Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
Identifikasi Cacat pada Struktur Pelat Baja dengan Respons Dinamis Regangan (Sebuah Studi Numerik) Oleh: Dicky Roy Abstract This paper presents the results of a numerical study of the dynamic behavior of the steel plate structure with and without the defect/damage. Steel plate rectangular studied. One of the short sides of the plate is squeezed while the other side is left free. Test numerical computer program package to obtain structural dynamic parameters performed on the intact condition and there are defects/damage with two different degrees. Damage in this study with idealized rigidity reduction in certain parts of the structure. Dynamic parameters studied include natural frequency, damping factor, and the maximum value of the frequency response function of strain in the range. Strain dynamic parameters of the structure are used to compute various constants that are used as an index value of damage. The results of this study indicate that the index is able to distinguish the condition of the structure is intact or there is a defect / damage and predict the location of the defect / damage to the structure. The damage index values change consistently and significantly greater than the percentage change in the natural frequency and damping factor. Keywords: Steel plate, strain, computer
Pendahuluan Untuk menentukan apakah cacat/kerusakan pada struktur sipil akan mempengaruhi integritas struktur tersebut informasi mengenai besar dan letak kerusakan pada struktur harus diperoleh secara dini sehingga studi yang lebih detail untuk menentukan integritas struktur dapat dilakukan. Pada beberapa tahun terakhir ini strain gage menjadi sensor yang populer pada studi respons dinamis struktur dengan menggunakan pendekatan analisis ragam. Karena beberapa alasan, banyak peneliti memilih sensor pengukur regangan (strain gage) dari pada sensor pengukur percepatan (accelerometer). Strain gage dapat memberikan informasi mengenai perubahan regangan lokal pada sebuah struktur sedangkan accelerometer lebih pada informasi mengenai perlaku global struktur. Bersamaan dengan studi ekperimental, sejumlah teori uji dinamis struktur dengan strain gage telah dikembangkan. Nampaknya ke depan strain gage akan lebih memainkan peranan penting utamanya prediksi fatigue life dan analisis keruntuhan pada struktur. Pengaruh perubahan frekuensi alamiah dan bentuk ragam regangan pada pelat dengan dan tanpa slot (lubang berbentuk segi empat) diselidiki dan hasilnya dipaparkan di [1]. Sebanyak 22 (dua puluh dua) strain gage diletakkan pada permukaan pelat untuk memonitor
Dosen Luar Biasa Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Baturaja
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
1
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
respons dari struktur yang bergetar. Mereka melaporkan bahwa nilai ragam regangan disekitar slot mengalami perubahan secara signifikan dibandingkan nilai pada kondisi pelat utuh. Metodologi untuk mendeteksi adanya kerusakan dan memprediksi lokasi kerusakan pada struktur dengan data fungsi respons frekuensi diusulkan di [2]. Studi numerik dilakukan terhadap respons dinamis pelat untuk menguji metodologi yang diusulkan. Pelat yang diuji terbuat dari aluminium dengan sisi sisi bebas. Respons dari struktur tersebut diteliti pada kondisi struktur utuh dan terdapat kerusakan. Metodologi untuk memprediksi lokasi kerusakan pada struktur diusulkan dengan menggunakan perbedaan kekakuan struktur pada kedua kondisi tersebut di atas. Penentuan lokasi kerusakan dengan metodologi yang diusulkan tidak sepenuhnya berhasil. Perbedaan kekakuan cukup besar terlihat tidak saja pada derajat kebebasan yang dekat dengan lokasi kerusakan namun juga pada lokasi yang jauh dari lokasi tersebut. Hasil investigasi numerik terhadap identifikasi retak pada pelat dengan sisi sisi bebas dilaporkan oleh Gomes dan Silva [3]. Spring element digunakan untuk memodelkan bagian struktur yang rusak. Frekuensi alamiah yang diperoleh dari studi terhadap struktur utuh dan rusak diteliti. Rusak yang diteliti berupa retak dan slot (lubang berbentuk segi empat) dengan kedalaman retak dan besar slot yang bervariasi. Variasi frekuensi alamiah akibat retak lebih tinggi dibandingkan dengan akibat slot. Menurut mereka perbedaan terhadap variasi frekuensi alamiah tersebut karena garis perambatan retak tidak sejajar dengan arah sumbu retak. Chen dan Swamidas [4] melakukan studi numerik terhadap pengaruh retak pada permukaan pelat baja terhadap parameter dinamis struktur yang diperoleh dari fungsi respons frekuensi. Mereka mencatat bahwa fungsi respon frekuensi berubah seiring adanya retak permukaan yang semakin besar. Pada [5] Budi Priyanto melaporkan penggunaan strain gage untuk mendeteksi kerusakan pada balok kayu. Studi numerik dan eksperimen dilakukan untuk meneliti pengaruh kerusakan (berupa lubang berbentuk kotak) pada balok terhadap respons dinamis regangan struktur tersebut. Dua indeks kerusakan digunakan dalam studi tersebut yaitu nilai konstanta ragam dan amplitudo dari sebuah fungsi dari frekuensi alamiah, faktor redaman, dan respons struktur. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks kerusakan tersebut dapat mendekteksi kesusakan pada stuktur yang diteliti serta menentukan lokasinya. Tulisan ini mengulas hasil studi mengenai penggunaan nilai konstanta ragam untuk identifikasi cacat/kerusakan pada struktur. Nilai indeks tersebut dihitung dari respons regangan struktur. Tidak seperti pada studi yang telah dilaporkan sebelumnya oleh penulis di [6], pada studi ini nilai konstanta ragam diteliti untuk retak/kerusakan dengan dua derajat yang berbeda. Uji Numerik Struktur Struktur yang diuji adalah pelat baja dengan panjang 652 mm, lebar 204 mm, dan tebal 9,5mm. Pelat tersebut dijepit pada salah satu sisi pendeknya dan bebas pada sisi sisi yang lain. Struktur pelat tersebut diuji dalam posisi horisontal pada dua kondisi yakni utuh dan cacat (terdapat kerusakan). Letak cacat tersebut berada 110mm dari sisi pelat yang terjepit. Cacat dalam studi ini berupa keretakan simetris pada sisi atas dan bawah pelat dengan kedalaman 2 x 0,794 mm dan 2 x 2,381 mm, lihat Gambar 1. Dalam studi ini retak dengan kedalaman 2 x 0,794 mm disebut kasus (cacat) 1 dan retak dengan kedalaman 2 x 2,381mm disebut kasus 2. Analisis dilakukan dangan bantuan paket program komputer ABAQUS [7]. Pelat dimodelkan dengan elemen balok karena hanya respons lentur dalam arah vertikal saja yang Dicky Roy, Hal; 1 – 7
2
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
diteliti. Udara disekitar struktur yang bergetar juga dimodelkan. Respons struktur dan frekuensi alamiah hasil studi numerik dengan dan tanpa pengaruh udara di sekitarnya[8]. Dalam studi ini redaman diasumsikan sebagai redaman viskous dengan nilai yang diperoleh dari hasil eksperimen. Respons yang diperoleh dari strain gage dipakai untuk mendeteksi kondisi struktur dan mengidentifikasi lokasi kerusakan pada struktur yang diteliti. Pada studi ini nilai indeks kerusakan yang diperoleh dari Persamaan (8) digunakan untuk membedakan kondisi struktur yaitu utuh atau terdapat cacat/kerusakan serta lokasinya. Respons yang diperoleh dari sensor pengukur percepatan (accelerometer) tidak dipresentasikan pada tulisan ini karena penulis ingin fokus terhadap hasil yang diperoleh dari respons regangan. Hasil dan Pembahasan Nilai frekuensi alamiah dan faktor redaman yang diperoleh dari studi ini ditampilkan pada Tabel 1 sampai dengan 3. Nilai frekuensi alamiah dalam tabel tersebut diperoleh dari hasil studi numerik yang telah dilaporkan sebelumnya di [9], sedangkan nilai faktor redaman diperoleh dari eksperimen karena penulis ingin mendapatkan faktor redaman di tiap lokasi tempat sensor berada. Umumnya pada studi numerik, nilai redaman pada struktur dimodelkan sebagai Rayleigh damping yaitu dengan menganggap redaman berbanding lurus dengan matriks masa dan kekakuan atau dengan mengasumsikan nilai ratio redaman dengan redaman kritis. Kedua cara tersebut akan memberikan nilai redaman yang sama di semua lokasi pada struktur setiap ragamnya. Pada Tabel 1 dipresentasikan nilai frekuensi alamiah dan faktor redaman pada kondisi utuh sedangkan pada Tabel 2 dan 3 tertera nilai nilai pada kondisi masing masing retak dengan kedalaman 2 x 0,794mm (kasus 1) dan retak dengan kedalaman 2 x 2,381mm (kasus2). Nilai frekuensi alamiah dan faktor redaman yang ada pada Tabel 1, 2, dan 3 serta nilai maksimum dari fungsi respons frekuensi pada setiap ragam yang diperoleh dari strain gage #1, #2, dan #3 digunakan untuk menghitung nilai indeks kerusakan seperti, Tabel 1. Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur dalam Kondisi Utuh (a). Ragam 1 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3 (b). Ragam 2 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3 (c). Ragam 3 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
Frek. alamiah 18.48 18.48 18.48 Frek. alamiah 115.4 115.4 115.4 Frek. alamiah 321.3 321.3 321.3
Faktor redaman (%) 0.191 0.187 0.178 Faktor redaman (%) 0.181 0.182 0.188 Faktor redaman (%) 0.219 0.221 0.218
3
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
Tabel 2. Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur Dalam Kondisi Retak dengan Kedalaman 2 x 0.794 mm (Kasus 1) (a). Ragam 1 Strain Frek. alamiah Gage (Hz) (%) #1 18.42 #2 18.42 #3 18.42 (b). Ragam 2 Strain Frek. alamiah Gage (Hz) (%) #1 115.4 #2 115.4 #3 115.4 (c). Ragam 3 Strain Frek, alamiah Gage (Hz) (%) #1 321.3 #2 321.3 #3 321.3
Faktor redaman
0.194 0.178 0.175 Faktor redaman
0.176 0.176 0.182 Faktor redaman
0.206 0.204 0.202
Tabel 3. Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur Dalam Kondisi Retak dengan Kedalaman 2 x 2,381 mm (Kasus 2) (a). Ragam 1 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3 (b). Ragam 2 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3 (c). Ragam 3 Strain Gage (Hz) #1 #2 #3
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
Frek. alamiah (%) 17.92 17.92 17.92
Faktor redaman
Frek. alamiah (%) 115.2 115.2 115.2
Faktor redaman
Frekuensi alamiah (%) 319.4 319.4 319.4
Faktor redaman
0.198 0.193 0.185
0.170 0.171 0.179
0.203 0.208 0.197
4
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
Gambar 1. Dimensi Struktur Pelat
Dinyatakan dalam Persamaan1 pada kondisi pelat utuh dan retak. Untuk memperoleh kecenderungan nilai indeks kerusakan pada tiga kondisi yang diteliti, nilai indeks tersebut dinormalisasi dengan nilai pada kondisi utuh. Nilai indeks kerusakan yang telah dinormalisasi tersebut dipresentasikan pada Gambar 2. Terlihat dari gambar tersebut nilai indeks kerusakan berubah secara konsisten dan persentase perubahan lebih signifikan dibandingkan frekuensi alamiah dan faktor redaman struktur. Sebagai contoh akibat adanya retak dengan kedalaman 2 x 0,791 mm, nilai indeks kerusakan pada ragam pertama naik sebesar 90,69% sedangkan akibat retak 2 x 2,381 mm nilai indeks tersebut naik sebesar 178,80%. Akibat adanya retak tersebut nilai frekuensi alamiah masing masing turun sebesar 0,32% dan 3.03%. Sedangkan nilai persentase faktor redaman pada ragam tersebut naik sebesar 4.83% akibat retak 2 x 0,791 mm dan turun 4,3% akibat adanya retak 2 x 2,381 mm. Pada ragam kedua dan ketiga nilai indeks tersebut juga berubah secara konsisten dengan nilai persentase perubahan yang jauh lebih besar dari nilai parameter ragam (frekuensi alamiah dan faktor ragam) yang diteliti. Selain itu, seperti terlihat dari Gambar 2 indeks kerusakan yang diperoleh dari respons strain gage #2 mempunyai kecenderungan yang berbeda (mempunyai perubahan yang relatif lebih besar) akibat perubahan kondisi struktur dibandingkan dengan indeks yang dihitung dari respons strain gage #2 dan #3. Jika dilihat dari lokasinya, jelas terlihat pada Gambar 1, bahwa letak strain gage #2 lebih dekat dengan lokasi kerusakan struktur dibandingkan dengan lokasi strain gage yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa indeks kerusakan ini dapat pula digunakan untuk menentukan kondisi pelat yang diteliti dan melokalisir (memprediksi) letak kerusakan pada struktur.
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
5
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
Utuh Kasus 1 Kasus 2 1
Ragam 1
2
3
Ragam 2
1,5 1
Utuh
0,5
Kasus 1
0
Kasus 2 1
2
3
Ragam 3
Gambar 2. Nilai indeks kerusakan yang telah dinormalisasi yang diperoleh dari studi numerik pada respons strain gage #1, #2, dan #3 untuk tiga ragam pertama. kasus 1: kedalaman retak 2 x 0,794 mm; kasus 2: kedalaman reak 2 x 2,381 mm.
Kesimpulan Studi numerik ini dilakukan untuk menentukan kondisi struktur pelat baja dengan panjang 652 mm, lebar 204mm, dan tebal 9,5mm yang bergetar pada 3(tiga) ragam pertama. Struktur tersebut diuji pada tiga kondisi yakni utuh, terdapat cacat /kerusakan berupa retak dengan kedalaman masing masing 2 x 0,794 mm, dan 2 x 2,381 mm. Uji dinamis terhadap struktur dilakukan untuk memperoleh frekuensi alamiah dan nilai nilai maksimum dari fungsi respons frekuensi regangan pada satu ragam. Sebuah indeks kerusakan yang diturunkan dari persamaan fungsi respons frekuensi regangan digunakan untuk menentukan kondisi struktur yang diuji dan memprediksi lokasi retak yang diteliti. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa indeks kerusakan yang dipakai secara konsisten mengalami perubahan pada struktur pelat pada kondisi utuh, dengan retak dengan kedalaman masing masing 2 x 0,794 mm, dan 2 x 2,381 mm. Dengan adanya retak pada struktur, nilai persentase perubahan indeks kerusakan yang digunakan dalam studi ini minimum 18 kali lebih besar dari persentase perubahan frekuensi alamiah dan faktor redaman.
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
6
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011
ISSN: 2087 – 1902
Selain itu dari hasil studi ini diperoleh informasi bahwa nilai indeks yang dihitung dari respons regangan struktur yang dekat dengan lokasi kerusakan mengalami perubahan relatif lebih signifikan dibandingkan dengan nilai yang dihitung dari respons yang lebih jauh dari lokasi kerusakan. Dengan demikian kondisi struktur dan lokasi cacat/kerusakan struktur dapat ditentukan dengan indeks yang dipakai dalam studi ini.
DAFTAR PUSTAKA Feng, W.Q. Zhang, K.Y. and Wu, X.Y. 1989. “Research on the Change of Modal Parameters of a Beam Resulted from a Slot”. Proceedings of the 7th International Modal Analysis Conference, Orlando, Florida, pp. 1100-1108. Mannan, M.A. dan Richardson, M.H. 1990. “Detection and Location of Structural Cracks using FRF Measuremants”. Proceedings of the 8th International Modal Analysis Conference, Kissimmee, Florida, pp. 652-657. Gomes, A.J.M.A. and Silva, J.M.M. 1990. “On the Use of Modal Analysis for Crack Identification”. Proceedings of the 8th International Modal Analysis Conference, Kissimmee, Florida, pp. 1108-1115. Chen, Y. Swamidas, A.S.J. 1994. “Dynamic Characteristics and Modal Parameters of A Plate with Small Growing Surface Crack”. Proceedings of the 12th International Modal Analysis Conference, Honolulu, Hawaii pp. 1155-1161. Budipriyanto, A. 2009. “Strain Frequency Response Based Damage Identification of Wood Beams”. Jurnal Teknik Mesin FTI ITS, Vol. 9, No.1, pp. 1-13. Debao, L. Hongcheng, Z. and Bo,W. 1989. “The Principle and Techniques of Experimental Strain Modal Analysis”. Proceedings of the 7th International Modal Analysis Conference, Orlando, Florida, pp. 1285-1289. ABAQUS User Manual, 2004. Hibbit, Karlsson & Sorensen Inc. Budipriyanto, A. 2009. “Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Numerik Interaksi Struktur dan Udara”. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol. 6, No.1, pp. 12-20.
Dicky Roy, Hal; 1 – 7
7