II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain talang air plastik yang berukuran 50 cm x 13 cm x 11 cm sebanyak 16 buah, pompa air, selang aerasi, ember, pipa paralon, timbangan digital (0,001), DO meter, pH meter, kertas lakmus, dan termometer. Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain cacing sutra (Tubifex. sp), jerami, bioaktivator mikroba (EM4) dan lumpur budidaya lele.
2.3 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah : a. 0% jerami fermentasi dan 100% lumpur budidaya lele b. 20% jerami fermentasi dan 80% lumpur budidaya lele c. 45% jerami fermentasi dan 55% lumpur budidaya lele d. 70% jerami fermentasi dan 30% lumpur budidaya lele
7
Tata letak wadah budidaya cacing sutra dapat dilihat pada gambar 2.
A 2
D 2
C 4
C 2
B 1
A 1
D 1
B 2
D 3
A 4
C 1
B 4
C 3
D 4
A B 3 3
Keterangan : : tandon air
: pipa paralon outlet
: kran air
: wadah uji
: pipa paralon inlet
: saluran inlet dan outlet
Gambar 2. Tata Letak Wadah Budidaya
Model linier yang digunakan yaitu : Yij = µ + τi + Σij Keterangan : Yij
: Pengaruh perlakuan jerami yang berbeda ke-i dan ulangan ke-j
µ
: Nilai tengah
τi
: Pengaruh perlakuan jerami yang berbeda ke-i
Σij
: Galat percobaan perlakuan jerami yang berbeda ke-i dan ulangan ke-j
(Steel dan Torrie, 1980)
2.4 Prosedur Penelitian 2.4.1 Fermentasi Jerami Fermentasi jerami menggunakan bioaktivator mikroba komersil yang mengandung bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi dan jamur fermentasi. Bioaktivator mikroba komersil ini merupakan salah satu aktivator yang digunakan dalam proses fermentasi yang dipakai untuk meningkatkan kualitas pupuk terutama kandungan C-organik dan N-organik (Tahapari dkk., 2010). Pada proses
8
fermentasi, jerami dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih, lalu dipotong kecil-kecil. Setelah itu dimasukkan ke dalam kantung plastik, karena bakteri yang terdapat pada bioaktivator mikroba komersil adalah bakteri anaerob, jadi tidak menggunakan oksigen pada aktifitasnya. Setelah itu ditambahkan bioaktivator mikroba dan dibiarkan selama ±7 hari. Berdasarkan penelitian Sa’adah dkk. (2010), jerami yang difermentasi menggunakan Aspergillus niger selama 96 jam atau 4 hari menunjukkan aktifitas enzim yang paling optimum. Penelitian Isvisena (2014) juga menyatakan bahwa hasil kompos terbaik berasal dari campuran 25% jerami nangka dan 75% kotoran kelinci menggunakan dekomposer Microbacter Alfaafa (MA-11) selama 7 hari. Bioaktivator mikroba komersil ditambahkan sebanyak 5% dari jumlah jerami yang difermentasi dicampur dengan air sebanyak 8000 ml dan gula pasir 320 gram (Hadiseroyani dkk., 2007) Fermentasi berjalan dengan sempurna apabila memiliki bau harum, tekstur tidak kaku, tidak busuk dan tidak berjamur (BPTP, 2011)
2.4.2 Analisis TOC Pada penelitian ini dilakukan pengukuran TOC (Total Organic Carbon) untuk mengetahui kadar karbon organik pada jerami. TOC diukur sebanyak 4 kali yaitu jerami sebelum fermentasi, setelah fermentasi, jerami setelah dicampur lumpur budidaya lele diawal budidaya dan diakhir budidaya. Pengukuran TOC dilakukan dengan 3 kali ulangan. Alat dan bahan yang digunakan pengukuran TOC (Total Organic Carbon) adalah Erlenmeyer 250
ml; Pipet 10 ml, Kuvet; Spektofotometer;
K2Cr2O7, Sukrosa; Asam sulfat 95-98%. Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran TOC (Total Organic Carbon) berdasarkan APHA (1992) adalah : -
Pembuatan reagen larutan kalium dikromat 0,5M : menimbang 36,77 gr K2Cr2O7, dimasukkan dalam labu erlenmeyer 250 ml. Diencerkan sampai tanda batas.
-
Preparasi larutan standar. Membuat larutan 1.000 ppm dengan menimbang 0,2375 g sukrosa dalam labu 100 ml, diencerkan sampai batas.
9
-
Dari larutan standar dibuat larutan dengan konsentrasi karbon 400 mg/l, 200g/l, 100 mg/l, dan 25 mg/l.
-
Masing-masing larutan standar ditambah dengan 1 ml K2Cr2O7, dikocok dan didiamkan selama 10 menit.
-
Ditambah dengan 2 ml H2SO4 pekat, dikocok dan didiamkan selama 15 menit.
-
Larutan ditambah dengan 7 ml akuades, dikocok dan didiamkan selama 10 menit.
-
Larutan diukur absorbannya dengan menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 600 nm.
-
Dari data tersebut dibuat grafik standar absorban dan konsentrasi karbon.
-
Pengukuran sampel dilakukan sesuai dengan prosedur di atas.
2.4.3 Persiapan Wadah dan Cacing Uji Wadah yang digunakan adalah talang air berbahan plastik berukuran 50 cm x 13 cm x 11 cm
sebanyak 14 buah. Sebelum digunakan, talang
dibersihkan kemudian dikeringkan kemudian diisi campuran jerami dan lumpur budidaya lele setinggi 4 cm (Gambar 3).
2.4.4 Pengairan Campuran substrat dialiri air setinggi 2 cm di atas permukaan substrat dengan debit air 500 ml/menit. Pengaturan debit dilakukan menggunakan klep aerasi.
Setelah pengairan, media dibiarkan selama 2 hari yang bertujuan
menstabilkan susbstrat. Inlet 13 cm
11 cm
Outlet air
Campuran Lumpur budidaya lele dan jerami
2 cm 4 cm 50 cm
Gambar 3. Sketsa Media Budidaya Cacing Sutra
10
2.4.5 Penebaran Cacing sutra ditiriskan terlebih dahulu kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot biomassa cacing uji sebelum tebar. Setelah itu ditebar sebanyak 10 gr/wadah atau 10 gr/0.065 m2.
2.4.6 Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah 40 hari pemeliharaan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan saringan santan. Cacing yang didapat dan masih bercampur dengan media diletakkan pada saringan santan dan disiram menggunakan air bersih. Kemudian diletakkan di atas baskom yang telah diisi air. Setelah itu dibiarkan selama 6 jam di ruangan terbuka. Setelah itu, cacing akan menggerombol di baskom yang berisi air dan dapat diambil dengan tangan. Setelah itu cacing ditiriskan dan ditimbang untuk mengetahui bobot biomassa akhir.
2.5 Pengelolaan Kualitas Air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan mengatur debit air menggunakan selang aerasi yang bertujuan agar kualitas debit tetap terjaga. Air yang berasal dari wadah akan dialirkan kembali ke wadah pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan sistem tertutup, yaitu pengaliran air setiap saat menggunakan sistem resirkulasi. Pada sistem sirkulasi, air yang keluar akan langsung dibuang, sedangkan pada sistem resirkulasi air yang keluar akan ditampung dan dialirkan kembali ke media. Bahan organik yang merupakan makanan bagi cacing mungkin keluar bersama air, sehingga dialirkan kembali ke media (Syam, 2012).
2.6 Sampling Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali. Sampling dilakukan pada 3 tempat dalam setiap wadah, yaitu inlet (pemasukan air), tengah dan outlet (pengeluaran air). Sampling dilakukan dengan memasukkan pipa berdiameter 3 cm ke dalam substrat, kemudian pipa diangkat dengan menutup lubang bagian
11
atas. Substrat disaring sambil dibilas dengan air, kemudian dipisahkan dari substratnya. Sisa substrat pada saringan dimasukkan ke dalam gelas plastik berisi air, kemudian bagian atas diguncang sehingga sisa cacing dapat keluar dan terpisah dari substratnya, setelah itu dilakukan penimbangan bobot cacing sutra. Setelah dilakukan penimbangan, hasil yang didapatkan dikonversi dengan luas media budidaya yang digunakan.
2.7 Parameter Penelitian 2.7.1 Parameter Bobot Biomassa Untuk mengetahui biomassa, cacing menggunakan
timbangan
digital
(0,001
gr).
sampel
ditimbang dengan
Bobot
biomassa
dihitung
menggunakan rumus : W = Wt – Wo Keterangan:
W
: Pertambahan bobot biomassa cacing sutra
Wt
: Berat akhir populasi cacing sutra (gram)
Wo
: Berat awal populasi cacing sutra (gram)
(Effendie, 1997)
2.7.2 Parameter Populasi Untuk mengetahui populasi dilakukan penghitungan secara langsung. Setelah didapatkan jumlah individu cacing, lalu dilakukan penghitungan menggunakan rumus. Penghitungan populasi cacing sutra dilakukan dengan rumus :
i
i
i i
i i
2.7.3 Parameter Lingkungan Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini adalah pH, kadar oksigen terlarut, kandungan amoniak dan suhu. Pengukuran suhu dilakukan setiap
12
hari pada pagi hari. Pengukuran pH dan kadar oksigen terlarut dilakukan setiap 5 hari sekali menggunakan pH meter dan DO meter. Pengukuran amoniak dilakukan 3 kali dalam penelitian, yaitu di awal, pertengahan dan di akhir penelitian.
2.8 Analisis Data Bobot biomassa dan jumlah populasi pada penelitian cacing sutra dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95%. Terdapat salah satu perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap biomassa dan populasi cacing sutra maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1980). Untuk data kualitas air dianalisis secara deskriptif.
13