1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal mulanya permainan ini dikenal dengan istilah sepakraga. Sepaktakraw dimainkan di atas lapangan yang datar berukuran panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m. Permainan ini dilakukan oleh dua regu yang berhadapan, setiap regu terdiri dari tiga orang pemain yang dipisahkan oleh jaring (net), dalam setiap regu tersebut terdiri dari seorang tekong, apit kanan, dan apit kiri.
Materi pembelajaran sepaktakraw masuk kedalam materi permainan bola kecil, pada silabus yang terdapat di MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar Lampung materi permainan bola kecil untuk kelas V adalah: 1) Bulutangkis, 2) Kasti, dan 3) Ronders. Sepaktakraw memang tidak terdapat pada silabus, namun menurut ketetapan kurikulum baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sekolah memiliki otonomi atau kewenangan untuk merevisi materi yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar Lampung sepaktakraw adalah materi yang dipilih untuk menggantikan materi pembelajaran bulu tangkis yang memang situasi dan kondisinya tidak memungkinkan. Sebagai cabang olahraga permainan beregu, sepaktakraw ini dimainkan di atas lapangan empat persegi panjang dengan permukaan yang rata baik di
2
dalam ruangan, maupun di luar ruangan asalkan terbebas dari rintangan. Permainan sepaktakraw ini dimulai dengan melakukan sepakmula yang dilakukan oleh tekong ke daerah lapangan lawan. Sebaliknya pemain lawan berusaha memainkan bola dengan menggunakan kaki dan menggunakan anggota badan lain kecuali tangan, dengan tiga kali sentuhan secara bergantian maupun dilakukan oleh satu orang pemain.
Pada pemain yang mahir dalam permainan sepaktakraw, dalam memainkan bola dengan tiga kali sentuhan dan setiap sentuhannya terdapat istilah, 1) sentuhan pertama dikenal dengan mengawal bola, 2) sentuhan ke dua di kenal dengan mengumpan, dan 3) sentuhan ke tiga dikenal dengan smash. Dalam permainan keterampilan sepaktakraw sangat diperlukan, supaya permainan dapat berjalan dengan baik, keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan dasar dan keterampilan khusus. Keterampilan dasar meliputi: sepaksila, sepakkura/sepakkuda, sepakbadek, menggunakan paha sundulan kepala (heading). Sedangkan keterampilan khusus meliputi: sepakmula (servis), menerima bola dari servis, smash (pukulan bola yang keras dan tajam ke arah bidang lapangan lawan), block (menahan serangan). Pada permainan sepaktakraw hal yang sangat mempengaruhi kemampuan bermain baik tekong maupun apit kiri atau kanan adalah kemampuan penguasaan bola dengan baik didalam permainan sepaktakraw salah satu gerak dasarnya adalah dengan sepaksila. Untuk dapat menghasilkan sepaksila yang parabol dan tepat, adalah 1) berdiri dengan kedua kaki terbuka berjarak selebar bahu, 2) kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu.
3
3) bola dikenai atau bersentuhan dengan bagian dalam kaki sepak pada bagian bawah dari bola. 4) kaki tumpu agak ditekuk sedikit dan badan dibungkukkan sedikit. 5) mata melihat kearah bola. 6) kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak ditegangkan dan dikencangkan. 7) bola melewati kepala.
Peserta didik yang mempunyai postur tubuh yang sedang, kaki yang kuat,dan kesimbangan yang baik akan memudahkan untuk melakukan sepaksila dalam permainan sepaktakraw. Namun modal dasar tersebut pada kenyataanya peserta didik MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung dalam melakukan sepaksila masih kesulitan, terutama dalam gerak dasar sikap awalan, berdiri dengan tegak, kaki dibuka selebar bahu didapat sebanyak 70 % siswa yang belum bisa melakukan dan memegang bola dengan kedua tangan didapat sebanyak 75 % siswa yang belum bisa melakukan kemudian pada sikap pelaksanaan, bola dilempar secara parabol melewati kepala di depan badan dan mata melihat kearah bola didapat sebanyak 75 % siswa yang belum bisa melakukan kemudian pada sikap kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu, bola bersentuhan dengan kaki bagian dalam pada bagian bawah dari bola didapat sebanyak 82,5 %siswa yang belum bisa melakukan kemudian pada sikap kaki tumpu agak ditekuk sedikit dan badan dibungkukkan sedikit, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak ditegangkan dan dikencangkan.didapat Sebanyak 82,5 % siswa yang belum bisa melakukan kemudian pada sikap bola melewati kepala secara parabol di
4
depan dekat dengan badan didapat sebanyak 87,5 % siswa yang belum bisa melakukan kemudian pada sikap akhir pada sikap badan kembali tegap dan kaki dibuka selebar bahu mendekat dengan jatuhnya bola didapat sebanyak 87,5 % siswa yang belum bisa melakukandan pada sikap pandangan kearah bola dan kaki sepak siap kembali menendang bola dengan kaki bagian dalam dibagian bawah dari bola sama seperti sikap awal didapat sebanyak 92,5 % siswa yang belum bisa melakukan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar Lampung sangat kurang sempurna.
Meskipun pada pembelajaran penjaskes di sekolah ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak didik / peserta didiknya. Namun semua model ini belum tentu cocok dan sesuai dengan kemampuan dan skill si anak didik tersebut, untuk itu guru perlu jeli dalam mengguanakan model yang sesuai dan cocok dengan karakter peserta didiknya. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan model berpasangan dan berkelompok dalam mengatasi kesulitan pembelajaran sepaksila ini.Model pembelajaran kelompok merupakan pola pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa orang dengan kegiatan melingkar dan menimang bola dengan kaki bagian dalam dan mengarahkan kekawan sekelompoknya secara bergiliran dan kawan yang menerima bola harus menimang bola kembali kekawanya yang lain serta bola tidak boleh jatuh ke tanah, dan sebagian kelompok lainya membuat lingkaran dengan pola satu
5
orang berdiri di tengah lingkaran dan mengoperkan bola dengan kawan sekelompoknya dan kemudian kawannya yang menerima bola harus menimang bola tersebut dengan kaki bagian dalam dan mengarahkan kekawanya yang ditengah serta bola tidak boleh jatuh ketanah.Sedangkan model pembelajaran berpasangan dua berbaris dan berhadapan dengan satu bola dan menendang dengan kaki bagian dalam. Barisan siswa yang memegang bola menimang bola kebarisan di depanya dengan kaki bagian dalam dan barisan di depanya mengembalikan lagi bola dengan menimang bola menggunakan kaki bagian dalam serta bola tidak boleh disentuh dengan tangan dan tidak boleh jatuh, dan model berpasangan juga bias dengan pola yang sama tetapi menggunakan dua bola masingmasing barisan diberi masing-masing bola kemudian masing-masing siswa secara bersamaan menimang bola dengan kaki bagian dalam dan mengarahkan kebarisan di depanya dan kemudian bola yang datang ditangkap dengan tangan, dan bola tidak boleh jatuh ke tanah. Maka dalam model pembelajaran kelompok dan berpasangan diharapkan dapat memudahkan siswa dalam menguasai keterampilan gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw. Berdasarkan hasil observasi di MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung, terlihat dalam proses pembelajaran guru sangat kurang mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya, guru hanya menjelaskan gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw, memberikan satu atau dua kali kelangsungan sepaksila lalu siswa dibiarkan bermain tanpa diawasi dan tanpa memperhatikan letak kesalahan dalam
6
melakukan sepaksila. Kesalahan yang terlihat dalam pengamatan yaitu sebagian siswa posisi berdirinya masih kurang rileks, dalam melakukan sepaksila belum berkonsentrasi, masih kurangnya keseimbangan tubuh, masih rendahnya ayunan kaki saat menimang , padahal semakin tinggi ayunan kaki dan semakin datar kaki saat akan berkenaan dengan bola semakin mudah untuk mengatur arah bola secara parabol atau kemanapun yang kita inginkan, saat melakukan sepaksila pemain masih sering belum bias mendatarkan / meluruskan kaki sepak selutut kaki tumpu. Sedangkan gerak dasar sepaksila yang benar itu harus dipusatkan pada bola, menentukan kemana bola akan diarahkan, kaki sepak dilipat setinggi lutut kaki tumpu, memukul bola dengan kaki bagian dalam, menjaga kesimbangan tubuh saat berdiri dengan kaki tumpu saat kaki sepak menimang bola.
Dari uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Kelompok dan Berpasangan Terhadap Gerak Dasar SepaksilaDalamPermainanSepaktakraw Pada Siswa Kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung”
B. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan, maka permasalahan diidentifikasi sebagai berikut: 1. Rendahnya kemampuan sikap awal gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada sikap berdiri dengan tegak, kaki dibuka selebar bahu didapat sebanyak 70 %siswa yang belum bisa melakukan dan pada sikap memegang bola dengan kedua tangan didapat sebanyak 75 % siswa yang
7
belum bisa melakukan pada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung. 2. Rendahnya kemampuan pelaksaan gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada sikap bola dilempar secara parabol melewati kepala didapan badan dan mata melihat kearah bola didapat sebanyak 75 %siswa yang belum bisa melakukan dan pada sikap kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu, bola bersentuhan dengan kaki bagian dalam pada bagian bawah dari bola didapat sebanyak 82,5 % siswa yang belum bisa melakukan dan kaki tumpu agak ditekuk sedikit dan badan dibungkukkan sedikit, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak ditegangkan dan dikencangkan didapat sebanyak 82,5 % siswa yang belum bisa melakukan dan pada sikap bola melewati kepala secara parabol didepan dekat dengan badan didapat sebanyak 87,5 % siswa yang belum bisa melakukanpada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung. 3. Rendahnya kemampuan sikap akhir gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakrawpada sikap badan kembali tegap dan kaki dibuka selebar bahu mendekat dengan jatuhnya bola didapat sebanyak 87,5 % siswa yang belum bisa melakukan dan pada sikap pandangan kearah bola dan kaki sepak siap kembali menendang bola dengan kaki bagian dalam dibagian bawah dari bola sama seperti sikap awal didapat sebanyak 92,5 % siswa yang belum bisa melakukan pada siswa kelas V MI Ismaria ALQur’aniyyah Bandar Lampung.
8
4.
Belum diketahuinya pengaruh metode pembelajaran berkelompok dan berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permaianan sepaktakraw.
5. Belum diketahuinya model pembejaran manakah diantara berkelompok dan berpasangan yang paling berpengaruh terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka maka rumusan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kelompok terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung ? 2. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung ? 3. Apakah ada perbedaan antara model pembelajaran berpasangan dan model pembelajaran kelompok terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar Lampung.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
9
1. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kelompok terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung 3. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran kelompok dan model pembelajaran berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw pada siswa kelas V MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar Lampung.
E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dan menghindari salah pengertian dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan istilah sebagai berikut :
1. Pengaruh Pengaruh adalah suatu korelasi sebab akibat dimana antara keadaan yang pertama dengan yang kedua terdapat hubungan sebab akibat. Keadaan pertama dalam hal ini diperkirakan menjadi penyebab yang kedua
2. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial dan untuk menentukan material atau
10
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, program, media komputer dan kurikulum.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusus bagi penulis dan umumnya bagi yang berkepentingan dalam bidang olahraga. Adapun yang menjadi harapan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang konkrit mengenai pengaruh model pembelajaran kelompok dan berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw.
2. Bagi Guru Penjaskes
Sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan pembelajaran penjaskes khususnya cabang sepaktakraw pada gerak dasar sepaksila di sekolah.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu pembelajaran dan bahan rujukan untuk meningkatkan hasil belajar sepaktakraw.
11
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI IsmariaAL- Qur’aniyyah Bandar Lampung 2. Objek yang diteliti adalah pengaruh model pembelajaran kelompok dan berpasangan terhadap gerak dasar sepaksila dalam permainan sepaktakraw 3. Tempat penelitian MI Ismaria AL-Qur’aniyyah Bandar Lampung