PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 2 2009
Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Jagung Manis di Lahan Kering Putu Suratmini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar
ABSTRACT. Combination of Urea and Organic Fertilization on Yields of Sweet Corn (Zea Mays) in Dryland. A field experiment was conducted on dry land of Luwus Seed Farm, Tabanan Bali, to study the effects of urea (N) combined with cattle manures on growth and yields of sweet corn. A 2 x 4 factorial treatments experiment with three replications was conducted using a randomized complete block design. Rates of urea fertilizer of 0; 150; 300 and 450 kg urea/ha, placed as the first factor, and rates of organic fetilizer were of 0; 5; 10; and 15 t/ha cattle manures, as the second factor. Results showed that there were no significant effect of interaction between urea and organic fertilizer on fresh weight and oven dry weight of commersial corncob. Main effect of nitrogen fertilizer was highly significant on fresh weight and oven dry weight of commersial corncob. Compared to no nitrogen fertilizer, application of 150 kg urea/ha increased fresh weight and oven dry weight of corncob by 87.5% and 126.6% respectively and also increased harvest index by 35.2%. Increasing rates of urea application to 300 and 450 kg urea/ha had no further effect on fresh weight and oven dry weight of commersial corncob. Compared to without application of cattle manures the application of cattle manures at rate of 10 t/ha increased fresh weight of commersial corncob, oven dry weight of commersial corncob/ha, and harvest index by 8.9%; 26.06%; and 16.1%, respectively. Further increases of manure to the rate of 15 t/ha had no significant effects on those variables. Regression analysis on rates of urea application and fresh weight commersial corncob, showed that the optimum urea application was 314.46 kg urea/ha with maximum corncob yield of 17 t/ha. Keywords: Sweet corn, urea, organic fertilizer, dry land ABSTRAK. Informasi tentang penelitian pemupukan N dan pupuk kandang pada jagung manis masih terbatas terutama di Bali. Oleh karena itu dilakukan pengkajian budi daya jagung manis di lahan kering BBI (Balai Benih Induk) Luwus, Tabanan Bali, untuk mengetahui pengaruh pemupukan urea dan pupuk organik terhadap hasil jagung manis. Percobaan disusun secara faktorial (2 x 4) dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. faktor pertama adalah dosis pupuk urea yaitu 0; 150; 300; dan 450 kg N/ha. Faktor kedua adalah dosis pupuk organik yaitu 0; 5; 10; 15; dan 15 t/ha kotoran sapi. Hasil pengkajian menunjukkan tidak terdapat pengaruh nyata (P > 0,05) interaksi dosis pupuk urea dan pupuk organik terhadap bobot segar dan bobot kering oven tongkol jagung. Pemberian pupuk urea secara tunggal berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot segar dan bobot kering oven tongkol komersial. Dosis 150 kg N/ha meningkatkan bobot segar dan bobot kering oven tongkol komersial masing-masing 87,5% dan 126,6% dibanding tanpa pupuk. Dosis pupuk urea tersebut juga meningkat-kan indeks panen 35,2%. Peningkatan dosis urea menjadi 300 kg dan 450 kg N/ha tidak nyata meningkatkan bobot segar dan bobot kering oven tongkol komersial jagung manis. Pupuk kandang dengan dosis 10 t/ha meningkatkan bobot segar, bobot kering oven tongkol komersial, dan indeks panen berturut-turut 8,9%, 26,06%, 16,1% dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Peningkatan dosis selanjutnya menjadi 15 t/ha tidak
nyata meningkatkan nilai variabel tersebut. Analisis regresi antara dosis pupuk urea (variabel X) dan bobot segar tongkol komersial (variabel Y) menunjukkan bahwa dosis optimum pupuk urea adalah 314,46 kg N/ha dengan bobot tongkol komersial 16,69 t/ha. Kata kunci: Jagung manis, urea, pupuk organik, lahan kering
agung manis merupakan tanaman pangan yang sudah berkembang dan mempunyai pasar, terutama di kota-kota besar. Permintaan jagung manis terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pasar swalayan yang merupakan mitra bisnis utama petani jagung manis (Koswara 1989; Palungkun dan Budiarti 2000). Pasar swalayan membutuhkan jagung manis dalam jumlah besar secara kontinu. Untuk memenuhi kebutuhan Jakarta akan jagung manis sebesar 30 t/hari dan peluang untuk ekspor ke Singapura yang sangat besar maka bisnis jagung manis sangat menjanjikan (Syariefa 2001). Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budi daya jagung manis pada lahan kering. Lahan kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah atau kandungan unsur hara tanah yang rendah. Menurut Koswara (1989), jagung manis memerlukan unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup tinggi dibanding unsur hara lainnya. Di antara ketiga unsur hara tersebut, nitrogen paling banyak dibutuhkan tanaman. Produksi jagung manis lebih sering dibatasi oleh defisiensi nitrogen daripada unsur lainnya (Berger 1962 dalam Sebayang dan Rumawas 1988). Petani umumnya memupuk tanaman jagung manis dengan pupuk urea secara terus-menerus dengan dosis yang terus meningkat, padahal pemupukan kimia tanpa dibarengi dengan pemupukan organik merupakan tindakan yang kurang bijaksana, terutama dikaitkan dengan usaha pertanian yang berkelanjutan. Pemupukan kimia (anorganik) dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada dalam tanah dan apabila dibiarkan maka kesuburan alami tanah akan merosot. Untuk memulihkan kembali fungsi mikroorganisme di dalam tanah maka tanah perlu pemberian pupuk organik.
J
83
SURATMI: PEMUPUKAN JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING
Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah yang sangat berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah, baik fisik, kimia, maupun biologis (Suprijadi et al. 2002). Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan pH, kadar C-organik, kadar basa yang dapat ditukar, dan KTK, menurunkan kejenuhan Al (Purnomo et al. 1993), dan meningkatkan ketersediaan nitrogen, fosfor, dan kalium serta unsur mikro bagi tanaman (Russel 1973). Bahan organik meningkatkan efektivitas pemupukan N, di mana unsur N yang lepas dari pupuk diikat oleh bahan organik, sehingga tidak mudah tercuci tetapi mudah tersedia bagi tanaman (Maryam et al. 1998). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan 300 kg N/ha merupakan dosis optimum bagi jagung manis, tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa dengan pemupukan kurang dari 300 kg N/ha hasil menurun dan meningkat dengan pemupukan 400 kg N/ha. Hal ini menunjukkan bahwa dosis nitrogen yang dibutuhkan jagung manis bergantung kepada tingkat kesuburan tanah. Informasi tentang penelitian pemupukan N dan pupuk kandang pada jagung manis masih terbatas terutama di Bali. Oleh karena itu, penelitian terhadap aspek tersebut perlu dilakukan.
lakuan. Pupuk urea diberikan sesuai dengan perlakuan secara tugal sebanyak tiga kali masing-masing 1/3 dosis pada umur tanaman 7 HST, 21 HST, dan 35 HST. Pupuk KCl 250 kg/ha diberikan sehari sebelum tanam dan pupuk P tidak diberikan karena hasil analisis tanah menunjukkan hara P tersedia cukup tinggi. Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma di petak percobaan. Parameter yang diamati adalah hasil (bobot segar dan bobot kering tongkol jagung manis, baik tongkol komersial maupun tongkol total), jumlah tongkol, panjang tongkol, saat tasseliing, saat silking, umur panen, indeks panen, dan kadar gula. Tongkol komersial adalah tongkol yang minimal 90% berisi biji, biji berkembang penuh, panjang tongkol > 12 cm dan tongkol tidak terserang hama penyakit (Koswara 1992). Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode varian (sidik ragam), sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata tarhadap variabel yang diamati, analisis dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hubungan antara dosis pupuk urea dan pupuk kandang diketahui melalui analisis regresi (Gomez & Gomez 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada lahan kering BBI (Balai Benih Induk) Luwus, Kabupaten Tabanan, Bali, dengan ketinggian tempat 506 m dpl. Kandungan N total tanah sangat rendah, K tersedia rendah, P tersedia tinggi, Corganik rendah, dan tekstur tanah lempung berliat. Benih yang dipergunakan adalah benih jagung manis varietas BISI Super Sweet Pupuk yang digunakan adalah urea (45%N), dan sebagai pupuk organik adalah kotoran sapi. Pestisida yang digunakan adalah Indovin 85 SP. Fungisida yang digunakan adalah Ridomil dan digunakan sesuai dosis anjuran. Percobaan ditata dengan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah dosis pupuk urea: 0, 150, 300, dan 450 kg N/ha atau 0, 326, 652 dan 978 kg urea/ha. Faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sapi: 0, 5, 10, dan 15 t/ha. Ukuran petak 3,2 m x 3,2 m dengan jarak antarpetak 0,5 m dan jarak antarulangan 1,0 m. Jarak tanam 40 cm x 40 cm dengan satu tanaman per lubang, sehingga dalam setiap petak terdapat 64 tanaman. Dari masing-masing petak dibuat ubinan untuk pengambilan sampel hasil tanaman. Pupuk kandang sapi diberikan setelah pembuatan petak, 1 minggu sebelum tanam sesuai dengan per84
Interaksi antara perlakuan dosis pupuk urea dan pupuk organik (pupuk kandang sapi) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar tongkol komersial maupun bobot kering oven tongkol komersial (Tabel 1). Hal ini berarti pengaruh masing-masing faktor tunggal sangat dominan dalam mempengaruhi komponen hasil dan hasil tanaman. Tabel 1. Signifikansi pengaruh dosis pupuk urea (N) dan pupuk organik (O) serta interaksinya (NxO) terhadap variabel yang diamati. Variabel
N
O
NxO
Umur muncul bunga jantan (saat tasseling) Umur muncul rambut tongkol (saat silking) Umur panen Panjang tongkol komersial Jumlah tongkol komersial/ha Jumlah tongkol total/ha Bobot segar tongkol komersial/ha Bobot segar tongkol total/ha Bobot kering oven tongkol komersial/ha Bobot kering oven tongkol total/ha Indeks panen Kadar gula biji
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
** ** ** TN TN TN * TN ** ** * TN
TN TN TN TN TN TN TN TN TN TN TN TN
*=berpengaruh nyata (P<0,05); **= berpengaruh sangat nyata (P<0,01); TN= berpengaruh tidak nyata (P³0,05)
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 2 2009
Bobot segar tongkol total dan bobot segar tongkol komersial meningkat karena pemupukan urea (Tabel 2). Pemupukan dengan dosis 150 kg N/ha meningkatkan nilai variabel tersebut sebesar 64,9% dan 87,5% dibandingkan dengan tanpa pupuk urea. Peningkatan dosis pupuk urea sampai 450 kg N/ha tidak memberikan bobot segar tongkol (total dan komersial) yang berbeda nyata. Bobot segar tongkol juga meningkat pada pperlakuan pupuk kandang sapi 5 t/ha sebesar 10,7% dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang. Peningkatan pupuk kandang menjadi 10 t dan 15 t/ha tidak memberikan perbedaan yang nyata. Peningkatan bobot kering oven tongkol komersial pada pemupukan 150 kg N/ha disebabkan oleh peningkatan bobot kering oven tongkol total, masingmasing 109,2% dibandingkan dengan tanpa pupuk nitrogen. Peningkatan dosis pupuk urea menjadi 300 kg dan 450 kg N/ha tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Pemberian pupuk kandang sapi 5 t/ha meningkatkan bobot kering oven tongkol komersial sebesar 11,7% dibandingkan dengan kontrol dan meningkat 26,1% pada perlakuan pupuk kandang 10 t/ha, sedangkan perlakuan pupuk kandang 15 t/ha tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan pemupukan 10 t/ha (Tabel 2). Peningkatan bobot tongkol komersial segar maupun kering oven diakibatkan pula oleh peningkatan jumlah tongkol total dan tongkol komersial dan panjang tongkol (Tabel 3). Peningkatan nilai komponen hasil jagung manis tersebut pada perlakuan 150 kg N/ha disebabkan oleh
produksi asimilat yang meningkat dibandingkan dengan tanpa pupuk nitrogen. Produksi asimilat yang meningkat dialokasikan lebih banyak ke tongkol sehingga indeks panen meningkat 35,2% dibandingkan dengan tanpa pupuk nitrogen (Tabel 3). Pemupukan nitrogen meningkatkan panjang tongkol komersial 18,3% pada pemupukan 150 kg N/ha dan peningkatan dosis selanjutnya tidak memberikan perbedaan yang nyata (Tabel 3). Pemupukan nitrogen mengakibatkan panen empat hari lebih cepat dibandingkan dengan kontrol dan panen lebih cepat dengan semakin meningkatnya dosis pupuk nitrogen. Panen lebih cepat disebabkan oleh saat tasseling dan silking yang lebih cepat pada pemupukan nitrogen, di mana pemupukan 450 kg N/ha memberikan saat tasseling, silking, dan umur panen paling cepat dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan 300 kg N/ha (Tabel 4). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Riffin (1991), Koswara (1992), Widawati (1997) dan Irdiana et al. (2002) yang menyatakan bahwa semakin meningkat dosis pupuk nitrogen lebih cepat saat tasseling, silking, dan umur panen. Peningkatan komponen hasil dan hasil dengan pemupukan urea disebabkan oleh fungsi nitrogen yang memberikan pengaruh paling cepat terhadap pertumbuhan tanaman dibanding hara lainnya (Soepardi 1983). Nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tanaman, meningkatkan khlorofil daun, memperbesar ukuran daun dan biji (Soepartini 1987), mengatur penggunaan unsur P, K, dan unsur lain di dalam tanah (Tejasarwana 1998). Fungsi lainnya adalah
Tabel 2. Pengaruh tunggal dosis pupuk urea dan pupuk organik terhadap bobot segar dan bobot kering oven tongkol total dan tongkol komersial.
Tabel 3. Pengaruh tunggal dosis pupuk urea dan pupuk organik terhadap jumlah tongkol total dan tongkol komersial, panjang tongkol komersial, dan indeks panen.
Bobot segar tongkol
Bobot kering oven tongkol
Jumlah tongkol/ha Perlakuan
Perlakuan
Total Total (t/ha)
Urea (kg N/ha) 0 150 300 450 BNT 5%
9,57 15,78 16,21 15,76 1,07
Pupuk organik (t/ha) 0 12,01 5 14,24 10 14,63 15 14,85 BNT 5% 1,07
a b b b
a b b b
Komersial (t/ha)
8,18 15,34 15,78 15,46 1,21
12,73 13,63 14,09 14,32 1,21
a b b b
a ab b b
Total (t/ha)
1,20 2,51 2,61 2,60 0,22
1,93 2,08 2,39 2,46 0,21
a b b b
a a b b
Komersial
Komersial (t/ha)
1,10 2,49 2,58 2,59 0,21
1,88 2,10 2,37 2,42 0,22
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 0,05 BNT
a b b b b
a b b b
Panjang tongkol komersial (cm)
Indeks panen
Urea (kg N/ha) 0 63477 a 150 95052 b 300 95052 b 450 92122 b BNT 5% 4854
43945 62175 62826 62826 3700
a b b b
14,2 16,8 17,3 16,3 1,64
a b b b
15,1 20,5 19,9 19,2 1,8
a b b b
Pupuk organik (t/ha) 0 84310 a 5 86589 a 10 86263 a 15 88542 a BNT 5% -
55990 58268 58594 58919 -
a a a a
15,9 16,1 16,5 16,1 -
a a a a
17,2 18,4 19,9 19,2
a ab b b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 0,05 BNT
85
SURATMI: PEMUPUKAN JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING
membentuk protein, lemak dan berbagai senyawa organik lainnya, dapat meningkatkan kadar protein total biji jagung manis, (Koswara 1992) dan memperbesar ukuran biji (Soepardi 1979). Jagung manis peka terhadap kekurangan nitrogen yang merupakan faktor pembatas produksi dan mempengaruhi kualitas hasil (Yodpetch dan Bautista 1984). Pada perlakuan tanpa nitrogen, hasil rendah. Kekurangan nitrogen akan menurunkan jumlah khlorofil dan laju fotosintesis berkurang sehingga fotosintat yang dihasilkan juga berkurang, yang pada akhirnya hasil tanaman menururn. Apabila tanaman kekurangan nitrogen, daun menjadi hijau kekuningan atau kuning, mulai dari daun bagian bawah, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, dan pada keadaan kekurangan N yang parah daun menjadi kering (Setyamidjaja 1986). Pertumbuhan batang menjadi tipis, perakaran terbatas, tongkol jagung yang terbentuk menjadi kecil, dan kandungan protein dalam biji rendah (Sutoro et al. 1988). Peningkatan dosis pupuk urea dari 150 kg N sampai 450 kg N/ha tidak nyata meningkatkan bobot segar dan bobot kering oven tongkol komersial (Tabel 2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan tanaman akan hara N sudah terpenuhi sehingga respon tanaman terhadap pupuk N menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widawati (1997) yang mendapatkan bahwa bobot segar tongkol komersial jagung manis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan 150 kg N/ha dengan 300 kg N/ha maupun 450 kg N/ha. Sebaliknya Swastika (1992) melaporkan bahwa bobot segar tongkol
Tabel 4. Pengaruh tunggal dosis pupuk urea dan pupuk organik terhadap umur tanaman pada saat tasseling, silking, dan panen, serta kadar gula biji. Saat silking (HST)
Umur panen (HST)
Kadar gula biji (%)
Urea (kg N/ha) 0 56 a 150 54 b 300 52 c 450 52 c BNT 5% 0,90
63 a 28 b 56 c 56 c 0,66
79 a 75 b 74 c 73 d 0,51
11,67 a 12,75 b 12,96 b 11,71 a 0,38
Pupuk kandang sapi (t/ha) 0 54 a 5 54 a 10 53 b 15 53 b BNT 5% 0,90
59 a 58 b 58 b 58 b 0,66
76 a 75 b 75 b 75 b 0,51
12,00 12,29 12,42 12,37 -
Perlakuan
Saat tasseling (HST)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 0,05 BNT
86
a a a a
komersial meningkat dengan pemupukan 300 kg N/ha tetapi tidak berbeda nyata dengan pemupukan 450 kg N/ha. Dari beberapa hasil penelitian diketahui pemberian pupuk nitrogen pada jagung manis memberikan hasil yang bervariasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan varietas yang ditanam maupun kesuburan tanah, khususnya kandungan N tanah. Anggraeni (1985) dan Koswara (1992) menemukan bobot segar tongkol komersial jagung manis varietas Florida stay sweet dan SD-2 masih meningkat pada pemupukan nitrogen sampai 400 kg N/ha. Hastuti (2001) menemukan bahwa bobot segar tongkol jagung manis meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk nitrogen dari 150 kg N menjadi 200 kg N/ha, tetapi menurun pada dosis 250 kg N/ha. Penelitian Syawal (1998) menunjukkan bahwa hasil maksimum tongkol (dengan kelobot) jagung manis mencapai 12,8 t/ha pada dosis optimum pupuk nitrogen 300 kg N/ha, sedangkan pada dosis pupuk 400 kg N/ha hasil menurun. Pemupukan 150 kg N/ha meningkatkan kadar gula biji 9,3% dibandingkan dengan tanpa pemupukan nitrogen. Peningkatan dosis nitrogen menjadi 300 kg N/ha tidak nyata meningkatkan kadar gula. Pada pemupukan 450 kg N/ha kadar gula biji turun menjadi 8,2% (Tabel 4). Pemberian pupuk kandang tidak nyata meningkatkan kadar gula biji. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara dosis pupuk nitrogen (variabel X) dengan bobot segar tongkol komersial (variabel Y) berbentuk kuadratik: Y= 8,4822 + 0,0522 – 0,000083 X2 (R2= 0,956). Dosis optimum pupuk nitrogen adalah 314 kg N/ha dan bobot segar tongkol komersial maksimum 16,69 t/ha. Angka ini 1,35 t atau 0,91 t lebih tinggi dibandingkan dengan bobot segar tongkol komersial pada pemupukan150 kg N atau 300 kg N/ha (Tabel 2). Di samping dapat meningkatkan bobot segar dan bobot kering tongkol jagung manis, pemupukan nitrogen juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot segar, bobot kering, dan kadar protein brangkasan jagung manis. Bobot segar dan bobot kering brangkasan meningkat masing-masing 49,8% dan 60,2% pada pemupukan 150 kg N/ha dan meningkat 116,2% dan 80,0% pada pemupukan 450 kg N/ha. Pemupukan 450 kg N/ha meningkatkan kadar protein kasar brangkasan 76,8% dan menurunkan kadar serat kasar 12,3% dibanding tanpa pemupukan nitrogen (Suratmini 2005). Hasil analisis ekonomi (B/C ratio) menunjukkan, pemupukan dengan dosis 314,46 kg N/ha memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan 150 kg N/ha (Tabel 5).
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 2 2009
Tabel 5. Hasil analisis usahatani jagung manis (Rp ‘000/ha). Perlakuan Uraian P0
P1
P2
P3
B1
B2
B3
Saprotan Benih Urea KCl Pupuk kandang Pestisida
2.250 0 500 0 500
2.250 652 500 0 500
2.250 1.304 500 0 500
2.250 1.956 500 0 500
2.250 0 500 2.500 500
2.250 0 500 5000 500
2.250 0 500 7.500 500
Total (a)
3.250
3.902
4.554
5.206
5.750
8.250
10.750
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
900 600 900 900 500 900
4.700
4.700
4.700
4.700
4.700
4.700
4.700
16.360
30.680
31.560
30.920
27.260
28.180
28.640
8.410 1,06
22.078 2,57
21.654 2,34
21.014 2,12
16.810 1,61
15.230 1,18
13.190 0,85
Tenaga kerja Olah tanah Tanam Pemupukan 2x Penyiangan 2x Pengendalian HPT Panen/pascapanen Total (b) Penerimaan (c) Keuntungan d = (c-(a+b) B/C rasio d/(a+b)
Analisis belum memperhitungkan harga jerami jagung manis.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa biaya produksi jagung manis dengan pemberian pupuk organik (pupuk kandang) lebih tinggi dibanding pemberian pupuk anorganik, sedangkan hasil yang didapat lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pupuk organik diperlukan dalam jumlah besar karena kandungan unsur hara pupuk kandang khususnya N, P, dan K lebih rendah dibanding pupuk kimia. Selain itu proses ketersediaan hara dari pupuk organik untuk dapat diserap tanaman lebih lambat. Kendala lain yang dihadapi dalam pemakaian pupuk organik adalah sulit dalam penyediaan dan pengangkutan karena diperlukan dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan petani lebih memilih menggunakan pupuk kimia dibanding pupuk organik, walaupun mereka sudah mengetahui manfaat pupuk organik.
KESIMPULAN 1. Interaksi antara dosis pupuk nitrogen dan pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap hasil (bobot segar tongkol komersial) jagung manis. 2. Pupuk nitrogen secara tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar dan bobot kering oven tongkol komersial. Pemberian pupuk nitrogen 150
kg N/ha meningkatkan bobot segar tongkol komersial (87,5%), bobot kering oven tongkol komersial (126,4%), dan indeks panen (35,2%) dibanding tanpa pupuk nitrogen. 3. Peningkatan dosis pupuk nitrogen dari 150 kg N menjadi 300 kg N, dan 450 kg N/ha tidak nyata meningkatkan bobot segar maupun bobot kering oven tongkol komersial. 4. Pemberian pupuk kandang sapi 10 t/ha meningkatkan bobot segar tongkol komersial (10,7%), bobot kering oven tongkol komersial (26,1%), dan indeks panen (16,1%), dibanding tanpa pupuk kandang.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, R.D. 1985. Pengaruh tingkat dan waktu pemberian hara nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 p. Hastuti, P.B. 2001. Pengaruh dosis pupuk N dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Buletin Ilmiah INSTIPER Yogyakarta. 8(1):15-24. Koswara, J. 1989. Budi daya jagung manis. Makalah pada Kursus Singkat Hortikultura. BKS Barat USAID. Universitas Lampung. 11 p.
87
SURATMI: PEMUPUKAN JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING
Koswara, J. 1992. Pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk nitrogen dan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis seleksi Dermaga 2. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 2(1):1-6. Kuntyastuti, H. dan A..A. Rahmianna. 2001. Pemanfaatan pupuk alternatif organik dan anorganik pada kedelai di lahan sawah. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Penelitian dan Pengembanagn Sosial Ekonomi Pertanian, bekerjasama dengan UNUD. Lubach, G.W. 1980. Growing sweet corn for processing. Queensland Agric. J. 106(3):218-230. Maryam, L.R. Widowati, S. Widati, J.P. Sumantri dan D. Santoso. 1998. Efisiensi pupuk nitrogen pada tanah Ultisol, Vertisol dan Entisol. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. p.133-145. Palungkun, R. dan A. Budiarti. 2000. Sweet corn baby corn. Peluang Bisnis, Pembudi dayaan dan Penanganan Pascapanen. Penebar Swadaya. Jakarta. Pribadi, D.U. dan J. Astuti. 1999. Peranan konsentrasi EM-4 dan macam pupuk kandang pada hasil tanaman jagung manis. Majalah Ilmiah Pembangunan VIII(20):54-58. Purnomo, J., G.P. Wigena, Sukristiyonowibowo, dan Y.P. Sumantri. 1993. Pengaruh pemupukan N,K, dan pupuk kandang terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil umbi garut pada Podsolik Merah Kuning (Ultisols) Jambi. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 10:27-37. Russel, E.W. 1973. Soil condition and plant growth. Longman, 10 th Ed. London. p. 265-268. Sebayang, A.T.A. dan F. Rumawas. 1988. Pengaruh cara pengendalian teki dan pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis. Prosiding Konferensi IX Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bogor. p. 154-163.
88
Setyamidjaja, S. 1986. Pupuk dan pemupukan. Simplex Bogor. Soepardi, G. 1979. Sifat dan ciri tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Srilaba, N. 2001. Pengaruh dosis pupuk kascing dan dosis pupuk posfat terhadap hasil jagung manis (Zea Mays Saccharata Sturt) di lahan kering Andisol Candikuning. Tesis Universitas Udayana. Supriadi, Abdulrachman, S. Juliardi, dan I. Pahim. 2002. Pemupukan berimbang pada tanaman padi di lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Prosiding Seminar Nasional, Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Suratmini, P. 2005. Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan pupuk kandang sapi terhadap produksi brangkasan jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt) sebagai pakan ternak Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Teknologi Kreatif dan Peran Stakeholder dalam Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Sutoro, Y. Sulaeman, dan Iskandar. 1988. Budi daya tanaman jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Syawal, Y. 1998. Pergeseran komposisi dan karakterisasi gulma lainnya serta hasil tanaman jagung manis pada Andisols dengan pemupukan nitrogen dan penyiangan gulma dalam periode kritis tanaman. Berkala Penelitian Pascasarjana Universitas Pajajaran Bandung 9(2):18-33. Syariefa, E. 2001. Bisnis jagung manis tertiup angin. Trubus XXXII (337):72-74. Tejasarwana, R. 1998. Tanggapan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata) terhadap pemberian pupuk N, P, K dan Ca. Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Jawa Timur. Yodpetch, C. dan O.K.Bautista. 1983. Young cob corn: suitable varieties, nutrient value, and optimum stage of maturity. Phill. Agr. 66(3):232-244.