JURNAL
KADAR N-TANAH PADA USTIC EPIAQUERTS SAWAH IRIGASI MELALUI PEMBERIAN PASIR SUNGAI, SABUT KELAPA, DAN SABUT BATANG PISANG SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KOMPONEN HASIL PADI
OLEH
SADLI MOHAMAD NIM. 6134 09 051
KADAR N-TANAH PADA USTIC EPIAQUERTS SAWAH IRIGASI MELALUI PEMBERIAN PASIR SUNGAI, SABUT KELAPA, DAN SABUT BATANG PISANG SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KOMPONEN HASIL PADI
Sadli Mohamad, Nurdin SP, M.Si, Fauzan Zakaria, SP, M.Si
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang terhadap kadar N-Tanah serta pengaruhnya terhadap komponen hasil padi dan menentukan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Penelitian ini berlokasi di areal sawah irigasi dengan jenis tanah Vertisol di Desa Bandungrejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo selama 4 (empat) bulan, terhitung sejak bulan April sampai Juli 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial pola 33, yaitu pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang terdiri dari 3 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 81 petak percobaan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam faktorial menggunakan program SAS. Parameter yang diamati meliputi: (1) kadar N-tanah, (2) persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan, (3) persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai, (4) persentase berat seribu butir terhadap berat total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N-tanah dan persentase berat seribu butir terhadap berat total. Tetapi, pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dan pemberian sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai. Selain itu, interaksi masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. Perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kadar N-tanah diperoleh dengan pasir sungai 0%+sabut kelapa 10 ton ha-1+sabut batang pisang 10 ton ha-1 (S0C1B1). Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap komponen hasil padi diperoleh dengan pasir sungai 25%+sabut kelapa 20 ton ha-1+sabut batang pisang 20 ton ha-1 (S1C2B2). Kata Kunci : N-tanah, Pasir, Sabut, Sungai, Kelapa, Pisang, Padi.
PENDAHULUAN Areal sawah di Paguyaman Provinsi Gorontalo dominan tergolong tanah Vertisol yang berkembang dari bahan lakustrin (Prasetyo 2007:2). Berdasarkan karakteristik dan pedogenesis sawah irigasi diklasifikasikan sebagai Ustic Epiaquerts (Nurdin 2012:3). Secara umum tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang tergolong tinggi dan didominasi oleh mineral liat 2:1 atau smektit yang memiliki sifat fisik mengembang saat basah dan mengkerut saat kering (Prasetyo 2007:21). Selain itu, walaupun unsur hara Nitrogen dalam tanah tinggi, tetapi ketersediaan Nitrogen (N) bagi tanaman menjadi masalah, karena N dalam bentuk ion NH4+ dapat terjerap di posisi inner dari ruang antar lapisan mineral liat tipe 2:1 (Nursyamsi 2008:29). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan tanah ini untuk mengetahui kadar N-tanah dan ketersediaannya bagi tanaman khususnya tanaman padi. Perbaikan yang dilakukan salah satunya melalui pemberian bahan amelioran seperti pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang serta kombinasinya. Pasir merupakan salah satu bahan amelioran pada tanah yang berliat tinggi. Laporan Ravina dan Magier (1984:738); Narka dan Wiyanti (1999:11) menunjukan bahwa pemberian pasir berpengaruh positif sangat nyata terhadap penurunan nilai cole, dan indeks plastisitas, permeabilitas tanah menjadi besar, dan kadar air tersedia menjadi rendah. Dilihat dari ketersedian air pada tanah berpasir, maka perlu dikombinasikan dengan sabut kelapa. Menurut
Subiyanto et al. (2003:26), sabut kelapa dapat digunakan
sebagai bahan penyimpanan air pada lahan pertanian. Sabut kelapa merupakan bahan organik yang mengandung K 78%, N 23%, Ca 5% dan P 4% (Prihatin 2000:15). Selain itu, bahan amelioran yang dapat digunakan adalah sabut batang pisang. Hal ini dikarenakan sabut batang pisang memiliki daya serap tinggi bila dikeringkan karena mempunyai pori-pori yang saling berhubungan (Indrawati 2009:3) dan mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti N, Fosfor (P), dan Kalium (K) (Wulandari et al. 2011:79). Namun setelah panen, batang pisang hanya dibiarkan begitu saja hingga menjadi limbah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tentang pemberian amelioran pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang untuk meningkatkan
ketersediaan N-tanah. Selain itu juga untuk melihat pengaruhnya terhadap komponen hasil tanaman padi sawah. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini berlokasi di areal sawah irigasi dengan jenis tanah Vertisol di Desa Bandungrejo, Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 (empat) bulan, terhitung sejak bulan April sampai Juli 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ring sampel, hand tractor, karung, sekop, meteran, cangkul, timbangan, kantong plastik, kamera digital, gunting, cutter, laptop, dan alat tulis yang digunakan adalah pensil, pulpen, spidol, kertas HVS, buku tulis dan papan label. Adapun bahan penelitian berupa sampel tanah Vertisol dengan great group Ustic Epiaquerts yang berkembang dari bahan lakustrin, tanaman padi Varietas Ciherang, dan bahan amelioran yaitu pasir sungai, sabut kelapa, sabut batang pisang. Metode Penetilitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial pola 33. Terdapat 3 Faktor dimana masing-masing faktor terdiri dari 3 perlakuan bahan amelioran yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 81 petak percobaan (Tabel 1). Tabel 1. Perlakuan setiap Bahan Amelioran pada Tanah Vertisol Sub Grup Tanah
Faktor Bahan Amelioran Tanah/Taraf/Simbol
Pasir Sungai Sabut Kelapa Sabut Batang Pisang -1 (%) (ton ha ) (ton ha-1) 0 (S0) 0 (C0) 0 (B0) Ustic 25 (S1) 10 (C1) 10 (B1) Epiaquerts 50 (S2) 20 (C2) 20 (B2) Sebelum penanaman, dilakukan penimbangan pupuk dasar sebagai starter. Taraf masing-masing pupuk tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Pupuk dasar, sumber dan taraf pemupukan Pupuk
Sumber Pupuk
N Urea (46% N) P Phonska (15% P2O5) K Phonska (15% K2O) Parameter yang Diamati
Rekomendasi Pupuk (kg ha-1) 125 100 50
Umur/Taraf Pemupukan (kg ha-1) 0 HST 60 HST 62,5 62,5 50,0 50,0 25,0 25,0
Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini, yaitu: a.
Kadar N-Tanah (%) Parameter ini diketahui dengan analisis tanah di labolatorium yaitu dengan menggunakan metode Kjeldhal untuk mengetahui kandungan N-total pada masing-masing perlakuan.
b.
Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan (%) Jumlah malai dan jumlah anakan dihitung per rumpun pada masing-masing perlakuan per sampel, hasil perhitungan masing-masing dijumlahkan lalu dicarikan rataannya. Persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan artinya berapa persen jumlah malai yang terbentuk pada jumlah anakan masing-masing perlakuan. Parameter ini diperoleh dengan rumus:
c.
%JMA =
Rata − rata Jumlah Malai Rata − rata Jumlah Anakan
100%
Persentase Jumlah Butir Permalai terhadap Panjang Malai (%)
Jumlah butir permalai dihitung dan panjang malai diukur pada malai terpanjang pada masing-masing perlakuan per sampel, hasil masing-masing dijumlahkan dan dicari rataannya. Persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai artinya berapa persen jumlah butir yang terisi pada panjang malai masingmasing perlakuan. Parameter ini diperoleh dengan rumus:
d.
%JBM =
Rata − rata Jumlah Butir Permalai Rata − rata Panjang Malai
Persentase Berat Seribu Butir terhadap Berat Total (%)
100%
Berat seribu butir dan berat total gabah kering terpilih ditimbang dari masingmasing perlakuan per sampel. Persentase berat seribu butir terhadap berat total artinya berapa persen berat seribu butir yang terdapat pada berat total gabah kering masing-masing perlakuan. Parameter ini diperoleh dengan rumus:
%BST =
Berat Seribu Butir Berat Total
100%
Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian terdiri atas: a.
Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Kemudian tanah digenangi, dibajak dan digaru hingga tanah menjadi lebih gembur dan rata.
b.
Selanjutnya dibuat petak-petak berukuran 1 m x 1 m, dengan jarak antar perlakuan 35 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Sisi-sisi petak dibuat gundukan untuk mempermudah pencampuran bahan amelioran.
c.
Penyiapan bahan amelioran yaitu sabut batang pisang, sabut kelapa, dan pasir sungai. (1) Sabut batang pisang diperoleh dengan mencacah batang pisang dengan ukuran ± 0,5 – 1 cm, lalu dikeringkan. Sebelum penimbangan sabut batang pisang direndam ± 3 jam, lalu ditiriskan dan ditimbang. (2) Sabut kelapa diambil yang berukuran ± 0,5 cm. (3) Pasir sungai diperoleh dari sungai di daerah aliran sungai (DAS) Paguyaman.
d.
Bahan amelioran ditimbang sesuai kombinasi taraf perlakuan dan dicampur pada masing-masing petakan perlakuan yang sebelumnya telah diberi label secara acak.
e.
Bibit padi varietas Ciherang yang telah disemaikan selama 21 hari ditanam dalam petakan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm sebanyak 3 bibit per lubang tanam.
f.
Pupuk N, P, dan K diberikan dua kali, setengah dosis pada 0 hari setelah tanam (HST), dan sisanya pada 60 HST.
g.
Pengairan dilakukan sejak awal tanam setinggi ± 5 cm sampai tanaman berumur 10 HST. Pengairan berikutnya diatur sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
h.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 15 HST, penyiangan berikutnya dilakukan sesuai dengan kondisi gulma di lapangan.
i.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila ada serangan hama dan penyakit.
j.
Pengambilan sampel tanah setelah inkubasi selama 4 bulan, diambil dari masing-masing petak perlakuan sebanyak ± 1 kg dan dikemas dalam kantong plastik. Sampel tanah tersebut dianalisis di Labolatorium Tanah R & D PT. PG Tolangohula, Lakeya.
k.
Visualisasi fisik tanaman yang siap panen adalah gabah padi sudah menguning dengan persentase >95%. Teknik pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian batang bulir padi yang berisi gabah padi dan menyisakan brangkasan tanaman.
l.
Gabah padi yang dipanen pada setiap pot percobaan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-5 hari untuk mencapai kadar air kurang lebih 15%. Setelah itu, gabah padi tersebut ditimbang per petak percobaan untuk memperoleh data parameter hasil padi.
Analisis dan Interpretasi Data Semua data yang diperoleh baik melalui perhitungan, pengukuran maupun penimbangan diolah dan dianalisis secara statistik. Penyajian data pengaruh pemberian beberapa bahan amelioran terhadap kadar N-tanah, keragaan parameter pertumbuhan dan hasil padi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Selanjutnya, data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam faktorial. Apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Duncan multiple range test (DMRT) pada taraf uji 5%. Untuk Mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan program SAS 9.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar N-Tanah Data pengamatan hasil analisis kadar N-total dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N-total pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Selain itu, terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan yang diberikan, tetapi interaksi perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. Rata-rata kadar N-total pada hasil uji DMRT (P > 0.05) disajikan pada Tabel 3. Pemberian pasir sungai terhadap kadar N-total dengan hasil rataan terbesar (0.160%) terdapat pada perlakuan 0% (S1) atau selisih 0.010 dari perlakuan 25% (S2) dan selisih
0.011 dari perlakuan 50% (S2). Hal ini diduga, pemberian pasir sungai di dalam tanah dapat membentuk pori-pori di antara partikel tanah, sehingga terjadi kehilangan atau percucian (leaching) N-tanah melalui pori-pori di antara partikel tanah yang terbentuk. Zulhaida (2002:13) menyatakan bahwa, semakin tinggi presentase pasir di dalam tanah, semakin banyak pori-pori diantara partikel tanah dan memperlancar gerakan udara dan air. Hasil penelitian Narka dan Wiyanti (1999:11) menyimpulkan bahwa pada taraf pencampuran pasir 50% ke dalam tanah menurunkan nilai Cole, permeabilitas, indeks plastisitas, dan kadar air tersedia yang terbaik. Selain itu, kehilangan N juga terjadi dalam bentuk gas (denitrifikasi). Buresh dan De Datta (1991) dalam Indriyati (2006:1) menyatakan bahwa, dalam kondisi sawah yang tergenang, N pupuk banyak yang hilang dalam bentuk gas. Tabel 3. Rataan kadar N-total dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang Perlakuan Pasir Sungai 0% 25% 50% Sabut Kelapa 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Interaksi KK (%)
N-total (%) (S0) (S1) (S2)
0.161tn 0.151 0.149
(C0) (C1) (C2)
0.149tn 0.158 0.153
(B0) (B1) (B2)
0.148tn 0.157 0.156 tn 13.12
.tn= tidak berbeda nyata; KK= koefisien keragaman
Pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang dengan hasil rataan terbesar terdapat pada perlakuan 10 ton ha-1 (0.158% dan 0.157%) dibandingkan perlakuan 20 ton ha-1. Hal ini diduga, pemberian bahan organik 20 ton ha-1 sudah melebihi dosis perlakuan untuk meningkatkan kadar N-total di dalam tanah. Sabut kelapa memiliki kandungan N 23% (Prihatin 2000) dan sabut batang pisang mengandung unsur-unsur penting salah satunya adalah N (Wulandari et al. 2007: 79). Keragaan kadar N-total dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang disajikan dalam bentuk grafik terdapat pada Gambar 2.
Pasir Sungai (S) 0.165
Sabut Kelapa (C)
0.161 0.158
0.160 Persen (%)
Sabut Batang Pisang (B)
0.157
0.156
0.153
0.155
0.151
0.149
0.149
0.148
0.150 0.145 0.140 S0
S1
S2
C0
C1
C2
B0
B1
B2
Gambar 2. Keragaan kadar N-total dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Paket teknologi terbaik kadar N-total pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi diperoleh dengan pasir sungai 0% + sabut kelapa 10 ton ha-1 + sabut batang pisang 10 ton ha-1 (S0C1B1), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. Keragaan kadar N-total dengan pemberian pasir sungai tertinggi (0.161%) terdapat pada perlakuan S0 (0%) atau menurun 6.21% pada perlakuan S1 (25%) dan 7.45% pada perlakuan S2 (50%). Sedangkan dengan pemberian sabut kelapa tertinggi (0.158%) terdapat pada C 1 (10 ton ha-1) atau meningkat 5.70% dari perlakuan C0 (0 ton ha-1) dan menurun 3,16% pada perlakuan C2 (20 ton ha-1). Selanjutnya, dengan pemberian sabut batang pisang tertinggi (0.157%) terdapat pada perlakuan B1 (10 ton ha-1) atau meningkat 5.73% dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan menurun 0.64% pada perlakuan B2 (20 ton ha-1). Persentase Jumlah Malai Terhadap Jumlah Anakan Data pengamatan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pasir sungai berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan, sedangkan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata. Selain itu, terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan, tetapi interaksi perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. Rata-rata persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan uji DMRT (P > 0.05) disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan (%)
Perlakuan Pasir Sungai 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) Sabut Kelapa 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Interaksi DMRT0.05 KK (%)
75.33a 92.79b 86.70a
(C0) (C1) (C2)
83.58tn 87.98 83.26
(B0) (B1) (B2)
80.59tn 82.78 91.46 tn 12.47 26.91
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05. tn= tidak berbeda nyata; DMRT= duncan multiple range test; KK= koefisien keragaman.
Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan menunjukkan bahwa pemberian pasir sungai terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dengan hasil rataan terbesar (92.79%) yang terdapat pada perlakuan 25% (S1) atau selisih 6.09 dari perlakuan pasir sungai 50% (S2) dan selisih 17.46 dari perlakuan pasir sungai 0% (S0). Hal ini diduga, pemberian pasir 25% (S1) dapat menciptakan kondisi
tanah yang baik dan menyediakan unsur hara dalam
meningkatkan munculnya malai terhadap pembentukan anakan. Narka dan Wiyanti (1999:11) menunjukan bahwa pemberian pasir berpengaruh positif sangat nyata terhadap penurunan nilai cole, dan indeks plastisitas, permeabilitas tanah menjadi besar, dan kadar air tersedia menjadi rendah. Pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan. Pemberian sabut kelapa dengan hasil rataan terbesar (87.98%) terdapat pada perlakuan C1 (10 ton ha-1) atau selisih 4.40 dari perlakuan C0 (0 ton ha-1) dan selisih 4.72 dari perlakuan C2 (20 ton ha1
). Sedangkan perlakuan sabut batang dengan hasil rataan terbesar (91.46%) terdapat
pada perlakuan B2 (20 ton ha-1) atau selisih 10.87 dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan
selisih 8.68 dari perlakuan B1 (10 ton ha-1). Keragaan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang disajikan dalam bentuk grafik terdapat pada Gambar 3. Pasir Sungai (S) 92.79
100.00
Sabut Kelapa (C) 86.70
83.58
87.99
Sabut Batang Pisang (B) 91.46
83.26
75.33
80.59 82.78
Persen (%)
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 S0
S1
S2
C0
C1
C2
B0
B1
B2
Gambar 3. Keragaan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Paket teknologi terbaik persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi diperoleh dengan pasir sungai 25% + sabut kelapa 10 ton ha-1 + sabut batang pisang 20 ton ha-1 (S1C1B2), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Keragaan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan pemberian pasir sungai tertinggi (92.79%) terdapat pada perlakuan S1 (25%) atau meningkat 18.82% dari perlakuan S0 (0%) dan menurun 6.56% pada perlakuan S2 (50%). Sedangkan dengan pemberian sabut kelapa tertinggi (87.99%) terdapat pada C1 (10 ton ha-1) atau meningkat 5% dari perlakuan C0 (0 ton ha-1) dan menurun 5.36% pada perlakuan C2 (20 ton ha-1). Selanjutnya, dengan pemberian sabut batang pisang tertinggi (91.46%) terdapat pada perlakuan B2 (20 ton ha-1) atau meningkat 11.88% dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan 10.48% dari perlakuan B1 (10 ton ha-1). Persentase Jumlah Butir Permalai Terhadap Panjang Malai Data pengamatan persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pasir sungai dan sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai sedangkan pemberian sabut batang pisang memberikan pengaruh nyata. Selain itu, terdapat interaksi antara masing-masing
perlakuan terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan, tetapi interaksi perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. Rata-rata persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan uji DMRT (P > 0.05) disajikan pada Tabel 5. Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan menunjukkan bahwa persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai berbeda nyata dengan perlakuan sabut batang pisang. Pemberian sabut batang pisang dengan hasil rataan terbesar (23.12%) terdapat pada perlakuan B2 (20 ton ha-1) atau selisih 2.02 dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan selisih 0.70 dari perlakuan B1 (10 ton ha-1). Hal ini diduga, pemberian sabut batang pisang mampu menjaga kelembaban tanah dan menyediakan unsur hara bagi pengisian jumlah butir permalai. Menurut Indrawati (2009:3) menyatakan bahwa, pelepah pisang memiliki pori-pori yang saling berhubungan dan apabila kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Selain itu, batang pisang mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Wulandari et al. 2011:79). Tabel 5. Rataan persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Perlakuan
Persentase Jumlah Butir Permalai terhadap Panjang Malai (%)
Pasir Sungai 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) Sabut Kelapa 0 ton ha-1 (C0) 10 ton ha-1 (C1) 20 ton ha-1 (C2) Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 (B0) 10 ton ha-1 (B1) 20 ton ha-1 (B2) Interaksi DMRT0.05 KK (%)
22.15tn 22.20 22.30 21.63tn 22.10 22.92 21.10a 22.42a 23.12b tn 1.400 11.54
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. tn= tidak berbeda nyata; DMRT= duncan multiple range test; KK= koefisien keragaman.
Pemberian pasir sungai dan sabut kelapa tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai. Tetapi, pemberian pasir sungai dengan hasil rataan terbesar (22.30%) terdapat pada perlakuan 50% (S2) atau selisih 0.15 dari perlakuan 0% (S0) dan selisih 0.10 dari perlakuan 25% (S1). Sedangkan pemberian sabut kelapa dengan hasil rataan terbesar (22.92%) terdapat pada perlakuan 20 ton ha-1 (C2) atau selisih 1.29 dari perlakuan 0 ton ha-1 (C0) dan selisih 0.82 dari perlakuan 10 ton ha1
(C1). Keragaan persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai dengan
pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang disajikan dalam bentuk grafik terdapat pada Gambar 4.
Persen (%)
Pasir Sungai (S) 23.50 23.00 22.50 22.00 21.50 21.00 20.50 20.00
Sabut Kelapa (C)
Sabut Batang Pisang (B) 23.12
22.92 22.42
22.15 22.20 22.30
22.10 21.64 21.10
S0
S1
S2
C0
C1
C2
B0
B1
B2
Gambar 4. Keragaan persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Paket teknologi terbaik persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi diperoleh dengan pasir sungai 50% + sabut kelapa 20 ton ha-1 + sabut batang pisang 20 ton ha-1 (S2C2B2), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. Keragaan persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai dengan pemberian pasir sungai tertinggi (22.30%) terdapat pada perlakuan S 2 (50%) atau meningkat 0.67% dari perlakuan S0 (0%) dan 0.45% dari perlakuan S1 (10%). Sedangkan dengan pemberian sabut kelapa tertinggi (22.92%) terdapat pada C2 (20 ton ha-1) atau meningkat 5.58% dari perlakuan C0 (0 ton ha-1) dan 3.58% dari perlakuan C1 (10 ton ha-1). Selanjutnya, dengan pemberian sabut batang pisang tertinggi (23.12%)
terdapat pada perlakuan B2 (20 ton ha-1) atau meningkat 9.57% dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan 3.03% dari perlakuan B1 (10 ton ha-1). 4.1
Persentase Berat Seribu Butir Terhadap Berat Total Data pengamatan persentase berat seribu butir terhadap berat total dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat seribu butir terhadap berat total. Selain itu, terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan, tetapi interaksi perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. Rata-rata persentase berat seribu butir terhadap berat total dengan uji DMRT disajikan pada Tabel 9. Tabel 6. Rataan persentase berat seribu butir terhadap berat total dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi. Persentase Berat Seribu Butir terhadap Berat Total (%)
Perlakuan Pasir Sungai 0% (S0)
5.65tn
25% (S1) 50% (S2)
6.03 6.55
Sabut Kelapa 0 ton ha-1 (C0)
5.97 tn
10 ton ha-1 (C1)
6.04
20 ton ha-1 (C2)
6.21
Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 (B0)
5.80tn
10 ton ha-1 (B1) 20 ton ha-1 (B2) Interaksi KK (%)
6.35 6.08 tn 29.92
.tn= tidak berbeda nyata; KK= koefisien keragaman
Persentase berat seribu butir terhadap berat total tidak berbeda nyata dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang. Pemberian pasir sungai dengan hasil rataan terbesar (6.55%) terdapat pada perlakuan 50% (S2) atau selisih 0.90 dari perlakuan 0% (S0) dan 0.52 dari perlakuan 25% (S1). Selain itu, pemberian sabut
kelapa dengan hasil rataan terbesar (6.21%) terdapat pada perlakuan 20 ton ha-1 (C2) atau selisih 0.24 dari perlakuan 0 ton ha-1 (C0) dan 0.17 dari perlakuan 10 ton ha-1 (C1). Selanjutnya, pemberian sabut batang pisang dengan hasil rataan terbesar (6.35%) terdapat pada perlakuan 10 ton ha-1 (B1) atau selisih 0.55 dari perlakuan 0 ton ha-1 (B0) dan 0.27 dari perlakuan 20 ton ha-1 (B2). Keragaan persentase berat seribu butir terhadap jumlah total disajikan dalam bentuk grafik terdapat pada Gambar 5.
Pasir Sungai (S)
Sabut Kelapa (C)
Sabut Batang Pisang (B)
Persen (%)
6.55
6.60 6.40 6.20 6.00 5.80 5.60 5.40 5.20
6.35 6.21 6.03
5.97
6.08
6.04 5.80
5.65
S0
S1
S2
C0
C1
C2
B0
B1
B2
Gambar 5. Keragaan Persentase Berat Seribu Butir terhadap Berat Total dengan Pemberian Pasir Sungai, Sabut Kelapa dan Sabut Batang Pisang pada Ustic Epiaquerts Sawah Irigasi. Paket teknologi terbaik persentase berat seribu butir terhadap berat total pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi diperoleh dengan pasir sungai 50% + sabut kelapa 20 ton ha-1 + sabut batang pisang 10 ton ha-1 (S2C2B1), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5. Keragaan persentase persentase berat seribu butir terhadap berat total dengan pemberian pasir sungai tertinggi (6.55%) terdapat pada perlakuan S2 (50%) atau meningkat 13.74% dari perlakuan S0 (0%) dan 7.94% dari perlakuan S1 (10%). Sedangkan dengan pemberian sabut kelapa tertinggi (6.21%) terdapat pada C 2 (20 ton ha-1) atau meningkat 3.86% dari perlakuan C0 (0 ton ha-1) dan 2.74% dari perlakuan C1 (10 ton ha-1). Selanjutnya, dengan pemberian sabut batang pisang tertinggi (6.35%) terdapat pada perlakuan B1 (10 ton ha-1) atau meningkat 8.66% dari perlakuan B0 (0 ton ha-1) dan menurun 4.25% pada perlakuan B2 (20 ton ha-1).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kadar N-tanah pada Ustic Epiaquerts sawah irigasi melalui pemberian pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang serta pengaruhnya terhadap komponen hasil padi dapat disimpulkan bahwa : a. Pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N-tanah dan persentase berat seribu butir terhadap berat total. Selanjutnya, pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dan pemberian sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah butir permalai terhadap panjang malai. Selain itu, interaksi masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata. b. Perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kadar N-tanah diperoleh dengan pasir sungai 0%+sabut kelapa 10 ton ha-1+sabut batang pisang 10 ton ha1
(S0C1B1). Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
komponen hasil padi diperoleh dengan pasir sungai 25%+sabut kelapa 10 ton ha1
+sabut batang pisang 20 ton ha-1 (S1C1B2).
Saran Penggunaan bahan amelioran yaitu pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang sebaiknya diseragamkan dan perlakuan taraf lainnya perlu dilakukan. Selain itu, perlu penelitian lanjutan pemanfaatan bahan ameliran dari segi ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Hidayat P. 2008. Teknologi pemanfaatan serat daun nanas sebagai alternatif bahan baku tekstil. Teknoin 13(2):31-35. Hikmatullah, BH Prasetyo, dan M Hendrisman. 2002. Vertisol dari daerah Gorontalo: Sifat-sifat fisik-kimia dan komposisi mineralnya. Jurnal Tanah dan Air 3(1):2132. Indrawati E. 2009. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang berbeda [Skripsi]. Malang: Jurusan Fisika Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maliki.
Indriyati L. 2006. Transformasi Nitrogen dalam Tanah Tergenang : Aplikasi Jerami Padi dan Urea serta Hubungannya dengan Serapan Nitrogen dan Pertumbuhan Tanaman Padi [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lesniawati E. 1999. Budget Unsur-unsur Hara Penting pada Tanah Sawah. [Skripsi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Muchtar and Y Soelaeman. 2010. Effects of green manure and clay on the soil characteristics, growth and yield of peanut at the coastal sandy soil. J. Trop. Soils 15(2):139-146. Narka IW dan Wiyanti. 1999. Pengaruh pemberian pasir dan bahan organik terhadao sifat fisik tanah Vertisol. J. Agritrop 18(1):11-15. Nursyamsi D. 2008. Pelepasan Kalium Terfiksasi dengan Penambahan Asam Oksalat dan Kation untuk Meningkatkan Kalium Tersedia bagi Tanaman pada TanahTanah yang Didominasi Mineral Liat Smektit [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Nurdin 2010. Perkembangan, Klasifikasi dan Potensi Tanah Sawah Tadah Hujan dari bahan Lakustrin di Paguyaman, Gorontalo [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. dan F. Zakaria. 2012. Teknologi Perbaikan Tanah Vertisol melalui Pemberian Pasir, Sabut Kelapa, dan Sabut Batang Pisang, serta pengaruhnya terhadap Hasil Padi. Laporan Hibah Bersaing Dikti Tahun I. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Prihatin DSH. 2000. Pertumbuhan stek pucuk dan stek batang kepuh (Sterculia foetida Linn) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh rootone-F [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Prasetyo BH. 2007. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari berbagai Bahan Induk. J. Ilmu-Ilmu Pertanian 9(1):20-31. Putri dan Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccna) [Jurnal]. Balai perbenihan teknologi bogor. Ravina I and J Magier. 1984. Hydraulic conductivity and water retention of clay soil containing coarse fragments. J. Soil Sci. Am 48:738-740. Subiyanto B, R Saragih dan E Husin. 2003. Pemanfaatan serbuk sabut kelapa sebagai bahan penyerap air dan oli berupa panel papan partikel. J. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 1(1):26-34.
Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasar Kesehatan dan Kualitas Lahan. Jogjakarta: Gava Media. Wuryaningsih S, T Sutater dan B Tjia. 2008. Pertumbuhan tanaman hias pot Anthurium andraeanum pada media curah sabut kelapa. J. Penelitian Pertanian 18(1):31-38. Zulhaida Nst. L. 2002. Adaptasi pisang barangan ( musa acuminata L.) pada berbagai jenis media aklimatisasi dan tingkat salinitas [Skripsi]. Medan: Program Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Sumatera Utara. Wulandari S, Mansur I, dan Sugiarti H. 2011. Pengaruh pemberian kompos batang pisang terhadap pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus Cadamba Miq.). jurnal Silvikultur Tropika (3):78-81.