II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Geografi di SMA Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (SEMLOK 1988 dikutip oleh Nursid Sumaatmadja, 1997:11). Selanjutnya, konsep geografi ini jelas bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakekatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan kehidupan). Sedangkan pengertian geografi menurut Depdikbud dalam pendidikan formal adalah : Geografi merupakan pelajaran formal yang membawa siswa kontak dengan realita yang dijumpai dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Sehingga penilaian proses dan penilaian hasil belajar siswa tidak saja terbatas pada aspek-aspek nilai dan sikap serta keterampilan. Menurut Daldjoeni (1997:126) geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Sedangkan Sumaatmadja menjelaskan bahwa pada
hakikatnya pembelajaran geografi adalah aspek-aspek keruangan dipermukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam kehidupan manusia dengan variasinya. Pada hakikatnya pembelajaran geografi terbagi menjadi dua: yaitu indoor study dan outdoor study. Indoor study adalah pembelajaran dilaksanakan dalam ruang kelas, sedangan outdoor study merupakan pembelajaran dilaksanakan diluar ruang kelas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka ruang lingkup pembelajaran geografi adalah : 1. Alam lingkungan yang menjadi sumberdaya kehidupan 2. Penyebaran manusia dengan ventilasi kehidupannya 3. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi 4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara daratan, perairan, dan udara Proses seseorang dalam belajar dapat dimana saja karena belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
1.1 Visi, Misi, dan Tujuan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung Adapun visi, misi, dan tujuan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP U niversitas Lampung adalah sebagai berikut (Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana dan Diploma FKIP Unila, 2010:49): a. Visi Menjadi Program Studi yang dapat menghasilkan sarjana pendidikan geografi yang profesional dan beriman, serta menguasai teknologi geografi. b. Misi 1) Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam kehidupan akademis yang sehat dan dinamis. 2) Mendidik
mahasiswa
secara
profesional
dengan
selalu
mengikuti
perkembangan teknologi geografi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan menjalin kerjasama dengan instansi terkait. c. Tujuan 1) Tujuan umum Menghasilkan lulusan calon guru yang menguasai wawasan dan kawasan keilmuan pembelajaran Pendidikan geografi 2) Tujuan khusus a. Menghasilkan lulusan Pendidikan Geografi Strata Satu b. Mengahsilkan penelitian dan pengabdian di bidang Pendidikan Geografi yang berguna bagi masyarakat c. Meningkatkan kinerja dosen dan mahasiswa dalam kegiatan akademik.
2. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Surakhmad dalam Nursid Sumaatmadja (2001:70) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Belajar menurut Sudjana (1991 : 5) adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, sikap, tingkah laku, kecakapan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Slameto (2003:2), mengungkapkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada beberapa definisi lain tentang belajar, antara lain diuraikan sebagai berikut: (1) Cronbach memberikan definisi:Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. (2) Harold Spears memberikan batasan:Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (3) Goach, mengatakan:Learning is a change in performance as a result of practice (Dimyati dan Mudjiono 2001:20)
Dari ke tiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian para ahli mengenai definisi belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang belajar yaitu proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Nasution (1977:32) ada tiga pengertian belajar yaitu yang pertama belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Kedua, belajar adalah penambahan pengetahuan. Ketiga, belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkah laku terjadi akibat dari proses belajar yaitu melalui latihanlatihan dan pengalaman.
2.1 Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan atau didapat kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan atau didapat tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
2.2 Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar yang berkaitan dengan minat belajar adalah teori konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman A.M (2010:37) yang mengungkapkan : Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar dalam diri seseorang dapat timbul dari rasa ketertarikan siswa terhadap pembelajaran geografi sehingga pengetahuan itu akan terbentuk dengan sendirinya. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk
pengertian.
Bettencourt
(1989)
menyimpulkan
bahwa
konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog,
pengalaman
mengasimilasikan
dan
fisik
dan
lain-lain.
menghubungkan
Belajar
pengalaman
merupakan atau
bahan
proses yang
dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Sehingga sehubungan dengan itu, ada beberapa prinsip atau ciri dalam belajar (Paul Suparno, 1997) yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. b. Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri. d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar/siswa membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses belajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Belajar pembelajaran adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuann dan membuat makna, mencari kejelasan dan menentukan justifikasi. Prinsip penting, berpikir lebih bermakna daripada mempunyai jawaban yang benar atas sesuatu. Karena itu guru dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; (1) Faktor intern Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. (2) Faktor eksternal a. Faktor keluarga b. Faktor sekolah (Slameto, 2003:60-61)
Muhibin Syah (2009:145), mengemukakan faktor faktor yang mempengaruhi belajar secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni; 1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi pembelajaran ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap pembelajaran dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak buruk. 3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
3. Sarana Belajar Dalam kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998;784) sarana dapat diartikan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan, dapat berbentuk alat, media. Dengan demikian yang dimaksud sarana belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media untuk mencapai tujuan dalam belajar. 3.1 Sarana Belajar Secara Umum Sarana belajar yang sifatnya umum (semua pelajaran) meliputi : meja, kursi, almari, bacaan, lampu penerang, dan alat-alat tulis. Sedangkan sarana belajar yang khusus untuk pelajaran geografi meliputi : buku pelajaran geografi, peta/atlas, grafik, diagram, modul, jangka dan lain-lain. Apabila sarana belajar yang dimiliki lengkap baik yang umum maupun yang khusus akan membantu siswa dalam
mempelajari pelajaran geografi sehingga diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Sarana belajar yang baik dan lengkap dapat menimbulkan dorongan yang besar pada diri anak sehingga ada kemungkinan anak dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Ketersediaan sarana belajar geografi yang memadai di rumah akan dapat meningkatkan prestasi belajar geografi siswa, karena dengan tersedianya sarana belajar yang lengkap secara psikologis anak dapat termotivasi untuk dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sarana belajar yang lengkap juga akan memberikan kemudahan pada diri anak dalam proses belajarnya, karena pikiran anak akan terkonsentrasi pada masalah materi pelajaran. Kurang lengkapnya sarana belajar geografi dapat menimbulakan akibat negatif, antara lain siswa tidak bisa belajar secara baik sehingga sulit diharapkan untuk mencapai nilai yang tinggi, oleh sebab itu sarana belajar merupakan alat yang sangat penting dalam proses belajar. Bagi seorang siswa sarana belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, misalnya: buku pelajaran dan buku tulis. Buku dan sumber bacaan merupakan sarana belajar yang sangat penting, karena buku merupakan alat menyimpan informasi tentang ilmu pengetahuan, peristiwa dan hal-hal penting lainnya yang sangat diperlukan dalam mengembangkan pengetahuan. Untuk buku-buku pelajaran yang dimiliki siswa, Oemar Hamalik (1983;46) berpendapat bahwa : ”Untuk menunjang kelancaran proses belajar di rumah maka diperlukan bukubuku pelajaran yang lengkap yang sesuai dengan bahan atau materi yang
dipelajari. Buku-buku pelajaran merupakan kunci untuk membuka keberhasilan dalam belajar. Dengan lengkapnya buku-buku pelajaran yang dimiliki maka seorang murid akan lebih mudah mengatasi kesulitan belajar. Disamping buku-buku pelajaran yang lengkap, hendaknya murid berusaha untuk membacanya. Karena walaupun buku-bukunya lengkap tetapi tidak pernah dibaca, maka hasil yang dicapai tidak akan memuaskan. Maka untuk itu cintailah buku-bukumu sebagai alat bantu yang dapat menolong dalam belajar.” Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa seorang murid akan berhasil dengan baik dalam suatu pelajaran apabila murid memiliki sejumlah buku-buku pelajaran yang lengkap disertai dengan membaca dan mempelajarinya. Dan sarana yang lengkap dapat mempermudah siswa dalam melakukan belajar, sebaliknya tidak lengkapnya sarana belajar akan mengganggu siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan belajar yang diharapkan. Sejalan dengan itu The Liang Gie (1984:45) berpendapat : ”Belajar tidak pula dapat dilakukan tanpa alat-alat belajar secukupnya, semakin lengkap alat-alat itu semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak terganggu. Disamping buku-buku pelajaran, alat-alat yang harus dimliki sendiri oleh setiap siswa adalah pulpen, tinta, pinsil hitam, berwarna merah atau biru, mistar, karet penghapus, alat penajam pinsil, perekat kertaskertas tulis dan buku notes.” Dari kutipan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar akan berhasil dengan baik apabila siswa memiliki peralatan yang dapat menunjang kegiatan belajar di rumah. Disamping itu untuk belajar dengan baik dan tenang diperlukan ruang belajar, kemudian keadaan ruang belajar yang hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan ketenangan orang yang belajar didalamnya. Dalam hal ini The Liang Gie (1984:22) berpendapat bahwa : ”Sebuah syarat untuk dapat belajar dengan baik dan tenang adalah tersedianya tempat belajar yang baik. Andaikata tidak dapat memperoleh ruangan
tersendiri yang digunakan khusus untuk belajar, maka kamar tidur dapat dijadikan tempat belajar kalau para siswa memperhatikan beberapa hal dan kebiasaan yang baik.” Sarana belajar yang telah diuraikan adalah sarana belajar yang sifatnya umum untuk semua bidang studi pelajaran. Penunjang lain menuju prestasi belajar yang sukses adalah kebiasaan siswa mencatat atau merangkum pelajaran dengan lengkap dan rapih, karena hal tersebut akan berguna bila siswa ingin mengulangi materi pelajaran yang telah diberikan. Sarana belajar yang lengkap akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang lebih baik.
3.2 Sarana Belajar Geografi di Rumah Adapun sarana yang diperlukan dalam bidang studi geografi antara lain : buku cetak geografi, peta/atlas, jangka, pinsil, mistar dan lain-lain dalam proses belajar pembelajaran peralatan tersebut digunakan untuk membantu dalam menyajikan data lokasi, keadaan permukaan bumi, arah, jarak, dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut Daldjoeni (1981:225) mengatakan: Baik di sekolah maupun di rumah perlu dilengkapi alat bantu belajar seperti : peta/atlas, bagan, diagram (skema pemerintahan desa, skema sektor-sektor penduduk, jumlah angkatan kerja, dan lain sebagainya). Untuk belajar dengan baik diperlukan sarana belajar yang memadai di rumah dan penggunaan sarana belajar tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Untuk lebih jelasnya sarana belajar geografi akan diuraikan sebagai berikut :
1. Sumber Belajar Pada dasarnya sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau latihan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber belajar inilah yang disebut media pendidikan atau media instruksional untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocok. Sumber tersebut menurut Bambang Warsita (2008:209) meliputi beberapa hal sebagai berikut, yaitu: a) Pesan adalah informasi pembelajaran yang disampaikan dalam bentuk ide, fakta, ajaran, nilai dan data. b) Orang, adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. c) bahan adalah perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan pembelajaran yang biasanya disajikan melalui peralatan tertentu ataupun oleh dirinya sendiri. d) alat adalah perangkat keras yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. e) Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan f) lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran. Berdasarkan pada persyaratan tersebut, maka sebuah sumber belajar terdiri dari pesan, orang, bahan alat, teknik dan lingkungan dimana keseluruhannya saling terkait antara satu dengan lainnya. Dalam pemilihan sumber belajar ada beberpa kriteria diantaranya adalah a) harus dapat tersedia dengan cepat; b) memungkinkan peserta didik untuk memacu diri
dan c) harus bersifat indivisual dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam belajar mandiri. Menurut Bambang Warsita (2008:212) pusat sumber belajar yang kadangkala diberi nama lain yang serupa seperti laboratorium alat bantu belajar, alat bantu belajar atau pusat belajar mandiri yang berfungsi melayani berbagai kebutuhan individual suatu sekolah. Misalnya beberapa sekolah dapat dilayani oleh suatu pusat sumber belajar. Pada umumnya, pusat-pusat seperti itu ditempatkan dalam perpustakaan, yang sering mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pusat sumber belajar yang tersedia untuk penyimpanan dan untuk pemanfaatan sumber belajar baik yang berupa cetak maupun non cetak. Belajar geografi juga memerlukan sumber belajar yang sebenarnya dapat digunakan oleh peserta didik untuk memperoleh informasi, pengetahuan pengalaman dan ketrampilan yang diperlukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran geografi. Nursid Sumaatmadja (2001:79) menyarankan sifat sumber belajar geografi, yaitu: a) Sumber Belajar Geografi yang bersifat harus digunakan. (1) Guru Guru sebagai pengajar hendaknya memiliki kemampuan menguasai bidang studi guru juga dituntut mengukur dan mengevaluasi perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Keterampilan merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan diikuti oleh siswa. Keterampilam dalam menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran kepada siswa sehingga materi tersebut dapat diterima oleh siswa. Kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan administrasi. Kemampuan mejalin dan membina komunikasi seluruh peserta didik dan stake holder yang tergabung dalam organisasi sekolah selanjutnya guru juga diharapkan memiliki kemampuan dalan pengembangan diri dan kompetensi mengembangkan keterampilan peserta didik.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kemampaun-kemampuan tersebut dapat menjadi salah satu sumber belajar yang diperoleh siswa. Buku Teks/Buku Pelajaran. Pemanfaatan buku pelajaran, termasuk lembar kerja siswa, ialah adanya kenyatan bahwa apa yang ditulis dalam buku pelajaran yang menjadi pegangan siswa maupun guru tidak selalu memuat informasi secara akurat dan mutakhir, meski dalam proses penulisan dan penerbitannya telah melewati tahap-tahap seleksi dan evaluasi. Atlas. Kumpulan dari Peta dan ilustrasi (ada kalanya juga disertai teks atau diskripsi), atlas mutlak perlu dipakai dalam proses pembelajaran geografi, meskipun tidak untuk setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Perpustakaan. Perpustakaan merupakan sumber belajar yang harus dimanfaatkan oleh siapapun yang masih mau belajar. Sumber belajar geografi tidak hanya terbatas pada perpustakaan sekolah saja, melainkan juga perpustakaan-perpustakaan lain yang bermacam jenis dan tingkatannya, termasuk perpustakaan keliling yang diadakan di kota/daerah tertentu. Guru dan siswa tidak saja perlu memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, tetapi juga kemungkinan partisipasinya dalam melengkapi koleksi sumber di perpustakaan itu, antara lain dengan mengundang juga perhatian dan peranan orang tua murid maupun juga lembaga/yayasan di luar sekolah yang bersimpati terhadap pengembangan pendidikan. Peta Dinding. Peta dinding berbeda fungsinya dengan peta dalam atlas. Kalau atlas lebih besar artinya sebaai sumber belajar dan bersifat untuk pemakaian secara individual, peta dinding berperan terutama sebagai latar belakang dalam hal guru memberi uraian atau penjelasan secara klasikal (bagi semua siswa secara bersamaan). Globe. Globe lazim disebut sebagai alat peraga, media ataupun sarana belajar. Namun globe merupakan sumber belajar dalam arti bahwa dari globe bisa didapatkan sejumlah informasi, pengertian, pengetahuan yang menunjang tercapainya pemahaman, ketrampilan atau kompetensi tertentu lain dalam pelajaran geografi.
b) Sumber Belajar Geografi yang Seyogyanya digunakan. (1) Peta Tematik atau Peta Khusus. Peta khusus atau peta tematik dalam atlas dapat menjadi sumber belajar untuk dikutip oleh siswa dalam memenuhi tugas dari guru sesuai dengan pokok bahasan yang bersangkutan. (2) Ensiklopedi . Ensiklopedi merupakan sumber rujukan pengetahuan yang sangat lengkap sehingga guru atau sekolah seyogyanya mengusahakan ketersediaannya di perpustakaan sekolah, baik ensiklopedi umum maupun ensiklopedi geografi.
(3) Surat Kabar, Majalah, Jurnal dan Terbitan berkala lainnya. Surat kabar dan majalah tidak hanya memuat/menyajikan informasi berita, hiburan ataupun iklan, tetapi sering kali memuat bahkan khusus menyediakan informasi-informasi geografi. c) Sumber Belajar Geografi yang Sekiranya dapat digunakan. (1) Peta Topografi. Mengingat skalanya besar (menggambarkan wilayah/bagian muka bumi yang kecil) serta memuat hampir semua gejala yang tampak atau diketahui secara detil dan lengkap sesuai skalanya, peta topografi tidak bebas pemakaiannya bagi setiap orang dan peredarannya di bawah pengawasan langsung oleh penerbit atau pembuatnya. (2) Peta Relief, Model dan Spesimen Batuan dan Mineral. Peta relief dan model lebih berfungsi sebagai alat peraga, media atau sarana pembelajaran, yaitu untuk memudahkan pemahaman gambaran atau keadaan. (3) Foto Udara dan Citra Satelit. Seperti halnya peta topografi, foto udara dan citra satelit terbatas peredaran dan penggunaanya, karena foto udara umumnya menggambarkan wilayah kecil dengan sangat detil serta benarbenar menggambarkan semua yang tampak dari udara. Telah diuraikan secara terperinci mengenai sumber belajar geografi yang merupakan sumber penunjang belajar geografi yang dianjurkan harus tersedia di dalam sekolah guna memperlancar kegiatan pembelajaran geografi. Berdasarkan pengertian tersebut maka sumber belajar yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sumber belajar wajib (kemampuan guru dalam menyampaikan materi, buku pelajaran, peta, atlas atau globe) dan sumber belajar pendukung (peta topografi, ensiklopedia dan surat kabar).
2. Alat Belajar Pemilikan alat belajar yang lengkap dapat memperlancar proses belajar. Dengan tersedianya alat belajar yang memadai, siswa akan lebih mudah berkonsentrasi pada pelajaran dan dapat berpengaruh terhadap hasil prestasi belajarnya.
Alat belajar yang dimaksud adalah alat tulis, seperti yang dikemukakan oleh The Liang Gie (1984:45) sebagai berikut : ”Belajar tidak dapat dilakukan tanpa sarana yang cukup. Semakin lengkap sarana belajar itu, semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak terganggu, disamping buku-buku pelajaran yang lain yang harus dimiliki oleh siswa itu sendiri, yaitu pulpen, pensil, mistar, karet penghapus, kertas tulis, dan buku notes.” Selain alat-alat tulis juga diperlukan alat belajar berupa meja belajar, kursi belajar, dan rak buku. Meja dan Kursi Belajar Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan minimal tersedia meja beserta kursinya sebagai tempat belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Hasbullah Thabrani (1994:53) bahwa : tinggi meja dan kursi sesuai dengan postur tubuh, agar tidak menimbulkan kelelahan dengan cepat dan meja yang digunakan hendaknya cukup lebar dan tidak terbuat dari bahan yang mengkilat yang biasanya menyilaukan mata. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dikatakan bahwa belajar yang baik itu memiliki aturan-aturan dimana meja belajar dan kursi belajar juga dapat memudahkan seseorang dalam proses belajarnya.
3. Ruang Belajar Ruang belajar merupakan alat untuk kenyamanan dalam pembelajaran, kemudian keadaan ruang belajar hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan ketenangan orang yang belajar didalamnya. Menurut The
Liang Gie (1984:22) bahwa : ”Sebuah syarat untuk belajar dengan baik dan tenang adalah tersedianya tempat belajar dengan baik. Andai kata tidak memperoleh ruangan tersendiri yang digunakan khusus untuk belajar, maka kamar tidur dapat dijadikan tempat belajar kalau para siswa memperhatikan beberapa hal dan kebiasaan yang baik”. Mengenai kondisi ruang belajar di rumah menurut Slameto (2003:76) mengemukakan kondisi ruang belajar yang memenuhi syarat adalah : 1. Ruang belajar harus bersih tidak ada bau-bauan yang menggangu konsentrasi pikiran. 2. Ruang cukup tenang tidak gelap dan tidak mengganggu mata. 3. Cukup sarana yang dperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran, buku-buku dan sebagainya.
4. Penerangan Di dalam ruang belajar hal lain yang perlu diperhatikan adalah penerangan. Penerangan yang baik untuk membaca di waktu malam hari adalah penerangan tidak langsung karena cahaya pemantulan itu tidak tersebar kesemua jurusan sehingga sifatnya merata sehingga tidak menimbulkan bayangan. Hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1984:26) sebagai berikut : ”Apabila di atas memakai lampu yang memberikan penerangan tak langsung untuk menerangi seluruh kamar, sedangkan di atas meja dipakai lampu belajar yang memberikan penerangan setengah tak langsung, lampu meja itu hendaknya diselubungi dengan kap lampu sehingga cahaya tidak mengarah ke mata”.
Belajar akan berhasil dengan baik apabila siswa memiliki peralatan yang lengkap agar dapat menunjang kegiatan belajar di rumah.Sarana belajar yang telah diuraikan di atas adalah sarana belajar yang sangat diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang akan menunjang kelancaran dalam pembelajaran, sehingga ketercapaian yang diharapkan semua pihak bisa tercapai semaksimal mungkin. Kelancaran dalam proses pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan kelengkapan sarana yang baik, sarana yang diperlukan dalam pembelajaran bidang studi geografi : peta, atlas, globe, jangka, pensil, mistar, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran peralatan tersebut digunakan untuk membantu dalam menyajikan data lokasi, keadaan permukaan bumi, arah, jarak dan lain-lain.
4. Minat Belajar 1.1 Pengertian Minat Definisi minat secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan dalam diri seseorang untuk tertarik atau menyenangi sesuatu. Menurut Sastracarito dalam (Amir, 1997) minat dapat diartikan sebagai perhatian, kesukaan atau kecenderungan hati kepada sesuatu. Ruslan A. Gani (1986:9) berpendapat bahwa minat individu ditandai dengan adanya rasa senang dan tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi dan sebagainya. Sedangkan pendapat Mohammad Ali (1992:78) minat adalah derajat pereferensi atau pilihan suka atau tidak suka
terhadap suatu obyek atau kegiatan yang ditimbulkan oleh ketertarikan orang tersebut pada obyek kegiatan itu. Minat merupakan kebutuhan siswa dalam belajar, karena ini adalah salah satu faktor yang dapat mendorong siswa dalam beraktivitas terhadap sesuatu atau pelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan osleh Noehi Nasution (1997: 71) bahwa : ” minat mempengaruhi proses dan hasil belajar, tak usah dipertanyakan kalau sesorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa ia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut; sebaliknya kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya baik.” Siswa yang memiliki minat belajar akan merasa senang dalam belajar sehingga akan memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diminatinya tersebut. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Slameto (1995: 180) sebagai berikut: ” suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasika melalui partisipasi siswa dalam suatu aktivitas.” Minat seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga dari hati sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 1997:57)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan gejala psikis berupa kecenderungan yang menimbulkan sikap dalam diri siswa untuk merasa tertarik atau senang akan suatu hal atau obyek tertentu. Dengan demikian minat akan timbul atau terungkap melalui suatu kegiatan yang menyenangkan pada diri siswa.
4.2 Cara Menumbuhkan Minat Belajar Untuk menumbuhkan minat belajar siswa dapat diusahakan beberapa cara antara lain seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2001:93) yakni sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar
Berdasarkan pendapat diatas, guru dituntut untuk dapat menarik minat belajar siswa dengan cara membangkitkan suatu kebutuhan seperti kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, prestasi belajar yang baik serta memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga timbul rasa puas pada diri siswa. Selain itu Hendra Surya (2004:8) mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan minat belajar tidak lain siswa menanamkan dalam hati bahwa belajar merupakan kebutuhan mutlak dan menjadi bagian kepribadian siswa utnuk membentuk kecakapan-kecakapan yang siswa butuhkan.
4.3 Peranan Minat Dalam Belajar Geografi Oemar Hamalik (2001:33) mengatakan bahwa belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Sedangkan menurut Sikun Pribadi (1987:52) dalam proses belajar peranan minat besar sekali, karena dalam minat terkandung faktor motivasi dan emosi. Berminat terhadap suatu bidang studi mengimplikasikan dorongan yang kuat untuk menekuni bidang studi yang bersangkutan, sedang emosi mewarnai senang atau rasa puas tidaknya dalam kesibukan menekuni bidang tersebut. M. Dalyono (1997:235)mengatakan tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap atau tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya pelajaran itu. Sedangkan The Liang Gie (1986:12) berpendapat bahwa suatu mata pelajaran hanya dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi itu, minat selain memungkinkan pemusatan fikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Adapun yang dimaksud dengan konsentrasi itu, The Liang Gie (1986:53) menyatakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan hal lain yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran
terhadap suatu pelajaran dengan menyampingkan hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut, keriangan hati akan memperbesar kemauan siswa untuk belajar dan membuatnya tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya. Minat yang kurang terhadap pelajaran dapat mengakibatkan siswa sukar untuk mengerti isi pelajaran tersebut. Selain menimbulkan rasa senang dan konsentrasi dalam belajar, minat juga mendorong siswa untuk memiliki serta membaca buku pelajaran tersebut yang akan menunjang kegiatan belajarnya, hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2001:46) yang menyatakan bahwa siswa yang mempunyai minat besar terhadap suatu pelajaran akan tertarik untuk memiliki buku-buku pelajaran dan membacanya, serta untuk menunjang kelancaran proses belajar diperlukan bukubuku pelajaran yang lengkap sesuai dengan bahan atau materi yang dipelajarinya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat mempunyai peranan yang penting dalam belajar terutama pelajaran geografi karena merupakan sumber usaha bagi seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, siswa tidak perlu didorong dari luar untuk melakukan aktivitas belajar geografi bila yang dipelajari tersebut telah menarik minatnya.
4.4 Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Kartini Kartono (1994:3) mengatakan minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu khusunya geografi, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran geografi tersebut. Sebaliknya, bila sesorang menaruh perhatian
secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada obyek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada obyek tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan kalau seorang muird mempunyai minat dalam mata pelajaran tertentu khususnya geografi, maka ia akan memperhatikan pelajaran geografi. Namun sebaliknya bila murid tidak berminat, perhatian pada mata pelajran yang sedang diajarkan biasanya ia malas untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan murid yang tidak menaruh perhatian pada mata pelajaran geografi yang sedang diajarkan, maka sukarlah diharapkan murid tersebut dapat belajar geografi dengan baik. Selain perhatian siswa, seorang guru memiliki hubungan yang sangat erat dalam menciptakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini selaras dengan pendapat Tanner dalam Slameto (1995:181) bahwa Para pengajar hendaknya berusaha membentuk minat. Minat baru pada diri siswa dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu dan menguraikan kegunannya bagi siswa dimasa yang akan datang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki hubungan yang erat dalam menciptakan kondisi yang dapat menumbuhkan minat belajar geografi siswa. Guru dalam proses pembelajaran harus dapat menarik minat siswa dengan berbagai usaha. Karena dengan minat tersebut siswa akan senang terhadap pelajaran geografi yang disajikan, sehingga dengan sendirinya pelajaran yang telah diberikan akan cepat terserap.
5. Prestasi Belajar Menurut Azwar(1996:3) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Artinya, prestasi belajar merupakan suatu bentuk out put yang dihasilkan melalui suatu proses yaitu pembelajaran. Sedangkan istilah prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Beradasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mata pelajaran geografi adalah hasil yang dicapai siswa dalam mata pelajran geografi setelah siswa selesai mengikuti kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksankan di sekolah. Hasil belajar geografi yang telah dicapai siswa akan nampak dalam bentuk nilai nyata, prestasi belajar tersebut diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian atai uji blok selam satu semester, nilai ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Prestasi belajar tersebut diperoleh dari guru bidang studi geografi kelas XI IPS SMAN 9 Bandar Lampung melalui suatu penilaian dalam bentuk huruf maupun angka. Nilai yang diperoleh siswa kemudian dikelompokkan berdasarkan standar nilai yang dipakai oleh guru di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011, seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan Minimal No.
Kategori Nilai
Keterangan
1.
≥ 73
Tuntas
2.
< 73
Tidak Tuntas
Sumber: Dokumentasi guru geografi Tahun Pelajaran 2010/2011. 1.1 Cara Meningkatkan Prestasi Belajar Ada enam kunci sukses dalam belajar menurut Hendra Surya (2004: 85) yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keteguhan hati Disiplin dan belajar secara teratur Kesehatan jasmani dan rohani Lingkungan belajar yang kondusif Sumber belajar dan kelengkapan belajar Teknik belajar
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan, dibutuhkan minat yang kuat dan selalu belajar di setiap kesempatan baik di rumah maupun di sekolah.
6. Hubungan Sarana Belajar Di Rumah dengan Minat Belajar Siswa. Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan pada diri siswa, salah satu bentuk perubahan tersebut diwujudkan dalam bentuk minat siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Minat merupakan faktor penting dalam belajar karena merupakan sumber usaha dan pendorong bagi seseorang untuk giat melakukan aktivitas belajar. Oleh sebab itu seorang siswa harus mempunyai minat yang tinggi terhadap semua mata pelajaran yang dipelajarinya agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Untuk mendukung hal tersebut maka
dibutuhkan adanya sarana belajar, karena pada hakikatnya sarana belajar mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1984:45) yang menyatakan bahwa, ”Belajar tidak dapat dilakukan tanpa adanya sarana belajar yang cukup. Semakin lengkap sarana belajar semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak terganggu, disamping buku-buku pelajaran dan alat-alat yang harus dimiliki siswa adalah pulpen, tinta, penghapus, peruncing, dan buku notes”. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan atau didapat kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan atau didapat tersebut. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Berdasarkan pendapat diatas dijelaskan bahwa sarana belajar di rumah juga berhubungan denga minat belajar siswa. Siswa yang mempunyai sarana belajar yang lengkap akan lebih bersemangat untuk belajar dibandingka dengan siswa yang kurang lengkap sarana belajarnya. Untuk memperoleh hasil belajar yang
baik, sarana belajar yang mendukung untuk proses pembelajaran sangatah dibutuhkan. 7. Hubungan Minat Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Geografi Faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003: 54) sebagai berikut: 1. Faktor intern siswa, meliputi: a. Faktor jasmaniah, yaitu kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologi, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c. Faktor kelelahan, yaitu kelelahan jasmani dan rohani 2. Faktor ekstern siswa, meliputi: a. Faktor keluarga, yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang rumah dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, yaitu metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat, yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk prestasi belajar meliputi 3 aspek, yaitu: 1. Aspek yang mempengaruhi karakteristik kognitif siswa, yaitu persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan, kesiapan dan transfer, struktur kognitif, intelegensi, kreativitas dan gaya kognitif. 2. Aspek yang memepengaruhi karakteristik afektif siswa, yaitu motivasi dan kebutuhan, minat, konsep diri dan aspirasi, kecemasan dan sikap. 3. Aspek psikomotorik, yaitu berupa keterampilan dan mengaplikasikan prinsipprinsip belajar (Slameto, 2003: 102). Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa, maka semakin tinggi pula
prestasi belajar siswa tersebut. Selain itu, nilai juga dapat dijadikan tolak ukur bagi guru mengenai keberhasilannya dalam pembelajaran dan menyampaikan materi kepada siswa. Teori belajar yang berkaitan dengan minat belajar adalah teori konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman A.M (2010:37) yang mengungkapkan : Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar dalam diri seseorang dapat timbul dari rasa ketertarikan siswa terhadap pembelajaran geografi sehingga pengetahuan itu akan terbentuk dengan sendirinya. Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk pengertian.
B. Kerangka Pikir. Di dalam proses belajar pembelajaran ketersediaan sarana belajar di rumah yang lengkap akan sangat mempengaruhi terhadap minat belajar siswa sehingga prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat. Begitu pula sebaliknya ketersediaan sarana belajar dirumah yang kurang lengkap atau tidak lengkap akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa juga akan rendah.
Secara umum, kelengkapan sarana belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan titik tekan kajian pada kelengkapan sumber belajar, alat belajar yang dimiliki, pemilikan ruang belajar dan penerangan. Ketersediaan sarana belajar di rumah ini akan berhubungan terhadap minat belajar siswa karena minat siswa pada pelajaran memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Apabila minat siswa pada pelajaran rendah maka kemauan dan usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya juga rendah sehingga prestasi belajar yang dicapai rendah. Meningkatnya minat siswa terhadap pelajaran akan mendorong siswa untuk melakukan suatu gerak atau kegiatan belajar yang seakan-akan telah menjadi kesenangannya. Bahkan dengan minat siswa pada pelajaran yang tinggi, maka siswa akan menganggap kegiatan belajar yang dilakukannya merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi didalam hidupnya, hal ini akan meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut. Berdasarkan uraian tersebut kerangka pikir dapat diuraikan sebagai berikut : Sarana Belajar Siswa di Rumah ( X1 )
Minat Belajar Siswa ( X2 )
Prestasi Belajar Siswa (Y) Gambar 1. Hubungan Antara Sarana Belajar Di Rumah Dan Minat Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Di SMA N 9 Bandar Lampung.
Gambar di atas menunjukkan bahwa ketersediaan sarana belajar siswa di rumah berhubungan dengan minat belajar geografi siswa dan berhubungan dengan prestasi belajar geografi siswa.
C. Hipotesis 1. Ada hubungan positif yang kuat dan signifikan antara sarana belajar di rumah dengan minat belajar geografi siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Ada hubungan positif yang kuat dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar geografi siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.