IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI Kunjung Ashadi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected] Abstrak: Olahraga prestasi ditunjang oleh beragam ilmu pengetahuan yang saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Salah satu jenis ilmu tersebut adalah fisiologi olahraga. Permasalahan di lapangan adalah tidak semua praktisi olahraga memiliki latar belakang pendidikan, baik jalur formal ataupun non formal, di bidang olahraga sehingga penerapan prinsip fisiologi olahraga sering kali terabaikan. Oleh sebab itu diperlukan upaya pendekatan dan penyampaian materi fisiologi olahragamelalui sudut pandang praktisi olahraga tentang penerapan prinsip fisiologi olahraga pada olahraga prestasi sehingga ke depan para praktisi olahragamampu menerapkan prinsip fisiologi olahraga secara benar dalam upaya pencapaian prestasi optimal. Kata kunci: olahraga prestasi, fisiologi olahraga, praktisi olahraga.
Olahraga prestasi tidak dapat dilepaskan dengan
1999). Apabila keseluruhan faktor-faktor terse-
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk men-
but optimal maka niscaya berpengaruh signify-
capai prestasi puncak maka diperlukan dukung-
kan pada performa dan prestasi atlet.
an berbagai bidang dan disiplin ilmu yang
Selanjutnya pembahasan diarahkan seca-
mampu menyokong prestasi tersebut. Dalam
ra khusus pada faktor pelatih pada olahraga
teori dan metodologi latihan terlibat beragam
prestasi. Telah diketahui sebelumnya bahwa
bidang ilmu yang saling mendukung dan me-
pengetahuan pelatih sangat berpengaruh pada
lengkapi satu sama lain. Bidang ilmu tersebut
kualitas latihan olahraga prestasi. Apabila pe-
meliputi: (1) anatomi; (2) fisiologi olahraga; (3)
latih memiliki pengetahuan yang baik tentang
biomekanik; (4) statistic; (5) tes dan pengukur-
berbagai bidang ilmu yang menunjang meto-
an; (6) kesehatan olahraga; (7) psikologi; (8)
dologi kepelatihan maka kualitas latihan akan
belajar motoric; (9) pedagogi olahraga; (10)
sangat positif dan optimal. Namun bila pelatih
ilmu gizi; (11) sejarah olahraga dan juga (12)
tidak memiliki pengetahuan yang baik maka
sosiologi olahraga (Bompa, 2006). Selain itu,
program pelatihan olahraga yang dimunculkan
kualitas pelatihan dalam olahraga prestasi
acapkali berdasarkan pengalaman dari masa
sangat dipengaruhi oleh beragam faktor yang
lampau. Dengan melihat contoh salah satu fakta
juga saling mendukung dan melengkapi satu
terbaru tentang latar belakang pendidikan pela-
sama lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi:
tih bola voli maka diketahui bahwa dari 20 orang
(1) atlet; (2) pengetahuan dan kepribadian
pelatih dari delapan tim bola voli yang ada di kota
pelatih; (3) Sarana dan prasarana olahraga;
Surabaya maka diketahui bahwa hanya 25%
(4) iklim kompetisi dan juga ilmu pengetahuan
pelatih yang memiliki latar belakang pendidikan
yang menunjang olahraga prestasi (Bompa,
formal di bidang keolahragaan, 95 % pelatih
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
59
60
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
merupakan praktisi di bidang bola voli dan pe-
Jadi terdapat tiga unsur dalam sistem peredaran
latih yang merupakan gabungan akademisi dan
darah yaitu jantung, darah dan pembuluh darah.
praktisi sebesar 25% (Yuliana, 2014). Dengan
Saat pelaksanaan aktivitas olahraga maka
mencermati data di atas, ternyata mayoritas pe-
terjadi respon fisiologis yang dilakukan oleh
latih yang ada merupakan praktisi olahraga yang
sistem kardiovaskuler. Salah satu respon yang
tidak mengenyam pendidikan di bidang keolah-
dilakukan jantung yaitu dengan meningkatkan
ragaan.
denyut jantung. Dengan adanya peningkatan
Bila hal ini dikaitkan dengan ilmu penun-
denyut jantung maka jumlah darah yang didis-
jang dalam teori dan metodologi kepelatihan,
tribusikan menjadi lebih cepat diterima oleh
khususnya pada bidang ilmu fisiologi olahraga,
anggota tubuh. Hal ini penting dilakukan untuk
maka sangat mungkin prinsip-prinsip yang ada
menghantarkan oksigen dan sari makanan pada
pada fisiologi olahraga tidak berjalan secara
sel, membawa panas untuk dibawa dan dilepas
optimal pada proses pelatihan olahraga prestasi.
melalui permukaan kulit serta melepaskan kar-
Padahal telah diketahui sebelumnya bahwa
bondioksida sebagai hasil sisa metabolisme.
tanpa menggunakan ilmu pengetahuan maka
Sedangkan pembuluh darah melakukan respon
proses pelatihan olahraga tidak akan mencapai
dengan melakukan proses vasodilatasipada otot
kualitas pelatihan yang tinggi, pastinya hal ini
yang aktif atau melebarkan pembuluh darah
akan berdampak pada performa dan prestasi
sehingga dengan semakin lebar pembuluh da-
atlet yang dibinanya. Oleh sebab itu, cara
rah maka semakin banyak pula jumlah darah
sederhana agar fisiologi olahraga dapat diterap-
yang dapat mengalir secara cepat melewati
kan pada proses pelatihan olahraga yaitu
pembuluh darah.
dengan menunjukkan penerapan ringkas dan
Intensitas latihan olahraga sangat berkait-
sederhana fisiologi olahraga pada olahraga
an erat dengan sistem kardiovaskuler. Intensi-
prestasi.
tas latihan olahraga dapat diartikan sebagai tingkat ringan atau beratnya aktivitas olahraga
Implementasi Sistem Kardiovaskuler pada Olahraga Prestasi Istilah kardiovaskuler berasal dari gabungan antara kata kardio dan vaskuler. Kardio adalah nama lain jantung, sedangkan vaskuler merupakan istilah lain tentang pembuluh darah.
yang dilakukan. Tingkat intensitas latihan berbanding lurus dengan kerja sistem kardiovaskuler. Saat intensitas latihan rendah maka jantung akan berdetak lebih lambat, namun pada olahraga dengan intensitas lebih tinggi maka jantung akan berdetak lebih cepat.
Sistem kardiovaskuler dapat diartikan sebagai sistem peredaran darah dengan jantung bekerja sebagai pompa dengan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah.
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
61
20 tahun maka ia memiliki denyut nadi maksimal sebesar 200 denyut per menit. Oleh sebab itu untuk membakar lemak secara optimal maka denyut nadi latihan yang harus ia pertahankan adalah pada rentang 120-140 denyut per menit. Bila ternyata saat berlatih tersebut denyut nadinya berada pada kisaran 160-180 denyut Gambar 1. Perbedaan denyut nadi sesuai jenis latihan dengan intensitas yang berbeda (Harisenjaya, 1996) Dengan mencermati gambar di atas maka diketahui bahwa jenis aktivitas olahraga yang berbeda memiliki tingkat intensitas latihan olahraga yang berbeda pula. Hal ini berdampak terhadap semakin cepat atau lambatnya denyut jantung individu. Selanjutnya pada rentang intensitas latihan maka terdapat tujuan khusus atau efek yang ditimbulkan pada tubuh.
maka efek latihan tersebut menjadi tidak optimal dalam upaya pembakaran lemak, melainkan lebih berdampak pada peningkatan kapasitas maksimal tubuh. Dengan mencermati contoh di atas maka diketahui bahwa pengetahuan tentang intensitas latihan dan efek yang ditimbulkan sangat penting dipahami dan implementasikan oleh pelatih, staf pelatih dan atlet yang merupakan praktisi olahraga. Sebab tanpa pengetahuan yang baik dan penerapan yang baik tentang intensitas latihan dan efek yang ditimbulkan maka program latihan yang dijalankan sangat mungkin tidak mencapai tujuannya secara optimal. Oleh sebab itu implementasi sistem kardiovaskuler secara sederhana yang dapat
Gambar 2. Manfaat olahraga pada beragam intensitas latihan (Sumber: www.healthyperformance.co.uk, 2013)
dilakukan oleh para praktisi olahraga sebagai bentuk praktek nyata fisiologi olahraga yaitu dengan melakukan pengukuran denyut nadi secara rutin. Pengukuran denyut nadi ini meli-
Dengan mencermati gambar 2 di atas maka diketahui bahwa tiap interval intensitas latihan olahraga memiliki tujuan dan dampak yang berbeda pada tubuh. Sebagai contoh bila ingin membakar lemak pada tubuh maka intensitas latihan yang dilakukan harus pada interval 6070% dari denyut nadi maksimal individu. Berdasarkan tabel di atas dapat dikategorikan sebagai olahraga dengan intensitas ringan.
puti pengukuran denyut nadi basal, istirahat, latihan dan pemulihan. Pengukuran denyut nadi basal dilakukan pada waktu pagi hari saat atlet baru bangun tidur. Pengukuran denyut nadi istirahat dihitung saat atlet dalam posisi santai atau duduk tanpa melakukan aktivitas yang berarti. Denyut nadi latihan diukur saat atlet sedang melakukan aktivitas olahraga khususnya pada fase inti. Sedangkan denyut nadi
Sebagai contoh bila seorang atlet memiliki usia KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
62
pemulihan dihitung saat atlet selesai melakukan latihan inti. Pengukuran denyut nadi dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk mengetahui update kinerja sistem kardiovaskuler pada atlet tersebut. Atlet yang terlatih dengan baik tentu akan memiliki kinerja jantung yang sangat optimal. Secara umum hal ini ditandai dengan rendahnya denyut nadi istirahat serta denyut nadi pemulihan yang mudah kembali turun berada di bawah
Gambar 3. Pengukuran denyut nadi secara palpasi pada leher atau pergelangan tangan (Sumber: www.philadelphia.phillies.mlb, 2013)
angka 100 setelah melakukan latihan inti yang berat. Untuk selalu mengetahui update denyut nadi tersebut maka praktisi olahraga sebaiknya mempraktekkan pengukuran denyut nadi secara rutin. Apabila terkendala dengan biaya maka pengukuran denyut nadi dapat dilakukan secara palpasi atau meraba diri sendiri. Cara paling sederhana yaitu menghitung denyut nadi pada pergelangan tangan atau leher selama enam detik. Hasil hitungan tersebut dikalikan sepuluh. Sebagai contoh penghitungan denyut nadi istirahat seorang atlet, setelah dicek maka diperoleh angka enam sebagai hasil perhitungan.
Cara lain yang dapat dilakukan oleh praktisi olahraga untuk mengukur denyut nadi adalah dengan menggunakan alat pengukur denyut nadi. Biasanya alat ini berbentuk jam tangan yang dilengkapi dengan chest band, ataupun gelang pendeteksi denyut nadi. Pengukuran denyut nadi dengan metode ini memang lebih praktis sebab para praktisi olahraga tidak perlu melakukan pengukuran denyut nadi secara langsung. Secara otomatis hasil pengukuran denyut nadi akan muncul pada layar monitor pada jam atau gelang tangan.
Maka enam dikalikan sepuluh yaitu 60. Angka 60 denyut per menit merupakan nilai penghitungan denyut nadi istirahat atlet tersebut. Kelebihan cara pengukuran ini yaitu tidak dibutuhkan biaya sedikit pun, namun kelemahannya sangat mungkin terjadi kesalahan penghitungan denyut nadi bila atlet atau praktisi olahraga lainnya kurang peka dalam mendeteksi denyut nadi.
Gambar 4. Jam tangan dan chest band pendeteksi denyut nadi (Sumber: www.fitnessdigital.fr, 2014) Kelebihan dari alat pengukuran ini adalah hasil pengukuran yang cepat dan akurat. Namun dibutuhkan investasi pembelian yang cukup mahal. Alat pendeteksi denyut nadi seperti
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
63
gambar di atas telah banyak digunakan sebagai
dengan mengalirkan panas melalui pembuluh
salah satu alat bantu tes dan pengukuran olah-
darah untuk dibawa ke permukaan kulit sehing-
raga untuk mengetahui update denyut nadi
ga terjadi proses evaporasi. Proses pelepasan
istirahat, latihan serta pemulihan seorang atlet.
panas untuk menstabilkan suhu tubuh merupakan hal yang penting untuk mengurangi resiko
Implementasi Lingkungan Panas Pada Olahraga Prestasi Padapelaksanaan aktivitas olahraga maka terdapat perubahan pada sistem fisiologis tubuh manusia. Perubahan tersebut terjadi pada sistem kerja kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem kerja otot dan mekanisme pembuangan panas. Saat aktivitas olahraga dilaksanakan maka terjadi perubahan metabolisme tubuh meningkat hingga 20 kali lipat dibanding aktivitas normal. Contoh perubahan pada sistem otot yaitu ambilan glukosa dari darah oleh otot rangka yang sedang berkontraksi dapat meningkat 30-40 kali, yaitu dari 0.1 mmol/men pada waktu istirahat menjadi 3-4 mmol/men, ter-
cedera panas. Negara Indonesia yang terletak di wilayah khatulistiwa memiliki iklim tropis. Pada iklim tropis terbagi menjadi dua musim yaitu musim panas dan musim penghujan. Dengan memperhatikan kondisi geografis lingkungan Indonesia maka negara kita memiliki tingkat suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Bila dikaitkan dengan olahraga prestasi maka olahraga yang dilakukan pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban udara yang tinggi maka rentan terjadi cedera panas pada olahragawan. Menurut Giriwijoyo (2007) disebutkan bahwa cedera yang diakibatkan oleh lingkungan panas dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
gantung pada intensitas dan durasi latihannya (Katz et al 1986, Wahren 1977 dalam Giriwijoyo, 2007). Untuk mendukung kebutuhan ambilan glukosa dari darah maka sistem peredaran darah melakukan respon dengan meningkatkan denyut jantung dan curah jantung. Pada olahraga maksimal curah jantung meningkat dari 5 liter/ menit menjadi 20-25 liter/menit (Giriwijoyo dan Sidik, 2012). Respon yang diberikan oleh sistem respirasi adalah dengan mempercepat frekuensi nafas karena peningkatan kebutuhan oksigen dan pelepasan karbondioksida. Kebutuhan konsumsi oksigen meningkat dari 5,7 saat duduk meningkat menjadi 21 saat pelaksanaan olahraga tenis (Wiarto, 2013). Respon pelepasan panas yang dilakukan oleh tubuh adalah
Kejang panas (Heat cramps) Heat cramps atau kejang panas yaitu cedera dengan level paling ringan serta banyak terjadi pada lingkungan yang panas akibat suhu lingkungan dan kelembaban udara yang tinggi. Kejang panas acapkali terjadi pada kelompok otot besar seperti quadriceps dan hamstring (Gatorade, 2014). Hal ini ditandai dengan rasa kaku dan sulit untuk digerakkan pada kelompok besar yang aktif. Pada umumnya kejang panas diakibatkan karena kekurangan garam yang hilang bersama banyaknya keringat yang dikeluarkan oleh tubuh. Selain karena kekurangan garam, kejang otot sering terjadi akibat kadar kalium yang rendah dalam tubuh (Mirkin dan Hoffman, 1984). Contoh terbaru yang terjadi
KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
64
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
pada pertandingan piala dunia Brazil 2014 saat
kegawatan panas. Untuk mencegah terjadinya
Italia melawan Inggris pada fase penyisihan
kejadian kegawatan panas maka atlet perlu
grup yang dimenangkan Italia dengan skor 2-1,
diberikan cairan intravena dan kompres dingin
yaitu beberapa pemain Inggris mengalami
pada seluruh tubuhnya.
kejang panas pada babak kedua. Suhu udara 380celcius dan kelembaban mencapai 80% di
Kegawatan panas (Heat stroke)
Manaus, Brazil tersebut menyebabkan pemain
Kegawatan panas merupakan kelanjutan
rentan cedera panas (jpnn, 2014). Kejang panas
kejadian dari kelelahan panas. Cedera panas ini
dapat disembuhkan dengan mengistirahatkan
merupakan jenis cedera yang sangat berba-
atlet pada tempat yang teduh serta memberikan-
haya sebab dapat menyebabkan kematian pada
nya asupan garam, baik melalui minuman atau-
atlet. Salah satu contoh atlet yang meninggal
pun makanan.
dunia akibat heat stroke adalah Korey Stringer. Atlet Americanfootball tersebut meninggal akibat
Pingsan panas (Heat syncope) Tingkat cedera yang lebih berat dari kejang
suhu
inti
tubuhnya
mencapai
420celcius
(Kusnanik, 2011).
panasyaitu pingsan panas. Heat syncope me-
Terdapat sebuah pepatah Indonesia yang
rupakan kejadian seseorang kehilangan kesa-
sangat bijak “mencegah lebih baik daripada
daran untuk sementara waktu akibat stress
mengobati”. Pepatah ini juga berlaku sangat
lingkungan panas yang berat. Hal ini terjadi
tepat dalam kaitan antara resiko cedera akibat
karena banyaknya penimbunan darah di vena-
lingkungan panas dan aktivitas olahraga.
vena yang menyebabkan gangguan pada sirku-
Menurut Gatorade (2014) disebutkan bahwa
lasi (Giriwijoyo, 2007). Penanggulangan pingsan
selain karena faktor lingkungan, suhu dan ke-
akibat lingkungan panas yaitu dengan memba-
lembaban yang tinggi, cedera panas pada
ringkan atlet pada ruangan yang sejuk dan
olahraga dapat disebabkan oleh faktor pendu-
dingin, meninggikan kakinya dengan ketinggian
kung lainnya yaitu kurangnya cairan tubuh dan
lebih tinggi dari posisi kepala serta memberikan-
pemilihan bahan pakaian yang tidak tepat.
nya minum saat atlet tersebut siuman.
Strategi yang tepat dalam hubungan antara olahraga dan pencegahan cedera panas tentu
Kelelahan panas (Heat exhaustion)
sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi op-
Heat exhaustion merupakan tingkat cedera
timal tanpa mengorbankan kesehatan olahra-
panas yang lebih tinggidaripada pingsan panas.
gawan. Berikut di bawah ini merupakan tips
Pada tahap ini atlet mengalami gangguan fisik
yang dapat dilakukan oleh para praktisi olahra-
seperti sakit kepala, mual, suhu tubuh mening-
ga untuk mengurangi resiko terjadinya cedera
kat dan denyut nadi berdetak lebih cepat. Kele-
panas saat aktivitas olahraga, yaitu: (1) Memilih
lahan panas apabila diabaikan maka dapat me-
bahan pakaian yang mampu melakukan sirku-
ningkat pada tahap yang paling berat, yaitu
lasi udara dengan baik, (2) Pilih warna pakaian
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
65
yang cerah yang cenderung memantulkan
berkualitas tepat maka hal ini mampu mengu-
panas, (3) Hindari pemakaian pakaian berlapis-
rangi jumlah keringat yang dikeluarkan sehing-
lapis, (4) Hindari olahraga di luar ruangan
ga membantu sangat atlet untuk tetap menja-
(outdoor) antara pukul 10.00 s.d 15.00 wib, (5)
ga performa mereka.
Minum tanpa menunggu haus saat berolahraga,
Contoh lain yaitu penggunaan cooling
(6) Lakukan proses aklimatisasi atau penyesua-
gloves pada dunia olahraga. Sarung tangan
ian dengan lingkungan baru secara cukup.
pendingin ini telah terbukti mampu menurunkan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tek-
suhu tubuh dan mempercepat fase pemulihan
nologi berjalan sangat cepat. Hal ini membawa
tubuh. Penelitian yang dilakukan olah peneliti
dampak yang positif bagi dunia olahraga, khu-
universitas Stanford Amerika Serikat menunjuk-
susnya pada olahraga prestasi. Para atlet
kan bahwa cooling gloves mampu bekerja lebih
dituntut untuk tetap dapat menunjukkan perfor-
baik dari steroid (McClurre, 2012). Pada
ma olahraga terbaiknya meskipun berada pada
pelaksanaan piala dunia Brazil 2014, tim Italia
daerah dengan suhu udara dan kelembaban
mampu terbebas dari gangguan kejang otot
yang tinggi. Hal ini merupakan tantangan bagi
karena penggunaan cooling gloves. Hal ini ber-
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menja-
banding terbalik dengan tim Inggris yang meno-
wab permasalahan di atas. Produsen perleng-
lak penggunaan cooling gloves dengan alasan
kapan olahraga papan atas seperti Adidas
tidak cukup waktu untuk membuktikan manfaat
(climacool), Nike (dry fit) dan (play dry) Reebok
alat tersebut (Winter, 2014).
berlomba-lomba
mengembangkan
pakaian
Fakta pada pertandingan tersebut adalah
olahraga yang “breathable” atau melakukan
Italia menang melawan Inggris dengan skor 2-1
sirkulasi udara dengan baik sehingga panas
dimana pada babak kedua beberapa pemain
yang terkumpul pada area pakaian dapat lepas
Inggris mengalami kejang otot akibat lingkung-
ke atmosfer secara maksimal dan digantikan
an yang panas.
dengan udara baru yang lebih segar. Produk tersebut muncul dalam bentuk kaos, topi, celana, kaos kaki dan juga sepatu olahraga. Selain pemilihan bahan yang breatable, produsen perlengkapan olahraga juga memilih desain kaos tidak secara sembarangan. Hal ini dilakukan melalui pemetaan persebaran keringat dalam tubuh manusia (body mapping). Dengan adanya body mapping dan penggunaan bahan
Gambar 5. Penggunaan cooling gloves pada pergelangan tangan (Sumber: ww.gizmas.com, 2014)
KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
66
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
Teknologi untuk mencegah terjadinya dehi-
semakin besar resiko terjadi dehidrasi. Apabila
drasi pada atlet telah dikembangan dengan baik
terjadi dehidrasi maka atlet akan mengalami
oleh produsen minuman olahraga Gatorade.
penurunan konsentrasi yang berdampak pada
Dengan bekerjasama dengan tim sepakbola
performa olahraga di lapangan. Oleh sebab itu,
putra Brazil pada piala dunia 2014, Gatorade
dengan adanya teknologi yang mampu mende-
melakukan penelitian selama dua tahun untuk
teksi resiko dehidrasi saat olahraga pada ling-
menemukan teknologi sensor pendeteksi se-
kungan dengan suhu dan kelembaban udara
berapa banyak atlet minum cairan yang dikonek-
yang tinggi maka performa olahraga atlet dapat
sikan melalui jaringan internet yang terhubung
dijaga dengan baik sebagai upaya untuk meraih
dengan program komputer.
prestasi optimal. Implementasi Sistem Pernafasan pada Olahraga Prestasi Sistem respirasi berkaitan erat dengan per-
Gambar 6 dan 7. Botol pendeteksi dehidrasi untuk atlet dan software record data dehidrasi pada ipad (Sumber: www.4.bp.blogspot.com dan 1.bp.blogspot.com)
tukaran gas oksigen dan karbondioksida. Proses ini penting dilakukan sebagai upaya untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh yang digunakan dalam proses pembentukan energi untuk aktivitas kehidupan dan mengeluarkan
Dengan adanya teknologi ini, pelatih dan
karbondioksida ke atmosfer sebagai sisa meta-
staff pelatih tim Brazil selalu mengetahui kondisi
bolisme energi. Pada sistem respirasi atau per-
cairan tubuh pada para atletnya sehingga
nafasan, paru-paru memegang peranan yang
mengurangi resiko dehidrasi yang dapat menu-
vital dalam proses pertukaran kedua gas terse-
runkan performa olahraga. Pada suhu dan ke-
but. Paru-paru terdiri dari kurang lebih 600 juta
lembaban udara yang tinggi maka pada saat
alveoli (Hutapea, 2002). Alveolus atau alveoli
pergerakan olahraga, atlet akan banyak menge-
merupakan kantong kecil seperti kantung ang-
luarkan keringat sebagai upaya untuk mencapai
gur sebagai tempat pertukaran antara oksigen
homeostasis. Dengan semakin banyak keringat
dan karbondioksida.
yang dikeluarkan oleh tubuh maka semakin
Secara ringkas maka alur perjalanan oksi-
banyak pula cairan tubuh yang hilang. Bila
gen menuju paru-paru dapat dijelaskan melalui
semakin banyak cairan tubuh yang hilang maka
gambar di bawah ini
Gambar 8. Alur Perjalanan Oksigen menuju Alveoli (Sumber: Wiarto, 2012) Apabila dibandingkan dengan aktivitas nor-
raga terjadi peningkatan kontraksi otot, kebutuh-
mal maka pada saat pelaksanaan aktivitas olah-
an energi, denyut nadi dan juga frekuensi perna-
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
67
fasan. Hal ini terjadi sebagai upaya fisiologis
rena mulut merupakan bagian dari sistem perna-
dalam agar aktivitas tersebut dapat berjalan
fasan dengan fungsi utama untuk mencerna
dengan baik. Pada aktivitas olahraga yang
makanan. Apabila proses pengambilan oksigen
berat, peningkatan frekuensi dan kedalaman
dilakukan melalui mulut maka kualitas udara
nafas dapat meningkat hingga dua atau tiga kali
yang dihasilkan sangat rendah sebab di mulut
lipat dibanding aktivitas normal (Afriwardi, 2010).
tidak mengalami proses penyaringan, pember-
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini.
sihan, penghangatan dan pelembaban udara. Oleh karena itu mutu udara yang masuk ke paru-paru melalui mulut adalah di bawah standar yang semestinya (Hutapea, 2002). Oleh karena tingkat kebutuhan oksigen menjadi sangat tinggi pada waktu pelaksanaan aktivitas olahraga maka seringkali olahragawan melakukan proses pengambilan nafas melalui
Gambar 9. Tingkat Kebutuhan Oksigen pada Beragam Aktivitas (Sumber: Camerun, et al; 2006) Dengan mencermati gambar 9 di atas maka
hidung dan mulut secara bersamaan. Seperti
diketahui bahwa tingkat kebutuhan oksigen pa-
bila proses pengambilan nafas dilakukan melalui
da tubuh sangat berbeda, tergantung dari tingkat
hidung. Sangat mungkin kuman serta polusi
ringan atau beratnya aktivitas tersebut. Pada
udara dapat masuk secara mentah ke paru-paru
waktu berjalan kaki secara lambat kebutuhan
akibat pemasukan udara melalui mulut sehingga
oksigen sebesar 12,7 meningkat sangat tinggi
hal ini dikhawatirkan dapat membawa dampak
pada pelaksanaan tes naik turun Harvard men-
yang negatif bagi kesehatan.
telah diketahui sebelumnya bahwa kualitas udara yang dihasilkan melalui mulut tidak sebaik
jadi 53,7. Pada pernafasan normal maka oksigen dan karbondioksida akan masuk dan keluar melalui hidung. Bernafas melalui hidung memiliki keunggulan tersendiri sebab saat udara masuk melewati hidung maka udara tersebut akan mengalami proses penyaringan, pembersihan, penghangatan dan pelembaban agar sesuai dengan suhu udara yang ada pada dalam tubuh. Oleh sebab itu proses pernafasan yang dilakukan melalui hidung memiliki kualitas yang tinggi.Hal yang sangat berbeda terjadi bila proses pernafasan dilakukan melalui mulut, ka-
Gambar 10. Contoh Proses Bernafas melalui Mulut dan Hidung pada Aktivitas Olahraga (Sumber:
www.health.kompas.com, 2014) Pada praktek nyata olahraga di lapangan seringkali proses pengambilan nafas dilakukan secara bersamaan melalui hidung dan mulut oleh karena tingginya kebutuhan oksigen dan pelepasan karbondioksida secara cepat. Upaya
KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
68
terbaik yang dapat dilakukan oleh para pelatih
sedang hingga tinggi. Mayoritas distribusi aliran
atau staf pelatih apabila tidak dapat membuat
darah terjadi pada kelompok otot yang aktif
atlet mengambil oksigen melalui hidung, tanpa
melakukan gerakan olahraga dengan tingkat
melalui mulut, yaitudengan memilih lingkungan
88% atau mengalami peningkatan 4x lipat
untuk tempat latihan atau pertandingan yang
dibanding saat istirahat.
memiliki kualitas udara secara baik dan jauh dari polusi udara. Dengan kondisi lingkungan latihan atau pertandingan yang memiliki kualitas udara yang baik dan bebas dari polusi udara maka hal ini akan berdampak positif terhadap daya tahan atlet sehingga diharapkan olahragawan tersebut tidak mudah sakit akibat penurunan kekebalan tubuh. Implementasi Sistem Pencernaan pada Olahraga Prestasi Fungsi utama dari sistem pencernaan manusia adalah untuk mencerna makanan untuk
Gambar 11. Perbandingan aliran darah pada bagian tubuh saat istirahat dan saat olahraga (Sumber: www.amazonaws.com)
diubah menjadi sari makanan sehingga dapat digunakan sebagai energi untuk kelangsungan hidup dan aktivitas sehari-hari individu. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa makanan dan minuman akan mengalami proses pencernaan mulai dari mulut, lambung, usus hingga pada proses akhir di anus. Proses perjalanan makanan membutuhkan waktu 2-5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan, dimana 1-6 jam berada di lambung, 4-8 jam di usus halus dan sisanya berada di usus besar (Wiarto,
Agar distribusi aliran darah ke kelompok otot yang aktif dapat meningkat hingga 4x lipat maka tubuh merespon dengan mengurangi aliran darah pada anggota tubuh lainnya. Dampak dari prinsip ini adalah para praktisi olahraga sebaiknya memperhatikan dengan baikjarak waktu untuk makan dan aktivitas olahraga. Rentang waktu yang terlalu singkat antara makan dan olahraga menyebabkan sistem pencernaan bekerja sangat keras dalam mencerna makanan. Dalam proses mencerna makanan ini, sis-
2012). Apabila dikaitkan antara sistem peredaran darah dan sistem pencernaan maka diketahui bahwa pada saat istirahat aliran darah ke otot rangka sebesar 21%, sisanya didistribusikan pada anggota tubuh lainnya dengan tingkat yang bervariasi. Hal yang sangat berbeda saat pelaksanaan
olahraga
dengan
intensitas
tem pencernaan membutuhkan distribusi aliran darah yang cukup agar dapat bekerja dengan optimal. Saat rentang waktu makan terlalu dekat dengan aktivitas olahraga menyebabkan distribusi aliran darah tetap difokuskan kepada kelompok otot yang sedang aktif melakukan aktivi-
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
tas olahraga, sedangkan pada lambung jumlah aliran darah dikurangi. Tanpa suplai darah maka otot-otot perut akan kekurangan oksigen (Mirkin
69
KESIMPULAN Olahraga prestasi sangat terkaitdengan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan tekno-
& Hoffman, 1984). Dampaknya adalah terjadi-
logi yang saling mendukung dan melengkapi
nya kejang atau kram perut. Kejadian kram perut
satu samalain. Salah satu bidang ilmu tersebut
pada aktivitas olahraga prestasi tentu bukanlah
adalah fisiologi olahraga. Fakta di lapangan
hal yang diinginkan, sebab insiden tersebut
ternyata tidak semua pelatih atau atlet memiliki
tentu akan menurunkan performa olahraga atlet.
latar belakang pendidikan formal dan atau non
Kecepatan pengosongan lambung berkait-
formal di bidang olahraga secara mumpuni. Hal
an dengan distribusi aliran darah yang diki-
ini menyebabkan kurangnya pengetahuan me-
rimkan ke lambung. Kecepatan pengosongan
reka tentang fisiologi olahraga. Dampaknya
lambung dipengaruhi oleh (1) kondisioning; (2) tingkat emosional; dan (3) jenis makanan yang
penerapan fisiologi olahraga di lapangan sebagai penunjang dalam olahraga prestasi acapkali
dikonsumsi. Dengan tingkat kebugaran jasmani
terabaikan. Oleh sebab itu, salah satu upaya
yang baik maka jantung mampu bekerja secara
yang dapat dilakukan agar fisiologi olahraga
efektif dan efisien dan mampu mendistribusikan
dapat diimplementasikan secara optimal pada
darah ke otot dan saluran cerna secara lebih optimal. Dampaknya pengosongan lambung lebih cepat terjadi meski aktivitas olahraga sedang dilaksanakan. Kondisi lambung sangat dipenga-
olahraga prestasi yaitu melalui pendekatan cara penyampaian materi fisiologi olahraga yang ditarik dari sudut pandang praktisi olahraga. Oleh karena para praktisi olahraga memiliki latar
ruhi oleh tingkat emosional. Pada saat sedih
belakang pendidikan dan kemampuan akade-
atau stress negatif lainnya maka lambung akan
mik yang beragam maka penting untuk menyaji-
bekerja lebih lambat sehingga makanan lebih
kan materi fisiologi olahraga tersebutdengan
lambat dicerna (Hutapea, 2002). Dengan kece-
bahasa yang mudah dipahami dan sederhana
patan pengosongan lambung yang baik maka
sehingga mereka dapat memahami dengan baik
dapat mengurangi resiko terjadinya kram perut
materi tersebut. Dengan tingkat pemahaman
saat aktivitas olahraga.
yang baik maka diharapkan para praktisi olah-
Oleh sebab itu penerapan sederhana sis-
raga mampu mengimplementasikan prinsip-
tem pencernaan bagi para praktisi olahraga
prinsip fisiologi olahraga dalam upaya untuk
adalah dengan menjaga dan atau meningkatkan
mendukung pencapaian prestasi optimal.
kemampuan kerja jantung atlet serta mengatur jarak waktu makan dan aktivitas olahraga, baik pada masa latihan dan saat pertandingan/ perlombaan. Selain itu, atlet harus berusaha mengontrol emosi mereka dengan baik agar tidak terjebak pada emosi negatif yang akan berdampak beruk pada kinerja sistem pencernaan. KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
70
KUNJUNG ASHADI. IMPLEMENTASI FISIOLOGI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA PRESTASI. ( 59 - 70 )
DAFTAR PUSTAKA Afriwardi. 2010. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : EGC. Barir, M. 2014. Petenis di Australia Terbuka Kram dan Muntah Akibat Cuaca Panas, (online), (http://m.tribunnews.com/sport/2014/ 01/17/petenis-di-australia-terbukakram-dan-muntah-akibat-cuacapanas) diakses 17 agustus 2014. Bompa, T.O., 1999. Periodization, Theory and Methodology of Training. New York : University Human Kinetic. Bompa, T.O & Haff, G.G. 2006. Periodization, Theory and Methodology of Training. New York : University Human Kinetic. Gatorade, 2014. Beat the Heat Safety Kit. US. Giriwijoyo, HYS. 2007. Ilmu Faal Olahraga (fungsi tubuh manusia pada olahraga). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, HYS., & Sidik, DZ. 2012. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hutapea, M. 2002. Keajaiban-keajaiban Dalam Tubuh Manusia. Bandung : Unpad. JPNN. 2014. Ancaman Dehidrasi di Piala Dunia 2014, (online), (http://www.jpnn.com/read/2014/06/1 2/239797/Ancaman-Dehirasi-di-PialaDunia-2014-) diakses 17 agustus 2014. Kusnanik, NW dkk. 2011. Fisiologi Olahraga. Surabaya: Unesa University Press. Lubis, J., & Heryanti, E. 2007. Dasar-dasar Kepelatihan pada Olahraga Profesional. Jakarta : BPP-OPI. McClurre. 2012. Cooling Glove Research, (online), (http://news.stanford.edu/ news/ 2012/ august/ cooling-gloveresearch-082912.html) diakses 17 agustus 2014.
PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia