Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Nia ilyana1, Khaeruman2, & Hulyadi3 Pemerhati Pendidikan Kimia Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK: Rendahnya keterampilan proses sains pada mata pelajaran kimia berdampak pada rendahnya pemahaman konsep kimia siswa. Hidrolisis garam merupakan salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa karena memiliki karakteristik yang abstrak sehingga membutuhkan kemampuan berpikir tinggi untuk memahaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan sampel sebanyak dua kelas, teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar observasi keterampilan proses sains yang dianalisis secara deskriptif dan soal tes objektif beralasan yang dianalisis secara statistik. Hasil analisis keterampilan proses sains pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata nilai 78,97 > 77,36. Sedangkan hasil analisis pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan rata-rata nilai masing-masing sebesar 79 dan 70. Berdasarkan hasil uji one way anova diperoleh F hitung sebesar 5,07 karena F hitung > F tabel (5,07 > 4,06) maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam. Kata Kunci: Problem Solving, Pendekatan Saintifik, Pemahaman Konsep.
Keterampilan Proses Sains,
ABSTRACT: The low science process skills in chemical subjects adversely affects the students' understanding of chemical concepts. Hydrolysis of salt is one of the chemical material which is considered difficult by students because it has characteristics that require abstract thinking ability to understand high. The purpose of this study was to determine the effect of problem solving learning model with the scientific approach to science process skills and understanding of concepts students on the material salt hydrolysis. This research is a quasi experimental with a sample of two classes, sampling techniques cluster random sampling. The research instrument used consisted of observation sheets science process skills were analyzed descriptively and objectively reasonable test questions were analyzed statistically. Results of the analysis of science process skills in the experimental class is higher than the control class with an average value of 78.97> 77.36. While the results of the analysis of understanding the concept of the experimental class is higher than the control class with an average value of each of 79 and 70. Based on test results obtained by oneway ANOVA F count equal to 5.07 since F count> F table (5.07> 4.06) it can be concluded that the learning model approach to scientific problem solving influence on science process skills and understanding of concepts students on the material salt hydrolysis. Key Words: Problem Solving, Scientific Approach, Science Process Skills, Understanding Concepts. PENDAHULUAN Ilmu kimia termasuk mata pelajaran dalam rumpun sains yang bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep kimia dan mampu menerapkan konsep kimia tersebut untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama bagi para peserta didik untuk menghadapi perkembangan dunia pendidikan maupun dunia luar yang akan selalu berhubungan dengan ilmu kimia. salah satu materi yang dipelajari pada kelas XI SMA adalah materi hidrolisis garam yang memiliki
247
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” hubungan antar tiga aspek yaitu makroskopis, mikroskopis dan simbolik (Ellizar, 2009). Berdasarkan hasil observasi didapatkan pemahaman konsep siswa rendah, hal ini disebabkan karena guru tidak pernah melakukan pengukuran terhadap keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains sangat penting digunakan siswa untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir, dilingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Oleh karena itu, seorang guru harus membuat berbagai interaksi dan pengalaman belajar serta pengetahuan bagaimana proses-proses ilmiah yang dilakukan ilmuan dalam mengkonstruk informasi baru dan pemecahan masalah sehingga dapat menarik perhatian siswa, dan memudahkan siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains, seperti yang diungkapkan Buanarinda dan Rusly Hidayah (2014) keterampilan proses sains sangat penting digunakan sebagai jembatan dalam menyampaikan pengetahuan/informasi kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas diperlukan adanya variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sain siswa. Salah satu Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi hidrolisis garam adalah model problem solving dengan pendekatan saintifik, karena model pembelajaran problem solving adalah berfikir tentang tujuan dan citacita, jika tujuan atau cita-cita dapat ditentukan, masalah dapat ditetapkan. Sebaliknya, jika salah menetapkan tujuan sulit untuk menetapkan masalahnya, apalagi pemecahan masalahnya (Haris dalam Ikhwanudin, et al, 2010). Model pembelajaran problem solving lebih menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Komariah, 2011). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memberikan keterlibatan langsung siswa dalam menggali dan menemukan konsep berdasarkan fakta yang mereka temukan (Marjan, et al, 2014). Jadi, model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik suatu model pembelajaran dimana siswa dapat menggunakan kemampuan berfikir dan kemampuan intelektualnya sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan berdasarkan langkah-langkah yang tepat (Raehanah,et al, 2014). Sehingga dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480 terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam”. METODE Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksprimental, salah satu ciri penelitian Quasi Eksprimental adalah menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenal eksperimen. Dimana kelompok eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik sedangkan kelompok kontrol dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan pendekatan saintifik. desain yang diginakan pada paenelitian ini adalah Posttes Only Contol Group Desaign. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIA SMAN 1 Tanjung yang terbagi dalam empat kelas. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, karena dari analisis data MID semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 didapatkan keempat kelas XI MIA SMAN 1 Tanjung homogen. Adapun pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol didasarkan pada hasil pengukuran kemampuan awal siswa kelas XI MIA 3 dan kelas XI MIA 4, dimana dari hasil analisis homogenitas, normalitas dan uji beda (one way anova) didapatkan hasil bahwa kedua kelas homogen dan tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas XI MIA 3 dan XI MIA 4 sehingga penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan secara cluster random sampling, didapatkan kelas XI MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol. instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains siswa adalah lembar observasi dan tes objektif beralasan digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa. Persentase tingkat keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa dianalisis berdasarkan skor yang diperoleh siswa. Untuk keterampilan proses sains dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 Nilai = x 100 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 Adapun untuk mengetahui kriteria dari keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Kriteria Keterampilan Proses Sains Kualifikasi Nilai Kategori Huruf 80-100 Sangat Tinggi A 60-79 Tinggi B
248
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” 40-59 Sedang C 20-39 Rendah D Sedangkan untuk melihat seberapa besar peningkatan keterampilan proses sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis menggunakan N-Gain dengan rumus sebagai berikut: 𝑆 −𝑠 N-Gain = 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100% 𝑠𝑚𝑎𝑘 −𝑠𝑘𝑎𝑤𝑎𝑙
Keterangan: N-Gain Spost Skawal awal
= gain ternormalisasi = skor rata-rata posttes = skor rata-rata kemampuan
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑁 = 𝑥 100 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 Adapun untuk mengetahui kriteria dari hasil pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Kriteria Pemahaman Konsep No Interval Kategori ( Nilai) 1 81–100 Sangat paham 2 61 – 80 Paham 3 41 – 60 Cukup paham 4 21 – 40 Kurang paham 5 0 – 20 Tidak paham
= skor maksimum ideal Adapun kriteria N-Gain ternormalisasi HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini: 1. Keterampilan Proses Sains Tabel 2. Kriteria N-Gain ternormalisasi Hasil observasi keterampilan N-Gain Kategori proses sains kelas eksperimen dan N-Gain > 70% Tinggi kelas kontrol pada saat melakukan 70% ≥ N-Gain ≥30% Sedang praktikum hidrolisis garam secara N-Gain < 30% Rendah ringkas dipaparkan pada tabel 4 Untuk persentase pemahaman konsep dibawah ini: siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains pada Materi Hidrolisis Garam Smax
Skor 1
2
3
Skor Total
455
139
93
687
29 453 130 Sedangkan hasil N-Gain kelas eksperimen dan kelas konttrol secara ringkas dipaparkan paada tabel 5 berikut Tabel 5. Hasil perhitungan N-Gain keterampilan proses sains Persetase Kelas Kategori (%) Eksperimen 40 Sedang Kontrol 27 Rendah
90
Kelas Eksperimen
N 29
Kontrol
Nilai 2290,00
Rata-Rata Kategori 78,97
Tinggi
673 2243,33 77,47 Tinggi secara ringkas dipaparkan pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Deskripsi Rata-rata Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Rata-rata Kelas Kriteria Pemahaman Eksperimen 79 Paham Kontrol 70 Paham 2. Pemahaman Konsep Hasil perhitungan uji hipotesis Hasil tes pemahaman konsep menggunakan one way anova secara siswa pada materi hidrolisis garam ringkas dipaparkan tabel 7 berikut. Tabel 7. Analisis Uji Hipotesis Pos-test pemahaman konsep dengan one way anova Sumber varians Dk Jumlah MK Fh Ft Keputusan kuadrat Total 58-1 7262,9 Fh > Ft 5,07 > 4,06 Antar kelompok 2-1 602,88 602,88 =1 5,07 4,06 Ha diterima Dalam kelompok 58-2 6660,02 118,9 =55 B. Pembahasan 1. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan hasil analisis NGain didapatkan persentase peningkatan keterampilan proses sains untuk kelas ekperimen sebesar 40% dan kelas
249
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” kontrol sebesar 27%, sedangkan skor pada subaspek keterampilan dasar, keterampilan memproses dan keterampilan mengimnestigasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Dari kedua data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Tingginya nilai keterampilan proses sains pada kelas eksperimen karena beberapa keunggulan dari model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik yang digunakan pada kelas eksperimen, model pembelajaran ini menekankan kepada siswa untuk terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne (dalam Made Pait, 2011) problem solving merupakan belajar melalui pemecahan masalah dimana tipe belajar seperti ini dapat membentuk siswa berfikir ilmiah dan kritis melalui kegiatan pemecahan masalah. Siswa dituntut untuk terampil dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, dengan adanya masalah tersebut dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan mongoptimalkan keterampilan proses sains yang dimiliki. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh Isnawati (2014) yang berjudul pengaruh pendekatan problem solving model search, solve, create, and share (sscs) terhadap ketrampilan proses sains dan hasil belajar kimia menyimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran problem solving tipe SSCS lebih tinggi dari pada kelas kontrol dengan persentase 67,5% untuk kelaas eksperimen sedangkan kelaas kontrol sebesar 65,7%. Rendahnya keterampilan proses sains pada kelas kontrol disebabkan
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480 karena model pembelajaran yang digunakan yaitu model konvensional dengan pendekatan saintifik, pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa cenderung diam dan hanya menerima penjelasan yang diberikan oleh guru, selain itu pada kelas kontrol tidak diberikan suatu permasalahan yang merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam menemukan konsep yang ada. Sehingga kebanyakan siswa pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung. 2. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Saintifik terhadap pemehaman konsep Dari hasil uji hipotesis one way anova diperoleh Fhitung = 5,07 dan nilai Ftabel =4,06. Hal ini berarti Fhitung >Ftabel, (5,07>4,06) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep siswa. Sehingga, Ha yang menyatakan ada pengaruh model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik terhadap pemahaman konsep siswa diterima. nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen sebesar 79 dan nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol sebesar 70. Hal ini berarti kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dari kelas kontrol. Tingginya nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen disebabkan oleh kelebihan dari model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik, dimana model ini sangat efektif dalam mengembangkan siswa untuk berfikir secara ilmiah dan mengembangkan daya nalar mereka dalam menghadapi berbagai masalah (Rustini, 2008). Sehingga model pembelajaran ini sangat penting diterapkan dalam proses pembelajaran khususnya pada materi hidrolisis garam sebagaimana yang dikemukakan oleh Jonaseen (2010) menguraikan bahwa problem solving sangat penting diterapkan pada proses pembelajaran, karena merupakan kegiatan yang paling nyata dan pembelajaran yang paling relevan yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengetahuan yang terbangun dalam konteks pemecahan masalah akan lebih baik dipahami, dipertahankan dan lebih cepat diterima oleh siswa. Selain itu dalam penelitian ini siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
250
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” terlibat langsung dalam pembelajaran dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Raihanah (2014) model pembelajaran problem solving melatih siswa dalam menemukan sendiri konsep kimia dengan berlatih memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan spemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariati (2012) hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran fisika berbasis problem solving lebih efektif meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu penelitiuan yang dilakukan oleh Eko Swistoro Warimun (2012) hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa. SIMPULAN 1. Keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik didapatkan nilai rata-rata sebesar 78,97 sedangkan kelas kontrol yang dibelajarkan menggunakan metode konvensional dengan pendekatan saintifik didapatkan nilai ratarata sebesar 77,47. Sehingga keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. 2. Ada pengaruh model pembelajaran problem solving dengan pendekatan saintifik terhadap pemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen 79 dan kelas kontrol 70. SARAN Terdapat beberapa hal yang tidak dapat dikontrol dalam penelian ini diantaranya kemampuan guru dalam mengontrol kelas, siswa yang terlalu banyak bermain, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru serta banyaknya waktu yang terbuang sia-sia. Sehingga, bagi peneliti berikutnya diharapkan
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480 lebih memperhatikan menejmen waktu dan keberlangsungan proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto,S. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Buanarinda,T.,R. Dan Hidayah Rusly. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains melalui Model Pembelajaran Guided Inquiri pada Pembelajaran Konsep Asam Basa Kelas XI SMAN Ploso Jombang. Journal of chemical education. Vol 3. No 3. pp 8-12. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Ellizar. 2009. Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Modul. (Studi Pengembangan Pembelajaran Kimia) Disertasi. Pascasarjana UNP. Ikhwanudin, Jaedun, A., Purwanto, D.2010. Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berfikir Analisis.Jurnal Kependidikan. 40(2). 215-230. Isnawati. 2013.Pengaruh Pendekatan Problem Solving Model Search, Solve, Create, And Share (SSCS) Terhadap Ketrampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kimia.Mataram : IKIP Mataram Jonaseen. D., H. 2010. Research Issues In Problem Solving. The 11th international conference on education research. New education pradigm for learning and intruktion. September 29 – october 1. 2010 Komariah, Kokom. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model POLYA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi. Prosding seminar nasionalpenelitian. PFMIPA UNY. Mariati, P.S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Metagognisi dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal pendidikan fisika indonesia. Vol 8. pp 152-160. Pait, M.I. 2011. Pengaruh model pembelajaran problem solving dan penalaran Formal terhadap prestasi matewmatika bagi siswa sekolah menengah pertama. Artikel. Universitas Pendidikan Ganesha
251
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Raehanah, Mulyani, S., Saputro, S. 2014. Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Problem Solving Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) dan Kooperatif Problem Solving ditinjau dari Kemampuan Berfikir Kritis dan Kemampuan Matematis. Jurnal Inkuiri. 3(1). 19-27 Septiana, dan Handoyo. 2006. Penerapan think pair share (TPS) dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar geograpi. Jurnal pendidikan inofatif. 2(1). 47-50
Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
252