III. METODE PENELITIAN
A.
BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain rimpang
temulawak, sorbitol cair dengan kadar air 25%, maltodekstrin dan karagenan. Selain itu digunakan pula bahan kimia untuk analisis seperti etanol 95%, PDA, NaCl. Peralatan yang digunakan untuk membuat permen lunak adalah alat pemotong, saringan, erlenmeyer, rotary evaporator, penangas/kompor, timbangan, pengaduk, loyang/cetakan, sudip, gelas piala, erlenmeyer, cawan aluminium, cawan porselin, dan oven. Alat-alat yang digunakan untuk keperluan analisis proksimat antara lain labu ukur, kertas saring, erlenmeyer, cawan porselen, desikator, neraca analitik, pipet, dan buret. B.
METODE PENELITIAN
1.
Penelitian Pendahuluan
a.
Ekstraksi Temulawak Rimpang temulawak segar diperoleh dari daerah Cicurug Sukabumi dengan
umur panen 12 bulan. Sebelum memasuki tahap ektraksi, rimpang temulawak mengalami perlakuan pendahuluan terlebih dahulu. Perlakuan pendahuluan tersebut meliputi proses pengirisan rimpang, pengeringan rimpang, dan penghancuran simplisia. Rimpang yang telah diperoleh selanjutnya dibersihkan dari kotoran yang masih menempel dan memisahkan dari rimpang yang busuk. Setelah rimpang dibersihkan, kemudian dilakukan pengirisan dengan menggunakan slicer pada ketebalan 1-3 mm. Irisan temulawak segera dikeringkan dengan menggunakan oven yang diatur pada suhu 50 oC selama ± 20 jam. Rimpang yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan discmill yang telah dipasang saringan berukuran 60 mesh. Selanjutnya serbuk temulawak dimasukkan ke dalam kemasan plastik dan disimpan pada tempat ditempat yang kering. Proses ekstraksi berlangsung secara maserasi dengan pemanasan. Metode ini pada prinsipnya adalah dengan menambahkan pelarut pada bahan dan diaduk pada skala tertentu dengan dilakukan pemanasan. Agar pemanasan yang berlangsung relatif stabil, maka ekstraksi dilakukan dalam waterbath yang disertai dengan
17
pengadukan (shaker). Nisbah bahan baku dengan pelarut yang digunakan sebesar 1:6 dengan 100 gram serbuk temulawak sebagai dasar perbandingan. Proses ekstraksi berlangsung selama 4 jam, dan selanjutnya bahan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian dilakukan proses pemisahan ekstrak dengan ampas temulawak. Ekstrak dipisahkan dari pelarut dengan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 50oC. Diagram alir pembuatan oleoresin temulawak disajikan pada Gambar 2. Rimpang temulawak
Pengirisan ± 5 mm
Pengeringan oven (T: 50ºC)
Penggilingan
Pengayakan 60 mesh
Ektraksi (etanol 95%, T:40ºC, t: 4 jam)
Penyaringan vakum
Evaporasi
Oleoresin temulawak
Gambar 2. Diagram alir pembuatan oleoresin temulawak (Ria, 1989) b.
Penentuan perbandingan sorbitol dan oleoresin temulawak Penentuan perbandingan sorbitol dan oleoresin temulawak dilakukan dengan
cara trial and error. Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan uji organoleptik
18
terhadap rasa guna mengetahui formula yang paling baik dan diterima oleh konsumen yang akan digunakan pada penelitian utama. 2.
Penelitian Utama Penelitian utama dilakukan pembuatan soft candy, pengujian terhadap permen
guna mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk. Pada uji hedonik produk, menggunakan panelis sebanyak 30 orang. Adapun diagram alir pembuatan soft candy dapat dilihat pada Gambar 3. Sorbitol
Maltodextrin
Pencampuran 1
Karagenan
Pemanasan
Oleoresin temulawak
Pencampuran 2
Pendinginan
Pencetakan
Pemotongan
Permen lunak
Analisa permen
Gambar 3. Diagram alir pembuatan soft candy
19
Prosedur pembuatan soft candy pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penimbangan Timbanglah bahan-bahan yang diperlukan sebelum membuat candy sesuai dengan formula atau resep. 2) Pencampuran 1 Sorbitol cair di campur dengan karagenen, diaduk hingga merata, kemudian ditambahkan maltodekstrin dan diaduk kembali. Air diperlukan untuk melarutkan sorbitol, karagenan, dan maltodekstrin, namun penggunaan air diusahakan sesedikit mungkin. Kemudian campuran larutan diaduk hingga homogen, kadangkadang pemanasan awal diperlukan. Emulsifikasi dilakukan dengan pengocokan pada kecepatan tinggi. Jika telah teremulsifikasi seluruhnya dengan baik pengocokan diperlambat dan mulai dilakukan pemanasan sampai campuran mendidih dan terkondensasi. 3) Pemanasan/pemasakan Pemanasan dilakukan sampai tercapai kadar air yang diinginkan. 4) Pendinginan Setelah titik akhir dan kadar air tercapai, ke dalam larutan ditambahkan oleoresin temulawak sesuai dengan jumlah yang ditetapkan. Kemudian dilakukan pengadukan hingga tercampur merata. Larutan segera dipindahkan ke wadah lain sambil didinginkan. 5) Pencetakan Pada saat permen menjadi plastis (mengental karena dingin) pencetakan dapat dilakukan. Setelah pencetakan, pendinginan dilakukan lebih lanjut sehingga dihasilkan produk yang keras. 6) Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk dan memperbaiki penampilan.
20
3.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap, dengan memperhatikan faktor jumlah sorbitol dan faktor jumlah temulawak yang digunakan. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model matematis dari rancangan kelompok acak lengkap dua faktor sebagai berikut : Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk i=1,2,3 j=1,2,3 Keterangan : Yijk
= Nilai pengamatan
μ
= Nilai rata-rata
Ai
= pengaruh sebenarnya dari taraf ke-i faktor A
Bj
= pengaruh sebenarnya dari taraf ke-j faktor B
(AB)ij = pengaruh sebenarnya dari interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B εijk
= Galat percobaan (pengaruh lainnya)
21