KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : “Wijaya Kusuma” PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN “PAMERAN SENI RUPA ” “Exchange Program” ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University Of Arts) University library and Arts Museum, Exhibition room 2 Japan 7 -‐ 8 Oktober 2015
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2015
DESKRIPSI KARYA “Wijaya kusuma”
JUDUL : “ Wijaya Kusuma” PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn MEDIA : Kertas UKURAN : 65.2 Cm x 53 cm TAHUN : 2015 DI PAMERKAN PADA “PAMERAN SENI RUPA ” “Exchange Program” ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University Of Arts) University library and Arts Museum, Exhibition room 2 Japan 7 -‐ 8 Oktober 2015
Wijaya Kusuma merupakan karya lukisan yang mengadaptasi teknik lukisan tradisional yang dikembangkan dengan teknik modern mengambil tema cerita tradisional Bomantaka yaitu terbunuhnya Sang Boma oleh bunga Wijaya kusuma yang di lontarkan Sri Kresna . Sumber cerita yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah kekawin Bomantaka, Yang mengisahkan pertempuran antara kebaikan melawan kejahatan. Cerita ini merupakan kisah carangan atau cabang dari kisah aslinya Mahabharata dari India, dimana khusus cerita ini hanya berkembang di Indonesia terutama di Jawa dan Bali. Sementara di India sendiri tidak ada karakter tokoh Sang Boma di kitab Mahabharata. Cerita ini merupakan Kawi Dalang, yaitu cerita karangan hasil kreasi dan ciptaan seorang dalang berdasarkan interpretasi terhadap penjiwaan cerita aslinya. Karya Lukisan berjudul “Wijaya Kusuma” menggunakan teknik lukisan tradisional yang di kembangkan dengan teknik modern dengan obyek utama simbolisasi dari pertempuran Sri Kresna yang berubah wujud menjadi Kresna Murti yaitu raksasa besar yang menyeramkan dengan tangannya yang banyak sering digambarkan mempunyai ribuan tangan yang bersenjata pilihan dengan raksasa yang pantang menyerah Sang Boma yang mengendarai garuda besar berwajah raksasa menyerupai singa. Cerita ini sering juga disebut Bomantaka atau kematian sang Boma. Menggunakan teknik ilustrasi tradisional Bali dengan pengembangan sudut pandang filmis pada acuan Fotografi, sehingga menjadikan nilai kreatif pada karya ini.
Karya Wijaya Kusuma dipamerkan pada pameran seni rupa Exchang
Program ISI Denpasar ke Okinawa Jepang tepatnya Okinawa Prefectural University Of Arts, University library and Arts Museum, Exhibition room 2 pada tanggal 7 sampai 8 Oktober 2015 Teknik lukisan tradisional dapat dijabarkan secara berurutan sebagai berikut: 1. Ngorten (Sketsa) tahap awal membuat bentuk kasar karya dengan menggunakan pensil. 2. Nyawi (Kontur) penintaan sketsa dengan tinta hitam menggunakan alat pena yang secara tradisional terbuat dari bamboo dan iyip(lidi ijuk)
3. Ngucek/ngabur tahap memperjelas obyek utama dan latar belakang dengan tinta Cina membedakan obyek yang dekat dengan yang jauh menggunakan kuas. 4. Manyunin (Gradasi) memberikan kesan volume pada obyek yang dilakukan secara berlapis-‐lapis dengan warna hitam menggunakan kuas. 5. Membuat ornamen pada bidang-‐bidang yang diperlukan prosesnya sama dengan teknik nyawi. 6. Ngewarna (Pewarnaan) tahap pewarnaan yang dilakukan berulang-‐ulang sesuai kebutuhan secara transparan menggunakan kuas. 7. Mutih-‐Kuning tahap terakhir berupa aplikasi campuran warna putih dan kuning untuk memberikan kesan menonjol. Pada Lukisan “Wijaya Kusuma” secara umum masih berpegang pada teknik tradisional namun pelukis menciptakan suasana bertentangan dimana raksasa besar yang saling bertempur di padukan dengan lembutnya bunga Wijaya Kusuma. Penciptaan karya ini dimulai dengan sketsa yang dilanjutkan proses gradasi hitam putih dimulai dari kapasitas warna yang paling tipis berlapis-‐lapis menggunakan kuas, dilanjutkan penekanan pada obyek dengan kontur menggunakan kuas bukan dengan pena. Pewarnaan berlapis-‐lapis dengan warna akrilik yang transparan serta untuk memberi kesan klasik menggunakan warna tambahan berupa pewarnaan dari campuran kopi yang diendapkan dipakai bagian atasnya berupa warna transparan coklat kopi yang diterapkan secara berlapis-‐lapis. Selain kebaruan pada pewarnaan pada karya ini menampilkan perspektif kekinian dengan menerapkan sudut pandang dan mengadopsi penyinaran pada fotografi pada karya lukisan tradisional. Kepustakaan Yudabakti Imade & Watra I Wayan, 2007, Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali, Surabaya : PARAMITA
Abstrak Wijaya Kusuma adalah nama bunga yang biasanya hanya mekar dimalam hari , karya ini memadukan antara realita Wijaya Kusuma sebagai bunga dengan Wijaya Kusuma sebagai bunga dewata dalam cerita Bomantaka pada Mahabharata yang menjadi penyebab terbunuhnya Sang Bhoma oleh Sri Krisna, hal itu menjadi sumber ide penciptaan karya lukisan. Ditampilkan dengan simbol pertempuran kebaikan dengan kejahatan yang sama-‐sama berwujud raksasa besar dalam pertempuran yang dasyat, kekerasan itu disandingkan dengan kelembutan obyek bunga Wijaya Kusuma yang menjadi vocal point sehingga menjadi daya tarik karya ini. Karya “Wijaya Kusuma” masih berpegang pada teknik tradisional yang dikembangkan dengan mengadopsi teknik kekinian pada teknik pewarnaan, perspektif dan penerapan penyinaran yang diadopsi dari teknik fotografi dengan konsistensi pada sinar datang tanpa menghilangkan kesan tradisional. Katakunci : Wijaya Kusuma, Lukisan, Tradisional, Kekinian
Lampiran Katalog Halaman Depan
Lampiran Katalog Halaman Belakang
Lampiran Suasana Pemajangan Karya
Lampiran Suasana Pameran