http://www.mb.ipb.ac.id
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kakao merupakan salah satu tanaman andalan dalam pembangunan sub sektor perkebunan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta peningkatan ekspor. Hal ini disebabkan karena tanaman kakao mudah dibudidayakan, diolah, dipasarkan hasilnya dan mempunyai harga yang baik. Tanaman kakao mulai dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sejak tahun I980an. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan (1996), luas areal tanaman kakao di Indonesia pada tahun 1995 sudah mencapai 602.408 ha, dengan tingkat produksi sebesar 304.866 ton. 71,2 persen merupakan pertanaman rakyat dengan pangsa produksi sebesar 76,1%, II %
merupakan Perkebunan Besar Negara
dengan pangsa produksi sebesar
13,4% dan 17,8% adalah Perkebunan Besar Swasta dengan pangsa produksi sebesar 10,5%. Dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1985, dimana luas areal pertanaman kakao Indonesia barn mencapai 92.700 ha dengan produksi sebesar 33.700 ton, hal ini merupakan peningkatan luas areal pertanaman sebesar ± 6,5 kali, dan peningkatan produksi sebesar ± 9 kali.
http://www.mb.ipb.ac.id
2
Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) tahun 1997, dari total produksi biji kakao kering Indonesia tahun 1995/1996 yang mencapai 300.000 ton, sejumlah 234.174 ton (78%)
diekspor dalam bentuk biji kakao
kering. Setara dengan 64.834 ton biji kering (21.6%) diekspor dalam bentuk mentega kakao (cacao butter) dan bubuk kakao (cacao powder/cake) masingmasing sebanyak 24.637 ton dan 16.128 ton. 306 ton diekspor dalam bentuk pasta (cacao liquor) atau setara dengan 382,5 ton biji kakao kering (0,13%). Sisanya untuk stok atau digunakan didalam negeri. Sekitar 80% biji kakao kering Indonesia yang diekspor dikenal sebagai biji kakao kering bennutu rendah dengan keasaman yang tinggi, hal ini karena proses pengo1ahan yang dilakukan be1um memenuhi persyaratan pengo1ahan yang baik. Sebagai akibatnya harga biji kakao kering Indonesia mengalami pemotongan harga sebesar US $ 150 per ton dipasar NewYork, dan sebesar L 100 per ton di pasar London. Biji kakao kering Indonesia mempunyai kelebihan khusus, yaitu sifat menteganya yang mempunyai titik leleh yang lebih tinggi atau dikenal sebagai "hard-butter cocoa". Dalam penggunaannya, biji kakao kering diolah melalui tahap pengolahan antara yaitu pengolahan biji kakao kering atau grinding, menjadi mentega, bubuk atau pasta kakao yang kemudian digunakan dalam pengolahan akhir. Sebagian besar produk olahan antara diolah menjadi produk makanan dan minuman yang
http://www.mb.ipb.ac.id
mengandung cokelat. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dari pengolahan biji kakao kering akan
diperoleh sekitar 38% mentega dan "45%
bubuk. Susut dalam proses produksi mencapai sekitar 17 %. Menurut data ICCO (1997), total jumlah biji kakao kering yang digiling di Indonesia pada tahun 1995/1996 mencapai 65.000 ton atau sekitar 21,5% dari jumlah produksi dan impor biji kakao kering Indonesia tahun 1995 yang seluruhnya berjumlah sekitar 303.000 ton. Dari data ICCO tersebut terlihat pula bahwa pengolahan biji kakao kering eli beberapa negara penghasil utama biji kakao kering menjaeli produk antara, telah dilakukan dalarn jumlah yang lebih besar dari pada yang elilakukan oleh Indonesia. Hal tersebut memperlihatkan bahwa negaranegara utama pengbasil biji kakao kering pada urnumnya berusaha untuk melakukan pengolahan terhadap biji kakao keringnya sebelumnya eliekspor. Hal ini elisebabkan karena dengan me1alnikan pengolahan produk yang semakin kehilir, nilai tarnbah dan pendapatan yang diperoleh akan lebih besar elibandingkan jika banya dijual dalam bentuk bahan mentah. Indonesia masih harus berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya dalanl hal ini. Untuk meningkatkan dan mengembangkan industri pengolahan biji kakao kering eli Indonesia, beberapa persyaratan penting perlu dipenuhi. Antara lain berupa keterseeliaan bahan baku dalarn jumlah dan mutu yang sesuai, teknologi produksi yang efisien, sumber daya manusia yang mampu, dukungan finansial,
http://www.mb.ipb.ac.id
4
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung serta pasar dan strategi pemasaran yang tepat. Produksi biji kakao kering dunia dan permintaan terhadap biji kakao kering serta produk olahannya terus meningkat setiap tahun. Menurut data ICCO (1997), total stok biji kakao kering dunia pada tahun 1995/1996 adalah sekitar 50,8% dari kebutuhan industri grinding dunia tahun I995/I 996. Stok tahunan biji kakao kering dunia per tahunnya sejak tahun 1960/1961 sampai tahun 1990/1991, cenderung terus bertambah sampai mencapai 66,6%. Sejak tahun 1990/1991 stok tahunan biji kakao kering dunia cenderung menurun dari 66,6 % dari kapasitas pengolahan pada tahun 1990/1991, menjadi sebesar 50,8 % dari kapasitas pengolahan pada tabun 1995/1996. Tetjadinya penurunan stok biji kakao kering dunia diperkirakan karena peningkatan permintaan cokelat dunia lebih besar daripada produksi biji kakao kering dunia. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah dan pendapatan penduduk yang menyebabkan konsumsi cokelat semakin meningkat, sementara pertambahan produksi biji kakao kering dunia relatif terbatas, dan hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja serta mempunyai ketidak pastian produksi yang cukup tinggi. Ketidak pastian produksi ini antara lain disebabkan karena faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman serta semakin terbatasnya lahan yang dapat ditanami kakao. Keadaan tersebut menyebabkan harga biji kakao kering dan
http://www.mb.ipb.ac.id
5
harga produk olahannya diduga juga akan terns membaikt Perkembangan harga biji kakao kering memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat dari US $ 1,05 I per ton pada tahun ] 992/1993, menjadi US $ 1,438 per ton pada tahun
1995/1996. Meskipun harga yang terbentuk ini masih jauh dibawah harga tertinggi yang pemah dicapai pada tahun 1976/1977 yang mencapai US $ 3,632 per ton, tetapi perkembangan harga yang terjadi sudah menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan masa depan usaha perkakaoan dari sejak biji kakao kering,
produk antara sampai produk akhir cukup bail< dan
menjanjikan keuntungan yang memadai. Guna menghadapi persaingan pada era globalisasi dan perdagangan bebas yang akan terwujud sejak tahun 2003, Indonesia yang saat ini merupakan negara penghasil biji kakao kering nomor 3 duma, dengan pangsa pasar sekitar 10,3 % setelah Pantai Gading dan Ghana yang menduduki peringkat 1 dan 2, perlu segera meningkatkan dan mengembangkan industri pengolahan biji kakao kering menjadi produk olahannya, bail< berupa produk antara maupun produk akhir. Hal ini disebabkan karena produk olahan mempunyai daya tahan, tingkat harga dan daya saing yang lebih tinggi serta lebih stabil menghadapi perubahan dan gejolak pasar dibandingkan dengan produk aslinya. Bila hal tersebut dapat dicapai, maka selain akan semakin memantapkan POSISI
Indonesia dalam perdagangan kakao Intemasional dan meningkatkan
http://www.mb.ipb.ac.id
6
pendapatan ekspor serta menghindari pemotongan harga karena mutu biji kakao kering yang rendah, juga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan petani kakao, antara lain melalui peningkatan harga beli biji kakao kering di tingkat petani karena adanya peningkatan mutu dan peningkatan pennintaan, serta adanya penambahan kesempatan kerja. Semua hal tersebut akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat, khususnya di daerah penghasil kakao. Untuk mendukung peningkatan dan pengembangan industri pengolahan kakao tersebut, diperlukan adanya analisa dan strategi untuk roemperluas dan memperbesar pasar serta strategi untuk meningkatkan dan mengerobangkan industri pengolahan kakao, khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan bahan baku, perkiraan lokasi penempatan bagi industri pengolahan tersebut serta peningkatan mutu biji kakao kering.
1.2 Perumusan Masalah Saat ini produksi biji kakao kering Indonesia sudah mencapai jumlah yang cukup besar dan sebagian besar diekspor dalam bentuk biji kakao kering. Pengolahan lebih lanjut biji kakao kering roenjadi produk olahan antara dan produk akhirnya didalam negeri masih rendah. Peluang untuk roeningkatkan dan mengembangkan industri pengolahan kakao di Indonesia, khususnya pengolahan antara cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pennintaan dunia terhadap produk
http://www.mb.ipb.ac.id
7
olahan kakao terus meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan penduduk dan tersedianya pasokan bahan baku bagi industri pengolahan antara berupa biji kakao kering dalam jumlah yang banyak. Apabila industri
pengolahan kakao di
dalam
negeri
dapat
lebih
dikembangkan dan ditingkatkan, banyak keWltungan yang dapat diraih, antara lain berupa pengurangan impor produk oJahan kakao, peningkatan devisa, peningkatan daya saing perdagangan dan penghindaran pemotongan harga biji kakao kering eli pasar intemasional, peningkatan harga biji kakao kering eli tingkat petani, serta peningkatan penyediaan Japangan kerja. Untuk mendukWlg upaya peningkatan dan pengembangan industri pengolahan kakao eli dalam negeri tersebut, perlu diketahui potensi dan permintaan pasar produk oJahan serta strategi pemasaran yang hams dilakukan, strategi untuk memperoJeh bahan baku dalam jurnlah dan mutu yang sesuai serta perkiraan lokasi Wltuk penempatan industri pengolahan tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan peneJitian adalah : I. Menganalisis peluang pasar biji kakao kering dan produk olahan antara kakao lndonesia. 2. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang berpotensi Wltuk penempatan unit industri pengolahan kakao di Indonesia, khususnya dari sisi penyediaan bahan baku.
http://www.mb.ipb.ac.id
3. Merumuskan rekomendasi strategi untuk pengembangan dan pemasaran industri pengolahan kakao di Indonesia.
1.4 Manfaat Yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi : I. Pemerintah, sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan perkakaoan nasional khususnya industri pengolahan antara, peningkatan ekspor dan peningkatan devisa serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat khususnya di wilayah pertanarnan kakao. 2. Pengusaha,. dapat memberikan garnbaran peluang pasar dalarn bidang agribisnis kakao dan strategi pengembangan industri pengolahan kakao, khususnya pengolahan antara, serta potensi lokasi penempatan unit pengolahan berkaitan dengan penyediaan bahan baku dalarn jumlah dan mutu yang sesuai. 3. Petani, dalam bentuk peningkatan pendapatan dengan adanya peningkatan permintaan kakao bermutu baik. 4. Perguruan Tinggi, sebagai bahan pustaka dan bahan studi. S. Penulis, menarnbah wawasan dan pengalarnan dalam mendiagnosis, mengkaji, memberi altematif dan menentukan cara pemecahan masalah yang terbaik dalarn perencanaan strategi pemasaran dan pengembangan produk olahan kakao, dengan memanfaatkan ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh.