KAJIAN PERUBAHAN MAKNA DALAM NASKAH DRAMA MONUMENT KARYA INDRA TRENGGONO
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendiikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
ROBERTUS ALFIAN N A310080165
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2012
ABSTRAKSI KAJIAN EUFEMISME DALAM NASKAH DRAMA MONUMENT KARYA INDRA TRENGGONO. Robertus Alfian N, A 310080165, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Halaman. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk perubahan makna yang ada dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono dan mendeskripsikan penggunaan eufemisme dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono. Masalah yang akan digali dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah faktor-faktor perubahan makna yang ada dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono?, dan (2) Bagaimanakah penggunaan eufemisme dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini mengamati data kalimat-kalimat yang mengandung eufemisme pada naskah drama Monument karya Indra Trenggono. Sumber data yang dipakai yaitu naskah drama Monument karya Indra Trenggono dengan tebal 28 halaman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan, teknik simak, dan catat. Teknik pengumpulan data dengan cara membaca berulang-ulang kemudian menggolongkan dalam beberapa bagian yang sesuai dengan yang dicari. Penelitian ini menemukan bahwa Dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono, maka ditemukan jumlah keseluruhan data adalah 25 data yang terdiri dari 19 data perubahan makna dan 6 data eufemisme. Pada bentuk perubahan makna tidak didapati data untuk faktor kejiwaan sehingga dari ke 6 faktor hanya di dapati 5 faktor saja yaitu perubahan makna kebahasaan, perubahan makna kesejarahan, perubahan makna kesosialan, perubahan makna bahasa asing dan perubahan makna kata baru. Berdasarkan tabel persentase didapati menurut kebahasaan tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, menurut kesejarahan tersebut di atas didapati jumlahnya hanya 1 data dengan persentase penggunaan adalah 4%, menurut kesosialan tersebut di atas didapati jumlah data adalah 3 data dengan persentase penggunaan adalah 12%, perubahan makna bahasa asing tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, menurut perubahan makna kata baru tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, dan yang terakhir penggunaan eufemisme terlihat paling dominan digunakan dalam naskah Monument dengan jumlah data sebanyak 6 data data yang dibagi untuk eufimisme kata tabu dengan jumlah data 3 data dengan presentase penggunaan adalah 12%, untuk kata tidak baku dengan jumlah data adalah 3 data dengan presentase penggunaan adalah 12%. Kata kunci: Eufemisme, naskah drama Monument.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu aktif berbicara dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka berhubungan dengan menggunakan bahasa. Setiap kelompok akan mempunyai perbedaan dan keunikan tersendiri sebagai ciri bahasa mereka, maka dari itu sebagai penghubung dan sarana komunikasi maka bahasa dijadikan satu alat untuk berkomunikasi. Untuk mempersatukan perbedaan dalam berbahasa, manusia menciptakan satu bahasa komunikasi yang dimengerti oleh setiap manusia walau dengan karakter yang berbeda. Hal tersebu lebih terlihat pada perbedaan bahasa pada manusia di setiap Negara. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi dalam hal ini juga merupakan alat penghubung antar manusia di tiap daerah ataupun di tiap Negara. Penggunaan bahasa ada aturannya, yang mana dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi yang mengakibatkan terputusnya hubungan. Sebagai alat komunikasi dan alat inteaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara internal artinya, pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologinya, struktur morfologinya atau struktur sintaksisnya. Pengkajian secara eksternnal berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau fakto-faktor yang berada di luar bahasa, tetapi berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penutunya di dalam kelompok sosial kemasyarakatan. Maka dari itu bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Sebagai media komunikasi, bahasa sangat erat kaitannya dengan kultur dan kebiasaan penutur dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa telah menjadi perekat komunikasi yang menyejarah dalam peradaban umat manusia dari generasi ke generasi. Bahkan, dalam perkembangannya bahasa telah menjadi sebuah ikon dan simbol status sosial penuturnya. Tak berlebihan apabila penutur
alias
pengguna
bahasa
berusaha
mengekspresikan
dan
mengaktualisasikan jatidiri melalui bahasa yang sesuai dengan situasi kultural dan gaya tutur personalnya. Berdasarkan dengan permasalahan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis penggunaan perubahan makna dalam sebuah karya sastra yaitu naskah drama Monument karya Indra Trenggono.
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Semantik dan Kesusastraan Sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media pemaparannya. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa dalam karya sastra memiliki kekhasan tersendiri. Disebut demikian karena bahasa dalam sastra merupakan salah satu bentuk idiosyncratic dimana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya (Cf. Lyons dalam Aminuddin, 2008:25). Selain itu, sebagai komunikasi tulis, karya sastra juga telah kehilangan identitas sumber tuturan, kepastian referen yang diacu, konteks tuturan yang secara pasti menunjang pesan
yang ingin dipresentasikan, serta keterbatasan tulisan itu sendiri dalam mewakili bunyi ujaran. Seperti halnya bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kode dalam sastra memiliki dua lapis yakni lapis bunyi dan lapis makna. Lapis makna, dalam hal ini masih dapat menjadi beberapa stratum, yakni (a) unit makna literal yang secara tersurat direpresentasikan bentuk kebahasaan yang digunakan, (b) dunia rekaan pengarang, (c) dunia yang dipandang dari titik pandang tertentu, serta (d) lapis dunia atau pesan yang bersifat metafisis. Dari terdapatnya berbagai lapis makna tersebut, dapat dimaklumi bila Roman Ingarden sebagai pencetus awal konsep strata makna dalam sastra itu mengungkapkan bahwa makna karya sastra adalah proses kongkretisasi yang diadakan terus menerus oleh pembaca (Teew dalam Aminuddin, 2008:25) 1. Perubahan Makna Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarkat pemakainya. Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan pengubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan dan pergeseran makna. Widjono Hs (2007, 15). dalam Bahasa Indonesia menyebutkan faktorfaktor yang menyebabkan pengubahan makna.
2. Eufemisme Aktivitas berbahasa juga melibatkan banyak organ dan syaraf otak sebelum berubah menjadi tindak tutur. Antara penutur dan pendengar ada hubungan yang melibatkan aktifitas organ maksudnya adalah, penutur dan pendengar akan menggunakan gerakan tubuh sebagai respon dari tuturan. Dari gerakan tubuh tersebut akan terlihat ekspresi dari keduanya entah itu melibatkan eufemisme ataupun disfemisme. Eufemisme dikatakan berasal daripada kata Yunani yang bermaksud “pemakaian kata-kata atau pernyataan dalam bentuk perkataan ataupun frasa yang bersifat lebih lembut dan manis. Melalui eufemisme, kita memperkatakan sesuatu itu seolah-olah sesuatu itu tidak bersifat begitu. Sebagai contoh, semasa merujuk kepada “tandas” sebagai “bilik bedak”. Dengan menggunakan „eufemisme‟, kita boleh “mencantikkan” beberapa aspek kehidupan yang pada pandangan masyarakat dan budaya yang bekenaan itu kurang “cantik”. Sesungguhnya
penggunaan
„eufemisme‟
untuk
bersifat
sopan
ketika
membicarakan misalnya fungsi-fungsi badan yang tertentu ataupun hal beranak.
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan kumpulan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian Andika Dwiya (2006) berjudul “Penggunaan Kata-kata tabu dan eufemisme dalam novel PETIR: Tinjauan Semantik”. Penelitiannya adalah
penelitian kualitatif, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ditemukan adanya dua tipe tabu dalam novel PETIR yaitu Taboo of Delicacy dan Taboo of Propriety. Ditemukan 25 data Taboo of Delicacy yaitu usaha manusia dalam menghindari penunjukkan langsung kepada hal-hal yang tidak mengenakkan. Ditemukan juga 22 data Taboo of Propriety yang berkaitan dengan seks, bagian tubuh tertentu dan fungsinya, serta beberapa kata makian yang semuanya tidak pantas ataupun tidak santun untuk diungkapkan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di atas, yang membedakannya adalah peneliti menggunakan obyek dari naskah drama yang mana naskah tersebut pasti akan dipentaskan dalam stage sehingga penggunaan eufemisme kemungkinan akan lebih di tekankan karena untuk halayak umum. Kemudian penulis hanya menekankan pada penggunaan eufemisme saja, tidak pada kata tabunya.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif induktif. Metode kualitatif induktif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data yang dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang telah disusun sebelumm penelitian dimulai, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhasan yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama lewat pengumpulan data (Sutopo, 2006: 41). Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis (Moleong, 1995: 6). Dalam
penelitian kualitatif dapat ditemukan adanya bentuk penelitian terpancang (embended and ease study) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan studinya (Sutopo, 2002: 41-42). Laporan untuk penelitian kualitatif lebih cenderung menggunakan model laporan studi kasus yang berbeda dengan yang sering disebut sebagai “laporan ilmiah” atau laporan tekhnik. Laporan model kasus mampu menjelaskan bagaimana peneliti berinteraksi dengan medan penelitiannya, di samping juga tepat bagi penyajian posisi nilai penelitinya, teori substantive, paradigma metodologis, dan juga nilai-nilai kontekstual lokalnya. Dapat pula dijelaskan bahwa penelitian descriptive kualitatif adalah penelitian yang melaksanakan metode pengumpulan data, mendeskripsikan, mengklasifikasi, menganalisis data dan kemudian menyimpulkannya. Data tersebut bisa berupa kalimat, gambar, peristiwa pengalaman dan lain-lain. Dengan menggunakan metode deskriptif, di dalamnya menggunakan pula tehnik wawancara, questionnaire, test untuk hipotesis membuat praduga yang bagus dan mencari arti serta implikasi dari satu masalah yang akan dipecahkan. Deskriptif berfokus pada transformasi data dasar ke dalam bentuk yang mana akan membuat pembaca lebih mudah dalam mengerti tentang poin dan data yang digunakan. Secara singkatnya metode descriptif ini adalah untuk mengekspresikan dan menggambarkan jawaban dari observasi (Sarwono, 2006: 138).
HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan kata-kata baru bisa berubah dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, perkembangan jaman, banyaknya kata asing yang masuk, situasi dan peristiwa, tempat dan manusianya. Jadi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia digunakan hanya sebagai patokan bahwa, bahasa Indonesia mempunyai bahasa asli yang digunakan. Berdasarkan permasalahan yang dibahas tentang bentuk perubahan makna yang ada dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono dan penggunaan eufemisme dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono, maka ditemukan jumlah keseluruhan data adalah 25 data yang terdiri dari 19 data perubahan makna dan 6 data eufemisme, eufimisme kata tabu ada 3 data sedangkan eufimisme kata tidak tabu ada 3 data. Pada bentuk perubahan makna tidak didapati data untuk fakctor kejiwaan sehingga dari ke 6 faktor hanya di dapati 5 faktor saja yaitu perubahan makna kebahasaan, perubahan makna kesejarahan, perubahan makna kesosialan, perubahan makna bahasa asing dan perubahan makna kata baru.
KESIMPULAN Naskah drama Monument karya Indra Trenggono merupakan sebuah naskah modern yang gaya bahasa dan penulisannya terkesan berani dan tidak begitu memperhatikan aturan dan pembaca, karena dalam naskah ini penulis mempunyai focus pembaca adalah orang tertentu yang berkecimpung di dunia
seni yang mana mereka lebih bias menerima gaya bahasa yang diberikan. Modernisasi dalam naskah ini mempengaruhi banyak hal terutama pada perubahan makna dalam kata atau kalimat dan penggunaan eufemisme dalam kalimat. Berdasarkan analisis tentang penggunaan perubahan makna yang ada dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono dan penggunaan eufemisme dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam naskah drama Monument karya Indra Trenggono, maka ditemukan jumlah keseluruhan data adalah 25 data yang terdiri dari 19 data perubahan makna dan 6 data eufemisme. Pada bentuk perubahan makna tidak didapati data untuk faktor kejiwaan sehingga dari ke 6 faktor hanya di dapati 5 faktor saja yaitu perubahan makna kebahasaan, perubahan makna kesejarahan, perubahan makna kesosialan, perubahan makna bahasa asing dan perubahan makna kata baru. 2. Berdasarkan tabel persentase didapati menurut kebahasaan tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, menurut kesejarahan tersebut di atas didapati jumlahnya hanya 1 data dengan persentase penggunaan adalah 4%, menurut kesosialan tersebut di atas didapati jumlah data adalah 3 data dengan persentase penggunaan adalah 12%, perubahan makna bahasa asing tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, menurut perubahan makna kata baru tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, dan yang terakhir penggunaan eufemisme
terlihat paling dominan digunakan dalam naskah Monument dengan jumlah data sebanyak 6 data yang dibagi untuk eufimisme kata tabu dengan jumlah data 3 data dengan presentase penggunaan adalah 12%, untuk kata tidak tabu dengan jumlah data adalah 3 data dengan presentase penggunaan adalah 12%.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi penikmat bahasa (linguistic) Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan salah satu wawasan dalam memahami salah satu karya sastra dilihat dari segi kebahasaan, khususnya naskah drama Monument karya Indra Trenggono dan umumnya naskah drama yang lain. Pada penelitian ini hendaknya membantu pembaca dalam menelusuri penggunaan bahasa dan kalimat beserta gayanya dalam tinjauan pragmatic. 2. Bagi guru khususnya pengajar mata pelajaran bagasa Indonesia Di dalam naskah drama novel Monument karya Indra Trenggono terdapat banyak wawasan yang dapat diambil sebagai mata pelajaran untuk mengetahui perkembangan perubahan gaya bahasa di dunia modern dan terhadap penggunaannya pada siswa dalam mengajar bahasa. 3. Pembaca Bagi pembaca naskah drama atau karya sastra lain diharapkan lebih kritis dalam memilih dan membaca, perlu adanya bimbingan terhadap
pembaca dari orang yang lebih mengerti, pembaca harus bisa menyaring yang baik dalam semua karya sastra dan menjadikan pelajaran untuk yang burukburuk dan yang baik, sehingga bisa bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Aminuddin. 2008. Semantik, Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Arikunhto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Yogyakaarta: Rineka Cipta Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2, Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama Lakhsmi dalam (www.sepocikopi.com). Diperbarui, 10 Desember, 2011 Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raya Gravindo Miles and Huberman. 1992. Methodology Penelitian. Jakarta: Widya Pustaka Moleong, Lexy, J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustansyir, Rizal. 1988. Filsafat Bahasa: Aneka Masalah Arti dan Upaya Pemecahannya. Jakarta: Prima Karya Pradopo, Rachmat Djoko. 1991. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. __________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Surachmad. 1990. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodelogi Ilmiah. Bandung: Sinar Harapan
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualuitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press Teo Kok Seong (2003). Kesantunan Berbahasa: Kes Bahasa Melayu. Jurnal Dewan Bahasa 3 Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Prguruan Tinggi.Jakarta:PT Grasindo anggota IKAPI