KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas
ANALISIS KEBUTUHAN UNTUK MERANCANG KOMIK ANAK “ASETARO” (AKU AKAN TETAP SEHAT TANPA ASAP ROKOK) Trixie Salawati1, Nuke Devi Indrawati2 Universitas Muhammadiyah Semarang.
1,2
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel: Diterima 2 September 2015 Disetujui 29 Desember 2015 Dipublikasikan Januari 2016
Dalam upaya melindungi generasi muda dari bahaya asap rokok, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan siswa Sekolah Dasar dalam rangka mengembangkan ASETARO, sebuah komik pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok. Penelitian tahun 2015 dengan metode kualitatif. Data diperoleh melalui diskusi kelompok tearah dan wawancara dengan wakil siswa dan pustakawan sekolah, serta literatur review. Hasil penelitian menunjukkan siswa menyukai komik fiksi ilmiah yang memberikan pengetahuan sekaligus membangkitkan imajinasi seperti komik pengetahuan “WHY?” Pada umumnya siswa menyukai gaya cerita, gambar, dan warna dari komik tersebut. Selanjutnya para siswa masih membutuhkan informasi tentang kandungan racun dalam rokok, mengapa rokok bisa menyebabkan kecanduan dan penyakit, serta dampak rokok terhadap perokok aktif dan pasif. Selain itu ditemukan pula masih adanya anggapan bahwa perilaku merokok adalah perilaku orang dewasa, dan anak-anak tidak diperbolehkan merokok karena badannya masih lemah. Simpulan penelitian adalah komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok akan menggunakan pendekatan fiksi ilmiah.
Keywords: Comic; Effect of Tobacco; Children DOI http://dx.doi.org/10.15294/ kemas.v11i1.3521
NEED ANALYSIS FOR DESIGNING CHILDREN’S COMIC “ASETARO” (AKU AKAN TETAP SEHAT TANPA ASAP ROKOK) Abstract Smoking is harmfull especially for children. The purpose of this study was to develop ASETARO, a Comic book for primary school aged children, to help children learn about the effect of tobacco use for health. This research in 2015 used qualitative approach. Data collected through literature review, focus group discussion with students and interviews with librarian from five Primary Schools at Semarang. Results of analysis studies showed that most students liked science fiction comics. The majority of the students likes “Science Comic WHY?”. Analysis study also revealed that the students still need information about the harm of cigarettes, why smoking can cause addiction and disease, as well as the impact of smoking on active and passive smokers. Analysis study also found that some students still believe that smoking is an adults’s behavior. Based on the results of analysis studies was then to design and develop a draft of comic story book.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Jl. Kedungmundu Raya no 18 Semarang Email :
[email protected]
ISSN 1858-1196
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
Pendahuluan Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan usia awal merokok semakin muda. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok penduduk Indonesia pada umur 5 – 9 tahun sebesar 1,2% (Riskesdas, 2008), dan meningkat menjadi 1,7% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2011). Pada penelitian Chotidjah ditemukan bahwa usia pertama kali merokok anak laki-laki adalah 7 tahun (Chotidjah, 2012) Semakin mudanya usia pertama kali merokok tidak dapat diabaikan begitu saja, mengingat dampak rokok terhadap kesehatan telah banyak dibuktikan melalui berbagai hasil penelitian. Asap tembakau diketahui mengandung lebih 4.000 bahan kimia dan 69 diantaranya adalah penyebab kanker (Tobacco Control Center Indonesia, 2010). Asap rokok tersebut tidak hanya membahayakan kesehatan perokok aktif, namun juga membahayakan kesehatan perokok pasif. Penelitian Hawamdeh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perokok pasif dengan berbagai kelainan, seperti gangguan pernafasan, asma, jantung koroner, serta sindrom kematian mendadak pada bayi (Hawamdeh, 2003). Selanjutnya penelitian Setiadhi membuktikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan merokok orang tua dengan adanya pigmentasi pada permukaan labial gingiva gigi anterior anak (Setiadhi, 2011). Ada beberapa faktor yang menentukan anak untuk mulai merokok. Penelitian Puspitasari menunjukkan adanya pengaruh keluarga terhadap perilaku merokok anak, di mana 60,4% siswa SD kelas IV-VI dari orang tua perokok memiliki persepsi positif terhadap perilaku merokok (Puspitasari, 2012). Hal ini didukung oleh penelitian Norbanee di Malaysia yang juga menyatakan bahwa anggota keluarga yang merokok merupakan salah satu pemicu anak untuk mulai merokok, terutama apabila anggota keluarganya tersebut adalah kakak atau adik laki-laki (Norbanee, 2006). Selain faktor keluarga faktor-faktor lain yang dapat memicu perilaku merokok pada anak dan remaja adalah media massa dan teman. Penelitian Tanski menunjukkan
bahwa iklan televisi, adegan merokok pada film dan berbagai acara yang disponsori industri rokok merupakan prediktor perilaku merokok pada remaja (Tanski, 2011). Penelitian Liem menjelaskan bahwa pengaruh teman terhadap perilaku merokok remaja lebih kuat daripada media massa (Liem, 2014). Banyaknya faktor-faktor penentu perilaku merokok pada anak diperkuat dengan kenyataan bahwa undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai pengendalian tembakau di Indonesia – termasuk Peraturan Daerah Kota Semarang No 3 mengenai Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) Tahun 2013 - belum mampu memberikan perlindungan yang maksimal bagi warga masyarakat – termasuk anak – dari dampak negatif rokok. Penelitian Azkha menunjukkan bahwa tanpa komitmen dan dukungan dari semua pihak Perda KTR akan sulit untuk diimplementasikan (Azkha, 2013). Selain itu penelitian Tappa mengungkapkan bahwa Pasal 78 dan 89 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terhadap orang tua yang membiarkan anaknya yang masih balita menjadi perokok aktif - dinilai tidak efektif untuk diberlakukan di masyarakat karena belum dapat sepenuhnya melindungi anak (Tappa, 2012). Tappa menyarankan agar sosialisasi mengenai bahaya rokok bagi anak harus sesering mungkin dilakukan terutama di daerah-daerah yang masyarakatnya masih minim pengetahuan tentang bahaya rokok. Upaya perlindungan kepada anakanak dari bahaya rokok dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui media pendidikan kesehatan. Salah satu media pendidikan kesehatan yang sesuai dan disukai oleh anak-anak adalah komik. Menurut Waluyanto, komik merupakan alat penyampai pesan yang berpotensi sebagai sumber belajar. Pesan yang disampaikan dalam komik biasanya jelas, sistematis, dan menyenangkan (Waluyanto, 2005). Penelitian Saputro mengungkapkan bahwa media komik memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter tanggung jawab siswa kelas IV SD (Saputro, 2015). Penelitian Batista menunjukkan bahwa komik mendapatkan penerimaan yang baik dikalangan keluarga etnis Latin dalam upaya mencegah obesitas (Batista,
97
Trixie Salawati & Nuke Devi Indrawati / Analisis Kebutuhan untuk Merancang Komik Anak “ASETARO”
2014). Penelitian Dworkin membuktikan pula bahwa komik efektif untuk memberikan pendidikan personal bagi penderita AIDS mengenai keamanan pangan (Dworkin, 2013). Komik dapat disimpan untuk dibaca kapan saja, serta dapat pula menjadi bahan diskusi bersama guru maupun orang tua. Diharapkan komik ini menjadi salah satu upaya alternatif dalam membantu anak sebagai generasi penerus bangsa – memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari penyakit akibat rokok. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kebutuhan terhadap siswa sekolah dasar untuk merencanakan strategi yang tepat dalam merancang komik untuk anak tentang bahaya rokok yang berjudul Aku Akan Tetap Sehat Tanpa Asap Rokok (ASETARO.) Metode Penelitian ini merupakan pelaksanaan tahap pertama dari pendekatan P Process yaitu Tahap Analisis (The Health Communication Partnership, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui Diskusi Kelompok Terarah (DKT), wawancara dan literature review. Sebagai informan DKT adalah wakil siswa kelas 4, 5, dan 6 pada 5 SD negeri dan swasta di Semarang yang mewakili berbagai karakteristik sosial. Usia mereka berkisar antara 10 – 12 tahun. Sebagian besar peserta DKT berjenis kelamin lakilaki. Adapun sekolah-sekolah tersebut adalah SD Negeri SM 02 dan SD Negeri LT 01 yang mewakili karakteristik siswa dari sekolah dasar negeri, serta SD Islam AA, SD KB dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) N F yang mewakili karakteristik siswa dari sekolah dasar milik swasta. Untuk wawancara dilakukan terhadap pustakawan masing-masing sekolah. Untuk literature review data diperoleh dari jurnal, penelitian, artikel, dan buku yang berkaitan dengan komik sebagai media pendidikan kesehatan, karakteristik anak, dan bahaya merokok. Hasil pengumpulan data ini dianalisis menggunakan content analysis. Hasil Analisis tersebut digunakan untuk merencanakan strategi yang tepat dalam membuat Komik ASETARO. Hasil dan Pembahasan
98
Hasil analisis kebutuhan terhadap siswa SD kelas 4, 5 dan 6 diketahui bahwa hampir semua siswa SD yang menjadi informan penelitian ini menyukai aktivitas membaca buku. Penelitian Ambarwati menunjukkan bahwa penggunaan media cetak dalam pendidikan kesehatan lebih efektif dibandingkan dengan media video. Pesan yang disajikan melalui media cetak memiliki sejumlah kelebihan, antara lain pesan dapat disajikan secara tersurat dan jelas, serta dapat dibaca berulang-ulang (Ambarwati, et al., 2014). Keunggulan buku sebagai media cetak membuat buku dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan yang sesuai dan digemari oleh anak-anak. Jenis buku yang paling disukai oleh informan penelitian adalah komik. Penelitian Zain membuktikan bahwa materi pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan komik memperoleh tanggapan positif dari siswa, dengan rerata skor 86,82% (Zain, 2013). Penelitian Hamida mendukung penelitian Zain. Pada penelitian Hamida telah dibuktikan bahwa media komik efektif untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah dasar mengenai keamanan jajanan (Hamida, 2012). Selanjutnya penelitian Branscum membuktikan pula bahwa komik dapat meningkatkan konsumsi buah, sayur dan air pada anak-anak (Branscum, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa komik diterima oleh anak-anak, sehingga efektif meningkatkan perilaku mereka. Berdasarkan analisis kebutuhan dan karakteristik sasaran ditemukan bahwa informan laki-laki cenderung menyukai komik Naruto, sedangkan informan perempuan cenderung menyukai buku cerita “Kecil-Kecil Punya Karya” (KKPK). Meskipun demikian keduanya sama-sama menyukai komik bertema ilmu pengetahuan. Beberapa komik bertema ilmu pengetahuan yang disebutkan oleh informan antara lain komik sains, komik tentang penemuan, komik ensiklopedia, serta komik Pengetahuan WHY?, Mengenai tokoh cerita dalam komik yang disukai mayoritas informan adalah tokoh sebaya, yaitu anak-anak seusia para informan. Ketertarikan informan terhadap tokoh sebaya disebabkan para informan merasa sama dengan apa yang dialami tokoh. Namun ada pula
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
beberapa informan yang memilih tokoh orang dewasa, atau tokohnya berupa pahlawan super yang berusia dewasa. Mereka menyukai tokoh superhero dewasa karena mereka mengganggap orang dewasa itu hebat. Adapula informan yang menyukai kedua tokoh tersebut. Mereka tidak mempermasalahkan apakah tokoh dalam cerita yang mereka baca tersebut sebaya atau orang dewasa. Sebagian besar pustakawan juga menyetujui apabila tokoh cerita yang disukai oleh anak SD adalah tokoh yang usianya sebaya dengan mereka. Hanya seorang pustakawan yang menyetujui apabila tokoh cerita yang disukai anak SD adalah superhero yang lucu. Sedangkan seorang pustakawan lain menyatakan baik superhero, tokoh dewasa maupun tokoh sebaya tidak menjadi masalah, karena yang penting tokoh tersebut tetap mengedukasi anak-anak. “tokoh sebaya menggambarkan diri mereka (anakanak) … superhero maupun tokoh orang dewasa tidak masalah, yang penting tetap mengedukasi…” (Wawancara Pustakawan SD I A A)
Peran teman sebaya memang cukup penting dalam kehidupan anak-anak. Pengaruh teman sebaya dapat positif dapat pula negatif. Pengaruh teman sebaya yang negatif salah satunya dapat ditemui pada perilaku merokok. Hasil penelitian Firdaus dkk di Lampung menunjukkan bahwa pergaulan teman sebaya siswa SD Negeri di Kecamatan Panjang kota Bandar lampung memiliki hubungan yang bermakna dengan tindakan merokok siswa (Firdaus, 2014). Searah dengan penelitian Firdaus, penelitian Rachmat juga menunjukkan bahwa kelompok sebaya merupakan faktor yang paling bermakna diantara beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja sekolah menengah pertama (Rachmat, 2013). Selain dapat memberikan pengaruh yang negatif, teman sebaya juga dapat digunakan untuk memberikan pengaruh positif pada anak-anak. Pengaruh teman sebaya yang positif salah satunya terdapat pada penelitian Hasan. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan yang positif antara dukungan teman sebaya terhadap proses penyesuaian diri siswa tunarungu di Sekolah Inklusi (Hasan, 2014). Pada penelitian ini karakter tokoh teman
sebaya akan digunakan untuk memberikan pengaruh yang positif bagi anak-anak, supaya mereka memiliki kepedulian terhadap bahaya rokok. Tokoh dalam rancangan komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok adalah anak-anak berusia 10 tahun yang duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Namun dalam komik tersebut akan ditampilkan pula tokoh pendukung yang berusia dewasa, yaitu seorang dokter dan seorang ilmuwan muda pembuat robot pendidik, serta tokoh robot pendidik layaknya seorang superhero, yaitu ASETARO. ASETARO adalah akronim dari “Aku Akan Tetap Sehat Tanpa Asap Rokok”. Adanya tokoh dewasa dan tokoh robot tersebut pada dasarnya ingin menunjukkan bahwa tokoh-tokoh yang ada dalam komik tersebut mencoba mewakili berbagai selera anak-anak. Pada saat DKT dan wawancara dengan informan penelitian peneliti menunjukkan beberapa contoh buku cerita kepada para informan. Peneliti menunjukkan buku cerita bergambar yang berjudul “Merokok No!! Prestasi Yes!! yang diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Kemudian peneliti juga menunjukkan buku cerita bergambar yang berjudul “Bahaya Merokok” yang diterbitkan oleh Penerbit Bestari tahun 2007. Selanjutnya peneliti juga menunjukkan salah satu komik pengetahuan WHY? yang berjudul “Mikroorganisme” dan “Water”. Komik pengetahuan WHY? merupakan komik pengetahuan dasar untuk anak-anak. Komik tersebut merupakan adaptasi dari Korea. Di Indonesia Komik pengetahuan WHY? telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo sejak tahun 2009. Para informan diminta untuk mengamati masing-masing buku tersebut, kemudian peneliti menanyakan kepada para informan buku cerita manakah yang paling sesuai untuk menjelaskan informasi tentang bahaya merokok. Ternyata mayoritas informan memilih buku pengetahuan WHY? Meskipun tidak semua informan pernah membaca buku pengetahuan WHY? sebelumnya, namun ketika buku pengetahuan WHY? ditunjukkan kepada mereka ternyata buku komik tersebut lebih menarik bagi para informan. Para informan menyukai kualitas gambar, ekspresi wajah yang
99
Trixie Salawati & Nuke Devi Indrawati / Analisis Kebutuhan untuk Merancang Komik Anak “ASETARO”
Gambar 1. Tiga contoh Komik
menggambarkan perasaan tokoh dalam cerita, warna, dan gaya bercerita yang dipakai dalam komik pengetahuan WHY? tersebut. Kepada para pustakawan sekolah diperlihatkan buku-buku yang sama. Hasilnya diketahui bahwa para pustakawan pun setuju bahwa komik pengetahuan WHY? memang cukup menarik dan disukai oleh anak-anak. Apabila dibandingkan antara komik pengetahuan WHY? dengan komik “Merokok No!! Prestasi Yes!!” dan komik “Bahaya Merokok” ada perbedaan dalam gaya bercerita. Komik “Merokok No!! Prestasi Yes!!” serta buku cerita bergambar “Bahaya Merokok” sebenarnya lebih mencerminkan kehidupan masyarakat di Indonesia. Kedua buku cerita tersebut menceritakan kehidupan siswa sekolah. Dalam buku cerita bergambar yang berjudul “Bahaya Merokok” digambarkan beberapa anak SD mencoba merokok dan mendapat teguran dari guru mereka (Akbar, 2007). Dalam buku komik “Merokok No!! Prestasi Yes!!” dikisahkan tiga orang yang bersahabat dari SD hingga lulus SMA. Beberapa diantara mereka merokok sejak SD, sehingga pada akhirnya tidak dapat mencapai cita-citanya karena sakit akibat rokok (Yusid, 2008). Kedua buku cerita tersebut mencoba memberikan gambaran yang mewakili kehidupan nyata, namun gaya cerita yang ditampilkan cenderung serius, hanya sedikit menggunakan humor dan kurang membangkitkan imajinasi pembacanya. Hal yang cukup penting untuk dicermati dalam komik “Merokok No!! Prestasi Yes!!” serta buku cerita bergambar “Bahaya Merokok” adalah adanya penggambaran tokoh yang sedang melakukan aktivitas merokok. Meskipun pada akhirnya diceritakan bahwa tokoh yang
100
merokok akhirnya berhenti merokok, namun penggambaran tokoh yang sedang merokok tersebut dapat berdampak bagi pembacanya. Pada penelitian Restuwati dikemukakan bahwa anak memiliki kecenderungan untuk melakukan peniruan setelah menyaksikan orang lain merespon sebuah stimulus tertentu (Restuwati, 2014). Oleh karena itu terdapat kemungkinan anak untuk melakukan peniruan terhadap isi buku yang di dalamnya terdapat penggambaran aktivitas merokok. Penelitian Tanski di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa adegan merokok di media massa dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada remaja (Tanski, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam buku komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok yang akan peneliti rancang tidak akan memperlihatkan aktivitas merokok para tokohnya untuk menghindari munculnya dampak sampingan yang akan ditimbulkan ketika membaca komik tersebut. Komik pengetahuan dasar WHY? bertema fiksi ilmiah. Fiksi Ilmiah seringkali berkaitan dengan kehidupan masa depan yang futuristik (Nurgiyantoro, 2004). Sebagai komik bertema fiksi ilmiah, gaya bercerita dan gambar dalam komik pengetahuan WHY? adalah pengetahuan yang dikemas dalam petualangan futurisik dari tokoh-tokohnya. Hal tersebut tentunya sangat disukai oleh anak-anak. Komik bertema fiksi ilmiah ini akan sangat menonjolkan berbagai gambar yang menarik perhatian anak. Gambargambar dalam komik yang menarik akan mempermudah pemahaman terhadap cerita yang disajikan dalam komik. Penelitian Wahyuningsih membuktikan bahwa gambargambar dalam komik membantu memperjelas uraian materi sehingga siswa lebih mudah
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
Gambar 2. Contoh isi komik bahaya merokok
Gambar 3. Contoh isi komik WHY? mengingat pesan yang disampaikan dalam komik mampu mengembangkan daya imajinasi komik (Wahyuningsih, 2011). Berdasarkan anak sehingga dapat menjadi alternatif media hasil diskusi informan setuju apabila alur dan pembelajaran bagi anak yang meyenangkan gaya cerita, gambar, warna dan penokohan (Sastranegara, 2014). Oleh karena itu, komik komik pendidikan kesehatan tentang bahaya pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok merokok yang akan dirancang mengacu pada yang akan dirancang juga akan mengekplorasi gaya bercerita dari komik pengetahuan WHY?. daya imajinasi anak-anak dengan Dibandingkan dengan dua komik menghadirkan tokoh robot pendidik bernama sebelumnya, maka sebagai komik bertema fiksi ASETARO. ASETARO adalah singkatan dari ilmiah, maka komik pengetahuan WHY? lebih “Aku Akan Tetap Sehat Tanpa Asap Rokok”. menonjolkan daya imajinasi anak-anak sebagai Penggunaan akronim sebagai nama robot pembacanya. Misalnya pada salah satu koleksi adalah untuk menarik perhatian anak-anak, komik pengetahuan WHY? yang berjudul Water agar mereka selalu mengingat bahwa asap diceritakan bahwa para tokohnya digambarkan rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Anakdapat masuk ke dalam tubuh seseorang dengan anak akan tetap sehat apabila mereka tidak bantuan sebuah robot. Dari perjalanan masuk terpapar asap rokok. Robot tersebut merupakan ke dalam tubuh manusia itu pembaca diajak robot yang dirancang sebagai penyedia untuk belajar mengenai hubungan manusia informasi kepada anak-anak mengenai bahaya dengan air. (Kim, 2005). rokok. Penggunaan tokoh robot merupakan Hal tersebut searah dengan yang salah satu ciri dari cerita bertema fiksi ilmiah diungkapkan oleh para informan, bahwa mereka (Nurgiyantoro, 2004). Diharapkan kehadiran lebih menyukai cerita yang meningkatkan daya tokoh robot ASETARO tersebut dapat menjadi imajinasinya. daya tarik bagi anak-anak. Mengenai pengetahuan siswa seputar “mau cerita khayal atau nyata, yang penting menambah pengetahuan dan membangkitkan bahaya rokok diperoleh data bahwa mayoritas imajinasi…” informan mengetahui bahwa kandungan (DKT. MI N F) rokok adalah nikotin. Beberapa informan Sastranegara mengungkapkan bahwa ada yang menambahkan tar dan tembakau
101
Trixie Salawati & Nuke Devi Indrawati / Analisis Kebutuhan untuk Merancang Komik Anak “ASETARO”
sebagai kandungan rokok. Namun ada juga sekelompok informan yang sama sekali tidak dapat menyebutkan apa saja kandungan dalam sebatang rokok. Sebenarnya kandungan zat berbahaya dalam rokok tidak hanya nikotin dan tar saja. Menurut data, ada lebih dari 4.000 bahan kimia beracun yang terkandung dalam asap rokok, dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker (Tobacco Control Center Indonesia, 2010). Kenyataan ini perlu diketahui oleh anak-anak, supaya mereka dapat melindungi dirinya dari paparan asap rokok serta kemungkinan untuk mencoba merokok di masa yang akan datang. Oleh karena itu materi tentang kandungan zat berbahaya dalam sebatang rokok merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam rancangan komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok. Beberapa dampak rokok yang disebutkan informan adalah rokok menyebabkan kanker, paru-paru rusak, dan gigi kuning. Hal ini searah dengan penelitian Faletau di New Zealand yang menyebutkan bahwa yang diketahui oleh anakanak mengenai bahaya rokok adalah seperti yang biasa mereka lihat dalam gambar penyakit yang tertera pada bungkus rokok, bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit kanker, kerusakan paru, dan kerusakan gigi (Faletau, 2013) Meskipun informan mengetahui bahwa rokok berbahaya, namun demikian hampir semua kelompok informan tidak mengetahui apa yang menyebabkan rokok itu berbahaya dan mengakibatkan penyakit. Berdasarkan diskusi diketahui bahwa sebagian besar informan sangat antusias ingin mengetahui lebih lanjut mengapa rokok sampai menimbulkan bahaya bagi kesehatan. “Rokok kok bisa menyebabkan penyakit itu kenapa?” “Rokok kok bikin kecanduan kenapa?” (DKT SD N LT 01) “penyakit apa saja yang disebabkan oleh rokok?” “ibu hamil yang menghirup rokok terusan nanti anaknya cacat atau nggak?” (DKT SD N SM 02) “ bahaya menghirup asap rokok, sakitnya lebih
parah yg merokok atau org yg tidak merokok tapi terkena asapnya juga?” (DKT MI N F)
102
Berdasarkan diskusi kelompok terarah diketahui bahwa informasi yang benar mengenai bahaya rokok sangat dibutuhkan oleh siswa, supaya mereka terhindar dari penyakit akibat rokok. Oleh karena itu salah satu materi dalam rancangan komik ini nantinya juga akan menceritakan tentang bahaya rokok terhadap kesehatan agar anak-anak yang membaca komik tersebut menjadi waspada terhadap bahaya rokok. Beberapa kelompok informan menyatakan bahwa di dalam keluarganya ada yang memiliki kebiasaan merokok. Para informan tersebut menyatakan bahwa anggota keluarganya yang merokok akan keluar rumah bila ingin merokok. Namun ada pula sedikit informan yang mengakui bahwa anggota keluarganya yang merokok tetap merokok di dalam rumahnya. Sehubungan dengan adanya kebiasaan merokok dalam keluarga dari beberapa informan, kebanyakan informan menyatakan bahwa asap rokok itu bau, sehingga harus dihindari. Hal tersebut searah dengan penelitian Surani di Amerika. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa meskipun ada beberapa responden yang memiliki ayah dan saudara kandung yang merokok, namun sebagian besar dari mereka menyadari bahwa rokok berdampak bagi kesehatan (Surani, 2011). Walaupun banyak informan yang telah menyadari bahaya asap rokok, namun demikian ternyata ditemukan pula beberapa informan yang menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa terkena asap rokok orang lain, sehingga mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Penelitian Purnamasari (2015), di Semarang mendukung pernyataan informan, di mana masih ada 63,5% siswa di dua SD Negeri di Semarang yang menganggap bahwa perokok pasif tidak akan mengalami gangguan kesehatan. Demikian pula dengan penelitian Norbanee yang juga menemukan bahwa hanya 49,5% responden yang mengetahui bahwa perokok pasif lebih berisiko terkena penyakit (Norbanee, et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa masih ada informan yang belum peduli bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan dirinya sebagai perokok pasif. Mereka tidak menyadari bahwa asap yang
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
mereka hirup dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan mereka. “…tidak masalah, sudah biasa…” (DKT SD N SM 02)
Dalam rancangan komik ASETARO nantinya akan dibahas mengenai kandungan zat berbahaya dalam sebatang rokok. Diharapkan melalui materi ini akan menyadarkan anakanak bahwa asap rokok bukanlah hal biasa, namun beracun dan harus dihindari. Sebagai perokok pasif atau secondhand smoker anak-anak akan terpapar asap sampingan (sidestream) dari asap utama (mainstream) yang dihembuskan oleh perokok. Asap sampingan justru mengandung 75% kadar bahan berbahaya, dibandingkan dengan asap utama yang hanya mengandung 25% kadar bahan berbahaya (Tobacco Control Center Indonesia, 2010). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan anak-anak merupakan kelompok dengan prevalensi tertinggi terpapar asap rokok, yaitu 56,8% pada usia 0 - 4 tahun, 57,4% pada usia 5 – 9 tahun, dan 57,5% pada usia 10-14 tahun (Riskesdas, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak harus dilindungi dari bahaya rokok, karena korban terbesar dari paparan asap rokok adalah anak-anak. Oleh karena itu materi mengenai perokok aktif dan perokok pasif merupakan satu materi yang dibahas dalam komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok. Mayoritas informan menyatakan bahwa semua orang sebaiknya tidak merokok, karena berbahaya. Namun demikian masih ada pula kelompok informan yang menyatakan bahwa orang dewasa yang telah berusia 20 tahun ke atas boleh merokok. Anak-anak tidak boleh merokok karena tubuhnya masih lemah. “anak-anak tidak boleh merokok karena tubuhnya masih lemah, kalau sudah dewasa boleh” DKT. SD N LT 01
Searah dengan jawaban informan hasil penelitian Purnamasari (2015), juga menemukan bahwa masih ada 61,6% siswa di dua SD negeri di Semarang yang menjadi sampel penelitian yang menganggap bahwa rokok adalah produk untuk laki-laki dewasa. Begitu pula dengan penelitian Shaluhiyah di
Kudus yang menemukan bahwa masih ada remaja yang menganggap bahwa merokok merupakan sarana pergaulan yang dilakukan oleh orang dewasa (Shaluhiyah, 2006). Masih ada anak-anak dan remaja yang menganggap bahwa perilaku merokok adalah perilaku orang dewasa, sehingga mereka akan diperbolehkan merokok apabila seseorang telah memasuki usia dewasa. Hal tersebut searah pula dengan penelitian Perawati di Kabupaten Kudus tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat anakanak yang mengakui saat ini tidak merokok karena mereka merasa belum pantas untuk merokok dan belum cukup umur. Bahkan beberapa diantara mereka mengatakan ingin merokok apabila telah memasuki usia dewasa (Perawati, 2012). Adanya persepsi yang mengaitkan perilaku merokok dengan kedewasaan juga telah menjadikan anakanak yang mulai memasuki usia remaja mulai mencoba untuk merokok. Penelitian Wulan mengungkapkan bahwa ada sekitar 8% anak yang menjadi responden penelitiannya yang mulai mencoba merokok agar dirinya “dianggap dewasa” oleh lingkungannya (Wulan, 2012). Berdasarkan berbagai data tersebut maka salah satu materi dalam rancangan komik ASETARO ini akan dikemukakan pula bahwa perilaku merokok bukanlah kebiasaan orang dewasa, namun berbahaya bagi segala usia. Penutup Hasil studi analisis menunjukkan bahwa siswa SD menyukai warna dan gambar komik yang menarik seperti komik pengetahuan WHY? Gaya cerita yang disukai siswa adalah fiksi ilmiah yang berisi pengetahuan sekaligus membangkitkan imajinasi. Tokoh cerita yang disukai siswa SD adalah tokoh sebaya. Mengenai kebutuhan siswa terhadap informasi tentang bahaya rokok diketahui bahwa siswa SD membutuhkan edukasi mengenai bahaya rokok terutama kandungan zat berbahaya dalam sebatang rokok, penyakit akibat rokok, serta proses terjadinya penyakit akibat rokok. Di kalangan siswa masih ada sekelompok siswa yang menganggap bahwa merokok adalah aktivitas orang dewasa, sehingga anak-anak belum boleh merokok karena badannya masih lemah. Rancangan komik pendidikan kesehatan mengenai bahaya
103
Trixie Salawati & Nuke Devi Indrawati / Analisis Kebutuhan untuk Merancang Komik Anak “ASETARO”
rokok yang berjudul ASETARO akan dibuat berdasarkan temuan yang diperoleh dari tahap analisis ini. Daftar Pustaka Akbar, R., 2007. Bahaya Merokok. Jakarta: Bestari. Ambarwati, et al., 2014. Media leaflet, Video, dan Pengetahuan Siswa SD (Studi pada Siswa SDN 78 Sabrang Lor, Mojosongo, Surakarta), Jurnal Kemas. 10 (1): 7 -13. Azkha, N., 2013. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013, Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 4 (2): 171 – 179. Batista, A., Mouttapa, M., Wallace, S. & McMahan, S., 2014. Empieza con Fuerza Tu Día (Kick Start Your Day): A Comic Book Designed to Increase Knowledge about Healthy Eating Habits among Latino Families, Californian Journal of Health Promotion 12 (2): 99 - 106. Branscum, P. et al., 2013. A True Chalenge for Any Superhero, An Evaluation of Comic Book Obesity Prevention Program, Fam Community Health, 36 (1): 63 -76. Chotidjah, S., 2012. Pengetahuan tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok, Makra, Sosial Humaniora, 16, (1): 49 - 56. Dworkin. M, S. et al., 2013. Efficacy of a Food Safety Comic Book on Knowledge and SelfReported Behavior for Persons Living with AIDS, PLoS One. 8(10): e72874. Faletau, J., Glover, M., Nosa, V. & Pienaar, F., 2013. Looks like smoking, is it smoking?: Children’s perceptions of cigarette-like nicotine delivery systems, smoking and cessation, Harm Reduction Journal, 10: 30 Firdaus, E., Larasati, T., Zuraida, R. & Sukohar, A., 2014. Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Hamida, K., Zulaikhah, S. & Mutalazimah, 2012. Efektivitas Penyuluhan Gizi dengan Media Komik untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Kemas, Unnes, 8 (1) : 69-76. Hasan, S. A. & Mulyo Handayani, M., 2014. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu di Sekolah Inklusi, Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2
104
(3): 128-135. Hawamdeh, A., Kasasbeh, F. & Ahmad, M., 2003. Effect of Passive Smoking on Children’s Health : a Review, Eastern Mediterranean Health Journal 9 (3): 441-447. Kim, N.-S., Shin, H.-S. & An, S. Y., 2005. Why? Water. Seoul: PT Elex Media Komputindo Jakarta 2010. Liem, A., 2014. Pengaruh Media Massa, Keluarga, dan Teman terhadap Perilaku Merokok, Makara Hubs-Asia,18 (1): 41-52. Norbanee, T., Norhayati, M. & Norsa’adah, B. N. N., 2006. Prevalence and Factors Influencing Smoking Amongst Malay Primary School Children in Tumpat, Kelantan. Sotheast Asian journal of Tropical mediicine and Public Health, 37 (1): 230 - 235. Nurgiyantoro, B., 2004. Sastra Anak : Persoalan Genre Humaniora, 16 (2), 2004:107 - 122. Perawati, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Anak di Lingkungan Industri Rokok (Studi pada anak-anak usia 11-12 tahun di Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus), Semarang: Skripsi Unimus. Purnamasari, A., 2015. Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Mengenai Bahaya Rokok (Studi pada SD Perkotaan dan SD Pinggiran di Kota Semarang. Semarang: Skripsi UNIMUS. Puspitasari, D. R. & Ardani, M. H., 2012. Perbedaan Persepsi Merokok antara Siswa Putra SD (Kelas IV-VI) dengan Orang Tua Merokok dan Tidak Merokok, Jurnal Nursing Studies, 1 (1): 81 - 86. Rachmat, M., Thaha, R. M. & Syafar, M., 2013. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah pertama, Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7 (11): 502 - 508. Restuwati, E. S. & Kumara, A., 2014. Pengaruh Implementasi Program “Temanku Sahabatku” dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Pra Sekolah, Humanitas 11 (1): 19-32. Riskesdas, 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Nasional 2007, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Riskesdas, 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010, Laporan Nasional 2010, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Saputro, H. B. & Soeharto, 2015. Pengembangan Media Komik Berbasis Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Tematik-Integratif Kelas
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
IV SD, Jurnal Prima Edukasia, 3 (1): 61-72. Sastranegara, H., 2014. Penggunaan Komik Sebagai Media Pembelajaran terhadap Upaya Meningkatkan Minat Matematika Siswa Sekolah Dasar (SD/MI), Terampil, 3 (3): 66 - 76. Setiadhi, R. & Soewondo, W., 2011. Hubungan antara Pigmentasi Melanin pada Gingive Anakanak dengan Riwayat Orang Tua Perokok di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas. Bionatura – Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 13 (1): 31 - 39. Shaluhiyah, Z., Karyono & Noor, F., 2006. FaktorFaktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 1(1): 1- 8. Surani, S. et al., 2011. Ill Effects of Smoking: Baseline Knowledge among School Children and Implementation of the “AntE Tobacco” Project, International Journal of Pediatrics, Volume 2011 (2011), Article ID 584589, 7 pages. Tanski, S. E., Stoolmiller, M., Gerrard, M. & Sargent, J. D., 2011. Moderation of the Association between Media Exposure and Youth Smoking Onset: Race/Ethnicity, and Parent Smoking, Prevention Science 13 (1): 55 - 63. Tappa, F., 2012. Efektifitas Ketentuan Pasal 78 dan
89 Ayat 2 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Aank Terhadap Orang Tua yang Membiarkan Anaknya yang Masih Balita Menjadi Perokok Aktif, Mizan 1(2): 9-17. The Health Communication Partnership, 2003. The New P Process, Step in Strategic Communication. Tobacco Control Center Indonesia, 2010. Profil tembakau Indonesia. Wahyuningsih, A. N., 2011. Pengembangan Media Komik Materi Sistem Saraf untuk Pembelajarn yang Menggunakan Strategi PQ4R. Waluyanto, H. D., 2005. Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelanjaran, Nirmana 7 (1). Wulan, D. K., 2012. Faktor Psikologis yang a Perilaku Merokok Pada Remaja, Humaniora 3 (2): 504-511. Yusid, A., Wachidanijah, Purwanto, E. & Widiastuti, I., 2008. “Merokok No!! Prestasi Yes!!. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Zain, N. H., Parmin & Sumarni, W., 2013. Pengembangan Komik Bahan Ajar IPA Terpadu Kelas VIII SMP pada Tema Sistem Pencernaan Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan, USEJ, 2 (1): 217-222.
105