JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Peningkatan Ketrampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Negeri 106816 MARINDAL II Kecamatan Patumbak Improving Critical Thinking Skills And Approach Of Learning Through IPS Inquiry State Student Class IV SD 106816 Marindal II Sub Patumbak. Oleh Syahril Sitorus1 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran dalam peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dan untuk memperoleh suatu gambaran dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pendekatan inkuiri. Dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak, menunjukkan proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui metode pendekatan inkuiri, rnemperoleh informasi tentang tingkat keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, tanggapan guru dan siswa setelah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan melalui: Tes, Observasi, Wawancara, dan Angket respon siswa. Dari hasil analisis data terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri diperoleh hasil bahwa lebih tinggi siklus 2 dibanding dengan siklus 1. Dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan inkuiri, guru terlebih dahulu menciptakan suasana kelas yang demokratis dan menyenangkan sehingga pendapat dapat diungkapkan secara bebas dan baik. Penelitian tindakan kelas dengan penggunaan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS , Penggunaan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS , Guru memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan inkuiri. Sebab guru merasakan tidak lagi sebagai pusat pembelajaran yang menjemukan, tetapi guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran, dan Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan inkuiri. Tercermin dari tanggapan siswa terhadap angket yang di berikan dan dijawab oleh siswa. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri telah mampu menyentuh langsung dengan keinginan siswa itu sendiri dalam mengembangkan pengetahuan siswa. Dari hasil yang diperoleh, bahwa yang perlu diperbaiki pada tindakan di siklus 2 adalah perlu adanya bimbingan secara khusus siswa yang kerjanya agak lambat daripada temannya kemudian bagi siswa yang cepat 1
Syahril Sitorus, Dosen STKIP RIYAMA Medan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
1
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
penalarannya dalam berpikir kritis akan diberikan tambahan soal yang lebih menantang. Kepada pihak sekolah sebelum melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai seperti media pembelajaran, karena pendekatan inkuiri mengharuskan keterlibatan siswa secara langsung.
ABSTRACT This research is a class act (PTK). The study was conducted to obtain an image in an increase in students' critical thinking skills and to gain an improved picture of student learning outcomes in the fourth grade Elementary School District 106816 Marindal II Patumbak in Social Science subjects through the inquiry approach. From the observations and data obtained on a Class IV student Elementary School District 106816 Patumbak Marindal II, shows the process of learning in the classroom can enhance critical thinking skills and student learning outcomes. This study aimed to determine the method of inquiry approach, rnemperoleh information about the level of critical thinking skills and learning outcomes of students, teachers and students' responses after the inquiry approach to learning to do. The method used in this study is to go through: Testing, Observation, interviews, and questionnaire responses of students.. From the analysis of data on students' critical thinking skills and student learning outcomes by using the inquiry approach to obtain results that a higher cycle 2 compared with cycle 1. IPS learning through inquiry approach, teachers first creating a democratic classroom atmosphere and fun so the opinion can be expressed freely and well. Research with the use of class action inquiry approach can further enhance students' critical thinking in social studies, use of inquiry approaches can further improve student learning outcomes in social studies, the teacher gives feedback positively to the inquiry approach to teaching social studies. Because teachers no longer felt as a dull learning center, but the teacher is a facilitator of learning, and students responded positively to the inquiry approach to teaching social studies. Reflected in student responses to the questionnaire that is given and answered by students. This illustrates that the inquiry approach to learning has been able to touch directly with the wishes of the students themselves in developing students' knowledge. From the results obtained, that needs to be fixed on the action in cycle 2 is a special need for guidance to the student who works a bit slower than his friend and then quickly reasoning to students in critical thinking will be additional questions that are more challenging. The school prior to implementing inquiry approach to learning can prepare adequate facilities and infrastructure as a medium of learning, because the inquiry approach requires the involvement of students directly.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
2
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
A. PENDAHULUAN Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang di dorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa terbiasa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari–hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Hal seperti ini juga terjadi pada proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir belum digunakan secara baik dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain (Jhonson, 2006:58). Hasil pengamatan penulis di beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Patumbak pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak
diperoleh hasil rata-rata pertahun
sangat rendah sekali yakni, pada tahun 2004 indeksnya sebesar 6,1; pada tahun 2005 indeksnya sebesar 6,5; pada tahun 2006 indeksnya sebesar 6,3; pada tahun 2007 indeksnya sebesar 6,7; pada tahun 2008 indeksnya sebesar 6,5; pada tahun 2009 indeksnya sebesar 6,2; dan pada tahun 2010 indeks sebesar 6,2. Rendahnya indeks nilai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini tentunya sangat berkolerasi dengan pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar. Untuk menjawab tantangan ini perlu adanya pembaharuan (inovasi) dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar terutama sekali dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu dengan pembelajaran dengan metode inkuiri, dalam penerapan metode inkuiri siswa didorong untuk belajar dan terlibat secara aktif dengan konsep–konsep dan prinsip–prinsip sedangkan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman belajar melalui kegiatan–kegiatan percobaan yang
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
3
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
memungkinkan mereka menemukan prinsip–prinsip untuk diri mereka sendiri. Dalam inkuiri, siswa yang berperan aktif untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Hamalik (2005:29) mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, biasanya siswa diarahkan untuk belajar kelompok, siswa diarahkan dan dipusatkan pada satu pokok persoalan, atau siswa diarahkan untuk mencari jawaban-jawaban dan pertanyaan yang sudah ditetapkan. Pendekatan mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan inkuiri pada hakikatnya merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada pengalaman siswa yang menekankan kepada proses pemecahan masalah sosial melalui pengujian hipotesis yang didasarkan pada fakta. Dengan demikian pelajaran akan lama bertahan di dalam ingatan siswa tersebut sebab siswa akan bersentuhan langsung dengan apa yang dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) apakah penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial?; (2)
apakah penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial?
B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak yang beralamat di Jln. Dame, Marindal, Medan. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, dimulai dari bulan Desember 2011 hingga bulan Mei 2012. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui beberapa tahapan. Tahapan penelitian tersebut dimulai dengan persiapan, penjajakan di lapangan, penerapan model pembelajaran melalui inkuiri dengan Penelitian Tindakan Kelas, analisis data penelitian dan laporan hasil penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, antara lain: (1) Tes, (2) Observasi, (3) Wawancara, dan (4) Angket respon siswa.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
4
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data non tes, yaitu data observasi, data angket dan wawancara. Data observasi dan angket digunakan untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam wawancara. Sedangkan data wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mengatasi siswa
yang
mengalami kesulitan dalam proses
belajar mengajar. Data dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa pada pretes dan postes. Untuk menganalisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan, skor rata-rata dan standar deviasi pada tes awal dan tes akhir, untuk data berpikir kritis dan hash belajar pada kelompok kelas eksperimen maupun kelompok kelas kontrol. 2. Uji Normalitas Uji normalitas dan data tes awak dan tes akhir baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dengan rumus X2 =
( fo fc ) fe
3. Uji homogenitas Menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus: F=
S 2 besar (Ruseffendi, 1998; Akdon, 2005) S 2 kecil
4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Jika data berdistribusi normal dan homogen digunakan rumus: t=
x1 x 2 (n1 1) S 21 (n2 1) S 2 2 1 1n2 n n 2 1 2 n1
(Sudjana, 1996)
5. Menghitung persentase hasil angket respon siswa menggunakan rumus: % Alternatif jawaban =
Alternatif jawaban x 100 % Jumlah Sampel
Baik pengolahan, pengujian instrumen, maupun analisis data untuk membuktikan tingkat validitas dan reliabilitas suatu alat ukur dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu Program SPSS.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
5
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
analisis
data
dan
temuan-temuan
dilapangan
setelah
diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 106816 Marindal II Kecamatan Patumbak. 4.1.1. Efektivitas Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Bedasarkan data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai rerata hasil
untuk
siklus 1 dan siklus 2 sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena guru belum mengajarkan materi yang akan diteskan. Walaupun sebelumnya telah diberi tahu kepada siswa akan diberikan tes pada pertemuan selanjutnya, dan siswa diminta mempelajari dulu sebelumnya di rumah. Berdasarkan hasil pretes, nilai rerata dari siklus 2 adalah sebesar 5,30 (53%) lebih baik daripada siklus 1 yakni sebesar 5,17 (51,7%). Setelah dianalisis ternyata terdapat perbedaan yang signifikan hasil tes antara siswa pada siklus 1 dan siswa pada siklus 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar secara signifikan efektif dalam menlngkatkan
keterampilan
berpikir
kritis
siswa
dibandingkan
dengan
penggunaan model pembelajaran konvensional. Analisis secara indikator menunjukkan prosentase keterampilan berpikir kritis setelah pendekatan inkuiri dilakukan antara siswa pada siklus 1 dan siklus 2, prosentase terendah siswa siklus 1 adalah pada indikator kemampuan menarik kesimpulan sebesar 63,9% dan tertinggi pada indikator menentukan persamaan dan perbedaan sebesar 75%, sedangkan prosentase terendah siswa siklus 2 adalah pada indikator kemampuan menarik
kesimpulan
sebesar
58,3%
dan
tertinggi
pada
indikator
mmpertimbangkan alternatif sebesar 68%. Peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa pada perlakuan siklus 1 dan siklus 2, diketahui bahwa skor terendah siswa pada siklus 1 adalah pada indikator kemampuan memberi alasan dan menarik kesimpulan masingmasing sebesar 0,24 berkategori rendah dan tertinggi pada indikator mempertimbangkan alternatif sebesar 0,5 berkategori sedang. Pada siklus 2 skor gain terendah adalah pada indikator kemampuan menarik kesimpulan sebesar 0,06 berkategori rendah dan tertinggi adalah pada indikator mempertimbangkan Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
6
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
alternatif sebesar 0,32 berkategori sedang. Jumlah gain temormalisasi dari kelima indikator keterampilan berpikir kritis siklus 1 adalah 1,78 sedangkan pada siklus 2 sebesar 0,97. Dengan demikian jumlah skor pada siklus 2
lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah skor pada siklus 1. 69
70
60
60
53 51
50 40
30 20 10 0
0
0
Pretes
Postes
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam berfikir kritis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional, diperoleh hasil bahwa pada siklus 2 lebih baik daripada
siklus 1 atau pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri terjadi peningkatan yang lebih baik pada kemampuan berfikir kritis daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Adapun besarnya skor pada
siklus 2
secara rerata 0,36 (36%) dan hasil
peningkatan ini tergolong sedang, dan skor pada siklus 1 sebesar 0,195 (19,5%) dan hasil peningkatan ini tergolong baik. Hasil ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli yakni Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce dan Bruce, 1992). Senada dengan itu Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat kepada siswa, yang
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
7
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, model pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti ilmuan, yaitu teliti, tekun, objektif, kreatif kritis, dan menghormati pendapat orang lain.
4.1.2. Efektivitas Penerapan Pendekatan Inkuiri Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Bedasarkan data pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai rerata hasil pretes untuk siklus 1 dan siklus 2 tidak berbeda jauh. Berdasarkan hasil pretes, nilai rerata pada siklus 1 sebesar 5,14 (51,4% dan skor ideal) lebih rendah dan pada siklus 2 adalah sebesar 5,22 (52,2% dan skor ideal). Setelah dianalisis ternyata terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa pada siklus 1 dan pada siklus 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar secara signifikan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. Analisis secara indikator prosentase hasil belajar setelah pembelajaran dengan penekatan inkuiri antara siswa siklus 1 dan kelas kontrol, prosentase terendah siswa siklus 1 adalah pada indikator sintesis sebesar 52,8% dan tertinggi pada indikator penerapan sebesar 83,3%, sedangkan prosentase terendah siswa siklus 2 adalah pada indikator pengetahuan sebesar 58,3% dan tertinggi pada indikator analisis sebesar 65,3%. Peningkatan hasil belajar
antara siswa
pada siklus 1
dan siklus 2,
diketahui bahwa skor gain terendah siswa kelas eksperirnen adalah pada indikator sintesis dan pengetahuan masing-masing sebesar 0,05 dan 0,2 berkategori rendah dan tertinggi pada indikator penerapan sebesar 0,67 berkategori sedang. Pada siklus 2 kor gain terendah adalah pada indikator pengetahuan yang mengalami minus 0,25 berkategori rendah dan tertinggi adalah pada indikator analisis sebesar 0,37 berkategori sedang. Jumlah gain ternormalisasi dan keenam indikator hasil Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
8
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
belajar siklus 1 adalah 2,29 sedangkan pada siklus 2 sebesar 1,06. Dengan demikiari jumlah skor gain temormalisasi siklus 1 lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah skor gain ternormalisasi kelas kontrol. Berdasarkan hasil anailsis terhadap gain (gain ternorma1isasi secara keseluruhan, untuk melihat hasil belajar antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan iswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional, diperoleh hasil bahwa gain siklus 1 lebih baik daripada
siklus 2 atau pada siswa yang memperoleh pernbelajaran dengan
pendekatan inkuiri terjadi peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Adapun besarnya gain pada siklus 1 secara rerata 0,38 (38%), yang berarti hasil ini tergolong sedang. Sedangkan gain pada siklus 2 sebesar 0,18 (18%), yang berarti hasil ini tergolong rendah. Hasil ini sejalan dengan temuan Schuneke (1988) yang menunjukkan beberapa
karakteristik
keberhasilan
penggunaan
model
inkuiri,
yaitu
meningkatkan skor tes akademik, rneningkatkan kontak psico-akademis pembelajaran, memperkuat keyakinan diri, meningkatkan sikap positif dalam belajar, mengkondisikan siswa menjadi discover dan adventure pengetahuan, meningkatkan self-concept dan self esteem, meningkatkan daya akomodasi ilmiah, meningkatkan inotivasi belajar secara intrinsik, memngkatkan kemampuan dan strategi bernalar kritis, serta meningkatkan sikap dan perilaku positif terhadap mata pelajaran selama berlangsungny peinbelajaran. Dengan deminikan jelas bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran di kelas akan sangat efektiv sekali terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, dan peningkatan hasil belajar siswa. Akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar siswa secara intrinsik.
4.1.3. Observasi Terhadap Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, penerapan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang diterapkan mampu mengembangkan beberapa aspek
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
9
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
kemampuan seperti kemampuan mengelola pembelajaran yang dilakukan guru maupun menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran. Guru telah mampu dalam mengelola pembelajaran dan ini dapat dilihat dalam kemampuan guru membuka pelajaran, mengajukan masalah dalam bentuk pertanyaan, mengelola data, dan kemampuan guru dalam memotivasi siswa dalam merumuskan dan menyimpulkan sendiri tentang materi yang dipelajari. Hasil aktivitas guru sangat sesuai dengan karakteristik pendekatan inkuiri itu sendiri yakni guru tidaklah mengkomunikasikan pengetahuan tetapi membantu siswa untuk belajar secara mandiri (Inquiry Based Learning dalam wikipedia, 2008:12). Siswa yang melakukan kerja kelompok dan memecahkan masalah secara mandiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dapat mendorong berkembangnya keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Penggunaan pembelajaran
dengan
pendekatan
inkuiri
juga
sangat
berperan
dalam
menumbuhkan suasana belajar yang interaktif dan komunikatif antara sesama siswa. Hal ini terlihat dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dimana siswa sangat antusias dan memiliki semangat yang tinggi dalam memecahkan masalah yang diberikan.
4.1.4. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri a. Tanggapan Guru Respon guru yang diungkapkan melalui observasi di lapangan, diperoleh temuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Guru berpendapat dengan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri siswa lebih aktif dalam mencari sumber pembelajaran dengan pendekatan inkuiri siswa lebih aktif dalam mencari sumber informasi mengenai materi yang dipelajari, guru hanyalah sebagai fasilitator semata. b. Tanggapan Siswa Tanggapan atau respon dari para siswa secara spontan terhadap pembelajaran IPS memiliki sikap yang positif. Hal ini tidak menggambarkan bahwa pembelajaran IPS tidak menarik bagi siswa. Demikian juga sikap siswa
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
10
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, siswa memberikan respon yang positif. Hal ini karena siswa memandang, bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sangat bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Banyak faktor yang menyebabkan siswa memberi respon positif terhadap diberikannya perlakuan pembelajaran dengan penclekatan inkuiri, seperti terlihat pada hasil angket skala sikap yang peneliti berikan pada siswa kelas eksperimen.
D. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: (1) penggunaan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran dengan pendekatan konvensional; (2) penggunaan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran dengan pendekatan konvensional; (3) guru memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan inkuiri. Sebab guru merasakan tidak lagi sebagai pusat pembelajaran yang menjemukan, tetapi guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran; dan (4) siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan inkuiri. Tercermin dari tanggapan siswa terhadap angket yang di berikan dan dijawab oleh siswa. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri telah mampu menyentuh langsung dengan keinginan siswa itu sendiri dalam mengembangkan pengetahuan siswa. Hasil temuan melalui penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri di sekolah sangat perlu untuk diterapkan. Rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gambaran bahwa perlu adanya penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri dari guru. Hal ini bertujuan dengan penerapan model pembelajaran secara inkuiri dapat memberikan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Dari hasil penelitian dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar, dapat diambil beberapa saran, yang meliputi: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan metode pendekatan inkuiri terlebih dahulu harus dibangun berdasarkan situasi
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
11
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
kelas yang demokratis, hangat dan menyenangkan. Dengan demikian guru harus menciptakan kelas yang demokratis, memberikan semangat dan menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi dan kehidupan lingkungan siswa, sehingga pendapat siswa terhadap suatu permasalahan dapat diungkapkan dan diekspresikan secara bebas tentuanya secara baik dan benar; (2) pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini dapat digunakan oleh guru Sekolah Dasar sebagai salah satu pendekatan alternatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, terutama yang menekankan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa; (3) kepada pihak sekolah sebelum melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini terlebih dahulu mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendekatan inkuiri menghendaki siswa langsung diharapkan bersentuhan dengan apa yang sedang dipelajarinya. Hal ini tentu saja memerlukan sarana dan prasarana seperti media pembelajaran; dan (4) pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mejajagi peningkatan aspek keterampilan atau kecapakan ilmiah yang lain seperti berpikir kreatif dan kemampuan generik siswa.
DAFTAR PUSTAKA Alberta, (2004). Focus on Inquiry; A Teachers Guide to Implementing Inquiry Based Learning. [on-line] Edmonton, Canada. http://www.Irc.Learning.Gov.ab.ca Al Mochtar, S., (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri Amin, M., (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud Arikunto, S., (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S., (2008). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Asmaulkhair, (2003). Pendekatan Kinerja Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Melalui Model Inkuiri pada Pembelajaran IPS di SD. (PTK pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Banjar Sari Kota Metro Lampung). Bandung: PPS.UPL. (Tesis tidak dipublikasikan)
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
12
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Banks dan Ambrose., (1990). Teaching Strategies for the Social Studies. New York: Longman Beyer, B. K. (1999). Inquiry in the Social Studies Classroom. A Strategy for Teaching. Columbus: Charles E Merril Publishing. Co Bloom, S., (1979). Taxonomy of Educational Objectives. London: Longman Group LTd Buchari, A., (2003). Hakikat Studi Sosial. Bandung: Alfabeta Bruce dan Bruce. (1992). Teaching with Inquiry. Annapolis, Marryland: Alpha Publishing Co Dahar, R. W., (1996). Teori -Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dahlan, M. D., (1990). Model–model Mengajar Beberapa Alternatif Belajar Mengajar. Bandung: Diponegoro Djamarah, S.B., (2002). Psikologi Belaja. Rineka Cipta. Jakarta Djahiri, K., (1996). Petunjuk Guru IPS. Jakarta: Depdikbud Ennis, R.H. (2004). An Outline of Goals a Critical thinking Curriculum and Offecement. [ Online] Grounlund, N. E. 1982. Constructing Achievement Test. Third Edition. Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc. Grounlund, N. E., (1982). Constructing Achievement Test. Third Edition. Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc. Gulo, W., (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Hadi, N., (1997). Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Hamalik, O., (2005). Pendidikan Guru, Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar Maju. Hasan, H., (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Hendrayana, K. (2003). Pengembangan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Bandung, Tesis PPS UPI, Tidak Dipublikasikan Hermawan, T., (2003). Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Model Shared di Sekolah Dasar. Bandung, Tesis PPS UPI, Tidak Dipublikasikan
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
13
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Holil, A. (2008). Permudah Pemahaman Konsep Pembelajaran dengan Inkuiri. Surabaya. [on-line] www.google.com/pembelajaran inkuiri Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran www.google.com/pembelajaran inkuiri
Inkuiri.
[on-line]
Jarolimek, J., dan Parker. (1993). Social Students in Elementary Education (9th edition). New York: McMillan Publishing Co, Inc Johnson, E., (2006). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar – Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit MLC Mulyasa, E., (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S., (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara. Newby, D. dan Higgs, P., (2008). Using Inquiry to Teach Social Studies. [online] http:///www.ehhs.cmich.edu NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies. USA: NCSS Patrick, J., (2008). Critical Thinking in Social Studies. [on-line] http://www. ericdigest.org/pre-924/critical.htm Roestiyah, N. K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Saefudin, Udin dan Suherman. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press Sagala, S., (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sanjaya, W., (2005). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung Santrock, J.W., (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga Sarwono, J., (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Schuncke, G. M., (1988). Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Caring. New York: McMillan Publishing Co Setiawan, Y., (2007). Mencari Metode Pengajaran yang Lebih Baik. www.siaksoft.net (16 – 23) Soemantri, N., (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Rosda Karya
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
14
JURNAL TEMATIK
ISSN : 1979-0633
Sound and Towbridge. (1993). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E Marvil Publishing Company Sukmadinata, N.S., (2004), Landasan Proses Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung Sunaryo, (1989). Peranan Hasil Belajar. Jakarta: P2LPTK Dikti, Depdikbud Sugandhi, N., (2007). Keterpaduan Antara Tugas Guru Mengajar Membimbing dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Negeri Merdeka V Bandung. Jurnal Pendidikan Nomor 1 Sugiono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung Sukaatmaja, N., (2001). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni Supriatna, N., (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press Suriadi. (2007). Aplikasi Pendekatan Inkuiri dalam Pengembangan Nilai Kemanusiaan dan Kepedulian Sosial pada Pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan Topik Hak Azazi Manusia. Tesis (Belum Dipublikasikan) Yamin, M., (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Gaung Persada, Jakarta.
Volume : 003/No.12/DIKSAS/Desember 2013
15