MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE Ria Setiawati, Wakidi dan Yustina Sri Ekwandari FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, Faximile (0721) 704 624 e-mail :
[email protected] Hp. 085768966252
The aim of this research was to find out students’ interest of learning history in class XI IPS taught through cooperative learning model type “think talk write” in SMA Swadhipa Natar academic year 2013/2014. This research used descriptive method in which the data collecting technique used observation, questionnaire, documentation, and literature.The result of the research showed that students’ interest in learning history in class IPS taught through cooperative learning model type “think talk write” in SMA Swadhipa Natar academic year 2013/2014 were categorized into average learning interest. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write SMA Swadhipa Natar tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif di mana teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, kuesioner, dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write di SMA Swadhipa Natar tahun ajaran 2013/2014 dikategorikan dalam minat belajar sedang. Kata kunci : minat belajar siswa, pembelajaran sejarah, think talk write.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting dan harus dipenuhi dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan cita-citakan. Menurut Crow and Crow pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi ( Fuad Ihsan, 2010 : 4 ).
Pendidikan diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai citacita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Fuad Ihsan, 2010:2). “Pada Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran RIS No. 4/1950 yang kemudian menjadi UU Pendidikan dan Pengajaran RI No. 12/1954, pada Bab II Pasal 3, menyebutkan tentang tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air” (Sardiman A.M, 2007:59). Pendidikan secara formal dapat dilaksanakan dalam suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Menurut La Iru dan La Ode pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai (La Iru dan La Ode, 2012:1). Hal ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Kompetensi dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal apabila pemilihan strategi dan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, tingkat kemampuan siswa, sarana dan prasarana yang ada di sekolah serta kemampuan guru dalam menerapkannya. Dalam mengajar guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan sehingga dapat menarik perhatian siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah bahwa untuk mencapai suatu tujuan tidak mesti menggunakan satu metode, tetapi bisa juga menggunakan lebih dari satu metode. Dengan begitu kekurangan metode yang satu dapat ditutupi oleh kelebihan metode yang lain sehingga akan menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih efektif (Syaiful Bahri Djamarah, 2006:158). Guru-guru yang ada di sekolah masih memiliki kesulitan dalam menvariasikan dan menerapkan metodemetode mengajar yang menarik perhatian siswa. Salah satu metode yang sering digunakan guru saat mengajar metode ceramah. Ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap kelasnya (B. Suryosubroto, 2002:165). Metode ceramah tersebut tidak divariasikan dengan metode lain sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membuat siswa jenuh serta bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, apabila guru mengajar hanya menggunakan satu metode saja biasanya akan sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga jalannya pelajaran kurang menjadi efektif. Hal ini menyebabkan menurunnya minat siswa untuk belajar. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180). Menurut Bernard minat timbul tidak secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Sardiman A.M, 2007:76). Minat belajar pada siswa juga muncul karena adanya motivasi dari seorang guru. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang berminat tinggi dan antusias pula. Berkat dorongan orang lain, murid akan selalu berusaha lebih giat karena minat belajarnya menjadi lebih besar. Selain keantusiasan guru, teknik dan proses pembelajaran yang bermacam-macam dan media pembelajaran yang bervariatif juga sangat efektif untuk memelihara minat murid. Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Dengan adanya unsur minat pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh pula terhadap aktivitas belajar siswa. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Uzer Usman yang menyatakan bahwa minat belajar merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa (dalam Ahmad Susanto, 2013:66). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti ke SMA Swadhipa Natar, diketahui bahwa minat belajar
Sejarah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 berikut: Tabel 1. Aktivitas belajar siswa mata pelajaran sejarah XI IPS 2 pada observasi pendahuluan No Kriteria Frekuensi Persentase Aktivitas (%) 1 Aktif 11 36,67 2 Kurang 19 63,33 Aktif Jumlah 30 100 Sumber: Data observasi pendahuluan Berdasarkan tabel 1 terlihat aktivitas belajar siswa pada observasi pendahuluan terdapat 11 dari 30 siswa dengan persentase 36,67% yang aktif saat pembelajaran berlangsung, sedangkan 19 dari 30 siswa dengan persentase 63,33% yang kurang aktif saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang dominan saat pembelajaran berlangsung adalah siswa hanya mencatat penjelasan dari guru. Aktivitas pembelajaran lainnya seperti memperhatikan menjelasan guru, mengerjakan tugas secara mandiri dan bertanya saat proses pembelajaran masih kurang terlihat. Selama proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang terlihat aktif dalam bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh metode, model maupun cara yang digunakan oleh guru kurang diminati oleh siswa. Selain itu, kurangnya kesadaran siswa mengenai pentingnya belajar sejarah juga menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Agar minat belajar siswa meningkat, dalam guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar pembelajaran menjadi efektif adalah model pembelajaran kooperatif tipe think talk write. Model pembelajaran kooperatif tipe think talk write merupakan model pembelajaran di mana perencanaan dari tindakan mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan berpikir (think), berbicara atau berdiskusi dan bertukar
pendapat (talk) serta menulis hasil diskusi (write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai (La Iru dan La Ode Safiun Arihi, 2012:67). Dalam pembelajaran ini dimulai dari merencanakan program mengajar, membuat materi diskusi dalam sebuah media atau pada LKS. Setiap individu memikirkan jawaban dari bahan yang diberikan guru. Selanjutnya jawabanjawaban tersebut didiskusikan dalam suatu kelompok, kemudian hasilnya ditulis oleh masing-masing individu. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tentang minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write SMA Swadhipa Natar tahun ajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana keadaan sesuatu dan melaporkan sebagaimana adanya (Ibnu Hadjar, 1999:274). Bentuk desain penelitiannya adalah one-shot case study. Penelitian ini menggunakan satu kelas sampel, yakni kelas yang akan diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Sesudah diberikan perlakuan siswa akan diberikan tes angket minat. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang talah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Swadhipa Natar tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 2 kelas dan berjumlah 62 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sample. Purposive sample adalah teknik penentuan sampel yang diambil bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:183). Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 2 SMA Swadhipa Natar sebagai objek penelitian. Selain dengan cara pengundian, sampel juga dipilih berdasarkan data observasi awal di mana diasumsikan bahwa minat belajar sejarah pada kelas XI IPS 2 masih rendah. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), sedangkan variabel terikat atau variabel dependen yang dipengaruhi adalah minat belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan model pembelajaran kooperatif di mana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan berpikir (think), berberbicara atau berdiskusi dan bertukar pendapat (talk) serta menulis hasil diskusi (write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai (La Iru dan La Ode Safiun Arihi, 2012:67). Dalam pembelajaran ini, siswa diberikan LKS yang harus diselesaikan secara individu. Jawaban yang telah didapat oleh masing-masing siswa kemudian didiskusikan dalam sebuah kelompok untuk mendapat pemecahan masalah yang ada dalam LKS. Pemecahan masalah yang telah didiskusikan secara berkelompok, ditulis dan dipresentasikan di depan kelas. Dalam proses pembelajaran ini semua siswa harus terlibat aktif dan saling bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Dengan menitikberatkan kegitan pembelajaran pada siswa maka diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam
suatau pelajaran salah satunya dalam pelajaran sejarah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teknik Observasi Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (dalam Sugiyono, 2013:203). Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran sejarah berlangsung. Data aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan tanda (√). 2. Teknik Kuesioner (Angket) Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku (Ibnu Hadjar, 1999:181). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:199). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS di SMA Swadhipa Natar. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui peninggalan tertulis berupa arsip termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil dan lain-lain (Margono, 2000:18). Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada, seperti data siswa kelas XI IPS SMA Swadhipa Natar Tahun Ajaran 2013/2014. 4. Teknik Kepustakaan Teknik kepustakaan adalah mengumpulkan data melalui bacaan bukubuku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai minat belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah. Teknik kepustakaan ini mencari konsepkonsep yang sesuai dengan tinjauan pustaka dari masalah yang diteliti agar
hasilnya sesuai dengan konsep-konsep yang ada dari berbagai referensi yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012:148). Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan indikator memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah, mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru, bersemangat saat menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri, bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) dan lembar observasi. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS di SMA Swadhipa Natar. Sebelum angket dibuat terlebih dahulu disiapkan kisi-kisi instrumen yang diberi indikator-indikator yakni perhatian, adanya ras.suka dan rasa senang, ketertarikan terhadap aktivitas-aktivitas pembelajaran. Angket disusun dalam bentuk pilihan dengan menyediakan lima alternatif jawaban. Dalam menjawab pertanyaan angket, siswa hanya diminta memberikan satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa. Penilaian terhadap minat siswa dalam penelitian menggunakan skala bertingkat dengan rentang 1-5, spesifikasinya adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria Penilaian Angket No Pernyataan Positif Skor 1. Sangat Setuju 5 2. Setuju 4 3. Ragu-ragu 3 4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju Sumber : Sugiyono (2013:135)
1
Sebelum angket tersebut digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen (Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, 2013:77). Suatu instrumen dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium tertentu atau memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium yang ada. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk menguji seberapa valid instrumen akan digunakan teknik statistik menggunakan rumusk korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
Keterangan: r xy = koefisien validitas skor butir pertanyaan X = skor butir soal tertentu untuk setiap responden Y = skor total (seluruh soal) untuk setiap siswa N = banyaknya responden (Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, 2013:79) Reliabilitas menunjuk kepada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya derajat kekonsistenan skor yang diperoleh dari hasil tes (Mohammad Ali, 1992:84). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Perhitungan untuk mencari reliabilitas angket didasarkan pada pendapat Kasmadi dan Nia Siti Sunariah (2013:79) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus korelasi alpha, yaitu:
kuantitatif deskriptif persentase. Rumus yang digunakan :
Keterangan: r11 = reliabilitas yang dicari Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total k = jumlah item yang valid (Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, 2013:79) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Kriteria reabilitasnya adalah jika rhitung > rtabel. Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut: Tabel 3. Nilai koefisien reliabel Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2013: 257) Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan pembelajaran. Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah. 2. Mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru. 3. Bersemangat saat menjawab pertanyaan. 4. Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri. 5. Bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data
P = x 100% Keterangan : P= angka persentase F=frekuensi yang sedang persentasenya N=Jumlah Skor maksimum (Anas Sudijono, 2004:43)
dicari
Untuk mengetahui tingginya minat belajar siswa, kategori yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Kategori minat belajar siswa Persentase skor Kriteria minat (x) x ≥ 76 Minat Tinggi 56 > x <76
Minat Sedang
x < 56
Minat Rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto dalam Henike Puspita (2011:46) Analisis persentase keaktifan siswa dapat dilakukan dengan rumus:
%An = ∑An x 100% N Keterangan: %An : persentase setiap jenis aktivitas ∑An : jumlah siswa yang melakukan setiap jenis aktivitas N : jumlah siswa keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN Data tentang minat belajar siswa diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS 2 setelah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe think talk write (TTW), yang dilakukan sebanyak tiga kali tes angket dalam setiap pertemuannya. Pertemuan pertama, data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS 2 dengan pengisian angket minat belajar siswa yang terdiri dari 21 butir soal.
Tabel 5. Persentase tiap indikator pertemuan pertama No. Indikator Persentase (%) 1. Perhatian 67,41 2. Rasa suka dan perasaan senang 68,99 3. Ketertarikan pada aktivitas pembelajaran 71,85 Rata-rata minat belajar siswa 69.42 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pertemuan pertama pada indikator perhatian persentasenya sebesar 67,41% pada kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang sebesar 68,99% pada kategori sedang, indikator ketertarikan pada aktivitas pembelajaran sebesar 71,85% pada kategori sedang. Rata-rata minat belajar siswa XI IPS 2 pada pertemuan pertama yang diajar menggunakan model pembelajaran
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang
kooperatif think talk write (TTW) yaitu 69,47% dan tergolong ke dalam kategori minat belajar sedang. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah berlangsung, peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Data tentang aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel data hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 6. Data aktivitas belajar pada pertemuan pertama No. Indikator
Persentase (%)
1.
Memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah
74,07
2.
Mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru
74,07
3.
Bersemangat saat menjawab pertanyaan
70,37
4.
Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri
66,67
5.
Bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung
40,74
Rata-rata aktivitas siswa
65,18
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 74,07%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 74,07%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 70,37%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 66,67%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar 40,74%. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar 65,18%.
Aktivitas belajar siswa dalam pertemuan pertama ini yang menempati persentase terkecil adalah bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran dikatakan aktif karena melebihi 61%. Pertemuan kedua, data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS 2 dengan pengisian angket minat belajar siswa yang terdiri dari 21 butir soal.
Tabel 7. Persentase tiap indikator pertemuan kedua No. Indikator Persentase (%) 1. Perhatian 70,48 2. Rasa suka dan perasaan senang 73,12 3. Ketertarikan pada aktivitas pembelajaran 75,66 Rata-rata minat belajar siswa 73,09 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pertemuan kedua pada indikator perhatian persentasenya sebesar 70,48% pada kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang sebesar 73,12% pada kategori sedang, indikator ketertarikan pada aktivitas pembelajaran sebesar 75,66% pada kategori sedang. Rata-rata minat belajar siswa XI IPS 2 pada pertemuan kedua yaitu sebesar 73,09% dan
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang
tergolong ke dalam kategori minat belajar sedang. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah berlangsung, peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Data tentang aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel data hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 8. Data aktivitas belajar pada pertemuan kedua No. Indikator
Persentase (%)
1.
Memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah
70,37
2.
Mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru
77,78
3.
Bersemangat saat menjawab pertanyaan
77,78
4.
Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri
77,78
5.
Bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung
59,26
Rata-rata aktivitas siswa
72,59
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 70,37%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 77,78%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 77,78%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 77,78%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar 59,26%. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua sebesar 72,59%.
Aktivitas belajar siswa dalam pertemuan kedua ini yang menempati persentase terkecil adalah bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung.Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran dikatakan aktif karena melebihi 61%. Pertemuan ketiga, data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS 2 dengan pengisian angket minat belajar siswa yang terdiri dari 21 butir soal.
Tabel 9. Persentase tiap indikator pertemuan ketiga No. Indikator Persentase (%) 1. Perhatian 73,44 2. Rasa suka dan perasaan senang 76,41 3. Ketertarikan pada aktivitas pembelajaran 79,47 Rata-rata minat belajar siswa 76,44 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pertemuan ketiga pada indikator perhatian persentasenya sebesar 73,44% pada kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang sebesar 76,41% pada kategori tinggi, indikator ketertarikan pada aktivitas pembelajaran sebesar 79,47% pada kategori tinggi. Rata-rata minat belajar siswa XI IPS 2 pada pertemuan ketiga yang diajar menggunakan model
Kategori Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
pembelajaran kooperatif think talk write (TTW) yaitu 76,44% dan tergolong ke dalam kategori minat belajar tinggi. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah berlangsung, peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Data tentang aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga dapat dilihat pada tabel data hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 10. Data aktivitas belajar pada pertemuan ketiga No. Indikator
Persentase (%)
1.
Memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah
77,78
2.
Mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru
81,48
3.
Bersemangat saat menjawab pertanyaan
66,67
4.
Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri
77,78
5.
Bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung
74,07
Rata-rata aktivitas siswa
75,56
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 77,78%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 81,48%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 66,67%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 77,78%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar
74,07%. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga sebesar 75,56%. Aktivitas belajar siswa dalam pertemuan ketiga ini yang menempati persentase terkecil adalah semangat siswa saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga dikatakan aktif karena lebih dari 61% siswa yang mengerjakan seluruh indikator aktivitas belajar.
Tabel 11. Rekapitulasi persentase minat belajar siswa tiap indikator pertemuan pertama sampai ketiga No
Indikator minat belajar siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
(%)
Kategori
(%)
kategori
(%)
Kategori
1.
Perhatian
67,41
Sedang
70,48
Sedang
73,44
Sedang
2
Perasaan suka dan perasaan senang
68,67
Sedang
73,12
Sedang
76,41
Tinggi
3.
Ketertarikan terhadap aktivitas pembelajaran
71,85
Sedang
75,66
Sedang
79,47
Tinggi
69,42
Sedang
73,09
Sedang
76,44
Tinggi
Rata-rata minat belajar siswa
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, rata-rata persentase minat belajar siswa pada pertemuan pertama yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write yaitu pada indikator perhatian 67,41% dalam kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang 68,99% dalam kategori sedang, indikator ketertarikan terhadap aktivitas pembelajaran 71,85% dalam kategori sedang, dan rata-rata minat belajar siswa seluruh indikator yaitu sebesar 69,42% dalam kategori sedang. Pada pertemuan kedua yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write yaitu pada indikator perhatian 70,48% dalam kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang 73,12% dalam kategori sedang, indikator ketertarikan terhadap aktivitas pembelajaran 75,66% dalam kategori sedang, dan rata-rata minat belajar siswa seluruh indikator yaitu sebesar 73,09% dalam kategori sedang.
Pada pertemuan ketiga yaitu pada indikator perhatian 73,44% dalam kategori sedang, indikator rasa suka dan perasaan senang 76,41% dalam kategori tinggi, indikator ketertarikan terhadap aktivitas pembelajaran 79,47% dalam kategori tinggi, dan rata-rata minat belajar siswa seluruh indikator yaitu sebesar 76,44% dalam kategori tinggi. Penggunaan model kooperatif tipe think talk write (TTW) dapat membangkitkan minat belajar siswa, ini terlihat ketika siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djaali bahwa minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas (Djaali, 2008:121). Aktivitas siswa yang diamati oleh peneliti melalui lembar observasi aktivitas berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write sebagai berikut:
Tabel 12. Rekapitulasi observasi aktivitas belajar siswa No Indikator aktivitas siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 1 2 3
Memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah Mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru Bersemangat saat menjawab pertanyaan
Pertemuan 3
Siswa 20
% 74,07
Siswa 19
% 70,37
Siswa 21
% 77,78
20
74,07
21
77,78
22
81,48
19
70,37
21
77,78
18
66,67
4
Mengerjakan tugas yang telah 18 66,67 diberikan guru secara mandiri 5 Bertanya saat proses 11 40,74 pembelajaran sejarah berlangsung Rata-rata aktivitas siswa 65,18 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, pada pertemuan pertama yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write bahwa aktivitas belajar siswa pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 74,07%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 74,07%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 70,37%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 66,67%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar 40,74%. Rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 65,18%. Pada pertemuan kedua diketahui bahwa pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 70,37%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 77,78%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 77,78%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 77,78%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar 59,26%. Rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 72,59%. Pada pertemuan ketiga diketahui bahwa pada indikator (1) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi sejarah sebesar 77,78%, (2) mencatat materi sejarah yang telah dijelaskan oleh guru sebesar 81,48%, (3) bersemangat saat menjawab pertanyaan sebesar 66,67%, (4) mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara mandiri sebesar 77,78%, (5) bertanya saat proses pembelajaran sejarah berlangsung sebesar 74,07%. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga sebesar 75,56%. Aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga dapat dikategorikan aktif karena
21
77,78
21
77,78
16
59,26
20
74,07
72,59
75,56
rata-rata aktivitas siswa pada tiap pertemuan lebih besar dari 61%. Pengunaan model kooperatif tipe think talk write dapat membangkitkan minat belajar siswa terlihat ketika siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono yang menyebutkan bahwa ada tidaknya minat terhadap suatu mata pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, lengkat tidaknya catatan, dan memperhatikan penjelasan guru (M. Dalyono, 2012:235). Setelah diajar menggunakan model kooperatif tipe think talk write, minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS di SMA Swadhipa Natar dikategorikan dalam minat belajar yang sedang. Seluruh aktivitas yang diamati dalam lembar observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa baik. Dalam hal ini, aktivitas belajar yang paling dominan selama proses pembelajaran adalah aktivitas siswa yang mencatat materi sejarah yang dijelaskan oleh guru, sedangkan aktivitas lainnya seperti memperhatikan penjelasan guru, bersemangat saat menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas secara mandiri dan bertanya saat proses pembelajaran masih tergolong aktivitas belajar yang cukup. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write SMA Swadhipa Natar tahun ajaran 2013/2014, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Minat belajar sejarah siswa dikategorikan dalam minat belajar sedang dengan aktivitas belajar yang dominan yaitu aktivitas siswa mencatat materi yang
dijelaskan oleh guru. Data tersebut diketahui pada tiga kali eksperimen terdapat dua kali yang dikategorikan dalam minat belajar sedang, dan satu kali eksperimen dikategorikan dalam kategori minat belajar yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. 2008. Psikologi Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan.
Hadjar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
La Iru dan Safiun Arihi, La Ode. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. DIY: Multi Presindo. Margono, S. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Puspitasari, Henike. 2011. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery sebagai Upaya untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa (PTK pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi Lampung: Penerbit Universitas Lampung. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryobroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kasmadi dan Nia Siti Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.