Feri Faila Sufa, Irfan Haris / Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai InternalisasiPendididkan Karakter melalui Kegiatan Bercerita
1
Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai Internalisasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Bercerita di Pos PAUD Permata Hati Kadipiro Surakarta Feri Faila Sufa/Irfan Haris Universitas Slamet Riyadi Surakarta
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk pembelajaran, (2) implementasi pembelajaran karakter dan (3) mengetahui apakah metode bercerita dapat meningkatkan karakter pada Anak Usia Dini melalui Metode Bercerita dalam meningkatkan kedisiplinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan Kelas. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Nilai-nilai pendidikan karakter khususnya kedisiplinan dapat ditanamkan pada anak usia dini melalui Aspek Spiritual, Aspek Personal/kepribadian, Aspek Sosial, dan Aspek lingkungan. (2) Dalam implementasinya dibutuhkannya keteladanan dan contoh kedisiplinan dari pendidik dan orang tua yang ditunjukkan pada anak usia dini,untuk membangun pendidikan karakter (3) Metode bercerita mampu membawa suasana kelas lebih alamiah, dan mampu menjadi media untuk memindahkan tatanan nilai karakter disiplin anak sehingga tumbuh dan meningkat. Anakanak lebih mudah menerima nilai-nilai moral kedisiplinan dari sebuah cerita. Sehingga metode cerita berperan penting dalam sosialisasi nilai-nilai baru kepada anak-anak. Kata Kunci: Kedisiplinan, Metode Bercerita, Pendidikan Karakter
2
JURNAL PENDIDIKAN “ JUDIKJARDASMEN” DEWAN PENDIDIKAN KOTA SURAKARTA
Abstract Improved discipline as an Early Childhood Education Internalization Character Through Storytelling Event in early childhood Permata Hati Post at Kadipiro Surakarta Feri Faila Sufa / Irfan Haris University of Slamet Riyadi Surakarta
[email protected]
The purpose of this study was to (1) describe the forms of learning, (2) Implementation of learning the characters and (3) determine whether the storytelling method can improve the character of the Early Childhood through Storytelling Method in improving discipline. The method that used in this study is action research class. The conclusions of this study were (1) The values of character education in particular discipline can be implanted (build up) in early childhood through Spiritual Aspect, Personal Aspect / personality, Social Aspect, and environmental aspects. (2) In implementation needed a model and examples of discipline from educators and parents that’s demonstrated in early childhood to build character education (3) The method of storytelling is capable of carrying a classroom atmosphere to be more natural, and it also capable of being the media to move the rule of discipline character values of discipline in a child so grow and increase. Children are more receptive to the moral values of discipline from a story. Thus, the story method have an important role in the socialization of a new values to the children. Keywords: Discipline, Storytelling Method, Character Education
Feri Faila Sufa, Irfan Haris / Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai InternalisasiPendididkan Karakter melalui Kegiatan Bercerita
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini sangat menentukan keberhasilan suatu generasi dan menjadi tanggung jawab bersama. Keluarga, masyarakat dan lembaga PAUD bertanggung jawab terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. Lima tahun usia pertama adalah masa peka yang penting mendapatkan pendidikan terbaik yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa mendatang. Salah satu hal penting dalam pendidikan karakter adalah menanamkan sikap disiplin. Sikap disiplin merupakan kompetensi inti pada kurikulum 2013 Pendidikan anak usia Dini (Lampiran I, permendikbud 146 tahun 2014) yang mencerminkan sikap taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan.Penanaman sikap disiplin sejak dini sangat penting bagi anak usia dini, karena dapat membawa dampak positif dalam membentuk karakter anak yang berguna untuk kehidupannya dimasa mendatang. Penanaman sikap disiplin dalam membentuk karakter anak membutuhkan waktu yang tidak hanya sekali atau dua kali, namun perlu kekonsistenan dari orang dewasa atau pendidik sehingga anak terbiasa dengan sikap disiplin. Mendisiplinkan anak menurut Sudarna (2014:61) adalah melatih
3
anak supaya berperilku sesuai aturan (rule)yang berlaku dalam masyarakat. Penanaman sikap disiplin sebagai pendidikan karakter untuk anak bertujuan membentuk pribadi menjadi insan yang berkeutamaan (Aqib,2011:38). Penelitian Farida dan Hapsari (2008) menjelaskan Perancangan Media Interaktif ini membantu pendidik (khususnya polisi) dalam memberikan pendidikan disiplin berlalu lintas sejak dini. Interaktif merupakan media pembelajaran sangat sesuai, karena sangat mudah digunakan dan menghemat waktu, selain itu dapat mendidik siswanya untuk belajar mandiri. Sedangkan Siti Supeni (2013) pada penelitian berjudul strategi pengembangan grand design Pendidikan karakter dalam Menginternalisasikan pendidikan Kewarganegaraan pada pendidikan anak usia dini (paud) sebagai penguatan nilai-nilai pancasila di kota Surakarta menyimpulkan bahwa Keberhasilan pendidikan karakter bagi anak usia dini perlu ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, baik lingkungan fisik maupun nonfisik. Pos Paud merupakan bagian dari Satuan Paud sejenis yang berasal dari para kader. Dalam pra survey yang dilakukan peneliti, dapat digambarkan, pada saat proses belajar mengajar, masih banyak anak-anak yang kurang disiplin. Hal ini ditandai dengan
4
JURNAL PENDIDIKAN “ JUDIKJARDASMEN” DEWAN PENDIDIKAN KOTA SURAKARTA
masih ada sebagian anak keluar masuk kelas saat pembelajaran, melakukan aktivitas mereka sendiri, seperti mainan ayunan, bahkan bersama orang tua siswa lainnya. sebagian lagi anak tidak mandiri karena masih ada orang tua di dalam kelas mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini menjadikan kelas tidak berjalan efektif. Keadaan ini bagi pendidik Pos PAUD tidak merasa terganggu dengan banyaknya orang tua di kelas. Berdasarkan wawancara dengan seorang pendidik Pos PAUD yang berlatarbelakang dari kader posyandu, justru mereka terbantu dengan adanya orang tua karena dapat membantu mereka menangani anak didik. Permasalahan dalam proses belajar mengajar di kelas tersebut, perlu ada upaya pendidik untuk meningkatkan kedisiplinan sebagai internalisasi pendidikan karakter pada anak. Lembaga Pos PAUD sebagai sekolah awal bagi anak setelah pendidikan keluarga menjadi berperan sangat penting. Oleh karena itu perlu strategi pendidik agar kedisiplinan anak mengikuti aturan dalam proses belajar mengajar muncul. Menurut Sudarna (2014:65) bercerita merupakan metode komunikasi bangsa Indonesia yang sudah berlaku dari generasi ke generasi tetapi sekarang makin dilupakan orang.
Thohir dkk (1997) menjelaskan bahwa anak berperilaku disiplin dapat ditemukan melalui proses internalisasi yang berlangsung dalam keluarga. Selama orang tua, sekalipun rendah dalam pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan tidak menentu tetapi ia bersedia memberikan contoh perilaku yang baik kesehariannya maka inilah yang mempengaruhi proses pembentukan kesadaran berperilaku disiplin. Pendidikan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan UUD 45, dilatarbelakangi oleh realita permasaalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemendirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat ditanamkan pada anak usia dini (0-6 tahun), mencakup empat aspek, yaitu: (1) Aspek Spiritual, (2) Aspek Personal/kepribadian, (3) Aspek Sosial, dan (4) Aspek lingkungan
Feri Faila Sufa, Irfan Haris / Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai InternalisasiPendididkan Karakter melalui Kegiatan Bercerita
(Pedoman Pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini, 2012:5), kemudian disebutkan Pada pendidikan anak usia dini nilai-nilai yang dipandang sangat penting dikenalkan dan diinternalisasikan ke dalam perilaku mereka mencakup: (1) Kecintaan terhadap Tuhan YME, (2) Kejujuran, (3) Disiplin, (4) Toleransi dan cinta damai, (5) Percaya diri, (6) Mandiri, (7) Tolong menolong, kerjasama, dan gotong royong, (8) Hormat dan sopan santun, (9) Tanggung jawab, (10) Kerja keras, (11) Kepemimpinan dan keadilan, (12) Kreatif, (13) Rendah hati, (14) Peduli lingkungan, (15) Cinta bangsa dan tanah air. Daryanto (2013:135) mengungkapkan disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok (Hurlock, 2011: 82). Tseitlin & Galili (2005) menjelaskan bahwa dicipline culture siswa dapat dibentuk melalui kegiatan ilmiah. Bagi siswa PAUD kegiatan ilmiah dapat diberikan dalam bentuk mengamati dan mengidentifikasi. Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk pembelajaran, mendeskripsikan implementasi pembelajaran pendidikan karakter untuk
5
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini dan mengetahui apakah metode bercerita dapat meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. METODE Penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas. Upaya perbaikan pembelajaran akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur penelitian meliputi (1) Tahap kegiatan awal, meliputi Observasi awal tentang kondisi kelas pada saat sebelum dilakukan tindakan penelitian. (2) Perencanaan meliputi membuat skenario tindakan pembelajaran, membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas (3) Pelaksanaan tindakan merupakan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat (3) Observasi/evaluasi, (4) Refleksi.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini ada siswa Pos PAUD Permata Hati Kadipiro Surakarta Tahun Akademik 2016/2017. Siswa Pos PAUD Permata Hati berjumlah 16 siswa yang dibagi dalam satu kelas. Selain memanfaatkan kolaborator, pemeriksaan keabsahan data penelitian tindakan adalah dengan cara triangulasi yang memanfaatkan
6
JURNAL PENDIDIKAN “ JUDIKJARDASMEN” DEWAN PENDIDIKAN KOTA SURAKARTA
penggunaan sumber seperti dalam (Moleong, 2000 :178) Triangulasi adalah cara membandingkan informasi dari informan/ anak yang diteliti dengan pendapat orang lain/orang tua. Misalnya informasi yang diperoleh guru dibandingkan dengan teori yang ada. Hasil penelitian tentang kedisiplinan selama pembelajaran dibandingkan dengan pendapat guru dan orang tua melalui angket orang tua.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum ada tindakan kelas, peneliti melakukan pengamatan terhadap kedisiplinan anak. Pada 16 anak di Pos PAUD, kedisiplinan anak masih belum berkembang dalam mengikuti aturan, merapikan peralatan, menyelesaikan tugas dan datang ke sekolah tepat waktu. Secara umum kedisiplinan anak sebelum tindakan kelas dilakukan masih belum berkembang. Seperti yang dipaparkan pada tabel 1. Setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus 1 melalui kegiatan bercerita, kedisiplinan anak mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kedisiplinan anak sudah mulai berkembang dalam hal mengikuti aturan sejumlah 46%, dalam antri bergiliran sebesar 51%, merapikan mainan sebesar 48% dan datang maupun pulang sekolah sesuai waktu yang ditentukan sebesar 45%. Dan Kedisiplinan Anak meningkat dari yang semula rata-rata belum berkembang menjadi mulai berkembang 10 anak, yang lainnya belum berkembang kedisiplinannya sejumlah 4 anak dan sisanya sudah
berkembang sesuai yang diharakan sejumlah 2 anak seperti yang dijelaskan pada tabel 3. Berdasarkan data tersebut peneliti melanjutkan ke siklus 2, karena kedisiplinan anak masih kurang berkembang sesuai yang diharapkan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ∑ Ket %
Tabel 1 Data Kedisiplinan anak Pra Penelitian ∑ Ket A B C D E
%
BB BB BB BB MB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
55 35 25 30 45 40 25 40 25 30 40 25 35 25 40 25
2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 25
2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 22
3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 24
BB
MB
BB
BB
BB
28,12
39
34,3
29,6 37,5
Keterangan : A= Mengikuti aturan B=Antri Bergiliran C=Merapikan mainan/peralatan sekolah D=Menyelesaikan tugas tepat waktu E=Datang sekolah tepat waktu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ∑
11 7 5 6 9 8 5 8 5 6 8 5 7 5 8 5 BSP= 0 BSH= 0 MB= 1 BB= 3
BSP= 0 BSH= 0 MB= 1 BB= 15
BB= Belum Berkembang MB=Mulai Berkembang BSH= Berkembang sesuai BSP= Berkembang sangat pesat
Tabel. 2 Kedisiplinan Siswa pada siklus1. ∑ A B C D E Ket BSH 2 3 3 3 2 13 MB 2 2 2 2 2 10 MB 2 2 2 2 1 9 MB 2 2 2 2 2 10 BSH 2 3 2 3 2 12 MB 2 2 2 2 2 10 MB 2 2 2 2 2 10 MB 2 2 2 2 2 10 MB 2 2 2 2 2 10 BB 2 1 1 1 1 6 MB 2 2 2 1 2 9 BB 1 2 1 1 2 7 MB 2 2 2 1 2 9 BB 2 2 2 1 1 8 MB 2 2 2 1 3 10 BB 1 2 1 1 1 6 BSP=0 30 33 30 27 29 BSP=0 BSH=0
Ket
MB
MB
MB
BB
MB
%
46
51
46
42
45
MB=3 BB=1
BSH=2 MB=10 BB=4
% 65 50 45 50 60 50 50 50 50 30 45 35 45 40 50 30
Feri Faila Sufa, Irfan Haris / Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai InternalisasiPendididkan Karakter melalui Kegiatan Bercerita
Pada tindakan siklus II melalui kegiatan bercerita, kedisiplinan anak mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus sebelumnya. Pada Tabel 3 anak dijelaskan bahwa dalam mengikuti aturan, melakukan antri, merapikan mainan, penyelesaian tugas tepat waktu sudah berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat pesat pada ketepatan dalam datang dan pulang sesuai waktu yang ditentukan. Secara umum kedisiplinan anak sudah terjadi peningkatan sesuai harapan. Tabel 3. Skor Kedisiplinan Siswa pada siklus 2
Indikato r
A
B
C
D
E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2
3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2
4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2
Juml
45 BSH
48 BSH
47 BSH
40 BSH
51 BSP
70
75
73
65
79
Ket %
Skor
18 16 15 15 17 14 14 15 15 10 15 14 13 14 15 11
BSP=1 BSH=3 MB=0 BB=0
kedisiplinan pada pra penelitian, siklus 1 dan siklus 2 dapat dijelaskan pada gambar 1. 50
Tingkat Partisipasi (%)
45 35 30
Siklus 1
25 20
Siklus 2
15 10 5 Kegiatan Persiapan
Kegiatan Pelaksanaan Penyelesaian kegiatan
Pengkomunikasian Hasil
Tahapan Kegiatan
Grafik 1. Perbandingan kedisiplinana anak pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.
KET
% 90 80 75 75 85 70 70 75 75 50 75 70 65 70 75 55
Berdasarkan data tabel 1, 2, dan 3 diatas menunjukkan bawa ada peningkatan kedisiplinan anak pada aspek kedisiplinan baik dalam mengikuti aturan kelas, melakukan antri dalam menggunakan alat main, mau merapikan mainan setelah mereka bermain. Anak-anak juga mengalami peningkatan dalam menyeleaikan tugas yang diberikan guru atau pendidik secara mandiri. Disamping itu anak sudah datang dan pulang sekolah sesuai aturan sekolah. Perbedaan peningkatan
40
0
BSP BSP BSH BSH BSP BSH BSH BSH BSH MB BSH BSH BSH BSH BSH MB
BSP=3 BSH=11 MB=2 BB=0
7
Berdasarkan perolehan data secara kuantitatif dan kualitatif, hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kedisiplinan pada anak di Pos PAUD Permata Hati Kadipiro Surakarta. Data kuantitatif pada grafik 1 menunjukkan bahwa kedisiplinan anak meningkat. Data kuaitatif dilakukan berdasarkan amatan yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Hasil ini dibuktikan dari pemberian tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilakukan pada saat tahun ajaran baru dengan rata-rata siswa berusia 3 (tiga) tahun yang baru pertama kali memasuki dunia pendidikan dan baru saja keluar dari lingkungan asuhan keluarga. Latar belakang status sosial ekonomi keluarga mempengaruhi pandangan orang tua terhadap pendidikan anak. Hal ini tampak pada proses pembelajaran di Pos PAUD. Para orang tua yang menunggu anaknya, ikut masuk didalam kelas, sehingga anak-anak
8
JURNAL PENDIDIKAN “ JUDIKJARDASMEN” DEWAN PENDIDIKAN KOTA SURAKARTA
tidak mandiri. Sebagian lagi di luar, berbincang-bincang dengan orang tua lainnya. Pada awal proses pembelajaran tampak suasana kelas yang tidak kondusif. masih banyak anak-anak yang datang terlambat, keluar masuk kelas, pulang sebelum pembelajaran selesai tanpa ijin pendidik dan tanpa alasan yang jelas. Hal ini membuat kelas tidak berlangsung efektif. Hal ini didukung sikap orang tua. Anak-anak sering datang terlambat atau bahkan pulang terlebih dahulu, tanpa ijin kepada pendidik. Kondisi ini bisa jadi karena ketidaktahuan orang tua, yang sebagian besar orang tua siswa berpendidikan SMA dan berprofesi sebagai buruh, atau tenaga lepas, atau penjaga makam di Bonoloyo Kadipiro. Meski demikian setelah dilakukan tindakan menggunakan metode bercerita, masalah kedisiplinan anak dapat ditingkatkan sesuai harapan. Jika dibandingkan dengan observasi yang dilakukan sebelumnya (Februari 2015) kedisiplinan anak juga belum tampak. Padahal, jika diamati berdasarkan kalender akademik anak-anak sudah melebihi satu semester belajar di sekolah, namun belum menggunakan metode bercerita dalam menginternalisasi kedisiplinan pada anak. Paparan data kuantitatif dan kualitatif diatas membuktikan bahwa metode bercerita sangat efektif untuk meningkatkan kedisiplinan anak.
Najib, dkk (2016) memberikan indikator disiplin dengan selalu datang tepa waktu, jika berhalangan hadir memberi tahu, taat pada peraturan sekolah dan taat pada peraturan lalu lintas. Namun pada penelitian ini lebih memfokuskan pada kedisiplinan dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada dasarnya, kedisiplinan sebagai salah satu nilai karakter harus dilakukan berulang-ulang secara rutin agar anak menjadi terbiasa dan menjadi habitat. Jika sudah menjadi sebuah kebiasaan pada diri anak, maka karakter disiplin sudah terbentuk. Jika internalisasi pendidikan karakter diselenggarakan disekolah, maka masyarakat sekolah harus menjadi pendahulu atau pionir, sebagai contoh. Kedisiplinan bisa menjadi program sekolah. Masyarakat sekolah seperti guru, tenaga kependidikan harus bersama-sama mensukseskan pendidikan karakter. Daryanto dkk (2013:71) menjelakan disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Menerapkan pendekatan modelling, menggunakan pendekatan Sincerity, memberikan penghargaan untuk menumbuhkan nilai-nilai baik, dan menerapkan character-based approach ke dalam setiap pembelajaran. Pada PAUD nilai karakter disiplin bisa di tumbuhkan pada setiap kegiatan, baik pada kegiatan awal, saat berdoa, kegiatan inti, saat bermain, dan pada kegiatan akhir pembelajaran.
Feri Faila Sufa, Irfan Haris / Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini sebagai InternalisasiPendididkan Karakter melalui Kegiatan Bercerita
PENUTUP Dari hasil kegiatan bercerita selama dua siklus dapat meningkatkan kedisiplinan anak. Berdasarkan seluruh pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) bentuk pembelajaran dengan kegiatan sangat disukai anak. Bercerita dapat dilakukan dengan kegiatan dan media yang variatif. Dalam bercerita disamping mengembangkan kemampuan berbahasa, kognitif, motorik dan sosial emosi anak juga dapat di stimulasi. Nilai-nilai pendidikan karakter, khususnya disiplin melalui bercerita dapat ditanamkan dalam Asppek spiritual, kepriadian, sosial dan lingkungan anak. (2) implementasi pembelajaran karakter adalah dibutuhkannya keteladanan dari pendidik dan orang tua karena anak membutuhkan model. Disamping itu guru selalu menerapkan characterbased approach ke dalam setiap pembelajaran sebagai bentuk pembiasaan. Pendidikan karakter di sekolah perlu kerjasama orang tua agar nilai-nilai karakter dapat terinternalisasi baik di sekolah maupun di rumah agar karakter anak terbentuk. (3) metode bercerita dapat meningkatkan karakter pada Anak terutama dalam meningkatkan kedisiplinan. Metode bercerita mampu membawa suasana kelas lebih alamiah dan mampu menjadi media untuk memindahkan nilai-nilai karakter, dalam hal ini kedisiplinan. Metode cerita berperan penting dalam sosialisasi nilai-nilai baru kepada anak-anak.
9
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih peneliti sampaikan kepada Ketua LPPM, dan Dekan FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta yang telah memberikan ijin dan dukungan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Terima Kasih Peneliti sampaikan pada Kemenristek Dikti yang memberi dukungan Anggaran pada Penelitian Dosen Pemula sehingga Penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan untuk Pimpinan redaksi jurnal Pendidikan dan Pengajaran Dasar dan Menengah (JUDIKJARDASMEN) kota Surakarta yang telah memberikan masukan dan menyempurnakan sehingga artikel ini siap dipublikasikan. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Abdul Majid. 2002. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja Rosdakarya. Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Diva Press Daryanto, Darmiatun, S. 2013. Pendidikan Karakter di Sekolah.Gava Media Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdiknas (2000). Garis-garis besar Program kegiatan belajar TK. Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung : Rosda
10
JURNAL PENDIDIKAN “ JUDIKJARDASMEN” DEWAN PENDIDIKAN KOTA SURAKARTA
Dewantara, Ki Hajar. 1977. Pendidikan. Yogjakarta : Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
Permendikbud no 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Penerbit Universitas Terbuka
Ririn wijaya kusuma, 2013. Pembentukan karakter positif anak sejak dini. https://ririnwijayakusuma.wordpre ss.com/post/ Posted on November 6, 2013 by Ririn Wijayakusuma
Direktorat jenderal Pendidikan anak usia dini, nonformal dan informal. 2012. Pedoman Pendidikan Karakter pada pendidikana anak usia dini. Kementrian Pendidikan Nasional Hidayatullah, 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka Hurlock, Elisabeth B. 1991. Perkembangan Anak. Erlangga Lexy J. Moleong, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif .Bandung: Remaja Rosdakarya, Miles, M.B & Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta :Universitas Indonesia Press Najib, Muhammad, dkk. 2016. Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini. Yogyakarta : Gava Media Permendikbud no 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Santoso Murwani, Statistik Terapan (Teknik Analisis Data) (Jakarta: Program Suharsimi Arikunto. (2013) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Tseitlin, M. & Galili, I. (2005). Physics Teaching in Search for Its Self: From Physics as a Decipline to Physics as a Decipline-Culture. Science & Education, 14: 235261. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada