JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK di Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Cirebon) AMELIA ABSTRAK Telah dilakukan penelitian skripsi dengan judul : “Pembelajaran Kemampuan Penalaran matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (PTK pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Cirebon).” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada pokok bahasan pecahan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian dikelas VII – b SMP Muhammadiyah 2 Cirebon yang berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakuakan dengan pemberian pretes dan postes, serta angket. Sedangkan instrument penelitian berupa soal tes tulis dan lembar angket. Sebelum digunakan untuk penelitian instrument penelitian terlebih dahulu diujicobakan kesalah satu kelas yang bukan subyek penelitian tetapi sudah mendapatkan materi yang akan diujicobakan dan dipilih kelas VIII. Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperoleh tingkat penguasaan materi pelajaran yang diperoleh dari tiap siklus mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 rata-rata daya serap siswa sebesar 61. Pada siklus 2 rata-rata daya serap siswa sebesar 74,68 dan siklus 3 rata-rata daya serap siswa 85,32. Dari hasil analisis pretes dan postes, rata-rata hasil pretes siswa yaitu 17,93 % dan rata-rata hasil postes siswa yaitu 81,21 %. Peningkatan rata-rata pretes dan postes cukup baik yaitu 63,28 %. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Respon siswanya bagus, yakni dengan nilai 72,71 %. Nilai tersebut berada pada interval kriterium baik. Dan ketuntasan belajar siswanya memperoleh hasil 75 % dengan ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika pada sekolah yang diteliti adalah 75 dar skala 100. Oleh karena itu, model pembelajaran Think Pair Share diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran matematika. Kunci : Model Pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share, Kemampuan penalaran matematis.
Pada
PENDAHULUAN
pendidikan
saat
ini
memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan siswa yang memiliki perbedaan kemampuan,
keterampilan,
filsafat
hidup, dan lain sebagainya. Adanya perbedaan
tersebut
menjadikan
pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan
strategi,
pendekatan,
metode, dan teknik yang bermacammacam sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Penguasaan siswa terhadap suatu materi dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki siswa yang salah satunya adalah nalarnya
siswa
menggunakan
daya
memecahkan
suatu
untuk
masalah yang ada. Salah satu aspek yang selalu ada dalam tujuan pembelajaran Matematika disetiap
kurikulum
dan
dibentuk
secara
bertahap
kemampuan adalah
salah
kemampuan
penalaran matematika siswa masihlah
A. Latar Belakang Dunia
kenyataannya
penalaran. satu
sebaiknya adalah
Penalaran kemampuan
matematika yang berperan penting dalam keberhasilan siswa.
sangat
rendah,
padahal
pelajaran
Matematika mendapat bagian yang cukup besar dibanding jam pelajaran lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi mulai dari faktor internal siswa yang tidak mau berusaha dengan keras untuk memahami matematika, atau faktor eksternal siswa, seperti guru yang dianggap killer dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa jenuh, bahkan teman belajar di kelas yang tidak menyenangkan bisa mempengaruhi juga. Salah satu alternatif dari model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah
model
pembelajaran
cooperative learning tipe Think Pair Share karena dalam pelaksanaannya memungkinkan
pendidik
kelas
lebih
dengan
memudahkan
peserta
mengelola
efektif didik
dan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Strategi Think Pair Share (TPS) atau
berpikir
merupakan kooperatif
berpasangan jenis
yang
berbagi
pembelajaran dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi ini berkembang dari penelitian
memecahkan masalah atau aplikasi
belajar kooperatif dan waktu tunggu.
yang banyak disekeliling mereka.
Pembelajaran kooperatif tipe think-
3. Penggunaan metode dan model
pair-share ini dikembangkan pertama
pembelajaran dalam pembelajaran
kali oleh Frank Lyman dan rekannya di
matematika mempengaruhi prestasi
University of Maryland pada tahun
belajar siswa.
1985. Menurut Frank model ini adalah
C. Rumusan Masalah
cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas.
telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya dapat disimpulkan sebagai
B. Identifikasi Masalah 1. Masih
Berdasarkan latar belakang yang
rendahnya
kemampuan
penalaran siswa pada bidang studi matematika.
Faktor
berikut : 1. Apakah
pembelajaran
dengan
yang
menggunakan model pembelajaran
menyebabkan hal ini terjadi mulai
kooperatif tipe Think Pair Share
dari faktor internal siswa yang
dapat
tidak mau berusaha dengan keras
penalaran matematis siswa?
meningkatkan
kemampuan
untuk memahami matematika, atau
2. Bagaimana aktivitas guru dan siswa
faktor eksternal siswa, seperti guru
pada saat proses belajar mengajar
yang
berlangsung?
dianggap
killer
dan
menerapkan metode atau strategi
3. Apakah
pembelajaran
dengan
pembelajaran yang kurang tepat
menggunakan model pembelajaran
sehingga menimbulkan rasa jenuh,
kooperatif tipe Think Pair Share
bahkan teman belajar di kelas yang
dalam meningkatkan kemampuan
tidak
penalaran
menyenangkan
bisa
mempengaruhi juga.
matematis
dapat
mencapai ketuntasan belajar siswa?
2. Banyak guru matematika yang
4. Bagaimana respon siswa setelah
cenderung menggunakan metode
mengikuti pembelajaran matematika
konvensional dalam menyampaikan
dengan
pelajaran
pembelajaran kooperatif tipe Think
matematika
sehingga
membuat peserta didik tidak aktif dan hanya menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga peserta
didik
kurang
terbiasa
menggunakan
Pair Share?
model
D. Batasan Masalah
1. Untuk mengetahui bahwa model
a. Wilayah Kajian
pembelajaran kooperatif tipe Think
Dalam penelitian ini yang menjadi wilayah
penelitian
adalah
SMP
Muhammadiyah 2 Cirebon yaitu siswa kelas VII. Karena siswa kelas VII merupakan
masa
dimana
secara
psikologis kondisi siswa SMP yang masih
remaja
sehingga
mereka
menyukai hal baru dan lebih terbuka dengan
teman
memecahkan
sebaya
masalah,
dalam sehingga
Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. 2. Untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Untuk
mengetahui
ketuntasan
belajar siswa. 4. Untuk mengetahui respon siswa setelah
mengikuti
pembelajaran
sekolah tersebut layak untuk dijadikan
matematika dengan menggunakan
penelitian.
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
pendekatan
kuantitatif, karena data yang akan diolah berhubungan dengan nilai atau angka-angka yang dapat dihitung secara matematis
dengan
menggunakan
perhitungan statistik.
yang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Siswa Pembelajaran ini dapat menbantu siswa
dalam
kemampuan
mengembangkan
penalaran,
kemampuan
berfikir dan mengutarakan pendapat,
c. Jenis Masalah Masalah
F. Manfaat Penelitian
diangkat
penulis
membantu
siswa
dalam
untuk diteliti adalah apakah terdapat
pemahaman
pengaruh
matematis
menambah pengalaman siswa dalam
melalui model pembelajaran kooperatif
kegiatan pembelajaran sehingga dapat
tipe think-pair-share siswa kelas VII di
meningkatkan hasil belajar.
SMP Muhammadiyah 2 Cirebon.
2. Bagi Guru
pembelajaran
dari
pelajaran,
Informasi yang disampaikan dapat
E. Tujuan Penelitian Tujuan
materi
proses
penelitian
ini
menambah variasi strategi mengajar
berdasarkan rumusan masalah diatas
untuk
adalah:
penalaran
meningkatkan matematika
kemampuan siswa
serta
penguasaan
tehadap
materi
yang
diberikan.
pola wacana dalam kelas.
3. Bagi Sekolah
Langkah-langkah Think Pair Share
Dapat meningkatkan proses belajar mengajar
ini adalah cara efektif untuk mengubah
di
sekolah
dan
dapat
sebagai berikut: Tahap I:
Thinking (berpikir). Guru
meningkatkan prestasi sekolah, karena
mengajukan pertanyaanatau soal yang
hasil belajar siswa meningkat.
berhubungan
4. Bagi Peneliti
Selanjutnya peserta didik diminta untuk
Memperoleh wawasan
pengalaman
dalam
dengan
pelajaran.
dan
memikirkan jawaban pertanyaan atau
menghadapi
soal tersebut secara mandiri untuk
permasalahan - permasalahan yang
beberapa saat.
berkaitan
Tahap II: Pairing (berpasangan). Guru
dengan
pembelajaran
matematika.
meminta siswa berpasangan dengan
5. Bagi Pembaca
siswa yang lain untuk mendiskusikan
Dapat berguna untuk mengetahui
apa yang telah dipikirkan pada tahap
ilmu pengetahuan tentang kemampuan
pertama.
penalaran matematis dan model – model
diharapkan dapat berbagi jawaban atau
pembelajaran matematis.
berbagi ide. Biasanya guru memberi
G. Tinjauan Pustaka
waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
akhir
Strategi Think Pair Share (TPS) atau
pasangan
berpasangan
merupakan kooperatif
jenis yang
berbagi pembelajaran
dirancang
untuk
pada
tahap
ini
Tahap III: Sharing (berbagi) Pada tahap
Think Pair Share.
berpikir
Interaksi
ini,
guru untuk
meminta
kepada
berbagi
dengan
kelompoknya tentang apa yang telah mereka bicarakan. Kemampuan Penalaran Matematis
mempengaruhi pola interaksi peserta
Kemampuan berarti kesanggupan;
didik. Strategi ini berkembang dari
kecakapan ; kekuatan (KBBI, 1990 :
penelitian belajar kooperatif dan waktu
553). Menurut kamus bahasa Indonesia,
tunggu. Pembelajaran kooperatif tipe
penalaran berasal dari kata nalar yang
think-pair-share
artinya
ini
dikembangkan
pertimbangan dan
tentang
sebagainya,
bisa
baik
pertama kali oleh Frank Lyman dan
buruk
juga
rekannya di University of Maryland
diartikan aktivitas yang memungkinkan
pada tahun 1985. Menurut Frank model
seseorang berpikir logis.
Tim Balai Pustaka (2009: 13) memberikan
pengertian
bahwa
Penalaran berasal dari kata nalar yang
yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah : (a) Kemampuan menyajikan
berarti pertimbangan tentang baik dan
pernyataan matematika secara
buruk
yang
lisan,tertulis, gambar dan diagram;
berpikir
(b) Kemampuan mengajukan dugaan;
atau
aktivitas
memungkinkan logis,
seseorang
jangkauan
pemikiran,
proses
(c) Kemampuan melakukan
mental dalam pengembangan pikiran
manipulasi matematika;
dari beberapa fakta atau prinsip.
(d) Kemampuan
Menurut Suhena (2009 : 19) yang dimaksud
dengan
penalaran
logis
adalah kemampuan memberikan alasan (argumentasi) logis yang diperlukan untuk menyelesaikan soal berdasarkan aturan inferensi. Dan penalaran analogi adalah berdasarkan
penarikan
kesimpulan
keserupaan
sifat
atau
kondisi data.
bukti,
memberikan alasan/bukti terhadap kebenaran solusi; (e) Kemampuan menarik kesimpulan
dari pernyataan; (f) Memeriksa kesahihan suatu
argumen; (g) Menemukan pola atau sifat dari
gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Menurut Utari (2010 : 5) penalaran digolongkan menjadi dua jenis yaitu penalaran
menyusun
induktif
dan
H. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis
deduktif.
gunakan adalah penelitian tindakan
Penalaran induktif diartikan sebagai
kelas. Menurut Aqib (2009: 12) ada tiga
penarikan kesimpulan yang bersifat
kata yang membentuk pengertian PTK,
umum atau khusus berdasarkan data
maka ada tiga pengertian pula yang
yang teramati. Nilai kebenarannya dapat
dapat di terangkan.
bersifat benar atau salah. Sedangkan
1. Penelitian - kegiatan mencermati
penalaran deduktif adalah penarikan
suatu objek, menggunakan aturan
kesimpulan berdasarkan aturan yang
metodologi tertentu untuk
disepakati. Nilai kebenarannya bersifat
memperoleh data atau informasi
mutlak benar atau salah dan tidak
yang bermanfaat untuk
keduanya bersama – sama.
meningkatkan mutu dari suatu hal
Depdiknas
(Shadiq,
2009
:14)
menjelaskan bahwa Indikator penalaran
yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan - sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu,
yang
kemampuan penalaran matematis dan ketuntasan belajar siswa.
dalam
Adapun
pedoman
dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian
menganalisa soal tes uji coba adalah
siklus kegiatan.
sebagai berikut :
3. Kelas - sekelompok siswa yang
a. Menentukan Validitas Soal
dalam waktu yang sama menerima
Untuk menghitung validitas tiap
pelajaran yang sama dari seorang
butir soal yang berbentuk uraian
guru.
menggunakan
Menurut
Arikunto
rumus
korelasi
(2006:51)
produk moment memakai angka
“desain penelitian adalah rencana atau
kasar. Rumusnya adalah sebagai
rancangan yang dibuat oleh peneliti,
berikut :
sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan
N
rxy
dilaksanakan”. Untuk mencapai tujuan
XY
X2
N
X X
2
N
Y Y2
penelitian, maka desain penelitian yang digunakan
untuk
“one
adalah
mencapai
group
pretes
tujuan
Kemudian
untuk
menguji
postes
keberartian validitas (koefisien korelasi)
desain” menurut Arikunto (2010: 124).
soal essay digunakan statistik uji t yang
A) Populasi dan Sampel
dikemukakan oleh Sudjana (2001: 380)
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah
2
Cirebon,
dengan populasi seluruh siswa kelas VII dan sampel siswa kela VII B karena dikelas tersebut nilai ulangan harian pada materi pecahan mash kurang.
t
rxy
n 2 1 rxy2
b. Menentukan Reliabilitas Soal Rumus
yang
digunakan
koofesien
untuk
reliabilitas
bentuk uraian dikenal dengan rumus
1. Tes (Soal) yang
Keterangan: t =
daya beda.
mencari
B) Instrumen Penelitian
Tes
yaitu:
Alpha seperti berikut : digunakan
dalam
penelitian ini adalah tes kemampuan penalaran matematis berupa tes tipe uraian/essay. Tujuan pembuatan tes ini adalah untuk mengetahui peningkatan
c. Menentukan Indeks Kesukaran Soal Rumus untuk menentukan indeks kesukaran menurut Kurikulum 1994
Y
2
(Praja,2002:41)
adalah
sebagai
berikut :
1. Analisis kemampuan penalaran matematis
SA SB N Maks
IK
D) Teknik Analisis Data
a. Uji Gain
d. Menentukan Daya Pembeda Soal
2. Lembar
(Praja,2002:41)
adalah
DP
a. Lembar
b. Lembar
N
aktivitas
observasi
aktivitas
siswa
SA SB 1 2
observasi
guru
sebagai
berikut:
Aktivitas
Guru dan Siswa
Rumus untuk menentukan daya pembeda menurut Kurikulum 1994
Observasi
3. Analisis Ketuntasan Belajar
Maks
2. Observasi Lembar
pengamatan
(Trianto, 2011: 63)
dalam
penelitian ini adalah lembar pengamatan
4. Respon Siswa
aktivitas siswa dalam PBM. Lembar
Untuk mengetahui respon siswa
aktivitas
siswa
digunakan
untuk
terhadap
pembelajaran
matematika
mengamati kegiatan siswa pada saat
dengan
proses belajar mengajar berlangsung.
pembelajaran Think Pair Share, dengan
Data yang diperoleh dijadikan bahan
menggunakan
evaluasi.
Pengolahan Data Angket menggunakan
ini
digunakan
Angket
siswa.
untuk
mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran
model
rumus sebagai berikut :
3. Angket Angket
menggunakan
matematika
dengan
menggunakan model Think Pair Share. C) Teknik Pengumpulan Data
I. Pembahasan A. Analisis hasil Penelitian 1. Tiap Tindakan Siklus
No
Jenis Data
1.
Kemampuan Penalaran Soal (tes)
siklus ketiga, dengan rata-rata siklus
dan Ketuntasan
pertama sebesar 61% kemudian siklus
2.
Aktivitas Guru dan
Instrumen
(Sudijono,2009: 43)
Observasi
Siswa 3.
Respon
Mulai dari siklus pertama sampai
kedua mengalami peningkatan sebesar 74,68 % dan siklus ketiga mengalami
Angket
peningkatan juga sebesar 85,32 %.
aktivitas
2. Uji Gain Berdasarkan perhitungan uji gain pretes ke postes diperoleh hasil 0,77
model
TPS
pada
tindakan
3
memperoleh nilai 87,5% dengan kriteria sangat baik.
yang berarti pada pembelajaran dengan menggunakan
siswa
5.
Respon Siswa
terdapat
Rata-rata keseluruhan nilai angket
peningkatan pada hasil belajar siswa
siswa 72,71%. Sikapnya positif dengan
dengan interpretasi tinggi. Sedangkan
kriteria respon siswa baik terhadap
Siklus 1 ke siklus 2 diperoleh 0,38
pembelajaran
dengan interpretasi sedang dan siklus 2
model pembelajaran TPS.
ke siklus 3 diperoleh hasil 0,35 dengan interpretasi sedang.
6. Ketuntasan
siswa yang Tuntas.
Aktivitas guru pada tindakan 1 sudah cukup baik, dengan perolehan nilai 65 %. Walaupun masih ada yang
melalui
Dari hasil postes di atas diperoleh 21
3. Aktivitas Guru
kekurangan
matematika
terjadi
dalam
T
21 100% 28
75%
Artinya, dari 28 siswa hanya 75 % siswa yang Tuntas.
pembelajaran namun harus diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. Dan
J. Kesimpulan
pada aktivitas guru pada tindakan 2
1. Pada siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 2
sudah cukup baik dibandingkan dengan tindakan pembelajaran 1, walaupun
ke siklus 3 dari
terdapat peningkatan
kategori
rendah
yang
masih ada kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran. Aktivitas guru
sebelumnya 12 siswa menjadi 9
pada pembelajaran 2 memperoleh nilai
siswa, sedangkan kategori sedang
70 %. Dan aktivitas guru pada tindakan
yang sebelumnya 10 siswa menjadi
3 sudah baik dibandingkan dengan tindakan
pembelajaran
kekurangan
yang
1
dan
terjadi
2, pada
pembelajaran sudah diperbaiki, dengan
8 siswa. dan untuk kategori tinggi walaupun terdapat
5 siswa tetapi
pada siklus 1 ke siklus 2 terdapat 1
perolehan nilai 83,75 %. 4.
siswa
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada tindakan 1 dan 2 memperoleh nilai 60% dan 67,5% dengan
kriteria
baik.
Sedangkan
yang
memperoleh
nilai
maksimum, siklus 2 ke siklus 3 terdapat 6 siswa yang memperoleh
nilai maksimum. Sedangkan untuk
yang belum tuntas atau 25 % dan
perhitungan uji gain dari pretes ke
terdapat 21 siswa yang tuntas atau
postes diperoleh rata - rata 0,77
75 % dari keseluruhan siswa yang
yang berarti pada pembelajaran
berjumlah 28 siswa.
dengan menggunakan model TPS
4. Respon
siswa
terhadap
terdapat peningkatan pada penalaran
pembelajaran melalui model TPS
matematis siswa dengan interpretasi
sebesar 72,71 % yaitu baik.
tinggi. 2. Aktivitas guru dan siswa dalam berdiskusi dilakukan melalui lembar observasi. Hasilnya aktivitas guru pada tindakan 1 sudah baik, dengan perolehan nilai 65%. Pada tindakan 2 memperoleh nilai 70%. Dan aktivitas guru pada tindakan 3 sudah sangat baik, dengan perolehan nilai 83,75%. Sedangkan aktivitas siswa pada tindakan 1 memperoleh nilai 60%
(baik),
pada
tindakan
2
memperoleh nilai 67,5% (baik). Dan pada tindakan 3 sudah sanga tbaik dengan memperoleh nilai 87,5 %. 3. Pada perhitungan KKM yang telah ditetapkan di sekolah yakni 7,5 dapat dilihat bahwa terdapat 7 siswa