I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga berfungsi sebagai identitas sosial, ekonomi, politik, dan ideologi individu. Sebagai fungsi estetika, pakaian tidak lepas dari pengaruh mode atau fashion. Dalam hal ini, pakaian merupakan bagian dari fashion atau gaya hidup dari pemakainya. Produsen pakaian dibagi menjadi dua, yaitu garment item dan fashion item. Garment item adalah produsen yang memproduksi pakaian secara masal dan mematok harga yang dapat dijangkau oleh semua kalangan, sedangkan fashion item adalah produsen yang memproduksi pakaian dalam jumlah terbatas dan membidik konsumen kalangan atas. Fashion item diproduksi oleh perancang busana dan rumah mode. Mode pada busana diartikan sebagai suatu perubahan dalam gaya berpakaian yang berlangsung secara terus-menerus. Dalam dunia mode, pergantian atau perubahan mode berlangsung dalam waktu yang cepat. Akibatnya, suatu ragam hias atau motif tidak memiliki daya tarik yang kekal dan harus selalu disesuaikan dengan perkembangan masa. Mode atau fashion adalah gaya hidup yang menjadi modus atau panutan pada masa tertentu dan tempat tertentu. Mode selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan masyarakat dan bersifat dinamis serta berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Perubahan tersebut disebabkan adanya pengaruh politik, sosial, ekonomi, dan psikologis masyarakat. Sekarang,
fashion tidak hanya kebutuhan kalangan atas tetapi sudah meliputi semua lapisan. Perkembangan busana muslim tumbuh semakin pesat dari tahun ke tahun. Busana muslim telah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat muslim, seperti remaja, ibu rumah tangga, pekerja, eksekutif, maupun selebritis papan atas. Busana muslim digunakan pada berbagai kegiatan formal maupun informal, antara lain Idul Fitri, Idul Adha, pengajian, tarawih, dan sebagai busana sehari-hari. Saat ini, busana muslim tidak hanya sebagai simbol ketaatan beragama, tetapi sudah menjadi bagian dari industri mode. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang mulai berubah dan menyadari akan berbusana sesuai dengan aturan Islam. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah produsen, butik ataupun desainer busana muslim yang aktif berproduksi. Selain itu juga, tidak lepas dari peran media cetak dan elektronik yang menampilkan ulasan mode atau fashion busana muslim di Indonesia. Sentuhan fashion dapat memberikan nilai tambah yang mampu meningkatkan harga dan mempercepat daur produk yang menyebabkan perputaran uang di industri ini menjadi semakin cepat. Produk fashion memiliki daur hidup yang pendek yaitu sekitar tiga bulan. Peningkatan persaingan di dunia fashion akan semakin mempersingkat daur hidup produk-produk fashion termasuk busana muslim. Selain itu, percepatan daur produk fashion juga dipicu oleh para pemasok bahan maupun asesoris pelengkap busana yang semakin kreatif dan inovatif. Dalam hal
ini, konsumen diuntungkan dengan banyaknya pilihan yang ditawarkan oleh produsen dan membuat masyarakat semakin fashionable. Perdagangan
busana
muslim
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan busana muslim terutama saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Puncak permintaan tertinggi busana muslim sepanjang tahun terjadi pada dua sampai tiga bulan menjelang Lebaran Idul Fitri. Hal ini karena kebanyakan masyarakat muslim Indonesia menganggap Idul Fitri sebagai hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, sehingga pantas dirayakan dengan mengenakan busana khusus. Selain itu, berbagai acara silaturahmi dan keagamaan seperti shalat tarawih juga menyebabkan munculnya kebutuhan untuk mengenakan busana muslim. Permintaan akan semakin tinggi memasuki dua minggu sebelum Lebaran. Beberapa perancang, rumah mode, butik, maupun pasar Tanah Abang menjelang Idul Fitri omzet penjualannya meningkat dua sampai lima kali lipat dibanding bulan-bulan sebelumnya. Peningkatan
pemakai
busana
muslim
menyebabkan
perkembangan mode busana muslim semakin beragam. Berbagai produsen dan rumah mode busana muslim bermunculan. Para perancang busana terdorong untuk semakin serius dalam menggarap busana muslim. Bahkan para perancang fashion konvensional Indonesia ikut memproduksi busana muslim. Para perancang menyadari bahwa pasar busana muslim Indonesia adalah pasar yang sangat luas dan masih akan terus berkembang.
Saat ini, ada kecenderungan busana muslim menjadi komoditi bisnis dan tren masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa fashion busana muslim memiliki potensi yang besar terutama pasar Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kemudahan masuk dalam bisnis fashion secara umum disebabkan karena hambatan masuk maupun hambatan keluar industri ini sangat rendah, sehingga banyak pendatang baru yang ikut bermain di dalamnya. Produsen yang juga menyediakan busana muslim menyebabkan persaingan dalam industri fashion busana muslim. Persaingan ini terjadi antar perancang, rumah mode maupun pedagang busana muslim dan banyak bermunculan ITC (International Trade Centre) atau mal yang menyediakan busana muslim. Pengaruh teknologi seperti media cetak maupun media elektronik yang mengulas tentang fashion dan pagelaran-pagelaran busana memudahkan masyarakat memperoleh informasi yang luas dan cepat mengenai mode yang sedang berlangsung. Persaingan ini mendorong produsen busana muslim untuk lebih kreatif dan inovatif. Produsen busana muslim berusaha membuat dan menentukan teknik dan strategi menjual busana muslim seperti mempertahankan dan meningkatkan kualitas untuk menjaga eksistensi di pasar, mengetahui selera pasar dan berusaha mengamati arah kecenderungan selera konsumen, menjaga hubungan baik dengan konsumen. Persaingan di industri fashion busana muslim juga memberikan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para produsen busana muslim itu sendiri. Pelebaran sayap bisnis busana muslim mungkin dilakukan karena adanya peluang di mana belakangan ini
semakin banyak
kaum
muslimah
memakai
busana
muslim
saat
beraktivitas maupun dalam kesehariannya. PT Citra Busana Indonesia (PT. CBI) merupakan produsen busana muslim yang dimulai sejak tahun 1986. PT. CBI mempunyai merek dagang Ranti dengan produk busana muslim. Produk Ranti memiliki ciri khas bordir untuk setiap busananya. Bordir ini menjadi kunci keunggulan produk Ranti hingga saat ini. Produk yang dihasilkan oleh Ranti seperti tunik, long dress, baju koko, dan gaun muslim. Selama ini, PT. CBI menitikberatkan pada investasi brand Ranti sebagai produk busana muslim terbaik. Seperti halnya produsen busana muslim lain, PT. CBI menerima permintaan tertinggi busana muslim dan perlengkapannya sekitar dua sampai tiga bulan menjelang hari raya Idul Fitri yaitu sekitar bulan September hingga bulan November. Jumlah permintaan meningkat dua sampai tiga kali lipat dari bulan-bulan biasanya. Setelah Idul Fitri yaitu bulan Desember, permintaan kembali menurun dan terkadang saat seperti ini jumlah permintaan ada pada titik terendah. Tahun 2002 – 2003 merupakan jumlah produksi tertinggi dari PT. CBI karena di tahun-tahun tersebut produsen busana muslim masih sedikit dan masyarakat muslim mulai mempunyai kesadaran untuk berbusana muslim. Hal ini dapat dilihat dari total jumlah produksi PT. CBI dari tahun 2001 – 2005 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. yang menunjukkan bahwa selama tahun 2001 – 2005, jumlah produksi terendah terjadi sepanjang tahun 2004. Pada tahun 2004, PT. CBI memutuskan hubungan kerjasama dengan departement store yang menyebabkan PT. CBI
membatasi jumlah produksi dan menitikberatkan pada penjualan stok barang yang ada. Tabel 1. Jumlah Produksi PT. CBI Tahun 2001 – 2005 (dalam potong) BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
2001 1.090 1.180 1.300 1.460 970 640 1.730 690 1.230 2.690 4.300 4.910 22.190
2002 1.180 1.000 1.000 1.090 890 810 1.290 1.400 1.230 4.180 9.590 1.520 25.180
2003 1.730 1.290 2.330 2.010 1.200 1.050 1.780 1.560 2.740 3.050 2.950 820 22.510
2004 520 210 250 370 390 640 500 570 1.000 2.090 1.360 410 8.310
2005 920 770 750 400 930 1250 630 870 2090 3300 160 590 12.660
Sumber : PT. Citra Busana Indonesia, 2005.
Busana muslim merupakan produk fashion yang memiliki life time tiga bulan. Persaingan dalam industri fashion mendorong PT. CBI untuk mempercepat laju perputaran produksi sehingga dapat mengikuti perkembangan tren fashion yang sedang berjalan. Masalah-masalah yang dihadapi PT. CBI adalah bahan baku yang harus dibeli dalam satu seri warna dan jumlahnya dapat mencapai dua belas warna dalam satu seri, mencari perlengkapan atau asesoris seperti resleting dan kancing yang sesuai dengan warna bahan, sulitnya mencari pemasok dengan bayaran jatuh tempo terutama menjelang hari raya. Selain itu, sistem manajemen yang belum berjalan dengan baik dan kurangnya sumberdaya manusia yang sesuai dengan bidangnya juga menjadi kendala dalam operasional. Pemahaman PT. CBI terhadap industri fashion busana muslim sebagai faktor lingkungan eksternal akan membantu manajemen dalam
menentukan strategi dan mampu memanfaatkan peluang pasar secara optimal. Oleh karena itu, PT. CBI memerlukan suatu rancangan strategis dalam mengelola manajemen perusahaan, memenuhi tuntutan tren fashion dan memprediksi secara logis industry foresight busana muslim guna mencapai tujuan jangka panjang. 1.2 Identifikasi Masalah PT
Citra
Busana
Indonesia
dengan
merek
dagang
Ranti
menghadapi perputaran siklus bisnis yang cepat dalam industri fashion busana muslim. Hal ini menuntut PT. CBI melakukan proaktif dan antisipasi, baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan dalam menghadapi tantangan industri masa depan busana muslim. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat diidentifikasi masalah berikut: 1. Intensitas persaingan dan perputaran tren fashion yang cepat mendorong PT. CBI untuk menganalisis kondisi lingkungan yang mempengaruhi industri fashion busana muslim. 2. Pengembangan potensi berdasarkan kompetensi yang dimiliki PT. CBI dalam memanfaatkan peluang di masa depan. 3. PT.
CBI
memerlukan
rancangan
strategik
dalam
menghadapi
tantangan indutri busana muslim masa depan dan mewujudkan visi perusahaan. 1.3 Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah yang ada, dirumuskan tiga masalah spesifik yang dihadapi PT. CBI dalam memenangkan persaingan industri busana muslim di masa depan berikut:
1. Bagaimana kondisi lingkungan industri fashion busana muslim mempengaruhi tingkat persaingan dan tren fashion. 2. Bagaimana kondisi lingkungan internal PT. CBI saat ini yang dapat menjadi kompetensi dalam memanfaatkan peluang di masa depan. 3. Bagaimana merancang industri masa depan PT. CBI melalui arsitektur strategik untuk mewujudkan visi perusahaan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah disusun tiga tujuan penelitian berikut: 1. Menganalisis kondisi lingkungan industri fashion busana muslim yang mempengaruhi tingkat persaingan dan tren fashion. 2. Menganalisis kondisi lingkungan internal PT. CBI saat ini yang dapat menjadi kompetensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang. 3. Merancang industri masa depan PT. CBI melalui arsitektur strategik untuk mewujudkan visi perusahaan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian mengaplikasikan
ini teori
merupakan dan
kesempatan
pengetahuan
bagi
yang
penulis
diperoleh
untuk selama
menempuh pendidikan di MMA-IPB dalam mengembangkan kemampuan analisis dan pemecahan masalah. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah. 1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan manajemen strategik, khususnya di bidang arsitektur strategik.
2. Menjadi referensi bagi peneliti yang berkeinginan menekuni studi di bidang arsitektur strategik. 3. Menjadi referensi bagi pelaku ekonomi di industri busana muslim. 4. Sebagai sumbangan pemikiran bagi manajemen PT. CBI dan diharapkan
dapat
menambah
wawasan
manajemen,
terutama
mengenai arsitektur strategik dari sudut pandang akademis. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat membantu dan berguna sebagai masukan dalam menyusun alternatif strategi sesuai dengan pengalokasian sumberdaya yang dimiliki PT. CBI. Perumusan alternatif strategi dalam penelitian ini tertuang dalam bentuk arsitektur strategik
PT.
CBI,
sehingga
diharapkan
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan dan mewujudkan masa depan perusahaan di industri fashion busana muslim. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi penyusunan arsitektur strategik perusahaan PT. CBI dan selanjutnya, tahap implementasi atau pelaksanaannya diserahkan kepada pihak manajemen PT. CBI. Batasan industri yang dimaksudkan mengacu pada konsep lima kekuatan penentu intensitas persaingan Porter (1994).