Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS
PREVALENSI ANAK KESULITAN BERHITUNG DI SD: ASESMEN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM
Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa
Oleh: FATONI ARMY BINTORO NIM: 12010044210
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2016
1
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
PREVALENSI ANAK KESULITAN BERHITUNG DI SD: ASESMEN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM Fatoni Army Bintoro dan Asri Wijiastuti (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
[email protected]
ABSTRACT Prevalence is the number of a problem measured by using identification instrument and assessment to determine the sum and its percentage. The main problem of this research is children difficulty in counting. Difficult counting is the disability in doing arithmetic skill expected for intellectual and student education level given through individual test. Mathematic assessment test based curriculum is used to identify children who get problem in difficult counting at SDN Jabon 1 Jombang. Assessment is a process to collect information about a child used as consideration and judgment. The objective of this research is to identify children prevalence in counting problem at SDN Jabon 1 Jombang. Descriptive quantitative is used in this methodology research. Kind of this research uses survey research as design research. The technique of collecting data uses test, observation (checklist) and documentation. For research data analysis, the researcher uses simple formulation statistic percentage. The result of this research indicates that students who get counting problem at SDN Jabon 1 Jombang from first class up to fourth class is 16 students (24%) 10 male students (15%) 6 female students (9%). Keywords: Prevalence, assessment test. Pendahuluan Pada saat ini sering dijumpai siswa sekolah dasar yang mempunyai kecerdasan tergolong rata-rata atau bahkan di atas rata-rata, namun siswa tersebut tidak mampu meraih prestasi belajar yang memuaskan. Siswa tersebut sering disebut siswa berkesulitan belajar. Siswa berkesulitan belajar adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggal kelas (Yusuf, 2003: 59). Kesulitan belajar spesifik dibagi menjadi 3 yaitu Kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), kesulitan belajar menulis (disgrafia). Kenyataan dilapangan sekarang ini terlihat bahwa anak berkesulitan belajar yang ada disetiap sekolah dasar kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena dinas setempat itu sendiri terkadang tidak mengetahui berapa jumlah yang pasti anak berkesulitan belajar disetiap sekolah. Dinas setempat kurang menerima laporan berapa jumlah anak berkesulitan belajar disetiap
sekolah yang ada karena pihak sekolah seperti kepala sekolah dan para guru jarang sekali mengidentifikasi anak yang berkesulitan belajar yang berada disetiap sekolah, akibatnya mereka tidak mengetahui seberapa banyak anak berkesulitan belajar yang ada saat ini. Hallahan (1985) (dalam Abdurrahman, 2012) prevalensi anak berkesulitan belajar meningkat secara drastis dari tahun ke tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3.215 siswa kelas I hingga kelas VI SD di DKI Jakarta, terdapat 16,52% yang oleh guru dinyatakan sebagai murid berkesulitan belajar Nafsiah Ibrahim (1994) (dalam Abdurrahman, 2012). Hasil penelitian berikutnya menunjukkan bahwa dari 510 siswa kelas IV hingga kelas VI SD di Surabaya , terdapat 19,8% yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar dalam bentuk kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) Fardana, et al, (2008) (dalam Abdurrahman, 2012: 1). Adanya kenaikan prevalensi anak berkesulitan belajar menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2012) disebabkan karena ada beberapa alasan, (1) peningkatan prosedur identifikasi dan asesmen anak berkesulitan belajar, (2) persyaratan yang longgar untuk
2
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
menentukan anak berkesulitan belajar, (3) orang tua dan guru lebih menyukai klasifikasi anak berkesulitan belajar daripada klasifikasi lain, (4) penurunan biaya program PLB yang segregatif dan peningkatan biaya program PLB yang integratif, (5) adanya evaluasi ulang terhadap anak-anak yang pada mulanya dinyatakan sebagai anak tunagrahita. Kesulitan belajar merupakan kondisi yang dapat dialami oleh setiap siswa. Kesulitan belajar yang dialami siswa bertambah parah manakala para guru belum memahami bentukbentuk dari kesulitan belajar dan bagaimana cara penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar yang dialami siswanya. Akibat lebih jauh dari kesulitan belajar yang dialami siswa adalah terhambatnya proses belajar siswa itu sendiri, tidak jarang siswa yang harus mengulang kelas hanya karena mengalami kesulitan belajar secara akademik. Salah satu bentuk kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan akademik adalah kesulitan belajar matematika. Kesulitan belajar matematika ini merupakan kesulitan belajar yang paling banyak ditemukan pada siswa-siswa sekolah dasar setelah kesulitan belajar membaca. Sekitar 6% sampai 7% siswa di sekolah umum menunjukkan adanya hambatan yang serius dalam matematika. Tidak kurang dari 26% siswa berkesulitan belajar mempunyai masalah di bidang matematika Lerner dan Kline (2006) (dalam Abdurrahman, 2012). Untuk mengetahui siswa tersebut apakah mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan asesmen kepada setiap siswa. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut Lerner (1988) (dalam Abdurrahman, 2012: 54). Prevalensi anak berkesulitan belajar yang ditemukan mencapai 6,2% dari populasi yang ada. Hal tersebut merupakan hasil analisis berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunardi (2000). Sukarno (2006) (dalam Sunardi dkk, 2007:45) “prevalensi siswa berkesulitan belajar diperkirakan sebesar 16% dari populasi siswa sekolah”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarmansyah (2003), terdapat 411 anak atau 11,28% anak berkesulitan belajar di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pauh hampir dari jenjang
kelas I sampai VI terdapat anak yang mengalami kesulitan belajar diantaranya 76,6% mengalami kesulitan membaca, 75,3% mengalami gejala lambat belajar, 66,4% mengalami under uchiever (prestasi di bawah rata-rata), 66,36% mengalami kelemahan dalam mata pelajaran yang di ebtanaskan, 61,3% mengalami kesulitan dalam menulis dan 48,6% mengalami kesulitan dalam berhitung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masroza (2013), terdapat 5887 siswa pada 24 Sekolah Dasar Se Kecamatan Pauh Padang dengan didapatkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca sebanyak 59%, siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis sebanyak 74,92%, siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung sebanyak 74,40%. Siswa-siswa tersebut mengalami masalah dalam bidang akademik dan memerlukan layanan pendidikan khusus. Jika anak berkesulitan belajar tersebut tidak mendapatkan layanan khusus bisa kita bayangkan saja berapa banyak siswa yang akan terancam tinggal kelas bahkan beresiko tinggi bisa putus sekolah. Berdasarkan permasalahan di atas dan minimnya informasi tentang prevalensi anak berkesulitan berhitung maka, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikulum”. Tujuan Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menemukan prevalensi anak kesulitan berhitung kelas I sampai IV dengan menggunakan asesmen matematika berbasis kurikulum di SDN Jabon 1 Jombang. Serta menemukan prevalensi anak kesulitan berhitung antara laki-laki dan perempuan di SDN Jabon 1 Jombang. A. Pendekatan Penelitian dan Rancangan Penelitian Metodologi penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan design penelitian survey research. Pada umumnya penelitian survey menggunakan instrumen sebagai alat pengambil data. Hasibuan (2007) penelitian survei adalah penelitian yang mengambil
3
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
sampel dari populasi dan menggunakan instrumen sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam penelitian survei diperlukan jumlah populasi yang cukup besar jika penelitinya menginginkan hasil yang mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Kemudian dari data yang diperoleh tersebut diolah menggunakan Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Jombang yang diukur menggunakan alat asesmen. 2. Anak Kesulitan Berhitung Anak yang mengalami kesultan berhitung yang disebabkan oleh gangguan pada system saraf pusat. Biasanya anak lemah dalam kemampuan persepsi sosial, lemah dalam konsep arah dan waktu, dan ada gangguan memori. Anak mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk geometri, symbol, konsep angka, sulit menghafal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara cepat. 3. Asesmen Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak berkesulitan berhitung.
B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas I sampai IV yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian No Lokasi Penelitian Jumlah 1. SDN Jabon 1 Siswa kelas I Jombang sebanyak 14 siswa. Jl.KaptenTendean Siswa kelas II No.9 Jombang sebanyak 16 siswa. Siswa kelas III sebanyak 14 siswa. Siswa kelas IV sebanyak 22 siswa.
E. Instrumen Penelitian 1. Tes tulis asesmen matematika berbasis kurikulum yang berupa lembar kerja siswa 2. Observasi yang menggunakan daftar ceklist F.
Teknik Pengumpulan Data 1. Tes 2. Observasi 3. Dokumentasi
G. Teknik Analisis Data Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik sederhana prosentase. Metode prosentase digunakan untuk melihat jumlah prevalensi anak kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang. Adapun rumus prosentase seperti dikemukakan Sudjana (2005: 50) sebagai berikut:
C. Variabel Sugiyono (2010:60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel penelitian yaitu prevalensi anak berkesulitan berhitung.
P=
x 100%
Keterangan: P = Prosentase f = Frekuensi N= Jumlah responden 100% = Bilangan tetap
D. Definisi Operasional 1. Prevalensi Dalam penelitian, prevalensi yang dimaksud adalah angka kejadian anak yang mengalami kesulitan berhitung di SDN Jabon 1
4
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
Pada penelitian ini pertanyaan dari rumusan masalah sebagai variabel yang dijabarkan menjadi indikator dan setiap indikator dijabarkan menjadi deskripsi. Selanjutnya untuk menyimpulkan setiap indikator dijawab secara deskriptif. Kriteria penilaian : 1. Pada instrumen ceklist : Jika anak menunjukkan lebih dari 8 item, anak tersebut beresiko mengalami kesulitan berhitung (Sumarlis,2007) 2. Pada instrumen tes tulis asesmen matematika berbasis kurikulum : Jika hasil perhitungan angka presentase itu menunjukkan angka kurang dari 49%, maka tingkat penguasaan ketrampilan diposisikan pada kelompok frustation level: yaitu tingkat pemahaman yang dikategorikan rendah dan dapat dikategorikan berkesulitan belajar. (Helen Keller Internasional, 2009)
= Prosentase perempuan = P =
43 66
x 100% = 65 %
x 100% =
23 x 100% = 35 % 66
Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat bahwa dari semua subjek kelas I sampai kelas IV yang berjumah 66 siswa ada sebanyak 43 siswa (65%) yang berjenis kelamin laki-laki dan ada sebanyak 23 siswa (35%) yang berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian “Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung Di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikulum “ saya berfokus kepada anak yang mengalami kesulitan berhitung. Adapun hasil temuan penelitian di lapangan : 1. Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung Kelas I Penelitian dilakukan pada siswa kelas I yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang yang diolah dan dihitung menggunakan statistik sederhana prosentase. Adapun hasil subjek yang diteliti sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Menggunakan Statistik Sederhana Prosentase Pada Kelas I No Nama JK Pengumpulan Data Ket L/P Cklist Tes UKK 1 FB P 3 90% 97 -
Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Hasil penelitian dengan analisis data menggunakan statistik sederhana prosentase yang diperoleh berdasarkan tes, observasi (ceklist), dokumentasi. Hasil pengisian tes digabungkan dengan hasil observasi (ceklist) dan dokumentasi. Tes tulis asesmen matematika berbasis kurikulum diberikan kepada subjek penelitian ( siswa kelas I sampai kelas IV), observasi (ceklist) diberikan kepada guru kelas dan dokumen diambil dari nilai UKK siswa. Penelitian ini dilakukan kepada semua siswa yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang dari kelas I sampai kelas IV dengan jumlah populasi sebanyak 66 siswa. Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dari Kelas I sampai Kelas IV No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
2
RK
L
5
78%
390
-
3
VE
L
6
82%
75
-
4
SY
L
11
46%
88
KB
5
AB
L
4
82%
73
-
6
AF
L
6
68%
90
-
7
MR
L
8
64%
74
-
1
Laki – laki
43
65%
8
SL
P
1
92%
100
-
2
Perempuan
23
35%
9
RA
P
5
80%
88
-
66
100%
10
HRE
L
3
86%
100
-
11
ED
P
4
92%
90
-
Jumlah Prosentase laki – laki
= P=
x 100%
5
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
12
PB
P
2
82%
97
-
12
MRR
P
9
42%
68
KB
13
DA
L
3
88%
90
-
13
RDA
P
6
63%
68
-
14
DA
L
3
86%
92
-
14
RA
L
5
53%
72
-
15
SY
L
6
73%
72
-
16
W
P
6
53%
72
-
Prosentase anak laki-laki = P = yang mengalami kesulitan
x 100% =
1
x 100% = 7%
14 berhitung Berdasarkan tabel diatas, setelah dihitung menggunakan rumus prosentase dapat diketahui bahwa prevalensi anak kesulitan berhitung dari keseluruhan siswa kelas I yang berjumlah 14 terdapat 1 siswa (7%) berjenis kelamin laki-laki yang mengalami kesulitan berhitung. 2. Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung Kelas II Penelitian dilakukan pada siswa kelas II yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang yang diolah dan dihitung menggunakan statistik sederhana prosentase. Adapun hasil subjek yang diteliti sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Menggunakan Statistik Sederhana Prosentase pada kelas II No Nama JK Pengumpulan Data Ket L/P Cklist Tes UKK 1 AGP P 7 62% 68 -
Prosentase anak laki-laki = P = yang mengalami kesulitan
x 100% =
berhitung
4 16
x 100% = 25%
Prosentase anak perempuan = P = yang mengalami kesulitan
=
berhitung
x 100% 1 16
x 100% = 6%
Berdasarkan tabel diatas, setelah dihitung menggunakan rumus prosentase dapat diketahui bahwa prevalensi anak kesulitan berhitung dari keseluruhan siswa kelas II yang berjumah 16 terdapat 4 siswa (25%) berjenis kelamin laki-laki yang mengalami kesulitan berhitung dan ada sebanyak 1 siswa (6%) berjenis kelamin perempuan yang mengalami kesulitan berhitung. 3. Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung Kelas III Penelitian dilakukan pada siswa kelas III yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang yang diolah dan dihitung menggunakan statistik sederhana prosentase. Adapun hasil subjek yang diteliti sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Menggunakan Statistik Sederhana Prosentase pada kelas III No Nama JK Pengumpulan Data Ket L/P Cklist Tes UKK 1 AS L 9 43% 70 KB
2
AAM
L
7
55%
68
-
3
AS
L
7
67%
68
-
4
BEM
L
9
43%
68
KB
5
BF
L
9
35%
68
KB
6
DBS
L
9
46%
68
KB
7
FAS
L
11
45%
68
KB
2
ZM
P
9
43%
90
KB
8
KD
P
2
77%
92
-
3
AM
L
4
53%
70
-
9
MRY
L
2
77%
80
-
4
AAK
P
4
65%
70
-
10
MDM
L
5
68%
76
-
5
AMA
L
5
63%
80
-
11
MR
L
7
52%
76
-
6
DYP
L
9
23%
72
KB
6
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
7
DM
P
9
37%
76
KB
3
AW
L
8
50%
76
-
8
EF
L
13
27%
79
KB
4
ADK
L
2
87%
93
-
9
JAC
P
7
52%
70
-
5
CA
P
9
47%
74
KB
10
NA
P
3
63%
72
-
6
DA
P
9
40%
70
KB
11
RC
L
0
92%
98
-
7
DDS
L
6
63%
88
-
12
RT
P
4
62%
70
-
8
DIK
L
6
55%
77
-
13
SY
L
10
33%
70
KB
9
DV
L
6
50%
83
-
14
BTJG
L
5
62%
73
-
10
EPP
L
5
50%
80
-
11
GP
L
3
75%
85
-
12
HA
P
4
78%
85
-
13
IA
P
3
65%
86
-
14
LS
L
4
68%
86
-
15
MRN
L
8
53%
80
-
Prosentase anak laki-laki = P = yang mengalami kesulitan
=
berhitung
x 100% 4 14
Prosentase anak perempuan = P = yang mengalami kesulitan
=
2 14
x 100% = 29%
x 100% x 100% = 14%
berhitung Berdasarkan tabel diatas, setelah dihitung menggunakan rumus prosentase dapat diketahui bahwa prevalensi anak kesulitan berhitung dari keseluruhan siswa kelas III yang berjumlah 14 terdapat 4 siswa (29%) berjenis kelamin laki-laki yang mengalami kesulitan berhitung dan ada sebanyak 2 siswa (14%) berjenis kelamin perempuan yang mengalami kesulitan berhitung. 4. Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung Kelas IV Penelitian dilakukan pada siswa kelas III yang bersekolah di SDN Jabon 1 Jombang yang diolah dan dihitung menggunakan statistik sederhana prosentase. Adapun hasil subjek yang diteliti sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Menggunakan Statistik Sederhana Prosentase pada kelas IV No Nama JK Pengumpulan Data Ket L/P Cklist Tes UKK 1 SPI P 11 27% 70 KB 2
AM
L
6
48%
75
16
MDZ
P
6
62%
80
-
17
MR
L
6
58%
74
-
18
MRI
L
3
73%
90
-
19
RIS
P
2
83%
82
-
20
ZH
L
7
63%
82
-
21
SR
P
2
78%
93
-
22
NDP
L
9
45%
72
KB
Prosentase anak laki-laki
=
yang mengalami kesulitan =
P = 1
x 100%
x 100% = 4,5%
22
berhitung Prosentase anak perempuan =P= yang mengalami kesulitan
=
x 100% 3
22
x 100% = 14%
berhitung Berdasarkan tabel diatas, setelah dihitung menggunakan rumus prosentase dapat diketahui bahwa prevalensi anak kesulitan berhitung dari keseluruhan siswa kelas IV yang
-
7
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
berjumlah 22 terdapat 1 siswa (4,5%) berjenis kelamin laki-laki yang mengalami kesulitan berhitung dan ada sebanyak 3 siswa (14%) berjenis kelamin perempuan yang mengalami kesulitan berhitung. Jadi prevalensi anak kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Data Anak yang Mengalami Kesulitan Berhitung Kelas I sampai Kelas IV Kelas
Jenis Kelamin L P
Jumlah Siswa
I
1
-
14
II
4
1
16
III
4
2
14
IV
1
3
22
Jumlah
10
6
66
Prosentase
15%
9%
100%
Prosentase laki – laki = P =
Bentuk kesulitan berhitung yang dialami oleh siswa ialah sulit dalam melakukan hitungan secara matematis. Siswa tersebut juga sulit dalam memahami konsep hitungan angka atau urutan. Terkadang siswa juga salah memahami waktu, arah, konsep bangun datar, pecahan dan yang paling banyak adalah salah dalam memahami konsep soal cerita. Hal ini memiliki kesamaan teori kesulitan berhitung dari Sidiarto (dalam Suharmini, 2005) yang mengemukakan bahwa “diskalkulia adalah ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan pada system saraf pusat”. Biasanya anak lemah dalam kemampuan persepsi sosial, lemah dalam konsep arah dan waktu, dan ada gangguan memori. Anak mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk geometri, symbol, konsep angka, sulit menghafal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara cepat. Hal ini diperjelas dengan hasil tes tulis asesmen matematika berbasis kurikulum yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu siswa kelas I sampai kelas IV. Siswa yang mengalami kesulitan berhitung pada tes tulis mendapat nilai akhir dibawah 49%. Hal ini memiliki kesamaan teori dengan Helen Keller Internasional (2009) bahwa jika nilai akhir anak dibawah 49% maka tingkat penguasaan ketrampilan diposisikan pada kelompok frustration level : yaitu tingkat pemahaman yang dikategorikan rendah dan dapat dikategorikan anak tersebut kemungkinan mengalami kesulitan berhitung. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang berjumlah sebanyak 16 siswa (24%) yang terdiri dari 10 siswa (15%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 siswa (9%) yang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat menjawab rumusan masalah tentang prevalensi anak kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang.
x 100% 10
=
66
Prosentase perempuan = P = =
x 100% = 15 % x 100%
6 x 100% = 9 % 66
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa keseluruhan anak yang mengalami kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang dari kelas I sampai IV berjumlah 16 siswa (24%) yang terdiri dari 10 siswa (15%) berjenis kelamin laki-laki dan 6 siswa (9%) berjenis kelamin perempuan.
PENUTUP SIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana prosentase yang dilakukan pada kelas I sampai kelas IV di SDN Jabon 1 Jombang yang berjumlah 66 siswa didapatkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang berjumlah sebanyak 16 siswa (24%) yang terdiri dari 10 siswa (15%) yang
B. Pembahasan Berdasarkan analisis deskriptif dan hasil temuan penelitian dengan statistik sederhana prosentase menunjukkan gambaran tentang prevalensi anak yang mengalami kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang dari kelas I sampai dengan kelas IV. Hasil yang diperoleh dari daftar ceklist dari setiap guru kelas terdapat anak yang mengalami kesulitan berhitung pada tiap kelas.
8
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
berjenis kelamin laki-laki dan 6 siswa (9%) yang berjenis kelamin perempuan. Disini dapat dilihat bahwa Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikulum lebih banyak siswa yang berjenis kelamin laki-laki dengan 10 siswa (15%) dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan dengan 6 siswa (9%) SARAN Setelah melakukan penelitian tentang prevalensi anak kesulitan berhitung di SDN Jabon 1 Jombang: Asesmen Matematika Berbasis Kurikulum, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Seharusnya guru terlebih dahulu memahami pengertian kesulitan berhitung. Lalu mengadakan asesemen kepada setiap siswa sehingga dapat ketahui siswa tersebut mengalami kesulitan berhitung atau tidak, agar anak yang mengalami kesulitan berhitung tidak mempunyai kendala lagi dalam proses belajar. Guru juga harus bekerja sama dengan orang tua murid. Oleh karena itu sangat diharapkan sekali supaya tidak terjadi lagi peningkatan terhadap anak kesulitan behitung. Serta dapat memberikan penanganan yang tepat untuk anak kesulitan berhitung tersebut. Karena semakin dini ditemukan anak yang mengalami kesulitan berhitung di SD regular maka akan lebih cepat anak tersebut mendapatkan penanganan dari guru. 2. Bagi Pengelola Sekolah Sebaiknya pihak pengelola sekolah harus lebih bekerja sama dengan pihak dinas terkait agar dapat memberi penanganan kepada anak yang mengalami kesulitan berhitung, bukan hanya dengan mendatangkan GPK saja tapi memberikan layanan khusus sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami anak. 3. Bagi Peneliti Pada peneliti lain sebaiknya jika ingin mengadakan penelitian sejenis atau lanjutan, disarankan agar lebih diperdalam dan diperluas serta dapat melengkapi kekurangan penelitian ini.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arisandi, Elisa. 2011. “Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak Diskalkulia Melalui Metode Garismatika”, Vol. 3 No. 3 EJupekhu, diakses September. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas. Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi:Konsep, Teknik, Dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Internasional, Helen Keller. 2009. Asesmen Bahasa Indonesia dan Matematika untuk Anak dengan Kesulitan Belajar. Jakarta. Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar: Perspektif, Assesmen dan Penanggulangannya. Jakarta: PT Yayasan Penamas Murni Masroza, Fitria. 2013. “Prevalensi Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah Dasar Se Kecamatan Pauh Padang”, Vol.1 No. 1 EJupekhu, diakses Januari. Murtadlo, Ali. 2013. “Kesulitan Belajar (Learning Difficult) dalam Pembelajaran Matematika”, Vol. 4 Edu-Math M, Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2008 . Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Daignosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Bandung: ALFABETA.
9
Penelitian.
Prevalensi Anak Kesulitan Berhitung di SDN Jabon 1 Jombang : Asesmen Matematika Berbasis Kurikuluum
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : ALFABETA. Suharmini, Tin. 2005.”Aspek-Aspek Psikologis Anak Diskalkulia”, Vol.1 No. 2 Jurnal Pendidikan Khusus, diakses November. Sunardi, dkk.2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: UNESA University Press. Yusuf. 2003. Motivasi dalam Belajar. Jakarta. P2LPTK
10