JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
STUDI PENGARUH GENANGAN AIR TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL DAN PERENCANAAN SUBDRAIN UNTUK RUAS Jl. RUNGKUT INDUSTRI RAYA, Jl. RUNGKUT KIDUL RAYA, Jl. JEMUR SARI, Jl. NGINDEN RAYA, Jl. MANYAR DAN Jl. MULYOSARI RAYA Aan Sulistiyatno, Mohammad Dhanar Such Rufi Fajri, Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, M.Sc, Ph.D, Anak Agung Gde Kartika ST., M.Sc, Mahendra Andiek Maulana, ST.,MT Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] [email protected] Abstrak — Surabaya saat ini tengah menghadapi tantangan di bidang infrastruktur transportasi. Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bapekko) Surabaya menyatakan bahwa 1.374 ruas jalan mengalami kerusakan. Dari berbagai faktor yang menyebabkan kerusaksan jalan, faktor yang paling dominan adalah karena pengaruh genangan air.. Diantaranya adalah beberapa ruas jalan yang dapat ditinjau antara lain: Jl. Rungkut Industri Raya, Jl. Rungkut Kidul Raya, Jl. Jemur Sari, Jl. Nginden Raya, Jl. Manyar, Jl. Mulyosari Raya. Untuk mengetahui ruas jalan yang mengalami kerusakan karena pengaruh air, maka dilakukan survei identifikasi kerusakan jalan dan kondisi drainase menggunakan metode Mochtar (1990), yakni survei Nilai Kerusakan Visual (NKV) dan Riding Quality (RQ). Hasil survei menunjukkan bahwa ruas jalan yang mengalami kerusakan karena pengaruh air dan mejadi fokus penelitian adalah ruas jalan Mulyosari. Upaya penanganan kerusakan jalan karena pengaruh genangan air pada ruas jalan Mulyosari : 1) perencanaan overlay 5 cm (berdasarkan metode penangan Mochtar (1990), 2) perencanaan ulang drainase tepi jalan, yakni dilakukan perencanaan ulang saluran tepi, dimana lebar saluran dipertahankan, namun kedalam saluran di tambah dengan rata-rata penambahan 0,5 meter dan tinggi jagaan 0,5 meter 3) perencanaan saluran drainase bawah permukaan (subdrain) untuk mengalirkan air di bawah perkerasan jalan, yakni dengan menanam pipa plastik berdiameter 6 inc (15,24 cm) pada kedalaman 0,5 m dari bawah lapisan jalan. Jarak antar pipa outlet yang direncanakan adalah 400 ft m (121,92 m) dengan kemiringan pipa 0,05. Lapisan drain menggunakan agregrat dengan diameter 0,20 in (0,508 cm), nilai permebailitas tanah K= k = 10,000 ft/day, dan laju infiltrasi tanah 5,735 ft2. Lapisan trench memiliki kedalaman 50 cm dan ketebalan direncanakan dengan ketebalan 14 inchi (31,5 cm) dan nilai permebailitas k = 500 ft/day Kata Kunci— Agregat kasar, Algoritma genetik, Blending, Kuat tekan, Uji Hipotesa Statistik, Zona grading ideal.
I. PENDAHULUAN
S
urabaya saat ini tengah menghadapi tantangan di bidang infrastruktur transportasi. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bapekko) Surabaya, dari total 11.021 ruas jalan di Surabaya sebanyak 9.632 ruas jalan yang masih layak, 1.374 ruas jalan mengalami kerusakan dan 15 ruas lainnya sedang mengalami perbaikan. Pemerintah Kota Surabaya telah menganggarkan dana sekitar Rp 200 miliar dari total anggaran untuk program pengelolaan dan pembangunan infrastruktur jalan raya. Permasalahan kerusakan jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), kerusakan jalan dikarenakan oleh empat hal utama, yakni material kontruksi, lalu lintas, iklim dan air. Menurut Kepala Bapekko Surabaya, Hendro Gunawan, salah satu penyebab yang dominan berpengaruh terhadap kerusakan jalan di Surabaya adalah karena adanya air yang menggenangi jalan pada saat hujan. Genangan air dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan jalan dikarenakan air dapat melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal. Saat ikatan aspal dan agregat longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang menimbulkan retak atau kerusakan jalan lainnya. Selain itu, genangan air pada permukaan jalan dalam skala yang tinggi dapat mengakibatkan air tanah yang terletak di bawah permukaan tanah menjadi jenuh. Menurut Nurhudayah (2009), genangan air menyebabkan dasar perkerasan jalan jenuh sempurna atau sebagian. Air yang meresap masuk ke dalam perkerasan jalan dapat mengakibatkan retakan pada struktur perkerasan jalan. Hal ini diakibatkan karena lemahnya daya dukung tanah dasar akibat fluktuasi kadar air tanah di lokasi tersebut. Lemahnya daya dukung tanah ini terjadi akibat pengembangan volume tanah pada tanah dasar perkerasa. Upaya penanganan dan pencegahan kerusakan jalan yang ideal tidak hanya sebatas pada perencanaan overlay atau rekontruksi permukaan jalan dengan menggunakan kualitas material yang lebih baik saja, akan tetapi juga perlu direncanakan perbaikan sistem drainase yang ideal sehingga dapat mencegah adanya air yang menggenangi permukaan jalan. Selain juga perlu direncanakan upaya untuk mengurangi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 kejenuhan air yang terdapat dibawah lapisan aspal, yakni dengan cara mengalirkan air bawah tanah, yakni dengan merencanakan saluran drainase bawah tanah atau yang lebih dikenal dengan nama saluran Subsurface Drainage. Kondisi ruas jalan di Surabaya yang memiliki tingkat kerusakan yang tinggi akibat dari genangan air adalah ruas jalan yang terdapat di wilayah Surabaya Timur. Diantaranya adalah beberapa ruas jalan yang dapat ditinjau antara lain: Jl. Rungkut Industri Raya, Jl. Rungkut Kidul Raya, Jl. Jemur Sari, Jl. Nginden Raya, Jl. Manyar, Jl. Mulyosari Raya. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini, dilakukan identfikasi kerusakan jalan yang diakibatkan oleh genangan air agar dapat dikaji upaya penanggulangan kerusakan jalannya, yakni melalui perencanaan saluran drainase permukaan dan perencanaan drainase bawah permukaan (subsurface drainage). II. URAIAN PENELITIAN Penelitian dibagi menjadi 4 tahapan, yakni Pertama : Survei kerusakan jalan dan kondisi drainase dengan menggunakan metode mochtar (1990), yakni metode Kerusakan Visual (KV) dan Riding Quality (RQ) Kedua : Melakukan identifkasi berdasarkan Nilai Kerusakan Visual (NKV) dan Riding Quality (RQ), yang meliputi (1) Identifikasi jalan yang rusak karena pengaruh genangan air (2) Tingkat penanganan kerusakan jalan (3) Ruas jalan yang perlu dilakukan perencanaan ulang drainase (4) Ruas jalan yang perlu dilakukan perencanaan saluran subdrain Ketiga : Dilakukan perencanaan ulang drainse dengan menggunakan analisa hidrolika dan analisa hidrologi. Yang dalam penelitian ini difokuskan pada ruas jalan Mulyosari Keempat : Dilakukan perencanaan saluran subdrain. Yang dalam penelitian ini difokuskan pada ruas jalan Mulyosari III. HASIL DAN ANALISA DATA A. Identifikasi Ruas Jalan yang Rusak Karena Genangan Air Ruas jalan yang rusak karena faktor genangan air berdasarkan metode Mochtar (1990) dapat diketahui dengan: 1. Ruas jalan dengan tingkat kerusakan yang tinggi 2. Ruas jalan dengan frekuensi terjadinya banjir kategori tinggi (kategori sering dan selalu) 3. Ruas jalan dengan luas genagan banjir >10% 4. Beban kendaraan tinggi atau rendah Berdasarkan data tersebut, maka ruas jalan yang mengalami kerusakan karena pengaruh genangan air adalah sebagai berikut: 1. Ruas Jalan Mulyosari Section A Segmen 4 2. Ruas Jalan Rungkut Industri Section A Segmen 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
2
B. Tingkat Priorias Penanganan Jalan Berdasarkan upaya penanganannya, maka priorotas tingkat kerusakan jalan pada ruas jalan yang rusak karena pengaruh genangan air dapat dibagi sebagai berikut 1. Rekontruksi jalan Ruas jalan yang perlu penanganan berupa rekontruksi, yakni ruas jalan Rungkut Industri section A segmen 1, 2, dan 6 2. Perencanaan overlay 10 cm Ruas jalan yang perlu penanganan berupa overlay 10 cm antara lain: a. Ruas jalan Rungkut Industri section A segmen 3 dan 4 b. Ruas jalan Jemur Sari section A Segmen 13 3. Perencanaan overlay 5 cm Ruas jalan yang perlu penanganan berupa overlay 5 cm an tara lain: a. Ruas jalan Mulyosari section A segmen 4 b. Ruas jalan Rungkut Industri section A segmen 5 c. Ruas jalan Jemur Sari section A segmen 9, 11, 12, 14, dan 15 d. Ruas jalan Jemur Sari section B segmen 1. 4. Perawatan menengah Ruas jalan yang perlu penanganan berupa perawatan menengah antara lain: a. Ruas jalan Mulyosari section A segmen 5 dan 6 b. Ruas jalan Rungkut Kidul section A segmen 1 dan 2 c. Ruas jalan Rungkut Industri section B segmen 2, 4, dan 5 d. Ruas jalan Jemur Sari section A segmen 8, 10 e. Ruas jalan Jemur Sari section B segmen 13, 14 f. Ruas jalan Nginden section A segmen 3 g. Ruas jalan Manyar section A segmen 2, 4, dan 5 5. Perawatan ringan Ruas jalan yang perlu penanganan berupa perawatan ringan antara lain: a. Ruas jalan Mulyosari section A segmen 1, 2, 3 b. Ruas jalan Rungkut Kidul section A segmen 3 c. Ruas jalan Rungkut Kidul section B segmen 2, 3 d. Ruas jalan Rungkut Industri section B segmen 1, 3 dan 6 e. Ruas jalan Jemur Sari section A segmen 1, 4, 5, 6 dan 7 f. Ruas jalan Jemur Sari section B segmen 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 15 g. Ruas jalan Nginden section A segmen 1 dan 2 h. Ruas jalan Nginden section B segmen 1, 2 dan 3 i. Ruas jalan Manyar section A segmen 1 dan 3 j. Ruas jalan Manyar section B segmen 4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
C. .Upaya penanganan Kerusakan Jalan melalui Perencanaan Ulang Drainase Ruas jalan yang perlu dilakukan perencanaan ulang drainase permukaan berdasarkan metode Mochtar (1990) adalah ketika memenuhi faktor-faktor berikut: 1. Ruas jalan dengan tingkat kerusakan yang tinggi 2. Ruas jalan dengan frekuensi terjadinya banjir kategori tinggi (kategori sering dan selalu) 3. Ruas jalan dengan luas genagan banjir >10% 4. Beban kendaraan tinggi atau rendah Perencanaan ulang saluran drainase diperlukan dikarenakan adanya pengaruh tingginya frekuensi genangan air pada ruas jalan yang dapat menyebabkan pula tingginya kerusakan jalan, sehingga upaya penanganan tidak hanya sebatas upaya penanganan kerusakan jalan secara fisik berdasarkan metode Mochtar (1990), namun juga perlu adanya evaluasi saluran drainase yang telah ada. Adapun ruas jalan yang perlu direncakanan ulang saluran drainase antara lain: 1. Ruas Jalan Mulyosari Section A Segmen 4 2. Ruas Jalan Rungkut Industri Section A Segmen 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Ruas jalan yang menjadi fokus dalam perencaan ulang drainase adalah ruas jalan Mulyosari. Berdasarkan perencanaan analisa hidrologi dan hidrolika dengan menggunakan data stasiun hujan daerah Keputih tahun 2000-2011, maka didapatkan evaluasi sebagai berikut : 1. Kapasitas saluran tepi pada kondisi full bank maupun pada kondisi terdapat sedimentasi tidak mampu menampung limpasan air yang terdapat di jalan dan perumahan, sehingga mengakibatkan terjadinya banjir pada ruas jalan 2. Untuk dapat mencegah banjir pada ruas jalan, maka dilakukan perencanaan ulang saluran tepi, dimana lebar saluran dipertahankan, namun kedalam saluran di tambah dengan rata-rata penambahan 0,5 meter dan tinggi jagaan 0,5 meter 3. Perencanaan tinggi jagaan dimaksudkan agar saluran subdrain dapat ditanam pada batas aman, yakni sedalam 0,5 meter sehingga air yang terdapat disaluran tepi tidak masuk kedalam salura subdrain. Tabel 3.1 Dimensi Saluran Eksisting Dimensi Lama segmen Bentuk Penampang Saluran 1 2 3 4 5 6 7
segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat
Lebar Saluran (m) 1 1 1 1 1 1 1
Kedalaman Saluran (m) L 1.5 1.3 1 1 1 1 1
Tabel 3.2 Dinensi Saluran Setelah Perencanaan Dimensi Baru segmen 1 2 3 4 5 6 7
Lebar Saluran (m) Kedalaman Saluran (m) Ketinggian Air (m) Tinggi jagaan (m) 1 1 1 1 1 1 1
2.5 2.5 2 1.9 1.9 1.9 1.8
2 2 1.7 1.5 1.6 1.6 1.5
0.5 0.5 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3
Memperdalam saluran (m) 1 1.2 1 0.9 0.9 0.9 0.8
D. Upaya Penanganan Kerusakan Jalan melalui Perencanaan Saluran Subsurface Drainage Ruas jalan yang perlu dilakukan perencanaan ulang drainase permukaan berdasarkan metode Mochtar (1990) adalah ketika memenuhi faktor-faktor berikut: 1. Ruas jalan dengan tingkat kerusakan yang tinggi 2. Ruas jalan dengan frekuensi terjadinya banjir kategori tinggi (kategori sering dan selalu) 3. Ruas jalan dengan luas genagan banjir > 10% 4. Beban kendaraan tinggi atau rendah. Namun diprioritaskan pada beban kendaraan rendah. Hal ini dikarenakan pada ruas jalan dengan beban kendaraan tinggi, faktor penyebab dominan lebih dikarenakan oleh beban kendaraan, bukan karena pengaruh air. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka ruas jalan yang perlu dilakukan perencaan subdrain antara lain: 1. Ruas jalan Mulyosari section A segmen 4 2. Ruas jalan Rungkut Industri section A segmen 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 3. Ruas jalan Jemur Sari section B segmen 4 dan 11 Ruas jalan yang menjadi fokus dalam perencaan Saluran Subsurface Drainage adalah ruas jalan Mulyosari. Pada perencanaan saluran subdrain di ruas jalan Mulyosari. Perencanaan dilakukan pada setiap segmen jalan, yakni tiap 250 m. Tahapan-tahapan dalam perencanaan saluran subdrain yakni sebagai berikut : 1. Menghitung Laju Infiltrasi yang direncanakan FHWA (Federal Highway Administration, 1973) menyarankan faktor 1/3 s/d 2/3 dari intensitas hujan rencana untuk perencanaan lapisan subsurface drain. Intensitas Hujan yang didapatkan dari data curah hujan dengan periode ulang 5 tahunan yakni sebesar 109,2519 mm/jam Maka Laju Infiltrasi (I) = 2/3 x intensitas hujan maksimum = 2/3 x 109,2519 mm/jam = 72,8346 mm / jam = 2,8675 inch / jam Infiltrasi per ft2 :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2. Perhiungan panjang alur aliran dan kemiringan aliran Besarnya panjang aliran dapat dihiung dengan menggunakan persamaan W = ½ lebar jalan X = Jarak aliran memanjang jalan Y = Jarak aliran melintang jalan s = kemiringan melintang g = kemiringan memanjang L = panjang aliran i = kemiringan aliran Untuk dapat menghitung panjang aliran dan kemiringan aliran, yakni : X = g/s . W
4 Transmisibilitas :
Q 145,439 = = 2703,342 ft 3 / day i 0.0538 k × A = 2703,342 ft 3 / day Rencana tebal drain : - Ambil t = 4 in, tebal efektif = 4 – 1 = 3 in.
L = √(W2 + X2) ∆hg = X . g ∆h = ∆hg + ∆hs i = ∆h/l
L
=
∆h A-B ∆h B-C ∆h A-C i
2
23,375² + 9,84² = 25,36 ft
= 23,375 (0.05) = 1,16875 ft = 9,84 (0.02) = 0,1968 ft = 1,16875 + 0,1968 = 1,36555 ft = 1,36555 /25,36 = 0.0538
3. Perhitungan transmisibilitas dan tebal drain Transmisibilitas, diperlukan untuk mengestimasi jumlah aliran yang dibuang atau kemampuan lapisan drain untuk mengalirkan air.
k*A=
Q => Q= LxI i
Q = total aliran sepanjang alur k = koefisien permeabilitas A = Luas drain i = kemiringan aliran L = panjang aliran I = laju infiltrasi maka Q = LxI = 25,36 x 5,735 = 145,439 ft/ day 3
3 . 1 = 0.25 ft 2 12
k=
k × A 2703,342 = = 10000 ft / day A 0.25
- Ambil t = 3 in, tebal efektif = 3 – 1 = 2 in.
∆hs = W . s
Diketahui g = 0,05 s = 0,02 W = 3 meter = 9,84 feet Maka Panjang Alir aliran adalah Y = 9,35 feet X = (9,35) x (0,05 / 0,02) = 23,375 feet
A=
A=
2 .1 = 0.167ft 2 12
k=
k × A 2703,342 = = 16000 ft / day A 0.167
Dipertimbangkan bahwa dari kemudahan pelaksanaan ketebalan 4 in (=10,16 cm) lebih dipilih dibanding ketebalan yang lebih kecil 3 in (= 7,62 cm). Pemeriksaan menggunakan nomograf Koefisien transmibilitas vs rasio W/s (FHWA, 1973).
W 9,84 = = 492 s 0.02
-
Hitung harga W/s
-
Dengan W/s = 492 serta I = 5,735 in/hr , baca nomograf diperoleh harga coefficient of transmisibility C = kb×tb = 100,000 inch-ft/day. Untuk tb = 4 in kb = C/tb = 100.000/4 = 25.000 ft/day > 10.000 ft/day, berarti drain mempunyai kemampuan melewatkan air lebih dari kebutuhan (OK)
-
4. Kecepatan aliran dalam lapisan drain Kecepatan aliran dalam lapisan drain (rembesan, seepage) dihitung dari rumus berikut :
Q = Vd A k.i Vd Vs = = ne ne V = k.i =
Di mana Vd = kecepatan aliran melalui penampang total. Vs = kecepatan aliran melalui pori di antara butiran material Maka
Vs =
k × i 10.000 × 0.0538 = = 2690 ft / day ne 0.2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5. Waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui sistem drainase Perlu pula diketahui, berapa lama partikel air berada dalam lapisan drain sebelum mencapai outlet. Waktu perjalanan yang diperlukan air untuk mengalir melalui lapisan drainase menuju outlet diestimasi dengan Hukum Darcy.
t=
S Vs
Dimana: t = waktu perjalanan S = jarak maksimum aliran /seepage pada lapisan drain Vs = kecepatan aliran / seepage Maka
6. Menghitung diameter drain Kebutuhan material drain Gunakan kurva pada Gambar Estimasi koefisien permeabilitas material. sHarga k = 10,000 ft/day, maka material drain (open graded harus mempunyai D15 = 0.20 in atau sedikit lebih besar. 7. Perencanaan diameter pipa kolektor dan jarak outlet Pipa kolektor (collector pipe) dan pipa outlet merupakan bagian yang penting pada sistem sub surface drainage, karena tanpa kedua macam pipa tersebut sistem drainase tak dapat berfungsi dengan baik. Meskipun jalan dibuat dari agregat dengan permeabilitas tinggi, namun tanpa sistem outlet yang baik, air akan terkumpul di bagian terendah dan menyebabkan kerusakan jalan. Pipa dengan lubang-lubang (perforated pipe) atau pipa dengan slot perlu ditempatkan di bagian terendah atau di tempat lain yang memerlukan untuk mencegah terperangkapnya air dan agar air dapat mengalir dengan baik. Kemiringan hidrolik dalam pipa kolektor kira-kira sama dengan kemiringan longitudinal jalan, meskipun untuk suatu kasus khusus tidak demikian. Diameter pipa, kemiringan dan jarak pipa dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan pertimbangan ekonomis. Cara pemakaian nomograf dapat dilihat langsung pada gambar tersebut. Ada dua pilihan pipa, yaitu pipa berlubang-lubang (perforated pipe) yang smooth (licin) dan corrugated pipe (kasar/bergerigi). Dalam perencanaan ruas jalan Mulyosari, digunakan pipa berlubang-lubang yang smooth. Jika diketahui Penentuan diameter pipa dan jarak pipa outlet dengan menggunakan nomograf Nomograf untuk pemilihan diameter pipa kolektor dan jarak outlet: - Dengan g = 0.05, dan coba D = 6 in (CMP = corrugated metal pipe), memotong pivot (1). titik (a) - Dengan I = 5,735 in/hr dan lebar perkerasan (= lebar alur) W = 9,84 ft memotong pivot (2). titik (b) - Hubungkan titik (a) dan (b) akan memotong garis distance (jarak), diperoleh harga 400 ft..
5 8. 9. Perencanaan trench Trench adalah bagian dari sistem sub surface drainage te’mpat untuk meletakkan collector pipe. Kedalaman trench 0.50 m dan dilindungi oleh nonwoven geotextile, tujuannya adalah untuk mencegah masuknya butiran halus dari tanah yang mudah tererosi ke lapisan drain. Lebar trench dibuat 4 inchi lebih lebar dari diameter pipa. Trench terdiri dari material batuan dengan koefisien permeabilitas (k) yang tinggi. Grafik untuk menentukan koefisien permeabilitas trench pipa kolektor. dapat dipakai untuk menentukan harga k. Jika diketahui Tebal lapisan trench = 14 inchi = 1,17 ft Infiltrasi rencana = 2 inchi/jam Lebar ½ sumbu jalan = 9,84 ft = 10 ft Gunakan Grafik untuk menentukan koefisien permeabilitas trench pipa kolektor. Dari W = 10′ dan I = 2 in/hr, dibaca harga. B.kt = 700 ft2/day. Dengan lebar trench B = 1.4′, diperoleh: kt = 700/1.4 = 500 ft/day. Berupa material yang bersih, potongan batu tipis (chips) atau sejenisnya. Bagian-bagian subdrain, terdiri dari : 1. Pipa kolektor berlubang, dengan diameter 6 inchi inc (15,24 cm) dengan kemiringan pipa 0,05. 2. Trench yang terdiri dari kerikil dengan kt = 500 ft / day, dengan ketebalan (14 inchi) 31,5 cm 3. Nonwoven Geotextil, untuk mencegah masuknya butiran halus dari tanah yang mudah tererosi ke lapisan trench
Gambar 3.1 Bagian-bagian subdrain Saluran subdrain direncanakan di samping saluran tepi dan di pasang memanjang jalan. Pada setiap 121,92 m, dipasang pipa outlet untuk mengalirkan air dari pipa kolektor menuju saluran tepi.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Gambar 3.2. Detail pemasangan Saluran di Lapangan IV. KESIMPULAN Upaya penangana kerusakan jalan tidak hanya difokuskan pada upaya perbaikan perkerasan (overlay dan rekontruksi jalan) dan perencanaan drainase tepi jalan raya saja, akan teapi juga perlu direncanakan pembangunan saluran drainase bawah permukaan tanah untuk dapat membebaskan air bawah tanah yang dapat memperlemah perkerasan jalan dari dalam. Salah satu fokusan yang dibahas dalam penelitian ini adalah upaya penanganan kerusakan jalan untuk ruas jalan Mulyosari. Upaya penanganan kerusakan jalan karena pengaruh genangan air pada ruas jalan Mulyosari : 1) perencanaan overlay 5 cm (berdasarkan metode penangan Mochtar (1990), 2) perencanaan ulang drainase tepi jalan, yakni dilakukan perencanaan ulang saluran tepi, dimana lebar saluran dipertahankan, namun kedalam saluran di tambah dengan rata-rata penambahan 0,5 meter dan tinggi jagaan 0,5 meter 3) perencanaan saluran drainase bawah permukaan (subdrain) untuk mengalirkan air di bawah perkerasan jalan, yakni dengan menanam pipa plastik berdiameter 6 inc (15,24 cm) pada kedalaman 0,5 m dari bawah lapisan jalan. Jarak antar pipa outlet yang direncanakan adalah 400 ft m (121,92 m) dengan kemiringan pipa 0,05. Lapisan drain menggunakan agregrat dengan diameter 0,20 in (0,508 cm), nilai permebailitas tanah K= k = 10,000 ft/day, dan laju infiltrasi tanah 5,735 ft2. Lapisan trench memiliki kedalaman 50 cm dan ketebalan direncanakan dengan ketebalan 14 inchi (31,5 cm) dan nilai permebailitas k = 500 ft/day DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4] [5] [6] [7] [8]
Sulistiyano,dkk. 2012. Studi Pengaruh Genangan Air Terhadap Kerusakan Jalan Aspal Dan Perencanaan Subdrain Untuk Ruas Jl. Rungkut Industri Raya, Jl. Rungkut Kidul Raya, Jl. Jemur Sari, Jl. Nginden Raya, Jl. Manyar Dan Jl. Mulyosari Raya. Jurusan Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Anonim. 27 Mei 2010. Pendapat Pakar ITB Soal Kerusakan Jalan Bandung. http://www.itb.ac.id/news/. Diakses tanggal 28 Oktober 2011 pukul 22.00 Anonim. 11 Februari 2011. 1.374 Ruas Jalan di Surabaya Rusak. http://www.surabayapost.co.id/ ?mnu=berita&act=view&id=7eaa7c67117376b607e146307eae3312&jen is=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c Diakses tanggal 28 Oktober 2011 pukul 21.50 Darmawan, Adi.2006. Studi Kerusakan Jalan Piyungan – Wonosari dari Aspek Geoteknik. UGM : Jogjakarta Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Faktor-faktor penyebab kerusakan jalan. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan. Jakarta Direktorat Jendral Binamarga. 1991. Tata cara pemeliharaan perkerasan kaku. No: 10T/BNKT/1991.Jakarta Hasmar, (2002), Drainase Perkotaan, UII Press,Yogyakarta. 2002.Jurusan Teknk Sipil FTSP ITS.
6