tanaman dapat terus berjalan dan keseimbangan ekosistem dapat terus terjaga. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis hama yang umum dijumpai di lingkungan pertanian (nama umum, siklus hidup dan karakteristik) sangat diperlukan bagi petugas lapangan.
Dengan pengenalan hama tersebut maka
fungsi dan berbagai hal yang menyangkut masing-masing hama dapat diketahui. Pengenalan terhadap gejala kerusakan tanaman juga menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian hama dapat membuang banyak biaya, waktu juga tenaga. Tanda-tanda atau gejala serangan hama yang biasa muncul di lapangan berkaitan dengan tipe alat mulut hama. Tipe-tipe alat mulut hama beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya, antara lain: 1). menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dll a). tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-lubang, daun hanya tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis dimakan sama sekali b). tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, akhirnya mati c). pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan
Pengendalian Hama
68
2). menusuk-menghisap: pada berbagai macam kepik a). tanda serangan pada polong atau biji tampak noda hitam bekas tusukan b). daun yang terserang menjadi layu dan kering c). buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan perkembangannya kurang baik 3). mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman a). tanda serangan pada daun munculnya cendawan jelaga b). daun yang terserang berbentuk tidak normal, kerdil, menggulung/keriting ke dalam c). terdapat bercak-bercak klorosis (kuning) pada daun 4). meraut-mengisap: pada thrips a). tanda serangan pada daun terdapat bercak warna putih keperakan b). pertumbuhan tanaman menjadi kerdil c). jika menyerang bunga, mahkota bunga akan gugur Sikap profesionalisme sangat diharapkan dalam mengambil langkah pengendalian hama yang tepat, tanpa menghilangkan populasi hama di suatu lahan sehingga keseimbangan ekosistem di lahan tersebut dapat terus terjaga.
Pengendalian Hama
69
Mengidentifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Hama Mengidentifikasi hama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut membutuhkan keterampilan dan keuletan yang cukup tinggi dari seorang petani atau pelaksana budidaya tanaman. Tahapan proses identifikasi hama, antara lain: 1). Ambil hama yang ditemukan di lapangan 2). Identifikasi di laboratorium proteksi dengan menggunakan buku kunci determinasi serangga Tahapan proses identifikasi gejala serangan hama, antara lain: 1). Ambil tanaman rusak yang ditemukan di lapangan 2). Identifikasi di laboratorium proteksi dengan menggunakan buku referensi yang ada Untuk mengenal lebih dalam tentang siklus hidup hama, karakteristik hama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan hama, coba perhatikan informasi berikut. 1). Spodoptera litura ?
Nama umum
: ulat grayak atau ulat tentara
?
Tanaman inang
: tembakau,
kedelai,
kacang
tanah, kentang, cabai, bawang merah, kubis, dan lain-lain ?
Fase merusak tanaman : larva Instar I-IV dengan cara menggigit dan mengunyah
?
Pengendalian Hama
Tipe alat mulut
: menggigit-mengunyah
70
Siklus Hidup Spodoptera litura
Kelompok telur S. litura ? Kelompok telur terletak di permukaan bawah daun ? Telur ditutupi bulu halus berwarna merah sawo ? Jumlah telur tiap kelompok sekitar 350-500 butir ? Umur telur 2-5 hari
Ngengat betina S. litura ? Bersifat nokturnal (aktif di malam hari) ? Kemampuan bertelur antara 2.000-3.000 butir ? Umur ngengat 2-6 hari
Pengendalian Hama
Larva Instar 1, 2, 3, 4 dan 5 mulai dari yang terkecil sampai terbesar ? Larva instar I-III aktif makan secara bergerombol ? Larva instar IV -V bersembunyi dalam tanah pada siang hari dan aktif merusak tanaman pada malam hari ? Umur telur 20-60 hari
Pupa S. litura ? Pupa warna coklat ? Pupa terbentuk dalam tanah sedalam 7-8 cm ? Umur telur 8-11 hari
71
Gejala serangan awal larva instar I-III S. litura Larva bergerombol memakan daun kecuali epidermis permukaan atas daun, sehingga dari jarak jauh permukaan daun tampak keputih-putihan Gejala serangan larva instar IV -V S. litura ? Tampak daun berlubanglubang ?
Larva dapat memakan seluruh bagian helai daun, bunga dan polong
?
Serangan larva pada stadia pembungaan dan pembentukan polong dapat mengurangi atau menggagalkan panen
2). Nezara viridula ?
Nama umum
: kepik
hijau
atau
lembing
hijau, pengisap polong ?
Tanaman inang
: kedelai, buncis, kacang hijau, kacang panjang, jagung, padi, kedelai, kapas, dan lain-lain
Pengendalian Hama
?
Fase merusak tanaman : nimfa – Imago
?
Tipe alat mulut
: menusuk-menghisap
72
Siklus Hidup Nezara viridula
Kelompok telur N. viridula ? Bentuk telur seperti cangkir ? Warna kuning dan berubah menjadi merah bata pada 3 hari sebelum menetas ? Jumlah telur tiap kelompok 10-118 butir ? Telur diletakkan pada daun, batang, polong ? Umur telur 5-7 hari ? Imago bertelur sekitar 200 butir
Nimfa Instar 1
Nimfa Instar 2
? Warna coklat muda ? Panjang tubuh 1,2 mm ? Umur 4 hari
? Warna hitam dengan
bintik putih
? Panjang 2 mm ? Umur 3 hari
Nimfa Instar 3 ? Warna hijau
dengan bintik hitam ? Panjang 3,6 mm ? Umur 4 hari
Imago N. viridula
Nimfa Instar 5
Nimfa Instar 4
? Warna hijau ? Bentuk segi lima
? Warna hijau
? Warna hijau dengan
seperti perisai ? Panjang 1 cm ? Umur imago 5-47 hari
Pengendalian Hama
dengan bintik hitam ? Panjang 10,2 mm ? Umur 8 hari
bintik hitam
? Panjang 6,9 mm ? Umur 5 hari
73
Gejala kerusakan pada biji akibat pengisap polong N. viridula ?
Larva-Imago merusak tanaman dengan cara menusuk dan mengisap cairan biji, biasanya ada bekas tusukan pada biji berwarna hitam.
?
Biji menjadi keriput, busuk.
?
Serangan pada polong muda mengakibatkan polong kempis.
3). Thrips ?
Tanaman inang
: kentang,
cabai,
kacang-
kacangan, tembakau, bawang, labu, dan lain-lain ?
Fase merusak tanaman : nimfa – Imago dengan cara mengisap cairan tanaman
?
Pengendalian Hama
Tipe alat mulut
: meraut-menghisap
74
Siklus Hidup Thrips
Telur Thrips Bentuk oval Warna putih Panjang + 0,26 mm Telur diletakkan pada permukaan bawah daun ? Umur telur 3 hari ? Imago bertelur sekitar 200 butir ? ? ? ?
Nimfa Instar 1
Nimfa Instar 2
Imago Thrips ? Ukuran 1-2 mm ? Warna coklat kehitaman ? Sayap 2 pasang dengan
Nimfa Instar 3
rambut yang berumbairumbai ? Berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa pejantan) ? Imago dapat bertelut + 80 butir
Pengendalian Hama
75
Gejala serangan Thrips pada kapas ? Permukaan daun yang diisap cairannya menimbulkan bercak berwarna putih keperakan.
Bercak-bercak
putih tersebut
perlahan-
lahan akan berubah warna menjadi coklat, mengerut dan mengeriting, selanjutnya daun menjadi layu dan mati ?
Bagian yang diserang umumnya daun, kuncup, tunas yang telah tumbuh, bunga dan buah yang masih muda.
4). Tungau Tetranychus cinnabarinus ?
Nama lain
: tungau merah
?
Tanaman inang
: jeruk, apel, kapas, terung, kacang ketimun,
tanah, tanaman
buncis, hias,
singkong, pepaya, tomat, dan lain-lain ?
Fase merusak tanaman : nimfa – Imago dengan cara mengisap cairan sel tanaman
Pengendalian Hama
76
Siklus Hidup Tetranychus cinnabarinus
Gambar: Telur tungau ? Bentuk telur bulat
berdiameter 0,15 mm
Nimfa Instar 1
Nimfa Instar 2
? Warna kuning pucat
Imago
?
Tungau
Nimfa Instar 3
? Berukuran < 0,5 mm ? Bentuk bulat tidak beruas ? Warna tungau betina
? ? ?
?
merah, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan Jumlah kaki 8 (4 pasang) Akif di siang hari Populasi tungau tinggi di musim kemarau dan rendah di musim hujan Nimfa dan Imago bersembu nyi di bawah daun dengan membuat sarang seperti sarang labalaba
Pengendalian Hama
77
Gejala kerusakan tungau pada daun kapas Tampak
bercak-bercak
warna
coklat pada permukaan daun, jika populasi
tinggi,
daun
berwarna
keabu-abuan atau menjadi kotor kehitam-hitaman, daun menjadi kerinting, tanaman kerdil dan tidak berbuah. 5). Bemisia tabaci ?
Nama umum
: kutu kebul
?
Tanaman inang
: kapas,
kacang
tanah,
kapri,
cabai,
buncis, tembakau,
tomat,
ubi
jalar, ketimun, singkong, kubis, jambu biji, dan lainlain ?
Fase menyerang tanaman : nimfa dan Imago dengan cara mengisap cairan sel tanaman
Pengendalian Hama
78
Siklus Hidup Bemisia tabaci
Gambar: Imago Bemisia tabaci
? Panjang 2-3 mm ? Warna putih ? Tubuh dan sayap tertutup
tepung lilin berwarna putih
? ? ? ?
Gambar: telur B. tabaci Bentuk elip, bertangkai Panjang 0,2-0,3 mm Warna kuning Umur + 1 minggu
Gambar: Pupa B. tabaci
? Ditutupi perisai kuat seperti
sisik berwarna kehitaman
Gambar: Nimfa B. tabaci
? Bentuk oval pipih ? Warna kuning pucat sampai
kuning kehijauan
? Hanya nimfa Instar I yang
aktif bergerak dan makan dengan cara mengisap cairan sel tumbuhan
Pengendalian Hama
79
Gejala kerusakan tanaman akibat pengisapan cairan tanaman oleh nimfa instar I dan imago adalah adanya bercak klorose (kuning) pada permukaan daun. Bercak timbul akibat kelenjar yang dikeluarkan pada waktu mengisap cairan tanaman. Bila bercak bergabung daun menjadi menguning, kemudian berubah menjadi coklat muda, mengering dan akhirnya rontok. Kutu kebul juga menghasilkan sekresi embun madu yang menyebabkan tumbuhnya cendawan jelaga yang menutupi permukaan daun dan akan menghambat proses fotosintesis. Selain itu, serangga ini juga bertindak sebagai vekto r penyakit virus keriting. Makin muda tanaman yang terinfeksi virus, makin besar kerugian yang ditimbulkan. Tanaman kedelai terserang virus yang ditularkan oleh B. tabaci
c.
Rangkuman Materi Hama adalah semua binatang yang dapat merugikan tanaman yang
dibudidayakan
manusia.
Akibat
serangan
hama,
produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadiran hama di lapangan perlu dikendalikan jika populasinya telah melebihi Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan
Pengendalian Hama
80
pengendalian hama, pengenalan dan pemahaman terhadap jenis hama (nama umum, siklus hidup dan karakteristik) dan gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian hama dapat membuang banyak biaya, waktu juga tenaga. d. Tugas 1). Lakukan percobaan pemeliharaan serangga hama yang dilakukan oleh 2 kelompok. Pada percobaan ini digunakan 2 jenis serangga, yaitu Nezara viridula dan Spodoptera litura. Dalam pelaksanaan percobaan ini, para siswa mengikuti langkah kerja yang ada di lembar kerja 1. 2). Catat dan dokumentasikan, kemudian diskusikan dengan guru pembimbing Anda tentang hasil pengamatan terhadap: ?
Bentuk dan warna telur (dokumentasikan)
?
Jumlah telur per kelompok yang dipelihara
?
Kapan telur menetas
?
Persentase telur yang menetas
?
Jumlah ganti kulit yang terjadi (dokumentasikan setiap ganti kulit)
?
Lama stadium tiap Instar nimfa/larva/pupa
?
Ciri-ciri luar yang penting dari tiap instar larva/nimfa/ pupa/imago (dokumentasikan)
?
Gejala kerusakan yang timbul pada makanan yang kita berikan sejak nimfa-Imago (dokumentasikan)
3). Hasil
diskusi
yang
telah
disetujui
guru
pembimbing
selanjutnya di fail dalam odner portfolio hasil belajar Anda.
Pengendalian Hama
81
e. Lembar Latihan 1). Gambarkan dan jelaskan siklus hidup Spodoptera litura! 2). Gambarkan dan jelaskan siklus hidup Nezara viridula! 3). Jelaskan perbedaan gejala serangan pada daun akibat serangan thrips dan tungau merah! 4). Jelaskana tahapan proses identifikasi hama dan gejala kerusakan hama!
Pengendalian Hama
82
f.
Kunci Jawaban 1). Siklus Hidup Spodoptera litura Telur ? Berkelompok, diletakkan di
Larva mengalami 5 Instar
permukaan bawah daun ? ditutupi bulu halus berwarna merah sawo ? 1 kelompok sekitar 350-500 butir ? Umur telur 2-5 hari
? Semuanya akt if makan ? Umur larva 20-60 hari
Ngengat
Pupa
? Bersifat nokturnal ? Kemampuan bertelur antara
? Warna coklat ? Terbentuk dalam tanah
? Umur ngengat 2-6 hari
? Umur pupa 8-11 hari
2.000-3.000 butir
sedalam 7-8 cm
2). Siklus Hidup Nezara viridula Telur
Nimfa mengalami 5 Instar
? Berkelompok, 1 kelompok
? Semuanya aktif makan ? Tiap instar berbeda umur,
10-118 butir ? Bentuk seperti cangkir warna kuning ? Diletakkan pada daun, batang, polong ? Umur telur 5-7 hari
ukuran dan warnanya
Imago ? ? ? ? ?
Warna hijau Bentuk segi lima seperti perisai Panjang tubuh 1 cm Umur 5-47 hari Kemampuan bertelur 200 butir
3). Gejala serangan Thrips: Permukaan daun yang diisap cairannya menimbulkan bercak berwarna putih keperakan, bercak tersebut perlahan-lahan berubah
menjadi
coklat,
mengerut
dan
mengeriting,
selanjutnya daun menjadi layu dan mati
Pengendalian Hama
83
Gejala serangan tungau merah: Permukaan daun tampak bercak-bercak warna coklat, kemudian daun berubah menjadi berwarna keabu-abuan atau
kotor
kehitam-hitaman,
daun
menjadi
keriting,
tanaman kerdil dan tidak berbuah. 4). Tahapan proses identifikasi hama antara lain: ?
Ambil hama yang ditemukan di lapangan.
?
Identifikasi
di
laboratorium
proteksi
dengan
menggunakan kunci determinasi serangga. Tahapan proses identifikasi gejala serangan hama: ?
Ambil tanaman rusak yang ditemukan di lapangan.
?
Identifikasi
di
laboratorium
proteksi
dengan
menggunakan buku/referensi yang ada.
Pengendalian Hama
84
g. Lembar Kerja 1). Tujuan Kegitan ini bertujuan agar para siswa mampu mengamati dan melihat perbedaan siklus hidup antara Nezara viridula dan Spodoptera litura, juga mengamati dan melihat perbedaan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh masing -masing hama. 2). Alat dan Bahan a). cawan petri b). kertas saring/kertas buram c). aquades d). kapas e). benang jahit f). kurungan plastik (diameter 9 cm dan tinggi 12 cm) yang diatasnya ditutup kain kasa g). daun dan polong kacang-kacangan sebagai makanan Nezara viridula h). daun dan polong kacang-kacangan sebagai makanan Spodoptera litura i). tanah sebagai alas untuk berkepompong j). kelompok telur Nezara viridula dan Spodoptera litura yang akan dipelihara di dapat dari lapangan 3). Langkah Kerja a). Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeliharaan serangga. b). Lakukan pengecekan apakah alat dan bahan sudah sesuai (jumlah, ukurannya), kalau belum pilihlah alat dan bahan yang sesuai.
Pengendalian Hama
85
c). Metode
pemeliharaan
serangga
dilakukan
di
laboratorium. Pemeliharaan serangga dilakukan oleh 2 kelompok, kelompok I memelihara Nezara viridula dan kelompok II memelihara Spodoptera litura. d). Letakkan kelompok telur serangga pada cawan petri (satu kelompok per cawan) yang dialasi kertas saring lembab. Catat bentuk dan warna telur, jumlah telur per kelompok, kapan telur menetas, berapa persentase telur yang menetas. e). Pindahkan 10 larva/nimfa yang baru keluar dari telur dipindahkan secara terpisah, masing-masing ke dalam kurungan pllastik (diameter 9 cm dan tinggi 12 cm) yang beralaskan tutup cawan petri dan bagian atasnya ditutup dengan kain kasa. Larva dan nimfa kedua serangga diberi makan daun dan polong kacang-kacangan yang ujung tangkainya dibungkus kapas lembab untuk menjaga agar makanan tersebut tidak cepat layu/kering. Makanan diganti dengan yang baru dan segar setiap harinya dan diamati, digambar dan dicatat gejala kerusakan kedua serangga tersebut, baik pada daun maupun pada polong. f). Untuk larva Spodoptera litura bila akan berkepompong berikan
tanah
(tebal
+
2
cm)
sebagai
tempat
berkepompong pada cawan petri yang menjadi alas kurungan. g). Catat dan dokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan proses siklus hidup serangga, yaitu: ?
bentuk dan warna telur pada Nezara viridula dan Spodoptera litura (dokumentasikan).
Pengendalian Hama
86
?
Jumlah telur per kelompok yang dipelihara.
?
Kapan telur menetas
?
Persentase telur yang menetas
?
jumlah ganti kulit yang terjadi pada Nezara viridula dan Spodoptera litura
?
lama stadium tiap instar larva/nimfa dan stadium pupa
?
ciri penting dari tiap instar larva/nimfa dan stadium pupa (dokumentasikan)
?
bila ngengat telah muncul, catat ciri penting dari serangga jantan dan betina (dokumentasikan)
?
gejala kerusakan yang timbul pada makanan yang diberikan (dokumentasikan)
h). Kumpulkan alat jika percobaan sudah selesai dilakukan, bersihkan dan simpan ditempatnya. i). Evaluasi kegiatan: ?
Apakah alat yang disiapkan sudah sesuai prosedur
?
Apakah langkah pemeliharaan serangga yang Anda lakukan sudah sesuai prosedur
j). Umpan balik: ?
Apakah ada prosedur kerja yang perlu diperbaiki dalam proses pemeliharaa serangga? Kalau ya, tuliskan dan jelaskan alasannya!
?
Apakah ada konsep yang perlu disempurnakan dalam
pengamatan
siklus
hidup
dan
gejala
keruskan yang ditimbulkan hama ini? Bila ada, mohon dituliskan penyempurnaannya!
Pengendalian Hama
87
2. Perhitungan Kerusakan Tanaman a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari pembelajaran ini, diharapkan Anda mampu: ?
Melakukan teknik pengambilan sampel kerusakan tanaman di lahan pengamatan sesuai dengan teknik dan prosedur pengambilan sampel.
?
Menghitung tingkat kerusakan tanaman oleh hama di lahan pengamatan dengan tepat.
b. Uraian Materi Agro-ekosistem merupakan sistem pertanian yang kita kelola dengan tujuan agar sasaran produktivitas tercapai, juga populasi hama dan kerusakan tanaman yang diakibatkannya tetap pada aras yang tidak merugikan. Mengingat sifat agro-ekosistem yang dinamik dan peka akan adanya perubahan dan agar tercapai tujuan agro-ekosistem tersebut tercapai kita harus memiliki informasi
tentang
keadaan
ekosistem
melalui
kegiatan
pemantauan ekosistem. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengikuti perkembangan keadaan ekosistem yang meliputi perkembangan komponen biotik dan abiotik, seperti keadaan tanaman, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, suhu, curah hujan, kelembaban, kecepatan angin, dan lain-lain. Pengamatan atau pemantauan terhadap
komponen
biotik
khususnya
di
suatu
wilayah
pengamatan tidak mungkin dilakukan pada seluruh tanaman yang ada, tetapi diambil tanaman contoh atau sampel yang dapat mewakili atau menggambarkan kondisi secara keseluruhan.
Pengendalian Hama
88
Data hasil pemantauan lapangan tersebut merupakan masukan bagi lembaga pengambil keputusan yang akan menggunakan data tersebut untuk mengambil keputusan tentang tindakan pengendalian/pengelolaan yang perlu dilaksanakan terhadap ekosistem tersebut. Teknik Pengambilan Sampel Dalam pengambilan data dari sampel, perlu teknik yang tepat. Teknik pengambilan sampel beragam tergantung jenis tanaman dan
jenis
hamanya.
Tetapi
bagaimana
pun
juga
teknik
pengambilan sampel yang kita lakukan harus memperhatikan dua syarat, yaitu: 1). Praktis,
artinya
sederhana,
mudah
dikerjakan,
tidak
memerlukan peralatan dan bahan yang mahal dan tidak mengambil waktu lama. 2). Dapat dipercaya, artinya teknik pengambilan sampel yang kita lakukan dapat menghasilkan data yang dapat mewakili atau
menggambarkan
secara
benar
tentang
populasi
sebenarnya di lapangan. Beberapa ketentuan yang perlu ditetapkan dalam pengambilan sampel, antara lain: 1). Ukuran sampel, yaitu jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan. Secara umum dapat dikatakan
semakin
besar
ukuran
sampel,
semakin
berkualitas dan dapat dipercaya. Biasanya jumlah tanaman contoh yang diamati antara 0 < x < 50% dari populasi tanaman yang ada di lahan.
Pengendalian Hama
89
2). Interval pengamatan, yaitu jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Interval pengamatan bisa panjang, bisa
pendek.
Faktor
yang
mempengaruhi
panjang
pendeknya interval pengamatan antara lain: tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yang diamati, tujuan pengambilan sampel, faktor cuaca, dan lain-lain. Biasanya interval pengamatan antara 1-7 hari. 3). Pola pengambilan sampel, dapat dilakukan secara acak (tidak beraturan), dapat juga secara sistematik, artinya penetapan sampel pengamatan berjarak sama antara satu dengan yang lainnya. Contoh pola pengambilan sampel: a). Pola pengambilan sampel secara acak X
X
X
X
X
? ?
?
X
X
X
X
X
? ?
?
X
X
X
X
X
? ?
?
X
X
X
X
X
? ?
?
X
X
X
X
X
? ?
?
X Tanaman contoh
b). Pola pengambilan sampel secara sistematis, antara lain: X
X
X
X X
X
X
? ? ?
X
X
X
X X
X X
? ? ?
X
X
X
X X
X X
? ? ?
X
Tanaman contoh
X
Bukan sampel
Pola zig zag
Pengendalian Hama
90
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X Tanaman contoh
Pola huruf X X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X Tanaman contoh
Pola huruf U X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X Tanaman contoh
Pola huruf Z
4). Teknik Pengambilan Sampel Yaitu
teknik
memperoleh
dan
mengumpulkan
serta
menghitung individu serangga yang diamati pada sampel yang telah ditentukan. Semua individu serangga yang ada dalam satu unit sampel harus dapat dikumpulkan dan dihitung dengan tepat. Jangan sampai ada individu yang ketinggalan dan tidak dihitung atau sebaliknya dihitung lebih dari satu kali.
Pengendalian Hama
91
Teknik pengambilan sampel yang sering dipraktikkan, antara lain: a). Pengamatan langsung di lapangan yaitu menghitung langsung individu serangga atau kerusakan tanaman yang dijumpai pada unit sampel yang telah ditentukan. Hasil penghitungan langsung dimasukkan dalam format pengamatan untuk bahan laporan. b). Pengumpulan serangga, baik secara langsung maupun tidak langsung ?
Pengumpulan langsung dengan tangan, jaring ayun, mengoyang tanaman dan menampung serangga yang jatuh dengan menggunakan alas kain dan dengan alat lain yang berupa perangkap serangga.
?
Pengumpulan mengumpulkan
tidak
langsung
contoh
medium
atau
dengan tempat
serangga hidup seperti daun, batang, buah, tanah, kemudian
dilakukan
ekstraksi
serangga,
bisa
dengan ayakan tanah, penyikatan, dll. c). Penarikan contoh beruntun, yaitu suatu teknik yang cepat dan efisien dan dapat mengklasifikasikan apakah kepadatan hama telah melebihi ambang tindakan atau belum (perlu pengendalian/tidak). Jika kepadatan hama sangat tinggi atau sangat rendah, dari beberapa contoh yang ditarik sudah cukup untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Pengendalian Hama
92
Sebagai contoh: bila Ambang Tindakan (AT) ditetapkan 5 ulat/tanaman, jika kepadatan hama dari 5 contoh tanaman adalah 0, 0, 0, 1, 0 dapat disimpulkan hama < AT, artinya tidak perlu pengendalian dan sampel tidak perlu ditambah. Jika kepadatan hama dari 5 contoh tanaman adalah 10, 7, 9, 8, 12, dapat disimpulkan bahwa > AT, artinya perlu pengendalian dan pengambilan sampel dihentikan. Tapi bila nilai rataan dari contoh yang diamati berada di sekitar 5 ulat/ tanaman, maka pengambilan sampel perlu ditambah, sampai diperoleh keputusan perlu pengendalian atau tidak. Menghitung Tingkat Kerusakan Hama Tingkat kerusakan tanaman akibat hama dikenal dengan sebutan intensitas serangan atau intensitas kerusakan, besarnya dinyatakan dengan angka dalam satuan persen. 1). Untuk hama yang merusak bunga pada tanaman hias karena nilai ekonominya tinggi, intensitas kerusakannya ditentukan dengan rumus:
n P = ? ? x 100% N Keterangan: P = intensitas kerusakan (%) n = jumlah tanaman yang bunganya terserang N = jumlah tanaman yang diamati
Pengendalian Hama
93
Contoh soal: Ukuran sampel yang diamati pada bunga tanaman hias ditentukan 30 tanaman. Dari hasil pengamatan, ternyata ada 6 tanaman yang bunganya terserang hama. Berapa intensitas kerusakannya? Jawab: Diketahui ukuran sampel
= 30 tanaman
Jumlah tanaman yang bunganya terser ang
= 6 tanaman
Ditanyakan intensitas kerus akan (%)? Penyelesaian: Diketahui rumus: atau intensitas kerusakan =
=
6 ? ? x 100% 30
=
20%
n P = ? ? x 100% N Jumlah tanaman yang bunganya terserang Jumlah tanaman yang diamati
X 100%
jadi intensitas kerusakannya 20% 2. Untuk hama yang merusak daun, intensitas kerusakannya dihitung dengan menggunakan rumus:
I
Pengendalian Hama
z ? i = 0 (ni x vi) = ? ? ? ? ? ? x 100% ZxN
94
Keterangan I
= intensitas kerusakan (%)
ni = jumlah tanaman contoh dari tiap kategori serangan vi = skor (nilai numerik) dari tiap kategori serangan N = jumlah tanaman yang diamati Z = skor
(nilai
numerik)
dari
kategori
serangan tertinggi Tabel skor (nilai numerik) dan kategori serangan hama yang menyerang daun Nilai Numerik (Skor)
Persentase Daun Yang Terserang
0 1
0
0 <x < 5
2 3 4 5 6
5 10 25 50 75
< < < < <
x x x x x
< < < < <
Kategori Serangan (tidak ada serangan) serangan ringan
10 25 50 75 100
serangan ringan serangan sedang serangan berat serangan berat serangan sangat berat
Contoh gambaran persentase daun yang rusak dimakan ulat atau belalang.
0%
Pengendalian Hama
5%
10%
25%
50%
75% 100%
95
Contoh gambaran persentase tanaman yang rusak dimakan ulat atau belalang.
0%
5%
10%
25%
50%
75%
100%
Contoh soal: Ditentukan skor (nilai numerik) dari kategori serangan tertinggi adalah 6. Ukuran sampel/tanaman yang diamati 30 tanaman. Dari hasil pengamatan ternyata ada 5 tanaman yang masuk skor 0, 5 tanaman masuk skor 1, 10 tanaman masuk skor 2, 7 tanaman masuk skor 3, 3 tanaman masuk skor 4 dan tidak ada tanaman masuk skor 5 dan 6. Hitung berapa intensitas kerusakannya! Jawab: Diketahui
Z = skor dari kategori serangan tertinggi = 6 N = jumlah tanaman yang diamati = 30
Ditanyakan I = Intensitas kerusakan (%) Semua data pada soal dimasukkan ke tabel: Jumlah Tanaman n0 – n6 n0 = 5 n1 = 5 n 2 = 10 n3 = 7 n4 = 3 n5 = 0 n6 = 0 ? ? ? N = 30
Pengendalian Hama
Skor (v) v0 – v6 v0 = 0 v1 = 1 v2 = 2 v3 = 3 v4 = 4 v5 = 5 v6 = 6 Z
= 6
n i – vi n0 n1 n2 n3 n4 n5 n6 z
x x x x x x x = ? i =
v0 = 5 v1 = 5 v2 = 10 v3 = 7 v4 = 3 v5 = 0 v6 = 0 6 (n i x vi) 0
x x x x x x x
0 1 2 3 4 5 6
=0 =5 = 20 = 21 = 12 =0 =0 ? ? = 58
96
z =6
?
(ni x v i)
i =
0
Semua data dimasukkan ke rumus: I = ? ? ? ? ? x 100% ZxN
Jadi: {(n0 x v0)+(n1 x v1)+(n2 x v2)+(n3 x v3)+(n4 x v4)+(n5 x v5)+(n6 x v6)} I = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? x 100% ZxN
{0 + 5 + 20 + 21 + 0 + 0} I = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? x 100% 6 x 30 58 I = ? ? x 100% 180 I = 32,2%
Jadi intensitas kerusakannya adalah 32,2%
Pengendalian Hama
97
c.
Rangkuman Hubungan antara Ambang Ekonomik dan kegiatan pemantauan sangat erat, karena nilai Ambang Ekonomik yang sudah ditetapkan tidak akan ada keguanaannya apabila tidak diikuti dengan kegiatan pemantauan yang teratur dan dapat dipercaya. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengikuti perkembangan keadaan ekosistem yang meliputi perkembangan komponen biotik dan abiotik. Hasil pemantauan yang berupa data informasi lapangan
merupakan
masukan
bagi
lembaga
pengambil
keputusan yang akan menggunakan data tersebut untuk mengambil keputusan tentang tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan. Dalam pengambilan data dari sampel perlu teknik yang tepat agar menghasilkan data yang dapat mewakili atau menggambarkan secara benar tentang keadaan sebenarnya di lapangan. d. Tugas 1). Lakukan pengamatan di lapangan terhadap kepadatan populasi
hama
yang
ada
di
lahan
untuk membuat
rekomendasi pengendalian! a). Ukuran sampel tentukan 50% dari 30 tanaman yang ada di lahan. b). Interval pengambilan sampel tentukan 1 minggu sekali selama 1 bulan. c). Pola pengambilan sampel tentukan menggunakan pola zig zag (sistematik). Ditentukan AT (Ambang Tindakan) 5 ekor hama/tanaman dan fase hama yang diamati ulat/larva.
Pengendalian Hama
98
d). Gunakan teknik pengambilan sampel beruntun, untuk mengetahui perlu/tidaknya pengendalian hama di lahan tersebut. e). Pengamatan kelompok
dilakukan
yang
di
berbeda.
lahan Data
berbeda hasil
untuk
pegamatan
masukan ke tabel sebagai berikut: Kegiatan : Pengamatan Kepadatan Populasi Hama Jenis tanaman : Tabel Hasil Pengamatan Kepadatan Populasi Hama Ulat Pengamatan ke 1
2
3
Jumlah individu ulat pada sampel ke4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15
Ratarata
1 2 3 4
2). Diskusikan dengan guru pembimbing Anda tentang: a). Apakah dengan kondisi kepadatan populasi hama yang diamati perlu/tidak melakukan pengendalian? Kalau perlu kenapa? Kalau tidak mengapa? b). Pada pengamatan ke bebarapa kepadatan populasi ulat < AT, dan pada pengamatan ke berapa klepadatan populasi ulat > AT dan apa yang dapat Anda simpulkan? 3). Hasil
diskusi
yang
telah
disetujui
guru
pembimbing
selanjutnya di fail dalam odner portfolio hasil belajar Anda.
Pengendalian Hama
99
e. Lembar Latihan 1). Jelaskan 2 syarat dalam melakukan teknik pengambilan sampel! 2). Sebutkkan
dan
jelaskan
beberapa
macam
teknik
pengambilan sampel yang dapat dipraktikan di lapangan! 3). Ukuran sampel yang diamati pada bungan tanaman hias sebanyak 40 tanaman. Dari hasil pengamatan ternyata ada 15 tanaman yang bunganya terserang hama. Berapa besar intensitas kerusakannya? 4). Ditentukan skor (nilai numerik) dari kategori serangan tertinggi adalah 16. Ukuran sampel yang diamati 40 tanaman. Dari hasil pengamatan ternyata ada 5 tanaman yang masuk skor 0, 6 tanaman masuk skor 2, 10 tanaman masuk skor 3, 5 tanaman masuk skor 4, 10 tanaman masuk skor 5 dan 4 tanaman masuk skor 6. Hitung berapa besar intensitas kerusakannya!
Pengendalian Hama
100
f). Kunci Jawaban 1). a). Praktis, artinya sederhana, mudah dikerjakan, tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal dan tidak mengambil waktu yang lama. b). Dapat dipercaya, artinya teknik pengambilan sampel yang dilakukan dapat menghasilkan data yang mewakili atau menggambarkan secara benar tentang populasi sebenarnya di lapangan. 2). a). Pengamatan langsung di lapangan yaitu menghitung langsung individu serangga atau kerusakan tanaman yang dijumpai pada unit sampel yang telah ditentukan. b). Pengumpulan serangga -
secara langsung dengan tangan, jaring ayun, atau alat perangkap
-
secara tidak langsung dengan menggumpulkan medium atau tempat serangga hidup, seperti daun, buah, tanah, kemudian dilakukan ekstraksi dengan ayakan tanah, penyikatan dan lain-lain.
c). Penarikan contoh beruntun yaitu
teknik
yang
mengklasifikasikan
cepat apakah
dan
efisien
kepadatan
dan
dapat
hama
telah
melebihi Ambang Tindakan/belum. Jika populasi hama < Ambang Tindakan ?
tidak perlu
pengendalian dan sampel tidak perlu ditambah Jika populasi hama < Ambang Tindakan ?
perlu
pengendalian dan pengambilan sampel dihentikan
Pengendalian Hama
101
Jika populasi hama = Ambang Tindakan ? pengambilan sampel diteruskan dan perlu ditambah sampai diperoleh keputusan perlu pengendalian atau tidak 3). Diketahui jumlah sampel = 40 tanaman Tanaman yang bunganya terserang = 15 tanaman Ditanyakan intensitas kerusakan? Jawab: Jumlah tanaman yang bunganya terserang Intensitas kerusakan = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? x 100% Jumlah sampel 15 = ? ? x 100% 40 = 37, 5%
4). Diketahui
Z =6 N = 40 tanaman
Ditanyakan I
=?
Jumlah Tanaman n0 – n6 n0 n1 n2 n3 n4 n5 n6 N
Pengendalian Hama
= 5 = 0 = 6 = 10 = 5 = 10 = 4 ? ? ? = 40
Skor (v) v0 – v6 v0 v1 v2 v3 v4 v5 v6
= = = = = = =
0 1 2 3 4 5 6
Z
=
6
ni – vi n0 n1 n2 n3 n4 n5 n6 z
x x x x x x x = ? i =
v0 = 5 x v1 = 0 x v2 = 6 x v3 = 10 x v4 = 5 x v5 = 10 x v6 = 4 x 6 (ni x vi) 0
0 1 2 3 4 5 6
=0 =0 = 12 = 30 = 20 = 50 = 24 ? ? = 136
102
z =6 ? (ni x v i) i =0 I =? ? ? ? ? ? ZxN
x 100%
136 = ? ? ? x 100% 6 x 40 = 56,7%
Pengendalian Hama
103
g. Lembar Kerja 1). Tujuan Kegiatan pemantauan ini bertujuan agar siswa terampil dan mampu melakukan teknik pengambilan sampel yang
tepat
dan
menghitung
intensitas
kerusakan
tanaman di suatu lahan pengamatan. 2). Alat dan Bahan a). Lahan tanaman/bedeng tanaman b). Meteran c). Tali rapia d). Kalkulator e). Pulpen f). Format tabel pengamatan g). patok kayul h). Topi/caping i). Sepatu bot 3). Keselamatan Kerja a). Gunakan topi/caping dan sepatu bot untuk melindungi wajah dan kaki Anda selama pengamatan di lapangan. 4). Langkah Kerja a). Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penghitungan intensitas kerusakan tanaman. b). Lakukan pengecekan, apakah alat-alat yang tersedia sudah seusai (jenis, ukuran dan jumlahnya), kalau belum pilihlah alat dan bahan yang sesuai.
Pengendalian Hama
104
c). Kumpulkan alat-alat yang sudah digunakan dan bersihkan sampai bersih dari tanah atau kotoran lain. e). Simpan alat yang sudah kering pada tempatnya. f).
Tentukan jumlah unit sampel yang akan diamati dari populasi tanaman yang ada pada bedeng tanaman
g). Buatlah pola pengambilan sampel secara sistematik dengan pola zig-zag pada bedeng tanaman h). Berilah patok sebagai tanda pada setiap tanaman sampel tersebut i).
Lakukan kegiatan pengamatan dan berikan nilai numerik (skor) pada setiap daun yang rusak berdasarkan kriteria serangan hama di bawah ini : Nilai Numerik (Skor) 0 1 2 3 4 5
Persentase Daun Yang Terserang 0 0 20 40 60 80
<x <x <x <x <x
< < < < <
20 40 60 80 100
j). Buat format tabel pengamatan untuk menghitung tingkat kerusakan tanaman oleh hama contoh: Ada 3 bedeng pengamatan, dari setiap bedeng diambil 10 tanaman
Pengendalian Hama
105
Persentase daun yang terserang hama Bedeng 1 Bedeng 2 Bedeng 3 Tanaman Tanaman Tanaman sampel kesampel kesampel ke -
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
k). Hitung
intensitas
kerusakan
hama
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
I
z ? i = 0 (n i x vi) = ? ? ? ? ? ? x 100% ZxN
l). Diskusikan tingkat
hasil
kerusakan
pengamatan tanaman
dan
perhitungan
tersebut
bersama
teman dan guru pembimbing m). Evaluasi kegiatan: ?
Apakah alat yang telah disiapkan sudah sesuai.
?
Apakah kegiatan serta penghitungan intensitas kerusakan tanaman sudah benar.
Pengendalian Hama
106
n). Umpan balik: ?
Apakah diperbaiki
ada
prosedur
dalam
kerja
yang
penghitungan
perlu
intensitas
kerusakan tanaman, kalau ya, tuliskan dan jelaskan alasannya. ?
Apakah ada konsep yang perlu disempurnakan dalam teknik pengambilan sampel dan teknik menghitung intensitas kerusakan tanaman ini. Bila ada, mohon dituliskan penyempurnaannya!
Pengendalian Hama
107
3. Penentuan Metode Pengendalian a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1). Menjelaskan
pengertian
metode
pengendalian
hama
menurut konsep PHT. 2). Menjelaskan berbagai metode pengendalian hama. 3). Menjelaskan proses pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama yang akan dilaksanakan di lapangan. 4). Memilih dan menentukan metode pengendalian yang tepat sesuai konsep PHT di lapangan. 5). Melakukan pengendalian hama menurut konsep PHT di lapangan dengan tepat sesuai dengan teknik dan prosedur pengendalian. 6). Membuat alat perangkap hama dan mengapilkasikannya dengan tepat di lapangan sesuai dengan perilaku hama. b. Uraian Materi Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Perlindungan tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu dan menjamin kepastian serta memperkecil resiko berproduksi. Dalam melaksanakan pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No. 12 tahun 1992 pada Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Pengendalian Hama
108
Undang-undang tersebut memberikan landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan pengurangan penggunaan pestisida pada khususnya. Metode Pengendalian Hama Menurut Konsep PHT Metode pengendalian hama menurut konsep PHT adalah memadukan semua metode pengendalian hama sedemikian rupa,
termasuk
didalamnya
pengendalian
secara
fisik,
pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis), pengendalian secara biologi atau hayati dan pengendalian
kimiawi
menurunkan
dan
sebagai
alternatif
mempertahankan
terakhir,
populasi
untuk
organisme
pengganggu di bawah batas Ambang Ekonomi, menstabilkan produksi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Secara umum, berbagai metode pengendalian hama dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis) Pengendalian
hama
secara
bercocok
tanam
yaitu
pengendalian hama dengan cara mengelola lingkungan atau ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut menjadi
kurang
cocok
bagi
kehidupan
dan
perkembangbiakan hama, hal ini dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan kerusakan tanaman. Teknik pengendalian secara bercocok tanam dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
Pengendalian Hama
109
a). Melakukan
sanitasi
(pembersihan)
dengan
cara
pembenaman atau pembakaran. Sanitasi dilakukan untuk merubah lingkungan/ekosistem sedemikian rupa menjadi tidak sesuai bagi perkembangan hidup hama sehingga dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama. Sanitasi dilakukan terhadap: ?
Sisa-sisa
tanaman
yang
masih
hidup
seperti
tunggul-tunggul padi ?
Tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama
?
Sisa-sisa tanaman yang sudah mati
?
Jenis tanaman lain yang dapat menjadi inang pengganti
?
Sisa-sisa bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal di permukaan tanah, seperti buah dan daun
Informasi tentang sanitasi secara fisik/mekanik secara mendetail
terdapat
pada
modul
Sanitasi
Secara
Fisik/Mekanik. b). Pengerjaan tanah atau pengolahan lahan Pengolahan lahan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga: ?
Dapat menghambat pertumbuhan populasi hama atau membunuh langsung hama yang hidup dalam tanah
Pengendalian Hama
110
?
Dapat mematikan gulma dan sisa-sisa tanaman yang mungkin menjadi tempat berteduh atau tempat hidup hama sementara
?
Dapat membunuh telur, larva, pupa hama yang diletakkan dalam tanah
Informasi tentang teknik pengolahan lahan yang benar terdapat pada modul Teknik Dasar Mengolah Tanam. c). Pengelolaan air Pengelolaan air antara lain melalui sistem irigasi dan drainase dapat digunakan untuk mengendalikan hama yang ada dalam tanah atau di permukaan tanah. Contoh, penggenangan sawah dalam beberapa hari setelah panen dapat dilakukan untuk mematikan larva hama penggerek batang padi (Scirpophaga innotata) yang sedang berdiapause atau istirahat di dalam batang sisa-sisa tanaman padi, juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama uret atau lundi (Phyllophaga helleri). Informasi tentang pengelolaan air yang benar terdapat pada modul Mengelola Sumber Daya Air.
Pengendalian Hama
111
d). Pergiliran tanaman (rotasi tanaman) Rotasi tanaman adalah menanam suatu lahan pada musim yang berbeda dengan jenis tanaman yang bukan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Contoh, jika pada musim sebelumnya ditanam padi, pada lahan yang sama dianjurkan musim berikutnya ditanami palawija, musim berikutnya lagi ditanami padi. Tujuan rotasi tanaman adalah untuk memutuskan kesinambungan tersedianya makanan bagi hama pada suatu tempat. e). Pemberaan lahan Tujuan pemberaan lahan untuk mengosongkan lahan sehingga hama tidak menjumpai makanan yang sesuai, sehingga
populasi
hama
menurun
dan
kurang
membahayakan bagi pertanaman yang akan ditanam berikutnya. f). Penanaman serentak Penanaman serentak dianjurkan dilakukan pada suatu hamparan yang sama, dimaksudkan agar tersedianya makanan yang sesuai bagi hama menjadi lebih pendek dan suatu saat saat akan terjadi periode tidak ada pertanaman sehingga perkembangan populasi hama dapat dihambat.
Pengendalian Hama
112
g). Pengaturan jarak tanam Jarak tanam dapat menguntungkan perkembangbiakan hama-hama tertentu, tetapi juga dapat merugikan bagi perkembangbiakan jenis hama yang lain. Tumpang tindih antara dedaunan satu tanaman dengan tanaman yang berdekatan dapat menguntungkan gerakan dan kolonisasi serangga tertentu pada habitat tertentu. Oleh karena itu, secara tidak langsung jarak tanam dapat mempengaruhi besarnya intensitas hama. Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan sedemikian rupa untuk mengganggu atau mengurangi ketersediaan makanan bagi hama antar ruang untuk waktu yang sama. Informasi tentang pengaturan jarak tanam terdapat pada modul Teknik Penanaman. h). Menghalangi peletakan telur Telur hama seringkali diletakkan pada bagian tanaman tertentu yang nantinya menjadi makana bagi instar nimfa atau larva. Peletakkan telur dapat kita halangi sedemikian
rupa
agar
tidak
memungkinkan
bagi
serangga meletakkan telurnya dengan baik dan hal ini dapat mengurangi laju peningkatan populasi hama berikutnya. Contoh, dengan pemberian serasah, jerami atau mulsa plastik pada kedelai yang baru ditanami dapat menghalangi hama lalat kacang (Ophiomya phaseoli) dalam peletakkan telur. Contoh lain, pemblongsongan buah seperti mangga, belimbing,
dan
lain-lain
dapat
digunakan
untuk
menghalangi hama lalat buah dalam peletakkan telur.
Pengendalian Hama
113
2). Pengendalian secara Fisik dan Mekanik Pengendalian secara fisik dan mekanik merupakan tindakan yang kita lakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung untuk: (1) mematikan hama; (2) mengganggu aktivitas fisiologi hama; (3) mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama. a). Pengendalian fisik Pengendalian fisik adalah pengendalian hama dengan cara mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kematian pada hama dan mengurangi populasinya. Beberapa
perlakukan
yang
termasuk
dalam
pengendalian fisik, antara lain: ?
Pemanasan dengan suhu tinggi > 450C
?
Pembakaran
?
Pendinginan dengan suhu rendah < 50C
?
Pengeringan
?
Lampu
perangkap,
misal
menggunakan
lampu
petromaks untuk mengumpulkan ngengat penggerek ?
Penggunaan
gelombang
suara
untuk
menarik
pasangannya, mengumpulkannya dan kem udian mengendalikannya. Contoh, rekaman dari suara tonggeret atau jangkrik digunakan untuk menarik pasangannya, setelah serangga mengumpul kita kendalikan ?
Penghalang untuk menghalangi atau membatasi pergerakan
serangga
hama
atau
mencegah
serangga hama mendekati tanaman
Pengendalian Hama
114
b). Pengendalian mekanik Pengendalian secara mekanik adalah tindakan yang dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mematikan
atau
memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lain. Beberapa tindakan yang termasuk dalam pengendalian mekanik, antara lain: ?
Pengambilan dengan tangan Contoh dalam pengumpulan fase hidup hama yang mudah ditemukan, seperti telur, larva, atau pupa, juga
terhadap
bagian-bagian
tanaman
yang
terserang. ?
Gropyokan Gropyokan
biasanya
mengendalikan
hama
dilakukan tikus,
yaitu
untuk dengan
membunuh tikus, baik yang berada di liang maupun yang sedang berada di luar sarang. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul atau alat pemukul. ?
Memasang perangkap Serangga
hama
dapat
diperangkap
dengan
berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai dengan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat perangkap dibuat sedemikian rupa untuk menarik, meletakkan atau membunuh hama.
Pengendalian Hama
115
?
Pengusiran Teknik pengusiran adalah mengusir hama yang sedang berada di pertanaman atau yang sedang menuju
ke
pertanaman.
Contoh,
pemasangan
bebegig di tengah sawah di pasang untuk mengusir hama burung dari pertanaman padi. 3). Pengendalian Hayati atau Biologi Pengendalian hayati atau biologi pada dasarnya adalah pemanfaatan
dan
penggunaan
musuh
alami
untuk
mengendalikan populasi hama yang merugikan. Musuh alami adalah organisme yang dapat menyerang serangga hama. Dilihat dari fungsinya, musuh alami dikelompokkan menjadi parasitoid, predator dan patogen. a). Parasitoid atau Parasit Parasit adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Parasit memakan atau mengisap cairan tubuh inangnya sehingga dapat melemahkan dan akhirnya dapat membunuh inangnya. Fase hidup parasit biasanya sama dengan fase hidup inangnya. Contoh, parasitoid hama ganjur (Platygaster oryzae) meletakkan telurnya di dalam telur hama ganjur, pada saat telur hama menetas, telur parasitoid itu terbawa dalam larva hama.
Pengendalian Hama
116
Telur parasit menetas menjadi larva, kemudian larva hidup
dan
berkembang
dengan
mengisap
cairan
inangnya sehingga inang menjadi lemah dan jika larva instar
terakhir
parasit
keluar
dari
inang
untuk
membentuk kokon, akhirnya inang mati, kemudian imago parasit akan muncul dari kokon. b). Predator Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Predator adalah binatang yang tergolong pemakan daging (karnivora) dan pemakan segala (omnivora). Individu yang memangsa disebut predator, sedangkan yang dimakan disebut mangsa. Mangsa inilah yang merupakan
binatang
herbivora
sebagai
hama
pengganggu
tanaman
budidaya.
Beberapa
jenis
predator yang dapat digunakan adalah: ?
Predator hama tikus Predator hama tikus antara lain ular sawah, burung hantu, kucing, elang, dan anjing.
?
Predator hama ulat Predator hama ulat adalah burung pemakan ulat, diantaranya burung poksya, burung murai, dan lainlain.
Pengendalian Hama
117
?
Predator hama serangga Predator hama serangga diantaranya: -
dari jenis reptil: katak sawah, katak pohon, cecak dan kadal
-
dari jenis serangga: laba-laba, belalang sembah, capung, beberapa jenis kumbang dan kepik
c). Patogen Patogen
adalah
mikroorganisme
yang
dapat
menyebabkan penyakit pada hama. Patogen yang dapat menyerang serangga hama adalah bakteri, virus dan cendawan. Beberapa contoh patogen yang sudah diteliti dan terbukti dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama adalah sebagai berikut: ?
Bakteri Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga secara umum, termasuk serangga dari Ordo
Lepidoptera,
Hymenoptera,
Diptera
dan
Coleoptera. Bakteri ini telah terbukti efektif untuk pengendalian ulat kubis (Plutella xylostella), ulat tanaman kedelai (Heliothis sp.), ulat tanaman jagung (Spodoptera litura). ?
Virus Virus yang telah diteliti dan dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama adalah virus Baculovirus oryctes yang dapat menyerang kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.
Pengendalian Hama
118
?
Cendawan Cendawan yang telah teruji dapat menyebabkan penyakit pada hama adalah cendawan Metarrhizium anosipliae yang merupakan patogen bagi larva kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.
4). Pengendalian Kimiawi Pengendalian kimiawi adalah pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida. Pestisida pada umumnya dianggap oleh masyarakat sebagai insektisida, padahal insektisida termasuk dalam kelompok pestisida. Pestisida biasanya tidak digunakan dalam bentuk murni, tetapi dibuat formulasi dengan maksud untuk memperbaiki keamanan,
penyimpanan
penanganan,
aplikasi
dan
efektivitasnya.
Pengendalian Hama
119
Memilih dan Menentukan Metode Pengendalian Hama Ada berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dulu sebelum memilih dan menentukan metode pengendalian hama yang tepat. Adapun proses pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama, yaitu: 1). Identifiaksi hama yaitu meneliti dengan seksama spesies hama dan gejala kerusakannya yang terlihat di lapangan. 2). Gunakan teknik pengambilan sampel untuk menghitung populasi hama dan tingkat kerusakannya, apakah masih di bawah Ambang Ekonomi atau sudah melebihi batas Ambang Ekonomi. 3). Sebelum menggunakan pestisida, pertimbangkan cara pengendalian lain. Lakukan pengendalian dengan cara non kimia dulu, bisa dengan cara fisik atau mekanik/ dengan cara bercocok tanam/dengan menggunakan musuh alami selama dapat menurunkan populasi hama di bawah batas Ambang Ekonomi. Pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir terakhir, yaitu hanya bila cara pengendalian lainnya tidak dapat menurunkan atau mempertahankan
populasi
hama
di
bawah
batas
Ambang Ekonomi. 4). Jika harus menggunakan pestisida, pilihlah pestisida yang efektif terhadap sasaran hama, tidak mengakibatkan kerusakan pada tanaman, tidak mengakibatkan kematian terhadap musuh alami, tidak membahayakan manusia, ternak dan ikan, selain itu formulasinya harus tepat untuk peralatan yang akan digunakan.
Pengendalian Hama
120
d. Rangkuman Materi Pengendalian hama tanaman mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha budidaya tanaman.
Dalam
melaksanakan
pengendalian
organismen
pengganggu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, juga dalam UU No. 12 tahun 1992 pada pasal 20 tentang Sistem Pengendalian Hama Menurut Konsep PHT. Metode pengendalian hama menurut konsep PHT adalah memadukan semua metode pengendalian hama sedemikian rupa,
termasuk
didalamnya
pengendalian
secara
fisik,
pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian secara biologi dan pengendalian kimiawi sebagai alternatif terkahir bila pengendalian dengan cara lain tidak dapat menurunkan populasi hama di bawah batas Ambang Ekonomik.
Pengendalian Hama
121
e. Tugas Untuk memperluas wawasan Anda tentang berbagai metode pengendalian hama, ada tugas-tugas yang dapat membantu meningkatkan penguasan materi ini, yaitu: 1). Bacalah buku referensi yang menjelaskan tentang metode pengendalian hama degan menggunakan alat perangkap. 2). Buatlah resume terhadap pemahaman Anda tentang metode pengendalian hama dengan alat perangkap. 3). Diskusikan dengan teman dan guru pembimbing tentang efektivitas alat perangkap hama dalam menurunkan populasi hama dan kerusakan tanaman. 4). Hasil
diskusi
yang
telah
disetujui
guru
pembimbing
selanjutnya di fail dalam odner portfolio hasil belajar Anda.
Pengendalian Hama
122
f.
Lembar Latihan 1). Sebutkan dan jelaskan 4 metode pengendalian hama menurut konsep PHT! 2). Jelaskan
proses
pemilihan
dan
penentuan
metode
pengendalian hama yang akan dilakukan di lapangan!
Pengendalian Hama
123
g. Kunci Jawaban 1). a). Pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis) yaitu
pengendalian
hama
dengan
cara mengelola
lingkungan atau ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem terseut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama. contoh: sanitasi, pengaturan jarak tanam, pemberaan lahan, rotasi tanaman, dan lain-lain b). Pengendalian secara fisik dan mekanik yaitu tindakan yang kita lakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung untuk: ?
Mematikan hama
?
Mengganggu aktivitas fisiologi hama
?
Mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama
Contoh pengendalian fisik : pemanasan, pendinginan, pembakaran,
pengeringan,
lampu
perangkap,
penghalang, gelombang suara Contoh pengendalian mekanik : pengambilan dengan tangan, gropyokan, memasang alat perangkap, pengusiran c). Pengendalian secara hayati atau biologi yaitu pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan musuh alami
yang
digunakan
adalah
parasit,
predator,
patogen.
Pengendalian Hama
124
d). Pengendalian kimiawi yaitu
pengendalian
hama
dengan
menggunakan
pestisida. Pestisida digunakan bila pengendalian dengan cara
lain
tidak
dapat
menurunkan/mempertahankan
populasi hama di bawah Ambang Ekonomi. 3). Proses pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama: a). Identifiaksi hama yaitu meneliti spesies hama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan hama yang akan dikendalikan. b). Gunakan teknik pengambilan sampel untuk menghitung populasi hama dan tingkat kerusakannya, apakah sudah melebihi batas Ambang Ekonomi atau belum. c). Gunakan cara pengendalian non pestisida dulu, yaitu dengan bercocok tanam, secara fisik/mekanik dan secara
hayati/biologi
gunakan
pestisida
sebagai
alternatif terkahir jika pengendalian lain tidak dapat menurunkan populasi hama di bawah batas Ambang Ekonomi. d). Jika harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida secara bijaksana, efektif terhadap sasaran hama, tidak mengakibatkan
kerusakan
pada
tanaman,
tidak
mengakibatkan kematian pada musuh alami, tidak membahayakan manusia, ternak, ikan dan formulasinya tepat.
Pengendalian Hama
125
g. Lembar Kerja 1). Tujuan Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu membuat alat perangkap hama sederhana untuk mengendalikan hama lalat buah (Dacus dorsalis). 2). Alat dan Bahan a). Botol plastik bekas air mineral yang bersih ukuran 1 liter b). Pisau atau cutter c). Kapas d). Benang kasur e). Lakban hitam/isolasi f). Minyak kelapa g). Metil eugenol (atraktan/penarik) dapat dibeli toko saprotan (sarana produksi pertanian) 3). Keselamatan Kerja Gunakan pisau atau cutter secara hati-hati pada waktu memotong botol agar tangan Anda tidak tersayat. Setelah digunakan, simpan pisau pada tempatnya. 4). Langkah Kerja a). Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan alat perangkap. b). Lakukan pengecekan apakah alat-alat dan bahan yang tersedia sudah sesuai (jenis, ukuran dan jumlahnya), kalau belum pilihlah alat dan bahan yang sesuai.
Pengendalian Hama
126
c). Simpan alat yang sudah digunakan pada tempatnya. d). Lakukan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan alat perangkap, yaitu: ?
Potong botol kira-kira 8 cm dari bagian mulutnya
?
Ambil kapas secukupnya, lalu diikat dengan benang kasur
?
Teteskan 1 cc metil eugenol pada kapas
?
Keluarkan tali dari botol sehingga kapas dalam keadaan tergantung di dalam
?
Masukan
potongan
botol
pendek
ke
dalam
potongan botol panjang dengan bagian mulut di sebelah dalam. Pertemuan kedua potongan botol di sebelah luar dapat diberi lakban/isolasi. ?
Gantung botol perangkap pada pohon atai diikat pada tiang kayu
botol perangkap
Pengendalian Hama
127
5). Evaluasi kegiatan: a). Apakah alat yang disiapkan sudah sesuai. b). Apakah kegiatan pembuatan alat perangkap sudah dilakukan dengan benar. 6). Umpan balik: a). Apakah ada prosedur kerja yang perlu diperbaiki? Kalau ada, jelaskan alasannya.
Pengendalian Hama
128
4. Pelaksanaan Pengendalian Hama a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari pembelajaran ini, diharapkan Anda mampu: 1). Menjelaskan berbagai jenis dan fungsi alat semprot. 2). Menjelaskan berbagai jenis dan fungsi bahan pestisida. 3). Menghitung kebutuhan bahan pestisida per satuan luas lahan. 4). Menghitung kebutuhan alat semprot untuk menangani areal tertentu. 5). Membuat larutan pestisida untuk hama. b. Uraian Materi Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya tanaman. Sebelum konsep PHT muncul, ada anggapan bahwa pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan penyemprotan pestisida. Sampai saat ini masih banyak petani dan masyarakat pada umumnya yang mengartikan pengendalian hama sama dengan penggunaan pestisida. Apabila diketahui bahwa tanaman yang diusahakan rusak atau pada tanamannya terdapat kerumunan serangga tanpa memperhatikan apakah serangga tersebut serangga yang merugikan atau serangga yang bermanfaat, maka
petani
disemprotkan
akan pada
langsung tanaman.
mencari Cara
pestisida
penggunaan
untuk
pestisida
semcam ini yang disebut cara pemberantasan hama secara konvensional. Namun setelah terasa adanya dampak negatif dari penggunaan pestisida, para ahli kimia tidak lagi berkampanye untuk membesar-besarkan penggunaan pestisida.
Pengendalian Hama
129
Adapun dampak negatif dari penggunaan pestisida, yaitu: 1). Munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, setelah penyemprotan pestisida secara terus menerus dalam jangka waktu lama. 2). Timbulnya resurjensi hama, Resurjensi hama
hama adalah peristiwa meningkatnya populasi
setelah
hama
tersebut
memperoleh
perlakuan
insektisida tertentu. 3). Timbulnya letusan hama kedua (hama sekunder) Setelah perlakuan insektisida tertentu secara intensif, hama sasaran utama dapat terkendali, tetapi kemudian muncul hama baru yang sebelumnya tidak membahayakan menjadi hama utama yang membahayakan. Contoh, hama wereng coklat, sebelum tahun 1950 tidak pernah dikenal sebagai hama padi, tetapi setelah tahun 1970 ternyata menjadi hama utama padi di Indonesia. 4). Terbunuhnya musuh alami hama dan hewan lain yang bukan sasaran. 5). Bahaya residu pada hasil panen bisa mengakibatkan kanker. 6). Terjadinya pencemaran lingkungan, baik di tanah, air maupun udara. Sehubungan
dengan
beberapa
dampak
negatif
tersebut,
semakin dirasakan bahwa penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dan berlebihan, tidak dapat mengendalikan hama dan menyelamatkan produksi pertanian.
Pengendalian Hama
130
Oleh karena itu apabila kita ingin memanfaatkan pestisida secara optimal tidak ada jalan lain kecuali kita menggunakannya secara bijaksana menurut konsep PHT. Menurut konsep PHT, pestisida digunakan hanya bila pengendalian dengan cara lain tidak dapat menurunkan populasi hama dan kerusakan tanaman. Jadi pengendalian kimiawi dijadikan alternatif terakhir. Pengendalian Hama dengan Pestisida Secara Bijaksana Pengendalian
secara
kimiawi
sebenarnya
dapat
dilakukan
dengan menggunakan zat pemikat (attractans), zat penolak (repellents), pestisida atau zat pemandul (kemosterilans). Diantara berbagai cara, pengendalian menggunakan bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah pestisida. Pestisida
adalah
bahan
kimia
yang
digunakan
untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dalam pengendalian hama secara bijaksana, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pemakaian pestisida efektif, efisien, optimal dan maksimal, yaitu: 1). Jenis pestisida yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan
jenis
organisme
pengganggu
yang
akan
dikendalikan sehingga alat dan bahan yang digunakan untuk pengendalian disesuaikan. Alat semprot yang digunakan untuk mengendalikan hama ada beberapa jenis, antara lain:
Pengendalian Hama
131
a). Alat semprot sederhana yang biasa digunakan di rumah untuk membunuh nyamuk. Prinsip kerjanya memompa cairan insektisida yang ada dalam wadah supaya terpompa ke atas, kemudian cairan dipecah oleh nozel menjadi butiran-butiran air yang halus. b). Alat semprot tangan (hand sprayer) Prinsip kerjanya sama memompa cairan insektisida yang ada di dalam wadah supaya terpompa ke atas, kemudian cairan dipecah oleh nozel menjadi butiranbutiran halus. c). Alat semprot gendong (sprayer) Yaitu
alat
yang
paling
umum
digunakan
untuk
mengendalikan hama/penyakit di suatu lahan, kapasitas isi 8-20 liter dan dipakai di punggung. Alat semprot ini bekerja dengan dipompa terus menerus dengan tangan. Alat semprot gendong dan bagian-bagiannya
d). Mist Blower (alat untuk pengabutan) Yaitu
alat
yang
bisa
menghembuskan
udara
sehingga bisa memecah cairan menjadi butiran sepertikabut.
Pengendalian Hama
Alat
ini
biasa
digunakan
untuk
132
mengendalikan hama tikus atau hama di dalam gudang. Pestisida atau bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman terdiri dari
beberapa
jenis.
Berdasarkan
kegunaannya,
pestisida dikelompokkan menjadi: a). Insektisida : bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama serangga. b). Acarisida
: untuk mengendalikan tungau.
c). Nematisida : untuk mengendalikan nematoda. d). Herbisida
: untuk mengendalikan gulma.
e). Ovisida
: untuk memberantas telur serangga.
f). Larvasida
: untuk memberantas larva serangga.
g). Rodentisida : untuk mengendalikan tikus. h). Algasida
: untuk mengendalikan algae.
i). Molluscida : untuk mengendalikan siput. j). Bakterisida : untuk mengendalikan bakteri. k). Virusida
: untuk mengendalikan virus.
2). Dosis dan konsentrasi pestisida yang akan digunakan harus tepat. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama/penyakit tiap satuan luas tertentu. Ada 3 (tiga) macam konsentrasi dalam hal penggunaan pestisida, yaitu:
Pengendalian Hama
133
a). Konsentrasi bahan aktif Yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air. b). Konsentrasi formulasi Yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air. c). Konsentrasi larutan (konsentrasi pestisida dalam larutan) Yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi. Perhitungan
Kebutuhan
Pestisida
Untuk
Menangani Areal Tertentu Contoh 1: Diketahui kebutuhan cairan semprot 320 liter/ha. Untuk menangani areal 0,5 ha, konsentrasi semprotan yang dianjurkan untuk pestisida 45 EC adalah 0,04%. Jika kapasitas alat semprot yang digunakan 8 liter, berapa kebutuhan cairan semprot untuk menangani areal tersebut? berapa liter formulasi dagang yang dibutuhkan untuk menangani areal tersebut ? berapa liter formulasi dagang yang dibutuhkan untuk per pengisian alat semprot?
Pengendalian Hama
134
Jawab: Diketahui: Kebutuhan cairan semprot
= 320 lt/ha
konsentrasi yang dianjurkan
= 0,04%
konsentrasi bahan aktif dalam formulasi 45 EC = 45% kapasitas alat semprot
= 8 liter
Areal yang harus digarap = 0,5 ha
= 5000 m 2
Ditanyakan: a). Berapa kebutuhan cairan semprot untuk menanga areal 0,5 ha b). Berapa
volume
dari
formulasi
dagang
yang
dibutuhkan? c). Berapa volume dari formulasi dagang per pengisian alat semprot? Penyelesaian: a). Kebutuhan cairan semprot Untuk menangani areal 0,5 ha adalah luas areal yang ditangani ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? X kebutuhan cairan semprot /ha 10.000 m2
5.000 m 2 = ? ? ? ? ? X 320 lt 10.000 m 2 = 160 liter
Pengendalian Hama
135
b). Kebutuhan pestisida untuk menangani areal 0,5 ha adalah: Rumus untuk mencari: Kebutuhan cairan Konsentrasi semprot untuk X yang Dianjurkan Volume formulasi 0,5 ha dagang = % bahan aktif dalam formulasi
160 liter x 0,04 Jadi volume formulasi dagang= ? ? ? ? ? ? ? 45 = 0,142 liter
c). Sedangkan untuk mencari: Volume formulasi komersial per pengisian alat semprot
Volume formulasi Kapasitas alat X komersial (liter) semprot (liter) = Kebutuhan cairan semprot untuk areal 0,5 ha
0,142 x 8 =? ? ? ? ? 160
= 0,007liter
Jadi volume formulasi komersial per pengisian semprot = 0,007 liter Contoh 2: Diketahui kebutuhan cairan semprot 320 liter/ha. Untuk menangani areal 0,5 ha, jumlah yang dianjurkan untuk pestisida 70 WP adalah 0,7 kg bahan aktif/ha. Jika kapasitas alat semprot yang digunakan adalah 8 liter, berapa kebutuhan cairan semprot untuk menangani areal tersebut ? berapa kilogram formulasi komersial yang dibutuhkan untuk menggarap areal tersebut? berapa kilogram formulasi komersial per pengisian alat semprot?
Pengendalian Hama
136
Jawab: Diketahui: jumlah yang dianjurkan
= 0,7%
konsentrasi formulasi dagang 70 WP = 70% Areal yang harus digarap
= 0,5 ha
kapasitas alat semprot
= 8 liter
kebutuhan cairan semprot
= 320 lt/ha
Ditanyakan: a). Berapa kebutuhan cairan semprot untuk menangani areal 0,5 ha? b). Berapa jumlah formulasi dagang yang dibutuhkan? c). Berapa bahan formulasi dagang per pengisian alat semprot? Penyelesaian: a). Kebutuhan cairan semprot Untuk menangani areal 0,5 ha adalah luas areal yang ditangani ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? semprot/ha 10.000 m 2
X
kebutuhan
cairan
5000 m 2 = ? ? ?2 ? ? X 320 lt 10.000 m =
Pengendalian Hama
160 liter
137
b). Kebutuhan pestisida untuk menangani areal 0,5 ha adalah: Rumus untuk mencari: Jumlah formulasi komersial (kg)
Jumlah yang Areal yang X dianjurkan (kg) digarap = X 100 % bahan aktif dalam formulasi komersial
=
0,7 X 0,5 X 100 70
= 0,536 kg c). Sedangkan rumus untuk mencari: Jumlah formulasi komersial per pengisian alat semprot (kg)
Jumlah formulasi Kapasitas X komersial (kg) alat semprot = Kebutuhan cairan semprot untuk areal 0,5 ha
Jadi Jumlah formulasi komersial per pengisian semprot (kg)
=
0,536 kg x 8 liter 160 liter
= 0,027 kg
Contoh 3: Diketahui kebutuhan cairan semprot 600 lt/ha. Untuk menangani
areal
500
m 2,
dosis
pestisida
yang
dianjurkan adalah 1 gr/lt. Jika kapasitas alat semprot yang digunakan adalah 14 liter, berapa kebutuhan cairan semprot untuk menangani areal tersebut? Berapa kebutuhan pestisida untuk menangani areal tersebut? Berapa kebutuhan pestisida untuk per pengisian alat semprot?
Pengendalian Hama
138
Jawab: Diketahui: Kebutuhan cairan semprot
= 600 lt/ha
Dosis pestisida yang dianjurkan = 1 gr/lt Kapasitas alat semprot
= 14 liter
Luas areal yang ditangani
= 500 m 2
Ditanyakan: a). Berapa kebutuhan cairan semprot untuk menangani areal 500 m 2 ? b). Berapa kebutuhan pestisida untuk menangani areal tersebut? c). Berapa kebutuhan pestisida untuk per pengisian alat semprot? Penyelesaian: a). Kebutuhan cairan semprot Untuk menangani areal 500 m 2 adalah: luas areal yang ditangani ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? X kebutuhan cairan semprot/ha 10.000 m2 500 m2 = ? ? ? ? ?2 X 600 lt 10.000 m = 30 liter
Pengendalian Hama
139
b). Kebutuhan pestisida untuk menangani areal 500 m 2 adalah: Rumus untuk mencari: Kebutuhan pestisida untuk areal 500 m2
dosis yang kebutuhan cairan = dianjurkan x semprot untuk 500 m2 = 1 gr/lt
x 30 lt
= 30 gr
c). Kebutuhan pestisida per pengisian alat semprot adalah: Rumus untuk mencari: Jumlah pestisida Kapasitas untuk areal yang X alat semprot Jumlah pestisida per = digarap pengisian alat semprot Kebutuhan cairan semprot untuk areal 500 m2
Jadi Jumlah pestisida per pengisian alat semprot
=
30 gr X 14 liter 30 liter
= 14 gram
Pengendalian Hama
140
Perhitungan Kebutuhan Alat Contoh: Anda memiliki alat semprot berkapasitas 10 liter dan ingin
memberikan
semprotan
dengan
jumlah
250
liter/ha untuk sawah seluas 0,4 ha. Berapa kali pengisian semprotan yang Anda perlukan atau berapa buah alat semprot yang dibutuhkan untuk menangani areal tersebut? Jawab: Diketahui: kebutuhan cairan semprot Areal yang akan disemprot
= 250 liter/ha = 0,4 ha
kapasitas isi tangki yang tersedia = 10 liter Ditanyakan : a). Berapa kali pengisian semprotan yang diperlukan atau berapa alat semprot yang dibutuhkan untuk menangani areal tersebut? Penyelesaian: Gunakan rumus: Jumlah pengisian semprot = (alat semprot yang dibutuhkan)
=
Kebutuhan cairan Luas areal X semprot yang ditangani Kapasitas alat semprot yang tersedia 250 liter/ha X 0,4 ha 10 liter
= 10 kali
Jadi alat semprot yang dibutuhkan adalah 10 buah.
Pengendalian Hama
141
3). Cara pemakaian pestisida harus tepat, bagaimana ia diaplikasikan pada sasaran, baik tanaman, tanah/lahan, benih/bibit, misalnya apakah dengan disemprot, disuntik atau dihembus. 4). Waktu pemakaian pestisida harus tepat, ditinjau dari umur atau stadia pertumbuhan dan perkembangan organisme penganggu, umur tanaman (benih, bibit, tanaman dewasa), keadaan cuaca (angin, suhu udara, kelembaban, curah hujan), atau waktu aplikasi pagi hari, siang, sore, dalam keadaan panas atau hujan, dan sebagainya. Cara dan waktu yang tepat dalam menggunakan pestisida merupakan slah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. walaupun jenis obatnya baik, namun karena penggunaannya tidak benar, maka penggunaan pestisida akan sia-sia. Faktor cuaca yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, diantaranya: 1). Keadaan angin angin
yang
tenang
dan
stabil
akan
mengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara. 2). Suhu udara bila suhu di bagian bawah lebih panas, maka pestisida akan
cepat
menguap
sehingga
aplikasi
pestisida
pagi/sore hari lebih baik dari pada siang waktu terik matahari.
Pengendalian Hama
142
3). Kelembaban udara kelembaban udara yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis pada partikel pestisida yang dapat menyebabkan berkurangnya daya racun 4). Curah hujan aplikasi pestisida sebaiknya tidak dilakukan pada waktu hujan
karena
curah
hujan
dapat
menghilangkan
pestisida karena cucian pestisida oleh air hujan Pengendalian Hama Berwawasan Lingkungan Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis. Di satu pihak, dengan digunakannya
pestisida,
maka
kehilangan
hasil
yang
diakibatkan organisme pengganggu tanaman dapat ditekan, tetapi
akan
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
lingkungan. Di lain pihak, tanpa penggunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan organisme pengganggu tanaman. Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, praktis dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan. Pengembangan pestisida nabati di kalangan petani sudah saatnya dikembangkan dan dimasyarakatkan. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Karena berasal dari bahan alami, yaitu tumbuh-tumbuhan, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pengendalian Hama
143
Pestisida nabati apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam, dengan demikian tanaman akan terbebas dariresidu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Di Indonesia, sebenarnya terdapat sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Namun saat ini pemanfaatannya
belum
dilakukan
dengan
maksimal.
Berdasarkan sifat dan kemampuannya dalam mengendalikan organisme
pengganggu
tanaman,
tumbuhan
penghasil
pestisida nabati tersebut dikelompokkan menjadi: 1). Insektisida nabati adalah
kelompok
tumbuhan
yang
menghasilkan
pestisida pengendali hama insekta. Contoh: babadotan, bengkuang, saga, serai, sirsak, srikaya, dan lain-lain. 2). Atraktan atau pemikat adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina, sifatnya sama dengan metil eugenol. Contoh: daun wangi, selasih ungu, selasih hijau, trengguli, dan lain-lain. 3). Rodentisida nabati adalah
kelompok
tumbuhan
yang
menghasilkan
pestisida pengendali tikus. Contoh: gadung racun.
Pengendalian Hama
144
4). Moluskisida nabati adalah pestisida
kelompok
tumbuhan
pengendali
golongan
yang
menghasilkan
moluska
(keong-
keongan). Contoh: tuba, sembung, dan lain-lain. 5). Pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang tidak hanya berfungsi untuk satu jenis hama, tetapi juga dapat berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida, dan lain-lain. Contoh: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau, cengkih, jarak, kecubung, dan lain-lain.
Pengendalian Hama
145
c.
Rangkuman Sebelum
konsep
pengendalian
PHT
hama
muncul,
yang
paling
ada
anggapan
efektif
adalah
bahwa dengan
penyemprotan pestisida. Sampai saat ini, masih banyak petani dan masyarakat pada umumnya yang mengartikan pengendalian hama
sama
dengan
penggunaan
pestisida.
Penggunaan
pestisida yang berlebihan berdampak negatif. Sehubungan dengan beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka penggunaan pestisida menurut konsep PHT adalah pestida digunakan hanya bila pengendalian dengan cara lain tidak dapat menurunkan populasi hama dan kerusakan tanaman. Jadi, pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir atau digunakan secara bijaksana. Suatu alternatif pengendalian hama non pestisida yang murah praktis
dan
relatif
aman
terhadap
lingkungan
adalah
penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya cepat menghilang di alam, dengan demikian tanaman akan terbebas dari kerusakan pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
Pengendalian Hama
146
d. Tugas Untuk memperluas wawasan Anda tentang berbagai formulasi pestisida yang umum dijumpai, ada tugas-tugas yang dapat membantu meningkatkan penguasan materi ini, yaitu: 1). Bacalah buku referensi yang menjelaskan tentang jenis-jenis formulasi pestisida yang umum dijumpai di pasar. 2). Buatlah resum terhadap pemahaman Anda tentang jenisjenis formulasi pestisida, catat dari masing-masing jenis formulasipestisida tersebut tentang: a). bentuk formulasinya (cair/tepung/granul/kapsul) b). keuntungan
dan
kerugian
jika
kita
menggunakan
formulasi bentuk cair, tepung, granul, kapsul 3). Diskusikan dengan teman Anda dan guru pembimbing tentang
kenapa
pestisida
harus
diformulasikan
dan
bagaimana kalau tidak diformulasikan. 4). Hasil
diskusi
yang
telah
disetujui
guru
pembimbing
selanjutnya di fail dalam odner portfolio hasil belajar Anda.
Pengendalian Hama
147
e. Lembar Latihan 1). Sebutkkan dan jelaskan jenis alat semprot yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama! 2). Diketahui kebutuhan cairan semprot 300 liter/ha. Untuk menangani
areal 0,5 ha, konsentrasi semprotan yang
dianjurkan untuk pestisida 25 EC adalah 0,5%. Jika kapasitas alat semprot yang digunakan adalah 8 liter, berapa kebutuhan cairan semprot untuk areal tersebut? berapa liter formulasi dagang yang dibutuhkan untuk menangani areal itu? berapa liter formulasi dagang untuk per pengisian alat semprot? 3). Anda memiliki alat semprot berkapasitas 10 liter dan ingin memberikan semprotan dengan jumlah 300 liter/ha untuk sawah seluas 0,5 ha. Berapa alat semprot yang dibutuhkan untuk menangani areal tersebut?
Pengendalian Hama
148
f.
Kunci Jawaban 1). a). alat semprot sederhana yang biasa digunakan di rumah untuk membunuh nyamuk b). alat semprot tangan (hand sprayer) c). alat semprot gendong (sprayer) untuk mengendalikan hama/penyakit di lapangan d). Mist blower alat untuk mengendalikan hama tikus/hama gudang 2). Diketahui : konsentrasi yang dianjurkan
= 0,5%
konsentrasi bahan aktif dalam formulasi 25 EC = 25% kapasitas alat semprot
= 8 liter
Areal yang digarap
= 0,5 ha
Kebutuhan cairan semprot
= 300 lt/ha
Ditanyakan : a). Kebutuhan cairan semprot untuk areal 0,5 ha ? b). Volume formulasi dagang yang dibutuhkan? c). Volume formulasi dagang per pengisian alat semprot? Jawab: a). Kebutuhan cairan semprot Untuk menangani areal 0,5 ha adalah luas areal yang ditangani ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? X kebutuhan cairan semprot/ha 10.000 m 2 5000 m 2 = ? ? ? ? ? X 320 lt 10.000 m 2 = 160 liter
Pengendalian Hama
149
b). Volume formulasi dagang untuk areal 0,5 ha gunakan rumus: Kebutuhan cairan % konsentrasi semprot untuk X yang dianjurkan areal 0,5 ha = % bahan aktif dalam formulasi
Volume formulasi dagang Volume formulasi dagang
=
160 liter X 0,5 25
= 3,2 liter
c). Volume formulasi dagang per pengisian alat semprot gunakan rumus: Volume formulasi dagang per pengisian = alat semprot
=
Volume formulasi Kapasitas alat X komersial (liter) semprot (liter) Kebutuhan cairan semprot untuk areal 0,5 ha 3,2 x 8 160
= 0,16 liter
3). Diketahui: volume semprotan yang diinginkan = 300 liter/ha Areal yang digarap
= 0,5 ha
kapasitas isi alat semprot
= 10 liter
Ditanyakan: Berapa alat semprot yang dibutuhkan untuk menangani areal tersebut? Jawab: Gunakan rumus Jumlah alat semprot yang dibutuhkan
=
=
Kebutuhan cairan Luas areal X semprot yang digarap Kapasitas alat semprot yang tersedia 300 liter/ha X 0,5 ha = 15 buah 10 liter
Jadi kebutuhan alat semprotnya adalah 15 buah.
Pengendalian Hama
150
g. Lembar Kerja 1). Tujuan Kegiatan ini bertujuan agar siswa setelah melakukan percobaan ini dapat larutan pestisida untuk hama dengan benar sesuai prosedur. 2). Alat dan Bahan a). Timbangan b). Gelas ukur c). Sarung tangan d). Masker e). Alat pengaduk f). Ember g). Alat semprot gendong h). Insektisida i).
Air bersih
j). Tanaman k). Sabun
3). Keselamatan Kerja Bahan aktif insektisida merupakan racun bagi manusia, oleh sebab itu usahakan: a). Hati-hati
dalam
menggunakan
insektisida,
jangan
sampai tersentuh tangan secara langsung. b). Gunakan sarung tangan saat membuat larutan pestisida dan kenakan masker saat penyemprotan. c). Simpan alat dan bahan yang telah digunakan pada tempatnya.
Pengendalian Hama
151
4). Langkah Kerja a). Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat larutan pestisida. b). Lakukan pengecekan, apakah alat-alat dan bahan yang tersedia sudah sesuai (jenis, ukuran dan jumlahnya), kalau belum pilihlah alat dan bahan yang sesuai. c). Simpan alat yang sudah digunakan pada tempatnya. d). Lakukan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan larutan pestisida, yaitu: ?
Ambil pestisida yang telah disediakan
?
Perhatikan dosis penggunaan insektisida tersebut
?
Hitung kebutuhan cairan semprot untuk luasan yang telah ditentukan, contohnya: Luas lahan 500 m2 Umur tanaman 90 hari Dosis insektisida : 1 gram/liter Kebutuhan cairan semprotnya : 600 liter/ha Kapasitas alat semprot : 14 liter Jadi kebutuhan cairan semprot untuk 500 m 2 adalah: 500 m2 ? ? ? ? ? 10.000 m 2
3.000 x 600 liter = ? ? ? = 30 liter 100
Hitung kebutuhan pestisida untuk luasan 500 m2, yaitu: 1 gram/liter x 30 liter = 30 gram
Pengendalian Hama
152
?
Hitung kebutuhan pestisida per alat semprot atau tangki, yaitu: 14 liter/30 liter x 30 gram = 14 gram
?
Timbang pestisida sesuai dengan kebutuhan areal yang akan disemprot
?
Masukkan 14 gram pestisida ke dalam ember lalu tambahkan air, + 3-4 liter, kemudian aduk sampai rata.
?
Buka
penutup
tangki,
lalu
masukan
cairan
insektisida kedalamnya, kemudian tambahkan air sampai volumenya 14 liter (batas kapasitas alat semprot). ?
Tutup tangki sampai rapat.
?
Naikkan tangki ke punggung.
?
Lakukan penyemprotan sampai seluruh permukaan tanaman terkena cairan semprot dengan merata.
?
Setelah cairan semprot habis, lakukan pengisian kembali sampai seluruh luasan selesai disemprot.
5). Evaluasi Kegiatan a). Apakah alat dan bahan yang disiapkan sudah sesuai? b). Apakah kegiatan pembuatan larutan pestisida sudah dilakukan sesuai prosedur? 6). Umpan Balik a). Apakah ada prosedur kerja yang perlu diperbaiki, kalau ada jelaskan alasannya!
Pengendalian Hama
153
III.
EVALUASI
A. Evaluasi Kognitif Skill 1.
Jelaskan 4 tipe alat mulut serangga beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya!
2.
Tulislah rumus untuk menghitung intensitas kerusakan hama yang menyerang daun beserta keterangannya!
3. a.
Jelaskan pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis)!
b.
Sebutkan 5 teknik pengendalian hama secara kultur teknis yang dapat dilaksanakan di lapangan!
4.
a.
Jelaskan pengertian pestisida!
b.
Sebutkan dan jelaskan pengelompokkan pestisida berdasarkan kegunaannya!
Pengendalian Hama
154
B. Evaluasi Psikomotorik Skill No 1.
Sub Ko mpetensi Mengamati dan mengidentifikasi hama dan gejala keruskan tanaman akibat hama
Kegiatan ? Gejala kerusakan
? Menggambarkan gejala kerusakan
? Hama diidenfikasi
? Menggambarkan hama pada
? Tingkat kerusakan hama
? Menghitung tingkat kerusakan
dideskripsikan berdasarkan pengamatan lapangan
berdasarkan tanda-tanda serangan
2.
Menghitung tingkat kerusakan tanaman
3.
Menentukan metode pengendalian hama
dihitung berdasarkan persentase keruskaan tanaman ? Metode pengendalian dideskripsikan secara benar
? Metode pengendalian
ditentukan berdasarkan tingkat serangan dan keandalan.
Pengendalian Hama
Kriteria
Ya
Tidak
Batasan waktu yang telah ditetapkan 1x 2x 3x
hama pada tanaman yang ditemukan di lapangan dan mengidentifikasi gejala kerusakan berdasarkan teknik dan prosedur identifikasi. tanaman yang ditemukan di lapangan dan mengidentifikasi hama tersebut berdasarkan teknik dan prosedur identifikasi.
tanaman oleh hama di lapangan dengan tepat sesuai rumus.
? Mendeskripsikan tahapan proses
pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama yang akan dilaksanakan di lapangan dengan benar
? Melakukan pengendalian hama di
lapangan dengan tepat sesuai dengan teknik dan prosedur pengendalian.
155
No
Sub Kompetensi
4.
Melaksanakan pengendalian
Kegiatan ? Alat dan bahan
pengendalian disiapkan berdasarkan jenis hama yang menyerang ? Alat dan bahan dihitung sesuai tingkat serangan populasi/luas areal. ? Pengendalian hama
dilakukan berdasarkan metode terpilih dan sesuai prosedur.
Kriteria
Ya
Tidak
Batasan waktu yang telah ditetapkan 1x 2x 3x
? Menghitung kebutuhan alat semprot
untuk menangani areal tertentu dengan tepat sesuai rumus.
? Menghitung kebutuhan bahan
pestisida untuk menangani areal tertentu dengan tepat sesuai rumus. ? Melakukan pengendalian di lapangan
dengan tepat sesuai prosedur pemilihan dan penentuan metode pengendalian.
Apabila ada salah satu kriteria dijawab “TIDAK,” maka Anda harus mengulang setiap kegiatan dengan batasan waktu yang telah ditetapkan 1x = 15 menit, 2x = 20 menit, 3x = 30 menit, sampai sesuai kriteria. Sebaliknya, bila semua kriteria dijawab “YA,” maka Anda dikatakan sudah berkelompokan dan Anda dapat melanjutkan belajar pada kompetensi berikutnya.
Pengendalian Hama
156
C. Evaluasi Attitude Akill Penilaian ini dilakukan dengan pendekatan metode Fish Bean dengan format sebagai berikut:
NO
SKOR PEROLEHAN Believe Evaluation (Preferensi Siswa) (Guru/Evaluator) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
ATRIBUT
1.
Disiplin
2.
Taat azas
3.
Kemauan untuk bekerja keras
4.
Konsisten
5.
Kemauan untuk memperoleh hasil terbaik
6.
Kemauan untuk bekerja cepat
7.
kreatif
Catatan: untuk mengisi skor sikap Anda, ada dua sumber yang harus ditulis yaitu: a.
Skor sikap di bawah kolom believe/preferensi Anda sendiri, Anda harus mengisi setiap atribut sesuai apa yang Anda rasakan
selama
melaksanakan
kegiatan
belajar
pada
kompetensi yang Anda lakukan. Dalam konteks ini Anda diharap berlaku jujur sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Sebab bila Anda tidak jujur, maka yang rugi Anda sendiri karena sikap Anda tidak akan berkembang positif sesuai yang diharapkan.
Pengendalian Hama
157
b. Skor sikap di bawah kolom evaluation diisi oleh guru pembimbing Anda yang melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku Anda selama melaksanakan pembelajaran kompetensi yang Anda lakukan. Skor Perolehan Perolehan Nilai Sikap = ? ? ? ? ? ? ? x nilai tertinggi (100) Skor Tertinggi
Pengendalian Hama
158
D. Produk/Benda Kerja Setelah Anda mempelajari modul ini, ada beberapa produk/bnda kerja yang A nda hasilkan, antara lain: No
Jenis Produk
Kriteria Standar
1.
Photo hasil dokumentasi pada: ? Bentuk dan warna telur hama Nezara viridula dan Spodoptera litura. ? Setiap instar larva/nimfa/pupa/ imago dari hama Nezara viridula dan Spodoptera litura. ? Gejala kerusakan hama Nezara viridula dan Spodoptera litura. ? Imago jantan dan betina.
Hasil dekumentasi sesuai dengan referensi
2.
Alat perangkap untuk mengendalikan hama lalat buah (Dacus dorsalis)
Alat perangkap yang dibuat sesuai dengan prosedur pembuatan alat perangkap.
3.
Pestisida botanis dari biji sirsak.
Pestisida botanis yang dibuat sesuai dengan prosedur pembuatan pestisida botanis.
E. Kunci Jawaban 1.
Tipe-tipe
alat
mulut
hama
beserta
gejala
kerusakan
yang
ditimbulkannya, antara lain: a.
menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dll ?
tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-lubang, daun hanya tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis dimakan sama sekali
Pengendalian Hama
159
?
tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, akhirnya mati
?
pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan
b. menusuk-menghisap: pada berbagai macam kepik ?
tanda serangan pada polong atau biji tampak noda hitam bekas tusukan
?
daun yang terserang menjadi layu dan kering
?
buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan perkembangannya kurang baik
c.
mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman ?
tanda serangan pada daun munculnya cendawan jelaga
?
daun yang terserang berbentuk tidak normal, kerdil, menggulung/keriti ng ke dalam
?
terdapat bercak-bercak klorosis (kuning) pada daun
d. meraut-mengisap: pada thrips ?
tanda serangan pada daun terdapat bercak warna putih keperakan
2.
?
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
?
jika menyerang bunga, mahkota bunga akan gugur
Untuk hama yang merusak daun, intensitas kerusakannya dihitung dengan menggunakan rumus: z I = ? (ni x vi) i=0 ? ? ? ? ? x 100% NxZ Keterangan: I
= Intensitas kerusakan (%)
ni = jumalh tanaman contoh dari tiap kategori serangan
Pengendalian Hama
160
vi = skor (nilai nmerik) dari tiap kategori serangan N = jumlah tanaman yang diamati Z = skor (nilai numerik) dari kategori serangan tertinggi. 3. a.
Pengendalian secara bercocok tanam adalah pengendalian hama dengan cara mengelola lingkungan atau ekosistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama.
b.
Teknik pengendalian hama secara kultur teknis yang dapat dilaksanakan di lapangan yaitu: ?
sanitasi/pemersihan lahan
?
pengolahan lahan
?
pengelolaan air
?
pengiliran tanaman
?
pemberaan lahan
?
penanaman serentak
?
pengaturan jarak tanam
?
menghalangi peletakan telur
Pengendalian Hama
161
4. a.
Pestisida
adalah
bahan
kimia
yang
digunakan
unuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. b.
Berdasarkan kegunaannya, pestisida dikelompokkan menjadi: ?
Insektisida : bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama serangga.
?
Acarisida : untuk mengendalikan tungau.
?
Nematisida : untuk mengendalikan nematoda.
?
Herbisida : untuk mengendalikan gulma.
?
Ovisida : untuk memberantas telur serangga.
?
Larvasida : untuk memberantas larva serangga.
?
Rodentisida : untuk mengendalikan tikus.
?
Algasida : untuk mengendalikan algae.
?
Molluscida : untuk mengendalikan siput.
?
Bakterisida : untuk mengendalikan bakteri.
?
Virusida : untuk mengendalikan virus.
Pengendalian Hama
162
IV. PENUTUP
Setelah Anda melengkapi semua bukti belajat dari setiap sub kompeetnsi pada kompetensi yang sedang Anda pelajari dan sudah mendapatkan persetujuan guru pembimbing untuk meyakinkan bahwa Anda telah berhasil, maka Anda akan dievaluasi oleh guru pembimbing Anda. Evaluasi dilakukan seara menyeluruh terhadap aspek-aspek yang diperlukan dalam suatu kompetensi, yaitu aspek keterampilan motoriknya, keterampilan berpikirnya dan keterampilan sikapnya, serta kesesuaian produk hasil kegiatan di lini produksi dengan standar produk yang telah ditetapkan. Verifikasi oleh tim penjamin mutu dari internal sekolah/Quality Assurance (QA). Kegiatan verifikasi oleh QA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap penguasaan materi Anda telah dilakukan dengan benar sesuai prosedur baku dan kriteria keberhasilan yang telah disepakati antar sekolah. Dari hasil verifikasi ini, apabila kegiatan evaluasi oleh guru pembimbing dinyatakan sesuai, maka hasil evaluasi guru terhadap penguasaan kompetensi Anda dinyatakan sah. Tetapi apabila tim verifikasi menyatakan telah sah, maka evaluasi akan dilakukan bersama oleh guru dan tim QA.
Pengendalian Hama
163
Verifikasi oleh tim penjamin mutu dari external sekolah/Quality Control (QC) Kegiatan verifikasi oleh QC dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan oleh internasl sekolah terhadap penguasaan kompetensi Anda telah dilakukan dengan benar sesuai prosedur baku dan kriteria keberhasilan yang telah disepakati antara sekolah, industri pasangan sebagai penjamin mutu dan Anda. Dari hasil verifikasi ini, apabila kegiatan evaluasi oleh sekolah terhadap penguasaan kompetensi Anda dinyatakan sah. Tetapi apabila tim verifikasi oleh tim penjamin mutu dari eksternal sekolah/Qualitu Control (QC) menyatakan sudah sah, maka tim QC akan melakukan evaluasi lagi terhadap pencapaian kompetensi Anda. Hasil evaluasi oleh industri/external evaluator ini yang akan digunakan untuk menyatakan Anda telah berkompeten atau belum. Apabila tim external evaluator menyatakan Anda telah memenuhi kompetensi, maka Anda dinyatakan berkompeten dan akan diterbitkan sertifikat kompetensi.
Pengendalian Hama
164
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, 1992. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung: Angkasa. Dewan Redaksi Bhratara Karya Aksara, 1985. Memadu Upaya Pengendalian 2. Jakarta: Bhratara Karya Aksara Djafaruddin, 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Ekha, I., 1993. Dilema Pestisida. Jogjakarta: Kanisius. Khaerudin, 1996. Mengendalikan Hama dan Penyakit Kacang-kacangan. Jakarta: Trubus Agrisarana. Kusnaedi, 2001. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya. Kardiman, A., 2001. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Prijono, D., 1986. Penuntun Praktikum Pestisida dan Alat Aplikasi Bagian Pestisida. Bogor: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1990. Petunjuk Bergambar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Pracaya, 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Sudarmo, S., 1991. Pengendalian Serangga Hama Penyakit dan Gulma Padi. Jogjakarta: Kanisius. Sudarmo, S., 1992. Pestisida untuk Tanaman. Jogjakarta: Kanisius. Tim Penulis P.S., 1992. Hama Penyakit Sayur dan Palawija. Jakarta: Penebar Swadaya. Untung, K., 1993. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Pengendalian Hama
165
Pengendalian Hama
166