POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan
BANK INDONESIA
i
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794 Fax. (021) 351.8951 Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
Jakarta, Desember 2008
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM 1 2 3
Jenis Usaha Lokasi usaha Dana yang digunakan
4
Sumber dana a. Modal Sendiri b. Kredit : (1) Kredit Investasi :
(2) Kredit Modal Kerja
5 6
Periode pembayaran kredit Kelayakan usaha A Periode proyek B Produk C Skala proyek D Teknologi E
7
8
Pemasaran Produk
Kriteria kelayakan usaha NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period BEP Penjualan rata-rata Penilaian Analisis sensitivitas (1) Pendapatan a Pendapatan turun 2,8% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian
Industri Pakaian Jadi Muslim Kotamadya Jakarta Timur Investasi : Rp. 67.200.000 Modal Kerja : Rp. 31.501.000 Total : Rp. 98.701.000 Rp. 39.480.400 Rp. 59.220.600 Plafond : 40.320.000 Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun Plafond : 18.900.600 Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 1 tahun Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan 5 tahun Pakaian Jadi Muslim wanita dewasa dan anak-anak Produksi per bulan : 500 pasang/bulan Sederhana/semi mekanik Konsumen langsung, pedagang, perusahaan dan perkantoran Rp. 42.549.787 26,51% 1,43 3,9 tahun Rp 245.746.364 Layak dilaksanakan
Rp 849.661 14,26% 1,01 5,3 tahun Layak
BANK INDONESIA
iii
b
(2) a
b
(3)
iv
Pendapatan turun 2,9% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian Biaya Variabel Biaya Variabel naik 4% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian Biaya variabel naik 4,1% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian
- Rp 639.929 13,81 % 0,99 5,4 tahun Tidak Layak
Rp 293.046 14,09 % 1,00 5,3 tahun Layak - Rp 763.372 13,77 % 0,99 5,4 tahun Tidak Layak
Biaya variabel dan pendapatan Biaya variabel naik 1,9% dan pendapatan turun 1,9% NPV Rp 6.095.463 IRR 15,82 % Net B/C Ratio 1,06 Pay Back Period 5,1 tahun Penilaian Layak Biaya variabel naik 2% dan pendapatan turun 2% NPV - Rp 8.364.387 IRR 11,47 % Net B/C Ratio 0,92 Pay Back Period 5,7 tahun Penilaian Tidak Layak
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR …………………………………………………………… RINGKASAN ………………………………………………………………….... DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR PHOTO ……………………................... DAFTAR TABEL ……………………………………………….........................
i iii v vii viii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………....................
1
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha …………………………………….................. 2.2 Pola Pembiayaan …….……………………….....................
3 5
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar …………………………………….................. 3.1.1 Permintaan ……………………………….................. 3.1.2 Penawaran ……………………………….................. 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar …................. 3.2 Aspek Pemasaran ……………………………..................... 3.2.1 Harga ………………………………………............... 3.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..…………………............... 3.2.3 Kendala Pemasaran ………………………................
7 7 8 8 9 9 10 11
ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………………………………….................... 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ……………….................. 4.3 Bahan Baku ……………………………………................... 4.4 Tenaga Kerja ………………………………….................... 4.5. Teknologi ………………………………………………….... 4.6 Proses Produksi .……………………….............................. 4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi .................…................
13 13 14 16 17 18 22
BAB III
BAB IV
BANK INDONESIA
v
4.8 4.9 BAB V
Produksi Optimum ………………………………............... Kendala Produksi …………………………………..............
ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha ……………………………............... 5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .............. 5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ......................................................................
23 23
25 26 28
5.3.1 Biaya Investasi …………………………..................... 5.3.2 Biaya Operasional..………….................................... Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ...................... Pendapatan …………....................................................... Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point ……........ Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek .......................... Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ………..................... Hambatan dan Kendala ………………………………….....
28 29 29 30 31 33 34 37
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………………………............... 6.2 Aspek Dampak Lingkungan …………………....................
39 39
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan …………………………………….................... 7.2 Saran ……………………………………………..................
41 42
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….... DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….................
43 46
5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 BAB VI
BAB VII
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 4.1
Hal
Skema Jalur Pemasaran Pakaian Jadi Muslim ................................. Diagram Alir Proses Pembuatan Pakaian Jadi Muslim ..…………......
11 18
DAFTAR PHOTO Photo 1.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Hal Pakaian Muslim Anak....................................................................... Mesin Jahit…….……..……………………………………................... Bahan Penolong (Benang) Untuk Proses Produksi Pakaian Jadi…..…. Pembuatan Pola................................................................................ Proses Pemotongan Kain ……………………..…………………......... Proses Jelujur ………………………………………………………....... Mesin Obras ……………………………………..……………………... Proses Menjahit ……………………..………………………………….
BANK INDONESIA
2 14 15 19 19 20 20 21
vii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12
viii
Hal Persyaratan Kredit untuk Usaha Pakaian Jadi ..………………………. Perkembangan Harga Pakaian Muslim untuk Satu Pasang ................ Komposisi untuk bahan untuk 1 pasang pakaian muslim anak.......... Komposisi bahan untuk 1 pasang pakaian muslim wanita dewasa .... Komposisi Jenis Pakaian Muslim ....................................................... Asumsi Untuk Analisis Keuangan….........…………………………….. Komposisi Biaya Investasi ………………………………………………. Komposisi Biaya Operasional ………………………………………….. Komponen Dan Struktur Biaya Proyek ………………………………... Perhitungan Angsuran Kredit ………………………………………….. Proyeksi Pendapatan ……………………………………………..…….. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha ..…………………………. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha .................................................. Kelayakan Industri Pakaian Jadi ……………………………………….. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik ……….……………………… Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ……………………………….. Analisis Sensitivitas Kombinasi …………………………………………
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
5 10 16 16 22 27 28 29 30 30 31 32 32 33 34 35 36
BAB I PENDAHULUAN
Industri pakaian jadi merupakan industri yang sudah sangat lama keberadaannya, bukan merupakan industri baru. Hal ini dikarenakan pakaian merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Perkembangan industri pakaian jadi dapat dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data BPS tahun 2004 yang sudah diolah berdasarkan riset yang dilakukan tahun 2006 bahwa perkembangan produksi industri pakaian jadi dari tahun 2002 sampai tahun 2006 semakin meningkat. Pada tahun 2002 produksi pakaian jadi adalah sebesar 462 ribu ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 563 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini berkembang dari tahun ke tahun. Bermunculannya sentra-sentra pakaian jadi di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta adalah karena banyaknya permintaan akan pakaian jadi baik dalam negeri maupun untuk diekspor. Dengan demikian jika dilihat dari perkembangan industri tersebut, investasi dalam industri pakaian jadi adalah merupakan investasi yang menguntungkan, apalagi jika pengusaha selalu mengikuti perkembangan trend atau gaya pakaian jadi dan selalu menjaga kualitasnya. Sekitar 10 tahun belakangan ini, jenis pakaian muslim mulai banyak muncul di pasaran. Seiring dengan perkembangan pakaian muslim yang mengikuti gaya atau fashion, jumlah konsumen pakaian muslim baik dewasa maupun anak-anak menjadi meningkat. Kesadaran akan kewajiban menggunakan pakaian yang menutup aurat semakin tinggi di kalangan masyarakat Indonesia yang memang mayoritas beragama Islam. Banyaknya perancang busana pakaian jadi muslim dan citra pakaian jadi muslim sebagai pakaian yang mengikuti trend semakin meningkatkan permintaan akan pakaian muslim ini. Peralatan/mesin yang digunakan dalam pakaian jadi muslim ini sudah mempergunakan mesin jahit elektrik. Peralatan yang mereka pergunakan dalam produksi pakaian jadi adalah mesin jahit elektrik, mesin obras, dan mesin pasang kancing/mesin pelubang kancing. Penggunaan mesin jahit elektrik adalah agar
BANK INDONESIA
1
PENDAHULUAN pekerjaan dapat selesai dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mesin jahit manual, dengan asumsi penjahit memiliki kemampuan untuk mengoperasikannya. Dengan demikian karyawan dapat menghasilkan jumlah pakaian yang lebih banyak dan lebih rapi dari sisi kualitas jahitan. Gambaran tentang industri pakaian jadi muslim yang disajikan dalam buku lending model ini meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pakaian jadi ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia.
Photo 1.1. Pakaian Muslim Anak
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Industri pakaian jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan salah satu jenis industri yang umumnya berbentuk usaha perorangan dan berskala kecil dan menengah. Bahan baku yang dipergunakan dalam industri pakaian jadi adalah kain. Sedangkan bahan pembantu atau pelengkap adalah benang, kancing, retsleting dan hiasan untuk menambah variasi pakaian jadi. Di kotamadya Jakarta Timur, industri pakaian jadi cukup berkembang dengan baik, sebagai pusat atau sentra industri pakaian jadi adalah di daerah Penggilingan, Kecamatan Cakung, tepatnya di Perkampungan Industri Kecil (PIK). Di PIK ini terdapat sekitar 50 pengusaha yang membuat pakaian jadi, sebagian besar mereka mendapat pesanan dari para pedagang di Tanah Abang. Namun sebagian besar industri pakaian jadi di PIK adalah usaha menjahit dan menerima sewa jahitan saja. Mereka biasanya mengerjakan pesanan dari perusahaan-perusahaan besar untuk dijual di dalam negeri atau diekspor. Untuk usaha sewa jahit (makloon) beberapa pengusaha sudah memiliki pelanggan tetap sehingga setiap harinya ada saja pekerjaan sewa jahit dari beberapa pelanggan tetapnya. Selain pengusaha pakaian jadi yang ada di PIK, masih banyak pengusaha lain di Jakarta Timur tetapi dengan lokasi usaha yang tersebar. Selain pengusaha yang menerapkan pola makloon, terdapat pengusaha yang melakukan proses produksi secara lengkap, yaitu tidak banyak melakukan proses menjahit saja tetapi melakukan proses produksi secara lengkap mulai dari merancang pakaian hingga menjualnya. Perbedaan mendasar antara pengusaha dengan pola makloon dan pola produksi lengkap adalah sebagai berikut : a. Makloon Pengusaha menerima pesanan dari konsumen dan hanya menjahitkan baju sesuai dengan keinginan konsumen. Bahan baku kain dan renda atau aksesorisnya berasal dari konsumen, sedangkan bahan pembantu lain seperti benang, kancing, karet dan retsleting disediakan oleh pengusaha. Model atau rancangan pakaian ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengusaha berasal dari ongkos jahit yang dibebankan ke konsumen. BANK INDONESIA
3
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
b. Proses produksi lengkap Pengusaha membuat rancangan sendiri, membeli bahan baku kain sendiri dan menjahit pakaian untuk kemudian ditawarkan ke konsumen dan dijual. Dengan demikian seluruh bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu berasal dari pengusaha. Pendapatan pengusaha berasal dari harga jual yang diberikan ke konsumen. Terdapat tiga pola usaha yang dapat dilakukan oleh pengusaha, yaitu (1) pola makloon saja, (2) pola produksi lengkap dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja atau pola kombinasi antara makloon dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain). Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha hanya mendapatkan ongkos jahit saja. Oleh karena itu untuk menyiasatinya, pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi. Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang didapat lebih besar. Untuk pola kombinasi, besarnya proporsi antara makloon dan produksi lengkap bisa berbeda-beda, tetapi prosentase yang dipilih untuk kajian ini adalah 40% untuk pola makloon dan 60% untuk produksi lengkap. Diharapkan prosentase ini merupakan kombinasi yang ideal bagi pengusaha. Adapun jenis pakaian jadi yang dipilih adalah pakaian jadi muslim untuk wanita dewasa dan pakaian jadi muslim anak-anak. Segmen pasar yang dituju oleh pengusaha adalah kalangan menengah ke bawah. Sebagian besar motivasi pengusaha mendirikan usaha industri pakaian jadi adalah karena keturunan (dalam arti dari orang tuanya sudah memiliki bisnis pakaian jadi dalam waktu yang sudah lama), atau karena mereka sudah bekerja lama di perusahaan garmen dan ingin mengembangkan sendiri usahanya sehingga diharapkan memiliki kelebihan pendapatan dibandingkan pada saat dia menjadi buruh. Motivasi lain adalah karena mereka memiliki pengetahuan/keterampilan dalam pembuatan pakaian jadi, serta sebagian lainnya adalah karena hobi.
4
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
2.2. Pola Pembiayaan Pola pembiayaan usaha pakaian jadi dapat berasal dari pengusaha sendiri, kredit dari lembaga swadaya masyarakat, uang muka dari perusahaan besar yang memesan pakaian jadi kepada pengusaha, maupun dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam. Sebagian besar pengusaha memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan investasi. Namun mereka juga sebenarnya membutuhkan kredit dari perbankan, hanya saja pengusaha merasa kesulitan karena kendala dalam hal peyediaan agunan/jaminan. Pembiayaan untuk usaha dengan pola makloon, pengusaha biasanya menerima uang muka sebesar 30% dari nilai pesanan dan dilunasi setelah pakaian jadi selesai. Sedangkan pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan belum banyak diterima oleh pengusaha. Kredit yang pernah diterima adalah berasal dari lembaga swadaya masyarakat untuk modal kerja dengan jangka waktu yang relatif singkat. Besarnya kredit berkisar antara Rp 5.000.000 hingga Rp 20.000.000 dengan suku bunga yang relatif rendah dan pada umumnya tanpa agunan. Pencairan dana kredit ini dapat dikatakan cepat karena pada umumnya lembaga swadaya masyarakat yang mendatangi para pengusaha UMKM pakaian jadi. Adapula pembiayaan yang berasal dari pemerintah daerah dan tidak dikenakan biaya bunga, besaran pinjaman maksimal adalah Rp 5.000.000 dengan jangka waktu 2 tahun. Pinjaman yang diberikan dari pemerintah daerah juga dipergunakan untuk modal kerja oleh para pengusaha pakaian jadi. Persyaratan kredit untuk pakaian jadi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1. Persyaratan Kredit untuk Usaha Pakaian Jadi Persyaratan kredit Suku bunga per tahun Jangka waktu kredit Jenis kredit
LSM 8 % – 12 % 2 tahun Modal kerja dan investasi
Pemerintah Daerah 0% 2 tahun Modal kerja
Meskipun demikian, usaha pakaian jadi muslim ini memiliki prospek yang sangat baik, sehingga merupakan peluang bagi perbankan untuk membiayai usaha ini.
BANK INDONESIA
5
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. ASPEK PASAR 3.1.1. Permintaan Pertumbuhan penduduk Indonesia dapat mengakibatkan meningkatnya permintaan akan sandang (pakaian). Sehingga industri pakaian jadi pun semakin berkembang dengan bertambahnya permintaan akan kebutuhan sandang. Khusus untuk permintaan pakaian jadi muslim beberapa tahun ini meningkat hal ini dikarenakan kesadaran umat Islam akan kewajiban berbusana muslim dan menjamurnya sekolahsekolah Islam terpadu, dimana biasanya mereka mengharuskan siswa-siswanya mempergunakan pakaian muslim seragam sekolah. Disamping itu adalah karena trend pada saat ini dimana sebagian besar sekolah, perkantoran dan instansi pemerintah memperbolehkan pekerja wanitanya mempergunakan pakaian muslim. Permintaan pakaian muslim ini bervariasi sepanjang tahun, dalam arti ada waktu-waktu yang lebih ramai dibandingkan dengan waktu lainnya. Pada umumnya waktu yang lebih ramai adalah pada awal tahun ajaran baru (untuk seragam sekolah muslim) dan lebaran (untuk seluruh pakaian muslim baik bagi anak-anak maupun dewasa). Peningkatan permintaan pada waktu ramai adalah sekitar 20-30%. Walaupun demikian, secara umum permintaan pakaian jadi muslim di luar bulanbulan tersebut tetap baik. Permintaan pakaian muslim terutama untuk seragam sekolah pada SekolahSekolah Islam Terpadu dipicu karena semakin bertambahnya jumlah sekolah-sekolah Islam Terpadu yang mengharuskan siswa-siswanya untuk mempergunakan pakaian muslim. Sekolah Islam Terpadu di Jakarta saja mencapai 28 sekolah, sedangkan di Depok, Tangerang dan Bekasi sebanyak 26 sekolah. (tausyah275.blogsome.com, 15 November 2008).
BANK INDONESIA
7
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1.2. Penawaran Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan secara pasti jumlah pengusaha pakaian jadi muslim yang ada di Jakarta. Tetapi sebagai gambaran kasar, data BPS tahun 2006 menyebutkan bahwa jumlah industri tekstil yang ada di Jakarta adalah 138 perusahaan dan pakaian jadi adalah 487 perusahaan. Jumlah tersebut belum termasuk usaha-usaha kecil yang bergerak di bidang ini. Banyaknya pengusaha tersebut menunjukkan penawaran untuk produk ini cukup tersedia. Untuk pola usaha yang bersifat makloon, penawaran yang diberikan oleh pengusaha pakaian jadi muslim ini lebih dipicu karena permintaan. Sedangkan untuk pola produksi, pengusaha berusaha menyediakan pakaian jadi muslim dengan rancangan yang sesuai dengan trend atau model yang sedang diminati. Kemampuan pengusaha dalam merancang atau mendesain ini menjadi sangat penting mengingat model pakaian jadi yang cepat berubah. Namun demikian, pola trend atau siklus mode yang senantiasa berulang dapat menguntungkan pengusaha, sehingga pakaian yang lama tidak terjual dapat ditawarkan kembali jika modelnya sudah trend kembali. Hal ini sesuai dengan pengalaman pengusaha yang dapat menjual pakaian muslim yang diproduksi 3 tahun sebelumnya dengan catatan kualitasnya masih baik. 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan bisnis di antara para pengusaha pakaian jadi muslim cukup tinggi, karena antar pengusaha memperebutkan pasar yang sama. Walaupun terkadang beberapa pelanggan tersebut berpindah ke pengusaha yang lain karena harga yang lebih murah untuk kualitas yang sama. Biasanya pengusaha yang kalah bersaing adalah karena tidak mengikuti trend pakaian jadi dari sisi model atau desainnya. Karena penjualan pakaian jadi sangat dipengaruhi oleh model yang sedang diminati. Perluasan pasar umumnya dilakukan dengan pencarian pelanggan baru. Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran yang sering dilakukan oleh kantor walikota ataupun pihak lainnya yang umumnya diadakan 4 kali dalam satu tahun. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan produk dalam negeri kepada masyarakat Indonesia
8
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
pada khususnya dan masyarakat luar negeri pada umumnya, yang diharapkan juga dapat mengenal dan pada akhirnya menimbulkan permintaan potensial. Disamping mengikuti pameran mereka juga menjalin relasi dengan beberapa instansi, perusahaan besar dan sekolah. Peluang untuk industri ini masih sangat luas, kajian di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dimana sentra pakaian jadi adalah di beberapa tempat seperti Kota Pekalongan, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Semarang semakin meningkat dalam produksi dan permintaan. Begitu juga di Jawa Barat seperti Bandung dan Tasikmalaya yang banyak menghasilkan pakaian jadi muslim. Sedangkan di daerah Jakarta, banyaknya permintaan dari para pedagang di Tanah Abang yang merupakan pusat grosir terbesar, dimana pembelinya berasal dari berbagai negara di Asia, sehingga memungkinkan produk-produk pakaian jadi yang dihasilkan dapat diekspor atau dibawa ke luar negeri oleh para pedagang tersebut.
3.2. ASPEK PEMASARAN 3.2.1. Harga Harga pakaian jadi muslim dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini diakibatkan oleh kenaikan bahan baku, bahan penolong dan upah tenaga kerja. Sehingga secara keseluruhan akan mengakibatkan harga pakaian jadi muslim mengalami peningkatan rata-rata sekitar 5%-15%. Harga yang ditetapkan oleh pengusaha berbeda-beda disesuaikan dengan jenis, ukuran, dan model pakaian jadi muslim tersebut. Sebagai contoh, untuk jenis produk yang sama, perkembangan harga dari tahun 2006 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut.
BANK INDONESIA
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Tabel 3.1. Perkembangan Harga Pakaian Muslim untuk Satu Pasang No 1
Jenis Pakaian Pakaian muslim anak Laki-laki (L)
2
Pakaian muslim dewasa wanita (M)
3
Ongkos jahit pakaian muslim anak
4
Ongkos jahit pakaian muslim dewasa
Tahun 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
Harga Rp 55.000 Rp 60.000 Rp 70.000 Rp 125.000 Rp 135.000 Rp 135.000 Rp 11.000 Rp 12.000 Rp 13.000 Rp 13.000 Rp 14.000 Rp 15.000
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk Penjualan produk pakaian jadi muslim ini dapat dilakukan sendiri oleh pengusaha maupun melalui jasa agen penjualan (pedagang perantara), dengan pembeli konsumen langsung, perusahaan dan perkantoran. Pola pemasaran produk pakaian jadi ini secara umum terbagi 3, yaitu : a. Pengusaha menjual langsung produknya ke konsumen akhir yaitu rumah tangga, sekolah dan perkantoran (dapat berupa pola produksi lengkap atau makloon). b. Pemesanan dari beberapa perusahaan besar untuk mensuplai pakaian jadi (pola makloon). c. Pesanan dari para pedagang perantara (pola makloon).
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Pengusaha
P edagang
K onsumen
Perusahaan besar
Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran pakaian jadi muslim
3.2.3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri pakaian jadi muslim adalah kalah bersaing dengan perusahaan garmen, dimana mereka bisa menghasilkan produk dalam jumlah sangat besar karena mereka sudah mempergunakan mesinmesin yang cukup canggih. Disamping itu mereka hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit yaitu tenaga kerja untuk mengawasi mesin. Desain pakaian dan kualitas bahan baku juga sangat mempengaruhi penjualan. Jika desain atau model pakaian tidak mengikuti trend yang sedang diminati atau ketinggalan zaman, maka barang tersebut akan kurang laku.
BANK INDONESIA
11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha pembuatan pakaian jadi muslim ini idealnya dekat dengan pasar, dan perumahan (mengarah dekat dengan konsumen). Alasan kedekatan dengan perumahan juga karena tenaga kerja, hal ini disebabkan tenaga kerja sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi dan peralatan yang diperlukan dalam memproduksi pakaian jadi muslim adalah : Nama Alat
Fungsi
I. Fasilitas Produksi 1. Bangunan (sewa)
Tempat produksi
2. Sepeda motor
Sarana transportasi
3. Lemari pajang dan rak Baju
Menyimpan bahan penolong dan memajang (display) pakaian jadi
4. kursi plastik
Untuk duduk tenaga kerja
5. Meja
Tempat merancang, membuat pola dan memotong bahan
6. Kursi tamu
Tempat duduk konsumen/klien
II. Peralatan 1. Mesin jahit
Untuk menjahit pakaian
2. Mesin obras
Untuk mengobras kain
3. Mesin pelubang kancing
Untuk melubangi tempat kancing
4. Meja untuk mesin
Sebagai tempat meyimpan mesin jahit, mesin obras, mesin pelubang kancing
BANK INDONESIA
13
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
5. Lader
Untuk menandai kain yang akan dijahit
6. Gunting
Untuk menggunting pola pakaian
7. Penggaris
Untuk menggaris tepi jahitan
8. Meteran
Mengukur ukuran pakaian
9. Wadah peralatan menjahit
Untuk menyimpan peralatan/bahan penolong yang sedang digunakan
10.Terminal dan socket listrik
Peralatan listrik yang digunakan untuk mesin jahit, mesin obras dan mesin pelubang kancing
Photo 4.1. Mesin Jahit 4.3. Bahan Baku Bahan baku utama usaha pakaian jadi muslim adalah kain. Ada berbagai jenis dan kualitas kain dalam pembuatan pakaian jadi. Untuk pakaian jadi segmen menengah ke atas maka kualitas kainnya baik, seratnya halus dan menyerap keringat. Karena biasanya kain ini mahal sehingga akan berakibat mahalnya harga pakaian jadi. Sedangkan pakaian jadi untuk segmen menengah ke bawah maka kualitasnya juga menengah ke bawah dalam artian kualitas 2 atau 3, dan dari sisi harga juga lebih murah dibandingkan dengan kualitas 1. Pergerakan harga bahan baku adalah
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
meningkat berkisar antara 5 – 15%. Untuk pengusaha yang disurvei, pasokan bahan baku adalah dari pasar tanah abang. Selama ini pengusaha berhubungan baik dengan para pedagang kain di pasar tanah abang. Bahan baku yang harus dibeli adalah hanya berasal dari pola produksi yaitu 210 unit untuk pakaian muslim wanita dewasa (60% dari 350 unit) dan 90 unit untuk pakaian muslim anak-anak (60% dari 150 unit). Dengan demikian, berdasarkan tabel 4.1 dan Tabel 4.2, kebutuhan bahan baku untuk satu bulan adalah 960 m, yaitu 3,5 m x 210 unit ditambah 2,5 m x 90 unit. Biasanya pengusaha membeli dalam jumlah yang banyak untuk satu kali pembelian sehingga pengusaha memiliki persediaan bahan baku. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah, khususnya berpengaruh terhadap biaya transportasi. Tempat penyimpanan bahan baku ini adalah di salah satu ruangan yang ada di bangunan tempat usaha. Bahan penolong atau pelengkap dari pembuatan pakaian jadi muslim meliputi benang, kancing, retsleting, bahan variasi/renda/pita, kain keras, dan elastik (karet), jarum untuk mesin jahit, jarum pentul, kapur jahit, pensil, dan karbon. Contoh bahan penolong dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Photo 4.2. Bahan Penolong (Benang) Produksi Pakaian Jadi muslim Berikut adalah komposisi untuk membuat 1 pasang pakaian muslim anak dan wanita dewasa untuk segmen menengah ke bawah :
BANK INDONESIA
15
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Tabel 4.1. Komposisi Bahan Untuk 1 Pasang Pakaian Muslim Anak No
Nama Bahan
kebutuhan
Harga/unit
Total
2,5 meter
Rp 15.000
Rp 37.500
1
Kain
2
Benang
1 buah
Rp 2.000
Rp 2.000
3
Kancing
4 buah
Rp
500
Rp 2.000
4
Kain keras
¼ meter
Rp 8.000
Rp 2.000
5
Elastik/karet
1 meter
Rp 3.000
Rp 3.000
6
Retsleting
1 unit
Rp 2.000
Rp 2.000
7
Renda/aksesoris
1 unit
Rp 3.000
Rp 3.000
Total
Rp 51.500
Tabel 4.2. Komposisi Bahan Untuk 1 Pasang Pakaian Muslim Wanita Dewasa No
Nama Bahan
kebutuhan
Harga/unit
Total
3,5 meter
Rp 15.000
Rp 52.500
1
Kain
2
Benang
1 buah
Rp 2.000
Rp 2.000
3
Kancing
6 buah
Rp
500
Rp 3.000
4
Kain keras
¼ meter
Rp 8.000
Rp 2.000
5
Elastik/karet
1 meter
Rp 3.000
Rp 3.000
6
Retsleting
1 unit
Rp 2.000
Rp 2.000
7
Renda/aksesoris
1 unit
Rp 3.000
Rp 3.000
Total
Rp 67.500
4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam industri pakaian jadi meliputi bagian desain, potong, jahit, obras, bagian melubangi kancing dan pasang kancing dan quality control. Semua pekerja yang dapat melakukan proses pemotongan, juga dapat
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
menjahit, melubangi dan memasang kancing. Sedangkan untuk pekerja bagian desain memiliki ketermpilan khusus yaitu yang memiliki kemampuan menggambar pola pakaian, serta mempunyai jiwa seni dan kreasi. Upah untuk tenaga kerja bersifat harian, dengan tingkat upah per hari rata-rata adalah Rp 30.000. Sedangkan untuk tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus seperti dapat merancang pakaian dan menggambar pola, memiliki tingkat upah yang lebih tinggi yaitu Rp 35.000 per hari. Karyawan yang telah memiliki pengalaman kerja lebih banyak juga memiliki tingkat upah Rp 35.000 per hari. Pada kapasitas normal yang diproduksi pada kajian ini dibutuhkan jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang karyawan untuk bagian produksi. Sedangkan bagian administrasi dan pemasaran ditangani langsung oleh pemilik. Salah satu kelemahan dari sistem upah harian adalah karyawan yang sering berganti-ganti sehingga menyulitkan pemilik dalam hal melatih karyawan tersebut. Selain itu juga menyebabkan kurangnya karyawan yang memiliki kemampuan yang meningkat akibat seringnya pergantian karyawan. Karyawan yang dipekerjakan pada umumnya adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar lokasi usaha. Karena usaha ini mengharuskan karyawan yang memiliki kemampuan menjahit, maka pengusaha tidak begitu mudah dalam mencari karyawannya.
4.5. Teknologi Teknologi yang diterapkan dalam pembuatan pakaian jadi muslim adalah semi mekanik, dimana sebagian besar mempergunakan mesin, yaitu mesin jahit, mesin pasang/pelubang kancing, dan mesin obras. Namun tidak sepenuhnya menggunakan mesin, karena masih banyak membutuhkan tenaga kerja manusia untuk pengerjaannya.
BANK INDONESIA
17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.6. Proses Produksi
Berikut adalah diagram alir proses produksi pakaian jadi muslim:
D esain dan Pembuatan P ol a Pem otongan k ain P roses Di lader dan dije lujur Pengobrasan
Penjahi tan P emasangan k anci ng dan aksesoris
Qual i ty C ontrol Pengemasan
Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Produksi Pakaian Jadi Muslim Proses produksi dalam pembuatan pakaian jadi untuk lebih lengkapnya adalah sebagai berikut : 1. Desain dan membuat pola. Awal proses pembuatan pakaian jadi adalah membuat pola atau mendesain bentuk pakaian. Biasanya pengusaha menggunakan kertas
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
koran untuk membentuk pola atau desain pakaian yang akan dibuat. Alat yang dibutuhkan adalah meteran, pensil, penggaris dan kertas koran.
Photo 4.3. Pembuatan Pola 2. Pemotongan kain. Setelah pembuatan pola dengan menggunakan kertas koran, kemudian pola tadi akan dipasang di atas kain yang akan dibuat pakaian jadi dan diberi tanda dengan menggunaan kapur jahit. Agar kain dan kertas koran tidak bergeser maka kertas koran yang dipasang di atas kain direkatkan dengan mempergunakan jarum. Kemudian dilakukan pemotongan terhadap kain yang sudah dibentuk polanya.
Photo 4.4. Proses Pemotongan Kain BANK INDONESIA
19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
3. Proses menandai kain dan proses jelujur. Setelah kain dipotong, selanjutnya kain tersebut ditandai dengan alat lader dan diberi alas karbon agar pada saat proses jahit, kain tidak melenceng. Agar kain tidak terlepas, 2 sisi kain dipadukan dan direkatkan dengan cara dijelujur.
Photo 4.5. Proses Jelujur 4. Pengobrasan. Setelah kain dilader dan dijelujur maka proses selanjutnya adalah kain tersebut diobras dengan menggunakan mesin khusus untuk obras.
Photo 4.6. Mesin Obras
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
5. Proses menjahit. Proses selanjutnya setelah pengobrasan adalah proses menjahit. Kain tersebut dijahit berdasarkan pola yang sudah dibuat, serta mengikuti alur obrasnya. Proses ini merupakan proses yang paling penting karena kualitas jahitan sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
Photo 4.7. Proses Menjahit 6. Pemasangan kancing dan aksesoris. Setelah proses menjahit selesai, berikutnya adalah pemasangan kancing, retsleting dan aksesoris lain yang diperlukan, yang disesuaikan dengan desain dari pakaian muslim tersebut. 7. Quality Control. Setelah proses pemasangan kancing, retsleting dan aksesoris, maka proses selanjutnya adalah pengecekan terhadap mutu atau kualitas dari pakaian jadi tersebut. Pengecekan mutu atau quality control sangat penting karena akan sangat mempengaruhi daya jual dan daya saing dari produk pakaian jadi tersebut. 8. Pengemasan. Pengemasan untuk pakaian jadi muslim ini masih sederhana yaitu hanya dikemas dengan menggunakan plastik bening.
BANK INDONESIA
21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Secara keseluruhan proses pembuatan pakaian jadi muslim dari mulai desain hingga pengemasan membutuhkan waktu kurang lebih 4 - 5 jam. Khusus untuk pola makloon waktu penyelesaiannya sedikit lebih cepat karena tidak ada proses perancangan/desain. Tetapi karena proses pembuatan pakaian jadi muslim ini dilakukan secara paralel, maka dalam satu hari dapat menyelesaikan rata-rata 4 pasang pakaian untuk satu mesin jahit (20 pakaian untuk 5 mesin jahit). Dengan demikian dalam satu bulan dapat menyelesaikan 500 pasang pakaian jadi muslim. 4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Pakaian jadi yang diproduksi oleh pengusaha sebagian tergantung dari permintaan atau pesanan dari para pedagang dan perusahaan besar (pola makloon). Sedangkan sebagian lagi diproduksi secara lengkap oleh pengusaha. Pada umumnya pengusaha dapat memproduksi sebanyak 500 pasang pakaian/bulan dengan komposisi 350 pasang untuk pakaian muslim wanita dewasa dan 150 pasang untuk pakaian muslim anak. Berdasarkan asumsi pola kombinasi yang telah diuraikan sebelumnya yaitu 60% produksi lengkap dan 40% dengan pola makloon, maka kombinasinya adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3. Komposisi Jenis Pakaian Muslim Jenis Pakaian Muslim
Produksi Sendiri (60%)
Makloon (40%)
Total
Pakaian muslim wanita dewasa
210 unit
140 unit
350 unit
Pakaian muslim anak-anak
90 unit
60 unit
150 unit
300 unit
200 unit
500 unit
Total
Khusus untuk pola produksi, model pakaian tersebut bervariasi baik dari segi desain maupun jumlahnya. Rata-rata untuk satu model pakaian diproduksi sebanyak 20 – 30 pasang. Dari segi mutu produksi, tidak ada perbedaan kualitas antara pakaian jadi yang dihasilkan, semua pakaian diproduksi dengan kualitas yang sama.
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
4.8. Produksi Optimum Produksi optimum yang selama ini dicapai oleh pengusaha adalah 500 pasang pakaian/bulan, dengan menggunakan kapasitas mesin terpasang adalah sebanyak 5 mesin jahit dan 2 mesin obras dengan tenaga kerja 6 orang dan 25 hari kerja dalam satu bulan. 4.9. Kendala Produksi Dalam melakukan proses produksi, pengusaha tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini karena bahan baku, dan bahan penolong selalu tersedia. Disamping itu peralatan yang digunakan juga dapat digunakan dalam waktu yang lama, khususnya untuk mesin jahit, mesin obras dan mesin pelubang kancing. Kendala yang ada adalah sering berpindahnya tenaga kerja karena biasanya mereka mencari pengusaha yang berani membayar lebih besar, sehingga pengusaha akan kesulitan pada saat pesanan banyak maka mereka harus mencari tenaga kerja lagi. Hal ini terjadi karena sifat dari tenaga kerjanya adalah harian dan bukan karyawan tetap.
BANK INDONESIA
23
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan suatu usaha perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran atau biaya, kemampuan melunasi kredit (jika usaha tersebut mendapatkan pendanaan secara kredit dari lembaga perbankan atau non bank), serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa criteria kelayakan keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Analisis keuangan suatu usaha terdiri dari proyeksi penerimaan dan proyeksi pengeluaran selama periode proyek.
5.1. Pemilihan Pola Usaha Pola usaha yang dipilih adalah industri pakaian jadi khususnya adalah pakaian muslim wanita untuk dewasa dan pakaian muslim anak-anak, yang merupakan kombinasi antara usaha yang memproduksi sendiri (60%) dan makloon (40%). Perbedaan antara pola produksi sendiri dan pola makloon adalah : Produksi sendiri : Pengusaha membuat rancangan sendiri, membeli bahan baku kain sendiri dan menjahit pakaian untuk kemudian ditawarkan ke konsumen dan dijual. Dengan demikian seluruh bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu berasal dari pengusaha. Pendapatan pengusaha berasal dari harga jual yang diberikan ke konsumen.
BANK INDONESIA
25
ASPEK KEUANGAN
Makloon : Pengusaha menerima pesanan dari konsumen dan hanya menjahitkan baju sesuai dengan keinginan konsumen. Bahan baku kain dan renda atau aksesorisnya berasal dari konsumen, sedangkan bahan pembantu lain seperti benang, kancing, karet, dan retsleting disediakan oleh pengusaha. Model atau rancangan pakaian ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengusaha berasal dari ongkos jahit yang dibebankan ke konsumen. Pola usaha kombinasi ini dipilih karena pada umumnya pengusaha pakaian jadi menggunakan pola makloon karena keterbatasan modal. Tetapi sebetulnya yang lebih menguntungkan adalah produksi sendiri dari mulai merancang hingga menjual ke konsumen karena harga jualnya lebih tinggi dan margin keuntungannya pun lebih besar. Oleh karena itu pola kombinasi diharapkan menjadi jalan tengah yang dapat memberikan keuntungan lebih kepada pengusaha. Skala produksi yang dipilih adalah kapasitas 500 unit (500 pasang pakaian) per bulan, baik untuk pakaian dengan pola produksi sendiri maupun makloon. Dari 500 unit tersebut, sebanyak 350 unit adalah pakaian muslim wanita dewasa dan 150 unit adalah pakaian muslim anak-anak dengan pertimbangan bahwa konsumen pakaian muslim wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan konsumen anakanak. Pembagian jenis pakaian muslim tersebut telah diuraikan secara lebih jelas dalam tabel sebelumnya yaitu Tabel 4.3. Penentuan kapasitas 500 unit per bulan ini karena jumlah ini adalah paling optimum untuk pengusaha dengan 5 mesin jahit dan 6 orang karyawan. 5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Dari pemilihan pola usaha di atas, ditentukan asumsi dan parameter yang akan digunakan untuk analisis kelayakan usaha dari sisi keuangan. Asumsi dan parameter ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap industri pakaian jadi di daerah Jakarta Timur serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsi untuk analisis keuangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Lampiran 1.
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan No
Asumsi
Satuan
Nilai / Jumlah
1
Periode proyek
tahun
5
2
Bulan kerja per tahun
bulan
12
3
Hari kerja per bulan
hari
25
4
Tenaga kerja
a. Tenaga kerja bersifat harian
orang
6
b. Pemilik
orang
1
5
Kapasitas produksi/bulan
unit
500
6
Sifat usaha
a. Produksi
%
60
b. Makloon
%
40
7
Jenis produk
a. Pakaian muslim wanita dewasa
unit/bulan
350
b. Pakaian muslim anak-anak
unit/bulan
150
Penentuan umur proyek selama 5 tahun didasarkan atas pertimbangan bahwa investasi peralatan seperti mesin jahit, mesin obras, dan mesin pelubang kancing memiliki umur ekonomis selama 10 tahun, sedangkan lemari dan meja memiliki umur ekonomis 5 tahun. Oleh karena itu dipilihlah umur proyek selama 5 tahun sehingga diharapkan nilai pengembalian dari investasi tidak terlalu lama. Persentase penjualan dari kapasitas produksi untuk tahun pertama diasumsikan 90%, tahun kedua sebesar 95%, sedangkan tahun ketiga hingga tahun kelima adalah 100%. Hal tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa untuk tahun pertama dan tahun kedua, pengusaha baru memulai usahanya sehingga belum dapat memaksimalkan penjualannya. Harga jual dan ongkos jahit dari pakaian muslim didasarkan pada harga konstan yaitu harga yang berlaku pada saat proyek akan dimulai (harga tahun pertama). Suku bunga yang berlaku diasumsikan 14% per tahun. Sedangkan proporsi modal adalah sebesar 60% berasal dari kredit bank, sedangkan sisanya (40%) berasal dari pengusaha sendiri. Jangka waktu kredit diasumsikan tiga tahun untuk kredit investasi dan satu tahun untuk kredit modal kerja. BANK INDONESIA
27
ASPEK KEUANGAN
5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Komponen biaya dalam analisis kelayakan industri pakaian jadi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional atau modal kerja. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi mesin dan peralatan menjahit serta kendaraan. Tanah dan bangunan tidak menjadi biaya investasi karena dalam kajian ini diasumsikan bangunan yang digunakan dalam usaha adalah sewa. Biaya operasional atau biaya modal kerja adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel. 5.3.1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal industri pakaian jadi terdiri dari biaya perizinan, sepeda motor, mesin jahit, mesin obras, mesin pelubang kancing, lemari, meja, kursi, dan perlengkapan menjahit. Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pakaian jadi muslim ini adalah sebesar Rp 67.200.000. Komponen terbesar adalah untuk mesin jahit, mesin obras, dan mesin pelubang kancing yaitu sebesar 56,55% dan sepeda motor yaitu sebesar 29,76%. Sedangkan biaya investasi untuk perlengkapan tidak terlalu besar yaitu 9,97%, dan perizinan yaitu 3,72% (Tabel 5.2). Komponen biaya investasi secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp) No
28
Komponen Biaya
1
Perizinan
2
Jumlah
Persentase
2.500.000
3,72
Sepeda Motor
20.000.000
29,76
3
Mesin jahit, obras dan pelubang kancing
38.000.000
56,55
4
Peralatan dan perlengkapan menjahit
6.700.000
9,97
Jumlah
67.200.000
100
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
5.3.2. Biaya Operasional Biaya operasional dalam industri pakaian jadi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya operasional untuk tahun pertama adalah sebesar Rp 378.012.000 (Tabel 5.3.). Selengkapnya rincian kebutuhan biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 3 dan 4. Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) No
Komponen Biaya
1
Biaya Variabel
2
Biaya Tetap Jumlah Biaya Operasional
Perbulan
Pertahun
26.201.000
314.412.000
5.300.000
63.600.000
31.501.000
378.012.000
5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah sebesar Rp 98.701.000. Diasumsikan 60% dari biaya tersebut merupakan kredit dari bank dan sisanya adalah modal sendiri. Biaya investasi yang diperlukan dalam industri pakaian jadi muslim adalah Rp 67.200.000, sebesar Rp 40.320.000 diasumsikan berasal dari kredit bank (60%) sedangkan Rp 26.880.000 (40%) berasal dari modal sendiri. Kredit investasi ini berjangka waktu pinjaman selama 3 tahun dengan suku bunga 14% pertahun (Tabel 5.4). Modal kerja untuk satu bulan yang dibutuhkan untuk usaha pakaian jadi muslim adalah sebesar Rp 31.501.000. Sebesar Rp 18.900.600 (60%) diperoleh dari kredit bank dengan jangka waktu pinjaman selama 1 tahun dan suku bunga 14% pertahun. Sedangkan sebesar 40 persennya atau Rp 12.600.400 berasal dari modal sendiri.
BANK INDONESIA
29
ASPEK KEUANGAN
Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek No 1
2
3
Komponen Biaya Proyek Biaya Investasi a. Kredit b. Modal Sendiri Biaya Modal Kerja a. Kredit b. Modal Sendiri Total Biaya Proyek c. Kredit d. Modal Sendiri
Persentase 60% 40% 60% 40% 60% 40%
Total Biaya (Rp) 67.200.000 40.320.000 26.880.000 31.501.000 18.900.600 12.600.400 98.701.000 59.220.600 39.480.400
Karena ada biaya proyek yang berasal dari kredit bank, maka pengusaha pakaian jadi muslim mempunyai kewajiban dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran bunga setiap bulan selama jangka waktu kredit yaitu selama tiga tahun untuk kredit investasi dan satu tahun untuk kredit modal kerja. Jumlah angsuran kredit pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5, sedangkan perhitungan jumlah angsuran kredit perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 6 dan 7. Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Tahun
Angsuran Pokok
Angsuran Bunga
Total Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
59.220.600
59.220.600
1
32.340.600
6.215.696
38.556.296
59.220.600
26.880.000
2
13.440.000
2.900.800
16.340.800
26.880.000
13.440.000
3
13.440.000
1.019.200
14.459.200
13.440.000
0
5.5. Pendapatan Dalam satu bulan, usaha pakaian jadi muslim diasumsikan dapat menjual 500 unit (pasang) pakaian, yang terdiri dari 350 unit pakaian muslim wanita dewasa, dan 150 unit pakaian muslim anak-anak. Dari jumlah tersebut diasumsikan 60% melalui
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
proses produksi lengkap, dan 40% diasumsikan dengan pola makloon. Dengan pola makloon ini, pengusaha hanya mendapatkan ongkos jahit saja. Berdasarkan harga jual dan ongkos jahit pada asumsi keuangan, proyeksi pendapatan pengusaha setiap bulannya adalah Rp 37.530.000 dan untuk setiap tahunnya adalah Rp 450.360.000 (Tabel 5.6.). Untuk tahun pertama, diasumsikan penjualan hanya 90%, tahun kedua 95%, dan tahun ketiga hingga tahun kelima penjualan mencapai 100%. Proyeksi biaya produksi variabel, biaya produksi tetap, dan pendapatan ditampilkan pada Lampiran 3, 4,dan 5. Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan Penjualan 1 Bulan (Rp)
Penjulan 1 Tahun (Rp)
70.000
6.300.000
75.600.000
Unit
135.000
28.350.000
340.200.000
60
Unit
13.000
780.000
9.360.000
Ongkos jahit pakaian wanita dewasa dewasa
140
Unit
15.000
2.100.000
25.200.000
TOTAL
500
37.530.000
450.360.000
No
Produk
Volume
Unit
1
Produksi pakaian muslim anak
90
Unit
2
Produksi pakaian muslim wanita dewasa
210
3
Ongkos jahit pakaian muslim anak
4
Harga Jual (Rp)
5.6. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pakaian jadi muslim telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama sebesar Rp 32.433.709 dengan nilai profit on sales senilai 8%. Pada tahun kedua laba mengalami penurunan dibandingkan tahun pertama karena biaya variabel dan biaya tetap tahun pertama lebih sedikit dibandingkan tahun kedua karena biaya variabel dan biaya tetap (modal
BANK INDONESIA
31
ASPEK KEUANGAN
kerja) bulan pertama dikeluarkan pada tahun ke-0. Laba tahun ketiga dan seterusnya mulai mengalami peningkatan. Proyeksi pendapatan dan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 5.7. atau Lampiran 8. Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp) No
Tahun
Uraian
1
2
3
4
5
1
Total Penerimaan
405.324.000
427.842.000
450.360.000
450.360.000
450.360.000
2
Total Pengeluaran
367.166.696
395.352.800
393.471.200
392.452.000
392.452.000
3
Laba/Rugi Sebelum Pajak
38.157.305
32.489.200
56.888.800
57.908.000
57.908.000
4
Pajak (15%)
5.723.596
4.873.380
8.533.320
8.686.200
8.686.200
5
Laba Setelah Pajak
32.433.709
27.615.820
48.355.480
49.221.800
49.221.800
6
Profit on Sales
8,00%
6,45%
10,74%
10,93%
10,93%
7
BEP:
247.305.665
277.008.364
237.056.825
233.680.484
233.680.484
Rupiah
Seperti terlihat pada Tabel 5.8, selama kurun waktu 5 tahun proyek industri pakaian jadi muslim secara rata-rata akan menghasilkan keuntungan bersih per tahun sebesar Rp 41.369.722 dan profit margin rata-rata 9,41 persen. Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP rata-rata untuk usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp 245.746.364. Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha Uraian Laba per tahun Profit Margin BEP :
32
Rupiah
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Nilai Rp. 41.369.722 9,41% Rp. 245.746.364
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi menjadi dua, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan pakaian jadi muslim dan ongkos jahit selama satu tahun. Nilai sisa proyek di akhir tahun kelima juga dihitung sebagai arus masuk. Artinya di akhir umur proyek, usaha ini masih memiliki aset tetap/investasi senilai Rp 31.000.000. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, angsuran pokok, angsuran bunga, biaya pemasaran dan pajak penghasilan. Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Dengan menggunakan asumsi dan parameter keuangan, industri pakaian jadi muslim akan menghasilkan NPV Rp 42.549.787,- pada tingkat bunga 14 persen dengan nilai IRR adalah 26,51 persen dan Net B/C Ratio 1,43 serta Pay Back Ratio 3,9 tahun. Kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usaha pakaian jadi muslim ini layak untuk dilaksanakan. Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri pakaian jadi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 5.9. Kelayakan Industri Pakaian jadi
1.
NPV
Rp. 42.549.787
Justifikasi Kelayakan >0
2.
IRR
26,51 %
> 14%
3.
Net B/C Ratio
1,43
> 1,00
4.
Pay Back Period
3,9 tahun
< 5 tahun
No
Kriteria
Nilai
BANK INDONESIA
33
ASPEK KEUANGAN
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Analisis sensitivitas kelayakan usaha penting untuk dilakukan karena komponen-komponen biaya dan pendapatan yang ada pada cash flow didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu yang memungkinkan untuk terjadinya kesalahan. Untuk mengurangi resiko ini, analisis sensitivitas digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga beli maupun harga jual. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu: (1). Skenario I Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat perkembangan ekonomi yang terjadi dan perubahan harga bahan bakar sehingga memunculkan asumsi peningkatan biaya produksi yang bersifat variabel, sedangkan pendapatan dianggap tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena biaya bahan baku dan bahan pembantu mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 10 dan 11. Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik No
Kriteria
1.
NPV
2.
IRR
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period
Naik 4%
Naik 4,1%
Rp. 293.046
- Rp. 763.372
14,09%
13,77%
1,00
0,99
5,3 Tahun
5,4 Tahun
Dari analisis sensitivitas berdasarkan skenario I, biaya variabel mengalami kenaikan 4% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 4%, NPV menghasilkan nilai yang positif, IRR lebih dari 14%, Net B/C Ratio satu, serta PBP lebih sedikit dari umur proyek (5 tahun). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan biaya variabel sebesar 4%, walaupun
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
PBP sedikit lebih dari umur proyek, tetapi dari kriteria kelayakan yang lain pada suku bunga 14% menunjukkan kelayakan sehingga usaha ini layak dilaksanakan. Namun pada kenaikan biaya variabel yang mencapai 4,1% ternyata usaha ini tidak layak dilaksanakan karena NPV negatif, IRR kurang dari tingkat suku bunga, Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV negatif dan PBP lebih dari umur proyek. (2). Skenario II Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan jumlah pakaian jadi muslim yang dapat terjual ataupun penurunan harga jual atau ongkos jahit per unit, sedangkan biaya yang lain dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun No
Kriteria
1.
NPV
2.
IRR
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period
Turun 2,85%
Turun 2,9%
Rp. 849.661
- Rp. 639.629
14,26%
13,81%
1,01
0,99
5,3 Tahun
5,4 Tahun
Analisis sensitivitas berdasarkan skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar 2,85 persen diperoleh NPV positif, IRR lebih dari suku bunga 14 persen, Net B/C Ratio satu dan PBP sedikit lebih besar dari umur proyek. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan sampai 2,85%, usaha tersebut masih layak dilaksanakan. Sedangkan pada penurunan pendapatan sebesar 2,9%, NPV yang dihasilkan negatif, IRR 13,81% atau di bawah suku bunga yang ditetapkan, Net B/C Ratio kurang dari satu, dan PBP yang diperoleh jauh melebihi umur proyek. Kondisi ini menyebabkan usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
BANK INDONESIA
35
ASPEK KEUANGAN (3). Skenario III Analisis sensitivitas pada skenario III ini yaitu dengan melakukan kombinasi terhadap sensitivitas pada skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 14 dan 15. Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi
No
Kriteria
1.
NPV
2.
IRR
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period
Biaya Variabel Naik 1,9% dan Pendapatan Turun 1,9%
Biaya Variabel Naik 2% dan Pendapatan Turun 2%
Rp. 6.095.643
- Rp. 8.364.387
15,82%
11,47%
1,06
0,92
5,1 Tahun
5,7 Tahun
Analisis sensitivitas menurut skenario III mengasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel. Pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel sampai sebesar 1,9%, usaha tersebut masih layak dilaksanakan karena menghasilkan NPV positif, IRR lebih besar dari suku bunga, Net B/C Ratio sama dengan satu, walaupun PBP lebih sedikit dari umur proyek. Kelayakan usaha ini lebih melihat pada kriteria NPV dan IRR. Namun apabila biaya variabel naik menjadi 2 persen dan pendapatan juga turun sebesar 2%, maka usaha ini menjadi tidak layak dilaksanakan karena NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga, Net B/C Ratio kurang dari satu dan PBP melebihi umur proyek.
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
5.9. Hambatan dan Kendala Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh pengusaha pakaian jadi muslim terkait dengan keuangan adalah persaingan yang cukup tinggi yang menyebabkan harga jual menjadi bersaing. Harga jual yang ditetapkan oleh pesaing terkadang lebih murah sehingga pengusaha kesulitan untuk mengikuti harga jual tersebut. Dengan demikian pengusaha pakaian jadi perlu mengelola biaya produksinya agar lebih efisien.
BANK INDONESIA
37
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Dilihat dari aspek sosial, keberadaan industri pakaian jadi di Kotamadya Jakarta Timur telah membawa dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, karena industri ini banyak menyerap tenaga kerja terutama untuk kalangan ibu-ibu. Disamping menyerap banyak tenaga kerja, industri ini juga meningkatkan pendapatan khususnya bagi para ibu rumah tangga. Secara ekonomis usaha industri pakaian jadi ini cukup menguntungkan, terutama bila pengusaha melakukan proses produksi sendiri secara lengkap (bukan pola makloon). Para karyawan di usaha ini juga dapat memiliki keahlian yang dapat meningkatkan kompetensi dari karyawan tersebut. Secara umum, keberadaan industri pakaian jadi muslim ini memunculkan industri-industri yang lain yang berkaitan seperti industri kain, benang, kancing, dan retsleting. Sehingga secara otomatis akan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak. 6.2. Aspek Dampak Lingkungan Pada industri pakaian jadi muslim ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya, karena limbahnya adalah hanya kain-kain perca yang merupakan potongan-potongan dari kain yang dijahit atau sisa-sisa kain. Bahkan saat ini limbah tersebut dapat dijual kepada pengrajin keset dan boneka kain perca. Jadi sebagian besar kain-kain perca ini masih bermanfaat. Dari usaha ini juga tidak dihasilkan limbah yang berbentuk cair, gas ataupun polusi suara. Maka dari sudut pandang lingkungan, usaha ini tidak membahayakan karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya.
BANK INDONESIA
39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
40
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan a. Usaha pakaian jadi yang dipilih memproduksi jenis pakaian muslim wanita dewasa dan pakaian muslim anak-anak. Sifat usahanya yaitu kombinasi antara produksi secara lengkap (60%) dan makloon (40%). b. Permintaan akan pakaian jadi cukup besar, yaitu berasal dari pedagang, perusahaan/instansi, dan individu/rumah tangga. Sedangkan persaingan usaha yang terjadi cukup tinggi, karena jumlah pengusaha untuk komoditi ini cukup banyak. Hal yang penting dalam memasarkan produk adalah desain/model pakaian dan kualitas produk. c. Proses produksi dalam menghasilkan pakaian jadi relatif tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan banyak peralatan produksi. Ketersediaan bahan baku relatif selalu tersedia dan mudah didapatkan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses produksi adalah kualitas bahan baku, kualitas tenaga kerja, kerapihan jahitan dan kemampuan merancang/mendesain pakaian. d. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk industri pakaian jadi muslim ini adalah sebesar Rp 67.200.000 yang dibiayai dari kredit bank sebesar 60% (Rp 40.320.000) dan modal sendiri sebesar 40% (Rp 26.880.000). Biaya modal kerja untuk satu bulan adalah sebesar Rp 31.501.000 dengan komposisi 60% berasal dari kredit bank (Rp 18.900.600) dan 40% modal sendiri (Rp 12.600.400). Bunga pinjaman yang berlaku adalah 14% dan jangka waktu kredit investasi selama 3 tahun sedangkan modal kerja adalah 1 tahun.
BANK INDONESIA
41
KESIMPULAN DAN SARAN
e. Berdasarkan analisis keuangan dan kelayakan usaha pakaian jadi muslim sesuai dengan asumsi yang digunakan, usaha ini layak untuk dilakukan dilihat dari nilai NPV Rp 42.549.787, nilai IRR 26,51%, Net Benefit/Cost 1,43 dan Pay back Period 4 tahun. f.
Dilihat dari analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan, usaha pakaian jadi ini sedikit sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Usaha ini masih layak dilakukan jika terjadi kenaikan biaya variabel sampai 4% dan penurunan pendapatan sampai 2,85%. Jika terjadi kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan, usaha ini masih layak sampai kenaikan dan penurunan masing-masing 1,9%.
g. Pengembangan industri pakaian jadi muslim memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar karena dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan atau taraf hidup. Disamping itu, dalam hal lingkungan tidak menimbulkan limbah yang berbahaya.
7.1. Saran a. Sebaiknya para pengusaha harus memiliki kreativitas dalam desain atau model pakaian sehingga tidak ketinggalan zaman serta memiliki keunikan dibandingkan dengan pesaingnya. b. Sebaiknya para pengusaha memiliki tenaga kerja yang bersifat tetap dan tidak seluruhnya harian, sehingga dapat mengurangi perputaran karyawan dengan demikian kemampuan dalam mendesain dan menjahit pakaian selalu meningkat.
42
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR PUSTAKA
BPS Jakarta. 2007. Jakarta dalam Angka. Stone, P. 2004. The Ultimate Business Plan – Perencanaan Bisnis yang Sempurna. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Tausyah275.blogsome.com, 15 November 2008. Touchie, R.D. dan B. Comm. 1997. Membuat Rencana Bisnis yang Jitu. Terjemahan. Arcan, Jakarta.
BANK INDONESIA
43
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
BANK INDONESIA
45
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
1
Asumsi Untuk Analisis Keuangan ........................................................
47
2
Biaya Investasi ……………………………………………………………..
48
3
Biaya Variabel ……………………………………………………………..
49
4
Biaya Tetap ………………………………………………………………..
50
5
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ............................................
51
6
Angsuran Kredit Investasi (Suku bunga 14%) …………………………..
52
7
Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku bunga 14%) …………………......
54
8
Proyeksi Laba Rugi Usaha ………………………………………………...
55
9
Proyeksi Arus Kas ………………………………………………………....
56
10
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 4% ……………................
57
11
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 4,1% …………................
58
12
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 2,8% ………....................
59
13
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 2,9% ………………..........
60
14
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 1,9% dan Penurunan Pendapatan 1,9% …………………......................................................
61
15
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 2% dan Penurunan Pendapatan 2% ………………............................................................
62
16
Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Kelayakan Usaha ............
63
46
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan No
tahun bulan hari orang orang unit % % unit/bulan unit/bulan
Nilai / Jumlah 5 12 25 6 1 500 60 40 350 150
Persentase penjualan dari kapasitas produksi
a. Tahun 1 b. Tahun 2 c. Tahun 3 - tahun 5 Harga jual a. Pakaian muslim wanita dewasa (produksi) b. Pakaian muslim anak-anak (produksi) c. Ongkos jahit pakaian anak (makloon) d. Ongkos jahit pakaian dewasa (makloon) Suku Bunga per Tahun Proporsi Modal : a. Kredit b. Modal Sendiri Jangka waktu Kredit a. Kredit investasi b. Kredit modal kerja
% % % Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit % % % tahun tahun
90 95 100 135.000 70.000 13.000 15.000 14,00% 60,00% 40,00% 3 1
Asumsi
1 2 3 4 5 6 7
Periode proyek Bulan kerja per tahun Hari kerja per bulan Tenaga kerja a. Tenaga kerja bersifat harian b. Pemilik Kapasitas produksi/bulan Sifat usaha a. Produksi b. Makloon Jenis produk a. Pakaian muslim wanita dewasa b. Pakaian muslim anak-anak
8 9 10 11 12
Satuan
BANK INDONESIA
47
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Socket listrik
18
Terminal listrik
17
a. Kredit
Wadah peralatan menjahit
16
b. Dana sendiri
Kursi tamu
15
Kursi plastik
14
Lader
13
Sumber dana investasi dari *) :
Penggaris
12
Meteran baju
11
Jumlah
Gunting
10
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Satuan
Meja untuk mesin
Lemari/rak baju
6
9
Mesin pelubang kancing
5
Lemari pajang
Mesin obras
4
Meja
Mesin jahit
3
7
Sepeda motor
2
8
Perizinan
Komponen Biaya
1
No
3
3
5
2
10
5
3
5
5
8
2
1
3
1
2
5
2
1
Jumlah Fisik
40%
60%
20.000
30.000
50.000
100.000
60.000
7.000
30.000
5.000
30.000
300.000
400.000
500.000
500.000
15.000.000
4.000.000
3.000.000
10.000.000
2.500.000
Harga per Satuan (Rp)
26.880.000
40.320.000
67.200.000
60.000
90.000
250.000
200.000
600.000
35.000
90.000
25.000
150.000
2.400.000
800.000
500.000
1.500.000
15.000.000
8.000.000
15.000.000
20.000.000
2.500.000
Jumlah Biaya (Rp)
Lampiran 2. Biaya Investasi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
5
5
5
10
10
10
10
Umur Ekonomis (tahun)
6.940.000
20.000
30.000
83.333
66.667
200.000
11.667
30.000
8.333
50.000
480.000
160.000
100.000
300.000
1.300.000
800.000
1.500.000
1.800.000
Nilai Penyusutan (Rp)
31.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8.500.000
4.000.000
7.500.000
11.000.000
Nilai Sisa (Rp)
LAMPIRAN
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Lampiran 3. Biaya Variabel
No 1
Bahan baku
2 3
a. Kain Bahan pembantu a. Jarum untuk mesin jahit b.Jarum pentul c. Benang d. Kancing e. Kain keras f. Elastik/Karet g. Renda/asesoris h. Retsleting h. Kapur jahit i. Pensil j. Karbon Bahan Kemasan a. Plastik pengemas
4
Struktur biaya
Tenaga kerja harian a. Dua orang b. Empat orang Total Biaya Variabel
Satuan
Jumlah Fisik
m2 Unit Dus Unit Unit m m Unit Unit Unit Unit Lembar Unit
960 10 2 500 2,700 125 500 300 500 5 3 10 500
Hari Hari
50 100
15.000
14.400.000
1.000 5.000 2.000 500 8.000 3.000 3.000 2.000 3.000 2.000 1.000
10.000 10.000 1.000.000 1.350.000 1.000.000 1.500.000 900.000 1.000.000 15.000 6.000 10.000
500
Jumlah biaya 1 bulan Rp
Biaya per satuan Rp
35.000 30.000
250.000
Jumlah biaya 1 tahun Rp 172.800.000 120.000 120.000 12.000.000 16.200.000 12.000.000 18.000.000 10.800.000 12.000.000 180.000 72.000 120.000 3.000.000
1.750.000 3.000.000
21.000.000 36.000.000
26.201.000
314.412.000
BANK INDONESIA
49
LAMPIRAN
Lampiran 4. Biaya Tetap No
Uraian
Jumlah
Unit
Biaya Per Unit
Total Biaya 1 Bulan
Total Biaya 1 Tahun
1
Tenaga Kerja
a. Pemilik
1
Orang
2.000.000
2.000.000
24.000.000
2
Sewa bangunan
1
Bulan
1.000.000
1.000.000
12.000.000
3
Bensin
6.000
600.000
7.200.000
4
Listrik
1
Bulan
700.000
700.000
8.400.000
5
Air
1
Bulan
150.000
150.000
1.800.000
6
Telepon
1
Bulan
250.000
250.000
3.000.000
7
Administrasi
1
Bulan
100.000
100.000
1.200.000
8
Perawatan mesin jahit
1
Bulan
200.000
200.000
2.400.000
9
Biaya lain-lain
1
Bulan
300.000
300.000
3.600.000
Total Biaya Tetap
5.300.000
63.600.000
31,501,000
378,012,000
100
liter
Total Biaya Produksi
Sumber dana modal kerja dari *) :
a. Kredit
60%
18,900,600
b. Dana sendiri
40%
12,600,400
50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor No
Produk
1
Harga Jual
Penjualan 1 Bulan
Penjualan 1 Tahun
Volume
Unit
Produksi pakaian muslim anak
90
Unit
70.000
6.300.000
75.600.000
2
Produksi pakaian muslim wanita dewasa
210
Unit
135.000
28.350.000
340.200.000
3
Ongkos jahit pakaian muslim anak
60
Unit
13.000
780.000
9.360.000
4
Ongkos jahit pakaian muslim wanita dewasa
140
Unit
15.000
2.100.000
25.200.000
TOTAL
500
37.530.000
450.360.000
BANK INDONESIA
51
LAMPIRAN
Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 14%) Periode Tahun-0
Kredit
Angsuran Tetap
Bunga
Total
40.320.000
Saldo Awal
Saldo Akhir
40.320.000
40.320.000
Bulan -1
1.120.000
470.400
1.590.400
40.320.000
39.200.000
Bulan -2
1.120.000
457.333
1.577.333
39.200.000
38.080.000
Bulan -3
1.120.000
444.267
1.564.267
38.080.000
36.960.000
Bulan -4
1.120.000
431.200
1.551.200
36.960.000
35.840.000
Bulan -5
1.120.000
418.133
1.538.133
35.840.000
34.720.000
Bulan -6
1.120.000
405.067
1.525.067
34.720.000
33.600.000
Bulan -7
1.120.000
392.000
1.512.000
33.600.000
32.480.000
Bulan -8
1.120.000
378.933
1.498.933
32.480.000
31.360.000
Bulan -9
1.120.000
365.867
1.485.867
31.360.000
30.240.000
Bulan -10
1.120.000
352.800
1.472.800
30.240.000
29.120.000
Bulan -11
1.120.000
339.733
1.459.733
29.120.000
28.000.000
Bulan -12
1.120.000
326.667
1.446.667
28.000.000
26.880.000
Tahun-1
13.440.000
4.782.400
18.222.400
Bulan -1
1.120.000
313.600
1.433.600
26.880.000
25.760.000
Bulan -2
1.120.000
300.533
1.420.533
25.760.000
24.640.000
Bulan -3
1.120.000
287.467
1.407.467
24.640.000
23.520.000
Bulan -4
1.120.000
274.400
1.394.400
23.520.000
22.400.000
Bulan -5
1.120.000
261.333
1.381.333
22.400.000
21.280.000
Bulan -6
1.120.000
248.267
1.368.267
21.280.000
20.160.000
Bulan -7
1.120.000
235.200
1.355.200
20.160.000
19.040.000
Bulan -8
1.120.000
222.133
1.342.133
19.040.000
17.920.000
Bulan -9
1.120.000
209.067
1.329.067
17.920.000
16.800.000
Bulan -10
1.120.000
196.000
1.316.000
16.800.000
15.680.000
Bulan -11
1.120.000
182.933
1.302.933
15.680.000
14.560.000
Bulan -12
1.120.000
169.867
1.289.867
14.560.000
13.440.000
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Angsuran Tetap
Bunga
Tahun-2
13.440.000
2.900.800
16.340.800
Bulan -1
1.120.000
156.800
1.276.800
13.440.000
12.320.000
Bulan -2
1.120.000
143.733
1.263.733
12.320.000
11.200.000
Bulan -3
1.120.000
130.667
1.250.667
11.200.000
10.080.000
Bulan -4
1.120.000
117.600
1.237.600
10.080.000
8.960.000
Bulan -5
1.120.000
104.533
1.224.533
8.960.000
7.840.000
Bulan -6
1.120.000
91.467
1.211.467
7.840.000
6.720.000
Bulan -7
1.120.000
78.400
1.198.400
6.720.000
5.600.000
Bulan -8
1.120.000
65.333
1.185.333
5.600.000
4.480.000
Bulan -9
1.120.000
52.267
1.172.267
4.480.000
3.360.000
Bulan -10
1.120.000
39.200
1.159.200
3.360.000
2.240.000
Bulan -11
1.120.000
26.133
1.146.133
2.240.000
1.120.000
Bulan -12
1.120.000
13.067
1.133.067
1.120.000
-
Tahun-3
13.440.000
1.019.200
14.459.200
Periode
Kredit
Total
Saldo Awal
Saldo Akhir
BANK INDONESIA
53
LAMPIRAN
Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku Bunga 14%) Periode Tahun-0
Angsuran Tetap
Kredit
Bunga
Total
18.900.600
Saldo Akhir
Saldo Awal 18.900.600
18.900.600
Bulan -1
1.575.050
220.507
1.795.557
18.900.600
17.325.550
Bulan -2
1.575.050
202.131
1.777.181
17.325.550
15.750.500
Bulan -3
1.575.050
183.756
1.758.806
15.750.500
14.175.450
Bulan -4
1.575.050
165.380
1.740.430
14.175.450
12.600.400
Bulan -5
1.575.050
147.005
1.722.055
12.600.400
11.025.350
Bulan -6
1.575.050
128.629
1.703.679
11.025.350
9.450.300
Bulan -7
1.575.050
110.254
1.685.304
9.450.300
7.875.250
Bulan -8
1.575.050
91.878
1.666.928
7.875.250
6.300.200
Bulan -9
1.575.050
73.502
1.648.552
6.300.200
4.725.150
Bulan -10
1.575.050
55.127
1.630.177
4.725.150
3.150.100
Bulan -11
1.575.050
36.751
1.611.801
3.150.100
1.575.050
1.575.050
-
Bulan -12
1.575.050
18.376
1.593.426
Tahun-1
18.900.600
1.433.296
20.333.896
Tahun
Angsuran Pokok
1
32,340,600
2
13,440,000
3
13,440,000
54
Angsuran Bunga
Total Angsuran
Saldo Awal
59,220,600
59,220,600
6,215,696
38,556,296
59,220,600
26,880,000
2,900,800
16,340,800
26,880,000
13,440,000
1,019,200
14,459,200
13,440,000
0
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Saldo Akhir
A B C D E F G
Uraian Penerimaan
Uraian
G
F
E
D
C
ii. Biaya Tetap Biaya Variabel iii. Depresiasi Biaya Tetap iv. Angsuran Bunga iii. Depresiasi Biaya Pemasaran/Distribusi iv. v. Angsuran Bunga Total Pengeluaran v. Biaya Pemasaran/Distribusi Pengeluaran Total R/L Sebelum Pajak (15%)Pajak R/LPajak Sebelum Laba(15%) Setelah Pajak Pajak Profit on Sales Laba Setelah Pajak BEP: Profit on Rupiah Sales BEP: Rupiah
i. ii.
B Pengeluaran Pengeluaran i. Biaya Variabel
Penerimaan Total Penerimaan Total Penerimaan
No A
No
295%
1 90%
3 Tahun 100% 3
100% 4
4
405.324.000 439.812.000 462.960.000 462.960.000 90% 95% 100% 100% 405,324,000 427,842,000 450,360,000 450,360,000 288.211.000 314.412.000 314.412.000 314.412.000 58.300.000 314,412,000 63.600.000 314,412,000 63.600.000 314,412,000 63.600.000 288,211,000 6.940.000 63,600,000 6.940.000 63,600,000 6.940.000 6.940.000 58,300,000 63,600,000 6.215.696 2.900.800 1.019.200 6,940,000 6,940,000 6,940,000 6,940,000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 6,215,696 2,900,800 1,019,200 367.166.696 395.352.800 393.471.200 392.452.000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 367,166,696 395,352,800 393,471,200 392,452,000 38.157.305 44.459.200 69.488.800 70.508.000 5.723.596 32,489,200 6.668.880 56,888,800 10.423.320 10.576.200 38,157,305 57,908,000 32.433.709 37.790.320 59.065.480 59.931.800 5,723,596 4,873,380 8,533,320 8,686,200 8.00% 8.59% 12.76% 12.95% 32,433,709 27,615,820 48,355,480 49,221,800 247.305.665 257.576.915 223.019.140 219.842.734 8.00% 6.45% 10.74% 10.93% 247,305,665 277,008,364 237,056,825 233,680,484
2
1
Tahun
Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)
Lampiran 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp)
450,360,000 314.412.000 63.600.000 314,412,000 6.940.000 63,600,000 6,940,000 7.500.000 392.452.000 7,500,000 392,452,000 70.508.000 10.576.200 57,908,000 59.931.800 8,686,200 12.95% 49,221,800 219.842.734 10.93% 233,680,484
462.960.000 100%
100% 5
5
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
BANK INDONESIA
55
56
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cashflow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
A
H
C D E F G
B
Uraian
No
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
42.549.787 26,51% 1,43 4
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
0
tahun
2.533.109 9.588.404 0,8772 8.410.881 (90.290.119) 405.324.000
288.211.000 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 402.790.891 364.234.596
405.324.000 373.823.000
405.324.000
1
16.615.820 32.956.620 0,7695 25.359.049 (64.931.070) 427.842.000
314.412.000 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 411.226.180 394.885.380
427.842.000 427.842.000
3
35.855.480 50.314.680 0,6750 33.960.976 (30.970.094) 450.360.000
1.500.000 314.412.000 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 414.504.520 400.045.320
450.360.000 450.360.000
450.360.000
Tahun
427.842.000
2
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas
51.661.800 51.661.800 0,5921 30.587.933 (382.161) 450.360.000
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
82.661.800 82.661.800 0,5194 42.931.949 42.549.787 450.360.000
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
31.000.000 481.360.000 481.360.000
450.360.000
450.360.000
450.360.000 450.360.000
5
4
LAMPIRAN
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Proyek Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cashflow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
A
H
C D E F G
B
Uraian
No
293.046 14,09 1,00 5
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(8.995.331) (1.940.036) 0,8772 (1.701.786) (100.402.786)
299.739.440 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 414.319.331 375.763.036
405.324.000 373.823.000
405.324.000
1
4.039.340 20.380.140 0,7695 15.681.856 (84.720.930)
326.988.480 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 423.802.660 407.461.860
427.842.000 427.842.000
427.842.000
2
3
23.279.000 37.738.200 0,6750 25.472.210 (59.248.720)
1.500.000 326.988.480 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 427.081.000 412.621.800
450.360.000 450.360.000
450.360.000
Tahun 4
39.085.320 39.085.320 0,5921 23.141.647 (36.107.073)
326.988.480 63.600.000 8.686.200 12.000.000 411.274.680 411.274.680
450.360.000 450.360.000
450.360.000
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 4%
70.085.320 70.085.320 0,5194 36.400.119 293.046
326.988.480 63.600.000 8.686.200 12.000.000 411.274.680 411.274.680
31.000.000 481.360.000 481.360.000
450.360.000
5
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
BANK INDONESIA
57
58
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cash flow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
A
H
C D E F G
B
Uraian
No
(763.372) 13,77 0,99 5,4
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(9.283.542) (2.228.247) 0,8772 (1.954.602) (100.655.602)
300.027.651 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 414.607.542 376.051.247
405.324.000 373.823.000
405.324.000
1
3.724.928 20.065.728 0,7695 15.439.926 (85.215.676)
327.302.892 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 424.117.072 407.776.272
427.842.000 427.842.000
427.842.000
2
3
22.964.588 37.423.788 0,6750 25.259.991 (59.955.685)
1.500.000 327.302.892 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 427.395.412 412.936.212
450.360.000 450.360.000
450.360.000
Tahun 4
38.770.908 38.770.908 0,5921 22.955.490 (37.000.195)
327.302.892 63.600.000 8.686.200 12.000.000 411.589.092 411.589.092
450.360.000 450.360.000
450.360.000
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 4,1%
69.770.908 69.770.908 0,5194 36.236.823 (763.372)
327.302.892 63.600.000 8.686.200 12.000.000 411.589.092 411.589.092
31.000.000 481.360.000 481.360.000
450.360.000
5
LAMPIRAN
C D E F G
H
Net B/C Ratio PBP
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cash flow untuk Menghitung IRR DF(14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%)
A
B
Uraian
No
1,01 4,98
849.661 14,26
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(8.815.963) (1.760.668) 0,8772 (1.544.445) (100.245.445)
288.211.000 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 402.790.891 364.234.596
393.974.928 362.473.928
393.974.928
1
4.636.244 20.977.044 0,7695 16.141.154 (84.104.291)
314.412.000 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 411.226.180 394.885.380
415.862.424 415.862.424
415.862.424
2
3
23.245.400 37.704.600 0,6750 25.449.531 (58.654.760)
1.500.000 314.412.000 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 414.504.520 400.045.320
437.749.920 437.749.920
437.749.920
Tahun 4
39.051.720 39.051.720 0,5921 23.121.753 (35.533.007)
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
437.749.920 437.749.920
437.749.920
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 2,8%
70.051.720 70.051.720 0,5194 36.382.668 849.661
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
31.000.000 468.749.920 468.749.920
437.749.920
5
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
BANK INDONESIA
59
60
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
H
C D E F G
B
A
No
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cashflow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
Uraian
(639.629) 13,81 0,99 5,4
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(9.221.287) (2.165.992) 0,8772 (1.899.993) (100.600.993)
288.211.000 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 402.790.891 364.234.596
393.569.604 362.068.604
393.569.604
1
4.208.402 20.549.202 0,7695 15.811.944 (84.789.049)
314.412.000 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 411.226.180 394.885.380
415.434.582 415.434.582
415.434.582
2
3
22.795.040 37.254.240 0,6750 25.145.551 (59.643.498)
1.500.000 314.412.000 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 414.504.520 400.045.320
437.299.560 437.299.560
437.299.560
Tahun 4
38.601.360 38.601.360 0,5921 22.855.104 (36.788.394)
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
437.299.560 437.299.560
437.299.560
Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 2,9%
69.601.360 69.601.360 0,5194 36.148.765 (639.629)
314.412.000 63.600.000 8.686.200 12.000.000 398.698.200 398.698.200
31.000.000 468.299.560 468.299.560
437.299.560
5
LAMPIRAN
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cash flow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV s ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
A
H
C D E F G
B
Uraian
No
6.095.643 15,82 1,06 4,8
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(7.401.464) (346.169) 0,8772 (303.657) (99.004.657)
293.687.009 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 408.266.900 369.710.605
400.865.436 369.364.436
400.865.436
1
5.935.730 22.276.530 0,7695 17.141.066 (81.863.590)
320.385.828 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 417.200.008 400.859.208
423.135.738 423.135.738
423.135.738
2
3
24.927.692 39.386.892 0,6750 26.585.030 (55.278.560)
1.500.000 320.385.828 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 420.478.348 406.019.148
445.406.040 445.406.040
445.406.040
Tahun
40.734.012 40.734.012 0,5921 24.117.805 (31.160.755)
320.385.828 63.600.000 8.686.200 12.000.000 404.672.028 404.672.028
445.406.040 445.406.040
445.406.040
4
71.734.012 71.734.012 0,5194 37.256.398 6.095.643
320.385.828 63.600.000 8.686.200 12.000.000 404.672.028 404.672.028
31.000.000 476.406.040 476.406.040
445.406.040
5
Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 1,9% dan Penurunan Pendapatan 1,9%
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
BANK INDONESIA
61
62
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Masuk 1. Total Penjualan 2. Kredit a. Investasi b. Modal Kerja 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 4. Nilai Sisa Total Arus Masuk Arus Masuk untuk Menghitung IRR Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Angsuran Pokok 5. Angsuran Bunga 6. Pajak 7. Biaya Pemasaran Total Arus Keluar Arus Keluar untuk Menghitung IRR Arus Bersih (NCF) Cashflow untuk Menghitung IRR DF (14%) PRESENT VALUE CUMMULATIVE PV ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio PBP
A
H
C D E F G
B
Uraian
No
(8.364.387) 11,47 0,92 5,7
(98.701.000) 1,0000 (98.701.000) (98.701.000)
98.701.000 98.701.000
67.200.000 26.201.000 5.300.000
98.701.000 -
26.880.000 12.600.400
40.320.000 18.900.600
0
tahun
(11.337.591) (4.282.296) 0,8772 (3.756.400) (102.457.400)
293.975.220 58.300.000 32.340.600 6.215.696 5.723.596 12.000.000 408.555.111 369.998.816
397.217.520 365.716.520
397.217.520
1
1.770.740 18.111.540 0,7695 13.936.242 (88.521.158)
320.700.240 63.600.000 13.440.000 2.900.800 4.873.380 12.000.000 417.514.420 401.173.620
419.285.160 419.285.160
419.285.160
2
3
20.560.040 35.019.240 0,6750 23.636.990 (64.884.168)
1.500.000 320.700.240 63.600.000 13.440.000 1.019.200 8.533.320 12.000.000 420.792.760 406.333.560
441.352.800 441.352.800
441.352.800
Tahun
36.366.360 36.366.360 0,5921 21.531.805 (43.352.364)
320.700.240 63.600.000 8.686.200 12.000.000 404.986.440 404.986.440
441.352.800 441.352.800
441.352.800
4
67.366.360 67.366.360 0,5194 34.987.976 (8.364.387)
320.700.240 63.600.000 8.686.200 12.000.000 404.986.440 404.986.440
31.000.000 472.352.800 472.352.800
441.352.800
5
Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 2% dan Penurunan Pendapatan 2%
LAMPIRAN
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
1. Menghitung Jumlah Angsuran.
Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk kredit modal kerja. Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n). Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman. Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.
2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus dengan Nilai Sisa 0 (nol). Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis. 3. Menghitung Net Present Value (NPV).
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n
B1 – Ct
NPV = –––––––––
t = 1
(1 + i)t
Keterangan : Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun ke-t. Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau dana rutin/operasional. i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital. n = Umur Proyek.
BANK INDONESIA
63
LAMPIRAN
Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV sebagai berikut: a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial; b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya). c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.
4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan 0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––
(NPV1 – NPV2)
Keterangan : IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %. NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil. NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar. i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama. i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
64
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR sebagai berikut:
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan. b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
5. Menghitung Net B/C.
Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif. Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:
NPV B-C Positif
Net B/C = ––––––––––
NPV B-C Negatif
Keterangan : Net BC = Nilai benefit-cost ratio. NPV B-C Positif = Net present value positif. NPV B-C Negatif = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut: a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan. b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).
Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
BANK INDONESIA
65
LAMPIRAN
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih, namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini : Biaya Tetap a. Titik Impas (Rp.) = ————————————— Total Biaya Variabel 1 - ————————— Hasil Penjualan
Titik Impas (Rp) b. Titik Impas (satuan) = ——–——————— Harga satuan Produk
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran. Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan. Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek. Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran. Titik Impas (Rp.) d. Titik Impas (n) = —————————— X Total Produksi. Hasil Penjualan (Rp.)
7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal)
66
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan maka suatu proyek dinyatakan layak. b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek dinyatakan tidak layak.
8. Menghitung Discount Factor (DF). DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga faktor nilai sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai dengan 1. Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut : Rumus DF per tahun
1 = ———— , (1+ r) n
dimana
r = suku bunga n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek
BANK INDONESIA
67