DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS XI PADA MATERI PELUANG DI SMA NEGERI I SUWAWA Salim Huludu, Franky A. Oroh, Nursiya Bito ABSTRAK Salim Huludu, 2013: Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Dengan bentuk rumusan masalah ” Bagaimana Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa?” dengan populasi sebanyak 22 orang. Adapun tujuan dalam penelitian ini, untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, terdapat empat indikator yaitu: (a) kemampuan berpikir lancar (fluency), (b) kemampuan berpikir luwes (flexibility), (c) kemampuan berpikir kebaruan (originality), dan (d) kemampuan menarik kesimpulan (elaborasi), dengan menggunakan dua instrumen penelitian yatu: (a) tes yang disusun oleh peneliti sendiri, yang sudah divalidasi isi (diujicobakan) dan sudah divalidasi konstruksi melalui dosen ahli dan (b) wawancara siswa dengan tingkat kemampuan berpikir kreatif yang tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari jawaban mereka melalui tes yang diberikan.Dari hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Suwawa masih sedang. Kata Kunci :Berpikir Kreatif, Kreatif, Kemampuan Berpikir Kreatf PENDAHULUAN Kreatifitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Aktivitas kreatif adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kretivitas siswa. Melalu belajar matematika, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, analitis, kreatif, dan produktif. Akan tetapi, berbagai fakta yang ditemukan dalam pembelajaran matematika, yang menjadikan siswa tersebut kurang berpikir kreatif. Pertama perasaan takut gagal, karena biasanya siswa yang mengalami kegagalan dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh
guru
hukumannya
lebih
berat
dibandingkan
keberhasilannya dalam menyelesaikan soal tersebut. 1
dengan
hadiah
untuk
Berdasarkan uraian dan pemikiran tersebut maka, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan formasi judul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa”. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Siswa belum terbiasa dalam memecahkan soal matematika yang bersifat terbuka. 2. Guru cenderung prosedural dan lebih menekankan pada hasil belajar. 3. Siswa belajar sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru. 4. Soal yang diberiakan kepada siswa hanya soal-soal langsung pada pemakain rumus yang sudah ada. Berdasarkan masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa”. Mengingat keterbatasan waktu maka penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kretif siswa di kelas XI ditinjau dari guru dan siswa pada materi Peluang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap guru mata pelajaran untuk dapat mengetahui tingkat kreatifitas siswa, khususnya pada pelajaran matematika. 2. Bagi Siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar dan lebih proaktif dalam proses pembelajaran sehingga mampu mengatur waktu belajar dengan baik. 3. Bagi Peneliti
2
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang berpikir kreatif matematika siswa. Kreatifitas adalah potensi alamiah dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri ditumbuhkan oleh otak kanan, yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berfikir, mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Semua anak yang lahir di dunia ini mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika bawaan dan faktor lingkungan. 1. Pengertian Kreativitas Menurut pandangan Campbell (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti. Definisi senada juga dikemukakan oleh Drevdahll (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata. 2. Kreativitas pada Anak Ada tiga ciri dominan pada anak yang kreatif; (1) spontan, (2) rasa ingin tahu, dan (3) tertarik pada hal-hal baru. Ternyata ketiga ciri tersebut terdapat pada diri anak. Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif, faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Usia dini atau disebut juga usia prasekolah merupakan suatu masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan formal. Oleh karena itu pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak, antara lain: 1. Perasaan takut gagal, 2. Terlalu terpaku pada tata tertib dan tradisi, 3. Enggan bermain dan terlalu mengharapkan hadiah jika dihadapkan pada tugas tertentu, 4. Orang tua yang terlalu melindungi anak dan ini biasanya banyak terjadi pada anak pertama sehingga kesempatan bagi dirinya untuk belajar justru 3
berkurang. Orang tua tanpa sadar, sering memaksakan anak menyesuaikan diri dengan imajinasi dan fantasi sebagai orang tua. 3. Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang dialami sesorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang dipecahkan. Berpikir merupakan proses dinamis yang dpat di lukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir pada pokoknya terdiri atas 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Evens (dalam Tatag 2010 : 29) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kondisi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Dari pengertian ini menunjukan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. 4. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) Tingkat
1
merupakan
tingkat
berpikir
kreatif
rendah,
karena
hanya
mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan tugasnya saja. Tingkat 2 menunjukan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena siswa harus menunjukan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau algoritma-algoritma pemrograman. Tingkat 3 merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detil yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan. Tingkat 4 merupakan tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifatsifat produk final membandingkan dengan sekumpulan tujuan.
4
5. Berpikir Kreatif dalam Matematika Haylock (dalam Tatag, 2010 :42) mengatakan bahwa dalam konteks matematika, kriteria kelancaran tampak kurang berguna disbanding dengan keluwasan. Dalam menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Test of Creative Thingking (TTCT)” yang disusun oleh Paul Torrence. Tiga komponen kunci yang di nilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Kelancaran mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Keluwesan terlihat pada perubahanperubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam meresepon perintah (Murniati, 2012: 58). Untuk lebih jelasnya ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis sebagaimana di ungkapkan oleh munandar (dalam Tatag, 2010:36) yaitu: 1. Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency) Ciri-ciri keterampilan berpikir lancar adalah mencetuskan banyak ide, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal , selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Keterampilan Berpikir Luwes (Flexibility) Ciri berpikir luwes adalah menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3. Keterampilan Berpikir Orisinil Kebaruan (Originality) Ciri-ciri berpikir orisinil adalah mampu melahirkan ungkapan yang berbeda dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4. Keterampilan Memperinci (Elaboration) Ciri-ciri keterampilan memperinci adalah mmpu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci secara detil subjek, gagasan atau situasisehingga menjadi lebih menarik. Mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematika di atas, maka berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara lancar dan luwes. Ide dalam pengertian disini adalah ide dalam memecahkan masalah matematika dengan tepat.
5
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri I Suwawa kelas XI Jl. trans Suwawa, Kabupaten Bonebolango, Kecamatan Suwawa, Desa Tingkohubu.Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, tahun pelajaran 2012/2013 selama ± 2 bulan mulai dari April - Mei 2013. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2009: 72). Data dalam penelitian berupa data primer tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa Tahun Pelajaran 2012/2013. Variabel dalam penelitian ini hanya satu yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap pembelajaran matematika. Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pemberian Tes Tes yang akan diberikan untuk menjaring informasi yang berkaitan dengan berpikir kreatif matematika siswa. Pemberian tes sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu validasi dan reliabilitas. Pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam satu tes uraian yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan, bentuk tes uraian ini menuntut kemampuan siswa berpikir secara kreatif. Sebelum tes diedarkan pada anggota 6
sampel, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap tes tersebut yaitu terdiri dari validasi dan reliabitas. Validasi adalah keadaan yang menggambarkan bahwa tingakt instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan apakah instrument yang digunakan untuk menjaring data benarbenar meyakinkan sebagai instrument pengumpul data. Pengujian validasi tes lebih dititik beratkan pada uji kesejajaran skor antar item dengan skor total dari item, dimana dalam penyusunannya tolak ukur yang digunakan berasal dari indikatorindikator yang ada. Perhitungan koefisien validasi dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu: √[ Dengan
][
]
: validasi tes n : jumlah responden ∑X : skor setiap item ∑Y : skor total responden
Sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus α: [ Dimana:
][
]
= reliabilitas instrument k = banyaknya butir soal = jumlah varians butir soal = varians total
Klasifikasi besarnya koefisisen reliabilitas berdasarkan patokan menurut J.P Guilford sebagaimana yang dikutip sulistyowati (2009:70) adalah sebagai berikut:
7
Koefisien Korelasi (r)
Interpretasi
0,80 < r 1,00
Sangat tinggi
0,60 < r 0,80
Tinggi
0,40 < r 0,60
Cukup
0,20 < r 0,40
Rendah
r 0,20
Sangat rendah
2. Wawancara Wawancara yang akan digunakan untuk menjaring data langsung dari siswa tentang kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika. Materi wawancara akan disusun berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menjawab tes. Hasil wawancara akan diklasifikasikan jenis kreativitas yang dilakukan siswa. Wawancara yang akan digunakan untuk menjaring data langsung dari siswa tentang kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika. Materi wawancara akan disusun berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menjawab tes. Hasil wawancara akan diklasifikasikan jenis kreativitas. Penelitian ini akan menggambarkan jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soalsoal panjang garis singgung lingkaran, maka data yang akan dikumpulkan akan dianalisis sebagai berikut: 1. Data display (penyajian data) Dalam penyajian ini, maka dapat yang ditampilkan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, bagan alur ataupun sejenisnya. 2. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/ verifikasi) Langkah terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dari berbagai data yang telah diperoleh. Kesimpulan akan menjadi kredibel apabila didukung dengan temuan-temuan di lapangan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti menyusun insturumen penelitian dalam bentuk tes uraian yang berjumlah lima butir soal yang dilengkapi dengan rubrik penilaian.
8
Dengan skor yang tertinggi yang di capai siswa adalah 21. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi konstruksi dan validasi isi, untuk memperoleh tes yang valid. Dalam penelitian ini, penguian validasi tes dilakukan dalam bentuk validasi isi. Dimana dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut; √[
][
]
(Arikunto,2006:170) Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan sebagai berikut : Koefisien Korelasi (r)
Interpretasi
0,80 < r 1,00
Sangat tinggi
0,60 < r 0,80
Tinggi
0,40 < r 0,60
Cukup
0,20 < r 0,40
Rendah
r 0,20
Sangat rendah
dengan melihat harga
dan membandingkannya dengan
masing-
masing item soal dan semua soal valid dan cukup baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Koefisien dan status validasi tersebut dapat di lihat pada table berikut ini. Tabel koefisien dan status validasi:
9
No Soal
Koefisien Validasi
Status Valid
1
0,648
Valid
2
0,516
Valid
3
0,874
Valid
4
0,610
Valid
5
0,971
Valid
1. Uji Reliabilitas Tes Untuk pengjian reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus: [
][
]
Adapun dalam menentukan varians setiap item soal dengan rumus:
Dengan kriteria: 0,80< r 11 1,00 : korelasi sangat tinggi 0,60< r 11 0,80 : korelasi tinggi 0,40< r 11 0,60 : korelasi cukup 0,20< r 11 0,40 : korelasi rendah 0,00< r 11 0,20 : korelasi sangat rendah Hasil perhitungan varians setiap soal adalah sebagai berikut: No. Soal
Varians
1
0,17
2
0,20
3
1,11
4
0,13
5
0,31
2. Menghitung varians total dan reliabilitas tes Dari hasil perhitungan di peroleh varians total 4,81, dan reliabilitas tes Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliable yang berarti dapat di gunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini. Pembahasan Data dalam penelitian ini adalah penyelesaian soal-soal yang mencakup pokok bahasan Peluang. Persentase siswa yang dapat menyelesaikan soal nomor 3,4,5 lebih tinggi yakni sebesar 54,5 %. Sedangkan untuk persentase yang rendah terdapat pada soal nomor 1 yaitu sebesar 9,09 %. Dari hasil tes yang diberikan nampak bahwa 10
penguasaan matematika siswa pada materi peluang masih banyak yang rendah. Hal ini terbukti dari hasil tes siswa yang terkumpul, dimana siswa banyak mengalami kesulitan pada hasil tes yang diberikan ditinjau dari berpikir kreatif. Oleh karena itu untuk mengungkapkan penguasaan matematika siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan maka akan dilakukan wawancara untuk kelima soal tersebut. Untuk menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai, peneliti akan mengamati hasil tes siswa yang didasarkan pada indikator penelitian. Dengan demikian, melihat hasil tes akan ditetapkan siswa yang akan dijadikan sumber informasi untuk diwawancarai berjumlah 6 orang. Keenam subjek yang dipilih ini merupakan perwakilah dari tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah. Dari masing-masing kategori tersebut dipilih dua orang untuk mewakili setiap kategori. Sedangkan materi yang akan diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan siswa terhadap tes yang diberikan. Adapun nama-nama yang terpilih menjadi sumber wawancara dapat dilihat pada tabel berikut ini: Nama-nama Siswa Sebagai Subjek Penelitian No
Nama Siswa
Kategori
Jumlah Skor
Kode
1.
Nurkhaliq
Tinggi
76
SP – 1
2.
Septy Octaviany Muhsidi
Tinggi
72
SP – 2
3.
Yusnita Nu’u
Sedang
65
SP – 3
4.
Salmawati Sinu
Sedang
65
SP – 4
5.
Ratna Giasi
Rendah
19
SP – 5
6.
Rusmiyati Adam
Rendah
10
SP – 6
Subjek dengan kategori tinggi dapat diperoleh dari hasil tes bahwa subjek 1 dan subjek 2 memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal dengan baik. Sehingga bisa dikatakan untuk kemampuan berpikir kreatif matematika, kemampuannya diatas rata-rata.
11
a.
Subjek dengan kategori sedang
Subjek dengan kategori sedang dapat dilihat pula pada hasil tesnya bahwa untuk subjek 3 menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diberika, hanya saja untuk soal kemampuan berpikir luwes subjek belum mampu memberikan gagasan dan jawaban yang bervariasi. Begitu juga dengan subjek 4. Mereka memiliki kesulitan yang sama yaitu memberikan gagasan yang baru. b.
Subjek dengan kategori rendah
Subjek dengan kategori rendah dilihat dari hasil tes bahwa subjek 5 dan subjek 6 tidak mampu memahami soal. Hal ini disebabkan subjek yang kurang paham dengan berpikir kreatif matematika matematika pada materi peluang. Hal ini megakibatkan kedua subjek tersebut tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Disamping itu juga penguasaan matematika subjek tersebut masih sangat rendah. Dengan demikian dapat diketahui secara jelas bahwa sebagian siswa belum mempunyai kemampuan berpikir kreatif matematika dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan dengan ketidakmampuan untuk menguraikan atau menyelesaikan tes yang diberikan khususnya pada materi peluang. Berpikir kreatif matematika sangatlah penting bagi siswa, karena dengan berpikir kreatif matematika akan memudahkan siswa ketika dihadapkan dalam berbagai masalah. Untuk melihat berpikir kreatif matematika siswa maka digunakan tes sebagai teknik utama dalam pengumpulan data.kepada siswa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran berpikir kreatif matematika siswa khususnya pada materi peluang di kelas XI IPA SMA Negeri I Suwawa. Dari data hasil penelitian diperoleh capaian penguasaan matematika siswa. Jika ditinjau dari setiap indikator maka diperoleh bahwa untuk kemampuan berpikir lancar siswa sebesar 9,09 %, untuk kemampuan berpikir luwes siswa sebesar 27,27 %, untuk kemampuan berpikir orisinal siswa sebasar 54,54 %, sedangkan untuk kemampuan memperinci siswa sebesar 54,54 %. Berdasarkan persentase diatas bahwa siswa yang mampu berpikir kreatif matematika belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes 12
siswa bahwa belum sepenuhnya siswa menguasai kemampuan berpikir lancar, kemapuan berpikir luwes, kemampuan berpikir orisinil dan kemampuan memperinci. Sehingga siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal tersebut. PENUTUP Kesimpulan Secara umum tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas XI SMA Negeri I suwawa masih sedang. Hal ini didasarkan pada temuan-temuan peneliti dalam masing-masing indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir lancar Kemampuan mereka dalam memecahkan soal dengan berpikir lancar masih sangat lemah. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa, siswa banyak menjawab soal hanya satu jawaban saja sedangkan yang ditutut dalam berpikir lancar adalah lebih dari satu jawaban. 2. Kemampuan berpikir luwes Pada kemampuan berpikir luwes, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal berpikir luwes yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir luwes siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik. 3. Kemampuan berpikir Orisinil Pada kemampuan berpikir orisinil, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal berpikir orisinil yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir orisinil siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik. 4. Kemampuan memperinci Pada kemampuan memperinci, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal memperinci yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir orisinil siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik.
13
Sedangakan yang lainya menjawab soal tanpa disertai kesimpulan yang jelas dari jawaban yang mereka kerjakan. Saran Diharapkan kepada guru-guru matematika, dalam hal pembelajaran saatnya menggunakan paradigm pengoptimalan potensi siswa, baik potensi intelektual maupun fisik, mereka harus menjadi pelajar yang aktif, berani ditantang untuk menerapkan pengetahuan umum dan pengalaman baru mereka, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mendorong siswa dalam roses pembelajaran, bukan hanya sekedar mentransfer informasi kepada siswa. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meneliti kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di tinjau dari tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis. DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2012. Metode penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Ambarjaya, Beni. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktik). Jakarta: P.T Buku Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Umar, Masri. Aspek Kreatif dalam Proses Kognitif (hakikat, Kawasan, Dan Pemgukuran). Roestiya, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta. Mutniaty, Endyah. 2012. Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Yogyakarta: Pedagogia Dimyati, 2006, Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Tatag. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Munandar , Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta 14
15